Anda di halaman 1dari 29

LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI

RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

PEDOMAN ETIK DAN HUKUM

JANUARI 2019
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................................... 2


BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 3
A. Latar Belakang .................................................................................................................................. 3
B. Tujuan ................................................................................................................................................ 4
C. Ruang Lingkup .................................................................................................................................. 4
D. Landasan Hukum ............................................................................................................................. 5
BAB II STANDAR KETENAGAAN ........................................................................................... 6
A. Susunan Panitia Etik Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri Sesuai Keputusan Kepala
Rumah Sakit ........................................................................................................................................... 6
B. Tugas Dan Wewenang Panitia Etik Dan Hukum ......................................................................... 6
BAB III STANDAR FASILITAS................................................................................................. 8
BAB IV TATA LAKSANA PANITIA ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT ................................ 9
A. Penanganan Masalah Etik Rumah Sakit ...................................................................................... 9
B. Penanganan Pelanggaran Etika Profesi Medis ......................................................................... 12
C. Penanganan Pelanggaran Etik Profesi Keperawatan .............................................................. 12
D. Penanganan Pelanggaran Etika Profesi Kesehatan Lain ........................................................ 12
E. Etika Pemasaran/ Promosi Rumah Sakit.................................................................................... 13
F. Etika Dan Tata Laku Bisnis ........................................................................................................... 17
BAB V LOGISTIK .................................................................................................................20
BAB VI KESELAMATAN PASIEN ........................................................................................21
BAB VII KESELAMATAN KERJA..........................................................................................24
BAB VIII PENEGENDALIAN MUTU ........................................................................................28
BAB IX PENUTUP .................................................................................................................29

2
LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN POLRI
RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan mata rantai di dalam sistem kesehatan nasional di
dalam memberikan pelayanan di dalam bidang promatif, preventif, kuratif, kuratif
dan rehabilitatif. Kemajuan dibidang teknologi modern, alam bidang kesehatan
akan mempengaruhi perilaku rumah sakit di dalam memberikan pelayananannya.
Lain dari pada itu jenis dan bentuk sifat rumah sakit sangat homogen sesuai
dengan sejarah dan perkembangan rumah sakit di Indonesia. Sedangkan petugas
yang memberikan pelayanan di rumah sakit juga sangat heterogen, baik kualitas
maupun jenis ragam untuk mendapatkan hasil kerja yang optimal diperlukan
adanya rasa kebersamaan dari seluruh petugas di rumah sakit maupun antara
rumah sakit itu sendiri.
Seiring dengan kemajuan zaman, serta kemudahan dalam akses informasi,
era globalisasi atau kemajuan membuat akses informasi tanpa batas, serta
peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat masyarakat semakin kritis.
Disisi lain menyebabkan timbulnya berbagai masalah etik. Selain itu perubahan
gaya hidup, budaya dan tata nilai masyarakat, membuat masyarakat semakin
peka menyikapi berbagai persoalan, termasuk memberikan penilaian terhadap
pelayanan yang diberikan oleh medis, paramedis, dan non medis.
Perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan masyarakat yang optimal,
membuat perkembangan ini juga diikuti oleh ilmu hukum di bidang kesehatan,
sehingga secara bersamaan petugas kesehatan menghadapi masalah hukum
terkait dengan aktifitas, perilaku, sikap dan kemampuannya dalam menjalankan
profesi kesehatan.
Ketika masyarakat merasa ketidakpuasan terhadap pelayanan atau apabila
medis atau paramedis merugikan pasien tidak menutup kemungkinan dimeja
hijaukan bahkan didukung semakin tinggi peran medis baik media masa maupun
elektronik dalam menyerap berbagai masalah yang timbul. Dalam pelayanan,
perlu didukung pemahaman mengenai etik profesi dan hukum kesehatan, dasar
kewenangan dan aspek legal dalam pelayanan kesehatan. Untuk itu dibutuhkan
suatu pedoman yang komprehensif dan integratif untuk mendukung sikap dan
perilaku yang harus dimiliki oleh medis, paramedis, dan non medis di Rumah Sakit
Bhayangkara Lemdiklat Polri.

B. TUJUAN…..

3
B. TUJUAN
a. Tujuan Umum
Tujuan penyusunan kerangka kerja, pengolahan etika rumah sakit ini agar
terciptanya rumah sakit memiliki tanggung jawab etik dan hukum terhadap
pasien dan masyarakat serta pimpinan rumah sakit memahami tanggung
jawab dalam melaksanakan dan melakukan bisnis dan asuhan klinis di
rumah sakit.

b. Tujuan Khusus
1. Tercapainya perilaku yang terpuji didalam memberikan pelayanan
kepada pasien atau keluarganya dengan tingkat atau mutu
profesionalisme yang tinggi;
2. Tercapainya peningkatan tanggung jawab professional pada dasarnya
mengandung 2 unsur pengertian yang saling berkaitan, yaitu tanggung
jawab dalam unsur etika dan tanggung jawab dalam unsur kemampuan
profesi;
3. Terlaksananya prosedur penanganan penyelesaian konfrontasi etik
dalam pelayanan medis dan non medis di Rumah Sakit Bhayangkara
Lemdiklat Polri;
4. Terlaksananya tanggung jawab etik dan hukum terhadap pasien dan
masyarakat;
5. Terlaksananya pembinaan dan pengendalian penanganan
penyelesaian konfrontasi etik dalam pelayanan medis dan non medis di
Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri;
6. Terwujudnya koordinasi penanganan penyelesaian konfrontasi etik
dalam pelayanan medis dan non medis di Rumah Sakit Bhayangkara
Lemdiklat Polri;

C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup dari kerangka kerja ini mencakup pelaksanaan etik rumah sakit
mencakup :
1. Penanganan masalah etika rumah sakit;
2. Penanganan pelanggaran etika profesi medis;
3. Penanganan pelanggaran etika profesi keperawatan;
4. Penanganan pelanggaran etika profesi kesehatan lain;
5. Etika promosi rumah sakit;
6. Etika dan tata laku bisnis;

/ C. LANDASAN…..

