Anda di halaman 1dari 19

ANALISA GEOMETRI NON-LINIER PELAT LANTAI DENGAN

MENGGUNAKAN SAP2000 DAN PERCOBAAN PEMBEBANAN

Andri Handoko

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Bina Nusantara, Jl. K.H.
Syahdan No. 9 Kemanggisan, Jakarta Barat – 11480, Fax. 5300244
albah_andrie@yahoo.com
Andri Handoko, Jonathan Togi H. Sidabutar,

ABSTRAK
Perencanaan keseimbangan struktur pelat lantai pada umumnya hanya
dilakukan pada konfigurasi awal. Hal semacam ini dapat dilakukan dengan
mengasumsikan keseimbangan itu juga akan memenuhi keseimbangan pada
konfigurasi akhir. Analisis semacam itu, masih dapat diterima apabila perpindahan,
deformasi, dan tegangan yang terjadi relatif kecil, sedemikian sehingga anggapan
bahwa geometri struktur sebelum dan sesudah dibebani tidak berubah dan selain itu
bahwa tegangan yang timbul pada penampang batang terjadi pada daerah yang masih
bersifat elastis linier. Pada keadaan tersebut maka formulasi elastis linier masih
didapatkan hasil-hasil yang cukup teliti. Pada keadaan lain dapat juga terjadi hubungan
tegangan - regangan material linier, tetapi perilaku struktur tidak linier. Hal tersebut
disebabkan perpindahan struktur tidak lagi kecil, maka keseimbangan pada
konfigurasi akhir harus dilakukan. Sebagai akibat dari perubahan geometrik struktur,
perilaku struktur menjadi tidak linier. Perubahan geometrik struktur itu dapat terjadi
oleh kerena pembebanan yang telah menimbulkan perpindahan yang cukup besar.
Pada struktur statis tak-tentu hal tersebut bukan berarti bahwa struktur tersebut
langsung runtuh. Adanya re-distribusi tegangan dan perilaku struktur menjadi non-
linier menyebabkan struktur masih dapat memperlihatkan kemampuan untuk
menerima beban tambahan, sebelum benar-benar runtuh atau mungkin juga terjadi
struktur runtuh dengan beban yang relatif lebih kecil jika dibandingin dengan besaran
beban yang didapat dari analisa linier (misalnya terjadi tekuk sebelum beban
dikerjakan penuh). Oleh karena itu perlu dilakukan peninjauan tentang geometri non-
linier tersebut dengan cara perhitungan analisis dan percobaan pembebanan.
Perhitungan analisis menggunakan program SAP2000, kemudian hasilnya
dibandingkan dengan percobaan pembebanan yang dilakukan dilapangan.
Kata Kunci : Pelat Lantai, Lendutan, Percobaan Pembebanan, SAP2000.
Pendahuluan
Latar belakang penelitian ini adalah untuk membuktikan perilaku geometri
non-linier pelat lantai yang mana pelat lantai yang dibebani dengan merata dalam
waktu tertentu akan mengalami lendutan yang berbeda antara lendutan pada waktu
pertama dengan waktu ke sekian pasti berbeda. Pembuktian ini menggunakan metode
analisis dengan perhitungan SAP2000 dan percobaan pembebanan.
Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Analisa hanya dilakukan untuk menghitung besarnya lendutan.
 Analisa hanya dilakukan pada pelat lantai dengan material beton bertulang.
 Analisa percobaan pembebanan menggunakan material beton bertulang.
 Analisa percobaan pembebanan dilakukan pada pelat berukuran 3 x 3 meter,
dengan ketebalan 10 cm.
 Perhitungan lendutan yang digunakan adalah perhitungan analitis dengan
menggunakan program SAP2000.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
 Menghitung besar lendutan yang terjadi pada pelat lantai dengan material beton
