PENDAHULUAN
Kognisi manusia tidak selalu bersifat rasional karena melibatkan banyak bias dalam
persepsi dan dalam ingatan manusia. Sebaliknya, emosi juga tidak selalu bersifat rasional,
emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan memotivasi
orang dalam mencapai suatu sasaran. Tanpa kemampuan merasakan emosi, manusia akan
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam merencanakan masa depannya.
Selama proses negosiasi, sangat penting untuk menjaga persepsi diantara pihak yang terlibat.
Sehingga penyampaian gagasan masing-masing pihak seharusnya harus dapat diterima
dengan jelas oleh pihak lawan. Sehingga tidak menimbulkan mispersepsi yang berakibat
terhadap kepentingan/ keputusan yang diperoleh tidak dapat sesuai dengan keinginan awal.
Kognisi adalah aspek yang harus diperhatikan dan dipahami antar negosiator yang mencakup
latar belakang serta minat, target mauun perspektif. Sehingga tercipta persepsi yang benar
dan bukan mispersepsi yang tidak diharapkan terjadi. Emosi adalah aspek psikologis
negosiator yang harus dijaga tetap dalam sisi yang positif, sehingga menciptakan konsekuensi
terjadinya negosiasi yang lebih integratif dan kesepahaman atas sikap positif satu sama lain.
Yang diharapkan dari keduanya, bahwa dengan adanya emosi yang positif sehingga
menciptakan suasana yang nyaman dan kondusif serta dukungan kognisi yang mencakup
berbagai aspek yaitu minat, target mauun perspektif dengan saling memahami antar pihak
negosiator, maka akan menciptakan proses dan hasil negosiasi yang optimal antara kedua
belah pihak.
Maksud serta tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a) Memberikan pemahaman mengenai definisi kognisi
b) Memberikan pemahaman mengenai definisi persepsi
d) Memberikan pemahaman mengenai definisi kognisi
c) Memberikan pemahaman mengenai hubungan kognisi emosi dan persepsi dan negosiasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Emosi
Pengertian Emosi
Dari Wikipedia Bahasa Indonesia Emosi adalah istilah yang digunakan untuk
keadaan mental dan fisiologis yang berhubungan dengan beragam perasaan, pikiran,
dan perilaku Dari Ensiklopedi bebas Emosi adalah pengalaman yang bersifat
subjektif, atau dialami berdasarkan sudut pandang individu. Emosi berhubungan
dengan konsep psikologi lain seperti suasana hati, temperamen, kepribadian, dan
disposisi. Menurut Syamsudin emosi adalah sebagai suatu suasana yang kompleks (a
complex feeling state) dan getaran jiwa ( a strid up state ) yang menyertai atau
munculnya sebelum dan sesudah terjadinya perilaku. Menurut James & Lange ,
bahwa emosi itu timbul karena pengaruh perubahan jasmaniah atau kegiatan individu.
Misalnya menangis itu karena sedih, tertawa itu karena gembira. Menurut Lindsley
bahwa emosi disebabkan oleh pekerjaan yang terlampau keras dari susunan syaraf
terutama otak, misalnya apabila individu mengalami frustasi, susunan syaraf bekerja
sangat keras yang menimbulkan sekresi kelenjar-kelenjar tertentu yang dapat
mempertinggi pekerjaan otak, maka hal itu menimbulkan emosi.
Teori yang dikemukakan oleh William James dan Carl Lange kira-kira
seabad yang lalu, yang dikenal dengan Teori James Lange, mengemukakan proses-
proses terjadinya emosi dihubungkan dengan faktor fisik dengan urutan sebagai
berikut:
Emosi yang sangat mendalam (misalnya sangat marah atau sangat takut)
Menyebabkan aktivitas badan yang sangat tinggi, sehingga seluruh
tubuh diaktifkan, dan dalam keadaan seperti ini sukar untuk menentukan
apakah seseorang sedang takut atau sedang marah.
