Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Maalah

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk


memperoleh pengetahuan yang benar tentang suatu masalah. Pengetahuan yang
diperoleh dari penelitian terdiri atas fakta, konsep, generalisasi, dan teori yang
memungkinkan manusia dapat memahami fenomena dan memecahkan masalah
yang dihadapinya. Kegiatan ilmiah tersebut bertujuan untuk memperoleh
pengetahuan yang benar (yang bersifat relatif) sebagai penyempurnaan
pengetahuan sebelumnya telah dilaksanakan oleh para peneliti dan ilmuwan
dalam bidang ilmunya masing-masing. Secara akumulatif hasil penelitian
memberikan sumbangan penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam berbagai bidang. Di samping itu, hasil penelitian juga telah
memungkin kan manusia dapat lebih baik memecahkan masalah-masalah
praktis yang dihadapi dalam hidupnya. Untuk memperoleh pengetahuan dapat
dilakukan dengan berbagai cara, baik secara langsung maupun tidak langsung
melalui berbagai sumber sekunder. Cara-cara memperoleh pengetahuan di
antaranya melalui cara pengalaman pribadi, penalaran deduktif, dan penalaran
induktif. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan penalaran
deduktif–induktif. Penalaran deduktif dimulai dari hal-hal yang bersifat umum
menuju ke hal-hal yang khusus. Sedangkan penalaran induktif adalah pencarian
pengetahuan yang dimulai dengan observasi terhadap hal-hal yang khusus
(fakta kongkrit), dari kajian atas fakta kongkrit ini diperoleh kesimpulan
umum. Dengan demikian penalaran deduktif–induktif, yaitu kegiatan berpikir
ulang-alik antara penalaran deduktif dan penalaran induktif.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan metodologi


penelitian, Yang dimaksud metodologi penelitian adalah kajian tentang metode-
metode tertentu yang digunakan dalam penelitian. Metode diartikan

1
sebagai suatu cara berpikir dan cara melaksanakan hasil berpikir untuk melakukan
sesuatu pekerjaan secara baik dan benar. Cara melaksanakan hasil berpikir untuk
melakukan suatu pekerjaan secara benar dan baik disebut teknik. Dengan
demikian dalam istilah metode terkandung istilah teknik. Sehingga metodologi
penelitian merupakan kajian tentang cara berpikir dan teknik untuk mengerjakan
penelitian secara benar dan baik.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diangkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan variabel ?
2. Apa yang dimaksud dengan hubungan antar variabel ?
3. Apa saja jenis-jenis dari variabel ?
4. Apa saja sifat-sifat dari variabel ?
5. Bagaimanakah tingkat pengukuran variabel ?
6. Apa yang dimaksud dengan skala ukur variabel ?
7. Apakah yang dimaksud dengan definisi operasional ?
8. Bagaimanakah cara menyusun definisi operasional ?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalh ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari variabel.
2. Untuk mengetahui hubungan antar variabel.
3. Untuk mengetahui jenis-jenis dari variabel.
4. Untuk mengetahui sifat-sifat dari veriabel.
5. Untuk mengetahui tingkat pengukuran variabel.
6. Untuk mengetahui skala ukur variabel.
7. Untuk mengetahui pengertian dari definisi operasional.
8. Untuk mengetahui cara menyusun definisi operasional.

BAB II
PEMBAHASAN

1. VARIABEL
A. Pengertian Variabel
Terdapat beberapa pengertian variabel menurut para ahli diantaranya
sebagai berikut :
 N. Kerlinger menyebut variabel sebagai sebuah konsep misalnya
perempuan dalam konsep jenis kelamin, pemalas dalam konsep sifat.

