Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan kehamilan atau antenatal care merupakan pemeriksaan ibu
hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan mereka post partum sehat dan
normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental.9 Rata-rata angka kematian ibu
(AKI) tercatat mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini
jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228 per 100.000
kelahiran hidup. Pada dasarnya penyebab kematian ibu dapat dicegah, sehingga
AKI di Indonesia dapat diturunkan. Salah satu upaya dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal adalah dengan pelayanan antenatal
(Antenatal Care).10

Kunjungan antenatal untuk pemantauan dan pengawasan kesejahtraan ibu


dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut:
kehamilan trimester pertama (<14 minggu) satu kali kunjungan, kehamilan
trimester kedua (14-28 mingu) satu kali kunjungan, dan kehamilan trimester
ketiga (28-36 minggu dan sesudah minggu ke-36) dua kali kunjungan.8

Kondisi ibu dengan resiko tinggi kehamilan yaitu, ukuran LILA <23,5 cm
dan anemia, umur ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, multipara,
jarak kelahiran anak kurang dari 2 tahun, terjadi abortus berulang, preeklamsi,
perdarahan pada waktu hamil, oligohidramnion, dan penyakit bawaan ibu seperti
diabetes mellitus, hipertensi, asma, HIV, hepatitis, dll. Kondisi ibu dengan resiko
tinggi persalinan yaitu, ibu dengan tinggi badan kurang dari 145 cm, bentuk
panggul ibu yang tidak normal seperti antropoid, android, plathypeloid.7
Sedangkan bahaya yang dapat timbul pada janin dengan kehamilan ibu
resiko tinggi yaitu, bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat lahir rendah,
intra uterine growth restriction, fetal distress. 7

Dengan minimnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kunjungan


antenatal, tingkat AKI masih tinggi dimasyarakat. Faktor internal maupun
eksternal manajemen Puskesmas mungkin merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kurangnya pemahaman terhadap pentingnya kunjungan
antenatal yang mana berpengaruh terhadap AKI. Faktor internal seperti
tenaga kerja dalam puskesmas salah satunya. Dengan tenaga kerja yang
memiliki motivasi rendah akan mempengaruhi kinerja dan produktivitas,
yang mana hal-hal seperti ini masih dapat kita benahi dengan manajemen
puskesmas yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan pelayanan
kesehatan ibu (K4) di Puskesmas Papua Barat?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui faktor-faktor penyebab rendahnya cakupan pelayanan
kesehatan ibu (K4) di Puskesmas Papua Barat

2
BAB II
ANALISIS KASUS DAN PEMBAHASAN

2.1 Skenario
Dr. Sukmawan baru tiga bulan ditugaskan sebagai dokter fungsional di
sebuah Puskesmas terpencil di Papua Barat. Satu bulan yang lalu Kepala Dinas
Kesehatan kabupaten memberikan tanggung jawab structural sebagai Kepala
Puskesmas karena kelangkaan tenaga kesehatan professional. Data pencatatan dan
pelaporan di Puskesmas setahun terakhir menunjukkan kunjungan pemeriksaan
ibu hamil rendah sebesar 40%, dengan K4 45% selain itu data AKI cukup tinggi
sekitar 70/1000 kelahiran hidup.
Sebagai manajer puskesmas, Dr. Sukmawan menganalisa factor internal
maupun eksternal manajemen Puskesmas yang mungkin mempengaruhi kinerja
dan produktivitas petugas. Dr. Sukmawan menggunakan diagram tulang ikan (fish
bone) untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi akar penyebab kualitas rendah,
khususnya factor internal.
Wawancara dengan staf puskesmas diperoleh keterangan bahwa sebagian
petugas Puskesmas memiliki motivasi rendah. Untuk mencari penyebab
rendahnya motivasi staf puskesmas Dr. Sukmawan menganalisa dengan
menggunakan Teori motivasi dari Maslow dan Hezberg.

