I. PENDAHULUAN
A . Latar Belakang
Indonesia yang beriklim tropis memiliki potensi ikan hias mencapai 300
juta ekor/tahun dan terdiri dari 240 jenis ikan hias air laut (marine ornamental
fish) dan 226 jenis ikan air tawar (freshwater ornamental fish). Beberapa jenis
ikan air tawar tergolong unik dan langka serta tidak terdapat di negara lain
(Lingga dan Susanto, 2003). Ikan hias air tawar merupakan salah satu komoditas
ekspor yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Ikan komet memiliki bentuk
tubuh mirip dengan ikan koi dan bentuk ekornya seperti ikan mas koki dengan
kombinasi warna kuning, jingga, emas, dan putih. Selain itu, juga ikan komet
memiliki cara budidaya yang mudah dan dapat diberikan perlakuan yang mudah
Ikan komet (Carassius auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias уаng
memiliki keunggulan pada warna уаng terdapat pada ikan tеrѕеbut уаng
bermacam-macam seperti putih, kuning, merah, atau perpaduan lаіn. Ikan komet
berasal dari Cina dengan nama umum goldfish dan di pasaran lebih dikenal
dengan sebutan mas koki. Di kalangan pembudidaya ikan hias di dunia, ikan
komet termasuk salah satu ikan hias yang sangat populer dan banyak
penggemarnya. Hal ini dikarenakan ikan ini memiliki tubuh yang aneh yang
sangat sulit digambarkan bentuknya dan oleh para peternak disebut fantastik,
karena memiliki bentuk tubuh mirip dengan ikan koki dan ikan koi. Ikan komet
mempunyai perbedaan dengan ikan mas koki yaitu ukuran tubuh ikan komet yang
lebih kecil dari ikan mas koki dan terdapat tonjolan daging (sungut) kecil di atas
2
lubang hidungnya serta memiliki bentuk ekor seperti ikan mas koki dengan
kombinasi warna kuning, jingga, emas, dan putih (Kottelat dkk, 1993).
Warna tubuh yang indah dan bervariasi merupakan daya tarik komet
sebagai ikan hias. Warna indah pada ikan disebabkan oleh kromatofor (sel
pigmen) yang terletak pada lapisan epidermis, yang memiliki kemampuan untuk
Salah satu indikator yang menjadi daya tarik konsumen terhadap ikan
komet (C. auratus) adalah warna tubuh yang cerah dan beragam. Warna tubuh
tersebut dipengaruhi oleh kandungan pigmen dalam pakan yang diberikan pada
ikan. Pembentukan pada warna tubuh ikan disebabkan karena adanya sel pigmen
yang terletak pada lapisan epidermis. Intesitas kecerahan warna pada ikan dapat
(Bachtiar, 2002).
ikan. Efek dari adanya karatenoid antara lain dapat menyebabkan peningkatan
kecerahan warna merah pada ikan. Hal tersebut menjadi akibat ekspresi
pembentuk pigmen merah pada ikan dan udang (Kasali dkk., 2007).
(Darmawiyanti, 2005). Syarat pakan yang baik adalah mempunyai nilai gizi yang
tinggi, mudah diperoleh, mudah diolah, mudah dicerna, harga relatif murah, tidak
mengandung racun. Jenis pakan disesuika dengan bukaan mulut ikan, dimana
semakin kecil bukaan mulut ikan maka semakin kecil ukuran pakan yang
Spirulina sp. merupakan mikroalga yang menyebar secara luas di alam dan
dapat ditemukan diberbagai tipe lingkungan, baik di perairan payau, laut dan
berwarna hijau kebiruan terdiri dari sel-sel silindris yang membentuk koloni
sehingga disebut juga alga biru hijau berfilamen (Ariyati, 1998; Hariyati, 2008)
meningkatkan kecerahan warna ikan (Fitriyati, 2003). Ikan hias air tawar yang
diberi pakan Spirulina sp. mengakibatkan warnanya lebih berkilau. Salah satu
kontribusi cukup baik pada warna merah dan oranye (Budi , 2001).