2
Variabel juga dapat diartikan atribut dari subjek/objek yang satu dengan
yang lain. (Ari Setiawan dan Saryono, 2011)
 Menurut Ircham Machfoedz (2013) dalam buku nya memaparkan
variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala
yang akan diteliti.
 Sutrisno Hadi mendefinisikan variabel sebagai gejala yang bervariasi.
 Variabel merupakan anggota sebuah konsep, sebagai contoh konsep
tingat pendidikan, terdiri dari beberapa variabel yaitu SD,SMP,SMA dan
Perguruan Tinggi. (Saryono,2008)
 Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh
anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh
kelompok lain. Pengertian lain bahwa variabel adalah sesuatu yang
digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan
oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep tertentu. (Ellya,
Sibagariang Eva, dkk,2010)

Dari beberapa pengertian variabel diatas maka dapat disimpulkan bahwa


variabel merupakan gejala yang menjadi fokus dalam penelitian.Variabel
menunjukkan atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai
variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Misalnya :
Kadar Hb, Status Gizi, Suhu, Kompetensi Bidan, Penggunaan Jenis
Kontrasepsi, Kemampuan Bidan, Tingkat Pendidikan adalah contoh variabel
karena semua itu menunjukkan vari asi atau atribut dari seseorang.

B. Hubungan Antar Variabel


Ada 3 Jenis Hubungan antar Variabel

1. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah hubungan manakalah variabel yang satu tidak
dipengaruhi dan tidak disebabkan oleh variabel lainnya. Ada empat ciri
hubungan simetris yaitu:
a. Kedua variabel merupakan “indikator” dari konsep yang sama.

3
Misalnya, “kualifikasi guru yang baik” adalah “tingkat pendidikan “ dan
“pengalaman mengajarnya”. Variabel tingkat pendidikan tidak
dipengaruhi oleh pengalaman mengajar, begitu pula sebaliknya.
b. Kedua variabel merupakan “akibat” dari faktor yang sama.
Misalnya, “ tes tes sleksi masuk perguruan tinggi yang ketat”
menyebabkan banyak calon yang gugur, tetapi juga ”dapat meningkatkan
prestasi mahasiswa”. Hubungan tersebut adalah simetris. Sebab tidak ada
hubungan antara calon mahasiswa yang gugur dengan meningkatkan
prestasi mahasiswa
c. Kedua variabel tersebut mempunyai “kaitan fungsional. “Misalnya,
“kekuasaan “ mempunyai kaitan fungsi dengan “tugas dan tanggung
jawab”. Akan tetapi, tidak berarti kekuasaan dipengaruhi oleh tugas dan
tanggung jawab, atau sekaligus tugas dan tanggung jawab tidak
ditentukan dan dipengaruhi oleh kekuasaan.
d. Hubungan kebetulan
Misalnya anak pandai gagal, tapi anak bodoh lulus dengan baik. Jadi
tidak ada hubungan pandai dengan kegagalan atau bodoh dengan
kelulusan

X_____Y
X tidak mempengaruhi Y atau sebaliknya

2. Hubungan Tak Simetris


Hubungan tak simetris (asimetris) ditandai dengan adanya hubungan
atau kaitan antara variabel satu dengan lainnya. Hubungan tersebut bisa
berupa pengaruh, sumbangan atau kontribusi, ataupun sebab akibat.
Hubungan asimetris merupakan inti dari penilitian ilmu sosial, termasuk
penelitian penididkan hubungan yang terjadi biasanya dalam bentuk
hubungan yang positif dan fungsional. Hubungan yang positif artinya ada
hubungan searah. Sedangkan yang diamksud hubungan fungsional adalah
kedua variabel menunjukkan adanaya kaitan fungsi.
Ada beberapa hubungan asimetris :

4
a. Hubungan stimulus-respons
Biasanya datang dari luar individu. Sedangkan respons merupakan reaksi
atau jawaban dari individu.
b. Hubungan disposisi-respons
Stimuls berasal dari luar, disposisi sudah berada dalam individu itu
sendiri, yakni berupa kecendrungan untuk menunjukkan respons tertentu
pada situasi tertentu.
Kausal/Sebab Akibat
X→Y
X mempengaruhi Y

3. Hubungan Timbal Balik


Hubungan timbal balik adalah hubungan yang pada suatu saat variabel
yang satu mempengaruhi variabel yang lain, yang pada waktu lain terjadi
anggota sebaliknya. Jadi, pada satu saat varaibel (X) mempengaruhi (Y),
dan pada saat lain variabel (Y) yang mempengaruhi (X)
Contoh, misalnya siswa yang biasa belajar teratur ternyata berprestasi
tinggi, ternyata menyebabklan belajar yang teratur.

