1
KLEBSIELLA
Nama Klebsiella diperoleh dari nama seseorang ahli mikrobiologi Jerman Edwin
Klebs (akhir abad XIX). Carl Friedlander juga pernah menulis secara panjang lebar mengenai
Klebsiella. Oleh karena itu, Klebsiella disebut pula dengan nama lain Friedlander bacillus.
Selama bertahun-tahun Friedlander bacillus terkenal sebagai penyebab pneumonia (Koneman et
al., 1992).
Apabila pada lempeng isolasi primer ditemukan koloni besar dengan konsistensi
mukoid, maka kehadiran Klebsiella harus diwaspadai. Pada agar MacConkey koloni tampak
besar, mukoid dan berwarna merah disertai dengan pigmen merah yang lazimnya menyebar ke
agar sekelilingnya. Hal ini merupakan petunjuk adanya fermentasi laktosa dan produksi asam.
Ternyata tidak semua strain Klebsiella mempunyai koloni mukoid. Seluruh spesies Klebsiella
bersifat nonmotil. Uji indol dapat dipergunakan untuk membedakan dua spesies terpenting yakni
Klebsiella pneumoniae (Uji Indol negatif) dan Klebsiella oxytoca (Uji Indol positif). (Koneman
et al., 1992).
Klebsiella pneumoniae dapat menyebabkan pneumonia, enteritis, meningitis,
infeksi saluran kemih, dan septikemi. Spesies Klebsiella banyak tersebar di dalam dan saluran
pencernaan manusia dan hewan. Hampir setengah isolat Klebsiella oxytoca yang dikirim ke
CDC (Centers for Disease Control and Prevention) berasal dari feses. Spesimen dari darah
menduduki peringkat kedua. Klebsiella ozaenae banyak dikaitkan dengan rhinitis atrophicans
(ozena) dan infeksi purulen membrana mukosa hidung (Joklik et al., 1988; Koneman et al.,
1992)
Salah satu kunci penting identifikasi Klebsiella pneumoniae adalah KIA As/As
Gas ++, H2S -, Ind -, MR -, VP +, Cit +, Mot -, dan Ure +. Sementara itu, kunci penting untuk
identifikasi Klebsiella oxytoca sama dengan kunci Klebsiella pneumoniae kecuali Ind +
(Koneman et al., 1992).
2
DAFTAR PUSTAKA
Joklik WK, Willet HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988. Zinsser Microbiology. 19th Edition,
Koneman EW, Allen SD, Janda WM, Schreckenberger PC, Winn Jr. WC, 1992. Color Atlas and
Company, pp 105−184.
Tortora GJ, Funke BR, Case CL, 1995. Microbiology An Introduction. 5th Edition, California:
3
Escherichia coli
Escherichia coli merupakan bagian terbesar flora usus. Pada zaman dahulu E.
coli dianggap apatogen dalam saluran pencernaan dan dianggap membantu proses pencernaan.
E. coli menjadi patogen jika berada di luar saluran pencernaan. Sekarang E. coli banyak diisolasi
dari pasien diare. Ternyata E. coli mempunyai sifat menyebabkan diare.
E. coli berbentuk batang pendek, bersifat Gram negatif, dan kadang-kadang
mempunyai susunan berderet-deret seperti rantai. E. coli tidak mempunyai kapsul. E. coli
mampu bergerak aktif.
E. coli mempunyai tiga macam antigen yakni antigen O (somatik), antigen H
(flagela), dan antigen K (kapsul). Antigen O bersifat tahan pemanasan. Antigen H dan K bersifat
tidak tahan pemanasan.
E. coli tumbuh subur pada agar Mac Conkey. Selain itu, E. coli dapat tumbuh
pada agar darah dan agar EMB. E. coli mampu memecah laktosa dengan cepat. Pada agar EMB
E. coli memberikan gambaran khas yang disebut metallic sheen.
Kunci penting untuk identifikasi E. coli adalah KIA As/As, Gas +, H2S -, Ind +,
MR +,VP -, Mot +, dan Ure -.
E. coli dapat menyebabkan enteris, gastroenteritis, infeksi saluran kemih, sepsis,
endotoxin-induced shock, infeksi luka, pneumonia, dan meningitis.
Gejala klinis diare E. coli sukar dibedakan dengan diare non- E. coli. Infeksi
saluran kemih yang disebabkan oleh E. coli tidak mempunyai gejala khusus.
E. coli merupakan flora yang paling banyak ditemukan di usus, Ditemukannya E.
coli pada air ataupun susu menunjukkan adanya pencemaran tinja. Pengawasan terhadap E. coli
cukup sulit oleh karena sebagian besar E. coli merupakan flora normal.
Terdapat beberapa strain E. coli. Strain-strain tersebut adalah enterotoxigenic
strain (ETEC), enteropathogenic strain (EPEC), enteroinvasive strain (EIEC), dan verotoxin-
producing E. coli (VTEC)/enterohemorrhagic E. coli (EHEC).
ETEC menyebabkan secretory diarrhea (“travelers diarrhea”). Gejala secretory
diarrhea menyerupai gejala diare karena Vibrio cholerae. ETEC memproduksi enterotoksin baik
yang tahan panas (heat-stable enterotoxin) maupun yang tidak tahan panas (heat-labile
enterotoxin).
4
EPEC menyebabkan sindrom diare terutama pada bayi. Patogenesis diare karena
EPEC tidak begitu jelas.
EIEC mempunyai kemampuan penetrasi ke dalam sel epitel usus. EIEC dapat
menyebabkan inflamasi, demam, dan Shigella-like dysentery.
VTEC/EHEC menyebabkan hemorrhagic colitis. Hemorrhagic colitis adalah
radang kolon yang disertai dengan perdarahan.
5
6