TINJAUAN PUSTAKA
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta mengeluarkan
sekresi kelenjarnya yang membentuk tear film di depan kornea serta menyebarkan tear film yang
telah diproduksi ini ke konjungtiva dan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan mata,
karena kelopak mata juga berfungsi untuk menyebarkan tear film ke konjungtiva dan kornea.1,2
Blefaritis adalah gangguan mata yang umum di Amerika Serikat dan di seluruh dunia.
Hubungan yang tepat antara blefaritis dan kematian tidak diketahui, tetapi penyakit dengan
angka kematian yang dikenal, seperti lupus eritematosus sistemik, mungkin terdapat blefaritis
sebagai bagian dari gejala yang ditemukan. Morbiditas termasuk kehilangan fungsi visual,
kesejahteraan, dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Proses
penyakit dapat mengakibatkan kerusakan pada pelupuk mata dengan trichiasis, entropion
notching, dan ectropion. Kerusakan kornea dapat mengakibatkan peradangan, jaringan parut,
hilangnya kehalusan permukaan, dan kehilangan kejelasan penglihatan. Jika peradangan yang
parah berkembang, perforasi kornea dapat terjadi. Tidak ada studi yang diketahui menunjukkan
perbedaan ras dalam kejadian blefaritis. Rosacea mungkin lebih umum di orang berkulit putih,
meskipun temuan ini mungkin hanya karena lebih mudah dan sering didiagnosis pada ras ini.8
Blefaritis biasanya dilaporkan sekitar 5% dari keseluruhan penyakit mata yang ada pada
rumah sakit (sekitar 2-5% penyakit blefaritis ini dilaporkan sebagai penyakit penyerta pada
penyakit mata). Blefaritis lebih sering muncul pada usia tua tapi dapat terjadi pada semua umur.9
Belum ditemukan penelitian yang dirancang untuk mengetahui perbedaan dalam insiden
dan klinis blefaritis antara jenis kelamin. Blefaritis seboroik lebih sering terjadi pada kelompok
usia yang lebih tua dengan usia rata-rata adalah 50 tahun.8 Akan tetapi apabila dibandingkan
dengan bentuk lain, blefaritis staphylococcal ditemukan pada usia lebih muda (42 tahun) dan
sebagian besar adalah wanita (80%).8
Blefaritis dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, jamur, alergi, kondisi lingkungan, atau
mungkin terkait dengan penyakit sistemik:1
a. Blefaritis inflamasi terjadi akibat peningkatan sel radang kulit di sekitar kelopak. Infeksi
biasanya disebabkan oleh kuman Blefaritis infeksi bisa disebabkan oleh kuman
streptococcus alfa atau beta, pneumococcus, pseudomonas, demodex folliculorum dan
staphylococcus (melalui demodex folliculorum sebagai vektor).
b. Blefaritis alergi dapat terjadi akibat debu, asap, bahan kimia iritatif, dan bahkan bahan
kosmetik, atau dengan banyak obat, baik mata atau sistemik. Pada banyak orang juga dapat
disebabkan oleh karena paparan hewan seperti anjing atau kucing.
c. Bentuk ulseratif (blefaritis menular) sering ditandai dengan adanya sekret kuning atau
kehijauan.
d. Blefaritis dapat disebabkan oleh kondisi medis sistemik atau kanker kulit dari berbagai jenis.
Blefaritis anterior biasanya disebabkan oleh bakteri (stafilokokus blefaritis) atau ketombe
pada kulit kepala dan alis (blefaritis seboroik). Hal ini juga dapat terjadi karena kombinasi faktor,
atau mungkin akibat alergi atau kutu dari bulu mata. Blefaritis posterior dapat disebabkan oleh
produksi minyak tidak teratur oleh kelenjar pada kelopak mata (meibomian blefaritis) yang
menciptakan lingkungan yang menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri. Hal ini juga dapat
berkembang sebagai akibat dari kondisi kulit lainnya seperti jerawat rosacea dan ketombe kulit
kepala.8
Blefaritis melibatkan tepi kelopak mata, di mana bulu mata tumbuh dan pintu dari
kelenjar minyak kecil dekat pangkal bulu mata berada. Mungkin ada keterlibatan tepi luar dari
tepi kelopak mata yang berdekatan dengan kulit atau dan tepi bagian dalam kelopak mata yang
bersentuhan dengan bola mata. Perubahan pada kulit kelopak mata atau permukaan mata itu
sendiri biasanya bisa menjadi penyebab sekunder yang mendasari terjadinya kelainan pada
kelopak mata.
