PENDAHULUAN
permasalahan global, bantuan, dan uang. Tujuan umum tersebut salah satunya adalah
sanitasi umum, polusi udara, dan kualitas air. (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, 2008).1
1962 tentang wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah
menular dan dapat menyerang banyak orang sehingga dapat meninggalkan wabah
(Widodo, 2006). 2 Penyakit ini masih sering dijumpai secara luas di berbagai negara
berkembang terutama yang terletak di daerah tropis dan subtropik (Pramitasari, 2013).3
masyarakat kita, baik diperkotaan maupun di pedesaan. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan higiene pribadi dan sanitasi lingkungan seperti hygiene perorangan
makan, restoran) yang kurang serta perilaku masyarakat yang tidak mendukung untuk
1
hidup sehat. Seiring dengan terjadinya krisis ekonomi yang berkepanjangan akan
2
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS
15, Kelurahan Pattingalloang Baru, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar, Sulawesi
Cambaya dan Camba Berua yang terdiri dari rumah penduduk, kantor pemerintahan,
Batas Wilayah
Luas Wilayah
Puskesmas Pattingalloang terdiri dari 4 kelurahan dengan luas wilayah 22,26 km2
dan jarak tempuh yang paling jauh sekitar 1 km2 dengan waktu tempuh sekitar
15 menit.
B. Demografi
3
No Kelurahan Ʃ pddk RW RT Ʃ KK
1. VISI
Lingkungan.
2. MISI
yang komprehensif
4
4. Peningkatan sistem organisasi yang Prima dalam pemberian pelayanan
kesehatan
6. Menciptakan lingkungan yang sehat yang bersih, indah, hijau, aman dan
nyaman
Partisipasi Masyarakat.
D. Upaya Kesehatan
a. Promosi Kesehatan
d. Pemberantasan Penyakit
e. Penyehatan Lingkungan
f. Pengobatan
5
c. UKS, UKGM
e. Kesehatan Olahraga
Berikut distribusi penyakit rawat inap umum teratas tahun 2018 dalam bentuk
No Nama Penyakit
1 Demam Thypoid
2 GEA
3 Dispepsia
4 Pharingitis
5 Hipertensi
6 Diare
7 Gastritis akut
8 ISPA
9 Vertigo
10 ISK
6
Grafik 1. Distribusi Penyakit Rawat Inap Teratas Tahun 2018
180
160
140
120
100
80
60
40
20
0
Category 1
F. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) Pasien Rawat Inap Tahun 2018
di puskesmas dapat pula dilihat dari pemanfaatan sarana pelayananan, mutu pelayanan
dan tingkat efisiensi pelayanan. salah satu indikatornya adalah perhitungan BOR (Bed
tempat tidur (persentasi pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu).
Menurut Barber Jhonson nilai ideal BOR adalah 75-85%, sedangkan menurut Dinas
7
Jumlah hari perawatan
Rumus BOR : x 100%
Jumlah tem pat tidur x jumlah hari 1 periode
Berikut merupakan angka perhitungan BOR rawat inap tahun 2018, yaitu:
8
G. Distribusi Penyakit Terbanyak Januari 2019
1 Demam Thypoid 7
2 Dyspepsia 2
3 Hipertensi 1
4 GEA 1
5 Pharingitis 1
6 Febris 1
7 ISPA 1
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Category 1
9
H. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) Pasien Rawat Inap Januari 2019
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap bulan januari
Pattingalloang bulan januari 2019 belum mencapai standar ideal BOR. Artinya
10
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap persalinan bulan
januari 2019, yaitu: 9,61 %. Angka tersebut menunjukkan angka BOR pelayanan
standar ideal BOR. Artinya jumlah pasien perawatan persalinan belum sebanding
Dari data puskesmas, didapatkan pula data penyakit terbanyak rawat inap bulan
1 Demam Thypoid 9
2 ISPA 3
3 Pharingitis 2
4 Vomiting 2
5 GEA 1
6 Dispepsia 1
11
Grafik 3. Distribusi Penyakit Terbanyak Bulan Februari 2019
10
0
Category 1
J. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) Pasien Rawat Inap Februari 2019
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap bulan februari
12
Pattingalloang bulan februari 2019 belum memenuhi standar ideal BOR yang berarti
tempat tidur.