2.2 Analisis
Permasalahan dalam skenario ini adalah tidak terpenuhinya cakupan
pelayanan ibu hamil dari target yang ada yaitu dari data pelaporan kunjungan
pemeriksaan ibu hamil yang rendah yaitu 40% dari 45 % target yang dicanangkan
dan data AKI yang tinggi yaitu 70/1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan informasi yang didapat dari scenario tersebut diperoleh
keterangan bahwa sebagian petugas puskesmas mempunyai motivasi yang rendah.
Motivasi merupakan suatu penggerak dari dalam hati seseorang untuk mencapai
sesuatu tujuan. Motivasi juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan
menuju kesuksesan. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses untuk
mencapai suatu tujuan. Motivasi dapat berupa motivasi intrinsic dan ekstrinsik.
Motivasi yang bersifat intrinsik adalah ketika sifat pekerjaan itu sendiri yang

3
membuat seseorang termotivasi, orang tersebut mendapat kepuasan dengan
melakukan pekerjaan tersebut bukan karena rangsangan lain seperti status
maupun uang atau bisa juga dikatakan seseorang melakukan hobinya. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah ketika faktor – faktor diluar pekerjaan pekerjaan
tersebut menjadi faktor utama yang membuat seseorang termotivasi.
Motivasi sebagai daya pendorong yang mengakibatkan seseorang
anggota organisasi agar mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam
bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk
menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya dan
menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai
sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya.
Motivasi adalah setiap usaha yang didasarkan untuk mempengaruhi
perilaku seseorang dalam meningkatkan tujuan organisasi semaksimal mungkin.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah suatu
kekuatan yang dapat memberikan rangsangan atau dorongan serta semangat kerja
kepada pegawai sehingga dapat merubah perilaku pribadi orang tersebut dan
digunakan sebagai tujuan untuk meningkatkan produktivitas kerja agar dapat
bekerja sesuai yang diinginkan instansi

2.2.1 Hierarki kebutuhan menurut Maslow 4


Teori motivasi menurut Abraham H. Maslow
Manusia dimotivasi untuk memuaskan sejumlah kebutuhan yang
melekat pada diri setiap manusia yang cendrung bersifat bawaan.
Kebutuhan ini terdiri dari lima jenis dan terbentuk dalam suatu tingkat
atau hirerarki kebutuhan, yaitu :
1. Kebutuhan fisiologikal, seperti sandang, pangan dan papan.
2. Kebutuhan keamanan, tidak hanya dalam arti fisik, akan tetapi
juga mental psikologikal dan intelektual.
3. Kebutuhan sosial, berkaitan dengan menjadi bagian dari orang lain,
dicintai orang lain dan mencintai orang lain.
4. Kebutuhan prestise yang pada umumnya tercermin dalam berbagai
simbol-simbol status.

4
5. Aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam
dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Penjelasan mengenai konsep motivasi manusia yang berhubungan
dengan rendahnya K4 menurut Maslow dapat mengacu pada kebutuhan-
kebutuhan pokok dimana tingkatan motivasi secara hierarkis dapat disusun
sebagai berikut:
1. Kebutuhan fisiologis
Manifestasi kebutuhan ini terlihat dalam 3 hal pokok yaitu kebutuhan
sandang, pangan dan papan. Kebutuhan ini disebut juga kebutuhan yang
paling dasar. Bagi seorang petugas kesehatan, kebutuhan akan gaji, uang
lembur, perangsang, hadiah-hadiah, dan fasilitas lainnya seperti rumah,
kendaraan dan lain-lain adalah kebutuhan yang dasar. Kebutuhan ini
menjadi motif dasar dari seseorang untuk mau bekerja, sehingga menjadi
lebih efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi dalam
pekerjaannya, dimana jika ingin memotivasi manusia (petugas) dapat
dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan tersebut. Teori maslow ini
beranggapan bahwa seseorang akan memuaskan kebutuhan yang mendasar
terlebih dahulu sebelum mengarahkan perilaku dalam memuaskan
kebutuhan yang lebuh tinggi.
2. Kebutuhan Rasa aman
Manifestasi kebutuhan ini mengarah kepada rasa keamanan,
ketentraman, jaminan seseorang dalam kedudukan, jabatan, wewenang,
dan tanggung jawabnya sebagai petugas. Seseorang dapat bekerja dengan
antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal
atas kedudukan dan wewenangnya. Dalam arti luas, setiap manusia
memerlukan keamanan jiwa dimanapun ia berada, keamanan akan harta,
dan keamanan di tempat pekerjaan pada waktu bekerja.
3. Kebutuhan Kasih Sayang
Manifestasi kebutuhan ini adalah kebutuhan dalam kasih sayang dan
bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok.