sp. dapat meningkatkan intensitas warna pada ikan. Warna pada ikan disebabkan
karena adanya sel kromatofor pada kulit bagian epidermis. Karotenoid adalah
cukup baik pada warna merah dan oranye (Budi, 2001). Karotenoid dapat
bersumber dari bahan makanan seperti wortel, ubi, labu kuning, jagung kuning
dan sebagainya termasuk sayuran hijau (Hidayat dan Saati, 2006), sedangkan
4
karotenoid dalam bentuk bahan anorganik yang biasa digunakan pada pembuatan
Spirulina sp. sebagai pakan ikan hias memiliki nilai tambah karena dapat
meningkatkan kecerahan warna ikan serta berfungsi sebagai sumber protein untuk
Spirulina sp. dapat menambah kecerahan warna pada ikan komet karena memiliki
relatif stabil. Kandungan karotenoid dan protein yang terdapat pada tepung
penambahan tepung Spirulina sp. dalam pakan terhadap performa ikan hias komet
(C. auratus).
B. Rumusan Masalah
Ikan hias komet merupakan salah satu ikan hias tawar yang mengandalkan
warna tubuh sebagai penentu kualitas harga ikan tersebut. Warna ikan hias komet
yang dipelihara dalam akuarium seiring dengan waktu pemeliharaan jika pakan
yang diberikan tidak mengandung pigmen warna. Warna ikan hias dapat
mengandung pigmen. Hal ini disebabkan ikan hias tidak dapat mensintesis warna
dalam tubuhnya. Salah satu bahan pakan yang mengandung pigmen warna adalah
sumber pewarnaan ikan hias komet masih terbatas. Oleh karna itu, perlu dilakukan
5
spirulina dalam pakan untuk pewarnaan ikan komet. Kegunaan hasil penelitian
ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pembudidaya ikan air tawar
khusunya ikan hias komet (C. auratus) dan menjadi pembanding bagi penelitian
selanjutnya
6
II.TINJAUAN PUSTAKA
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Claas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Carassius
yang unik. Oleh karena itu ikan komet digemari oleh masyarakat. Morfologi ikan
membedakan dari ikan komet dan ikan mas adalah bentuk siripnya. Ikan komet
mempunyai bentuk sirip yang lebih panjang dari ikan mas, meskipun jika
7
didekatkan keduanya akan sangat mirip. Oleh sebab itu, di luar negeri ikan komet
dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Perbedaan ikan komet jantan dan betina. Ikan
komet jantan memiliki sirip dada panjang dan tebal, kepala tidak melebar, tubuh
lebih tipis (ramping), sedangkan ikan komet betina memiliki sirip dada relatif
pendek dan luar tipis, kepala relatif kecil dan bentuknya agak meruncing, tubuh
Ikan komet (C. auratus) merupakan salah satu jenis ikan hias, ciri yang
membedakan dengan ikan mas hias lainnya adalah caudal fin atau sirip ekornya
lebih panjang dan percabangan disirip ekornya sangat terlihat jelas, tidak seperti
ikan mas biasa yang percabangan disirip ekornya tidak begitu terlihat jelas. Selain
itu, ikan komet mempunyai warna orange yang mencolok sehingga sangat
menarik untuk menjadi ikan hias di dalam ruangan ataupun di luar ruangan
(Skomal, 2007).
ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi
kerongkongan (pharyngeal teeth) yang tersusun dari tiga baris dan gigi geraham
secara umum. Sebagian besar tubuh ikan komet ditutupi oleh sisik kecuali
beberapa varietas yang memiliki beberapa sisik. Sisik ikan komet termasuk sisik
sikloid dan kecil. Sirip punggung memanjang dan pada bagian belakangnya
berjari keras. Letak sirip punggung berseberangan dengan sirip perut. Gurat sisi
tubuh dan melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor
(Derri, 2010).
8
Ikan komet sangat aktif berenang baik di dalam kolam maupun di dalam
akuarium, tidak dapat bertahan dalam ruang yang sempit dan terbatas, serta
membutuhkan filtrasi yang kuat dan pergantian air yang rutin. Ikan komet banyak
ditemui dengan warna putih, merah dan hitam, dapat tumbuh dan hidup hingga
berumur 7-12 tahun dan panjang dapat mencapai 30 cm (Partical Fish Keeping,
2013).
