Anda di halaman 1dari 4

Bab 1

Pendahuluan

1.1 latar belakang

Fenomena bunuh diri adalah fenomena yang sering terjadi di masa sekarang, orang sering
melakukan bunuh diri dengan berbagai macam cara contoh nya seperti , minum cairan baygon ,
menggantung diri nya, memotong urat nadi di pergelangan tangan nya padahal mereka yang
melakukan bunuh diri itu tau betapa besar dosa dalam agama, terutama di agama islam yang
melakukan bunuh diri tidak di ampuni dosa nya, fenomena bunuh diri sampai saat belum bisa
ditentukan akar permasalahannya secara spesifik, seperti kasus bunuh diri yang di lakukan
seorang laki laki dengan cara menggantung diri nya, bunuh diri ini terjadi di teluk keriting Rw 11
tanjung pinang pada tanggal 20 april 2019,

Frustasi dapat diartikan sebagai kekecewaan dalam diri individu yang disebabkan oleh tidak
tercapainya keinginan. Pengertian lain dari frustasi adalah “rasa kecewa yang mendalam karena
tujuan yang dikehendaki tidak terlaksana”. Kegagalan dalam mencapai tujuan atau
keinginanannya akan menyebabkan kekecewaan dalam diri individu tersebut. Jika kekecewaan
tersebut terjadi berulang-ulang dan menganggu keseimbangan psikisnya, baik emosi maupun
tindakannya, berarti indvidu tersebut sudah berada dalam situasi frustasi. Adapun menyebabkan
frustasi, mungkin berasal atau berwujud dari manusia, benda, peristiwa, keadaan alam dan
sebagainya.

Reaksi setiap individu terhadap frustasi yang dialaminya berbeda-beda, hal ini disebabkan
oleh perbedaan pada struktur maupun fisik, serta perbedaan kultural dan nilai-nilai agama yang
dianutnya. Perbedaan reaksi individu terhadap frustasi itu, dapat dilihat dari kegiatan yang
dilakukannya. Ada yang menghadapinya secara rasional, tetapi ada juga yang menghadapinya
terlalu emosional, yang terwujud dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang salah.
Adapun cara-cara individu dalam mereaksikan frustasi itu, diantaranya adalah sebagai
berikut.