Satu orang dapat menghayati satu macam emosi dengan berbagai cara.
Misalnya, kalau marah ia mungkin gemetar di tempat, tetapi lain kali
mungkin ia memaki-maki, dan lain kali lagi ia mungkin lari.
Nama yang umumnya diberikan kepada berbagai jenis emosi biasanya
didasarkan pada sifat rangsangnya bukan pada keadaan emosinya
sendiri. Jadi, "takut" adalah emosi yang timbul terhadap suatu
bahaya,"marah" adalah emosi yang timbul terhadap sesuatu yang
menjengkelkan.
Pengenalan emosi secara subyektif dan introspektif, juga sukar
dilakukan karena selalu saja akan ada pengaruh dari lingkungan.
a) Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atas hasil
yang telah dicapai.
b) Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan
dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa
(frustasi).
c) Menghambat atau mengganggu konsentrsi belajar, apabila sedang
mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (
nervous ) dan gagap dalam berbicara.
d) Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dan iri hati
e) Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya
akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap orang lain.
B.PERSEPSI
C. KOGNISI
Pengertian Kognisi
Kognisi adalah istilah umum yang mencakup seluruh proses mental yang mengubah
masukan-masukan dari indera menjadi pengetahuan (Matsumoto, 2008). Menurut Tri
Dayakisni (2008) salah satu proses dasar kognisi ialah pemberian kategori pada setiap benda
atau obyek atas dasar persamaan dan perbedaan karakternya. Selain kedua hal di atas,
pemberian kategori juga biasanya didasarkan pada fungsi dari masing-masing objek tersebut.
Proses-proses mental dari kognisi mencakup persepsi, pemikiran rasional, dan
seterusnya. Ada beberapa aspek kognisi, yaitu kategorisasi (pengelompokkan), memori
(ingatan) dan pemecahan masalah (problem solving).
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses
berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh
pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis,
memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan
kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari
kognisi beragam, diantaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta
kecerdasan buatan.
Kepercayaan/pengetahuan seseorang tentang sesuatu dipercaya dapat mempengaruhi
sikap mereka dan pada akhirnya mempengaruhi perilaku/tindakan mereka terhadap sesuatu.
Merubah pengetahuan seseorang akan sesuatu dipercaya dapat merubah perilaku mereka.
Istilah kognisi berasal dari bahasa latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat
pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk
memperoleh pengetahuan. Istilah ini digunakan oleh filsuf untuk mencari pemahaman
terhadap cara manusia berpikir. Karya Plato dan Aristoteles telah memuat topik tentang
kognisi karena salah satu tujuan tujuan filsafat adalah memahami segala gejala alam melalui
pemahaman dari manusia itu sendiri. Kognisi dipahami sebagai proses mental karena kognisi
mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi
tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat
diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan
untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk
diimitasi.
4.1. Kesimpulan
Emosi dalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu
tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Jenis emosi
yang secara normal dialami antara lain: cinta, gembira, marah, takut, cemas, sedih dan
sebagainya. terjadinya emosi dihubungkan dengan faktor fisik dengan urutan sebagai berikut:
Mempersepsikan situasi di lingkungan yang mungkin menimbulkan emosi. Memberikan
reaksi terhadap situasi dengan pola-pola khusus melalui aktivitas fisik. Mempersepsikan pola
aktivitas fisik yang mengakibatkan munculnya emosi secara khusus.
Persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau
hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Proses kognisi dimulai
dari persepsi.
Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses
berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Proses yang dilakukan adalah memperoleh
pengetahuan dan memanipulasi pengetahuan melalui aktivitas mengingat, menganalisis,
memahami, menilai, menalar, membayangkan dan berbahasa. Kapasitas atau kemampuan
kognisi biasa diartikan sebagai kecerdasan atau inteligensi. Bidang ilmu yang mempelajari
kognisi beragam, diantaranya adalah psikologi, filsafat, komunikasi, neurosains, serta
kecerdasan buatan.
.