Interaktif/Resiprokal (Timbal Balik)


X↔Y
X dan Y saling mempengaruhi

C. Jenis-Jenis Variabel
Berdasarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya, maka
macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi :
1. Variabel Bebas (Independent Variabel)
Variabel bebas atau independent sering disebut juga variabel prediktor,
stimulus, input, antecendent, atau variabel yang mempengaruhi.
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependent (Terikat). Sehingga variabel
independent dapat dikatakan sebagai variabel yang mempengaruhi.
2. Variabel Terikat (Dependent)
Variabel dependent atau terikat sering juga disebut variabel kriteria,
respons, output (hasil).Variabel dependent merupakan variabel yang

5
mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
independent (bebas).

Biasanya antara variabel independent dengan variabel dependent tidak


dapat dipisahkan, karena masing-masing tidak bisa berdiri sendiri
tetapi selalu pasangan.
Contoh variabel :
a. Kadar Hemoglobin ibu hamil dan berat badan bayi lahir
Kadar Hb ibu hamil : Variabel Independen
Berat badan bayi lahir : Variabel Dependent
b. Senam Hamil dan lamanya kal 2
Senam Hamil : Variabel Independent
Lamanya kala 2 : Variabel Dependent
c. Lama penggunaan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim) dengan
kadar hemoglobin
Lama penggunaan AKDR : Variabel Independdent
Kadar hemoglobin : Variabel Dependent
d. Pengaruh pemberian susu formula (PASI) terhadap timbulnya
obesitas pada anak < 2 tahun.
Susu Formula (PASI) : Variabel independent
Obesitas : Variabel dependent
e. Hubungan antara kadar kolesterol dengan kejadian penyakit infark
miokard di RSUD Purwojati, Semarang.
Kadar kolesterol : Variabel independent
Infark kolesterol : Variabel dependent

3. Variabel Intervening
Variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperkuat/
memperlemah) hubungan variabel independent dengan variabel
dependent tetapi tidak dapat diukur. Contoh bidan yang pandai
kinerjanya akan baik, tetapi dalam kasus tertentu ada bidan yang
pandai tetapi ternyata kinerjanya jelek. Ternyata ia sedang sakit hati
dan frustasi sewaktu melakukan asuhan kepada klien atau ibu bersalin.
Sakit hati dan frustasi merupakan variabel intervening yang masih sulit
diukur, tetapi ada.
4. Variabel Moderator
Variabel moderator adalah variabel yang mempengaruhi
(memperkuat/memperlemah) hubungan antara variabel independent
dengan variabel dependent. Variabel ini juga disebut sebagai variabel

6
independent kedua yang bersifat mempercepat atau memperlemah.
Contoh: Hubungan antara motivasi bidan dengan kinerja di rumah
sakit akan semakin baik ketika ada gaji. Berkaitan dengan kasus
tersebut gaji merupakan variabel moderator yang memperkuat
hubungan motivasi kerja dengan kinerja bidan di rumah sakit.
5. Variabel Pengganggu
Variabel yang menganggu hubungan antara variabel independent
dengan variabel dependent. Variabel pengganggu merupakan variabel
yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan
mempengaruhi variabel utama yang akan diteliti. Contohnya jika kita
akan melakukan penelitian untuk membandingkan kinerja bidan di
rumah sakit swasta dengan rumah sakit pemerintah. Untuk penelitian
ini maka perlu ditetapkan variabel pengganggunya yaitu tempat kerja,
peralatan yang digunakan dan gaji yang diterima. Variabel ini dapat
dilihat pada kerangka konsep, tersirat kedudukan tiap-tiap
variabel/konsep. Variabel ini juga tidak mutlak didefinisikan karena
sering tidak diukur. Contoh yang lain adalah lama penggunaan AKDR
(alat kontrasepsi dalam rahim) dengan kadar hemoglobin dalam
hubungan dua variabel ini dapat terganggu dengan adanya variabel
penyakit kelainan darah, penyakit infeksi, pekerjaan dan usia.

