Anda di halaman 1dari 12

Muhammad Asfar, “Wacana Masy arakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,

Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

WACANA MASYARAKAT MADANI ( CIVIL-SOCIETY ):


RELEVANSI UNTUK KASUS INDONESIA

Muhammad Asfar
Dosen Ilmu Politik Universitas Airlangga
Lulusan Universitas Airlangga (S -1), dan Universitas Gadjah Mada (S -2)

Abstract

This paper discusses the relevance of the discourse or concept of the civil s o-
ciety in Indonesia by focusing on a basi c question "What are the weaknesses
and strengths of the using of civil society as a framework for analysis the I n-
donesian prospect of democracy?" This paper finds that the civil society is
not compatible to the Indonesian collective experience. In concept , the civil
society has its strengths as well as wekanesess. The use of the concept of
civil society may be put not as a given historical product, but should be
looked as a historical process.

Keywords: civil society, Indonesia, democracy, historical prod uct.

Berbagai peristiwa politik dunia 'gelombang demokrasi keempat ',


yang terjadi beberapa dekade b e- karena proses demokratisasi itu m e-
lakangan ini mengantarkan luas sampai setidaknya perte n-
para pengamat politik sampai pada gahan dasawarsa 1990 -an. Gelom-
satu kesimpulan, bahwa proses bang demokrasi keempat mempu n-
demo-krasi dalam skala global tidak yai ciri-ciri di antaranya, peru -
dapat dibendung lagi. Runt uhnya bahannya lebih bersifat global dar i-
Tembok Berlin, keberhasilan ger a- pada sebelumnya sehingga kons e-
kan solidaritas di Polandia, yang kuensinya mempengaruhi lebih
kemudian diikuti dengan maraknya banyak negara (Schmitter, 1995:
gerakan prodemokrasi di berbagai 346-50). Pendek kata, dalam skala
negara Eropa Timur dan Tengah, global, demokrasi merupakan suatu
seperti Yugoslavia, Hungaria, C e- sistem politik --meminjam istilah
koslowa-kia, dan sebagainya, me n- Falk-- yang bersifat keharusan
guatkan tesis di atas. (Falk, 1995: 104-33).
Derasnya proses demokr a- Satu hal yang patut dicatat, di
tisasi dan redemokratisasi di berb a- berbagai perubahan tersebut, pe r-
gai belahan dunia sejak penggal anan masyarakat atau civil society
kedua dekade 1980-an itu dinilai (masyarakat madani) dalam proses
Huntington sebagai 'gelombang d e- transformasi demokrasi sangat m e-
mokrasi ketiga' (Huntington, 1991), nentukan. Betapapun, keberha silan
atau yang disebut Schmitter sebagai proses itu tidak jarang ditentukan

49
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

oleh kesediaan para elit pemegang analisis relatif komprehensif tentang


kekuasaan --khususnya militer-- masyarakat madani banyak dik e-
untuk turun secara "suka rela". nalkan oleh Hikam (1996), dan b e-
Namun tak bisa disangkal berapa penulis lain seperti Arief
bahwa, proses kesediaan para elit Budiman (1992).
pemegang kekuasaan tersebut dise- Tulisan berikut dimaksudkan
babkan oleh adanya desakan dari untuk mencari relevansi wacana
masyarakat madani, baik melalui (diskursus) atau konsep masyarakat
aksi-aksi yang bersifat damai ma u- madani di Indonesia dengan me m-
pun gerakan-gerakan yang melibat- fokuskan pada satu pertanyaan:
kan kekerasan fisik. Akibatnya, apakah kelebihan dan kelemahan
studi-studi tentang transformasi menggunakan konsep itu sebagai
demokrasi --di mana masyarakat cara pandang untuk memahami
madani banyak berperan di dala m- prospek demokrasi di Indonesia?
nya-- dan konsolidasi demok rasi
sangat marak pada dekade Masyarakat Madani: Beberapa
1990-an. Beberapa tulisan yang Perdebatan Konseptual
membahas tentang tranformasi d e-
mokrasi di antaranya adalah Dalam perkembangan ilmu politik,
Stephani Lawson (1993), William wacana masyarakat madani me m-
(1994), dan Ishiyama (1995). punyai akar historis cukup panjang.
Sejak saat itulah, konsep dan Sejak Aristoteles, konsep tersebut
analisis civil society kembali men- telah menjadi diskursus menarik di
ghiasi buku-buku dan jurnal-jurnal kalangan ilmuwan politik. Namun,
ilmu politik untuk menjelaskan konsep itu tampaknya mempunyai
fenomena munculnya proses d e- nuansa yang tidak sama pada
mokratisasi yang berskala global, tahap-tahap perkembangan sejarah
terutama untuk menjelaskan mu n- tertentu. Sebelum abad ke -18, mis-
culnya gerakan-gerakan masyarakat alnya, masyarakat madani umu m-
madani dalam melakukan transfo r- nya diartikan dan dipahami sama
masi demokrasi, baik dari rejim t o- dengan pengertian negara, sehingga
talitarian --sebagaimana yang ter- antara term masyarakat madani
jadi di beberapa bekas negara k o- dengan negara (the state) sering di-
munis/sosialis maupun transfo r- pakai secara bergantian untuk m e-
masi dari rejim otoritarian-- rujuk pada makna yang sama. Baru
sebagaimana yang terjadi di bebera - setelah penggal terakhir abad 18,
pa negara Amerika Selatan atau terminologi ini mengalami perg e-
Tengah. Bahkan, konsep dan ana l- seran makna. Konsep masyarakat
isis tersebut juga dipakai di berb a- madani dipahami sebagai suatu e n-
gai negara lain untuk (sekedar) titas yang saling berhadapan de n-
menjajagi potensi munculnya gan negara. Negara dan masyarakat
masyarakat madani dalam melak u- madani dipahami sebagai entitas
kan transformasi sosial, ekonomi yang berbeda (Hikam,1996:1 -3).
dan politik. Di Indonesia misalnya, Pada perkembangan dewasa

