SKRIPSI
Disusun Oleh:
Nama : TRI JARWANTI
NIM : 2009540121996
NIMKO : 2009.4.054.0001.1.01995
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian...................................................................... 5
E. Penegasan Istilah............................................................................ 5
F. Hipotesis ....................................................................................... 7
G. Sistematika Pembahasan................................................................ 8
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 62
B. Saran.............................................................................................. 64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang tua (keluarga) merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi anak-
anaknya, karena dari orang tualah anak mula-mula mendapatkan pendidikan. Jadi
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Orang tua
dalam keluarga adalah fondasinya (pendidikan anak tergantung dari orang tuanya).
Orang tua memegang peranan penting dalam pendidikan anak-anaknya sejak anak
dalam kandungan, setelah lahir, hingga dewasa masih perlu dibimbing. Menurut hasil
adalah lingkungan. Dan lingkungan pertama yang dialami anak adalah asuhan ibu dan
ayah. 1
dan hubungan saling mempengaruhi (timbal balik) antara orng tua dan anak. Sejak
anak lahir ibunyalah yang selalu disampingnya. Tingkah laku seorang ibu akan ditiru
oleh anaknya dan apabila perlakuan ibu dengan anak baik disertai dengan kasih
sayang, maka ibu akan dapat mengambil hati anak untuk selama-lamanya. Pengaruh
ayah terhadap anak juga besar sekali. Di mata anak, ayah adalah orang yang terpandai
1
2
melakukan aktivitas sehari-hari. Karena itu tidaklah diragukan bahwa tanggung jawab
pendidikan secara mendasar terpikul kepada orang tua. Mereka tidak bisa mengelak
dari tanggung jawab itu karena merupakan amanah Allah SWT yang dibebankan
kepada mereka. Tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya tidak bisa
Di dalam keluarga anak berinteraksi dengan orang tua dan segenap anggota
sebagainya dapat tumbuh dan berkembang senada dan seirama dengan kebiasaan di
rumah.3
Dari sisi lain keluarga adalah cerminan suri tauladan yang ditiru oleh anak,
terutama jika anak dalam masa perkembangan dalam taraf usia pra sekolah sampai
mereka dapar berfikir secara kritis yang sejalan dengan masa perkembangan yang
hidupnya sejak kecil (dalam keluarga, sekolah dan lingkungan). Setiap orang tua pasti
ingin membina anaknya agar menjadi orang yang baik dengan melalui pendidikan
Zakiah Darajat, dkk, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), 3539
2
Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan – Suatu Analisis Sosial tentang Berbagai Problem
3
Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 57
3
Sikap dan cara hidup orag tua merupakan unsur-unsur pendidikan yang secara
tidak langsung masuk ke dalam pribadi anak yang sedang berkembang. Apabila dasar
pembinaan anak terlaksana dengan baik maka pada usia remaja pembinaan pribadi
anak tidak akan mengalami kesukaran. Semakin banyak pengalaman yang bersifat
agama maka sikap, tindakan, kelakuan dan cara menghadapi hidup akan sesuai
dengan ajaran agama. Seorang anak yang pada usia 0-12 tahun tidak mendapat
pendidikan agama dan tidak pula mempunyai pengalaman keagamaan, maka ia nanti
setelah dewasa akan cenderung kepada sikap negatif terhadap agama. Seharusnya
yaitu sejak lahir atau bahkan lebih dari itu, sejak dalam kandungan. Pertumbuhan
agama pada anak tidak sama antara yang satu dengan yang lain, karena semua itu
tergantung pada orang tuanya sendiri. Untuk membina anak agar memiliki sifat-sifat
yang terpuji tidak mungkin hanya dengan penjelasan saja, akan tetapi perlu
membiasakannya untuk melakukan hal-hal yang baik dan menjauhi hal-hal yang
Pendidik yang pertama adalah orang tua kemudian disempurnakan oleh guru
di sekolah. Jadi anak diasuh oleh keluarga maka apa yang mereka lihat dan mereka
rasakan dalam kehidupannya adalah merupakan fondasi kuat yang telah diajarkan
Dari pendapat tersebut di atas jelaslah bahwa orang tua adalah orang yang
paling utama dan pertama dalam mewarnai kehidupan anaknya. Apabila anak sejak
4
Zakiyah Darajat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1970), 5562
4
lahir dibiasakan pada kebaikan, maka setelah dewasa akan cenderung kepada
perbuatan baik. Demikian pula sebaliknya apabila sejak kecil anak terbiasa pada
perbuatan jelek, maka setelah dewasa akan cenderung kepada perbuatan yang jelek.
Oleh karena itulah maka apabila orang tua menghendaki agar anaknya
menjadi anak yang sholeh, maka hendaknya membiasakan anak sejak kecil kepada
B. Rumusan Masalah
rumuskan:
C. Tujuan Penelitian
D. Kegunaan Penelitian
1) Bagi Penulis
5
belajar mengajar dan untuk memenuhi salah satu syarat bagi penulis dalam rangka
2) Bagi Pendidik
3) Bagi masyarakat
E. Penegasan Istilah
terkandung dalam judul skripsi ini, maka penulis jelaskan secara singkat pokok
istilahnya:
6
1. Pengaruh
Pengaruh artinya daya yang ada/timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut
yang dimaksud dengan pengaruh ialah sesuatu yang timbul karena adanya perbuatan
yang mendahuluinya.
2. Pendidikan Agama
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan.6
kepercayaan itu.7
adalah pendidikan agama Islam yaitu suatu usaha untuk membina, membimbing dan
3. Keluarga
Keluarga artinya: ibu, bapak dengan anak-anaknya (seisi rumah) atau anak
saudara (kaum kerabat).8 Dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan
5
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), 747.
6
Ibid, hal. 232
7
Ibid, hal. 10
8
Ibid, hal. 471
7
keluarga adalah sekelompok kecil dari suatu masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu,
dan anak.
4. Akhlak anak
Akhlak artinya: ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan,
Dari pengertian tersebut di atas, maka yang dimaksud dengan moral anak
adalah perilaku dan tindakan anak akibat ajaran agama yang telah diterima oleh anak
dari orang tuanya dan akibat dari pelajaran yang diterimanya di pendidikan
formal/sekolah.
F. Hipotesis
9
Ibid, hal. 665
10
Ibid, hal. 35
8
G. Sistematika Pembahasan
sistematika pembahasan.
