Anda di halaman 1dari 20

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

FARMAKOEPIDEMIOLOGI
Dosen : Dra. Lili Musnelina, M.Si, Apt.

Ditulis Oleh:

Dimas Prasetya A.

[12 33 0062]

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL
JAKARTA
2016
FARMAKOEPIDEMIOLIGI

UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL

Selasa 5 januari 2016

Nama: Dimas Prasetya Adnitama

NIM : 12330062

============================================
=====

1. Apa yang anda ketahui tentang farmakoepidemiologi? Mengapa farmakoepidemiologi


perlu dipelajari? Apa hubunganya farmakoepidemiologi dengan Clinical trial. Sejauh
mana farmakoepidemiologi diperlukan dalam pelayanan kesehatan, dan aspek apa saja
yang perlu diketahui dalam farmakoepidemiologi?
Jawaban:
Epidemiologi ini merupakan suatu bidang ilmu kefarmasian yang mempelajari
tentang penyakit – penyakit baik menular dan tidak menular di lingkungan masyarakat.
Dapat pula diartikan sebagai studi tentang penularan/penyebaran penyakit di dalam
konteks lingkungan masyarakat, mencakup pola – pola penyakit dan determinan –
determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut.
Kata epidemiologi itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Epi” yang berarti
pada atau tentang, “demos” berarti penduduk, dan “logi” berarti ilmu pengetahuan.
Sehingga secara umum, epidemiologi berarti Suatu ilmu yang mempelajari tentang
distribusi dan frekuensi masalah kesehatan pada sekelompok orang serta faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya suatu penyakit tersebut.
Farmakoepidemiologi perlu dipelajari karna saat mempelajari
farmakoepidemiologi, seseorang tersebut sekaligus dapat mempelajari dan memahami
tentang suatu mekanisme timbulnya suatu penyakit yang timbul pada masyarakat disertai
dengan cara penanganannya yang dapat diaplikasikan pada lingkungan disekitarnya.
Dikarenakan:

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
a) Kemajuan teknologi kedokteran yang sangat pesat tidak menjamin akan mengatasi
atau mencegah faktor penyebab penyakit (yang belum terungkap terutama)
sehingga masyarakat akan dengan mudah terjangkit penyakit atau bahkan
dihadapkan dengan kejadian pandemik. Dalam hal ini, pendekatan dengan
epidemiologi akan menjadi cara yang paling efektif untuk mengatasi masalah
tersebut.
b) Keberhasilan percobaan pengobatan atau pencegahan penyakit yang dilakukan di
klinik atau di laboratorium masih harus di uji di dalam lingkungan masyarakat.
c) Frekuensi distribusi penyakit yang di dapat dari rumah sakit dan kenyataan yang
terjadi di masyarakat harus disesuaikan.
d) Dibutuhkan informasi tentang yang terkena, jumlah korban terkena, dimana dan
bagaimana terkenanya, dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan melalui
pelayanan kesehatan.
e) Melakukan upaya imunisasi guna mencegah penyakit atau fenomena lain,
penyaringan terhadap orang yang beresiko terpapar penyakit walau pun gejalanya
itu sendiri belum tampak.

Hubungannya epidemiologi dengan Clinical Trial, Clinical trial itu sendiri


merupakan suatu penelitian mengenai penggunaan obat pada manusia. Dan epidemiologi
merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang berbagai macam penyakit yang timbul
atau terjadi pada lingkungan masyarakat. Dimana epidemiogi dapat membantu kita untuk
mengetahui penyakit-penyakit yang muncul pada masyarakat sehingga dapat membantu
dalam proses penggunaan/terapi obat pada epidemi tersebut. Singkatnya saling
menunjang untuk mencapai tujuan yang sama. Yakni melenyapkan penyakit yang
timbul/terjadi pada masyarakat.

Farmakoepidemiologi diperlukan dalam pelayanan kesehatan karna dengan


epidemiologi, dengan pengetahuan-pengetahuan mengenai penyakit dan lain sebagainya
yang ada pada epidemiologi ini seorang tenaga teknis kefarmasian dapat mempelajari
mengenai penyakit-penyakit, faktor penyebab, pengobatannya ( penggunaan obat dan
efek yang ditimbulkan oleh obat tersebut) hingga pencegahannya yang kemudian dapat
kita aplikasikan di masyarakat. Selain itu pula pengembangan atau pemodifikasian dapat
dilakukan agar dapat melakukan pengoptimalan terapi-terapi pemberian obat tersebut.
Adapun pelayanan kesehatan yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut:

a) Identifikasi faktor – faktor yang berperan dalam terjadinya suatu penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat.