50
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

ini, konsep masyarakat madani meski mungkin tidak terorganisir


digunakan untuk memahami ger a- ketat seperti kelompok keluarga
kan demokratisasi yang bersifat atau RT, buruh, petani dan seba -
universal, sebagaimana yang b e- gainya. Secara demikian, masyar a-
lakangan ini mendominasi wacana kat madani (Foley and Edwards,
politik di berbagai negara. Pemah a- 1996) harus dipahami sebagai:
man semacam itu terutama
berkembang setelah keberhasilan …the realm of private voluntary a s-
gerakan-gerakan civil society (dan sociation from neighborhood co m-
kelompok-kelompok pro demokrasi) mittees of interest groups to phila n-
di beberapa negara Eropa Timur thropic enterprises of all short, has
come to be seen as an essen tial in-
dan Tengah, seperti di Polandia,
gredient in both democratization
Yugoslavia, Hungaria, Cekoslowa -
and the health of established d e-
kia, dan sebagainya. Konsep terse- mocracies.
but kemudian dipahami sebagai
suatu wilayah masyarakat yang in- Lebih jauh, Eisenstadt (1995:240 -2)
dependen dan relatif bebas dari i n- mengajukan empat komponen
tervensi kekuasaan negara. masyarakat madani sebagai suatu
Jean L. Kahin dan Andrew prasarat tegaknya demokrasi mo d-
Arato misalnya, menkonsepkan ern dan sekaligus membantu untuk
masyarakat madani sebagai suatu melakukan transisi dari rejim otor i-
kondisi kehidupan ma syarakat yang tarian atau totalitarian menuju d e-
tegak di atas prinsip -prinsip mokrasi:
egaliterisme dan inklusivisme un i-
versal. Sebagaimana yang ditulis  adanya otonomi dari ne gara ter-
Kohen dan Arato (1992:19): hadap individu dan kelompok;
 di satu sisi masyarakat dan o r-
Modern civil-society is based on
egalitarian principles and universal
ganisasi atau lembaga -lembaga
inclution, experience in articulating yang ada mempunyai akses ke
the political will and in collective de- berbagai lembaga negara, namun
cision making is crucial to the r e- di sisi lain mereka menerima sua -
production of democracy. tu komitmen tertentu pada kom u-
nitas politik (political comunity)
Secara kongkrit, masyarakat mada - dan berbagai peraturan yang ada.
ni bisa berujud dalam bentuk be r- Artinya, ada interaksi timbal balik
bagai organisasi yang berada di luar dan saling menguntungkan antara
institusi-institusi pemerintah yang negara dan masyarakat;
mempunyai cukup kekuatan untuk  adanya ruang publik (public are-
melakukan kounter atau mengi m- nas) yang dapat dijadikan
bangi terhadap negara (Gellner, masyarakat untuk mengakt u-
1995:32). Atau, berupa kelompok - alisasikan diri/kepentingan yang
kelompok yang melakukan gerakan relatif bebas dari intervensi n e-
sosial politik untuk menuntut gara;
adanya transformasi demok rasi  masyarakat mempunyai akses ke