Bab II: Landasan Teori yang membahas tentang kajian secara teoritis yang
Bab III: Metodologi Penelitian yang terdiri dari (a) pola/jenis penelitian; (b)
populasi, sampling dan sampel penelitian; (c) sumber data, variabel, data dan
pengukurannya; (d) teknik dan instrumen pengumpulan data; (e) teknik analisis data;
Bab IV: Laporan hasil penelitian, terdiri dari deskripsi singkat keadaan obyek,
Bab V: Penutup yaitu Kesimpulan dan Saran yang merupakan bagian terakhir
LANDASAN TEORI
membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran islam.11
b. Pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap
anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan
hidup.12
c. Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar generasi tua untuk mengalihkan
kelak menjadi manusia muslim, bertaqwa kepada Allah, berbudi luhur dan
9
10
wawasan kependidikan guru agama SLTP dan SLTA dinyatakan sebagai berikut:
berkenaan dengan aspek-aspek sikap dan nilai yang perlu dihayati, diketahui, digali,
dipahami, diyakini kemudian diamalkan anak didik sehingga menjadi milik dan jiwa
kepribadian hidup sehari-hari. Upaya untuk itu adalah dengan cara mengajar atau
menyampaikan ilmu agama kepada anak didik melalui pembinaan pribadi, baik
Yang dimaksud dengan dasar di sini adalah pedoman yang menjadi alasan
dalam pelaksanaan pendidikan agama, sesuai dengan dasar Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Yuridis/hukum
1) Dasar idiil
Yaitu dasar dari falsafah negara Pancasila, dimana sila yang pertama adalah
Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa
Indonesia harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa (harus beragama).
Untuk itu maka diperlukan adanya pendidikan agama pada anak-anak karena
tanpa adanya pendidikan agama maka akan sulit untuk mewujudkan sila
2) Dasar Struktural
Yaitu dasar UUD 1945 dalam Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi:
3) Dasar operasional
Yang dimaksud dasar operasional ialah dasar yang secara langsung mengatur
tercantum dalam TAP MPR No. II/MPR/1998 tentang GBHN, yang pada
b. Dasar Religius
Yang dimaksud dasar religius adalah dasar-dasar yang bersumber dari ajaran
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang
baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu
Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Zuhairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, 2124
14
Departemen Agama RI, AlQur’an dan Terjemahannya, (Jakarta, 1983), 421
15
13
yang beruntung.16
Adalah dasar yang memandang bahwa semua manusia dalam hidupnya selalu
dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat yang maha
Ibid hal 93
16
Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, 25
17
14
terhadap Tuhan YME, artinya menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dalam
serta menjadi warga negara yang baik dalam negara RI yang berdasarkan Pancasila.19
Tujuan Pendidikan Agama Islam di sekolah, menurut Tim Pengarah dan Tim
yang beriman dna bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
kerja, profesional, bertanggung jawab, produktif serta sehat jasmani dan rohani”
Departemen Agama RI, AlQur’an dan Terjemahannya, 93.
18
Departemen Agama RI, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada SD, hal. 13, 18
19
15
mempunyai tanggung jawab yang besar bagi kepentingan bangsa dan negara bila
pendidikan di Indonesia, baik bagi peserta didik maupun pengaruhnya bagi bangsa
dan negara. Hal ini karena Pendidikan Agama memiliki kekuatan rohani yang
Fungsi pendidikan agama menurut Tim pengarah dan Tim latihan Peningkatan
yang percaya dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menjadi warga
keseimbangan
Fungsi tersebut merupakan hal yang mendasar. Oleh karena itu apabila
dilaksanakan dengan baik, maka cita-cita nasional dan kondisi ideal yang
B. Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut pandangan sosiologis, dalam arti luas keluarga meliputi semua pihak
Bertanya dan mengarahkan diri bagi anggotanya yang sifat hubungannya bisa
persekutuan hidup berdasarkan perkawinan yang sah terdiri dari suami istri, juga
selaku orang tua dari anak-anak yang dilahirkannya. Dalam pembinaan keluarga
istri terhadap suaminya, kewajiban orang tua kepada anaknya dan sebaliknya. Jika
semua kewajiban moral sepanjang ajaran Islam ini dilaksanakan dengan baik,
Hamzah Ya’qub, Etika Islam Pembinaan Akhlaqul Karimah, (Bandung: CV. Diponegoro, 1996),
20
146.
17
orang tua dan anggota keluarganya sendiri. Keluarga merupakan produsen sekaligus
seperti sandang dan pangan. Setiap anggota keluarga dibutuhkan dan saling
membutuhkan antara yang satu dengan yang lain, supaya mereka dapat hidup lebih
Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu
manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh
2. Fungsi keluarga
1) Fungsi biologis
Bagi pasangan suami istri, fungsi ini untuk memenuhi kebutuhan biologis
21
Ny. Y. Singgih D. Gunarso & Singgih D. Gunarso, Psikologi untuk Keluarga, (jakarta: PT BPK
Gunung Mulia, 1999), 1.
22
Madyo Ekosusila dan Kasihadi, Dasardasar Pendidikan, (Semarang: Effhar Publishing, 1993), 73.
18
2) Fungsi edukatif
antara anggota keluarga. Dalam situasi ini orang tua menjadi pemegang peran
dewasa.
3) Fungsi religius
memberi teladan pada anak serta anggota keluarga lainnya mengenai kaidah-
4) Fungsi protektif/perlindungan
Fungsi protektif dalam keluarga adalah untuk menjaga dan memelihara anak serta
anggota keluarga lainnya dari tindakan negatif yang mungkin timbul, baik dari
masyarakat yang baik. Dalam melaksanakan fungsi ini, keluarga berperan sebagai
sehingga kehidupan di sekitarnya dapat dimengerti oleh anak, dan pada saatnya
6) Fungsi rekreatif
Fungsi ini tidak harus membentuk kemewahan, serba ada dan pestapora,
dalam keluarga.