Variabel pengganggu dapat dikendalikan dengan cara dipilih dari


sampel maksudnya menghindari seminimal mungkin sampel yang
mengandung variabel pengganggu atau jika tidak dianalisis setelah
terkumpul semuanya. Serta bila tidak dikendalikan diasumsikan sama.
Contoh variabel :
1. Hubungan antara indeks massa tubuh dengan tekanan darah
a. Variabel bebas : Indeks masa tubuh (IMT)
b. Variabel terikat : Tekanan darah
c. Variable Penganggu : Faktor genetic, penyakit kardiovaskuler,
diabetes mellitus, nutrisi,sters, kebiasaan negative alkohol
2. Hubungan antara golongan darah dengan indeks massa tubuh:
a. Variabel bebas : Golongan darah
b. Variabel terikat : Indeks Masaa Tubuh
c. Variabel pengganggu: Genetik

7
D. Sifat-Sifat Variabel
1. Variabel Statis : adalah variabel yang dapat diubah keberadaannya.
Contoh : jenis kelamin, tinggi badan.
2. Variabel Dinamis : adalah variabel yang dapat diubah keberadaannya
berupa pengubahan, peningkatan atau penurunan. Contoh : kedisiplinan,
tingkat pengetahuan.

E. Tingkat Pengukuran Variabel


1. Variabel Diskrit, merupakan variabel yang tingkat pengukurannya tidak
menunjukkan urutan atau kesinambungan, melainkan berdiri sendiri
secara terpisah. Contoh : jenis kelamin, golongan darah, suku, anggota
tubuh.
2. Variabel Kontinum, merupakan variabel yang variasi nilainya berurutan
atau ada hubungan dengan lainnya. Contoh : tingkat pendidikan, suhu,
tingkat kecerdasan, berat badan, tinggi badan.

F. Skala Ukuran Variabel


a. Nominal
Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengkalisifikasikan
objek, individual atau kelompok. Sebagai contoh mengklasifikasikan
jenis kelamin, agama, pekerjaan dan area geografis. Dalam
mengidentifikasikan hal-hal diatas digunakan angkaangka sebagai
symbol. Apabila kita menggunakan skala pengukuran nominal, maka
statistic non parametric digunakan untuk menganalisa datanya. Hasil
analasinya dipresentasikan dalam bentuk persentase.
- Kategorisasi, membedakan dan tidak ada penjenjangan
- Contoh, jenis kelamin, bangsa, golongan darah, warna, dll.
b. Ordinal
Skala pengukuran ordinal memberikan informasi tentang jumlah
relative karakteristik yang berbeda yang dimiliki oleh objek atau
individu tertentu. Tingkat pengukuran ini mempunyai informasi skala
nominal ditambah dengan sarana peringkat relative tertentu yang
memberikan informasi apakah suatu objek memiliki karakteristik yang
lebih atau kurang tetapi bukan beberapa banyak kekurangan dan
kelebihannya

8
Skala ini memiliki diantaranya:
- Memiliki kategori
- Mampu membedakan
- Ada penjenjangan dan ada tingkatan
- Contoh, pendidikan : SD-SMP-SMA
c. Interval
Skala interval mempunyai karakteristik seperti yang dimiliki oleh skala
nominal dan skala ordinal dengan ditambah karakteristik lain yaitu
berupa adanya interval yang tetap. Dengan demikian, peneliti dapat
melihat besarnya perbedaan karakteristik antara suatu individu atau
obyek dengan lainnya. Skala pengukuran interval benar-benar
merupakan angka. Angka-ankgka yang digunakan dapat digunakan
dalam operasi aritmatika. Misalnya dijumlahkan atau dikalikan. Untuk
melakukan analisis, skala pengukuran ini menggunakan statistic
parametric
Memiliki cirri khas yakni :
- Mampu membedakan
- Ada penjenjangan, ada tingkatan dan mempunyai jarak yang sama
- Contoh, suhu, IQ
d. Rasio
Skala pengukuran rasio mempunyai semua karakteristik yang dipunyai
oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini
mempunyai nilai nol empiris absolute. Nilai nol absolute tersebut
terjadi pada saat ketidakhadirannya suatu karakteristik yang sedang
diukur. Pengukuran rasio biasanya dalam bentuk perbandingan antara
suatu individu atau obyek tertentu dengan yang lainnya. Dengan cirri-
ciri yaitu:
- Mampu membedakan
- Ada penjenjangan, ada tingkatan, mempunyai jarak yang sama dan
jenjang equal, ada nilai nol absolute
- Contoh, umur, suhu, BB dll