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap persalinan bulan
februari 2019, yaitu: 7,1 %. Angka tersebut menunjukkan angka BOR pelayanan pasien
BOR. Artinya jumlah pasien perawatan persalinan belum sebanding dengan tempat
tidur.
13
K. Distribusi Penyakit Terbanyak Maret 2019
Dari data puskesmas, didapatkan pula data penyakit terbanyak rawat inap bulan
1 Demam Thypoid 37
2 GEA 16
3 Febris 10
4 Pharingitis 6
5 ISPA 5
6 Hipertensi 5
7 Dispepsia 4
8 Vomiting 3
9 Kejang Demam 2
10 Diare 1
14
Grafik 4. Distribusi Penyakit Terbanyak Bulan Maret 2019
40
35
30
25
20
15
10
0
Category 1
L. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) Pasien Rawat Inap Maret 2019
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap umum bulan
maret 2019, yaitu: 91,02%. Angka tersebut menunjukkan angka pelayanan Puskesmas
15
Pattingalloang bulan maret 2019 melebihi standar ideal BOR yang berarti pelayanan
masih kurang efisien karena jumlah pasien tidak sebanding dengan tempat tidur yang
disediakan.
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap persalinan bulan
maret 2019, yaitu: 18,68 %. Angka tersebut menunjukkan angka BOR pelayanan
target BOR. Artinya jumlah pasien perawatan persalinan tidak sebanding dengan
16
M. Distribusi Penyakit Terbanyak April 2019
Dari data puskesmas, didapatkan pula data penyakit terbanyak rawat inap bulan
Tabel 12. Distribusi Penyakit Rawat Inap Umum Teratas April 2019
1 Demam Thypoid 21
2 GEA 20
3 Dispepsia 18
4 Febris 10
5 Vomiting 8
6 ISPA 6
7 Pharingitis 3
8 Kejang demam 1
25
20
15
10
0
Category 1
17
N. Perhitungan BOR (Bed Occupancy Rate) Pasien Rawat Inap April 2019
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap umum bulan
april 2019, yaitu: 32,96 %. Angka tersebut menunjukkan angka pelayanan Puskesmas
Pattingalloang bulan april 2019 melebihi standar ideal BOR yang berarti pelayanan
masih kurang efisien karena jumlah pasien tidak sebanding dengan tempat tidur yang
disediakan.
18
Tabel diatas menunjukkan angka perhitungan BOR rawat inap persalinan bulan
april 2019, yaitu: 32,96 %. Angka tersebut menunjukkan angka BOR pelayanan pasien
Artinya jumlah pasien perawatan persalinan belum sebanding dengan tempat tidur
pasien.
Berdasarkan data penyakit yang diperoleh diatas dapat dilihat bahwa penyakit
Demam Thypoid tidak pernah lepas dari 10 penyakit teratas tahun 2018 dan 2019
sehingga pada refarat ini penulis akan membahas penyakit Demam Thypoid yang ada
di Puskesmas Pattingalloang.
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
kadang-kadang jenis salmonella yang lain. Demam yang disebabkan oleh s. Typhi
cenderung untuk menjadi lebih berat daripada bentuk infeksi salmonella yng lain.
Salmonella merupakan bakteri batang gram negatif yang bersifat motil, tidak
B. Epidemiologi
jumlah kasus sebanyak 22 juta per tahun di dunia dan menyebabkan 216.000–600.000
kematian. Studi yang dilakukan di daerah urban di beberapa negara Asia pada anak
usia 5–15 tahun menunjukkan bahwa insidensi dengan biakan darah positif mencapai
180–194 per 100.000 anak, di Asia Selatan pada usia 5–15 tahun sebesar 400–500 per
100.000 penduduk, di Asia Tenggara 100–200 per 100.000 penduduk, dan di Asia
Di Indonesia, tifoid harus mendapat perhatian serius dari berbagai pihak, karena
semakin kompleks dengan meningkatnya kasus-kasus karier (carrier) atau relaps dan
20
dan pencegahan. Pada tahun 2008, angka kesakitan tifoid di Indonesia dilaporkan
sebesar 81,7 per 100.000 penduduk, dengan sebaran menurut kelompok umur
180,3/100.000 (5-15 tahun), dan 51,2/100.000 (≥16 tahun). Angka ini menunjukkan
kecenderungan peningkatan jumlah kasus tifoid dari tahun ke tahun dengan rata-rata
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi demam
tifoid di Indonesia mencapai 1,7%. Distribusi prevalensi tertinggi adalah pada usia 5–
14 tahun (1,9%), usia 1–4 tahun (1,6%), usia 15–24 tahun (1,5%) dan usia <1 tahun
cukup lama, dan dari aspek ekonomi, biaya yang dikeluarkan tidak sedikit.2
memiliki dua spesies yaitu Salmonella enterica dan Salmonella bongori. Salmonella
enterica terbagi dalam enam subspesies, yaitu : I. Salmonella enterica subsp. enterica;
21
Salmonella enterica subsp. enterica memiliki setidaknya 1454 serotipe, beberapa
berkapsul dan mempunyai flagela. Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di
alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan
22
1. Antigen O (antigen somatik), terletak pada lapisan luar tubuh kuman.
endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak
2. Antigen H (antigen flagela), terletak pada flagela, fimbriae atau pili dari
melalui makanandan minuman yang telah tercemar oleh feses atau urin dari penderita
tifoid.6
1. Penderita Demam Tifoid, yang menjadi sumber utama infeksi adalah manusia
sedang menderita sakit maupun yang sedang dalam penyembuhan. Pada masa
23
2. Karier Demam Tifoid, penderita tifoid karier adalah seseorang yang kotorannya
(feses atau urin)mengandung Salmonella typhi setelah satu tahun pasca demam
tifoid, tanpa disertaigejala klinis. Pada penderita demam tifoid yang telah
feces atau urin. Penderita inidisebut karier pasca penyembuhan. Pada demam
tifoid sumber infeksi dari karierkronis adalah kandung empedu dan ginjal
(infeksi kronis, batu atau kelainananatomi). Oleh karena itu apabila terapi
meningococcus.
b. Incubatory carrier (masa tunas) adalah mereka yang masih dalam masa
24
penularannya kemungkinan hanya sampaitiga bulan umpamanya
manusia terjadi melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi kuman. Sebagian
kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus dan
selanjutnya berkembang biak. Bila respon imunitas humoral mukosa (IgA) usus kurang
baik maka kuman akan menembus sel-sel epitel usus dan selanjutnya ke lamina propia.
Di lamina propia kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plak Peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah bening
mesenterika.4
25
Gambar 2. Mekanisme infeksi Salmonella Typhi .6
hati dan limpa. Dengan periode waktu yang bervariasi antara 1-3 minggu,kuman
berkembang biak di luar makrofag dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi
mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dengan disertai tanda dan gejala
bersama cairan empedu diekskresikan kembali ke dalam lumen usus secara intermiten.
26
Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi
setelah menembus usus. Proses yang sama terulang kembali, oleh karena makrofag
pelepasan beberapa mediator inflamasi (IL-1, IL-6, IL-8, TNF-β, INF, GM-CSF, dsb.)
yang selanjutnya akan menimbulkan gejala reaksi inflamasi sistemik seperti demam,
malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas vaskuler, gangguan mental, dan
koagulasi.4
saluran cerna dapat terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak Peyeri yang
dinding usus. Proses patologis jaringan limfoid ini dapat berkembang hingga ke lapisan
membantu mendeteksi secara dini. Masa tunas demam tifoid berlangsung antara 10-14
hari. Gejala-gejala klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat, dari
kematian.4
Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang meningkat. Pada
minggu pertama, ditemukan keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah,
27
obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis.3 Karakteristik
demamnya adalah demam yang meningkat secara perlahan-lahan berpola seperti anak
tangga dengan suhu makin tinggi dari hari ke hari, lebih rendah pada pagi hari dan
tinggi terutama pada sore hingga malam hari. Pada akhir minggu pertama, demam akan
bertahan pada suhu 39-40°C. Pasien akan menunjukkan gejalarose spots, yang
5; dan akan menghilang dalam 2-5 hari. Hal ini disebabkan karena terjadi emboli oleh
bakteri di dermis.5
Pada minggu kedua, gejala klinis menjadi semakin berkembang jelas, berupa
denyut nadi 8 kali per menit, kemudian didapatkan pula lidah yang berselaput (kotor
ditengah, tepi dan ujung lidah merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali,
psikosis.11 Beberapa penderita dapat menjadi karier asimptomatik dan memiliki potensi
diperkuat oleh pemeriksaan laboratorium penunjang. Sampai saat ini masih dilakukan
28
demam tifoid dibagi dalam empat kelompok, yaitu : (1) pemeriksaan darah tepi; (2)
pemeriksaan bakteriologis dengan isolasi dan biakan kuman; (3) uji serologis; dan (4)
Pada penderita demam tifoid bisa didapatkan anemia, jumlah leukosit normal,
bisa menurun atau meningkat, mungkin didapatkan trombositopenia dan hitung jenis
biasanya normal atau sedikit bergeser ke kiri, mungkin didapatkan aneosinofilia dan
dan jenis leukosit serta laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitivitas, spesifisitas
dan nilai ramal yang cukup tinggi untuk dipakai dalam membedakan antara penderita
demam tifoid atau bukan, akan tetapi adanya leukopenia dan limfositosismenjadi
2. Uji Serologis
a. Uji Widal
Dasar reaksi uji Widal adalah reaksi aglutinasi antara antigen kuman
Salmonella Typhi terdapat dalam serum penderita demam tifoid, orang yang pernah
tertular Salmonella Typhi,dan orang yang pernah mendapatkan vaksin demam tifoid.
Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi Salmonella Typhi yang sudah
dimatikan dan diolah di laboratorium. Tujuan uji Widal adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita demam tifoid.5
29
Interpretasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :
(1) Titer aglutinin O yang tinggi (>160) menunjukkan adanya infeksi akut.
(3) Titer aglutinin yang tinggi terhadap antigen Vi terdapat pada carrier.
b. Pemeriksaan Dipstik
dapat mendeteksi antibodi IgM spesifik terhadap antigen LPS Salmonella Typhi
Typhi sebagai pita pendeteksi dan antibodi IgM anti-human immobilized sebagai
reagen kontrol. Pemeriksaan ini menggunakan komponen yang sudah distabilkan, tidak
memerlukan alat yang spesifik dan dapat digunakan di tempat yang tidak mempunyai
Penelitian oleh Gasem dkk (2002) mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar
69.8% bila dibandingkan dengan kultur sumsum tulang dan 86.5% bila dibandingkan
dengan kultur darah dengan spesifisitas sebesar 88.9% dan nilai prediksi positif sebesar
94.6%. Penelitian lain oleh Ismail dkk (2002) terhadap 30 penderita demam tifoid
mendapatkan sensitivitas uji ini sebesar 90% dan spesifisitas sebesar 96%.
c. Uji Typhidot®
Uji Typhidot® merupakan alat diagnostik demam tifoid yang diproduksi oleh
Biodiagnostic Research, Bangi, Malaysia. Hasil uji Typhidot® dinilai positif apabila
didapatkan reaksi dengan intensitas yang sama dengan atau lebih besar dari reaksi
30
kontrol, terlihat pada kertas saring komersial yang telah disiapkan. Tes ini
memperingatkan, jika hasil yang diperoleh tak tentu, tes harus diulang setelah 48 jam.
Metode lain untuk identifikasi bakteri Salmonella Typhi yang akurat adalah
mendeteksi DNA (asam nukleat) gen flagellin bakteri Salmonella Typhi dalam darah
1. Non-Medikamentosa
a. Tirah baring
b. Nutrisi
Pemberian makanan tinggi kalori dan tinggi protein (TKTP) rendah serat
basanyadiklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim, dan nasi biasa.
c. Cairan
Penderita harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun
31
mengandung elektrolitdan kalori yang optimal. Kebutuhan kalori anak pada infus
normal kembali. Hal ini sependapat dengan teori yangdikemukakan oleh Aden
2. Medikamentosa
a. Simptomatik
Panas yang merupakan gejala utama pada tifoid dapat diberi antipiretik.