5
Seseorang akan merasa nyaman dengan aktivitas pekerjaannya apabila
lingkungan kerjanya saling mendukung dan saling mengasihi sehingga
dapat meningkatkan semangat untuk bekerja.
4. Kebutuhan Penghargaan
Manifestasi kebutuhan ini adalah kebutuhan akan kedudukan dan
promosi di bidang kepegawaian. Idealnya prestise timbul sebagai akibat
prestasi. Meskipun demikian perlu diperhatikan bahwa semakin tinggi
kedudukan seseorang di dalam organisasi dan masyarakat, semakin tinggi
status dan prestisenya. Dan semakin banyak pula hal yang dipergunakan
sebagai simbol statusnya.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan ini berarti bahwa setiap manusia ingin mengembangkan
kapasitasnya dan ingin keberadaannya di akui. Hal ini merupakan
kebutuhan untuk mewujudkan segala kemampuan dan seringkali nampak
pada hal-hal yang sesuai untuk mencapai citra dan cita diri seseorang
dalam motivasi kerja pada tingkat ini diperlukan kemampuan manajemen
untuk dapat mensinkronisasikan antara cita diri dan cita pekerjaan untuk
dapat menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi.4

2.2.2 Teori Motivasi Kesehatan dari Frederick Herzberg.5


Herzberg mengembangkan 2 (dua) faktor teori motivasi yang
mempengaruhi seseorang dalam tugas atau pekerjaannya, yaitu “
dissatisfiers dan satisfiers atau hygiene dan motivator atau extrinsic
factors dan instrinsic factors” pengertian dari masing-masing
kebutuhan adalah sebagai berikut:
1. Satisfiers atau motivators atau instrinsic factors meliputi
kebutuhan psikologis seseorang, yaitu serangkaian kondisi
instrinsik. Apabila kepuasan kerja dicapai dalam pekerjaan, maka
akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat bagi seorang
pegawai dan akhirnya dapat menghasilkan prestasi yang tinggi.
Faktor kepuasan (satisfiers) mencakup antara lain prestasi,

6
penghargaan, tanggung jawab, kesempatan untuk maju serta
pekerjaan itu sendiri.
2. Dissatisfiers atau hygiene atau extrinsic factors meliputi
kebutuhan akan pemeliharaan (maintenance factor ) yang
merupakan hakikat manusia yang ingin memperoleh kesehatan
badaniah. Hilangnya faktor-faktor ini akan menimbulkan
ketidakpuasan bekerja. Faktor hygiene yang menimbulkan
ketidakpuasan kerja antara lain kondisi fisik, hubungan
interpersonal, keamanan kerja, gaji, pengawasan serta kebijakan dan
administrasi instansi.
Dari teori Herzberg ini terdapat kesimpulan bahwa Pertama,
faktor-faktor yang dapat meningkatkan atau memotivasi pegawai
dalam meningkatkan prestasinya adalah kelompok faktor-faktor kepuasan
( satisfiers ). Kedua, perbaikan gaji, kondisi kerja, kebijakan organisasi
dan administrasi tidak akan menimbulkan kepuasan melainkan
menimbulkan ketidakpuasan, sedangkan faktor yang menimbulkan
kepuasan adalah hasil kerja itu sendiri. Ketiga, perbaikan faktor
hygiene kurang dapat mempengaruhi terhadap sikap kerja yang positif.5

2.3 Tinjauan Pustaka


1. Pengertian Antenatal Care
Pemeriksaan antenatal care (ANC) adalah pemeriksaan kehamilan
untuk mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik ibu hamil. Sehingga
mampu menghadapi persalinan, kala nifas, persiapan pemberiaan ASI dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar. Kunjungan Antenatal Care
(ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan/asuhan
antenatal. Pelayanan antenatal ialah untuk mencegah adanya komplikasi
obstetri bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini
mungkin serta ditangani secara memadai.7 Pemeriksaan kehamilan atau ANC
merupakan pemeriksaan ibu hamil baik fisik dan mental serta menyelamatkan