7) Fungsi ekonomis
dalam fungsi ekonomis berkaitan dengan pencarian nafkah, pembinaan suaah dan
keluarga.23
Anak adalah amanat yang diberikan oleh Allah kepada orang tuanya. Mereka
bertanggung jawab terhadap anak itu di hadapan Allah. Jika amanat itu dipelihara
dengan memberi pendidikan yang baik pada anak asuhnya, maka pahalalah yang akan
yang dapat diarahkan ke arah yang baik/ ke arah yang buruk. Maka kewajiban orang
yang baik dan dengan mendidik anak asuhnya sejak kecil membiasakan diri dengan
Rakhmad & Gandaatmaja, keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, 2022
23
kelakuan dan adat istiadat yang baik agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi
manusia yang berguna bagi dirinya dan bagi pergaulan hidup di sekelilingnya.24
Orang tua adalah termasuk pendidik utama, karena dengan kendaraan yang
mendalam serta didasari rasa cinta dan kasih sayang yang mendalam pula orang tua
mengasuh/mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran. Selain itu
Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan
menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga dan
sebagainya.25
tersebut. Sebab anak adalah merupakan rahmat dan amanat dari Allah kepada orang
tuanya yang harus disyukuri dan dipelihara. Setelah anak itu menjadi dewasa maka ia
sendiri yang harus mengemban tanggung jawab tersebut dan kalau ia sudah berumah
tangga, maka tanggung jawab berada di pundaknya sendiri. Bahkan ia sudah harus
pula mengemban tanggung jawab terhadap istri dan anaknya/suami dan anaknya.26
Budi yang baik adalah suatu kebaikan. Hal ini baru dapat terjadi kalau sudah
terbiasa berbuat baik sejak kecil sehingga menjadi kepribadiannya (diberikan latihan-
20
21
hamdallah
c. Mengucapkan salam
d. Berkata benar
Dari keterangan di atas jelaslah bagi kita, bahwa keenam hal tersebut
merupakan budi pekerti yagn mendasar, baik dalam hubungan dengan Allah maupun
dalam hubungan dengan manusia. Apabila hubungan dengan Allah sudah didasari
dengan baik, begitu pula hubungan dengan manusia maka berarti kehidupan ini sudah
yang mulia itulah manusia akan tetap baik dan mulia serta dipandang keislamannya
dengan baik. Tetapi apabila manusia terjerumus ke dalam akhlak yang buruk, maka
Kalau orang tua ingin membina akhlak anaknya yang mulia/baik, maka
materinya hanyalah ditemukan dalam agama Islam. Karena itu orang tua pastilah
Ibid hal 155159
27
Ibid hal 174
28
22
pembiasaan tanpa meninggalkan ajaran Islam. Kalau pada suatu hari anak
pelanggarannya dan tidak akan mengulanginya lagi. Jadi kalau orang tua
yaitu:
a. Tanggung jawab kepada Allah SWT, karena keluarga dan fungsi-fungsinya itu
merupakan pelaksanaan amanat Allah SWT yaitu amanat ibadah dan amanat
khilafah.
orang tua sebagai pemimpin dalam keluarga untuk senantiasa membina dan
c. Tanggung jawab keluarga ialah bahwa keluarga, sebagai unit kecil dan bagian
orang tua melaksanakan pendidikan dalam kehidupan keluarga itu pada dasarnya
merupakan ibadah dalam arti luas untuk membina dan mengembangkan kemampuan
Ibid hal 179180
29
Rakhmat & Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, 22
30
23
serta kepribadian anak sebagai generasi penerus keluarga, sehingga siap dan mampu
31
Ibid hal 7072
32
Departemen Agama RI, AlQur’an dan Terjemahannya, 655
33
Ibid hal 951
24
Pemeliharaan diri dan keluarga dari api neraka, adalah dengan jalan memberi
pelajaran dan pendidikan yang baik, menunjukkan kepada mereka jalan yang
Pendidikan dalam keluarga sangat penting, sebab apa yang terjadi di dalam
lingkungan tersebut akan membawa pengaruh yang sangat besar terhadap anak, baik
yang sangat penting. Kasih sayang dari orang tua mempunyai pengaruh yang cukup
kuat terhadap kelancaran proses pendidikan yang hasilnya diamati dari kemampuan
masyarakat.35
Pengaruh yang diterimanya waktu kecil, jauh lebih besar dan lebih
kecil akan ikut membentuk kepribadianya. Apa yang dilihat, didengar dan
serasi dalam keluarganya, maka anak yang baru tumbuh itu akan mengalami jiwa
membimbing, memberi teladan dan memberi pelajaran pada anak. Tujuan pendidikan
Orang tua adalah orang yang menjadi panutan bagi anaknya. Setiap anak
mula-mula mengagumi kedua orang tuanya. Semua tingkah laku orang tua akan ditiru
oleh anaknya. Karena itu peneladanan sangat perlu, ketika akan makan misalnya,
ayah membaca basmalah dan anak-anak menirukan hal itu. Ketika orang tuanya
sholat, anak diajak sholat, sekalipun mereka belum mengetahui cara dan bacaannya.
Ketika puasa ramadhan, orang tuanya mengajak anak untuk makan sahur, meskipun
pada pukul sembilan mereka sudah berbuka. Dan ketika ayah datang dari
ajaran-ajaran yang lain, pokoknya anak itu dilatih dengan cara meneladankan dan
membiasakan diri.38
dasar pengalaman anak. Unsur utama yang dijadikan landasan pokok dalam
Keserasian antara kedua orang tua harus terbina, karena kedua orang tua merupakan
Rakhmat & Gandaatmaja, Keluarga Muslim dalam Masyarakat Modern, 23
37
Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1996), 7.
38
26
unsur yang saling melengkapi dan saling mengisi dalam membentuk keserasian dan
sifat-sifat, bakat-bakat orang tua dan lingkungan dimana ia berada dan berkembang.
Sikap, pandangan dan pendapat orang tua/anggota keluarga lainnya dijadikan model
oleh si anak dan ini kemudian menjadi sebagian dari tingkah laku anak itu sendiri.40
tidak langsung. Maka jika kita menginginkan agar generasi yang akan datang
mempunyai jiwa yang sehat, beragama dan selalu menjalankan agama dalam
Calon Ibu dan Bapak hendaklah kuat beragama, hidup tenang dan bahagia
serta penuh kasih sayang. Keadaan keluarga yang baik dan bahagialah yang dapat
menjadi tempat yang baik untuk pembinaan anak yang lahir dan dibesarkan dalam
keluarga itu.
Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, 67
39
DY Gunarso & D. Gunarso, Psikologi untuk Keluarga, 5
40
27
C. Moral Anak
1. Pengertian Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa Latin Mores. Mores berasal dari kata mos
ajaran kesusilaan. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia dari WJS Poerwadarminto
terdapat keterangan bahwa moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan dan
dankebiasaan yang berlaku pada suatu kelompok tertentu. Dengan pengertian ini,
maka moral itu bersifat relatif, tidak mutlak. Sebab sesuatu yang baik bagi suatu
dimaksud dengan moral ialah sesuai dengna ide-ide yang umum diterima tentang
tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Jadi sesuai dengan ukuran-ukuran
tindakan yang diterima oleh umum yang meliputi kesatuan sosial/lingkungan tertentu.
Dengan demikian jelaslah persamaan antara etika dan moral. Namun ada pula
perbedaannya yaitu etika lebih banyak bersifat teori, sedangkan moral lebih banyak
bersifat praktis.