Bilamungkin peroral sebaiknya diberikan yang paling aman dalam hal ini
32
adalahParacetamol dengan dosis 10 mg/kg/kali minum, sedapat mungkin
b. Antibiotik
1.1 Kloramfenikol
Diberikan selama 10-14 hari atau sampai 7 hari setelah demam turun. Pemberian
Intra Muskuler tidak dianjurkan oleh karena hidrolisis esterini tidak dapat
diramalkan dan tempat suntikan terasa nyeri. Pada kasus malnutrisi atau
dari antibiotik jenis ini adalah mudahnya terjadi relaps atau kambuh, dan carier.4
1.2 Cotrimoxazole
pemberiansecara syrup dosis yang diberikan untuk anak 4-5 mg/kg/kali minum
33
seharidiberi 2 kali selama 2 minggu. Efek samping dari pemberian
cenderung lebih aman dan cukup efektif. Dosis yangdiberikan untuk anak 100-
mg/kg/hariper IV dibagi dalam 1-2 dosis (maksimal 4 gram/hari) selama 5-7 hari.
Atau dapatdiberikan cefotaxim 150-200 mg/kg/hari dibagi dalam 3-4 dosis. Bila
mampuuntuk sediaan Per oral dapat diberikan Cefixime 10-15 mg/kg/hari selama
10 hari.4
Pada demam tifoid berat kasus berat seperti delirium, stupor, koma
menituntuk dosis awal, dilanjutkan 1 mg/kg tiap 6 jam sampai 48 jam. Untuk
34
diperlukantranfusi darah. Sedangkan yang sudah terjadi perforasi harus segera
35
4. Melaksanakan kegiatan perlindungan khusus (vaksinasi tifoid)
agar tetap sehat atau mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Pencegahan primer
dapat dilakukandengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari strain
Salmonella typhi yangdilemahkan. Di Indonesia telah ada 3 jenis vaksin tifoid, yaitu :
yang diminum selang sehari dalam 1 minggu satu jam sebelum makan.
2. Vaksin parenteral sel utuh : Typa Bio Farma. Dikenal 2 jenis vaksin
36
activated-Phenol preserved). Dosisuntuk dewasa 0,5 ml, anak 6 –12
daerah endemik, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid dan
dengan carabudaya cuci tangan yang benar dengan memakai sabun, peningkatan
higiene makanandan minuman berupa menggunakan cara-cara yang cermat dan bersih
surveilansdemam tifoid.
37
Penderita demam tifoid, dengan gambaran klinis jelas sebaiknya dirawat di
rumahsakit atau sarana kesehatan lain yang ada fasilitas perawatan.Penderita yang
perdarahandan perforasi. Bila klinis berat, penderita harus istirahat total. Bila penyakit
penderita.
Nutrisi pada penderita demam tifoid dengan pemberian cairan dan diet.Penderita
harus mendapat cairan yang cukup, baik secara oral maupun parenteral.Cairan
penurunankesadaran serta yang sulit makan. Cairan harus mengandung elektrolit dan
kalori yangoptimal. Sedangkan diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup.
Sebaiknyarendah serat untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita
tifoidbiasanya diklasifikasikan atas : diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
hamil, terutama pada trimester III karena dapat menyebabkan partus prematur, serta
janin mati dalam kandungan. Oleh karena itu obat yang paling aman diberikan pada
38
I. Komplikasi
Demam typhoid dapat menjadi penyakit yang semakin berat dan mengancam
nyawa, terggantung dari faktor inang (terapi imunosupresi, terapi antasida, riwayat
gastrointestinal (10-20%) dan perforasi intestinal (1-3%), hal ini biasa terjadi minggu
ke-3 dan minggu ke-4. Perdarahan gastrointestinal dan perforasi intestinal terjadi akibat
hiperplasia, ulsersi dan nekrosis dari plak peyeri ileocecal. Kedua komplikasi ini dapat
mengancam nyawa dan membutuhkan resusistasi cairan segera dan intervensi bedah
komplikasi ini sudah jarnag terjadi akibat pemberian antibiotik yang tepat.
39
J. Prognosis Demam Tifoid
Relaps dapat timbul beberapa kali. Ind bulan setelah infeksi umumnya menjadi
karier kronis.Resiko menjadi karier pada anak –anak rendah dan meningkat sesuai usia.
40
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Anamnesis
1. Identitas Pasien
c. Umur : 7 tahun
d. Pekerjaan : Pelajar
b. Anamnesis Terpimpin :
demam sejak 6 hari yang lalu, timbul hilang, terutama pada sore dan malam
hari. Pola demam yang dirasakan adalah dimulai dengan badan terasa dingin,
diikuti penurunan suhu tubuhnya. Pola demam ini terjadi 3-5 kali dalam sehari.
kepala yang muncul terutama saat pasien demam. pasien juga mengeluh mual
41
atau seperti ingin muntah, rasa tidak nyaman diperut dan nyeri pada uluhati.