Penyebab kebanyakan kasus blefaritis adalah kerusakan kelenjar minyak di kelopak. Ada
sekitar 40 kelenjar ini di setiap kelopak mata atas dan bawah. Ketika kelenjar minyak
memproduksi terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah jenis minyak, tepi kelopak mata dapat
menjadi meradang, iritasi, dan gatal.9
Patofisiologi blefaritis biasanya terjadi kolonisasi bakteri pada mata karena adanya
pembentukan minyak berlebihan di dalam kelenjar di dekat kelopak mata yang merupakan
lingkungan yang disukai oleh bakteri yang dalam keadaan normal ditemukan di kulit. Hal ini
mengakibatkan invasi mikrobakteri secara langsung pada jaringan di sekitar kelopak mata,
mengakibatkan kerusakan sistem imun atau terjadi kerusakan yang disebabkan oleh produksi
toksin bakteri, sisa buangan dan enzim. Kolonisasi dari tepi kelopak mata dapat diperberat
dengan adanya dermatitis seboroik dan kelainan fungsi kelenjar meibom.10
Blefaritis anterior mempengaruhi daerah sekitar dasar dari bulu mata dan mungkin
disebabkan infeksi stafilokokus atau seboroik. Yang pertama dianggap hasil dari respon mediasi
sel abnormal pada komponen dinding sel S. Aureus yang mungkin juga bertanggung jawab untuk
mata merah dan infiltrat kornea perifer yang ditemukan pada beberapa pasien. Blefaritis seboroik
sering dikaitkan dengan dermatitis seboroik umum yang mungkin melibatkan kulit kepala,
lipatan nasolabial, belakang telinga, dan sternum. Karena hubungan erat antara kelopak dan
permukaan okular, blefaritis kronis dapat menyebabkan perubahan inflamasi dan mekanik
sekunder di konjungtiva dan kornea. Sedangkan blefaritis posterior disebabkan oleh disfungsi
kelenjar meibomian dan perubahan sekresi kelenjar meibomian. Lipase bakteri dapat
mengakibatkan pembentukan asam lemak bebas. Hal ini meningkatkan titik leleh dari meibum
yang menghambat ekspresi dari kelenjar, sehingga berkontribusi terhadap iritasi permukaan mata
dan mungkin memungkinkan pertumbuhan S. Aureus. Hilangnya fosfolipid dari tear film yang
bertindak sebagai surfaktan mengakibatkan meningkatnya penguapan air mata dan osmolaritas,
juga ketidakstabilan tear film.10
Tiga mekanisme patofisiologi blefaritis anterior yang telah diusulkan:10
a. Infeksi bakteri langsung
b. Respons melawan toksin bakteri
c. Delayed hypersensitivity reaction terhadap antigen bakteri
Patofisiologi blefaritis posterior melibatkan perubahan struktural dan disfungsi sekresi
dari kelenjar meibomian. Kelenjar Meibom mengeluarkan meibum, lapisan lipid eksternal dari
tear film, yang bertanggung jawab untuk mengurangi penguapan tear film dan mencegah
kontaminasi. Pada perubahan struktural contoh kegagalan kelenjar di blepharitis posterior telah
ditunjukkan dengan meibography, selain itu, kelenjar epitel dari hewan model penyakit kelenjar
meibomian menunjukkan hiperkeratinisasi yang dapat menghalangi kelenjar atau menyebabkan
deskuamasi sel epitel ke dalam lumen, duktus kelenjar sehingga menyebabkan konstriksi
kelenjar. Hiperkeratinisasi dapat mengubah diferensiasi sel asinar dan karenanya mengganggu
fungsi kelenjar. Disfungsi sekretorik contohnya dalam blepharitis posterior, terjadi perubahan
komposisi meibum di mana perubahan rasio asam lemak bebas untuk ester kolesterol telah
terbukti. Hasil sekresi yang berubah ini bisa memiliki titik leleh yang lebih tinggi dari pada yang
tampak di kelopak mata sehingga menyebabkan menutupnya muara kelenjar.10
a. Blefaritis Anterior: blefaritis yang terjadi di kelopak mata bagian luar, tempat dimana
bulu mata tertanam. Blefaritis anterior biasanya disebabkanoleh infeksi bakteri