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
b) Penyediaan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan.
c) Evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan. Bila dari
hasil evaluasi program tersebut dianggap tidak berhasil, maka dapat dihentikan
atau dirubah dengan program lain setelah mengetahui penyebab yang sebenarnya.
d) Pengembangan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya menanggulanginya.
e) Pengarahan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.

Aspek – aspek yang perlu diketahui dalam farmakoepidemiologi, antara lain


adalah:

a) Aspek Akademik

Jika ditinjau secara akademik, epidemiologi berarti analisis data kesehatan, sosial
ekonomi, dan kecenderungan yang terjadi untuk mengadakan identifikasi dan
interpretasi perubahan-perubahan keadaan kesehatan yang terjadi atau akan
terjadi di masyarakat umum atau kelompok penduduk tertentu.

b) Aspek Praktis

Ditinjau dari segi praktis, epidemiologi merupakan ilmu yang ditujukan pada
upaya pencegahan penyebaran penyakit yang mcnimpa individu, kelompok, atau
masyarakat umum. Dalam hal ini, penyebab penyakit tidak harus diketahui secara
pasti, tetapi lebih diutamakan pada cara penularan, infektivitas, menghindarkan
agen yang diduga sebagai penyebab, toksin atau lingkungan, dan membentuk
kekebalan untuk menjamin kesehatan masyarakat. Misalnya:

- Ditemukannya efek samping obat iodokloroquinolin yang serius di Jepang,


walaupun saat itu mekanismenya belum diketahui dengan jelas dan di
Indonesia belum diternukan adanya efek samping tersebut, tetapi pemcrintah
Indonesia melalui Depanemen Kesehatan telah melarang beredarnya obat
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penyebaran efek samping obat
tersebut masuk ke Indonesia.

- Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), walaupun cara perlindungan


dan pengobatan belum diketahui, tetapi telah dilakukan berbagai upaya untuk
mencegah pcnyebaran penyakit tersebut, misalnya harus ada keterangan bebas

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
AIDS untuk dapat masuk suatu negara, screening pada donor darah,
pengawasan terhadap homoseks, dan lain-lain.

c) Aspek Klinis

Ditinjau dari aspek klinis, epidemiologi berarti suatu usaha untuk mendeteksi
secara dini perubahan insidensi atau prevalensi melalui penemuan klinis atau
laboratoris pada awal kejadian luar biasa atau timbulnya penyakit Baru seperti,
karsinoma vagina pada gadis remaja atau AIDS yang awalnya ditemukan secara
klinis.

d) Aspek Administratif

Epidemiologi secara administratif berarti suatu usaha untuk mengetahui status


kesehatan masyarakat disuatu wilayah atau negara agar dapat diberikan pelayanan
kesehatan yang efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Usaha
ini membutuhkan data tentang pengalaman petugas kesehatan setempat, data
populasi, dan data tentang pemanfaatan sarana pelayanan kesehatan oleh
masyarakat.

- Suatu cabang ilmu kesehatan Suatu cabang ilmu kesehatan.


- Menganalisis sifat dan penyebaran masalah kesehatan kesehatan.
- Filosofi dasar ilmu-ilmu kesehatan Filosofi dasar ilmu-ilmu kesehatan.
- Memahami hubungan interaksi antara proses fisik, biologis, dan sosial.
- Fokus pada penduduk atau kelompok masyarakat tertentu.
- Cara pendekatan ilmiah mencari faktor-faktor penyebab dan hubungan sebab
akibat.
- Epidemiologi deskriptif adalah ilmu yang menggambarkan
penyebaran/distribusi penyakit yang terjadi di masyarakat berdasarkan
variabel epidemiologi yang mempengaruhinya.

SUMBER / REFERENSI :

1.https://epidemiolog.wordpress.com/2011/02/24/tujuan-manfaat-dan-peran-
epidemiologi/
2.http://www.kesehatanmasyarakat.com/2009/01/mengapa-belajar-epidemiologi-
karena.html

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
3.http://irenejeshikap.blogspot.com/2012/09/pengertian-epidemiologi-menurut-para.html

4.Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC
5.Bustan MN ( 2002 ). Pengantar Epidemiologi, Jakarta, Rineka Cipta
6. Nasry, Nur dasar-dasar epidemiologi

................................................................................................................................