Pasien juga mengeluh BAB encer dengan frekuensi ±7 kali disertai ampas.
3. Riwayat Pengobatan
pasien datang ke dokter praktek, dengan keluhan demam, mual dan BAB encer.
Pasien diberikan terapi paracetamol tab 3 x 1/2 tab dan cefadroxyl syr 2 x 1 cth.
dengan pasien pernah mengalami keluhan demam dan BAB encer pada 1 bulan
yang lalu.
hampir setiap hari jajan di lingkungan sekolah, pasien mengatakan bahwa salah
42
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
c. Berat Badan : 22 kg
g. Suhu : 38,5 oC
h. Pernafasan : 20 x/m
2. Status Generalis
a. Kepala
2) Wajah : Simetris
(+/+)
7) Mulut : Bibir kering (+), sianosis (-), lidah kotor (+), perdarahan gusi
43
b. Leher
1) Trakhea : Di tengah
c. Thoraks
1) Bentuk : Simetris
d. Jantung
3) Perkusi : Batas atas sela iga II garis parasternal kiri; batas kanan sela IV
garis para sternal kanan; batas kiri sela iga IV garis midclavicula kiri
e. Paru
3) Perkusi : Sonor
Wheezing (-/-)
f. Abdomen
2) Palpasi : hepar dan lien tidak teraba; nyeri tekan (-) daerah epigastrium
44
3) Perkusi : Timpani
g. Gentalia eksternal
Tidak dievaluasi
h. Ektremitas
D. Resume
demam sejak 6 hari yang lalu, timbul hilang, terutama pada sore dan malam hari. Pola
demam yang dirasakan adalah dimulai dengan badan terasa dingin, kemudian panas
dalam beberapa menit dan menggigil, kemudian berkeringat diikuti penurunan suhu
yang muncul terutama saat pasien demam. pasien juga mengeluh mual atau seperti
45
ingin muntah, rasa tidak nyaman diperut dan nyeri pada uluhati. Pasien juga mengeluh
Hasil pengukuran tanda-tanda vital dalam batas normal, kecuali suhu tubuh
38,5oC (febris). Pada pemeriksaan fisik didapatkan bibir kering (+), lidah kotor (+),
tidak ada pembesaran hepar, lien atau kelenjar regional. Auskultasi bising usus (+)
kesan normal.
pasien yang memiliki keluhan yang sama. Riwayat sosial juga didapatkan pasien sering
kebersihannya dan teman sekelas pasien yang menderita keluhan yang sama.
E. Diagnosis
F. Diagnosis Banding
2. ISPA
46
G. Terapi
5. Tirah baring
H. Edukasi
47
I. Follow Up
48
PF : TD : 90/60 - Cefadroxyl syr
N : 100x/i 125 ml 2 x 2½
P : 20x/i cth
S : 37.7 C - Biovitan syr 1
Lidah kotor (+) x 1 cth
Bising usus (+) kesan - CTM 3 x ½tab
normal - GG 3 x ½tab
Nyeri tekan (-) epigastric
D/ : Demam typhoid
16/05/2019 KU : Demam (-), nyeri - Aff infus
kepala (-), batuk (+), mual - Paracetamol
(-), muntah (-), nyeri ulu 500mg 4x½
hati (-) tab
Bab : baik - Cefadroxyl syr
Bak : lancar 125 ml 2 x 2½
PF : TD : 90/600 cth
N : 102x/i - Biovitan syr 1
P : 20x/i x 1 cth
S : 37 C - CTM 3 x ½tab
Lidah kotor (-) - GG 3 x ½tab
Bising usus (+) kesan
normal
Nyeri tekan (-) epigastric
D/ : Demam typhoid
17/05/2019 KU : Demam (-), nyeri - Paracetamol
kepala (-), batuk (+), mual 500mg 4x½
(-), muntah (-), nyeri ulu tab
hati (-) - Cefadroxyl syr
Bab : baik 125 ml 2 x 2½
Bak : lancar cth
PF : TD : 90/60 - Biovitan syr 1
N : 100x/i x 1 cth
P : 20x/i - CTM 3 x ½tab
S : 36.60C - GG 3 x ½tab
Lidah kotor (-)
Bising usus (+) kesan
normal
Nyeri tekan (+) epigastric
D/ : Demam typhoid
18/05/2019 KU : Demam (-), nyeri - Paracetamol
kepala (-), batuk (+) mual 500mg 4x½
tab
49
(-), muntah (-), nyeri ulu - Cefadroxyl syr