4
D. LANDASAN HUKUM
Adapun yang menjadi dasar hukum dalam penyusunan kerangka kerja
pengelolaan etika di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri adalah sebagai
berikut.
1. Undang-undang RI Nomor: 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;
2. Undang-undang RI Nomor: 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
3. Undang-undang RI Nomor: 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik;
4. Undang-undang RI Nomor: 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik;
5. Undang-undang RI Nomor: 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
6. Undang-undang RI Nomor: 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
7. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 10 Tahun 1996 tentang Wajib Simpan
Rahasia Kedokteran;
8. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 269/MENKES/PER/III/2008 tentang
Rekam Medis;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 290/MENKES/PER/III/2008 tentang
Persetujuan Tindakan Kedokteran;
11. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1787/MENKES/PER/XII/2010
tentang Iklan dan Publikasi Layanan Kesehatan;
12. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor: 1691/MENKES/PER/VIII/2001
tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;
13. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia RI No: 2 Tahun 2011 tentang Tata
Cara Penanganan Kasus Dugaan Pelanggaran Disiplin Dokter dan Dokter
Gigi;
14. Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI) Tahun 2000;
15. Kode Etik Kedokteran gigi Indonesia Tahun 2008;
16. Kode Etik Kedokteran Indonesia Tahun 2002;

/ BAB II …..

5
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. Susunan Panitia Etik Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri Sesuai


Keputusan Kepala Rumah Sakit :
1. Jumlah seluruhnya sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari :
a. Ketua : 1 orang.
b. Anggota : 3 orang
2. Panitia etik rumah sakit dapat mengundang narasumber bila diperlukan,
sebagai anggota Ex-Officio (anggota tidak tetap) panitia etik rumah sakit.
3. Persyaratan Jabatan
NO Jabatan Kebutuhan
1 Ketua 1
2 Anggota 3

B. TUGAS DAN WEWENANG PANITIA ETIK DAN HUKUM


1. Secara umum Komite Etik dan Hukum bertugas membantu pimpinan
rumah sakit menerapkan Kode Etik Rumah Sakit di rumah sakit, baik
diminta maupun tidak diminta.
2. Secara khusus Komite Etik dan Hukum memiliki tugas dan wewenang :
a. Melakukan pembinaan insan perumahsakitan secara komprehensif
dan berkesinambungan, agar setiap orang menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Rumah Sakit sesuai dengan peran dan
tanggung jawab masing-masing di rumah sakit. Pembinaan ini
merupakan upaya preventif, persuasif, edukatif, dan korektif
terhadap kemungkinan terjadinya penyimpangan atau pelanggaran
Kode Etik Rumah Sakit. Pembinaan dapat dilakukan melalui
pendidikan, pelatihan, diskusi kasus, dan seminar.
b. Memberi nasehat, saran, dan pertimbangan terhadap setiap
kebijakan atau keputusan yang dibuat oleh pimpinan atau pemilik
rumah sakit
c. Membuat pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang terkait dengan etika rumah sakit.
d. Menangani masalah-masalah etik yang muncul di dalam rumah sakit.
e. Memberi nasehat, saran, dan pertimbangan etik kepada pihak-pihak
yang membutuhkan.
f. Membantu menyelesaikan perselisihan/sengketa medik yang terjadi
di lingkungan rumah sakit.
g. Menyelenggarakan berbagai kegiatan lain yang dipandang dapat
membantu terwujudnya kode etik rumah sakit.
/ 3. Dalam .....

6
3. Dalam melaksanakan tugasnya Komite Etik dan Hukum wajib menerapkan
prinsip kerjasama, koordinasi, dan sinkronisasi dengan Komite Medik
serta struktur lain di rumah sakit sesuai dengan tugas masing-masing.
4. Pimpinan dan anggota Komite Etik dan Hukum wajib mematuhi peraturan
rumah sakit dan bertanggung jawab kepada pimpinan rumah sakit serta
menyampaikan laporan berkala pada waktunya.
5. Melaksanakan pengawasan pelaksanaan etik rumah sakit yang dilakukan
oleh seluruh anggota dan mitra kerja di rumah sakit.
6. Melaksanakan pertemuan rapat panitia etik rumah sakit dengan
ketentuan sebagai berikut :
a. Diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2 bulan.
b. Rapat dipimpin oleh ketua/ wakil ketua.
c. Rapat dianggap sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurang lebih dari
separuh jumlah anggota panitia etik rumah sakit.
d. Setiap rapat panitia etik rumah sakit harus dibuatkan laporan.

/ BAB III …..

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

1. Standar Fasilitas
1. Bangunan
Fasilitas bangunan, ruangan dan peralatan memenuhi ketentuan sebagai
berikut:
a) Lokasi menyatu dengan perkantoran rumah sakit.
b) Luas yang cukup untuk penyelenggaraan asuhan klinis di rumah sakit.
c) Dipisahkan antara fasilitas untuk pelayanan langsung pada pasien,
dispensing serta ada penanganan limbah.
d) Memenuhi persyaratan ruang tentang suhu, pencahayaan, kelembaban,
tekanan dan keamanan baik dari pencuri maupun binatang pengerat.
e) Ruang pelayanan cukup untuk seluruh kegiatan pelayanan komite etik dan
hukum rumah sakit.
f) Tersedia ruangan untuk menyimpan sumber informasi yang dilengkapi
dengan teknologi komunikasi dan sistem penanganan informasi yang
memadai untuk mempermudah pelayanan komite etik dan hukum.

2. Peralatan
Fasilitas peralatan memenuhi persyaratan yang ditetapkan terutama untuk
penanganan masalah etik dan hukum di rumah sakit. Peralatan minimal yang
harus tersedia:
a) Peralatan administratisi terdiri dari :
- Furniture (meja, kursi, rak, kabinet, dan lain-lain).
- Komputer dan printer
- Alat tulis kantor, jaringan internet
b) Penerangan, sarana air, dan ventilasi yang baik.
c) Pemadam Kebakaran atau Alat Pemadan Api Ringan (APAR).

/ BAB IV …..

8
BAB IV
TATA LAKSANA PANITIA ETIK DAN HUKUM RUMAH SAKIT

Kelalaian dalam bidang perumahsakitan bisa menyangkut rumah sakitnya sebagai


suatu organisasi (yang diwakili oleh Karumkit) jika menyangkut bidang-bidang yang
berkaitan dengan policy dan manajemen. Di dalam lingkup tanggung jawab rumah sakit
termasuk juga tindakan dari para karyawan (dokter, perawat, bidan, tenaga kesehatan,
dan tenaga administrasi) bisa sampaimenimbulkan kerugian kepada pasien. Rumah
sakit sebagai institusi juga mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap
pemberian pelayanan yang baik kepada para pasiennya.