51
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

ruang publik tersebut. negara ini pada perkembangan s e-


Meski akar pemikiran lanjutnya menjadi fokus perhatian
masyarakat madani pada dasar nya Hegel dalam filsafat politiknya. N a-
dapat dirunut ke belakang sejak mun, Hegel tidak begitu optimistik
jaman Aristoteles, namun, Cicerolah dalam melihat masyarakat madani.
yang mulai memperkenalkan p e- Bagi Hegel, gagasan tersebut tidak
makaian istilah societes civilis seharusnya diberi kebebasan secara
dalam filsafat politik. Di Eropa, cikal luas, namun membutu hkan super-
bakal masyarakat madani diawali visi dan perlu dikontrol oleh negara.
dengan menguatnya keku a- Menurutnya, kebebasan menge m-
tan-kekuatan politik di lua r raja bangkan aspirasi dan kepentingan
ketika pihak kerajaan memb u- yang berbeda --yang menjadi ciri
tuhkan upeti atau sumbangan lebih masyarakat madani-- dapat mencip-
besar dari kelompok-kelompok tuan takan kerawanan terhadap k e-
tanah. Namun, perkembangan satuan kelompok atau negara. Di
masyarakat madani secara b e- sinilah letak pentingn ya keterli-
sar-besaran dimulai sejalan dengan batan (intervensi) negara pada k e-
proses formasi sosial dan peruba - hidupan masyarakat madani. S e-
han-perubahan politik di Eropa aki- bab, jika masyarakat dibiarkan b e-
bat pencerahan (enlightenment) dan bas tanpa kontrol dan intervensi
modernisasi dalam menghadapi negara, maka mereka cen derung
persoalan duniawi, yang keduanya menjadi suatu kesatuan yang m e-
waktu itu ikut mendorong te r- lumpuhkan dirinya sendiri ( a self
gusurnya rejim-rejim absolut (Hi- crippling entity) Perdebatan posisi
kam, 1996). Selanjutnya, perke m- Hegel tentang hubungan negara dan
bangan masyarakat madani secara civil society dapat dilihat dalam
kuat berhubungan dengan Jean Cohen and Andrew Arato
fenomena masyarakat borjuasi (1992:91-115).
Eropa, yang pertumbuhannya d i- Betapapun konsepsi Hegel ini
tandai dengan perjuangan untuk kurang mendapat sambutan di
melepaskan diri dari dominasi n e- kalangan pemikir politik konte m-
gara (Rasyid, 1997). porer, namun ia berhasil member i-
Karena itu secara konseptual, kan sumbangan berharga pada
gagasan masyarakat madani, ter u- perkembangan konsep tersebut
tama setelah pertengahan abad 18, (Walzer, 1995: 2), yaitu:
biasanya diletakkan pada posisi
yang saling berhadapan dengan n e-  Hegel tidak mengkonsepsikan
gara. Beberapa pemikir yang m e- masyarakat madani sebagai
nempatkan masyarakat madani s e- suatu kondisi kebebasan yang
cara berhadapan dengan negara lahir secara alamiah, tetapi s e-
adalah Adam Ferguson, Johan Fo s- suatu yang lahir secara historis,
ter, Tom Hodgkins, Emmanuel yaitu sebagai suatu kehidupan
Sieyes, Tom Paine, dan sebagainya. etis (ethical life) yang mengambil
Pemisahan antara masyarakat dan posisi di dalam three-part frame-

52
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

work, yakni keluarga, masyar a- society secara terpisah dengan


kat madani dan negara. Artinya, masyarakat-- akan mengalami k e-
masyarakat madani tidaklah sulitan untuk mengidentifikasi dan
akan muncul dengan sendirinya, merujuk pada realitas empirik. Jika
tetapi perlu diperjuangkan k e- masyarakat madani merujuk pada
beradaannya sebagai hasil dari organisasi-organisasi seperti kelo m-
proses sejarah yang berlangsung pok perdagangan, serikat b u-
lama. ruh/pekerja, organisasi profesional
 Hegel mengkonsepsikan dan sebagainya, persoalan yang
masyarakat madani sebagai muncul adalah, bagaimana dengan
suatu kehidupan yang penuh organisasi politik? Apakah masuk
dengan konflik. Artinya, di dalam akal untuk membedakan antara
masyarakat madani akan selalu 'civil society' dari 'political society'?
ada konflik di antara para angg o- Seandainya memang dibeda kan,
tanya karena adanya perbedaan bagaimana membedakan antara
kepentingan. Bagi Hegel, "civil asosiasi-asosiasi politik per se den-
society is described as a realm of gan aktivitas politik kelompok -
conflict and fragmentation." kelompok di dalam masyarakat m a-
dani, dan bagaimana membedakan
Namun, konsep Hegel yang asosiasi-asosiasi politik dari kelom-
memisahkan masyarakat madani pok kepentingan dan le m-
dan negara ini dikritik oleh He n- baga-lembaga keagamaan yang s e-
ningsen. Bagi Henningsen, seba - benarnya dimobilisasi untuk me n-
gaimana juga Jurgen Habermas, capai tujuan-tujuan yang bersifat
masyarakat madani merupakan politik? Singkat pertanyaan, k a-
constitutive condition dari masyara- pankah suatu 'civil society' menjadi
kat politik. Sebab, menur utnya, 'political society'? (Foley and E d-
antara 'civil society' (masyarakat wards, 1996).
madani) dan 'political society' Di samping itu, pandangan
(masyarakat politik) adalah dua ist i- Hegel yang secara tegas meletakkan
lah yang saling dapat dipertukarkan posisi masyarakat madani di bawah
(interchangable). Masyarakat ma- supervisi negara jelas tidak menjadi
dani pada dasarnya adalah identik inspirasi bagi munculnya ger a-
dengan ruang publik masyarakat kan-gerakan membangun kembali
modern yang berfungsi dengan baik. masyarakat madani di negara -
Karena itu, memisahkan negara dan negara Eropa Timur dan Tengah. Di
masyarakat, atau menempat kan kawasan itu, gerakan civil society
'civil society' dan 'political society' dipahami sebagai upaya untuk
pada posisi yang saling bertabrakan membangun kemandirian masyara -
adalah sesuatu yang tidak realis tik. kat di satu sisi dan melemahkan i n-
Apalagi, mendefinisikan tervensi atau supremasi negara di
masyarakat madani sebagai suatu sisi lain. Pengalaman historis b e-
organisasi sukarela non pemerintah berapa negara di kawasan tersebut
--yang berarti menempat kan civil menunjukkan ditolaknya tesis