7
ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga keadaan
mereka post partum sehat dan normal, tidak hanya fisik tetapi juga mental. 12
Pelayanan antenatal terintegrasi merupakan integrasi pelayanan antenatal
rutin dengan beberapa program lain yang sasarannya pada ibu hamil, sesuai
prioritas Departemen Kesehatan, yang diperlukan guna meningkatkan
kualitas pelayanan antenatal.
Program-program yang di integrasikan dalam pelayanan antenatal
terintegrasi meliputi:11
a. Maternal Neonatal Tetanus Elimination (MNTE)
b. Antisipasi Defisiensi Gizi dalam Kehamilan (Andika)
c. Pencegahan dan Pengobatan IMS/ISR dalam Kehamilan (PIDK)
d. Eliminasi Sifilis Kongenital (ESK) dan Frambusia
e. Pencegahan dan Penularan HIV dari Ibu ke Bayi (PMTCT)
f. Pencegahan Malaria dalam Kehamilan (PMDK)
g. Penatalaksanaan TB dalam Kehamilan (TB-ANC) dan Kusta
h. Pencegahan Kecacingan dalam Kehamilan (PKDK)
i. Penanggulangan Gangguan Intelegensia pada Kehamilan (PAGIN)

2. Tujuan Antenatal Care


Tujuan Antenatal Care Baru dalam setengah abad ini diadakan
pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu. Dengan usaha itu
ternata angka mortalitas serta morbiditas ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan
pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan ia sebaik-baiknya fisik dan
mental, serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan
masa nifas, sehingga keadaan mereka postpartum sehat dan normal, tidak
hanya fisik akan tetapi juga mental. Ini berarti dalam antenatal care harus
diusahakan agar:
a. Wanita hamil sampai akhir kehamilan sekurang kurangnya harus
sama sehatnya atau lebih sehat,
b. Adanya kelainan fisik atau psikologik harus ditemukan dini dan
diobati,

8
c. Wanita melahirkan tanpa kesulitan dan bayi yang dilahirkan sehat
pula fisik dan metal.12
3. Tujuan Asuhan Antenatal yaitu:7
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan Ibu
dan tumbuh kembang bayi;
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
sosial ibu dan bayi,
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan,
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, Ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin,
e. Mempersiapkan peran Ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal.

4. Keuntungan Antenatal Care


Dapat mengetahui berbagai resiko dan komplikasi hamil sehingga ibu
hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan kerumah sakit.

5. Fungsi Antenatal Care


a. Promosi kesehatan selama kehamilan melalui sarana dan aktifitas
pendidikan
b. Melakukan screening, identifikasi dengan wanita dengan
kehamilan resiko tinggi dan merujuk bila perlu
c. Memantau kesehatan selama hamil dengan usaha mendeteksi dan
menangani masalah yang terjadi.

6. Cara Pelayanan Antenatal Care


Cara pelayanan antenatal, disesuaikan dengan standar pelayanan
antenatal menurut Depkes RI yang terdiri dari :
a. Kunjungan Pertama

9
1) Catat identitas ibu hamil
2) Catat kehamilan sekarang
3) Catat riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu
4) Catat penggunaan cara kontrasepsi sebelum kehamilan
5) Pemeriksaan fisik diagnostic dan laboratorium
6) Pemeriksaan obstetric
7) Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT)
8) Pemberian obat rutin seperti tablet Fe, calsium, multivitamin,
dan mineral lainnya serta obat-obatan khusus atas indikasi.
9) Penyuluhan/konseling.
b. Jadwal Kunjungan Ibu Hamil
Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang
bisa mengancam jiwanya. Oleh karena itu, wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal:
1) Satu kali kunjungan selama trimester satu (< 14 minggu).
2) Satu kali kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14–
28).
3) Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28 –
36 dan sesudah minggu ke 36).7
4) Perlu segera memeriksakan kehamilan bila dilaksanakan ada
gangguan atau bila janin tidak bergerak lebih dari 12 jam.13

Pada setiap kunjungan antenatal, perlu didapatkan informasi yang


sangat penting.
a. Trimester pertama sebelum minggu ke 14
1) Membangun hubungan saling percaya antara petugas kesehatan
dan ibu hamil.
2) Mendeteksi masalah dan menanganinya
3) Melakukan tindakan pencegahan seperti tetanus neonatorum,
anemia kekurangan zat besi, penggunaan praktek tradisional
yang merugikan

10
4) Memulai persiapan kelahiran bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
5) Mendorong perilaku yang shat (gizi, latihan dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya
b. Trimester kedua sebelum minggu ke 28
Sama seperti diatas, ditambah kewaspadaan khusus
mengenai preeklampsia (tanya ibu tentang gejala – gejala
preeklamsia, pantau tekanan darah, evaluasi edema, periksa untuk
apakah ada kehamilan ganda 12.
c. Trimester ketiga antara minggu 28-36
Sama seperti diatas, dtambah palpasi abdominal untuk
mengetahui apakah ada kehamilan ganda.
d. Trimester ketiga setelah 36 minggu
Sama seperti diatas, ditambah deteksi letak bayi yang tidak
normal, atau kondisi lain yang memerlukan kelahiran di rumah
sakit.7

