Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
Persalinan dari segi fisik dapat digambarkan sebagai proses ketika janin,
plasenta, dan membran dikeluarkan melalui jalan lahir tetapi tentu saja persalinan
bukan sekadar peristiwa fisik murni. Apa yang terjadi selama persalinan dapat
mepengaruhi hubungan antara ibu dan bayi, serta persalinan di masa yang akan
datang (Fraser, 2009). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin
atau uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan
lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2012).
pengeluaran bayi cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan
pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Adapun menurut proses
2. Persalinan buatan yaitu persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya
11
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada prinsipnya,
3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih
tinggi.
5. Memberikan injeksi vitamin K1 dan salep mata pada bayi baru lahir
memberikan derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui upaya
yang terintegrasi dan lengkap tetapi dengan intervensi yang seminimal mungkin
agar prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
persalinan normal harus mempunyai alasan dan bukti ilmiah yang kuat tentang
selama persalinan dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan
aman, dengan memberikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Kebijakan
12
a. Semua persalinan harus ditolong dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih.
asuhan persalinan normal adalah pelatihan asuhan yang bersih dan aman dari
pasca persalinan dan hipertermia serta asfiksia bayi baru lahir. Tujuan umum
beserta rujukannya.
penanganan awal penyulit beserta rujukan yang berkualitas & sesuai dengan
prosedur standar.
13
merugikan dengan maksud menghilangkan tindakan tersebut (JNPK-KR,
2007).
kesehatan yang bermutu. Menurut Saifuddin dkk yang dikutip oleh Siwi dan
1. Standar masukan
termasuk pelayanan persalinan yang bermutu, yaitu jenis, jumlah dan kulaifikasi
tenaga pelaksana; jenis, jumlah dan spesifikasi sarana fisik dan peralatan, dana
(modal) dan metode (keterampilan dan prosedur kerja). Untuk dapat menjamin
ditetapkan.
2. Standar proses
tindakan medis (medical procedures) dan tindakan non medis (non medical
14
oleh kesesuaian tindakan dengan standar proses maka haruslah dapat diupayakan
3. Standar keluaran
terjadi sebagai hasil dari layanan kesehatan yang diselenggarakan dan terhadap
segera diperbaiki. Secara sederhana kedudukan dan peranan ke tiga standar ini
adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
15
kesehatan. Tenaga kesehatan harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar
kebidanan dan kandungan, mereka juga berperan sebagai tenaga advokasi kepada
mempunyai lebih dari satu dokter umum (tidak merata). Dokter umum di
dokter umum tidak merata, masalah lainnya adalah belum semua dokter umum di
16
diharapkan dapat berfungsi sebagai fasilitas kesehatan yang mampu PONED tidak
2. Bidan
Ikatan Bidan Indonesia telah menjadi anggota ICM sejak tahun 1956,
Midwives menurut Confederation (ICM) yang dianut dan diadopsi oleh seluruh
organisasi bidan diseluruh dunia, dan diakui oleh WHO dan Federation of
yang telah mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah
(registrasi) dan memiliki izin yang sah (lisensi) untuk melakukan praktik bidan,
pengaturan kesuburan, bayi baru lahir dan balita (Depkes RI, 2007).
jalannya proses belajar mengajar. Menurut Sagne dan Brigs dalam Latuheru
(2008), sarana adalah segala sesuatu yang dipakai sebagai alat dalam mencapai
pelayanan kesehatan. Jadi sarana dan prasarana penting sekali dan merupakan
syarat mutlak dalam strategi pelayanan persalinan, karena tersedianya sarana dan
17
prasarana akan mendorong tenaga kesehatan untuk memanfaatkannya untuk
bahwa puskesmas harus memiliki sarana dan prasarana yang lengkap, dimana
khususnya MDGs 4 dan MDGs 5 tahun 2015, yaitu untuk menurunkan angka
kematian balita dan angka kematian ibu (AKI) serta mewujudkan akses kesehatan
18
kesehatan daerah sebesar 10% dari APBD. Selanjutnya di dalam Undang-Undang
digunakan untuk :
1. Administrasi pelayanan
19
4. Standar adalah rumusan penampilan atau nilai yang diinginkan dan yang
ideal yang ingin dicapai, sesuai dengan indikator atau parameter yang telah
prosedur kerja/ tahapan kerja suatu tindakan profesi tertentu (dokter, bidan dan
perawat), yang harus ditentukan/ ditetapkan oleh suatu organisasi yang berlaku
nasional atau internasional sehingga pihak organisasi mengikuti apa yang sedang
sampai dengan standar 12. Adapun penjelasan lebih rinci standar tersebut adalah
sebagai berikut:
Pernyataan standar :
Pernyataan standar :
20
3. Standar 11: penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Pernyataan standar :
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang lama
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala eklampsia mengancam, serta
Pernyataan standar :
Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala partus lama/ macet serta
21
3. Standar 19: persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor
Pernyataan standar :
Pernyataan standar :
klien.
Pernyataan standar :
Pernyataan standar :
Bidan mampu menganali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan
apabila tidak segera ditangani akan berakibat kesakitan yang berat, bahkan
22
kematian ibu bersalin. Mengenal kasus kegawatdaruratan obstetri pada persalinan
secara dini sangat penting agar penangan atau pertolongan yang cepat dan tepat
mengatasi keadaan dari kesakitan agar pasien tidak meninggal, atau memburuk
dilakukan. Anamnesis yang dilakukan hanya periksa pandang, periksa raba, dan
penilaian tanda vital dan hanya untuk mendapatkan informasi yang sangat penting
23
3. Rujukan
untuk menyelesaikan kasus dengan tindakan klinik yang adekuat, maka harus
dirujuk ke fasilitas kesehatan lain yang lebih lengkap. Sebaiknya sebelum pasien
dirujuk, fasilitas kesehatan yang akan menerima rujukan dihubungi dan diberitahu
yaitu:
penerima rujukan dapat menerima pasien dalam keadaan pasien gawat darurat.
rujukan.
kesehatan yang lebih bermutu karena tindakan rujukan ditunjukan pada kasus
yang tergolong berisiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat menjadi
faktor yang menentukan untuk menurunkan angka kematian ibu bersalin terutama
24
kesiapan untuk merujuk ibu ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan
tepat waktu jika penghadapi penyulit. Jika bidan lemah atau lalai dalam
melakukannya akan berakibat fatal bagi keselamatan ibu bersalin (Siwi dan
Endang, 2015).