Ikan komet untuk hidupnya memerlukan tempat hidup yang luas baik
dalam aquarium maupun kolam dengan sistem aerasi yang kuat dan air yang
bersih untuk menjaga kualitas airnya dianjurkan untuk mengganti minimal 20%
air aquarium atau kolam setiap harinya. Ikan komet merupakan ikan yang cukup,
rentan terhadap penyakit, hal tersebut disebabkan karena kondisi air pada tempat
pemeliharaan ikan komet cepat menjadi kotor disebabkan oleh sisa pakan dan
feses dari ikan komet yang banyak (kotoran) (Partical Fish Keeping, 2013).
Substrat bagian dasar akuarium atau kolam dapat diberi pasir atau kerikil,
ini dapat membantu ikan komet dalam mencari makan karena ikan komet (C.
auratus) akan menyaringnya pada saat memakan plankton. Ikan komet juga dapat
hidup dalam kisaran suhu yang luas, meskipun termaksuk ikan yang hidup dalam
suhu yang rendah 15-21°C akan tetapi ikan komet juga membutuhkan suhu tinggi
yang berkisar antara 27-30°C hal ini diperlukan saat memijah dengan kosentrasi
percepatan pemijahan untuk memperoleh suhu ini maka ketinggian air di dalam
terdiri dari sel-sel silindris yang membentuk koloni dimana selnya berkolom
membentuk filament terpilin menyerupai spiral (helix) sehingga disebut juga alga
hijau biru (blue-green algae) yang telah banyak digunakan sebagai pakan alami
dalam usaha budidaya khususnya dalam pembenihan karena memiliki nilai nutrisi
yang tinggi. Kandungan protein pada Spirulina sp. berkisar antara 50-70% dari
pertumbuhan dan rasio konversi pakan ikan striped jack (Pseudocaranx dentex).
Spirulina banyak digunakan sebagai pakan tambahan ikan hias karena dapat
tersebut antara lain klorofil (0,08%), beta-karoten (0,23%) dan xanthofil (0,12-
0,5%). Selain sebagai pakan alami Spirulina sp. banyak digunakan sebagai
pada ikan mas koki, dikarenakan spirulina mengandung karotenoid yang dapat
menjadi lebih cerah. Namun, bila dilihat kaitan antara kandungan lemak, protein
intensitas warna. Lemak yang terdapat pada tepung spirulina yang digunakan
10
sebesar 3% tetapi kandungan protein dan karotenoid yang ada cukup tinggi,
sehingga dapat diduga bahwa kandungan protein dan karotenoid yang tinggi dapat
yang ada pada tepung spirulina yang dicampurkan dalam pakan tidak mengalami
suhu tinggi, melainkan hanya dijemur agar pakan tidak memiliki kandungan air
karotenoid akan mengalami kerusakan pada suhu tinggi melalui degradasi thermal
warna karoten atau terjadi pemucatan warna. Hal ini terjadi dalam kondisi
oksidatif.
pada tubuh ikan selama masa pemeliharaan (Wayan, 2010). Tongsiri et al (2010)
menyatakan bahwa tepung Spirulina sp. dapat meningkatkan kecerahan warna dan
Warna pada ikan disebabkan sel pigmen (kromatofor) yang terletak pada
lapisan epidermis. Tingkat kecerahan warna pada ikan tergantung pada jumlah
dan letak pergerakan kromatofor (Sally, 1997 ; Walin, 2002, dalam Niken, 2012).
Sel pigmen dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori warna dasar, yaitu hitam
musuh atau pemberitahuan untuk mengenal seksual pada lawan jenisnya. Warna
kondisi lingkungan ikan yang bersangkutan. Oleh karena itu, ikan biasa tampak
berbeda pada kondisi lingkungan berbeda. Warna atau corak ikan biasanya
ditentukan oleh faktor genetik. Tampilan selain ditentukan oleh jumlah dan
konsentrasi sel-sel warna, juga ditentukan oleh kedalaman sel tersebut dalam
lapisan kulit. Ikan tidak dapat membuat sendiri pigmen warna (de novo)
karenanya harus disuplai dari makanan yang dimakan. Karena itu, jika ikan diberi
pakan yang tidak mengandung pigmen warna yang dibutuhkan maka ikan tersebut
sumber karotenoid di dalam pakan (Satyani dan Sugito, 1997). Jenis zat yang
terbukti dapat meningkatkan performa warna pada tubuh ikan antara lain
12
Hasil penelitian tingkat kecerahan warna yang dilakukan oleh Kurnia et al.