A. PENANGANAN MASALAH ETIK RUMAH SAKIT


1. Informasi keluhan, pengaduan atau complain dapat diterima oleh direksi,
humas, dan Panitia etik dari :
a. Media massa
b. Kotak saran
c. Keluhan pasien
d. Laporan staf
e. Telepon pengaduan
f. Somasi pasien/ kuasa hukum
g. Tokoh masyarakat
h. LSM
2. Satuan kerja yang menerima keluhan atau complain melakukan hal-hal :
a. Mencacat dan mengkaji informasi :
a) Identitas
b) Kondisi pasien
c) Peristiwa atau kejadian
d) Tuntutan pasien
b. Menanggapi keluhan :
a) Mengucapkan terima kasih dan laporan
b) Membuat penjelasan sementara
c) Menjamin keluhan akan ditindaklanjuti
d) Menenangkan pelapor
e) Member tanda terima kasih laporan
c. Melaporkan kepada direksi adanya keluhan atau complain
d. Mengisi formulir sesuai keluhan :
a) Member pertimbangan
b) Meminta pengarahan tindak lanjut dari direksi
c) Menindaklanjuti instruksi dari direksi

/ 3. Investigasi …..

9
3. Investigasi kasus
Membahas kebeneran informasi tentang :
a. Identitas pasien
b. Peristiwa
c. Rekam medis
Penataan dokumen :
a. Dokumen informasi
b. Berkas rekam medis
c. Dokumen persetujuan tindakan medis
d. Second opinion
e. Resume medis
f. Pendapat organisasi profesi
g. Juklak, Juknisdan SOP pelayanan
h. Rapat dengan satuan kerja terkait

4. Analis kasus
Hasil rapat koordinasi menentukan atau memilih kategori kasus :
1) Kasus etika  ditangani oleh KE
2) Kasus administrasi  ditangani bagian SDM
3) Kasus hukum  ditangani oleh KH
4) Kasus gabungan  ditanganin KE
Telaah kasus :
a. Kebenaran identitas pasien
b. Kebenaran peristiwa
c. Barang bukti
d. Pertimbangan prosedur tindak lanjut
Penyimpulan kasus posisi ditinjau dari :
a. Kewenangan dan kompetensi
b. Indikasi dan kontrak indikasi
c. Persetujuan tindakan medis
d. Kesesuaian dengan tindakan SOP
e. Kerugian/ cidera dan sebab akibatnya
f. Hukum dan perundang-undangan
g. Putusan direksi tentang pilihan penyelesaian kasus litigasi atau non
litigasi.
Dokumen kasus :
a. Seluruh dokumen yang terkait dengan kasus pelayanan medis ditata
dan diberikan pengkodean khusus

/ b. Dokumen…..

10
b. Dokumen disimpan oleh Wakarumkit pelayanan sampai kasus
dianggap selesai
c. Bila kasus telah selesai dokumen dikembalikan kepada bagian rekam
medis.

Alur Layanan Komplain


RS Bhayangkara Lemdiklat Polri

Komplain pasien/Keluarga langsung Unit terkait

Tidak langsung Selesai Tidak selesai

Kepala unit
Komite Etik dan Hukum RS

Pembina unit

Subbag wasintern Tidak selesai Selesai

WAKARUMKIT

KARUMKIT

Mediasi Tidak selesai Tuntutan hukum

PUSDOKKES
Selesai

/ B. PENANGANAN …..

11
B. PENANGANAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI MEDIS
Masalah etika profesi medis dapat berasal dari :
1. Dalam rumah sakit, dimana komite medik menerima permintaan peninjauan
penanganan masalah etika profesi medis dari Karumkit.
2. Luar rumah sakit dimana masalah disampaikan langsung dari pasien atau
masyarakat berusaha surat complain, dll kepada Karumkit, kemudian
karumkit akan meminta tim komite medik untuk menangani masalah
tersebut.
3. Panitia etik dan disiplin profesi melakukan investigasi terhadap laporan
pelanggaran etika profesi medik, bila perlu dengan tim komite medik
4. Rekomendasi dari komite medik disampaikan ke karumkit dan tembusannya
disampaikan ke komite medik.
5. Bilamana berkaitan dengan aspek medikolegal, maka komite medik
berkoordinasi dengan rumah sakit dan Panitia etik rumah sakit.

C. PENANGANAN PELANGGARAN ETIK PROFESI KEPERAWATAN


1. Setiap pelanggaran etika profesi keperawatan yang dilakukan oleh staf
keperawatan kepada pasien, keluarga atau rekan kerja segera dilaporkan
melalui koordinator ruangan/ kalakhar unit.
2. Dalam waktu 24 jam kronologis kejadian harus disampaikan kepada
koordinator ruangan/ Kalakhar Unit dan segera mengumpulkan data untuk
kelengkapan laporan.
3. Melakukan koordinasi dengan komite keperawatan untuk menelaahan
terhadap pelanggaran etika profesi keperawatan
4. Penyelesaian masalah pelanggaran etika berdasarkan buku pedoman etika
profesi keperawatan
5. Pembinaan atau bimbingan oleh koordinator ruangan/ Kalakhar/ supervisor
sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan yaitu pelanggaran ringan,
pelaggaran sedang, dan pelanggaran berat.
6. Pelaksanaan evaluasi selama 3 bulan

D. PENANGANAN PELANGGARAN ETIKA PROFESI KESEHATAN LAIN


1. Pelanggaran etika profesi bisa dilaporkan oleh pasien atau keluarga pasien
atau rekan se profesi atau profesi lain, dapat disampaikan melalui complain
kepada humas atau langsung disampaikan kepada penanggungjawab etika
profesi.
2. Penanggung jawab etika profesi membuat laporan dan disampaikan kepada
Panitia etik rumah sakit untuk dilakukan penelaahan atau investigasi
3. Dalam penyelesaian dugaan pelanggaran etika profesi bila perlu meminta
pendapat profesi tersebut atau perkumpulan atau ikatan profesi terkait.
4. Rekomendasi yang dibuat disampaikan ke karumkit oleh tim komite etik
/ E. ETIKA…..