bertulang dengan menggunakan metode analisis dan percobaan pembebanan.
 Melakukan perbandingan nilai lendutan yang dilakukan pada percobaan
pembebanan dengan perhitungan analitis (SAP2000).
 Membuktikan bahwa saat pembebanan tetap pada pelat lantai terjadi lendutan
yang terus bertambah.
Suatu pelat lantai pada umumnya dibuat dengan menggunakan beton bertulang,
kayu, multiplex dan lainnya. Sama seperti balok, pelat lantai juga mengalami deformasi /
lendutan akibat beban sendiri dan akibat pembebanan diatasnya. Besarnya lendutan ini
sangat bergantung pada perletakan pelat di tepi-tepinya. Semakin kaku perletakannya maka
besar lendutan pada pelat tersebut akan semakin kecil. Contohnya besar lendutan pelat yang
ditumpu secara sederhana akan lebih besar jika dibandingkan pelat yang tepi-tepinya dijepit.
Desain bangunan saat ini yang berpedoman pada SNI dengan mengalikan beberapa
faktor keamanan dirasakan sudah sangat kuat. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk
mengetahui berapa beban dan lendutan maksimum yang dapat diterima pelat lantai yang
terbuat dari kayu dan beton bertulang.
Perencanaan keseimbangan struktur pelat lantai pada umumnya hanya dilakukan
pada konfigurasi awal. Hal semacam ini dapat dilakukan dengan mengasumsikan
keseimbangan itu juga akan memenuhi keseimbangan pada konfigurasi akhir. Analisis
semacam itu, masih dapat diterima apabila perpindahan, deformasi, dan tegangan yang
terjadi relatif kecil, sedemikian sehingga anggapan bahwa geometri struktur sebelum dan
sesudah dibebani tidak berubah dan selain itu bahwa tegangan yang timbul pada penampang
batang terjadi pada daerah yang masih bersifat elastis linier. Pada keadaan tersebut maka
formulasi elastis linier masih didapatkan hasil-hasil yang cukup teliti.
Pada keadaan lain dapat juga terjadi hubungan tegangan - regangan material linier,
tetapi perilaku struktur tidak linier. Hal tersebut disebabkan perpindahan struktur tidak lagi
kecil, maka keseimbangan pada konfigurasi akhir harus dilakukan. Sebagai akibat dari
perubahan geometrik struktur, perilaku struktur menjadi tidak linier. Perubahan geometrik
struktur itu dapat terjadi oleh kerena pembebanan yang telah menimbulkan perpindahan
yang cukup besar. Pada struktur statis tak-tentu hal tersebut bukan berarti bahwa struktur
tersebut langsung runtuh. Adanya re-distribusi tegangan dan perilaku struktur menjadi non-
linier menyebabkan struktur masih dapat memperlihatkan kemampuan untuk menerima
beban tambahan, sebelum benar-benar runtuh atau mungkin juga terjadi struktur runtuh
dengan beban yang relatif lebih kecil jika dibandingin dengan besaran beban yang didapat
dari analisa linier (misalnya terjadi tekuk sebelum beban dikerjakan penuh). Selain itu juga
dijumpai bahwa struktur tersebut mengalami lendutan yang besar sehingga geometri secara
keseluruhan berubah sebelum mengalami keruntuhan atau dapat juga mengalami
perubahan geometri tersebut struktur tidak jadi runtuh tetapi bahkan menjadi kaku.
Fenomena tersebut mengisyaratkan bahwa untuk memperlihatkan hasil yang akurat,
analisa elastis linier tidak selalu dapat dipakai, dan diperlukan analisa struktur yang dapat
mengantisipasi kondisi non-linier pada struktur tersebut.