 Agresi Marah : Akibat tujuan yang ingin dicapainya mengalami kegagalan, individu
menjadi agresif, marah-marah dan merusak, baik terhadap dirinya sendiri maupun
pada sesuatu yang diluar dari dirinya. Agresi in bisa berwujud verbal (marah-marah),
atau non-verbal (seperti membanting pintu, memecahkan atau merusak barang-barang
dan memukul).
 Bertindak secara Eksplosif (mudah meledak): Yaitu dengan jalan melakukan
perbuatan yang eksplosif, baik dengan perbuatan jasmaniah maupun dengan ucapan-
ucapan. Setelah keluar dan terkuras unek-uneknya semua, biasanya individu itu
merasa ketegangan dalam dirinya itu berkurang atau menghilang
 Dengan cara Introversi (bersifat tertutup) : Yaitu dengan cara menarik diri dari dunia
nyata, dan masuk kedalam dunia khayalan. Dalam dunia khayalan itu, dia
membayangkan seolah-olah tujuan atau keinginananya itu sudah tercapai. Istilah lain
untuk reaksi ini adalah melamun. Jika individu sungguh-sungguh mempercayai yang
dikhayalkannya itu merupakan kenyataan, maka akibatnya akan timbul wahan atau
delusiyang seringkali diikuti oleh halusinasi.Apabila individu benar-benar sudah
lepas dari dunia nyata, lama-kelamaan introversi akan berubah menjadi autisme.
 Perasaan Tidak Berdaya : Reaksi ini menunjukan sikap tidak berdaya, patah hati,
pasif dan mungkin juga menderita sakit. Reaksi ini berlawanan dengan agresi marah.
 Kemunduran : Reaksi frustasi yang menunjukan kemunduran dalam tingkah laku,
yaitu tingkah laku yang kekanak-kanakan, seperti : mengompol dan mengisap ibu
jari.
 Fiksasi : Yaitu mengulang kembali sesuatu yang menyenangkan. Contohnya, ada
seorang mahasiswa yang senantiasa mempertahankan dirinya dalam posisinya sebagai
mahasiswa (mahasiswa abadi) dia merasa betah menjadi mahasiswa. Dia tidak mau
cepat-cepat ikut ujian akhir, karena dia merasa cemas untuk menghadapi resiko yang
tidak menyenangkan apabila dia telah lulus (seperti dia tidak bebas lagi untuk
mengikuti kegiatan kemahasiswaan dan mencari kerja).
 Penekanan : Yaitu rekasi frustasi dengan cara menekan pengalaman traumatis,
keinginan, kekesalan atau ketidak senagan kedalam alam bawah sadar. Reaksi ini
dilakukan, karena apabila hal itu dibiarkan berada di alam sadar, individu akan
mengalami perasaan cemas atau perasaan yang menyakitkan.
 Rasionalisasi : Yaitu usaha-usaha mencari dalih pada orang lain untuk menutupi
kesalahan (kegagalan diri sendiri). Seperti mahasiswa yang mendapat nilai jelek, dia
lalu berbicara kepada temannya bahwa hal itu terjadi dikarenakan dia sedang sakit
(padahal sebenarnya tidak sedang sakit).
 Proyeksi : Dalam reaksi ini, individu melemparkan sebab kegagalannya kepada orang
lain atau sesuatu di luar dirinya.
 Kompensasi : Dalam melakukan kompensasi, individu berusaha menutupi
kekurangan atau kegagalannya dengan carra-cara lain yang dianggapnya memadai.
Contohnya, meminum-minuman keras, menjadi pecandu narkoba, atau dengan cara
berperilaku menyimpang lainnya, yang dianggap merupakan suatu kompensasi dari
kegagalan dalam memperoleh keinginan-keinginannya seperti kasih sayang dari
kedua orang tua, tidak lulus ujian dan putus pacaran.
 Sublimasi : Mengalihkan tujuan pada tujuan yang lain yang mempunyai nilai sosial
atau etika yang lebih tinggi. Contohnya, senang berkelahi menjadi petinju dan putus
pacaran dan memutuskan menjadi perawat.

Diketahui bahwa setiap manusia memiliki konflik atau permasalahan yang berbeda-beda dan
cukup kompleks, penyebab dan tingkat frustasinya pun berbeda, oleh karena itu reaksi terhadap
setiap permasalah seseorang pun bereda-beda. Namun, bagaimana hendaknya dicari jalan keluar
yang terbaik untuk dapat menyelesaikan setiap masalah yang ada di dalam hidup ini, dan akan
lebih baik lagi jika di dalam menyelesiakan masalah disesuaikan dengan nilai dan tuntutan
agama, agar memiliki pedoman dan tuntutan yang jelas dan baik

Dari beberapa kasus ini menunjukkan bahwasanya, di Indonesia sendiri angka kematian
akibat bunuh diri semakin meningkat, di dukung dengan adanya data dari WHO pada tahun 2010
yang menyebut angka bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Tentu
jika tidak ada upaya bersama pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh dari tahun ke
tahun. WHO malah meramalkan pada tahun 2020 angka bunuh diri di Indonesia secara global
menjadi 2,4 per 100.000 jiwa. percobacaan bunuh diri juga dapat di pengaruhi oleh motivasi-
motivasi yang mendorong pelaku untuk mengakhiri hidupnya. Motivasi ini di dasarkan pada dua
motivasi yaitu, motivasi (ekstrinsik) yang berasal dari luar dirinya ataupun motifasi (intrinsik)
yang berasal dari dalam diri.

Rumusan masalah :

1. Bagaimana cara pelaku bunuh diri itu terjadi


2. Bagaimana penyebab bunuh diri itu terjadi

Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui cara pelaku bunuh diri karena frustasi
2. Untuk mengetahui akibat pelaku bunuh diri karena frustasi

Anda mungkin juga menyukai