12
E. ETIKA PEMASARAN/ PROMOSI RUMAH SAKIT
1. Pengiklanan
Menyadari cermat baiknya media cetak dan elektronik sebagai sarana
untuk pendidikan masyarakat, dan sebagai peranan untuk pemberian
informasi kepada masyarakat secara bertanggungjawab, tetapi harus
dihargai bahwa rumah sakit mempunyai tanggung jawab yang besar kepada
pasien dan terhadap golongan professional yang terwakili dalam rumah sakit
dan mempunyai etika professional perlu dihormati. Informasi yang
berhubungan dengan pasien kecuali yang disahkan oleh perundang-
undangan dilarang diberikan kepada pihak ketiga tanpa izin dan persetujuan
dari pasien/ keluarganya dari dokter yang merawatnya. Informasi untuk
penelitian dan proyek ilmiah dilarang diumumkan kepada masyarakat tanpa
persetujuan dari pasien yang bersangkutan dan dilarang diumumkan dengan
cara yang bertentangan dengan etika dari golongan yang bersangkutan.
Informasi yang berhubungan dengan kegiatan rumah sakit dilarang
ditunjukkan untuk menunjukkan keunggulan komparatif terhadap rumah sakit
lain atau keunggulan dan murni tanpa melebih-lebihkan dan membesar-
besarkan kenyataan tanpa pernyataan yang kurang lengkap, menyesatkan
atau salah.
2. Promosi pemasaran
Rumah sakit dalam promosi pemasaran harus bersifat informatif, tidak
komparatif, berpijak pada dasar yang nyata, tidak berlebihan dan
berdasarkan kode etik rumah sakit Indonesia. Dalam pelayanan kesehatan
konsep “pemasaran” (marketing) nampaknya lebih berkonotasi negative
daripada positif karena membangkitkan ke arah promosi periklanan dan
penjualan (sales) padahal inti pemasaran adalah komunikasi.Dengan
demikian, promosi sebagai alat pemasaran rumah sakit secara umum harus
bersifat formatif, edukatif, preskriptif, dan preparative bagi khalayak ramai
umumnya dan pasien khususnya.
Informatif : Memberikan pengetahuan mengenai hal ihwal yang ada
relevansinya dengan berbagai pelayanan dan program
rumah sakit yang efektif bagi pasien atau konsumen;
Edukatif : Memperluas cakrawal khalayak ramai tentang berbagai
fungsi dan program rumah sakit, penyelenggaraan
kepada upaya kesehatan mengikuti perbekalan
kesehatan di rumah sakit yang bersangkutan;
Preskriptif : Pemberian petunjuk petunjuk kepada khalayak ramai
umumnya dan pasien khususnya tentang peran pencari
pelayanan kesehatan dalam proses diagnosis dan terapi;

/ Preparatif …..

13
Preparatif : Membantu pasien/ keluarga pasien dalam proses
pengambilan keputusan.
Dalam tantangan strategis munculnya era globalisasi yang ditandi oleh
persaingan bebas, perkembangan teknologi, tranportasi dan telekomunikasi
informasi yang mengarah kepada terbentuknya dunia tanpa batas.
Dalam melakukan promosi pemasaran rumah sakit diperlukan strategi
promosi layanan kesehatan agar pelaksanaannya tidak keluar dari tata cara
berkompetisi yang sehat sehingga menimbulkan dampak yang merugikan
masyarakat khususnya bagi pengguna layanan kesehatan, maka perlu
memperhatikan beberapa aspek berikut :
1. Promosi yang dilakukan harus tetap memiliki tanggung jawab sosial
a. Layanan yang ditawarkan harus professional dan bermutu. Setiap
institusi atau pelayanan kesehatan harus selalu mengacu pada
etika profesi dan etika rumah sakit, serta harus bekerja sesuai
dengan pedoman dan standar pelayanan yang ada.
b. Tarif layanan yang ditawarkan harus terjangkau oleh masyarakat
termasuk oleh anggota masyarakat berpenghasilan rendah/miskin.
c. Layanan yang ditawarkan harus merata dan ditunjukkan kepada
seluruh anggota masyarakat.
d. Layanan yang ditawarkan harus mampu merata memberikan rasa
aman dan nyaman bagi pengguna pelayanan
2. Proses pelayanan kesehatan adalah fundamental, yang mengacu
kepada :
a. Falsafah promosi. Setiap institusi atau selaku pelayanan
kesehatan harus berada pada koridor kompetisi yang sama
b. Misi promosi. Tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan
pengguna jasa (yang sekaligus akan meningkatkan pendapatan),
akan tetapi juga harus sejalan dengan manfaat sosialnya.
c. Sistem promosi. bukan hanya menjual, tetapi sekaligus akan
meningkatkan pengetahuan anggota masyarakat untuk memilih
bentuk layanan kesehatan yang paling teapat bagi dirinya.
3. Asas-asas umum dalam promosi pelayanan rumah sakit:
a. Promosi/ iklan harus jujur, bertanggung jawab dan tidak
bertentengan dengan hukum yang berlaku.
b. Promosi/ iklan tidak boleh menyinggung perasaan dan
merendahkan martabat Negara, agama susila, adat, budaya, suku
dan golongan.
c. promosi/iklan harus dijiwai oleh asas persaingan yang sehat.

/ 3. Inisiatif …..

14
3. Inisiatif Rumah Sakit
a. Promosi dilakukan di dalam rumah sakit Untuk masyarakat pengunjung
rumah sakit:
a) Brosur/leaflet
b) Poster
c) TV Berjalan
4. Promosi Dilakukan Di Luar Rumah Sakit:
a. Media cetak, terbatas pada surat kabar/ tabloid majalah, jurnal
kesehatan
b. Radio/ TV
a) Pengumuman tentang seminar
b) Talkshow
c) Dokter hanya menyampaikan masalah teknis medis
d) Fasilitas dan saran rumah sakit disampaikan oleh humas rumah
sakit petugas yang ditunjuk
e) Tidak boleh didampingi oleh perusahaan obat
Kegiatan Sosial
a. Telemarketing
b. Website
c. Pameran perdagangan
a) Audio visual
b) Leafet
c) Brosur
d) Poster
e) Spanduk
Press release  peliputan event, press conference
Advertorial tanpa menulis nama dokter dan jadwal dokter serta pengalaman
Billboard  hanya berupa petunjuk arah
Telepon, SMS, Email, Direct Mail hanya relasi pasien dan mantan pasien
Lain-lain
a. Program khusus potong harga.
b. Rumah sakit dapat menjadi sponsor kegiatan jalan sehat dll.
5. Petunjuk Materi Promosi Rumah Sakit
a. Yang boleh dilakukan
a) Bila diminta wawancara untuk coverstory oleh media cetak dapat
diberikan penjelasan bersifat informasi dan edukasi tentang
permasalahan pelayanan yang diberikan, sejarah rumah sakit,
fasilitas, lokasi dan cara menghubungi rumah sakit tersebut
(Alamat, nomer telefon, fax, email, website, dll) dapat disertai foto,
foto ruangan, foto karumkit, foto tampak depan rumah sakit.
/b) Khusus …..