2. Apa yang anda ketahui mengenai penyakit cardiovaskular? Apa penyebab faktor resiko
terjadinya penyakit tersebut dan bagaimana cara pencegahannya?
Jawaban:
Kardiovaskuler terdiri dari 2 kata, yaitu “Cardio” yang berarti jantung dan
“Vaskuler” yang berarti pembuluh darah. Jadi, penyakit kardiovaskuler merupakan suatu
penyakit dimana sistem pembuluh darah mengalami gangguan sehingga tidak dapat
bekerja sebagaimana mestinya.
Penyakit kardiovaskuler ini sendiri banyak macamnya. Dimana kardiovaskuler
tersebut mengacu pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau penyumbatan
pembuluh darah yang nantinya dapat menyebabkan serangan jantung (Heart Attack),
nyeri dada (Angina Pectoris) atau pun stroke.
Penyakit kardiovaskular tergolong kedalam penyakit yang tidak menular. Jenis – jenis
penyakit kardiovaskuler seperti:
- Penyakit jantung koroner: penyakit pembuluh darah yang menyuplai otot
jantung.
- Penyakit serebrovaskular: penyakit pembuluh darah yang menyuplai otak.
- Penyakit arteri periver: penyakit pembuluh darah yang menyuplai pada bagian
tangan dan kaki.
- Penyakit Jantung rematik: gangguan pada otot jantung dan katup jantung akibat
demam rematik yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus.
- Penyakit jantung bawaan: kelainan struktur jantung yang sudah ada sejak lahir.
- Deep vein thrombosis dan Pulmonary embolism: bekuan darah di pembuluh darah
kaki yang dapat bergerak ke jantung dan paru-paru.

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
Penyebab timbulnya penyakit kardiovaskuler, biasanya terjadi akut dan terutama
disebabkan oleh penyumbatan yang mencegah darah mengalir ke jantung atau otak.
Alasan yang paling umum adalah terjadinya penumpukan deposit lemak pada dinding
dalam pembuluh darah. Stroke dapat disebabkan oleh perdarahan dari pembuluh darah di
otak atau oleh karna adanya bekuan darah.
Faktor resiko perilaku yang paling penting dari penyakit Kardiovaskuleradala pola
makan yang tidakk sehat, kurangnya aktivitas fisik seperti olahraga, penggunaan
tembakau dan konsumsi alkohol. Faktor resiko perilaku bertanggung jawab sekitar 80%
dari penyakit jantung koroner dan penyakit serebrovaskular.
Efek dari diet yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik mungkin muncul pada
seseorang sebagai akibatnya tekanan darah mengangkat, glukosa darah tinggi, lemak
darah meningkat, dan obesitas. Ini merupakan faktor resiko menengah dan dapat diukur
melalui fasilitas perawatan primer yang akan menunjukan peningkatan resiko
berkembangnya serangan jantung, stroke, gagal jantung dan komplikasi lainnya.
Cara pencegahan penyakit kardiovaskuler dapat dilakukan dengan cara penghentian
penggunaan tembakau (merokok), pengurangan gagram dalam diet, mengonsumsi buah-
buahan dan sayuran, melakukan aktivitas fisik secara rutin dan menghindari
mengonsumsi alkohol, telah terbukti mengurangi terjadinya resiko terkena penyakit
kardiovaskuler. Dapat juga dicegah dengan cara mengobati penyakit hipertensi,
hiperglikemia, dan hiperlipidemia .
Kebijakan yang menciptakan lingkungan yang kondusif untuk membuat pilian yang
sehat sangat terjangkau dan sangat penting untuk memotivasi orang-orang untuk
mengadopsi dan mempertahankan perilaku hidup sehat. Ada juga sejumlah faktor
penentu yang mendasari atau sebagai penyebab meningkatnya penyakit kardiovaskuler
seperti perubahan sosial, ekonomi, dan budaya – globalisasi, urbanisasi, dan
bertambahnya populasi . Penentuan lain termasuk kemiskinan, strees dan faktor
keturunan.

SUMBER / REFERENSI:
http://dokumen.tips/download/link/makalah-gangguan-sistem-kardiovaskuler

https://www.jevuska.com/2013/12/22/penyakit-jantung-kardiovaskular/

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
................................................................................................................................

3. Bagaimana menurut anda hubungan antara pengobatan dengan obat dan efek samping
yang timbul? Apa kaitannya hal tersebut diatas dengan macam-macam studi desain?
Sebutkan kekurangan dan kelebihan dari masing-masing studi desain tersebut!

Menurut saya hubungan antara pengobatan dengan obat dan efek samping yang
timbul, yaitu ada karena hubungan antara pengobatan dengan obat terhadap efek samping
yang timbul dapat terjadi akibat dari penggunaan obat terhadap penyakit tertentu.
Biasanya efek samping akan timbul apabila pengobatan dengan obat dilakukan pada
jangka waktu yang panjang untuk mengobati penyakit yang kronik, sehingga efek
samping pun akan timbul selama penggunaan obat dalam jangka panjang tersebut. Pada
penggunaan obat tertentu efek samping biasanya dapat menyebabkan kerusakan pada
organ seperti ginjal yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit lain yang biasanya
akan memeperparah penyakit yang sebelumnya diderita karena apabila salah dalam
pengkombinasian obat maka dapat mengancam kesehatan orang tersebut.