11
2.3 Diagram Fish Bone
Penyebab rendahnya kunjungan yang tidak sesuai target cakupan dan
tingginya AKI dapat dirumuskan sebagai berikut:

MAN METHODE
Management
Nakes - <standart operasional
Masyarakat - < motivasi
- < pengetahuan - < diskusi
- < SDM - < kegiatan rekreasi
ANC - < pengetahuan
- < kunjungan ANC - < study banding
- < komunikasi rekan kerja - <olahraga
- < pendidikan
Masyarakat Nakes
Management
- < penyuluhan - < SDM yg
- tidak bisa jadi teladan
dan pelatihan berkompeten
- < tugas pemimpin
- < pelatihan pegawai
- < keamanan,
kenyamanan, ↓ ANC di
ketrentaman
puskesmas Papua
Nakes Masyarakat
-buruknya
Barat
-minimnya gaji
-minimnya reward akses jalan
- < transportasi Management
- < alat pelatihan dan
Masyarakat penyuluhan
-ekonomi ↓ Management
-obat-obatan yg terbatas
-mahalnya biaya - < anggaran
transport - < management Nakes
-biaya obat mahal keuangan pkm -alat yg kurang
memadai
-ruangan yg kurang
MONEY MATERIAL

12
BAB III
PENYUSUNAN PROGRAM

A. Tabel Skoring untuk Menentukan Prioritas Kegiatan


Untuk mempermudah penyelesaian masalah pada skenario diatas
dapat menggunakan sistem skoring. Hal ini dilakukan untuk
mempermudah penyelesaian masalah berdasarkan skala prioritas dari yang
tertinggi sampai yang terendah.

Efektivitas Efisiensi Hasil


No. Prioritas penyelesaian masalah M I V C MxIxV
P=
C
1. Meningkatkan motivasi petugas 3 4 3 2 18
kesehatan

2. Meningkatkan penyuluhan dan 3 4 4 4 12


sosialisasi kepada masyarakat tentang

13
ibu hamil

3. Meningkatkan sarana dan prasarana 3 2 4 4 6


dalam pelayanan kesehatan ibu hamil

4. Meningkatkan partisipasi dan 3 2 1 2 3


kerjasama lintas program kesehatan
Tabel III.1 Penentuan prioritas penyelesaian masalah

Keterangan:
P = prioritas jalan keluar
M = magnitude : besarnya masalah yang bisa diatasi jika solusi tersebut
dilaksanakan turunnya prevalensi dan masalah- masalah yang lain
I = important : kelanggengan selesainya masalah
V = valuability : sensitifnya dalam mengatasi masalah
C = cost yang diperlukan

Dalam hal ini meningkatkan motivasi dengan 2 cara, yaitu managemen


eksternal dan internal yang dikategorikan dari teori Maslow :

1. Managemen internal meliputi


Kebutuhan keamanan, Manifestasi kebutuhan ini mengarah kepada rasa
keamanan, ketentraman, jaminan seseorang dalam kedudukan, jabatan,
wewenang, dan tanggung jawabnya sebagai petugas
Aktualisasi diri dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang
untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.

2. Managemen eksternal meliputi,


Kebutuhan fisiologikal, seperti sandang, pangan dan papan. Bagi seorang
petugas kesehatan, kebutuhan akan gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-
hadiah, dan fasilitas lainnya seperti rumah, kendaraan dan lain-lain
Kebutuhan sosial, Manifestasi kebutuhan ini adalah kebutuhan dalam
kasih sayang dan bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar
kelompok. Seseorang akan merasa nyaman dengan aktivitas pekerjaannya

14
apabila lingkungan kerjanya saling mendukung dan saling mengasihi
sehingga dapat meningkatkan semangat untuk bekerja.
Kebutuhan prestise/penghargaan yang pada umumnya tercermin dalam
berbagai simbol-simbol status dan jabatan.