Metode Penelitian
Untuk pemecahan mencapai tujuan diperlukan tahapan-tahapan penelitian
yang sistematis. Adapun adalah sebagai berikut:

1. Pembuatan sampel pelat lantai 3x3 meter.


Pembuatan sampel penelitian pelat lantai dengan ukuran 3x3 meter dengan
tebal 10 mm. pelat lantai dibuat dengan metode mix design yang dibuat dengan fc’
K-275. Pembuatan sampel dilakukan di gudang milik PT. Air Tanjung Persada di
daerah Jl. Nangka Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Gambar 1.1 Dimensi dan bentuk pelat lantai.


(Sumber: modeling AutoCAD 3D)
2. Pengumpulan data dari percobaan lapangan.
Setelah beton sudah berumur 28 hari pelat lantai debabani dengan beban 350
2
kg/cm , beban berupa air dengan tinggi 35 cm. Lendutan diukur dengan menggunakan
dial indicator yang diletakkan pada diagonalnya, dial berjumlah 9 buah dengan
ketelitian 30 mm dan 10 mm. Nilai lendutan dicatat kemudian dibuat table dan dibuat
grafik perbandingannya. Selanjutnya beban dikososngkan dan di catat kembali
lendutannya.

3. Pengumpulan data dari program SAP2000.


Permodelan di dalam program SAP2000 disesuaian dengan kondisi lapangan,
kemudian dibuat permodelan sebanyak yang dilakukan pada percobaan pembebanan
dilapangan.

Hasil dan Pembahasan


Pada dasarnya pelat lantai yang dibebani terus menerus akan mengalami
perubahan bentuk / lendutan / deformasi. Jika sebuah pelat dibebani dan ketika
bebannya dihilangkan dan bentuk dari pelat lantai tadi kembali ke posisi semula
maka pelat lantai tersebut dikatakan masih dalam keadaan linier / elastis. Sedangkan
jika pelat tersebut setelah dibebani dan tidak kembali pada posisi dan bentuk semula
maka pelat lantai tersebut dikatakan masih tidak dalam keadaan linier atau biasa
disebut non-linier / pastis. Non-linier pelat lantai dibagi menjadi dua yaitu non-linier
geometri dan non-linier material. Namun yang akan dibahas dalam penelitian ini
hanya non-linier goemetri saja.
Ada beberapa cara untuk menentukan besar lendutan yang terjadi pada pelat
lantai, diantaranya adalah dengan program, dengan percobaan pembebanan, dengan
metode elemen hingga, markus dan masih banyak lagi. Dalam penelitian ini metode
yang digunakan untuk menentukan besarnya lendutan dilakukan dengan cara
percobaan pembebanan dan dengan menggunakan program komputer. Program
komputer yang digunakan adalah program SAP2000. Permodelan dilakukan dengan
beban yang sama dan dilakukan permodelan berulang sesuai yang dilakukan
dilapangan.

1. Data Umum
Adapun data umum dari kasus pelat persegi adalah :
 Lokasi studi kasus : Gudang PT. Air Tanjung Persada
 Panjang pelat (b) : 3000 mm
 Lebar pelat (a) : 3000 mm
 Tebal pelat (h) : 100 mm
 Poisson ratio (v) : 0,2
 Mutu beton : K-215 ( 215 Kg/cm2 atau 17,845 Mpa )
 Berat jenis beton : 2400 kg/m3
 Mutu besi tulangan : U-24 (fy=240 Mpa)
Gambar 1.2 Dimensi dan bentuk pelat lantai.
(Sumber: Modeling AutoCAD 3D)

2. Hasil Uji Lendutan Percobaan Pembebanan


Hasil lendutan disajikan dalam bentuk tabel-tabel dan grafik yang dapat dilihat
dibawah ini.

Tabel 1.1 Hasil Lendutan Lapangan Dial 1 sampai 9.