Moral dalam agama Islam lebih dikenal dengan istilah akhlak yang berasal
dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut lughat diartikan budi pekerti,
Burhanuddin Salam, Etika Individual Pola dasar Filsafat Moral, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), 2
41
28
bukan karena adanya tekanan-tekanan yang datang dari luar seperti paksaan
Anak yang baru dilahirkan lebih mirip binatang dan malahan mereka mengatakan
anak seekor kera lebih bersifat kemanusiaan daripada bayi manusia itu sendiri. Selain
itu ada pula yang berpendapat sebaliknya bahwa anak dilahirkan telah membawa
fitrah keagamaan dan baru berfungsi di kemudian hari melalui bimbingan dan latihan
Pendidikan agama harus dimulai dari rumah tangga, sejak anak masih kecil.
Pendidikan agama tidak hanya berarti memberi pelajaran agama kepada anak-anak
yang belum mengerti dan dapat menangkap pengertian-pengertian yang abstrak. Akan
tetapi yang paling pokok adalah penanaman jiwa percaya kepada Tuhan,
42
Moh. Amin, Peranan Pendidikan Agama Islam dalalm Pembinaan Moral Remaja, (Pasuruan: PT.
Garoeda Buana Indah, 1992), 34.
43
Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), 41
29
oleh ajaran agama. Menurut pendapat para ahli ilmu jiwa, bahwa yang
dilaluinya sejak kecil. Bahkan mulai dari dalam kandungan ibunya sudah ada
umumnya. Kalau kita menginginkan supaya kelakuan si anak selau baik, perlunya
kita membentuk dan menumbuhkan kepribadian anak itu ke arah yang sehat dan kuat,
tinggi, serta kebiasaan-kebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahirnya.
kepribadiannya. Kebiasaan orang tua yang baik akan menyebabkan anak menirunya
dengan senang hati, karena ia merasa lega terhadap perlakuan orang tuanya.
baik, kepercayaan kepada Tuhan, sifat-sifat dan kelakuan-kelakuan yang baik, maka
dengan sendirinya nilai-nilai dan kaidah-kaidah moral agama itulah yang akan
Kita tidak bisa mengatakan seorang anak yang baru lahir itu bermoral/tidak
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: PT. Gita Karya, 1975), 128.
44
30
yang dilalui oleh anak sejak lahir. Pertumbuhannya baru dapat dikatakan mencapai
kematangan pada usia remaja, ketika kecerdasannya sudah tumbuh. Moralitas itu
pembiasaan dan contoh-contoh yang diperoleh sejak kecil. Kebiasaan itu tertanam
karena nilai-nilai moral yang datang dari agama tetap, tidak berubah-ubah karena
waktu dan tempat. Jika kita mengambil nilai-nilai moral yang ditentukan oleh agama,
maka tidak akan ada perbedaan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain. Misalnya
dalam agama Islam berzina dan mendekati zina itu terlarang, apakah di Indonesia, di
Arab/di Amerika, namun perbuatan tersebut tetap tercela dan dilarang keras
moral seseorang. Tapi harus diingat bahwa pengertian tentang agama tidak otomatis
sama dengan bermoral. Betapa banyak orang yang mengerti agama, akan tetapi
moralnya merosot. Dan tidak sedikit pula orang yang tidak mengerti agama sama
Selain itu, keimanan sangat diperlukan oleh anak-anak kita untuk menjadi
landasan bagi akhlak mulia. Keimanan diperlukan agar akhlak anak tidak merosot.
Jadi pendidikan agama di dalam keluarga sangatlah perlu, untuk menjadikan generasi
muda yang beriman dan bertaqwa. Keimanan dan ketaqwaan itulah yang akan
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), 8485
45
31
menjadi landasan hidup mereka, menunjukkan tujuan hidup mereka, serta menjadi
filter dalam menilai mana yang baik dan mana yang buruk.46
lembaga yang berpengaruh yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga dan
merupakan lembaga formal. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama yang
dikenal oleh anak, kemudian diteruskan kepada pendidikan formal (sekolah). Ketiga
pertumbuhan anak.47
yaitu dengan jalan membiasakannya pada tingkah laku dan akhlak yang diajarkan
oleh agama. Dalam menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik seperti kejujuran, adil
dan sebagainya, orang tua harus memberikan contoh, karena anak pada usia ini belum
mengerti tapi mereka baru dapat meniru. Apabila si anak telah terbiasa menerima
perlakuan adil dan dibiasakan pula berbuat adil, maka akan tertanamlah rasa keadilan
itu kepada jiwanya dan menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya. Demikian pula
dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang lain, sedikit demi sedikit
harus masuk dalam pembinaan mental si anak. Karena sangat pentingnya pendidikan
Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, 8.
46
Samsul Nizar, Pengantar Dasardasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
47
2001), 125131
32
agama bagi pembinaan mental dan akhlak anak-anak, maka pendidikan agama harus
Pendidikan moral yang paling baik sebenarnya terdapat dalam agama, karena
nilai-nilai moral yang dapat dipenuhi dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan
dari luar, datangnya dari keyakinan beragama. Keyakinan itu harus ditanamkan sejak
kecil, sehingga menjadi bagian dari kepribadian si anak. Karena itu pendidikan moral
tidak lepas dari pendidikan agama. Penanaman jiwa agama itu harus dilaksanakan
sejak si anak lahir. Dalam agama Islam misalnya, setiap bayi lahir segera diadzankan.
suci dari Tuhan. Pendidikan yang diterima oleh si anak dari orang tuanya, baik dalam
pergaulan hidup maupun dalam cara mereka berbicara, bertindak, dan sebagainya
dapat menjadi teladan/pedoman yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Tentunya orang
tua harus menjalankan agama dalam hidupnya, sehingga pendidikan agama dapat
pendidikan moral serta tingkah laku anak-anaknya, karena pendidikan yang diterima
anak dari orang tuanyalah yang akan menjadi dasar pembinaan moral selanjutnya.49
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak, juga dimulai dari dalam keluarga,
anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya adalah yang
itu ajaran agama yang bersifat abstrak tidak menarik baginya. Anak-anak suka
Daradjat, Kesehatan Mental, 135136
48
Daradjat, Peranan Agama dalan Kesehatan Mental, 71.