15
B. Rencana Program Peningkatan cakupan Pelayanan Kesehatan ibu (K4)

Tabel III.2. Rencana Program Peningkatan cakupan Pelayanan Kesehatan ibu (K4)

No Kegiatan Sasaran Target Volume Rincian Lokasi Tenaga Jadwal


Kegiatan Kegiatan Pelaksana Pelaksana
an
1. Pemberian Tenaga 100% 2x dalam Kenaikan gaji, Puskesma Tenaga Januari
penghargaa kesehatan tenaga setahun bonus, s dan kesehatan 2019 &
n atau kesehatan penghargaan, tempat agustus
reward olahraga, study wisata 2019
banding,
outbound, &
rekreasi
2 Seminar Tenaga 100% 4x dalam Seminar tentang Ruang Tim Februari
kesehatan tenaga setahun ANC, seminar rapat pimpinan 2019,
kesehatan tentang puskesmas Mei
motivasi, 2019,
seminar tentang Agustus
management 2019,
puskesmas Novem
ber
2019
3 Penyuluhan Para ibu Meningka 3x dalam Penyuluhan Puskes- Tenaga Juni
hamil mulai tkan setahun pentingnya mas kesehatan 2019,
dari trimester pengetahu ANC, door to puskesmas Oktober
I-III an door dan rumah 2019,
masyaraka warga ibu Februari
t hamil 2020
mengenai
kesehatan
ibu dan
anak
4 Evaluasi Mengetahui Menyeles 1 bulan - evaluasi Puskesma Petugas Juli
kendala atau aikan sekali dengan s dan Kesehatan 2019
masalah yang masalah menggunakan balai desa Puskesmas (mgg I)
didapat ANC dan kuesioner
memperba - rapat evaluasi
iki sedini - kunjungan
mungkin rutin ke
masyarakat

16
REKOMENDASI

Berdasarkan dari berbagai masalah yang ada, perlu dilakukan beberapa


penyusunan program demi tercapainya target yang diinginkan.
1. Pemberian penghargaan atau reward
Pemberian penghargaan dan reward ini ditujukan agar dapat
meningkatkan motivasi tenaga kesehatan sehingga peningkatan cakupan
pelayanan terutama pelayanan kesehatan ibu dapat terselenggara dengan baik.
Pemberian reward ini dapat dilakukan setiap 6 bulan sekali mengingat dalam
rentang waktu tersebut kinerja suatu program mulai terlihat. Bentuk
penghargaan ini dapat berupa rekomendasi kenaikan pangkat atau promosi
hingga kenaikan gaji atau dapat berupa bonus tambahan pada gaji.
2. Seminar
Dapat diadakan setiap minimal 4 kali dalam setahun untuk meningkatkan
dan menambah pengetahuan tenaga kesehatan setempat dan bertambahnya
informasi terkini sehingga dapat membantu terwujudnya peningkatan mutu
pelayanan kepada ibu dan anak khususnya pada ibu hamil. Dari kegiatan
seminar ini pula dapat meningkatkan keakraban antartenaga kesehatan,
dimana pada program ini akan saling mengenal satu dengan lain, dapat pula
dilakukan kegiatan yang bersifat community building pada tenaga kesehatan
yang bekerja sehingga makin meningkatkan pula motivasi dalam pelayanan
mereka sehari-hari dan membuat lingkungan kerja samkin kondusif.
3. Penyuluhan
Diadakan penyuluhan seputar kesehatan terutama kesehatan ibu, dimulai
dari awal kehamilan, saat-saat menghadapi kehamilan hingga saat melahirkan
dan bagaimana dalam mengasuh bayi nantinya. Penyuluhan dapat diadakan 3
kali dalam setahun untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai
kesehatan ibu dan anak. Sasaran dari penyuluhan ini terutama adalah ibu
hamil, supaya ibu dapat menyiapkan serta menghadapi kehamilan dan
persalinannya dengan baik. Namun tidak menutup kemungkinan dapat diikuti

17
oleh wanita atau ibu-ibu usia reproduktif sehingga dapat menambah
pengetahuan mengenai kehamilan. Penyuluhan ini dapat dilakukan di
puskesmas terdekat ataupun rumah warga setempat.
4. Evaluasi
Evaluasi kerja dapat dilakukan setiap 1 bulan sekali, dapat dilakukan
setiap akhir bulan untuk mengetahui kendala-kendala ataupun permasalahan
yang ada sehingga dapat diselesaikan dan diperbaiki sedini mungkin, serta
dapat pula meningkatkan performance puskesmas dalam hal ini kinerjanya di
mata masyarakat sekitar.