15
b) Khusus leaflet dan brosur penjelasan tentang biaya harus dijelas
dan harus disebutkan biaya tersebut mencakup biaya apa saja.
c) Bila kita lebih murah dapat ditulis harga khusus.
d) Dapat menyampaikan kualitas mutu pelayanan yang dicapai,
seperti:
1) Telah mengikuti dan lulus akreditasi
2) Telah mendapat sertifikat ISO, dll
3) telah mendapat award dalam pelayanan
e) Khususnya untuk leaflet dan brosur dapat menyebutkan nama dan
keahlian dokter serta jam praktek
f) Bila ada penjelasan yang lebih mendetail dapat ditulis: untuk
keterangan lebih lanjut, anda dapat menghubungi dalam kurung
petugas rumah sakit
b. Yang tidak boleh dilakukan:
a) Membandingkan dengan instruksi lain
b) Mengatakan kita hanya satu-satunya, yang pertama, terbaik dan
ter… dan ter… lainnya
c) Membujuk, misalnya:
1) Diskon
2) Voucher
3) 5x berobat gratis 1x
6. Pelanggaran
Dalam pelanggaran pada pelaku usaha/rumah sakit yang tercantum
pada bab IV pasal 8 pada umumnya telah tercakup pada keputusan
KEPKES dan Dir.Jen.Yanmed. dengan berlaku nya undang-undang 8 tahun
1999 tentang perlindungann konsumen, maka pelaksanna ketentuan ini lebih
diperkuat, sehingga terasa positif di lapangan.
Dalam masalahnya promosi rumah sakit atau dokter, selalu akan terkait
dengan etika rumah sakit maupun etika kedokteran. Dilain pihak konsumen
atau penderita memang sangat memerlukan informasi yang benar tentang
produk jasa layanan kesehatan dilain pihak konsumen atau penderita
memang sangat memerlukan informasi yang benar tentang produk layanan
kesehatan dan akan dibutuhkan oleh konsumen/ penderita. PERSI sebagai
institusi yang menghasilkan produk jasa layanan kesehatan dan akan
dibutuhkan oleh konsumen atau penderita, pada dasarnya kegiatan promosi
dapat dilaksanakan. Sehingga mengacu pada etika yang ada, kebutuhan
konsumen dan keterbatasan biaya yang di miliki oleh rumah sakit, kegiatan
promosi, iklan dan lain-lain harus memperhatikan:
1. Promosi/iklan harus murni bersifat informative;

/2. Promosi …..

16
2. promosi/iklan tidak bersifat komparatif artinya membadingkan dengan
institusi rumah sakit/ dikter lain dan mengisyaratkan bahwa dirinya lah
yang terbaik dan yang lain jelek;
3. Promosi/iklan harus berpijak pada dasar kebenaran;
4. promosi/ iklan tidak berlebihan;

Dengan memperhatikan hal tersebut maka kegiatan promosi, iklan dan


kegiatan lain dalam rangka memperkenalkan produk rumah sakit/dokter tidak
dianggap melanggar etik.
Pelanggaran terhadap aturan-aturan yang berlaku tentang
promosi/iklan rumah sakit akan diberikan sanksi etik berupa:
1. Teguran lisan maupun tertulis
2. Informasi kepada masyarakat melewati media massa

F. ETIKA DAN TATA LAKU BISNIS


Rumah sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri sebagai sarana pelayanan
kesehatan adalah merupakan “unit sosio-ekonomi” dan berkomitmen menjalankan
dengan penuh kejujuran dan integritas serta patuh terhadap semua peraturan
yang berlaku.
1. Komitmen pada perilaku beretika
Perilaku beretika adalah tanggung jawab setiap orang. Perilaku beretika
diharapkan dari semua karumkit, karyawan, dan lainnya.
2. Tanggung jawab manajemen dalam hal etika
Semua kepala, kordinator dan pws bertanggung jawab atas tindakan
karyawan bawahanya dan bertanggung jawab untuk memastikan dipatuhi
nya aturan dan kebijakan rumah sakit lainnya serta hukum yang berlaku,
yaitu:
a. Memberitahukan karyawan mengenai kebijakan perusahaan, termasuk
yang berkaitan dengan perilaku legal dan etis;
b. Memastikan pelaksanaan pelatihan karyawan yang berkesinambungan
dan bahwa pelanggaran terhadap aturan-aturan mendapatkan tindakan
disipliner yang sesuai;
c. Tidak merekrut karyawan dengan kecendrungan melanggar hukum
atau peraturan-peraturan yang berlaku;
d. Menyelenggarakan lingkungan kerja dimana diskusi membangun jujur,
dan terbuka.
3. Melaporkan adanya kecurigaan terhadap kemungkinan adanya pelanggaran
a. Pelaporan terhadap pelanggran yaitu sebagai berikut:

a) Laporan …..

17
b) Laporan karyawan  setiap karyawan yang mengetahui adanya
pelanggaran terhadap aturan rumah sakit harus segera
melaporkannya.
c) Kerahasiaan  para penyidik tidak akan mengungkap identitas
orang yang melaporkan pelanggaran yang mencurigakan atau
identitas mereka yang terlibat yang terlibat dalam penyelidikan
tersebut.
d) Perlindungan terhadap ancama terlapor  dilarang melakukan
ancaman dalam bentuk apapun kepada orang yang telah
melaporkan pelanggran terhadap aturan-aturan rumah sakit,
walaupun ternyata laporan tersebut salah. Setiap karyawan dapat
melaporkan pelanggaran tanpa harus takut akan ancaman oleh
rekan kerja, penyelia atau pihak lain yang terlibat.
e) Tindakan disipliner terhadap pelanggaran  setiap pelanggaran
terhadap aturan-aturan rumah sakit akan dikenakan tindakan
disipliner yaitu teguran sampai dengan PHK dan dapat diajukan
tuntutan perdata atau pidana.