49
33
melakukan sholat, meniru orang tuanya walaupun ia tidak mengerti apa yang
kepribadian seseorang maka tingkah laku orang tersebut akan banyak diarahkan dan
Para pendidik terutama ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab sangat besar
dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral. Dalam bidang
moral ini, tanggung jawab mereka sangat komplek, berhubungan dengan segala hal
mengangkat mereka dari seluruh kehinaan dan pergaulannya yang lebih baik dengan
orang lain. Mereka bertanggung jawab untuk mendidik anak sejak kecil untuk berkata
suka berbicara yang benar terhadap anak-anak sebagai salah satu pekerti luhur, agar
Jadi berdasarkan uraian di atas jelas nampak begitu besar bahwa peranan
orang tua (keluarga) terhadap anaknya. Sehingga keluarga/orang tua harus benar-
benar mampu memberikan pelajaran yang baik kepada anaknya, dalam hal ini
Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, 71
50
Kaelany, Islam dan Apskaspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 249
51
34
Dan orang tua merupakan tokoh idola bagi si anak, sehingga apapun yang
diperbuat oleh orang tua akan diikuti oleh anaknya. Maka orang tua harus
memberikan contoh yang baik bagi si anak dan membiasakan anak pada perbuatan
yang baik pula. Karena keluarga merupakan tonggak awal keberhasilan proses
METODE PENELITIAN
A. Pola Penelitian
penelitian yang akan dilakukan pada obyek tertentu secara jelas dan sistematis. Selain
itu peneliti juga melaporkan kepada obyek/subyek yang diteliti sesuai dengan apa
ada pada masa sekarang, terutama yang berkaitan dengan pengaruh pendidikan agama
1. Populasi
Menurut Sutrisno Hadi Populasi adalah seluruh penduduk atau individu yang
adalah keseluruhan subyek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen
52
Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), 76.
53
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2003), 14
54
Sutrisno Hadi, Statistik, (Yogyakarta: Andi, 2000), 220.
35
yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian
populasi.55
yang akan diteliti oleh peneliti. Adapun populasi dalam penelitian yang dimaksud di
sini adalah murid SDN V Pule yaitu kelas IV sampai dengan kelas VI.
2. Sampling
mengambil sampel.56
karena penulis anggap bahwa sampel dapat mewakili dalam memperoleh kekuatan
data yang diperlukan hingga tidak menyulitkan penelitian. Jadi untuk menentukan
sampel dari penelitian ini dipakai teknik random sampling yaitu: “Pengambilan
3. Sampel
Menurut Sutrisno Hadi sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah
55
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltiian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
108.
56
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), 75.
57
Sutrisno Hadi, Statistik 21
36
37
mewakili populasi secara keseluruhan. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka
sampelnya adalah sebagian dari murid SDN V Pule yaitu kelas IV sampai dengan
kelas VI dan masing-masing kelas diambil 10 siswa, sehingga jumlah seluruh sampel
ada 30 siswa.
C. Variabel Penelitian
digunakan untuk mengumpulkan data-data yang erat kaitannya dengan masalah yang
58
Suharsimi Arikunto, Prosedur Peneltiian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002),
108.
59
Ibid hal 96.
38
a. Metode observasi
obyek penelitian, dalam hal ini yang diamati adalah lokasi atau letak penelitian.
Dari sana dapat diketahui beberapa data yang dibutuhkan dalam kegiatan
penelitian ini.
b. Metode angket
60
Ibid, hal. 36
61
Suharsimi, Arikunto, Op. Cit. hal. 104
39
c. Metode Interview
Metode ini disebut juga dengan wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode wawancara yang bersifat tidak
langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan siswa kelas IV, V, dan VI
d. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
Peneliti menggunakan metode ini adalah untuk memperoleh data tentang siswa
kelas IV, V, dan VI Sekolah Dasar Negeri 5 Pule Kecamatan Pule Kabupaten
Trenggalek.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik,
dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah.64
Berdasarkan prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, maka
instrumen penelitiannya berupa: interview (wawancara), pedoman dokumentasi, dan
pedoman kuisioner/angket.
62
Suharsimi Arikunto, Op.Cit. 144
63
Suharsimi Arikunto, Op.Cit. 198
64
Ibid, hlm. 160
40
lingkungan keluarga dan angket tentang akhlak anak. Alat ukur yang digunakan
anak dan orang tua dengan masingmasing angket berisi 15 item pernyataan.
Adapun standar penilaian angket adalah sebagai berikut:
- Baik : apabila dalam angekt memilih alternatif jawaban a
- Sedang : apabila dalam angket memilih alternatif jawaban b
- Kurang : apabila dalam angket memilih alternatif jawaban c
Sedangkan klasifikasi penilaian dapat dikelompokkan menjadi:
- Baik : angka 3
- Sedang : angka 2
- Kurang : angka 1
Setelah data diperoleh dari lokasi penelitian dan sudah terkumpul, maka
proses pengorganisasian dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan
41
uraian dasar. Data yang diperoleh dari hasil angket dan interview dituangkan dalam
bentuk statistik, namun menggunakan teknik statistik deskriptif dan analisis regresi
sederhana.
Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan dalam menganalisis data
yang telah diperoleh adalah sebagai berikut:65
1. Statistik Deskriptif
pengumpulan data, penyusunan data, pengolahan data, dan penyajian data dalam
bentuk tabel, grafik, atupun diagram agar memberikan gambaran yang teratur,
ringkas, dan jelas mengenai suatu keadaan atau peristiwa.66 Maka sesuai dengan
frekuensi.
dipersentasikan.
Ibid, hlm. 290295
65
Subana, Statistik Pendidikan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hlm. 12
66
42
F
Persentasi : P = 100%
N
Keterangan:
P : angka persentase
F : frekwensi
N : jumlah frekwensi
dan menyajikan data yang bersifat kuantitatif secara teratur, ringkas dan jelas dengan
terhadap akhlak anak di SDN V Pule Trenggalek dalam penelitian ini penulis
X2
fo fh 2
fh
Keterangan :
X2 : Chi kuadrat.
fo : frekuensi yang diperoleh
fh : frekuensi yang diharapkan67
Sutrisno Hadi, Statistik, (Yogyakarta: Andi Offset, 2000), h. 317
67
BAB IV
Desa Pule adalah salah satu desa yang ada di wilayah Kecamatan Pule dan
terletak di tengah kota kecamatan. Desa tersebut merupakan ibukota kecamatan Pule.
Desa Pule terdiri dari 5 dusun yaitu Dusun Krajan, Dusun Gugur, Dusun Depok,
Dusun Bangunsari dan Dusun Tirisan. Sebelah utara desa Pule berbatasan dengan
Desa Jombok, sebelah timur berbatasan dengan desa wilayah Kecamatan Suruh,
sebelah selatan berbatasan dengan desa Pakel dan sebelah barat berbatasan dengan
Desa Puyung.