hati (-) 125 ml 2 x 2½
Bab : baik cth
Bak : lancar - Biovitan syr 1
PF : TD : 90/60 x 1 cth
N : 100x/i - CTM 3 x ½tab
P : 20x/i - GG 3 x ½tab
S : 36.60C Pasien boleh
Lidah kotor (-) pulang
Bising usus (+) kesan
normal
Nyeri tekan (+) epigastric
D/ : Demam typhoid
50
BAB V
PEMBAHASAN
Patingngaloang dengan keluhan demam sejak 6 hari yang lalu, timbul hilang, terutama
pada sore dan malam hari. Pola demam yang dirasakan adalah dimulai dengan badan
terasa dingin, kemudian panas dalam beberapa menit dan menggigil, kemudian
berkeringat diikuti penurunan suhu tubuhnya. Pola demam ini terjadi 3-5 kali dalam
sehari. Pasien juga mengeluh nyeri kepala, seperti tertusuk-tusuk, diseluruh kepala,
pasien mengeluh mual, rasa tidak nyaman diperut dan nyeri pada uluhati. Pasien juga
regular, suhu 38oC (febris), dan pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya bibir kering,
suspek demam typhoid karena adanya gejala demam dan gangguan saluran cerna, serta
nyeri epigastrium, lidah kotor timbulnya diare yang merupakan tanda khas dari demam
typhoid. Ditunjang dengan hasil pemeriksaan laboratorium yaitu rapid test IgM anti-
Salmonella didapatkan hasil positif. Sehingga pada pasien tersebut dapat di diagnosis
51
rapid test IgM anti-salmonella dalam menunjang diagnosis demam tifoid lebih sensitif
penyebab demam thypoid. Basil ini adalah gram negative, bergerak, tidak berkapsul,
tidak membentuk spora, tetapi memiliki fimbria, bersifat aerob dan anaerob fakultatif.
Ukuran antara (2-4) x 0,6 µm. Suhu optimum untuk tumbuh adalah 370C dengan PH
antara 6-8. Perlu diingat bahwa basil ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam
bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Sedangkan reservoir satu-satunya
makanan atau minuman yang dikonsumsi manusia telah tercemar oleh komponen feses
atau urin dari pengidap typhoid. Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat
1. Hygiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak
terbiasa.
Faktor ini paling berperan pada penularan typhoid. Banyak sekali contoh
sampah, dihinggapi lalat, air minum yang tidak dimasak, dan sebagainya.
52
3. Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran
Dari beberapa cara penularan diatas pada pasien ini ditemukan riwayat penyakit
yang sama dalam keluarga dan lingkungan tempat kerja nya. Ini menunjukkan terdapat
pola penularan dari orang yang ada disekitarnya. Pola penularannya dapat didapatkan
dari makanan, maupun dari keadaan lingkungan pasien. Kondisi tersebut menjadi salah
satu faktor terjadinya penularan demam typhoid. Selain itu, gaya hidup pasien juga
diketahui lebih sering mengkonsumsi makanan yang dibeli sehingga hygenitas dari
bagaimana keadaan lingkungan di rumah pasien, sehingga pada kunjungan rumah yang
2. Sumber air yang digunakan untuk mandi, cuci, kakus adalah air sumur bor
dan untuk memasak air minum menggunakan air PAM yang terbatas
yang sama.
53
4. Keluarga pasien sering mengkonsumsi sayur namun jarang mengkonsumsi
buah
Beberapa hal diatas dapat menjadi faktor penyebab yang mendukung terjadinya
anggota keluarga. Dan nantinya akan menimbulkan gejala klinis Demam Tifoid.