53
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

Hegel, bahwa masyarakat madani ang publik yang bebas dari inte r-
cenderung melumpuhkan dirinya vensi negara. Dengan begitu, hanya
sendiri. Justru terdapat bukti kuat pada sistem demokrasilah yang d a-
bahwa intervensi negara menyeba b- pat menciptakan adanya masyar a-
kan melemahnya kehidupan kat madani. Beberapa penulis me n-
masyarakat madani. Karena itu, g a- gatasi persoalan konseptual ini
gasan civil society di kawasan itu --meskipun sebenarnya tidak me n-
menjadi landasan idelogis untuk jawab persoalan yang ada -- dengan
melepaskan diri da ri cengkeraman meletakkan kedua konsep tersebut
totalitarian penguasa. pada hubungan yang saling me m-
Keberhasilan masyarakat m a- pengaruhi (resiprokal). Artinya, s e-
dani dalam menumbangkan rejim bagaimana ditulis Walzer (1995:24):
totalitarian beberapa negara Eropa …only a democratic state can
Timur dan Tengah, seperti k e- create a democratic civil society;
menangan civil society di Polandia only a democratic civil society
pada pemilu Juni 1989 (Smolar, can sustain a democratic state.
1996; juga Rasyid, 1997), membu k-
tikan efektivitas gagasan tersebut Meski demikian, keberhasilan
dalam mengilhami munculnya ger a- masyarakat madani menumban g-
kan-gerakan masyarakat madani kan rejim totaliter dan mencipt a-
untuk menumbangkan penguasa kan sistem politik yang demokratis
totaliter, termasuk keberhasi lan di beberapa negara Eropa Timur
gerakan masyarakat madani dalam dan Tengah pada tahun 1989-1990
menumbangkan rejim otoritarian di di atas ternyata mengilhami ger a-
beberapa negara Amerika Selatan kan yang sama di banyak negara di
dan Tengah. belahan dunia yang lain. Sebaga i-
Melalui gerakan masyarakat mana yang dicatat oleh Huntington
madani inilah terjadi proses tran s- maupun Shmitter, pada awal
dekade 1990-an telah muncul
formasi demokrasi di kawasan
Eropa Timur dan Tengah. Tentu proses demokratisasi politik yang
saja, secara konseptual sebenarnya bersifat global. Kenyataan ini yang
masih dapat diperdebatkan, apakah pada akhirnya memberi inspirasi
civil siciety yang menciptakan si s- kepada Francis Fukuyama (1992),
bahwa proses demokrasi di n e-
tem pemerintahan dem okratis, atau
justru pemerintahan demokratis gara-negara yang totaliter dan k o-
--setidaknya karena longgarnya munis tidak dapat dielakkan, dan
diikuti dengan kemenangan sistem
kontrol dan intervensi negara -- yang
menciptakan masyarakat madani. demokrasi dan kapitalis. Ia me n-
Hal ini didasarkan pada satu pem a- catat, bahwa seluruh evolusi his-
haman bahwa, suatu masyarakat toris kehidupan politik modern akan
madani adalah kondisi di mana di bermuara pada demokrasi.
dalamnya terdapat kemandirian
masyarakat, baik secara individual Kelebihan-Kelebihan Konsep
maupun kelompok dan adanya r u- Masyarakat Madani