Perbedaan antara pengobatan dengan obat dan pengobatan tanpa obat yang dikaitkan
dengan macam – macam studi disain adalah dalam pengobatan tanpa obat (pengobatan
sendiri) oleh masyarakat bertujuan untuk mengobati penyakit tanpa resep/ tenaga medis.
Sehingga kaitanya dengan macam – macam desain studi deskriptif maupun analitiknya
kurang begitu berpengaruh karena pengobatan dilakukan tanpa obat sehingga efek
sampingpun sulit terdeteksi karena tidak ada acuan dalam penanganannya.

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19

Kekurangan dan kelebihan dari masing – masing studi disain, yaitu :

A. Studi Kasus Control

Studi Kasus Control merupakan studi observasional yang menilai hubungan


paparan penyakit dengan cara menentukan sekelompok orang-orang berpenyakit
(kasus) dan sekelompok tidak berpenyakit (kontrol), lalu membandingkan frekuensi
paparan pada kedua kelompok.

 Kekurangan Studi Kasus Control, yaitu :

a. Tidak dapat dipakai untuk menentukan angka insidensi (incidence rate)


penyakit.

b. Data faktor resiko disimpulkan setelah penyakit terjadi sehingga data tidak
lengkap dan sering terjadi penyimpangan.

c. Odds Ratio tidak dapat digunakan untuk mengestimasi resiko relatif jika
masalah kesehatan yang sedang diteliti terdapat di masyarakat lebih dari
5%.

d. Sulit untuk menghindari bias seleksi karena populasi berasal dari dua
populasi yang berbeda.

 Kelebihan Studi Kasus Control, yaitu :

a. Sangat berguna untuk meneliti masalah kesehatan yang jarang terjadi di


masyarakat.

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
b. Sangat berguna untuk meneliti masalah kesehatan yang terjadi secara laten
di masyarakat.

c. Sangat berguna untuk mempelajari karakteristik berbagai faktor resiko


potensial pada masalah kesehatan yang diteliti.

d. Hanya memerlukan waktu yang singkat dan biaya yang lebih murah
dibandingkan dengan studi kohort.

B. Studi Kohort

Studi kohort merupakan desain observasional yang mempelajari hubungan antara


paparan dan penyakit, dengan memilih dua atau lebih kelompok-kelompok studi
berdasarkan perbedaan status paparan, kemudian mengikuti sepanjang suatu periode
waktu untuk melihat berapa banyak subyek dalam masing – masing kelompok
mengalami penyakit.

 Kekurangan Studi Kohort, yaitu :

a. Memerlukan ukuran sampel yang besar, terutama untuk jenis penyakit


yang jarang dijumpai di masyarakat.

b. Memerlukan waktu follow up yang cukup lama.

c. Biaya yang diperlukan selama melaksanakan studi cukup besar.

d. Follow up kadang sulit dilakukan dan sampel yang loss overload dapat
mempengaruhi hasil studi.

 Kelebihan Studi Kohort, yaitu :

a. Dapat digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya asosiasi antara


faktor resiko dan penyakit.

b. Sangat bermanfaat untuk studi penyakit-penyakit yang jarang dijumpai di


masyarakat.

c. Dapat memberikan keterangan yang lengkap mengenai faktor resiko


(pajanan) yang dialami oleh individu dan riwayat alamiah perjalanan
penyakit.

d. Masalah etika lebih sedikit daripada studi eksperimental.

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
e. Dapat secara langsung menghitung angka insidensi penyakit dan resiko
relatif, serta dapat mengetahui faktor resiko yang sedang diteliti.

f. Informasi mengenai studi mudah dimengerti oleh orang selain ahli


farmakoepidemiologi.

C. Studi Cross Sectional

Studi cross sectional (potong lintang) adalah studi epidemiologi yang mempelajari
prevalensi, distribusi, maupun hubungna penyakit dan paparan (faktor penelitian)
dengan cara mengamati status paparan, penyakit, atau karakteristik terkait kesehatan
lainnya, secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada saat itu.

 Kekurangan Studi Cross Sectional, yaitu :

a. Tidak dapat dipakai untuk meneliti penyakit yang terjadi secara akut dan
cepat sembuh (durasi penyakit pendek).

b. Tidak dapat menjelaskan apakah penyakit atau faktor resiko (pajanan)


yang terjadi lebih dulu.

c. Sering terjadi penyimpangan berupa bias observasi dan bias respon.