“BAKSOKU”, yaitu :
a. B (bidan)
Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
b. A (alat)
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set,
c. K (keluarga)
Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir klien (ibu) dan alasan mengapa ia
dirujuk, sehingga suami dan keluarga yang lain harus menemani ibu (klien) ke
tempat rujukan.
d. S (surat)
Beri surat ke tempat rujukan yang berisi identitas ibu (klien), alasan mengapa
dirujuk, uraian hasil rujukan, asuhan atau obat-obatan yang telah diterima ibu
(klien).
e. O (obat)
25
f. K (kendaraan)
Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam
kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu yang
cepat.
g. U (uang)
Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, bayi baru lahir baik yang datang sendiri
atau atas rujukan kader/ masyarakat, bidan desa dan puskesmas. Puskesmas
obstetri neonatal emergensi/ komplikasi tingkat dasar dalam 24 jan sehari dan 7
hari seminggu.
terdapat pintu untuk keluar dari kematian ibu, yaitu: status perempuan dan
yang bersih dan aman oleh tenaga kesehatan yang berkompoten, PONED-PONEK
26
2.2.2 Tujuan Puskesmas PONED
3. Melaksanakan rujukan secara cepat dan tepat untuk kasus-kasus yang tidak
Dalam hal ini melakukan stabilisasi dan segera melakukan rujukan secara
AKI dan AKN maka perlu dilaksanakan dengan baik agar dapat dioptimalkan
27
1. Puskesmas rawat inap yang dilengkapi fasilitas untuk pertolongan persalinan,
tempat tidur rawat inap sesuai kebutuhan untuk pelayanan kasus obstetri dan
2. Letaknya strategis dan mudah diakses oleh puskesmas/ fasyankes non PONED
dari sekitarnya.
sebagai tempat pertama mencari pelayanannya, baik rawat jalan ataupun rawat
standar.
6. Jarak tempuh lokasi pemukiman sasaran, pelayanan dasar dan puskesmas non
umum mengingat waktu paling lama untuk mengatasi perdarahan 2 jam dan
Bidan yang terlatih GDON (gawat darurat obstetri dan neonatal) dan seorang
28
pasien emergensi/ komplikasi siap dirujuk dalam kondisi stabil. Tenaga
kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti pelaksana PONED harus yang sudah
terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan yang telah
8. Mempunyai cukup tenaga Dokter, Bidan dan Perawat lainnya, yang akan
terlampir.
10. Puskesmas telah mempunyai peralatan medis, non medis, obat-obatan dan
29
13. Mempunyai hubungan kerjasama dengan rumah sakit terdekat dan dokter
14. Adanya komitmen dari para stakeholders dengan upaya untuk memfungsikan
PONED.
berlaku.
30
g. Seluruh petugas Puskesmas mampu PONEK melakukan pelayanan dengan
Kabupaten/ Kota dan Dinas Kesehatan Provinsi. Pembinaan ini dilakukan secara
berjenjang dan simultan dengan melibatkan Lintas Program dan Lintas Sektor.
4. Persalinan macet
6. Infeksi nifas
daya manusia, tetapi juga perbaikan sistem rujukan maternal yang akan menjadi
bagian dari tulang punggung sistem pelayanan secara keseluruhan. Karena dalam
31
pelayanan pada fasilitas kesehatan yang sesuai setelah mendapatkan pertolongan
tempat rujukan untuk melakukan stabilisasi, setelah itu pengobatan dan tindakan
kasus harus dikerjakan di fasilitas pelayanan yang lebih baik oleh karena
7. Primipara pada fase aktif kala I persalinan dengan penurunan kepala 5/5.
10. Ibu hamil dengan penyakit penyerta yang mengancan jiwa (Diabetes Millitus
Kesiapan untuk merujuk ibu dan bayi ke fasilitas kesehatan rujukan secara
optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan upaya penyelematan.
32
Sistem rujukan adalah peneyelenggaraan pelayanan kesehatan yang mengatur
prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien, efektif dan sesuai dengan
obstetri dan neonatal yang datang ke puskesmas PONED harus dikelola sesuai
dengan prosedur yang tetap. Setelah diketahui kondisi pasien, ditentukan apakah
1. Rujukan masyarakat
33
Kasus Datang
Money hasil
tindakan yankes di
Puskesmas
34
Kebutuhan merujuk pasien tidak hanya dalam kondisi kegawatdaruratan
saja, akan tetapi juga pada kasus yang tidak dapat ditangani di fasilitas pelayanan
rawat inap karena tenaga kesehatan tidak mampu melakukan dan atau peralatan
yang diperlukan tidak tersedia. Khusus untuk pasien/ ibu bersalin dalam kondisi
sakit cukup berat dan atau kegawatdaruratan medik, proses rujukan mengacu pada
3. Menuju/ memilih fasilitas rujukan terdekat secara tepat dan mudah dijangkau
(Mubarak, 2012).
35
2.3 Kerangka Pikir
sebagai berikut :
pelayanan persalinan yang terdiri dari tenaga kesehatan terlatih APN dan
36