Dial Dial Dial Dial Dial Dial Dial
Jam Dial 1 Dial 9
Jam 2 3 4 5 6 7 8
Ke- (mm) (mm)
(mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
0 13.00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
1 14.00 1,68 1,69 1,76 1,74 5,68 5,69 5,76 5,74 13,98
2 15.00 1,72 1,74 1,88 1,85 5,72 5,74 5,88 5,85 14,07
3 16.00 1,78 1,79 1,92 1,90 5,78 5,79 5,92 5,90 14,15
4 17.00 1,80 1,82 1,94 1,92 5,8 5,79 5,94 5,92 14,18
5 18.00 1,81 1,83 1,95 1,93 5,81 5,83 5,95 5,93 14,21
6 19.00 1,82 1,84 1,96 1,94 5,82 5,84 5,96 5,94 14,25
7 20.00 1,85 1,85 1,99 1,96 5,85 5,85 5,99 5,96 14,26
8 21.00 1,86 1,88 2,03 2,00 5,86 5,88 6,03 5,99 14,30
9 22.00 1,88 1,89 2,05 2,02 5,88 5,88 6,05 6,02 14,32
10 23.00 1,89 1,91 2,07 2,05 5,89 5,91 6,07 6,05 14,35
11 0.00 1,91 1,92 2,10 2,08 5,91 5,92 6,10 6,08 14,37
12 1.00 1,92 1,93 2,14 2,12 5,92 5,93 6,14 6,12 14,40
13 2.00 1,93 1,94 2,16 2,13 5,93 5,94 6,16 6,13 14,43
14 3.00 1,94 1,95 2,19 2,16 5,94 5,95 6,19 6,16 14,46
15 4.00 1,95 1,96 2,21 2,18 5,95 5,96 6,21 6,18 14,49
16 5.00 1,96 1,97 2,23 2,21 5,96 5,97 6,23 6,21 14,51
17 6.00 1,96 1,97 2,23 2,21 5,96 5,97 6,23 6,21 14,51
18 7.00 1,97 1,98 2,26 2,24 5,97 5,98 6,26 6,24 14,55
19 8.00 1,99 1,99 2,29 2,26 5,99 5,99 6,29 6,26 14,59
20 9.00 2,02 2,03 2,31 2,28 6,02 6,03 6,31 6,28 14,63
21 10.00 2,04 2,05 2,33 2,28 6,04 6,05 6,33 6,28 14,67
22 11.00 2,09 2,1 2,35 2,32 6,09 6,10 6,35 6,32 14,71
23 12.00 2,12 2,13 2,38 2,35 6,12 6,13 6,38 6,35 14,76
24 13.00 2,14 2,15 2,41 2,39 6,14 6,15 6,41 6,39 14,81
Kosong 0,80 0,82 1,03 1,05 4,07 4,09 4,65 4,60 12,38

Setelah dibebani beban pada pelat lantai kemudian di hilangkan untuk


mengetahui apakah sifat beton yang dibebani tadi kembali ke bentuk semula apa
tidak.
Tabel 1.2 Tabel saat pencatatan beban terakhir dan beban kosong .
Jam Kosong 13.00
Dial Penurunan Penurunan
indicator (mm) (mm)
1 0,80 2,14
2 0,82 2,15
3 1,03 2,41
4 1,05 2,39
5 4,07 6,14
6 4,09 6,15
7 4,65 6,41
8 4,60 6,39
9 12,38 14,81

16
15
14
Tinggi Lendutan (mm)

13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Waktu (jam)

Kondisi Dibebani Kondisi Kosong

Gambar 1.3 Grafik perbandingan kondisi saat dibebani dengan saat dikosongkan
bebannya.
16
15
14
13
12
11
Tinggi Lendutan (mm)

(Beban = 350 kg/m2) (Beban = 0 kg/m2)


10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Waktu (Jam)
Dial 1 Dial 2 Dial 3 Dial 4 Dial 5 Dial 6 Dial 7 Dial 8 Dial 9

Gambar 1.4 Grafik lendutan berdasarkan percobaan pembebanan (empiris).