 Kelebihan Studi Cross Sectional, yaitu :

a. Mudah dilakukan dan relatif lebih murah dibandingkan studi kohort.

b. Dapat memberikan informasi mengenai frekuensi dan distribusi penyakit


yang menimpa masyarakat, serta informasi mengenai faktor resiko atau
karakteristik lain yang dapat menyebabkan kesakitan pada masyarakat.

c. Dapat dipakai untuk mengetahui stadium dini atau kasus subklinis suatu
penyakit, seperti pemeriksaan pap-smear pada kanker leher rahim.

................................................................................................................................

4. Paparan penyakit sering kali timbul akibat pencemaran lingkungan, apa saja yang
menjadi faktor penyebabnya? Bagaimana menurut anda penanganan pasien yang
terpapar oleh pencemaran udara dan langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan?

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
Faktor penyebab paparan penyakit yang sering kali timbul akibat pencemaran lingkungan
diantaranya adalah

A. Lingkungan Biologis; Faktor penyebabnya adalah mikroba yang patogen, vektor


penyakit, reservoir penyakit dan hewan serta tumbuhan beracun yang secara fisik
membahayakan. Dalam hal ini, paparan dapat terjadi melalui penularan penyakit
manusia pada hewan dikenal sebagai anthropozoonosis serta dapat pula terjadinya
kontak antara hewan liar dengan manusia, sehingga pada akhirnya menimbulkan
wabah penyakit akibat penularan penyakit hewan (zoonosis), seperti SARS, flu
burung, ataupun flu babi.

B. Lingkungan Tanah; Faktor penyebabnya adalah adanya pembuangan bahan


sintetis yang tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, seperti plastik, kaleng,
kaca, yang menyebabkan oksigen tidak dapat meresap ke tanah serta enggunaan
pestisida dan detergen yang merembes ke dalam tanah sehingga dapat
berpengaruh terhadap air tanah, flora, ataupun fauna tanah. Dalam hal ini, paparan
yang dapat terjadi adalah paparan kronis terhadap benzen pada konsentrasi
tertentu sehingga dapat meningkatkan resiko penyakit leukemia.

C. Lingkungan Air; Faktor penyebabnya adalah bahan polutan yang dapat


menyebabkan polusi air antara lain seperti limbah pabrik, detergen, pestisida,
minyak, dan bahan organik yang berupa sisa-sisa organisme yang mengalami
pembusukan serta penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan adalah salah
satu sumber pencemaran air yang potensial. Dalam hal ini paparan dapat terjadi
adalah keracunan yang dapat disebabkan karena penggunaan air sungai oleh
penduduk sekitar sungai.

D. Lingkungan Udara; Faktor penyebabnya adalah partikel-partikel zat padat yang


mencemari udara dapat berupa debu, jelaga, dan partikel logam. Partikel logam
yang paling banyak menyebabkan pencemaran adalah Pb yang berasal dari
pembakaran bensin yang mengandung TEL (tetraethyl timbel). Dalam hal ini
paparan yang dapat terjadi oleh oksida karbon (CO dan CO2) yang dapat
mengganggu pernapasan, tekanan darah, saraf, dan mengikat Hb sehingga sel
kekurangan O2, oksida sulfur (SO2 dan SO 3) yang dapat merusak selaput lendir
hidung dan tenggorokan, oksida nitrogen (NO dan NO2) yang dapat menimbulkan
kanker, hidrokarbon (CH4 dan C4H10) yang dapat menyebabkan kerusakan saraf

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
pusat serta ozon (O3) yang dapat menyebabkan bronkithis dan dapat mengoksidasi
lipida.

a) Faktor-faktor penyebab pencemaran air

 Belum tertanganinya pengendalian limbah rumah tangga.

Limbah rumah tangga yang belum terkendali merupakan salah satu faktor
yang menyebabkan pencemaran lingkungan khususnya air sungai. Karena dari
limbah rumah tangga dihasilkan beberapa zat organik dan anorganik yang
dibuang dan dialirkan melalui selokan-selokan dan akhirnya bermuara ke
sungai.Limbah rumah tangga sendiri bisa dibagi menjadi limbah cair dan
padat.Limbah rumah tangga yang cair merupakan sumber pencemaran air. Dari
limbah rumah tangga cair dapat dijumpai berbagai bahan organik (misal sisa
sayur, ikan, nasi, minyak, lemek, air buangan manusia) yang terbawa air got/parit,
kemudian ikut aliran sungai.
Adapula bahan-bahan anorganik seperti plastik, alumunium, dan botol yang
hanyut terbawa arus air. Sampah bertimbun, menyumbat saluran air, dan
mengakibatkan banjir. Bahan pencemar lain dari limbah rumah tangga adalah
pencemar biologis berupa bibit penyakit, bakteri, dan jamur.