43
44
penduduk adalah petani sawah, ladang, gogo, dan sebagian lainnya adalah pedagang
dan pegawan negeri. Dalam bidang keagamaan, di setiap RW dan RT ada tempat
ibadah yaitu masjid/musholla. Adapun kegiatan keagamaan yang lain selain sholat
berjama’ah, juga Jama’ah Yasin baik bapak ataupun ibu dan juga remaja putra/puti.
Selain itu di beberapa dusun didirikan Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) untuk
Asal usul SD Negeri V Pule adalah dari sekolah dasar impres 3/1997 yang
berdiri tanggal 1 Januari 1977 yang dulu dengan nama SD Sengunglung Jaya yang
terdiri dari 1 kelas. Setelah 7 tahun kemudian SD Sengunglung Jaya diganti menjadi
SD Negeri Pule V yang kemudian mempunyai 6 kelas yaitu kelas I sampai dengan
dimungkinkan masih belum sesuai, maka nama lembaga sekolah diubah lagi. Untuk
Sekolah Dasar yang dulunya SD Negeri Pule V diganti atau diubah menjadi SD
Sekolah Dasar (SR) yang berdiri di bawah naungan Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, semua siswanya masuk pagi dan sudah menempati gedung milik
sendiri.
Keadaan lokasi (gedung) pada waktu penelitian ini baik, jumlah ruang kelas
sebanyak 6 ruang, kemudian ada ruang lain lagi yaitu 1 ruang untuk guru, dan
peralatan sekolah).
sekolah ditata dengan rapi. Secara transparan antara Kepala Sekolah, guru dan komite
sekolah. Ada satu garis koordinasi yang baik dan berkesinambungan artinya antara
TABEL 1
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH
Muridmurid
Karena di sekolah tersebut tidak dilakukan sistem vak, maka kegiatan proses
belajar mengajar berdaasrkan sistem guru kelas, kecuali guru bidang studi tertentu
yaitu guru agama, guru olahraga, guru muatan lokal atau mulok. Adapun
selengkapnya pembagian tugas guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai
berikut:
47
TABEL II
Pangkat/ Jabatan di
No Nama/NIP Pendidikan
Golongan Sekolah
1. Suwarto, S.Pd Pembina IV/a Guru Mulok S1 STKIP
195907071981121003
2. Sri Umi Asiyah, S.Pd Pembina IV/a Guru kelas I S1 UKM
195502181978032002
3. Sri Redjeki, S.Pd Pembina IV/a Guru kelas III S1 UT
195908281980102005
4. Sutarno, S.Pd Pembina IV/a Guru kelas VI S1 UKM
195607061980102002
5. Sunyoto, A.Ma Pembina IV/a Guru Agama D2 STIT
195112311979121011 kelas I – VI
6. Supinah, S.Pd Pembina IV/a Guru kelas II S1 STKIP
196005061982012010
7. Jarmiati, S.Pd Penata Tk. I III/c Guru kelas IV S1 UT
196408061990052001
8. Sujiono Penata Muda III/a Guru kelas V S1 IKIP PGRI
197506031999111002
9. Mariyani Pembina IV/a Guru olahraga
196408061990052001 kelas I – VI
48
TABEL III
PEMBAGIAN TUGAS GURU DALAM MEMBIMBING KEGIATAN
EKSTRAKURIKULER SD NEGERI V PULE TAHUN PELAJARAN 2010/2011
No Nama Penugasan dalam Sasaran bimbingan
membimbing
1 Sri Redjeki Kepramukaan Siswa
2 Mariani UKS Siswa
3 Jarmiati Kesenian Siswa
4 Sujiono Komputer Siswa
5. Keadaan Guru
TABEL IV
KEADAAN GURU
No Nama/NIP Jabatan
1. Suwarto, S.Pd Kepala Sekolah
2. Sri Umi Asiyah, S.Pd Guru Kelas
3. Sri Redjeki, S.Pd Guru Kelas
4. Sutarno, S.Pd Guru Kelas
5. Sunyoto, A.Ma Guru Agama
6. Supinah, S.Pd Guru Kelas
7. Jarmiati, S.Pd Guru Kelas
8. Sujiono Guru Kelas
9. Mariyani Guru Olahraga
10. Muryanto Penjaga Sekolah
49
6. Keadaan Siswa
TABEL V
KEADAAN SISWA SDN V PULE TRENGGALEK
TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Jenis Kelamin
No Kelas Jumlah
L P
1 I 10 10 20
2 II 10 7 17
3 III 6 6 12
4 IV 3 8 11
5 V 7 4 11
6 VI 5 5 10
JUMLAH 41 40 81
1) Lapangan olahraga, meliputi: tenes meja, lompat jauh, lompat tinggi, dan
volly ball
4) Ruang perpustakaan
50
mengadakan studi di lapangan dengan menyebarkan angket. Secara kasar hasil angket
TABEL VI
TENTANG JAWABAN ANGKET DARI SISWA
No Nilai Perolehan
Sby. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Skor Kategori
1 3 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 40 Baik
2 2 3 2 1 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 36 Baik
3 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 39 Baik
4 3 1 3 3 1 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 38 Baik
5 3 1 2 3 1 2 3 1 3 2 3 3 2 1 3 33 Sedang
6 3 1 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 40 Baik
7 3 1 2 3 1 1 3 1 2 2 3 3 2 2 3 32 Sedang
8 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 3 32 Sedang
9 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 41 Baik
10 3 1 3 3 1 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 37 Baik
11 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 40 Baik
12 3 1 3 3 1 1 3 2 3 2 2 3 2 3 3 35 Sedang
13 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 1 2 39 Baik
14 3 1 3 3 1 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 39 Baik
15 3 1 3 1 1 1 2 3 1 2 3 3 2 3 2 31 Sedang
16 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 39 Baik
17 3 1 2 3 1 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 37 Baik
18 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 39 Baik
19 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 39 Baik
20 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 41 Baik
21 3 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 3 3 38 Baik
22 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 37 Baik
23 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 40 Baik
24 3 1 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 38 Baik
25 3 1 1 1 1 2 3 1 1 2 3 3 2 3 3 30 Sedang
26 3 1 3 3 1 1 3 2 1 3 2 3 2 3 3 34 Sedang
27 3 1 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 38 Baik
28 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2 3 29 Sedang
29 3 1 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 3 40 Baik
51
No Nilai Perolehan
Sby. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Skor Kategori