(2013), menggunakan pakan buatan dengan bahan dasar pakan berupa tepung
kepala udang, tepung wortel dan pakan standar merek Takari menunjukkan bahwa
Selanjutnya, dikatakan bahwa kecerahan warna ikan maanvis yang diberi pakan
perlakuan meningkat dan didominasi warna cerah baik hitam, silver maupun
kuning. Hal ini menunjukikan bahwa kandungan astaksantin dan beta-karoten dari
tepung kepala udang dan tepung wortel pada pakan mampu meningkatkan
C. Pertumbuhan
digunakan salah satu indikator untuk melihat kesehatan suatu individu atau
kelimpahan makanan dan kondisi yang mendukung (Moyle dan Cech, 1988).
dari pakan yang dimakan ikan dan dipakai untuk kelangsungan hidup seperti
dipengaruhi oleh sumber energi dari pakan yang tersedia. Sumber energi tersebut
dan lemak) yang tepat dalam pakan dapat mengurangi protein/sparing efek. Jika
sumber energi nonprotein cukup, maka fungsi protein untuk pertumbuhan dapat
pada jenis ikan. Hal tersebut dapat mempengaruhi kemampuan cerna ikan. Ikan
serat kasar yang tinggi maka semakin sulit untuk dicerna (Suhenda dkk., 2003).
digunakan untuk metabolisme adalah lemak. Jika energi dari lemak mencukupi,
maka energi yang berasal dari protein digunakan untuk membangun jaringan
sehingga terjadi pertumbuhan. Jika lemak tidak mencukupi, maka protein akan
daya cerna yang berpengaruh pada konsumsi pakan (Suryanti et al., 1997). Pada
14
ikan karnivora, protein harus cukup terpenuhi dari sumber pakan untuk
(Nuraini, 2008).
penggunaan protein sebagai sumber energi yaitu terjadi penurunan bobot atau
untuk ikan dan hewan air lainnya hidup, tumbuh dan berkembang. Akan tetapi
kualitas air yang buruk dapat mengakibatkan ikan stres atau bahkan mengalami
kematian (Effendi, 2003). Oleh karena itu, kualitas air harus dikendalikan.
Kualitas air dapat dikendalikan bila media pemeliharaan dalam sebuah wadah,
kecuali bila media pemeliharaan berupa badan air, seperti waduk atau kolam,
maka perubahan kualitas air harus selalu dipantau dan selalu diantisipasi (Kordi
penggantian air minimal 25% setiap hari. Penyiponan berfungsi untuk menjaga
kadar amoniak agar tetap stabil. Selain itu, pergantian air juga menjaga senyawa
dari suhu, pH, oksigen, karbondioksida dan amoniak. Hal tersebut dilakukan
(Effendi, 2003).
16
Alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian ini disajikan pada
Tabel 1.
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah benih ikan komet
yang berasal dari hasil pemijahan di laboratorium unit pembenihan dan produksi
ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo sebagai hewan
uji,
17
pakan uji ikan hias komet. Keempat dosis tersebut yang merupakan perlakuan
Pakan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pakan ikan hias.
Pakan ini dihancurkan menjadi tepung. Setelah itu, tepung spirulina dimasukan
atau ditambahkan dalam pakan sesuai dosis perlakuan. Setelah itu, pakan diaduk
merata kemudian ditambahkan air hangat 40-60% air matang. Kemudian adonan
tersebut dibuat model bola-bola atau bulat untuk selanjutnya dicetak menggunakan
mesin pencetak menjaadi pelet. Pelet yang sudah jadi kemudian dikeringkan
dibawah sinar matahari atau menggunakan oven dengan suhu 80°C. kemudian
pelet yang sudah kering dimasukan ke dalam plastik dan siap digunakan untuk
penelitian.
18
E. Prosedur Penelitian
1. Persiapan Wadah
sabun cair sampai bersih kemudian wadah dibiarkan dalam posisi terbalik selama
beberapa hari sampai benar-benar kering hari untuk dikeringkan. Aerasi dipasang
sebelum ikan dimasukan kedalam akuarium, hal ini dilakukan untuk menstabilakan
oksigen. Air yang digunakan berasal dari sumur bor yang telah diendapkan.