Bahan organik yang larut dalam air akan mengalami penguraian dan
pembusukan. Akibatnya kadar oksigen dalam air turun dratis sehingga biota air
akan mati. Jika pencemaran bahan organik meningkat, kita dapat menemui cacing
Tubifex berwarna kemerahan bergerombol. Cacing ini merupakan petunjuk
biologis (bioindikator) parahnya pencemaran oleh bahan organik dari limbah
pemukiman.Di kota-kota,air got berwarna kehitaman dan mengeluarkan bau yang
menyengat. Di dalam air got yang demikian tidak ada organisme hidup kecuali
bakteri dan jamur.

 Pembuangan limbah pertanian tanpa melalui proses pengolahan.

Limbah pertanian biasanya dibuang ke aliran sungai tanpa melalui proses


pengolahan, sehingga dapat mencemari air sungai karena limbah pertanian

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
mengandung berbagai macam zat pencemar seperti pupuk dan
pestisida.Penggunaan pupuk di daerah pertanian akan mencemari air yang keluar
dari pertanian karena air ini mengandung bahan makanan bagi ganggang dan
tumbuhan air seperti enceng gondok sehingga ganggang dan tumbuhan air
tersebut mengalami pertumbuhan dengan cepat (blooming) yang dapat menutupi
permukaan air dan berpengaruh buruk pada ikan-ikan dan komponen ekosistem
biotik lainnya.Penggunaan pestisida juga dapat menggagu ekosistem air karena
pestisida bersifat toksit dan akan mematikan hewan-hewan air, burung dan bahkan
manusia

 Pencemaran air sungai karena proses alam

Proses alam juga berpengaruh pada pencemaran air sungai misalnya,


terjadinya gunung meletus, erosi, dan iklim. Gunung meletus dan erosi dapat
membawa berbagai bahan pencemaran salah satunya berupa endapan/sediment
seperti tanah dan lumpur yang dapat menyebabkan air menjadi keruh, masuknya
sinar matahari berkurang, dan air kurang mampu mengasimilasi sampah. Iklim
juga berpengaruh pada tingkat pencemaran air sungai misalnya pada musim
kemarau volume air pada sungai akan berkurang, sehingga kemampuan sungai
untuk menetralisir bahan pencemaran juga berkurang.

Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki


karakteristik yang berbeda-beda.

 Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.

 Sampah organik seperti air comberan menyebabkan peningkatan kebutuhan


oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada berkurangnya
oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.

 Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti


logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah
tersebut memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit
listrik, yang dapat juga mengurangi oksigen dalam air.

 Seperti limbah pabrik yg mengalir ke sungai seperti di Sungai Citarum

 Pencemaran air oleh sampah

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
 Penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan

b) Faktor penyebab pencemaran udara

Pencemaran udara disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

 Faktor alam (internal), yang bersumber dari aktivitas alam, contoh :

 abu yang dikeluarkan akibat letusan gunung berapi

 gas-gas vulkanik

 debu yang beterbangan di udara akibat tiupan angin

 bau yang tidak enak akibat proses pembusukan sampah organik

 Faktor manusia (eksternal), yang bersumber dari hasil aktivitas manusia, contoh :

 hasil pembakaran bahan-bahan fosil dari kendaraan bermotor

 bahan-bahan buangan dari kegiatan pabrik industri yang memakai zat kimia
organik dan anorganik

 pemakaian zat-zat kimia yang disemprotkan ke udara

 pembakaran sampah rumah tangga

 pembakaran hutan

Udara pada lingkungan tercemar oleh zat-zat polutan sehingga tidak bersih lagi
dan merupakan gangguan bagi makhluk hidup/manusia sekitarnya. Dengan kemajuan
teknologi pada masa kini, polusi udara telah menimbulkan banyak kekhawatiran
terutama di daera daerah industri.

Penyebab polusi udara dapat terjadi akibat dari, yaitu;

 Kendaraan bermotor

Semua kendaraan bermotor yang memakai bensi dan solar akan mengeluarkan gas
CO, Nitrogen Oksida, blerang dioksida dan partikel-partikel lain dan sisa
pembakarannya. Unsur-unsur ini bila mencapai kuantum tertentu dapat merupakan

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
racun bagi manusia atau hewan. Sebagai contoh gas CO merupakan racun bagi
fugnsi-fungsi darah, SO2 dapat menimbulkan penyakit sistem pernapasan.