Dalam pelaksanaan penelitian yang berhubungan dengan sikap banyak


jenis skala yang bisa digunakan. Secara umum sudah banyak orang
mengenal jenis-jenis skala sikap. Skala yang banyak dikenal adalah :
a. Skala Model Thurstone

9
Dengan skala ini, responden dimintai untuk menyatakan “setuju” atau
“tidak setuju” terhadap sederetan pernyataan mengenai objek sikap.
Contoh:
Seorang peneliti ingin mengetahui sikap staf dan dosen pengajar tentang
koperasi mahasiswa antara staf dan dosen dengan mahasiswa
a. Hubungan staf dan dosen dengan mahasiswa yamg akan semakin erat
dengan bersama-sama menggunakan fasilitas koperasi
b. Sambil menunggu semua yang dibutuhkan dari koperasi mahasiswa
maka akan berkesempatan untuk saling mengenal antara dosen, staf
dan mahasiswa
c. Peran staf dan dosen dengan mahasiswa sama dalam penggunaan
fasilitas koperasi
d. Wibawa staf dan dosen akan menurun jika mahasiswa mempergunakan
fasilitas yang sama dari koperasi

b. Skala Model Likert


Skala model ini responden diminta untuk membubuhkan tanda ceklis (√)
pada salah satu dari lima kemungkinan jawaban yang tersedia yakni
- Sangat Setuju
- Setuju
- Tidak setuju
- Sangat tidak setuju
c. Semantic Differntial (Perbedaan Semantik)
Dengan instrument ini responden diminta untuk memberikan menentukan
peringkat terhadap objek sikap diantara dua kutub yang kata sifat yang
berlawanan misalnya:
- Baik-baik
- Berharga dan tidak berharga
- Dsb
d. Skala Guttman
Merupakan semacam pedoman wawancara atau kuesioner terbuka yang
dimaksudkan juga untuk mengungkap sikap.
Contoh:
Peneliti ingin mengetahui sikap mahasiswa terhadap dosen yang tidak
mengizinkan ikut ujian akhir semester karena kehadirannya kurang dari
75% dari total kehadiran.
Pertanyaannya adalah:

10
“bagaimana sikap anda terhadap dosen yang tidak mengizinkan ikut ujian
akhir semester karena kehadirannya kurang dari 75% dari total
kehadiran?”
e. Skala Inkeles
Merupakan sejenis kuesioner tertutup seperti test prestasi belajar bentuk
pilihan ganda. Model ini mirip dengan model yang dikemukakan oleh
Thurstone tetapi hanya terdiri dari 3 alternatif jawaban karena diharapkan
bahwa responden lebih cermat menentukan pilihan. Misalnya saja sebuah
skala mengukur kedisiplinan seorang siswa. Indicator kedisiplinan
seseorang dapat dilihat dari lingkungan siswa tersebut yaitu didalam
keluarga, disekolah dan dilingkungan pergaulan.
Sebelum menentukan predikat terhadap sikap disiplin peneliti terlebih
dahulu menentukan criteria (tolak ukur) yang akan dijadikan patokan
penilaian selanjutnya. Seperti diketahui bahwa:
- Skor minimum yang mungkin diperoleh 0
- Skor maksimum 45
a. Alternative Pertama: penilaian 3 kategori “baik”, “cukup” dan
“kurang”. Rentangan skor dibagi 3 sama besar yaitu:
- Kategori “Baik” : skor 31-45
- Kategori “Cukup” : skor 16-30
- Kategori “Kurang” : skor 0-15
b. Alternative Kedua: penilaian 5 kategori, “Sangat Baik”, “Baik”,
“Cukup”, “Kurang”, dan “Sangat Kurang”. Rentangan skor dibagi
5 sama besar yaitu :
- Kategori “Sangat Baik” : Skor 37-45
- Kategori “Baik” : skor 28-36
- Kategori “Cukup” : skor 19-27
- Kategori “Kurang” : skor 10-18
- Kategori “Sangat Kurang” : skor 0-9
Pemahaman variabel sangat penting untuk :