(stafilokokus blefaritis) atau ketombe di kepala danalis mata (blefaritis sebore). Walaupun
jarang, dapat juga disebabkan karena alergi.2
Gambar 10 : Meibomianitis11
Meibomianitis menahun perlu pengobatan kompres hangat, penekanan dan pengeluaran
nanah dari dalam berulang kali disertai antibiotik lokal.1,2
g. Hordeolum
Hordeolum merupakan peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Biasanya disebabkan
oleh infeksi staphylococcus pada kelenjar sebasea kelopak. Biasanya dapat sembuh sendiri atau
hanya dengan pemberian kompres hangat.1
Dikenal bentuk hordeolum internum dan eksternum. Hordeolum eksternum merupakan
infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll. Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom
yang terletak di dalam tarsus. Hordeolum merupakan suatu abses di kelenjar tersebut.1
Gejalanya berupa kelopak yang bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah, dan
nyeri bila ditekan.1
Hordeolum eksternum akan menunjukkan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak
dan nanah dapat keluar dari pangkal rambut atau bulu mata. Hordeolum internum memberikan
penonjolan terutama ke daerah konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih
besar dibanding hordeolum eksternum.1
Gambar 11 : Hordeolum Eksternum5
Adanya pseudoptosis atau ptosis terjadi akibat bertambah beratnya kelopak sehingga
sukar diangkat. Pada pasien dengan hordeolum kelenjar preurikel biasanya turut membesar.1
Untuk mempercepat peradangan kelenjar dapat diberikan kompres hangat, 3 kali sehari
selama 10 menit sampai nanah keluar.1
Pengangkatan pencabutan bulu mata dapat memberikan jalan untuk drainase nanah.
Diberi antibiotik lokal terutama bila berbakat rekuren atau terjadinya pembesaran kelenjar
preaurikel. Antibiotik sistemik yang diberikan eritromisin 250 mg atau diklosasilin 125 – 250 mg
4 kali sehari, dapat juga diberikan tetrasiklin. Bila terdapat infeksi stafilokokus ditubuh lain
maka sebaiknya diobati juga bersama–sama.1
Pada nanah dari kantung nanah yang tidak dapat keluar dilakukan insisi hordeolum. Pada
hordeolum internum dan eksternum kadang-kadang perlu dilakukan insisi pada daerah abses
dengan fluktuasi terbesar. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal
dengan pantocaine eye drop 0,5 %. Dilakukan anastesia filtrasi dengan procaine atau lidocaine di
daerah hordeolum dan dilakukan insisi. Insis pada hordeolum eksternum dibuat sejajar margo
palpebra sedangkan pada hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus
pada margo palpebra. Setelah dilakukan insisi dilakukan ekskokleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantungnya dan kemudian diberi salep antibiotik.3Penyulit
hordeolum dapat berupa selulitis palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra
di depan septum orbita dan abses palpebra.1
Diagnosis banding hordeolum adalah selulitis preseptal, konjungtivitis adenovirus, dan
granuloma pyogenik.1
h. Kalazion
Kalazion merupakan peradangan granulomatosa kelenjar Meibom yang tersumbat. Pada
kalazion terjadi penyumbatan kelenjar Meibom dengan infeksi ringan yang mengakibatkan
peradangan kronis kelenjar tersebut.1
Kalazion akan memberikan gejala adanya benjolan pada kelopak, tidak hiperemis, tidak
ada nyeri tekan, dan adanya pseudoptosis. Kelenjar preurikel tidak membesar. Kadang-kadang
mengakibatkan perubahan bentuk bola mata akibat tekanannya sehingga terjadi kelainan refraksi
pada mata tersebut. Kadang-kadang kalazion sembuh atau hilang dengan sendirinya akibat
diabsorpsi.1
Gambar 13 : Kalazion8
Pengobatan pada Kalazion adalah dengan memberikan kompres hangat, antibiotik lokal