4. Menjaga dan menghargai hubungan dengan pelanggan


Tujuan dalam mencapai layanan yang memenuhi kebutuhan pelanggan
dengan baik, dan hal ini dilakukan dengan cara menghasilkan hubungan
kerja sama dan kepercayaan yang langgeng. Memperlakukan pelanggan
dengan adil yang jujur dan dengan cara yang memenuhi semua hukum yang
berlaku dan sesuai dengan praktek bisnis yang baik, tidak memberi
pernyataan yang salah atau menyesatkan mengenai rumah sakit atau
karyawan atau pelayanannya dalam menjalankan bisnis rumah sakit dengan
menghormati keselamatan mereka yang menggunakan pelayanan dan
layanan dirumah sakit.
5. Mematuhi hukum kesehatan, keselamatan, keamanan dan lingkungan
Berkomitmen untuk melindungi lingkungan serta keselamatan
karyawan, komunitas, serta masyarakat umum dengan sepenuhnya
mematuhi semua hukum yang berlaku dan memperbaiki kinerjanya dalam
hal lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
Rumah sakit bertanggung jawab untuk melindungi dan kesejahteraan
serta keselamatan karyawan, masyarakat umum. Kinerja kesehatan,
keselamatan, kemanan dan lindungan adalah nilai-nilai inti dari rumah sakit
dan akan di kelolah sebagai bagian yang tak terpisahkan dari bisnis rumah
sakit untuk memberikan manfaat kepada karyawan dan pelanggaran. Semua
karyawan rumah sakit bertanggung jawab untuk dapat mewujudkan
perbaikan yang berkelanjutan dan terukur.
/6. Menjalankan …..

18
6. Menjalankan bisnis rumah sakit dengan cara yang melindungi kesehatan
umum dan di tempat kerja, keselamatan lingkungan dan karyawan
7. Semaksimal mungkin menghilangkan semua kecelakaan dan insiden
lingkungan.
8. Mematuhi semua hukum dan peraturan lingkungan, kesehatan dan
keselamatan.
9. Mengurangi emisi dan limbah serta menggunakan energy dan sumber daya
alam secara efisien dan cermat.

/ BAB V …..

19
BAB V
LOGISTIK

KEBUTUHAN ALAT TULIS KANTOR


Pemenuhan akan kebutuhan alat tulis ataupun cetakan dapat diperoleh dari
Subbid Jangmedum dengan menggunakan permohonan nota dinas ke Karumkit dan
menggunakan buku permintaan.

Pemenuhan akan kebutuhan alat tulis ataupun cetakan dapat diperoleh dari
Subbid jangmedum dengan menggunakan Buku Permintaan Barang dan untuk
pemenuhan kebutuhan alat tulis ataupun cetakan yang melebihi Rp 500.000,- (Lima
Ratus Ribu Rupiah) harus melalui persetujuan Karumkit sehingga dapat langsung
direalisasikan dengan jumlah permintaan yang ada.

/ BAB VI …..

20
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Peningkatan mutu dan Keselamatan Pasien adalah upaya untuk meningkatkan


mutu secara keseluruhan dengan terus menerus mengurangi risiko terhadap pasien
dan staf baik dalam proses klinis maupun lingkungan fisik, demi tercapai keinginan
masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas. Selain pelayanan
kesehatan yang berkualitas juga dituntut pelayanan yang menjunjung/ berorientasi pada
keselamatan pasien.

KEGIATAN POKOK & RINCIAN KEGIATAN

Penyusunan Indikator Mutu Unit kerja (SPM/ Standar Pelayanan Minimal) SPM/
Standar Pelayanan Minimal adalah Ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar
yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
minimal, Juga merupakan spesifikasi teknis tentang tolok ukur pelyanan minimal yang
diberikan oleh Badan Layanan Umum kepada masyarakat.
Dalam Penyusunan Indikator Mutu unit kerja mengacu dari SPM yang mengacu
pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 65 tahun 2005 tentang
Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. Dengan SPM
diharapkan akan menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada masyarakat
secara merata dan terjangkau.
1. Standar Pelayanan Minimal yang dilakukan di Komite Keperawatan adalah:
a. Rawat inap umum
1) Pemberi pelayanan di Rawat Inap (jumlah tenaga dokter spesialis dan
Perawat dengan latar belakang pendidikan minimal D III keperawatan yang
memberi pelayanan di ruang rawat inap)
2) Dokter penanggung jawab pasien rawat inap
3) Jam Visite Dokter Spesialis
4) Kejadian infeksi pasca operasi
5) Kejadian infeksi nosokomial
6) Tidak adanya kejadian pasien jatuh yang berakibat kecacatan/ kematian
7) Kematian pasien > 48 jam
8) Kejadian pulang paksa
9) Rawat inap TB: Penegakan diagnosis TB melalui pemeriksaan
mikroskopis TB.
10) Rawat inap TB: Terlaksananya kegiatan pencatatan dan pelaporan TB di
Rumah Sakit

/ b. Persalinan …..

21
b. Persalinan dan Prinatologi
1) Kejadian kematian ibu karena persalinan
2) Pemberi pelayanan persalinan normal
3) Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit
4) Pemberi pelayanan persalinan dengan tindakan operasi
5) Pertolongan persalinan melalui seksio cesaria
6) Keluarga Berencana
a) Presentase KB
b) Presentasi peserta KB mantap yang mendapat konseling KB mantap
oleh bidan terlatih
c. Pelayanan Intensif
1) Rata-rata Pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang
sama < 72
2) Pemberi pelayanan Unit Intensif

2. Indikator Mutu Kunci


a. Indikator Mutu Area Klinis
Indikator mutu area klinis megacu pada indikator mutu 10 area klinis
Rumah sakit yang dilakukan, meliputi:
1) Assesmen Pasien : Kelengkapan pengisian assesmen awal
keperawatan pasien baru dalam waktu 24 jam setelah MRS.
2) Penggunaan darah dan produk darah: Monitoring reaksi tranfusi.
3) Pencegahan dan pengendalian infeksi, surveilans dan pelaporan:
Angka kejadian plebitis

b. Indikator International library


1) I-CAC-1 : Pasien anak dengan asma yang mendapatkan therapy
relievers selama perawatan di rumah sakit.
2) I-CAC-2 : pasien anak dengan asma yang mendapatkan therapy
kortikostiroid sistematik selama perawatan di rumah sakit.
3) I-VTE-1 : angka kejadian plebitis
4) I-PC-1 : wanita pada kehamilan pertama dengan satu bayi dan posisi
normal melahirkan dengan proses persalinan Sectio Caesaria pada
usia kehamilan 37-42 minggu
5) I-PC-2 : pemberian ASI ekslusif pada bayi baru lahir selama di rawat di
rumah sakit.

/ c. Indikator …..