54
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

Beberapa kelebihan menggunakan dap kepentingan dan nilai -nilai


wacana civil society untuk melihat umum masyarakat itu sendiri.
prospek demokrasi di Indonesia Wacana masyarakat madani
adalah sebagai berikut: dapat menggugah kesadaran pada
Pertama, sebagai kerangka banyak pihak bahwa, antara negara
analisis, wacana masyarakat mada - dan masyarakat sebenarnya tidak
ni mampu menjelaskan dan me m- harus dipandang sebagai satu k e-
buka kesadaran tentang posisi satuan. Masing-masing dapat dipa-
saling berhadapan antara masyar a- hami sebagai dua entitas yang
kat dan negara. Hal ini penting, s e- saling berhadapan: mempunya a s-
bab selama ini tercipta satu pe r- pirasi, kepentingan dan tujuan yang
sepsi umum di kalangan masyar a- mungkin tak selalu sama. Karena
kat, khususnya masyarakat awam, itu, adalah suatu kewajaran jika
bahwa antara negara dan masyar a- antara masyarakat dan negara
kat adalah satu kesatuan yang saling berkonflik untuk memper e-
manunggal. Upaya pemerintah m e- butkan atau memperjuangkan s e-
lakukan hegemoni --baik melalui suatu yang sama maupun berbeda.
penataran P4 (Pedoman Pengh a- Kedua, wacana masyarakat
yatan dan Pengamalan Pancasila) madani dapat mengilhami sekali gus
maupun melalui pelajaran di tin g- menjelaskan munculnya ger a-
kat sekolah dasar s ampai pergu- kan-gerakan pro demokrasi di Ind o-
ruan tinggi, seperti PMP (Pendidikan nesia. Keberhasilan gerakan civil so-
moral Pancasila), PSPB (Pendidikan ciety di beberapa negara Eropa
Sejarah dan Perjuangan Bangsa) Timur dan Tengah dalam menu m-
dan semacamnya-- tampak berhasil bangkan rejim totaliter atau otoriter
membangun persepsi di kalangan dan menciptakan negara demokrasi
masyarakat untuk menempatkan dapat dijadikan pelajaran berharga
dirinya menjadi bagian yang tak untuk melihat peran yang sama di
terpisahkan dari negara. negara-negara totaliter atau otoriter
Konsekuensi dari cara pa n- yang lain. Wacana masyarakat m a-
dang semacam itu adalah, pemeri n- dani dijadikan sebagai kerangka
tah atau penguasa diasumsikan s e- analisis untuk menjelaskan proses
bagai suatu, atau bahkan satu - transformasi menuju demokrasi di
satunya lembaga yang dapat mer u- banyak negara. Dari pengalaman
muskan dan mendefini sikan kepen- Eropa Timur dan Tengah menun -
tingan dan tujuan bersama. Kepen - jukkan, bahwa munculnya gerakan
tingan dan nilai yang diperjuan gkan masyarakat madani diawali oleh
oleh negara dipahami sebagai ke - ketidakmampuan rejim totaliter di
pentingan dan nilai-nilai masyara- kawasan tersebut untuk memenuhi
kat. Dengan demikian, perlawanan janji-janjinya sendiri dalam menci p-
terhadap kepentingan dan nilai takan kesejahteraan dan keadil-an
yang diperjuangkan negara dian g- sosial. Di negara-negara ini, sistem
gap tak mempunyai landasan mo - totaliter di bawah rejim komunis d i-
ral, karena berarti melawan terh a- hadapkan dengan kekuatan demo k-

55
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

ratis dalam masyarakat ma -dani demokrasi melalui civil society dapat


yang bertujuan (a) membe bas-kan dijadikan sebagai barometer untuk
individu dari cengkeraman pe n- melihat peran yang sama yang d i-
guasa, (b) memulihkan keman dirian mainkan oleh kelompok -kelompok
individu sebagai warga n egara, (c) tersebut di negara-negara lain. Di
menuntut jaminan hak -hak asasi beberapa negara ini, kelompok
manusia, kebebasan berbicara dan seperti buruh, petani, cendekiawan,
menyatakan pendapat, serta keadi- gereja, partai politik dan semaca m-
lan yang merata di seluruh bidang nya, mempunyai peran yang cukup
kehidupan, baik sosial, ekonomi menentukan dalam proses tran s-
maupun politik. formasi demokrasi. Wacana demiki -
Fenomena tersebut meni m- an itu dapat dijadikan pijakan u n-
bulkan revolusi harapan di seba gian tuk mengidentifikasi kelompok-
masyarakat Indonesia, yang merasa kelompok strategis yang dapat d i-
tinggal di suatu negara yang me m- jadikan sebagai agen demokratisasi
punyai persamaan dengan n e- di Indonesia.
gara-negara di Eropa Timur dan Tentu saja, relevansi wacana
Tengah, yakni kuatnya peranan n e- tersebut tidak hanya sebatas seba-
gara. Termasuk juga, persamaan gai sarana untuk mengidentifikas i-
kuatnya peran negara antara Ind o- kan kelompok prodemokrasi. Lebih
nesia dan beberapa negara Amerika dari itu, identifikasi kelompok
Latin yang mengalami proses tran s- strategis ini dapat dijadikan oleh
formasi demokrasi melalui civil soci- para "penggerak" demokrasi di I n-
ety. Dengan demikian, harapan donesia sebagai "ladang garapan".
yang patut diajukan adalah: tida k- Artinya, kelompok -kelompok
kah akan muncul fenomena yang masyarakat madani seperti buruh,
sama, yaitu penguatan masyarakat petani, cendekiawan, gereja dan s e-
madani dan proses demokratisasi di bagainya, yang di beber apa negara
Indonesia sebagaimana yang pernah lain berhasil melakukan gerakan
terjadi di beberapa negara di mana transformasi demokrasi dijadikan
intervensi negara dalam kehidupan sebagai dasar untuk membangun
masyarakat cukup kuat? Revolusi penguatan masyarakat madani dan
harapan inilah yang mengil hami agen demokratisasi di Indonesia.
munculnya gerakan prodemokrasi Keempat, diskursus itu dapat
di Indonesia. dijadikan sebagai pela jaran untuk
Ketiga, wacana masyarakat merumuskan strategi perjuangan
madani dapat membantu mengi - masyarakat madani dalam rangka
dentifikasi kelompok -kelompok stra- proses demokratisasi di Indonesia.
tegis yang mempunyai kemungk i- Berbagai strategi transformasi d e-
nan besar tampil sebagai agen d e- mokrasi di berbagai negara dapat
mokrasi. Artinya, pengala man dievaluasi yang kemudian diseleksi
kelompok-kelompok yang ada dalam yang paling cocok untuk kasus I n-
masyarakat madani di beber apa ne- donesia. Mempelajari strategi tran s-
gara yang mengalami transformasi formasi demikian itu penting karena