dan sistemik. Untuk mengurangkan gejala dilakukan ekskokleasi isi abses dari dalamnya atau
dilakukan ekstirpasi kalazion tersebut. Insisi dilakukan seperti pada hordeolum internum yaitu
pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra.1
Ekskokleasi kalazion terlebih dahulu mata ditetes dengan anestesi topikal pantocaine
0,5%. Obat anastesia infiltratif disuntikkan dibawah kulit di depan kalazion. Kalazion dijepit
dengan klem kalazion dan kemudian klem dibalik sehingga konjuntiva tarsal dan kalazion
terlihat. Dilakukan insisi tegak lurus margo palpebra dan kemudian isi kalazion dikuret sampai
bersih. Klem kalazion dilepas dan diberikan salep mata. Pada abses palpebra pengobatan
dilakukan dengan insisi dan pemasangan drain kalau perlu diberikaan antibiotik lokal dan
sistemik. Analgetika dan sedatif diberikan bila sangat diperlukan untuk rasa sakit.1
Bila terjadi kalazion yang berulang beberapa kali sebaiknya dilakukan pemeriksaan
histopatologik untuk menghindarkan kesalahan diagnosis dengan kemungkinan adanya suatu
kegnasan.1
B. Blefaritis virus
a. Herpes zoster
Virus herpes zoster dapat memberikan infeksi pada ganglion gaseri saraf trigeminus.
Biasanya akan mengenai orang usia lanjut. Bila yang terkena ganglion cabang oftalmik maka
akan terlihat gejala-gejala herpes zoster pada mata dan kelopak mata atas.1
Gejala tidak akan melampaui garis median kepala dengan tanda-tanda yang terlihat pada
mata adalah rasa sakit pada daerah yang terkena dan badan berasa demam. Pada kelopak mata
terlihat vesikel dan infiltrat pada kornea bila mata terkena. Lesi vesikel pada cabang oftalmik
saraf trigeminus superfisial merupakan gejala yang khusus pada infeksi herpes zoster mata.1
C. Blefaritis jamur
a. Infeksi Superfisial
Biasanya diobati dengan griseofulvin terutama efektif untuk epidermomikosis, diberikan
0.5-1 gram sehari dengan dosis tunggal atau dibagi rata diteruskam 1-2 minggu. Kandida dengan
nistatin topikal 100.000 unit per gram.1
b. Infeksi Jamur Profundus
Pengobatan menggunakan obat sistemik. Actinomyces dan Nocardia efektif
menggunakan sulfonamid, penicillin atau antibiotik spektrum luas. Spesies lain bisa
digunakan Amfoterisin B dimulai dengan 0.05-0.1mg/kgBB iv lambat 6-8 jam dilarutkan
dekstrose 5% dalam air.1
D. Phitiriasis Palpebrarum
Phthirus pubis sebenarnya hidup di rambut pubis. Seseorang yang terinfeksi kutu
dapat kedaerah lain yang berambut seperti axila, dada atau bulu mata. Pitiriasis palpebarum
merupakan kutu dari bulu mata yang biasanya menjangkiti anak-anak yang hidup ditempat
yang memiliki higinitas yang buruk.9
E. Alergi Kelopak
a. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak penyebabnya adalah bahan yang berkontak pada kelopak, maka
dengan berjalannya waktu gejala akan berkurang.1
Pengobatan dengan melakukan pembersihan kelopak dari bahan penyebab, cuci dengan
larutan garam fisiologik, beri salep mengandung steroid sampai gejala berkurang.1
Loss ++ +
Distorted or ++ +
trichiasis
Notching + ++
Cyst Hordeolum ++
Meibomian ++
Conjunctiva Phlyctenule +
Dry eye + + ++
Cornea Punctate erosions + + ++
Vascularization + + ++
Infiltrates + + ++
Diagnosis Banding12
Komplikasi yang berat karena blefaritis jarang terjadi. Komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Mungkin sebaiknya disarankan untuk
sementara waktu menggunakan alat bantu lain seperti kaca mata sampai gejala blefaritis benar-
benar sudah hilang.12
3. Ulserasi kornea: iritasi yang terus menerus dari kelopak mata yang meradang atau salah
arah bulu mata dapat menyebabkan goresan (ulkus) di kornea.