1. Menentukan hipotesis
2. Menentukan instrumen penelitian
3. Menentukan ragam data yang dikumpulkan
4. Mencerminkan luas sempitnya kesimpulan

2. Definisi Operasional

11
A. Pengertian Definisi Operasional

Yang dimaksud dengan definisi oprasional ialah suatu defenisi yang


didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang
didefinisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan
kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan
apat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain . Definisi konseptual
lebih bersifat hipotetikal dan tidak dapat diobservasi. Karena defenisi
konseptual merupakan suatu konsep yang didefenisikan dengan referensi
konsep yang lain. Defenisi konseptual bermanfaat yang membuat logika
proses perumusan hipotesis.

Definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan data dan


menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup
variabel. Variabel yang dimasukkan dalam definisi operasional adalah
variabel kunci/penting yang dapat diukur secara operasional dan dapat
diukur secara operasional dan dapat dipertanggungjawabkan (referensi harus
jelas). Dengan definisi operasional, maka : dapat ditentukan cara yang
dipakai untuk mengukur variabel, tidak terdapat arti dan istilah – istilah
ganda yang apabila tidak dibatasi akan menimbulkan tafsiran yang berbeda.
Definisi operasional hendaknya memuat batasan tentang :

a. Variabel bebas dan variabel berikut terikat.


b. Istilah yang dipakai untuk menghubungkan variabel – variabel.
Batasan/arti suatu variabel dilakukan dengan merinci hal – hal yang harus
dikerjakan. Definisi operasional variabel merupakan pedoman bagi peneliti
untuk mengukur/memanipulasi variabel tersebut. Definisi operasional
variabel harus spesifik (tidak berinterpretasi ganda) dan terukur
(measureable dan observable) mendefinisikan variabel secara operasional
dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:
1. Secara langsung, dilakukan dengan menjelaskan bagaiamana pengukuran
dapat dialkukan. Kalau terdapat bermacam – macam pengukuran, maka
definisi yang dipilih harus sesuai dengan teknik yang akan digunakan.
Contoh :

12
“Status Gizi” dapat diukur dengan beberapa macam teknik yaitu :
a. Secara biokimia : kadar albumin darah, protein serum
b. Secara fisik : BB/TB, BB/U, TB/U, tebal lipatan kulit.
c. Secara klinis : turgor kulit, derajat anemia.
2. Secara tidak langsung, dilakukan dengan menjelaskan kriteria manipulasi
terhadap variabel dan cara mengukur efek dari manipulasi tersebut.
Contoh :
“Urin tampung” : jumlah urin yang dikeluarkan pasien selama
penampungan 24 jam.
“daya tahan tubuh” : kemampuan tubuh menahan serangan antigen yang
diukur dari frekuensi terjadinya penyakit dalam satu bulan.

B. Cara-cara menyusun defenisi operasional

Ada tiga pendekatan untuk menyusun defenisi operasional, yaitu disebut


Tipe A,Tipe B dan Tipe C

1. Defenisi Operasional Tipe A


Defenisi operasional Tipe A dapat disusun didasarkan pada operasi yang
harus dilakukan,sehingga menyebabkan gejala atau keadaan yang
didefenisikan menjadi nyata atau dapat terjadi. Dengan menggunakan
prosedur tertentu penelitian dapat membuat gejala menjadi nyata.
Contoh :”konflik” didefinisikan sebagai keadaan yang dihasilkan dengan
menempatkan dua orang atau lebih pada situasi dimana masing-masing
orang mempunyai tujuan yang sama, tetapi hanya satu orang yang akan
dapat mencapainya.
2. Defenisi Operasional Tipe B
Defenisi operasional Tipe B dapat disusun berdasarkan pada bagaimana
objek tertentu yang didefenisiskan dapat dioprasionalisasikan, yaitu
berupa apa yang dilakukannya atau apa yang menyusun karakteristik-
karakteristik dinamisnya.
Contoh: ‘orang pandai” dapat didefenisikan sebagai seorang yang
mendapatkan nilai-nilai tinggi disekolahnya.
3. Defenisi Oprasional Tipe C
Defenisi operasional Tipe C dapat disusun didasarkan pada penampakan
seperti apa obyek atau gejala yang didefenisikan tersebut,yaitu apa saja
yang menyusun kerakteristi-karakteristik statisnya.