 Pabrik Pabrik industri

Bagi pabrik industri yang di antara bahan bakunya banyak menggunakan zat-zat
kimia organik maupun anorganik. Sebagai hasi pengelolaannya selai menghasilkan
produk-produk yang berguna bagi kepentingan hidup manusia juga dikeluarkan
produk-produk yang tidak berguna malahan dapat berupa racun. Produk-produk yang
tidak berguna ini jelas akan dibuang dan bisa merusak lingkungan, berupa gangguan
pada kehidupan dan kelestarian lingkugan bila tanpa pengendalian.

Berbagai bentuk penyakit akan timbul pada masyarakat di sekitar pabrik atau pada
pekerja sendiri akibat masuknya zat-zat buangan ini ke dalam tubuh. Misal dengan
timbulnyaapa yang disebut penyakit Pneumokoniosis, yaitu segolongan penyakit yang
disebabkan oleh penimbunan debu-debu dalam paru-paru.

Untuk menentukan apakah orang tersebut terserang penyakit paru-paru akibat


penimbunan debu dalam paru-paru, tidak mudah kalau hanya berdasarkan kelainan-
kelainan yang terjadi pada tubuh. Harus ada riwayat pekerjaan atau lingkungan tempat
tinggal ang selalu mereka gunakan atau sering berurusan dengan debu-debu yang
membahayakan misalnya pernah bekerja atau pernah tinggal di sekitar petambangan,
di pabrik keramik dan lain-lain.

Kelainan yang terjadi pad atubuh bergantung pada banyaknya debu yang timbul
dalam paru-paru, makin luas bagian paru yang terkena makin hebatlah gejala-
gejalanya, walaupun hal itu tidak selalu benar. Gejala yang timbul, antara lain batuk-
batuk kering, sesak napas, kelelahan umum, berat badan yang turun, banyak berdahak
dan lain-lain.

Untuk pengobatan secara khusus terhadap penyakit ini boleh dikatakan tidak ada.
Pemberian obat-obatan umumnya hanya ditujukan untuk mengurangi penderitaan dan
gejala-gejala yang timbul. Satu-satunya tindakan adalah yang bersangkutan tidak lagi
mengisap debu berbahaya tadi.

Dengan demikian pencegahan merupakan hal yang perlu diutamakan. Biaya


pencegahan relatif tidak seberapa bila dibandingkan dengna akibat penyakit ini.

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
Penanganan Pasien yang terpapar pencemaran udara :

a. Pada penderita kanker paru akibat tercemar udara ditangani dengan cara perawatan
paliatif, pembedahan, kemoterapi, dan terapi radiasi.

b. Pada penderita asma yang tercemar udara obat inhaler sangat penting karena lebih
efektif dan efeknya lebih cepat dalam mengendalikan asma.

c. Pada penderita bronkitis :

 Terapi umumnya difokuskan pada pengentasan tujuan symptoms.Toward ini,


dokter mungkin meresepkan kombinasi obat yang terbuka menghalangi
saluran udara bronkial dan lendir obstruktif tipis sehingga dapat batuk dengan
lebih mudah.

 Perawatan untuk bronkitis akut terutama mendukung dan harus memastikan


bahwa pasien oxygenating memadai. Istirahat di tempat tidur dianjurkan.

 Cara yang paling efektif untuk mengendalikan batuk dan produksi sputum
pada pasien dengan bronchitis kronis adalah menghindari iritasi lingkungan,
terutama asap rokok.

d. Pemberian antikejang untuk serangan tiba-tiba;

e. Pemberian kortikosteroid dan manitol untuk edema serebral;

f. Pada Penderita Pneumonia :

 Pneumonia yang disebabkan oleh jamur akan mendapatkan pengobatan


dengan pemberian antijamur.

 Pneumonia yang disebabkan oleh virus akan diberikan pengobatan yang


hampir sama dengan penderita flu, namun lebih ditekankan dengan istirahat
yang cukup dan pemberian intake cairan yang cukup banyak serta gizi yang
baik untuk membantu pemulihan daya tahan tubuh.

Langkah – langkah yang perlu dilakukan:

a. Perlu dibatasi penggunaan bahan bakar yang menghasilkan gas CO.

b. Pemberian edta calcium disodium secara IV atau IM.

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
c. Penggunaan terapi kelasi

d. Menerapkan program penghijauan di kota-kota untuk mengurangi tingkat


pencemaran.

e. Perawatan suportif;

f. Memilih lokasi pabrik dan industri yang jauh dari keramaian dan pada tanah yang
kurang produktif.

g. Penghentian paparan dengan segera;

h. Pemberian antikejang untuk serangan tiba-tiba;

i. Gas-gas buangan pabrik perlu dibersihkan dahulu sebelum dikeluarkan ke udara


bebas. Pembersihan dapat menggunakan alat tertentu, misalnya cottrell yang berfungsi
untuk menyerap debu. Meningkatnya kadar karbon dioksida di atmosfer juga dapat
membahayakan kelangsungan hidup makhluk hidup yang ada di bumiini. Konsentrasi
karbon dioksida yang berasal dari sisa pembakaran, asap kendaraan, dan asap pabrik
dapat menimbulkan efek rumah kaca (green house effect).