56
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

tak semua masyarakat madani b e- madani dibangun dari budaya Barat


serta kelompok-kelompok di dalam- (Eropa), sehingga dalam beberapa
nya di berbagai negara yang telah hal mengalami benturan jika
mengalami transformasi demokrasi digunakan untuk menganalisis k a-
itu menggunakan stra-tegi yang sus Indonesia, termasuk juga te r-
sama. Gerakan prodemo-kratisasi di hadap kasus di beberapa negara
Indonesia dapat mengadopsi berb a- Asia yang lain. Karena itu, men g-
gai strategi yang pernah dilakukan gunakan konsep masyarakat m a-
di negara lain sesuai dengan kondisi dani dalam memahami proses d e-
Indonesia. mokratisasi di Indonesia harus
Namun, pemilihan strategi hati-hati. Masyarakat madani
untuk mencapai tujuan di atas h a- adalah konsep yang lahir dari s e-
ruslah dilakukan secara tepat, s e- jarah dan "mimpi" Barat. Ia muncul
hingga tidak sama de ngan cara bersama proses modernisasi, ter u-
yang ditempuh oleh rejim otoriter tama pada saat terjadi transformasi
yang ditentangnya. Strategi yang d i- masyarakat feodal agraris menuju
lakukan --apakah strategi gerakan masyarakat industrial kapitalis. S e-
sosial melalui mobilisasi massa s e- bagai gagasan, ia lahir sebagai anak
cara besar-besaran, protes dan kandung periode Pencerahan yang
pemogokan kaum buruh, petani mengantarkan sekularisme seb agai
dan sebagainya, atau melalui pengganti agama. Karena itu,
strategi gerakan kultural lewat film, masyarakat madani di Barat dan
diskusi kebudayaan, dan karya - Timur mempunyai fundasi historis
karya sastra-- haruslah bertumpu yang berbeda, sehingga penggunaan
pada landasan moral, atau didasa r- konsepnya harus memperha tikan
kan pada semangat etis dan tan g- kondisi yang berbeda tersebut
gung jawab sosial. Strategi gerakan (Mardin, 1995: 278-300).
masyarakat madani semacam itu -- Di samping itu, menempatkan
seperti yang terjadi di Cekoslowakia demokrasi sebagai satu-satunya
dan Polandia-- ternyata berhasil arah yang hendak dituju oleh pe r-
menciptakan jaringan yang sangat juangan masyarakat madani di I n-
luas, meliputi lembaga -lembaga donesia tampaknya juga harus
agama, kelas pekerja, petani, hati-hati. Mungkin tak semua pe r-
cendekiawan dan sebagainya. juangan civil society di Indonesia
menghendaki arah demokrasi liberal
Kelemahan-Kelemahan Konsep sebagaimana yang terjadi di b e-
Masyarakat Madani berapa negara Eropa Timur dan
Tengah. Masih ada sebagian kelo m-
Sementara itu, beberapa kelemahan pok yang menghendaki demokrasi
wacana atau konsep masyar akat pancasila. Selain itu, di dalam d e-
madani jika digunakan untuk me n- mokrasi sendiri ternyata menyi m-
ganalisis prospek demokrasi di I n- pan banyak keterbatasan. Salah
donesia adalah sebagai berikut. satunya adalah ketidakmampuan
Pertama, konsep masyarakat para kampiun demokrasi mener -

57
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

apkan nilai-nilai demokrasi secara 12-4).