1. Terapi farmakologi :
a. IVFD RL 28 tpm
b. Paracetamol 3x 500 mg
c. Antasida 3x 1 tablet
d. Thyamphenicol 3x 500mg
a. Tirah baring
3. Edukasi
54
1. Terapi Farmakologis
Terapi pada pasien ini dimulai dengan pemberian cairan Ringer laktat 20
tetes per-menit mikrodrips, karena pada pasien thypoid harus mendapatkan cairan
yang cukup, baik secara oral maupun parenteral. Dosis cairan parenteral adalah
elektrolit dan kalori yang optimal. Adapun terapi simptomatik yang diberikan untuk
Anti mikroba segera diberikan bila diagnosis klinis demam tifoid telah
suspek. Berdasarkan kasus diatas diagnosis dapat ditegakkan dengan gejala klinis
yang khas dan pemeriksaan rapid test IgM anti-salmonella yang memberikan hasil
55
2. Terapi Non-farmakologis
Terapi non-farmakologis yang paling awal harus dilakukan adalah tirah baring
dengan sempurna untuk mencegah komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. Jika
keadaan umum pasien membaik maka akan dilakukan mobilisasi secara bertahap,
sesuai dengan pulihnya kekuatan pasien. Selain itu pemberian diet yang sesuai dengan
keadaan umum pasien juga mendukung pemulihannya, pada pasien ini ditemukan
adanya keluhan gastrointersinal berupa mual, muntah dan nyeri uluhati, sehingga diet
yang diberikan berupa diet lunak. Makanan yang diberikan harus mengandung kalori
terhadap penularan penyakit demam tifoid ini, maka diberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga saat kunjungan rumah, demi memutus rantai penularan dan
56
2) Selalu rutin membersihkan jamban dengan cairan pembersih, disikat dan
disiram dengan air bersih, sehingga tidak terkontaminasi dengan lalat dan
serangga lain.
3) Mengelola air limbah, kotoran dan sampah dengan benar, dengan rutin
pada tempatnya sehingga dengan mudah diangkut oleh bak sampah, tidak
dihinggap oleh lalat atau serangga lain, dan tidak mencemari lingkungan.
makanan, maka hygiene makanan dan minum sangat penting dijaga pasien saat
“Golden rule of WHO”, maka yang harus dilakukan pasien dan keluarga adalah:
miniral yang terjamin atau air PAM yang dimasak sampai mendidih terlebih
seperti tikus.
57
4) Memilih bahan makanan yang terjamin kebersihannya.
perorangan. Dalam hai ini, pasien harus semakin meningkatkan kebersihan dirinya
dengan selalu mencuci tangan dengan benar, menggunakan sabun dan air mengalir,
saat ingin makan, sesudah makan, setelah memegang sampah, setelah bekerja, dan
lingkungan.
penularan demam thypoid tersebut, maka dapat memutus mata rantai penularan,
menurunkan angka kejadian kasus baru demam tifoid dan pasien karier yang kembali
relaps.
58
BAB VI
KESIMPULAN
menjadi penyakit rawat inap teratas pada tahun 2018 dan 2019.
Demam tifoid adalah infeksi sistemik akut yang disebabkan oleh Salmonella
fisik, pasien didiagnosa sebagai suspek demam typhoid. Ditunjang dengan hasil
pemeriksaan laboratorium yaitu widal test didapatkan hasil positif pada beberapa titer.
Sehingga pasien dalam pembahasan ini dapat di diagnosis sebagai demam typhoid
Pada pasien ditemukan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga dan
lingkungan tempat kerjanya. Selain itu, gaya hidup pasien juga diketahui lebih sering
konsumsi tidak terjamin. Hal ini yang menjadi faktor terjadinya penularan demam
lokasi, sumber air, penyediaan jamban, dan makanan yang dikonsumsi memang
59
Penatalaksanaan terapi farmakologi pada pasien ini sesuai dengan penanganan
perkembangan kesembuhan pasien. Hal ini terbukti dengan pemberian hari ke-5
tiamfenikol, pasien bebas demam. Begitu juga terapi non farmakologi yang diberikan
terhadap penularan penyakit demam tifoid ini, maka diberikan penyuluhan kepada
pasien dan keluarga saat kunjungan rumah, demi memutus rantai penularan dan
60
DAFTAR PUSTAKA
61
11. Aprilia Nasri, Harun Nurrachmat, Aprilia Indra Kartika. Prosiding Seminar
Nasional: Uji Konfirmasi Widal Positif O Titer 1/640 Dengan Rapid Igm Anti-
62