13
Contoh: ‘orang pandai’dapat didefenisikan sebagai orang yang
mempunyai ingatan kuat,menguasai beberapa bahasa asing, kemampuan
berfikir baik,sistematis dan mempunyai kemampuan menghitung secara
cepat.

Setelah definisi operasional variabel-variabel penellitian dirumuskan,


maka prediksi yang terkandung dalam hipotesis telah
dioperasionalisasikan. Jadi peneliti telah menyusun prediksi tentang
kaitan berbagai variabel penelitiannya itu secara operasional, dan siap
diuji melalui data empiris.

Contoh penulisan Definisi Operasional :

a. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional
Indeks Adalah suatu cara Membagi berat 1 = normal Nomi
Massa pengukuran status badan (kg) ( 18,00 -25,00 ) nal
Tubuh gizi dengan dengan tinggi 2 = tidak
menggunakan badan (m) normal ( <17,00
Berat Badan (BB) kuadrat dan >25,00 )
dan juga Tinggi
Badan (TB)
Tekanan Adalah suatu Mengukur 1 = normal ( < Nomi
Darah kekuatan dari darah dengan 120/90 ) nal
untuk menahan menggunakan 2 = hipotensi ( <
aliran darah, yang Sphygnomanom 90/60 ) dan
diukur eter yang hipertensi ( >
menggunakan mempunyai 140/90 )
sphygnomanometer satuan mmHg
raksa yan

14
g terdiri dari
tekanan darah
tinggi ( hipertensi )
yaitu apabila
tekanan darah
melebihi 140/90
mmHg dan tekanan
darah rendah
( hipotensi ) yaitu
apabila tekanan
darah kurang dari
90/60 mmHg.
Golonga Ciri khusus dari Diuji dengan 1 = A Nomi
n Darah darah yang terdiri ada tidaknya 2 = AB nal
dari golongan penggumpalan 3=B
darah A, B, AB, dengan 4=O
dan O menggunakan
anti A dan anti B

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam melakukan penelitian sangat penting dalam menentukan variabel


maupun definisi operasional dari penelitian tersebut. Dimana variabel
menunjukkan atribut dari sekelompok orang atau objek yang mempunyai variasi
antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Variabel memiliki beberaapa
hubungan dengan variabel lainnya diantara nya yakni hubungan simetris,
hubungan asimetris dan hubungan timbal balik. Dan berdasarkan hubungan antar
variabel tersebut maka variabel dapat dibedakan menjadi 5 yaitu : variabel bebas,
variabel terikat, variabel intervening, variabel moderator, variabel pengganggu.
Variabel mempunyai dua sifat yaitu : variabel statis dan variabel dinamis. Dalam
pengukuran variabel digunakan skala ukur diantaranya skala nominal, skala
ordinal, skala interval, skala rasio.

Sementara itu definisi operasional dibuat untuk memudahkan pengumpulan


data dan menghindarkan perbedaan interpretasi serta membatasi ruang lingkup
variabel. Dalam menyusun definisi operasional digunakan beberapa pendekatan,
yaitu pendekatan Tipe A, Tipe B, dan Tipe C.

B. Saran
Dengan makalah ini maka diharapkan pembaca dapat mengetahui,
memahami apa yang dimaksud dengan variabel, menentukan variabel ,
membuat definisi operasional, maupun menyusun definisi operasional. Hal
tersebut diharapkan dapat membantu dalam melakukan penelitian yang
dilakukan oleh pembaca.

16

Anda mungkin juga menyukai