universal. Misalnya, sering terde n- Kasus-kasus khusus di atas
garnya ketidakadilan di Amerika membawa pada satu kesimpu lan
Serikat terhadap warga kulit hitam, penting, bahwa gerakan masyarakat
juga perlakuan tak adil di Australia madani di Eropa Timur dan Tengah
terhadap suku aborigin dan seb a- ternyata tidak seluruhnya mengh a-
gainya. Bahkan, beberapa negara silkan demokrasi. Artinya, jalan
menggunakan standar ganda dalam menuju demokrasi --melalui
menerapkannya. Perancis misalnya, masyarakat madani-- ternyata tidak
perilaku demokratisnya hanya di semulus yang dibayangkan banyak
negaranya, sementara perilaku yang orang, termasuk oleh pendukung
sama tidak ditunjukkan di Aljazair gerakan civil society itu sendiri.
(Hamdi, 1996). Berbagai keterbat a- Kenyataan itu meragukan sebagian
san itu tampaknya mempengaruhi kalangan di Indonesia, apakah pe n-
sebagian kelompok masyarakat m a- guatan masyarakat madani --yang
dani di Indonesia untuk memp er- bisa berimplikasi pada pen guatan
tanyakan demokrasi macam apa perasaan kesukuan dan keag a-
yang hendak dituju. maan-- merupakan satu-satunya
Kedua, wacana tersebut ter n- cara yang paling tepat untuk
yata tidak seluruhnya berisi cerita- menuju demokrasi di Indonesia?
cerita sukses transformasi demo - Ketiga, dari segi tradisi ket a-
krasi, namun juga cerita minor. tanegaraan di Indonesia, setidaknya
Konflik etnis dan agama yang begitu pada masa Orde Baru yang baru
menguat di beberapa daerah bekas lalu, penempatan masyarakat dan
Yugoslavia merupakan salah satu negara pada posisi yang berhad a-
contohnya. Pertikaian segitiga antar pan kurang mempunyai landasan
suku, ras dan agama antara normatif/hukum, setidaknya men u-
Kroasia, Serbia dan Bosnia, seakan rut interpretasi penguasa. Para p e-
membenarkan tesis Hegel, yaitu megang kekuasaan meyakini bahwa
bahwa masyarakat madani adalah antara negara dan masyarakat
suatu entitas yang cenderung adalah tidak bisa diposisikan saling
menghancurkan dirinya sendiri, s e- bertentangan. Dalam tradisi konsep
hingga diperlukan intervensi n e- kekuasaan Jawa disebut sebagai
gara. Kenyataan ini setidaknya d a- "manunggaling kawula gusti" (me n-
pat meragukan optimisme Fuk u- yatunya rakyat dan penguasa).
yama, sebab kebangkitan demokrasi Dalam praktek kenegaraan modern,
liberal di berbagai negara setelah hal ini dimanifestasikan dalam f a-
perang dingin justru menimbulkan ham kenegaraan yang oleh Soepomo
semangat nasionalisme kesukuan disebut negara integralistik, di
dan keagamaan (ethnoreligious). mana kedaulatan negara pada t a-
Inilah mungkin, letak relevansi tesis raf-taraf tertentu dapat meng -atas-i
Hall bahwa nasionalisme mer u- kedaulatan rakyat. Perdebatan te n-
pakan salah satu musuh ( enemy) tang faham negara Integralistik dan
masyarakat madani (Hall, 1995: kritik terhadapnya, lihat Marsilam