3. Lendutan Ijin Pelat


Seperti yang telah dijelaskan pada bab 2, nilai lendutan ijin diperoleh dari
“Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung SNI T-15-1991-03”
adapun rumus yang digunakan, yaitu :
𝑙𝑡2
𝛿= (0. 1)
20000ℎ
Dimana :
lt = bentang terpendek dari plat beton yang diuji = 3000 mm
h = tebal plat beton yang diuji = 100 mm
δ = Lendutan ijin
(3000²)
δ =
(20000 x 100)
δ = 4.5 mm

4. Perhitungan Nilai Modulus Elastis (E)


Pada kasus ini kuat tekan beton yang digunakan adalah beton K 220.
Selanjutnya dengan pengujian sampel juga didapat nilai modulus elastisitas, dengan
menggunakan rumus E = σ / ϵ.
𝜎
𝐸= (0. 2)
𝜖
∆𝐿
∈= (0. 3)
𝐿
𝐹
𝜎= (0. 4)
𝐴

Keduanya disubtitusikan menjadi :

𝐹. 𝐿
𝐸= (0. 5)
𝐴. ∆𝐿
Dimana :
E = Modulus elastisitas (Mpa)
σ = Tegangan (Kg/m2)
ϵ = Regangan
F = Gaya pada alat uji (Kg/m2)
A= Luas penampang uji silinder (m2)
L= Panjang awal (m)
∆L= Perubahan panjang dari sebelum dibebani dikurangi dengan setelah
dibebani (m)

Selain itu juga dapat dapat ditentukan nilai modulus elastisitas dengan
menggunakan rumus :
𝐸 = 4700√𝑓′𝑐 (0. 6)

𝑓 𝑐 = 0,083 𝑥 220 = 18,26 Mpa (0. 7)
𝐸 = 4700√18,26
𝐸 = 20.083,91 𝑀𝑝𝑎
𝐸 = 20.083,91 𝑀𝑝𝑎

Perubahan modulus elastisitas dipengaruhi oleh kuat tekan beton, dan kuat
tekan beton dipengaruhi oleh umur beton menurut “Peraturan Beton Bertulang
Indonesia 1971” kuat tekan beton mencapai maksimum pada umur 28 hari, tetapi
akan terus bertambah hingga umur 365 hari.

5. Program SAP
Dalam anaisis pelat menggunakan SAP diperlukan beberapa data yang harus
dimasukkan kedalam program ini, yaitu kuat tekan beton yang digunakan, dimensi
pelat, dan lain-lain seperti yang sudah dijabarkan diatas.
Setelah dilakukan beberapa pemodelan pelat pada program SAP 2000 maka
didapat nilai lendutan dengan cara membagi-bagi bagian pelat sesuai dengan titik
dial indicator / gauge berada. Permodelan dilakukan sebanyak 24 kali sesuai dengan
pencatatan dilapangan. Titik kedua dibuat pada posisi lendutan pertama atau dengan
kata lain titik pada tiap model berbeda, hal ini dilakukan terus menerus sampai pada
permodelan terakhir.
6. Hasil Lendutan dengan Program SAP2000
Tabel 1.3 Hasil Lendutan SAP 2000 pada dial 1 sampai 9 dengan nilai poisson ratio
0,15.
Jam Dial 1 Dial 2 Dial 3 Dial 4 Dial 5 Dial 6 Dial 7 Dial 8 Dial 9
Jam
Ke- (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
0 13.00 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
1 14.00 2,6401 2,6501 2,7201 2,7001 8,3982 8,4082 8,4782 8,4582 17,5293
2 15.00 2,6801 2,7001 2,8401 2,8101 8,4382 8,4582 8,5982 8,5682 17,6193
3 16.00 2,7401 2,7501 2,8801 2,8601 8,4982 8,5082 8,6382 8,6182 17,6993
4 17.00 2,7601 2,7801 2,9001 2,8801 8,5182 8,5382 8,6582 8,6382 17,7293
5 18.00 2,7701 2,7901 2,9101 2,8901 8,5282 8,5482 8,6682 8,6482 17,7593
6 19.00 2,7801 2,8001 2,9201 2,9001 8,5382 8,5582 8,6782 8,6582 17,7993
7 20.00 2,8101 2,8101 2,9501 2,9201 8,5682 8,5682 8,7082 8,6782 17,8093
8 21.00 2,8201 2,8401 2,9901 2,9601 8,7082 8,5982 8,7482 8,7082 17,8493
9 22.00 2,8401 2,8501 3,0101 2,9801 8,5982 8,5982 8,7682 8,7382 17,8693
10 23.00 2,8501 2,8701 3,0301 3,0101 8,6082 8,6282 8,7882 8,7682 17,8993
11 0.00 2,8701 2,8801 3,0601 3,0401 8,6282 8,6382 8,8182 8,7982 17,9193
12 1.00 2,8801 2,8901 3,1001 3,0801 8,6382 8,6482 8,8582 8,8382 17,9493
13 2.00 2,8901 2,9001 3,1201 3,0901 8,6482 8,6582 8,8782 8,8482 17,9793
14 3.00 2,9001 2,9101 3,1501 3,1201 8,6582 8,6682 8,9082 8,8782 18,0093
15 4.00 2,9101 2,9201 3,1701 3,1401 8,6682 8,6782 8,9282 8,8982 18,0393
16 5.00 2,9201 2,9301 3,1901 3,1701 8,6782 8,6882 8,9482 8,9282 18,0593
17 6.00 2,9201 2,9301 3,1901 3,1701 8,6782 8,6882 8,9482 8,9282 18,0593
18 7.00 2,9301 2,9401 3,2201 3,2001 8,6882 8,6982 8,9782 8,9582 18,0993
19 8.00 2,9501 2,9501 3,2501 3,2201 8,7082 8,7082 9,0082 8,9782 18,1393
20 9.00 2,9801 2,9901 3,2701 3,2401 8,7382 8,7482 9,0282 8,9982 18,1793
21 10.00 3,0001 3,0101 3,2901 3,2401 8,7582 8,7682 9,0482 8,9982 18,2193
22 11.00 3,0501 3,0601 3,3101 3,2801 8,8082 8,8182 9,0682 9,0382 18,2593
23 12.00 3,0801 3,0901 3,3401 3,3101 8,8382 8,8482 9,0982 9,0682 18,3093
24 13.00 3,1001 3,1101 3,3701 3,3501 8,8582 8,8682 9,1282 9,1082 18,3593
20