SUMBER / REFERENSI:

1. http://allergycliniconline.com/2012/05/06/bronkitis-penyakit-batuk-yang-membandel/

http://paru-paru.com/penyakit-pneumonia/

................................................................................................................................

5. Sebutkan dan jelaskan persamaan dan perbedaan antara HACCP (Hazard Analysis &
Critical Control Point) dengan MESO (Monitoring Efek Samping Obat)! Bagaimana
kedua penilaian ini diaplikasikan dalam farmakoepidemiologi?

HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) merupakan suatu sistem
jaminan mutu yang berdasarkan kepada kesadaran bahwa hazard (bahaya) dapat timbul
pada berbagai titik atau tahap produksi tertentu, tetapi dapat dilakukan pengendaliannya
untuk mengontrol bahaya bahaya tersebut. Merupakan suatu sistem dengan pendekatan
sistematik untuk mengidentifikasi dan mengakses bahaya-bahaya dan risiko-risiko yang

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
berkaitan dengan pembuatan, distribusi dan penggunaan produk pangan. Sistem ini
bertanggung jawab untuk menentukan aspek-aspek kritis dalam memperoleh keamanan
makanan selama proses di pabrik. HACCP memberikan kesempatan pada pabrik
makanan untuk meningkatkan efisiensi pengontrolan dengan menciptakan kedisiplinan
pendekatan sistematik terhadap prosedur untuk keamanan pangan (Mortimore dan
Wallace, 1995). HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Point) merupakan suatu
sistem yang mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengontrol setiap tahapan proses yang
rawan terhadap risiko bahaya signifikan yang terkait dengan ketidakamanan pangan.

MESO Monitoring Efek Samping Obat merupakan program pemantauan keamanan


obat sesudah beredar (pasca-pemasaran). Program ini dilakukan secara
berkesinambungan untuk mendukung upaya jaminan atas keamanan obat, sejalan
pelaksanaan evaluasi aspek efikasi, MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih
bersifat sukarela (voluntary reporting ) dengan menggunakan formulir pelaporan ESO
berwarna kuning, yang dikenal sebagai Form Kuning. Monitoring tersebut dilakukan
terhadap seluruh obat yang beredar dan digunakan dalam pelayanan kesehatan di
Indonesia. Aktifitas monitoring ESO dan juga pelaporannya oleh sejawat tenaga
kesehatan sebagai healthcare provider merupakan suatu tool yang dapat digunakan untuk
mendeteksi kemungkinan terjadinya ESO yang serius dan jarang terjadi (rare).
keamanan dan mutu sebelum suatu obat diberikan ijin edar (pra-pemasaran)

Efek Samping Obat (ESO) dan Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Merupakan
suatu upaya yang dilakukan oleh tenaga professional kesehatan pada umumnya dan
apoteker pada khususnya untuk memantau, mengawasi dan menanggulangi efek samping
obat.

Persamaan antara HACCP dengan MESO, keduanya merupakan suatu sistem atau
upaya melakukan pengontrolan keamanan pada suatu produk sehinggga produk tersebut
terjamin aman untuk digunakan oleh masyarakat.

Perbedaan antara HACCP dengan MESO, 1). HACCP merupakan suatu upaya
pengontrolan keamanan pada produk makanan, sedangkan MESO pengontrolan
keamanan pada produk obat; 2). HACCP dilakukan untuk mengidentifikasi dan
mengakses bahaya serta risiko yang berkaitan dengan proses pembuatan, distribusi, dan
penggunaan produk pangan, sedangkan MESO program pemantauan keamanan suatu

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \
MER
GEF
ORM
AT
19
obat yang telah beredar di masyarakat untuk melihat efek samping apa saja yang
kemungkinan muncul akibabt penggunaan produk obat tersebut.

SUMBER / REFERENSI :

1. http://dokumen.tips/documents/3-meso.html
2. Diana Sari Ida,dkk,2014.Studi Monitoring Efek Samping Obat Antituberkulosis FDC
Kategori 1 Di Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat.Jakarta:Media Litbangkes
Vol.24 No.1:28-35.
3. https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_bahaya_dan_pengendalian_titik_kritis#Keuntu
ngan_dan_Kerugian
4. http://giziberkarya.blogspot.co.id/2014/09/haccp-hazard-analysis-and-critical.html

Farmakoepidemiologi (UAS) 2016


PAG
E \

Anda mungkin juga menyukai