58
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

Simanjuntak (1994), j uga Bourchier negara Asia lainnya. Karena itu, s e-


(1996: 14-40). cara konseptual, penggunaan
Keempat, omponen-komponen masyarakat madani sebagai ke r-
masyarakat madani sebagai pra - angka analisis untuk memahami
syarat tegaknya demokrasi modern demokrasi di Indonesia agaknya
di Indonesia sangat sulit terpenuhi, perlu hati-hati, karena di samping
seperti (a) adanya otonomi, (b) akses kele-bihan-kelebihannya juga te r-
pada lembaga-lembaga negara, (c) kan- dung kekurangan.
adanya ruang publik dan akses Apa yang disebut masyarakat
pada ruang tersebut. Di Indonesia, madani --jika menggunakan kriteria
baik individu maupun kelompok, Schmitter seperti adanya otonomi,
sangat sulit memiliki otonomi yang akses pada lembaga-lembaga ne-
kuat dihadapan negara, karena si s- gara, adanya ruang publik yang b e-
tem perwakilan kepentingan di I n- bas dan akses pada ruang publik --
donesia menggunakan sistem ko r- di Indonesia sebenarnya belum ada
poratisme negara. Demikian juga secara penuh, kalau pun memang
komponen adanya ruang publ ik ada, setidaknya ia baru tumbuh.
yang relatif bebas dari intervensi Untuk itu, relevansi atau pen g-
negara. Berbagai ruang publik yang gunaan konsep masyarakat madani
ada seperti pers misalnya, tidak b e- di Indonesia mungkin tidak dileta k-
bas dalam menjalan kan perannya kan sebagai produk sejarah yang
karena kontrol yang cukup ketat sudah jadi, tetapi perlu diletakkan
dari negara melalui lembaga SIUP dalam tataran proses. Artinya,
(Surat Ijin Usaha Penerbitan). diskursus itu dipakai sebagai ke r-
Karena itu, akses ma syarakat ter- angka analisis untuk memahami
hadap kedua komponen tersebut tumbuh dan berkembangnya serta
juga sangat lemah. Intervensi n e- peran yang mungkin dimainkan
gara cukup kuat, baik pada be r- oleh masyarakat madani dalam
fungsinya lembaga-lembaga terse- proses demokratisasi di Indonesia.
but maupun pada masyarakat.
Daftar Pustaka
Penutup
Bourchier, David, Lineages of Or-
Dari uraian di atas dapat diketahui ganicist Political Thought in I n-
bahwa secara konseptual, wacana donesia (Melbourne: Monash
masyarakat madani ternyata men- University, 1996).
galami perkembangan baik secara Budiman, Arife, (ed.), State and Civil
substansial maupun praktikal. Pe - Society in Indonesia (Victoria:
ngalaman di belahan dunia lain te n- Centre of Southest Asian
tang keberhasilan transformasi d e- Studies Monash University,
mokrasi melalui jalan civil society 1992).
agaknya tidak berjalan linier dengan Eisenstadt, S.N., "Civil Society",
pengalaman di Indonesia, bahkan dalam Seymour M. Lipset
mungkin di kebanyakan negara - (ed.), The Encyclopedia of D e-

59
Muhammad Asfar, “Wacana Masyarakat Madani (Civil Society): Relevansi untuk Kasus Indonesia,” Masyarakat,
Kebudayaan dan Politik , Th XIV, No 1, Januari 2001, 49 -60.

mocracy, Volume I, (Wahin g- Kohen, Jean L., and Arato, Andrew,


ton, D.C.: Congressional Civil Society and Political The-
Quarterly Inc., 1995). ory (Cambridge: The MIT
Press, 1992).
Falk, Richard, On Human Govern-
ment, Toward a New Global Lawson, Stephani, "Conceptual I s-
Politics (Pennsylvania: The sues in the Study of Regime
Pennsylva-nia State University Change and Democracy",
Press, 1995). dalam Comparative Politics,
Vol. 2, 1993.
Foley, Michael W., and Edwards,
Bob, "The Paradox of Civil S o- Mardin, Serif, "Civil Society and I s-
ciety", dalam Journal of De- lam", dalam John A. Hall
mocracy, Vo. 7, No, 3, 1996. (eds.), Civil Society: Theory,
History, Comparison (Cam-
Fukuyama, Francis, The End of His-
bridge: Cambridge University
tory and The Last Man (New
Press, 1995).
York: The Free Press, 1992).
Rasyid, M. Ryaas, "Perkembangan
Gellner, Ernest, "The Importance of
Pemikiran tentang Masyar -
Being Modular", dalam John
akat Kewargaan (Tinjauan T e-
A. Hall, Civil Society: Theory,
oritik)", dalam Jurnal Ilmu
History, Comparison (Cam-
Politik, No. 17, 1997.
bridge: Cambridge University
Press, 1995). Schmitter, Philippe C., "Democ rati-
zation, Wave of", dalam Se y-
Hall, John A., Civil Society: Theory,
mour M. Lipset (eds.), The En-
History, Comparison (Cam-
cyclopedia of Democracy, Vol. I
bridge: Cambridge University
(Wahington, D.C.: Congre s-
Press, 1995).
sional Quarterly Inc., 1995).
Hamdi, Mohamed E., "Islam and
Simanjuntak, Marsilam, Pandangan
Democracy: The Limits of the
Negara Integralistik (Jakarta:
Western Model", dalam Jour-
Grafiti, 1994).
nal of Democracy, Vol 7, No. 2,
tahun 1996. Smolar, Aleksander, “Civil So ciety
After Communism: From O p-
Hikam, Muhammad AS, Demokrasi
position to Atomization”,
dan Civil Society (Jakarta:
dalam Journal of Democracy,
LP3ES, 1996).
Vol. 7, No. 1, 1996.
Huntington, Samuel P., The Third
Walzer, Michael, Toward a Global
Wave: Democratization in the
Civil Society (Oxford:
Twentieth Century (Norman:
Berghahn Books, Inc., 1995).
University of Oklahoma Press,
1991). William, Philip J., "Dual Transitions
from Authoritarian Rule:
Ishiyama, John T., "Communist
Populer and Electoral Demo c-
Party in Transitions: stru c-
racy in Nicaragua", dalam
tures, Leaders, and Processes
Comparative Politics , Vol. 26,
of Democratization in Eastern
No. 2, 1994.
Europe", dalam Comparative
Politics, Vol. 27, No. 2, 1995.

60

Anda mungkin juga menyukai