22
c. Indikator area manajemen
1) Pengadaan serta suplai obat-obatan penting bagi pasien yang
dibutuhkan secara rutin
2) Kegiatan pelaporan (yang diatur oleh undang-undang)
3) Manajemen resiko
4) Manajemen sumber daya manusia
5) Harapan dan kepuasan pasien dan keluarga pasien
6) Harapan dan kepuasan staf
7) Demografi dan diagnosis klinis pasien
8) Manajemen keuangan
9) Pencegahan dan pengendalian, pengawasan, serta pelaporan infeksi
d. Sasaran Keselamatan Pasien
1) Ketetapan identifikasi pasien : Kepatuhan identifikasi pasien di ruang
rawat inap
2) Peningkatan Komunikasi yang efektif : Kepatuhan prosedur pemberian
obat dengan prinsip READBACK dari petugas rawat inap kepada
DPJP ditanda tangani dalam waktu 24 jam
3) Keamanan obat-obatan yang perlu kewaspadaan tinggi : Kepatuhan
pemberian label obat high alert oleh farmasi
4) Pencegahan infeksi nosocomial : Persentase kepatuhan petugas
kesehatan dalam melakukan kebersihan tangan dengan metode 6
langkah dan 5 momen
5) Mengurangi resiko pasien jatuh : Insiden pasien jatuh selama
perawatan rawat inap di Rumah Sakit

e. Insiden Keselamatan Pasien


Pencatatana dan pelaporan insiden keselamatan pasien
dibudayakan dengan menekannkan untuk tidak takut melporkan untuk
dicari what & why nya bukan whonya (peerbaikan sistem untuk mencegah
tidak terjadinya insiden keselamatan pasien).
Insiden keselamatan pasien yang perlu dilakukan pencatatan dan
pelaporan terdiri dari : kejadian sentinel, KTD, KNC, KPC.

f. Insiden Kecelakaan Kerja


Untuk meningkatkan perhatian, kesejahteraan, keselamatan dan
keamanan petugas/staff dalam bekerja maka dilakukan pencatatan dan
pelaporan insiden kecelakaan kerja sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan Komite.
/BAB VII …..

23
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


(K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu dikembangkan dan
ditingkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan serendah mungkin risiko
kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan kerja, serta meningkatkan
produktivitas dan efesiensi. Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/
pekerja di sektor kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan
terpajan dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang
paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya.
Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23
mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib
diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai
resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh
produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

A. HAL-HAL YANG BERHUBUNGAN PELAKSANAAN K3


Ada beberapa hal penting yang harus mendapatkan perhatian sehubungan
dengan pelaksanaan K3, yang pada dasarnya harus memperhatikan 2 (dua) hal yaitu
indoor dan outdoor, yang kalau diurai seperti dibawah ini :

1. KONSTRUKSI GEDUNG:
a. Desain gedung disesuaikan dengan perencanaan tata letak isi yang akan
digunakan nantinya, misal :
a. Penggunaan ruang untuk staf;
b. Penyimpanan berkas / file file karyawan;
b. Penyesuaian warna ruangan disesuaikan dengan asas tujuannya;
c. Tanda khusus dengan pewarnaan kontras/kode khusus untuk objek
penting seperti perlengkapan alat pemadam kebakaran, tangga, pintu
darurat dll. (peta petunjuk pada setiap ruangan/unit kerja/tempat yang
strategis;

2. KUALITAS UDARA :
a. Kontrol terhadap temperatur ruang dengan memasang termometer sesuai
dengan standar yang diperkenankan 21-24 0C dengan tekanan seimbang;
b. Kontrol indeks kuman tidak melebihi dari 200-500 CFU/m3;

/ 3. Pemasangan …..

24
c. Pemasangan Exhaust Fan (perlindungan terhadap kelembaban udara);
d. Pemasangan stiker, poster “Dilarang Merokok” dan “Bahan Berbahaya”
e. Sistim ventilasi dan pengaturan suhu udara dalam ruang (lokasi udara
masuk, ekstraksi udara, filtrasi, pembersihan dan pemeliharaan secara
berkala filter AC) minimal setahun sekali, kontrol mikrobiologi serta
distribusi udara untuk pencegahan penyakit “Legionairre Diseases “;
f. Kontrol terhadap lingkungan; misalnya yang menimbulkan debu, bau dll.,
disain dan konstruksi tempat sampah yang memenuhi syarat kesehatan
dan keselamatan, dll;
g. Perencanaan jendela sehubungan dengan pergantian udara jika AC mati;

3. KUALITAS PENCAHAYAAN (PENTING MENGENALI JENIS CAHAYA) :


a. Mengembangkan sistim pencahayaan yang sesuai dengan jenis
pekerjaan untuk membantu menyediakan lingkungan kerja yang sehat
dan aman. (secara berkala diukur dengan luxs-meter dengan nilai
toleransi minimal 100 lux;
b. Membantu penampilan visual melalui kesesuaian warna, dekorasi dll;
c. Mengembangkan lingkungan visual yang tepat untuk kerja dengan
kombinasi cahaya (agar tidak terlalu cepat terjadinya kelelahan mata);
d. Perencanaan jendela sehubungan dengan pencahayaan dalam ruang;
e. Penggunaan tirai untuk pengaturan cahaya dengan memperhatikan warna
yang digunakan;
f. Penyediaan lampu emergensi (emergency lamp);

4. REKOMENDASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


a. Penggunaan stop kontak yang sesuai dengan kebutuhan (tidak
berlebihan) hal ini untuk menghindari terjadinya hubungan pendek dan
kelebihan beban;
b. Pengaturan tata letak jaringan instalasi listrik termasuk kabel yang sesuai
dengan syarat kesehatan dan keselamatan kerja;
c. Perlindungan terhadap kabel dengan menggunakan pipa pelindung;

5. KONTROL TERHADAP KEBISINGAN :


a. Indeks kebisingan ruangan berkisar 45 dBA;
b. Hak-hal lainnya sudah termasuk dalam perencanaan konstruksi gedung
dan tata ruang;

/ 6. HYGIENE…..

25
6. HYGIENE DAN SANITASI :
a. Ruang kerja
1) Memelihara kebersihan ruang dan alat kerja serta alat penunjang kerja;
2) Secara periodik peralatan/penunjang kerja perlu di up grade;
b. Toilet/Kamar mandi
1) Disediakan tempat cuci tangan dan sabun cair;
2) Membuat petunjuk-petunjuk mengenai penggunaan closet duduk,
larangan berupa gambar dll;
3) Penyediaan bak sampah yang tertutup;
4) Lantai kamar mandi diusahakan tidak licin;

7. ASPEK PENGGUNAAN FASILITAS KOMPUTER


a. Pergunakan komputer secara sehat, benar dan nyaman :
1) Memanfaatkan kesepuluh jari;
2) Istirahatkan mata dengan melihat kejauhan setiap 15-20 menit;
3) Istirahat 5-10 menit tiap satu jam kerja;
4) Lakukan peregangan;
5) Sudut lampu 45 derajat;
6) Hindari cahaya yang menyilaukan, cahaya datang harus dari belakang;
7) Sudut pandang 15 derajat, jarak layar dengan mata 30 – 50 cm;
8) Penggunaan komputer yang bebas radiasi (Liquor Crystal Display);
b. Kursi ergonomis (adjusted chair);
c. Jarak meja dengan paha 20 cm;
d. Senam waktu istirahat;