Blefaritis tidak mempengaruhi penglihatan pada umumnya, meskipun defisiensi tear film
kadang dapat mengaburkan penglihatan, menyebabkan berbagai derajatpenglihatan berfluktuasi
sepanjang hari.12
Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis yang disebabkan oleh mikro-
organisme (virus, bakteri, jamur, chlamidia), alergi, iritasi bahan-bahan kimia.2
Gambar 23. Konjungtivitis
1,2
2.14. Klasifikasi Konjungtivitis
a. Konjungtivitis Bakteri
b. Konjungtivitis Viral
Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling
sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik
seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya disertai dengan pembentukan folikel
sehingga disebut juga konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular
dalam 24-48 jam.
c. Konjungtivitis Alergi
Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan
disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan
mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla yang dapat
dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama
dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan “hay fever”.
d. Konjungtivitis Gonore
Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi baru lahir)
disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar melewati jalan lahir pada ibu
yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum.
e. Trachoma
Tandatanda konjungtivitis, yakni:1,15
Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak.
produksi air mata berlebihan (epifora).
kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup
akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan selsel konjungtiva bagian atas.
pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik
peradangan.
pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya.
terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein).
dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan
kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna
putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak
mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.
Gejala lainnya adalah:15
mata berair
mata terasa nyeri
mata terasa gatal
pandangan kabur
peka terhadap cahaya
terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-
steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus
Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya
kontraindikasi.2
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2014.
2. James, Bruce. Lecture Notes On Opthalmology. 9 th ed. Blackwell publishing, Australia:
2013; page 52-4.
3. Popham, Jerry MD. Eyelid Anatomy. In Cosmetic Facial and Eye Plastic Surgery. Available
at : http://www.drpopham.com/347-Anatomy. Accessed Oktober 01, 2014.
4. Vaughan D. General Ophthalmology. Widya Medika. Jakarta: 2003; page 78-80.
5. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta: EGC; 2004.
6. Weinstock, Frank J., MD. Eyelid Inflammation “Blepharitis” Available at :
http://www.emedicinehealth.com/eyelid_inflammation_blepharitis/.htm. Accessed Oktober
02, 2014.
7. Lowery, R Scott, MD et all, Adult Blepharitis Updated: April 26, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-overview#a0104. Accessed Oktober 02,
2014.
8. Allen, JH et all. Patophosiology Blepharitis. In Best Practice British Medicine Journal. Last
updated: July 26, 2013.
9. Kanski JJ. Blepharitis. In: Clinical Ophthalmology. 7th ed. Butterworth Heinemann.
Philadelphia; 2011: page 34-38.
10. Feder, Robert S, MD, chair et all. Blepharitis Limited Revision In Preferred Practice Pattern.
American Academy Ophthalmology: 2011.
11. Hadrill, Marilyn., Blepharitis Page updated September 21, 2013. Available at :
http://emedicine.medscape.com/article. Accessed Oktober 01, 2014.
12. Papier, Art, MD; David J. Tuttle, MD; and Tara J. Mahar, MD. Differential Diagnosis of the
Swollen Red Eyelid in the American Academy of Family Physicians.2007; page 1815-24.
13. Khurana, A. K., 2000. Diseases of The Conjunctiva in Comprehensive Ophtalmology 4th
edition. Kuala Lumpur: New Age; 74-76
14. Vaughan, D. G., Taylor, A., et al. Conjunctiva in Vaughan & Asbury’s General
Ophtalmology 17th edition. New York: Lange Medical Books/McGraw-Hill; 111-112.
15. PERDAMI,. Ilmu Penyakit Mata Untuk dokter umum dan mahasiswa kedokteran. Jakarta.
2002