30 3 1 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 37 Baik
TABEL VII
TENTANG HASIL ANGKET ORANG TUA SISWA
No Nilai Perolehan
Sby. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Skor Kategori
1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 43 Baik
2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 38 Baik
3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 44 Baik
4 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 42 Baik
5 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 26 Sedang
6 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 37 Baik
7 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 38 Baik
8 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 39 Baik
9 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 41 Baik
10 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 39 Baik
11 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 1 2 3 39 Baik
12 3 3 3 3 1 3 2 3 1 3 3 2 3 2 1 36 Baik
13 3 3 3 3 1 3 2 3 2 2 3 2 3 3 3 39 Baik
14 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 41 Baik
15 3 1 1 1 2 2 3 1 1 2 1 3 2 1 3 27 Sedang
16 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 42 Baik
17 1 1 3 3 1 3 1 3 3 3 3 3 1 3 2 34 Sedang
18 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 2 1 2 3 37 Baik
19 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 3 35 Sedang
20 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 3 2 1 2 3 38 Baik
21 3 1 3 3 2 2 2 2 2 3 3 2 1 3 1 33 Sedang
22 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 1 2 4 39 Baik
23 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 1 3 2 37 Baik
24 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 36 Baik
25 3 1 3 3 2 3 1 1 2 3 3 2 3 3 2 35 Sedang
26 3 3 2 2 1 2 2 2 2 3 3 2 1 2 3 33 Sedang
27 3 3 3 3 2 2 3 1 2 2 3 2 1 3 3 36 Baik
28 3 2 1 1 1 2 1 3 2 3 3 2 1 3 3 31 Sedang
29 3 3 3 3 1 3 2 1 3 2 3 2 3 3 4 39 Baik
30 3 3 3 3 2 2 1 2 2 1 2 2 1 3 3 33 Sedang
52
Data hasil penelitian tersebut di atas masih merupakan data yang masih kasar
dan sulit untuk dipahami. Agar mudah dipahami data tersebut masih harus diadakan
tertentu. Hal ini diperlukan untuk mengetahui mengetahui bagaimana deskripsi dari
masing-masing data penelitian yang akan digunakan untuk analisis data selanjutnya.
Deskripsi dari masing-masing data penelitian tersebut akan disajikan sebagai berikut:
berikut:
TABEL VIII
DI LINGKUNGAN KELUARGA
sedang sebanyak 9 orang responden atau 30%, dan tidak ada yang menyatakan bahwa
2. Moral anak
tentang moral anak. Deskripsi moral anak tersebut dijabarkan dalam tabel sebagai
berikut:
TABEL IX
Responden yang menyatakan bahwa moral anak sedang sebanyak 8 orang responden
atau 36,7%, dan tidak ada yang menyatakan bahwa moral anak kurang. Dari hasil
D. Analisis Data
Berdasarkan deskripsi data yang telah disajikan di atas, maka kemudian data
lingkungan keluarga terhadap akhlak anak. Analisis data yang digunakan dalam
TABEL X
TABEL XI
TABEL XII
HITUNGAN x2 TENTANG PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA DI
LINGKUNGAN KELUARGA TERHADAP AKHLAK ANAK
No Fo Fh Fo-Fh (Fo-Fh)2 Fo - Fh 2
Fh
1 18 15,4 2,6 6,76 0,44
2 4 6,6 -2,6 6,76 1,02
3 - - - - -
4 3 5,6 -2,6 6,76 1,21
5 5 2,4 2,6 6,76 2,82
6 - - - - -
7 - - - - -
8 - - - - -
9 - - - - -
X2 = 5,49
Dari tabel di atas diperoleh data harga X 2 = 5,49. Setelah kita ketahui harga
X2
C=
X2 N
5,49
=
5,49 30
5,49
=
35,49
= 0,155
= 0,393
Interpretasi:
56
Trenggalek”
c
=
1 c2
0,393
=
1 0,393 2
0,393
= 1 0,155
0,393
= 0,845
0,393
= 0,919
= 0,427
Selanjutnya harga Phi yang sudah kita peroleh itu kita konsultasikan para tabel
nilai “r” product moment dengan mencari terlebih dahulu df atau dbnya, yaitu df = N
Setelah kita bandingkan ternyata harga phi yang berasal dari KK c itu ternyata
lebih besar dari pada nilai “r” product moment, sehingga dapat disimpulkan bahwa
Ha diterima, yang berarti bahwa ada pengaruh yang positif dan signifikan pendidikan
E. Pembahasan
lembaga yang berpengaruh yaitu: keluarga, sekolah dan masyarakat. Keluarga dan
merupakan lembaga formal. Keluarga sebagai lembaga pertama dan utama yang
dikenal oleh anak, kemudian diteruskan kepada pendidikan formal (sekolah). Ketiga
pertumbuhan anak.68
yaitu dengan jalan membiasakannya pada tingkah laku dan akhlak yang diajarkan
oleh agama. Dalam menumbuhkan kebiasaan berakhlak baik seperti kejujuran, adil
dan sebagainya, orang tua harus memberikan contoh, karena anak pada usia ini belum
mengerti tapi mereka baru dapat meniru. Apabila si anak telah terbiasa menerima
perlakuan adil dan dibiasakan pula berbuat adil, maka akan tertanamlah rasa keadilan
itu kepada jiwanya dan menjadi salah satu unsur dari kepribadiannya. Demikian pula
Samsul Nizar, Pengantar Dasardasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
68
2001), 125131
58
dengan nilai-nilai agama dan kaidah-kaidah sosial yang lain, sedikit demi sedikit
harus masuk dalam pembinaan mental si anak. Karena sangat pentingnya pendidikan
agama bagi pembinaan mental dan akhlak anak-anak, maka pendidikan agama harus
Dari hasil penelitian yang dilakukan peneliti di SDN V Pule diketahui terdapat
pengaruh yang positif dan siginifikan dari pendidikan agama di lingkungan keluarga
terhadap akhlak anak di SDN V Pule Trenggalek. Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendapat Daradjat yang menyatakan bahwa pendidikan moral yang paling baik
sebenarnya terdapat dalam agama, karena nilai-nilai moral yang dapat dipenuhi
dengan kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dari luar, datangnya dari keyakinan
beragama. Keyakinan itu harus ditanamkan sejak kecil, sehingga menjadi bagian dari
kepribadian si anak. Karena itu pendidikan moral tidak lepas dari pendidikan agama.