8. PEMELIHARAAN
a. Pelatihan tanggap darurat secara periodik bagi pegawai;
b. Pelatihan investigasi terhadap kemungkinan bahaya bom/ kebakaran
/demostrasi/ bencana alam serta Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
(P3K) bagi satuan pengaman;

9. PEMERIKSAAN KESEHATAN
Suatu upaya dari Rumkit Bhayangkara Lemdiklat Polri memberikan fasilitas
kesehatan kepada karyawan untuk mengetahui kondisi kesehatannya sebelum,
selama dan setelah melakukan aktivitas kerjanya. Upaya ini dilakukan sebagai
langkah meningkatkan mutu dan pelayanan kepada pasien, karyawan maupun
masyarakat sekitarnya. Langkah-langkah yang dilakukan berdasarkan dari
Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087 tahun 2012 tentang Standar Kesehatan
dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit, meliputi :

/ a. Pemeriksaan …..

26
a. Pemeriksaan Kesehatan Berkala
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada waktu waktu tertentu
terhadap karyawan oleh dokter secara periodik/ berkala untuk
mempertahankan derajat kesehatan karyawan sesudah berada dalam
pekerjaannya, sebagai langkah awal untuk melakukan pencegahan secara
dini. Pemeriksaan rutin yang dilakukan adalah jenis pemeriksaan yang sama
dengan pemeriksaan yang dilakukan pada pemeriksaan kesehatan awal
tetapi pemeriksaan ini dilakukan secara kontinu setiap 1 (satu) tahun sekali.

b. Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah penyakit penyakit yang ditimbulkan
akibat karyawan melakukan aktivitas pekerjaannya atau sebagai
akibat/risiko yang diitimbulkan karena aktivitas yang dilakukan karyawan
selama melakukan pekerjaan tersebut. Penyakit akibat kerja yang
disebabkan oleh faktor-faktor biologi (virus, bakteri, jamur, parasit), faktor
kimia (antiseptik, reagen, gas anestesi), faktor ergonomis (lingkungan kerja,
cara kerja dan posisi kerja yang salah), faktor fisik (suhu, cahaya, bising,
listrik, getaran dan radiasi), faktor psikososial (kerja bergilir, beban kerja,
hubungan sesame pekerja/atasan) sehingga dapat mengakibatkan penyakit
dan kecelakaan akibat kerja. Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi dari
Penyakit Akibat Kerja berupa :
1) Jenis pekerjaan (saat ini dan sebelumnya);
2) Gerakan dalam bekerja;
3) Tugas yang berat / berlebihan;
4) Perubahan / pergeseran kerja;
5) Iklim di tempat kerja;
6) Pekerjaan lain / paruh waktu seperti ibu rumah tangga, sebagai orang tua
dan lain-lain;
c. Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak terduga oleh
karyawan pada saat melakukan pekerjaannya, sehingga menimbulkan suatu
kondisi yang tidak diinginkan oleh karyawan.Kecelakaan kerja dapat
diminimalisir dengan adanya suatu standar dalam melakukan suatu
pekerjaan.

/ BAB VIII …..

27
BAB VIII
PENEGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu merupakan suatu kegiatan yang mengusahakan agar
pekerjaan yang terlaksana sesuai dengan standar, pedoman, rencana, instruksi,
peraturan serta hasil yang ditetapkan sebelumnya agar tidak terdapat keterlambatan
dalam pelayanan .
Pengendalian dalam memberikan gaji/ upah dan insentif untuk karyawan harus
terus dilakukan sehingga karyawan dapat mendapatkan haknya sesuai dengan
pekerjaan yang dilakukan. Adapun standar pelayanan sebagai berikut :
1. Pembagian Gaji/upah setiap bulannya paling lambat tanggal 5.
2. Pembagian insentif setiap 1 bulan sekali.
3. Pembagian THR dilakukan sebelum hari raya.
Pengendalian terhadap pelaksanaan pendidikan dan pelatihan harus selalu
dikomunikasikan terhadap Kalakhar perunit kerja sehingga Ur Diklat dapat
mengontrol proses pelaksanaan serta peserta pelatihan sesuai dengan standar yang
telah ditetapkan.
A. TUJUAN
1. Umum
Sebagai dasar acuan dalam melaksanakan dan meningkatkan mutu pelayanan
di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri
2. Khusus
a. Tersusunnya sistem monitoring pelayanan Unit melalui indikator mutu
pelayanan.
b. Mengetahui cara – cara/ langkah – langkah dalam upaya meningkatkan
mutu pelayanan.
c. Peningkatan mutu pelayanan dapat dilakukan secara paripurna dan
berkesinambungan serta efisien dan efektif.
B. MANFAAT
Adapun manfaat adanya pengawasan dan pengendalian mutu adalah sebagi
berikut:
1. Untuk meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri.
2. Untuk mencegah dan menghindari masalah – masalah yang berkaitan dengan
pelayanan sebagai support pelayanan kesehatan seperti : komplain karyawan
C. SASARAN, WAKTU DAN PETUGAS PELAKSANAAN
Adapun sasarannya pengawasan dan pengendalaian mutu adalah :
1. Karyawan
2. Waktu pelaksanaannya dilaksanakan setiap bulan.
3. Petugas pelaksana dilaksanakan oleh tim pengendali mutu pelayanan yang
ditunjuk oleh SK Karumkit
/ BAB IX …..

28
BAB IX
PENUTUP

Pedoman pengelolaan rumah sakit ini diharapkan dapat menjadi pedoman bagi
Panitia etika Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri dalam menjalankan peran dan
fungsinya. Pedoman ini memberikan panduan bagi semua pihak yang berkepentingan
pengelolaan etika di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri.
Apabila dikemudian hari diperlukan adanya perubahan pada pedoman etika dan
hukum di Rumah Sakit Bhayangkara Lemdiklat Polri ini maka akan dilakukan
penyempurnaan pada penyusunan petunjuk teknis selanjutnya pedoman ini digunakan
sebagai acuan Panitia etik dan hukum.

Jakarta, Januari 2019


KARUMKIT BHAYANGKARA LEMDIKLAT POLRI

dr. RINI AFRIANTI, MKK


PEMBINA NIP.197304172002122003

29

Anda mungkin juga menyukai