18
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
1. Tidak terpenuhinya cakupan pelayanan ibu hamil dari target yang ada
yaitu dari data pelaporan kunjungan pemeriksaan ibu hamil yang rendah
2. Bahwa sebagian petugas puskesmas mempunyai motivasi yang rendah
3. Motivasi adalah sebuah proses untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi
dapat berupa motivasi intrinsik dan ekstrinsik.
4. Konsep motivasi manusia yang berhubungan dengan rendahnya K4
menurut Maslow dapat mengacu pada kebutuhan-kebutuhan pokok
tingkatan motivasi secara hierarkis.
5. Menurut Herzberg mengembangkan 2 (dua) faktor teori motivasi yang
mempengaruhi seseorang dalam tugas atau pekerjaannya yaitu
dissatisfiers dan satisfiers atau hygiene dan motivator atau extrinsic
factors dan instrinsic factors
6. Rencana program yang disiapkan untuk menangani masalah mutu
pelayanan kesehatan primer di puskesmasn( khususnya pelayanan ibu
hamil) yaitu Pemberian penghargaan atau reward; Penyuluhan; Seminar;
Evaluasi; Kerjasama lintas sektoral; sosialisasi biaya.

Saran
1. Diadakan penyuluhan seputar kesehatan terutama kesehatan ibu, dimulai
dari awal kehamilan, saat-saat menghadapi kehamilan hingga saat
melahirkan dan bagaimana dalam mengasuh bayi nantinya.
2. Pemberian penghargaan dan reward ini ditujukan agar dapat meningkatkan
motivasi tenaga kesehatan sehingga peningkatan cakupan pelayanan
3. Penyediaan alat penunjang pemeriksaan, dilakukan untuk meningkatkan
kualitas pemeriksaan terhadap ibu dan anak.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 2008, Panduan Pelayanan Antenatal, Jakarta : Depkes RI


2. Ali G.M., Hasbullah T., Marsalim M., 2011, Buletin Jendela Data dan
Informasi Kesehatan, Kementrian Kesehatan, Jakarta, ISSN 2088-270X
3. Jane S., 2011, Profil Kesehatan Papua Barat, Kemkes RI, Jakarta
4. RI-UNICEF, 2012, Tujuan Pembangunan Milenium 5 Meningkatkan
Kesehatan Ibu, Multiple Indicator Cluster Survey 2011 di Kabupaten
Terpilih di Papua dan Papua Barat, Direktorat Statistik Kesejahteraan
Rakyat, Papua Barat, BPS di 62-21-3841195 ext. 4210
5. I Nyoman W.K., IGM Geria J., I Ketut S., Ratna T.L.A., I Made, Suadnya,
Nanik L., Zaini, Novita V., Ni Nengah S., Rohini H., 2008,
Pengorganisasian Masyarakat Dalam Bidang Kia , Rahmi S., Janette O,
Gertrud S.E., Pemberdayaan Masyarakat Bidang KIA, Hal. 90-126, GTZ,
Mataram Nusa Tenggara Barat
6. Shrimarti R. D., Sofiyan H., M. Hakimi, Yayi S.P, Totok M., 2011,
Perawatan Kehamilan dalam Perspektif Budaya Madura di Desa Tambak
dan Desa Rapalaok Kecamatan Omben Kabupaten Sampang, Jurnal
Promosi Kesehatan Vol 1, No.1, 2011: 50-62, FKM UNIAR-FKM UGM,
Surabaya.
7. Syafuddin, Ali Akhmad.2009. Panduan Lengkap Kehamilan, persalinan
dan Perawatan Bayi. Jogjakarta: Diglossia Media.
8. Salmah dkk, 2006. Asuhan Kebidanan Antenatal, Jakarta: EGC
9. Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2007. “Ilmu Bedah Kebidanan” . Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
10. Manuaba, Ida Ayu Chandranita dkk, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB Untuk Pendidikan Bidan. Ed.2, Jakarta : EGC
11. Departemen Kesehatan RI. 2009. Pedoman Pelayanan Antenatal
ditingkat Pelayanan Dasar. Jakarta : Depkes RI
12. Wiknjosastro H. 2005. Ilmu Kandungan. 3rd ed. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
13. Pusdinakes. 2003. Buku Empat: Asuhan Kebidanan Postpartum, Jakarta:
Pusdinakes.

20

Anda mungkin juga menyukai