Penanaman jiwa agama itu harus dilaksanakan sejak si anak lahir. Dalam agama
Islam misalnya, setiap bayi lahir segera diadzankan. Ini berarti bahwa pengalaman
yang diterima oleh si anak dari orang tuanya, baik dalam pergaulan hidup maupun
teladan/pedoman yang akan ditiru oleh anak-anaknya. Tentunya orang tua harus
di rumah tangga. Dan orang tua harus betul-betul memperhatikan pendidikan moral
Daradjat, Kesehatan Mental, 135136
69
serta tingkah laku anak-anaknya, karena pendidikan yang diterima anak dari orang
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak, juga dimulai dari dalam keluarga,
anak yang masih kecil, kegiatan ibadah yang lebih menarik baginya adalah yang
itu ajaran agama yang bersifat abstrak tidak menarik baginya. Anak-anak suka
melakukan sholat, meniru orang tuanya walaupun ia tidak mengerti apa yang
kepribadian seseorang maka tingkah laku orang tersebut akan banyak diarahkan dan
Para pendidik terutama ayah dan ibu mempunyai tanggung jawab sangat besar
dalam mendidik anak-anak dengan kebaikan dan dasar-dasar moral. Dalam bidang
moral ini, tanggung jawab mereka sangat komplek, berhubungan dengan segala hal
mengangkat mereka dari seluruh kehinaan dan pergaulannya yang lebih baik dengan
orang lain. Mereka bertanggung jawab untuk mendidik anak sejak kecil untuk berkata
70
Daradjat, Peranan Agama dalan Kesehatan Mental, 71.
71
Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, 71
72
Kaelany, Islam dan Apskaspek Kemasyarakatan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000), 249
59
60
suka berbicara yang benar terhadap anak-anak sebagai salah satu pekerti luhur, agar
Jadi berdasarkan uraian di atas jelas nampak begitu besar bahwa peranan
orang tua (keluarga) terhadap anaknya. Sehingga keluarga/orang tua harus benar-
benar mampu memberikan pelajaran yang baik kepada anaknya, dalam hal ini
Dan orang tua merupakan tokoh idola bagi si anak, sehingga apapun yang
diperbuat oleh orang tua akan diikuti oleh anaknya. Maka orang tua harus
memberikan contoh yang baik bagi si anak dan membiasakan anak pada perbuatan
yang baik pula. Karena keluarga merupakan tonggak awal keberhasilan proses
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat penulis kemukakan beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Kesimpulan teoritis
kepada anak dalam pertumbuhan jasmani dan rohani untuk mencapai tingkat
dewasa sesuai dengan ajaran agama Islam.
b. Dasardasar pendidikan agama adalah pedoman yang menjadi alasan dalam
pelaksanaan pendidikan agama, sesuai dengan dasar pendidikan agama Islam
yang ada di Indonesia, yaitu dasar yuridis/hukum, dasar religius, dasar sosial
psikologis.
c. Tujuan Pendidikan Islam adalah sama dengan tujuan manusia diciptakan yaitu
berbudi luhur serta memahami dan mengamalkan ajaranajaran agama Islam.
61
62
sendiri.
fungsi protektif, fungsi sosialisasi anak, dan fungsi rekreatif.
f. Orang tua bertanggung jawab terhadap anak di hadapan Alloh, karena anak
merupakan amanat yang diberikan oleh Alloh kepada orang tuanya. Orang tua
hendaknya membimbing anak sejak lahir ke arah hidup sesuai dengan ajaran
agama Islam, sehingga anak terbiasa hidup sesuai dengan nilainilai akhlak
yang telah diajarkan/sesuai dengan ajaran agama Islam.
g. Peranan keluarga (orang tua) dalam pendidikan agama
Orangtua berperan sebagai pendidik dalam keluarga yaitu dengan mengasuh,
membimbing, memberi teladan dan memberi pelajaran yang baik. Orangtua
adalah orang yang menjadi panutan bagi anaknya, maka orangtua harus
baik akan terbawa sampai ia dewasa nanti.
63
h. Moral adalah sesuai dengan ideide yang umum diterima tentang tindakan
manusia,mana yang baik dan wajar.
menginginkan anak kita menjadi anak yang baik, maka kita perlu memberikan
kebiasaankebiasaan yang sesuai dengan ajaran agama sejak lahirnya. Dengan
pendidikan agama yang diperolehnya tersebut, maka anak dapat membedakan
mana yang baik dan mana yang buruk.
baik kepada anaknya termasuk moral dan ajaran agama. Keluarga merupakan
maupun non formal.
2. Kesimpulan Empiris
Dari hasil interpretasi, dapat diambil kesimpulan bahwa
a. Pendidikan agama di lingkungan keluarga siswa di SDN V Pule Trenggalek
adalah baik. Hal ini didapat dari hasil observasi terhadap lingkungan.
64
b. Akhlak anak di SDN V Pule Trenggalek secara umum adalah baik, karena
memiliki sikap yang sopan dan santun.
terhadap akhlak anak di SDN V Pule Trenggalek.
B. Saransaran
juz’amma, AlQur’an, tempat sholat dan wudlu yang cukup memadai, dan
sebagainya.
2. Bagi para guru agama hendaknya meningkatkan kegaitankegiatan keagamaan
selalu ditandai dengan kegiatankegiatan yang bernafaskan islami, sehingga
dengan cara ini diharapkan bisa menambah peningkatan kemampuan siswa
dalam pelaksanaan ibadah seharihari. Hal ini bisa dilakukan dengan diadakan
65
lomba membaca AlQur’an dan sebagainya.
3. Kepada orangtua yang telah menjalankan kegiatan keagamaan secara baik,
sementara ini kegiatannya dalam bidang agam amasih kurang, agar supaya
orangtua adalah suri tauladan bagi anaknya nantinya akan berpengaruh kepada
anaknya.
4. Kepada para siswa harus selalu meningkatkan aktifitas keagamaan maupun
pengetahuannya di bidang agama, karena agama adalah salah satu benteng
yang dapat mencegah seseorang untuk berbuat hal yang tidak baik (negatif)
yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Kepada anakanak haruslah
lembaga sekolah atau oleh kelompok masyarakat yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
A.M Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grafindo
Persada, 2001.
Nasution Amir Hamzah, Jiwa dan Alam Kanak-kanak, Jakarta, Gunung Agung, 1954.
Siahaan Henry, Peranan Ibu Bapak Mendidik Anak, Bandung, Angkasa, 1991.
Simanjuntak B dan Pasaribu, Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru, 1989.
PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK
DINAS PENDIDIKAN
SEKOLAH DASAR NEGERI V PULE
Jln. Raya Bangunsari Pule Trenggalek
KECAMATAN PULE 66362
SURAT KETERANGAN
423.6/088/406.055.580/2011
SUWARTO, S.Pd
NIP. 195907071981121003