Hewan uji yang digunakan adalah ikan komet yang berasal dari 1 induk
dengan panjang rata-rata awal 3-4 cm sebanyak 60 ekor (5 ekor per akuarium).
selama 2 hari agar ikan uji dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan
penelitian baik pakan maupun kualitas airnya. Selama masa adaptasi ikan komet
menggunakan akuarium, dimana setiap akuarium berisi 5 ekor benih ikan komet.
setiap akuarium diberi label sesuai dengan perlakuan. Pergantian air dilakukan
melalui proses penyiponan. Penyiponan dilakukan setiap hari yaitu pada pagi hari
sebelum pemberian pakan. Penyiponan bertujuan agar sisa-sisa pakan maupun sisa
feses dapat dikeluarkan sehingga tidak terjadi penumpukan dan pembusukan pada
19
media.
Frekuensi pemberian pakan adalah 2 kali sehari yaitu pada pagi (pukul
08.00), dan sore (pukul 16.00). Penimbangan ikan uji dilakukan pada awal
penelitian (hari ke-0) dan akhir penelitian (hari ke–45), dengan menggunakan
timbangan analitik yaitu dengan cara ikan ditimbang satu per satu pada setiap
perlakuan dan ditimbang secara basah. Ikan dimasukan kedalam potongan botol air
mineral yang telah berisi air. Sebelum ikan ditimbang terlebih dahulu air dalam
potongan botol air mineral tersebut ditimbang dan setelah diketahui beratnya baru
1. Performa Warna
(panelis) untuk menilai kecerahan warna ikan komet (C. auratus) Panelis
sebanyak 10 orang yang terdiri dari 3 dosen, dan 7 orang mahasiswa masing-
dengan masing-masing akuarium diberi label yang sesuai dengan perlakuan dan
diacak serta diberi nomor 1-12 secara berurutan, sedangkan untuk label perlakuan
disimpan dan hanya ditandai oleh peneliti saja. Kondisi ini dimaksudkan agar
20
tingkat atau tolak ukur presepsi panelis terhadap tingkat perubahan kecerahan
warna pada ikan komet dan item instrumen dapat dibobotkan dengan alternatif
jawaban sangat baik diberikan bobot nilai 4 (sangat cerah ), 3 (cerah), 2 (kurang
cerah),1 (pudar). Mengacu dari metode skor penilaian yang digunakan (Sugiyono
2008), maka dalam penelitian performa ikan hias komet dibuat tingkat skor
kecerahan warna pada gambar 3 lampiran score sheet performa ikan hias komet
sebagai berikut:
2. Pertumbuhan Mutlak
Pertumbuhan mutlak ikan komet (C. auratus) dihitung dengan rumus (Hu
PM = Wt – W0
Ket:
PM = Pertumbuhan mutlak rata-rata (g)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada waktu akhir penelitian (g)
W0 = Bobot rata-rata ikan pada waktu awal penelitian (g)
Nt
SR = x 100%
No
Keterangan :
4. Kualitas Air
beberapa parameter kualitas air seperti. Parameter fisika air media yang diukur
yaitu suhu. Parameter kimia air media dievaluasi berdasarkan kandungan oksigen
terlarut dan pH, pengukuran dilakukan pada awal penelitian dan akhir penelitian
pakan yang dihasilkan. Kandungan yang diuji dari analisis proksimat pakan
tersebut yaitu kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar, serat kasar dan
bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) (Silva dan Anderson, 1995). Serat kasar dan
BETN merupakan bentuk dari karbohidrat. Perbedaan serat kasar dan BETN
adalah serat kasar sulit dicerna, sedangkan BETN mudah dicerna. Fungsi dari
kandungan gizinya dan memberi penilaian umum dari pemanfaatan pakan yang
H. Rancangan Percobaan
Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan, perlakuan yang diuji
adalah:
A1 B2 C3
B3 C1 D2
C2 A3 B1
D3 D1 A2
I. Analisis Data
perlakuan terhadap variabel yang diamati dan untuk menguji beda nyata antara
perlakuan. Bila terdapat beda nyata diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut
16.0.
24