18

16

14
Tinggi Lendutan (mm)

12

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (jam)

dial 1 dial 2 dial 3 dial 4 dial 5 dial 6 dial 7 dial 8 dial 9

Gambar 1.4 Grafik lendutan berdasarkan perhitungan SAP2000 dengan nilai poisson
ratio 0,15.

Tabel 1.4 Hasil Lendutan SAP 2000 pada dial 1 sampai dial 9 dengan nilai poisson
ratio 0,2.
Jam Dial 1 Dial 2 Dial 3 Dial 4 Dial 5 Dial 6 Dial 7 Dial 8 Dial 9
Jam
Ke- (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm) (mm)
0 13.00 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
1 14.00 2,6401 2,6501 2,7201 2,7001 8,3982 8,4082 8,4782 8,4582 17,5293
2 15.00 2,6801 2,7001 2,8401 2,8101 8,4382 8,4582 8,5982 8,5682 17,6193
3 16.00 2,7401 2,7501 2,8801 2,8601 8,4982 8,5082 8,6382 8,6182 17,6993
4 17.00 2,7601 2,7801 2,9001 2,8801 8,5182 8,5382 8,6582 8,6382 17,7293
5 18.00 2,7701 2,7901 2,9101 2,8901 8,5282 8,5482 8,6682 8,6482 17,7593
6 19.00 2,7801 2,8001 2,9201 2,9001 8,5382 8,5582 8,6782 8,6582 17,7993
7 20.00 2,8101 2,8101 2,9501 2,9201 8,5682 8,5682 8,7082 8,6782 17,8093
8 21.00 2,8201 2,8401 2,9901 2,9601 8,7082 8,5982 8,7482 8,7082 17,8493
9 22.00 2,8401 2,8501 3,0101 2,9801 8,5982 8,5982 8,7682 8,7382 17,8693
10 23.00 2,8501 2,8701 3,0301 3,0101 8,6082 8,6282 8,7882 8,7682 17,8993
11 0.00 2,8701 2,8801 3,0601 3,0401 8,6282 8,6382 8,8182 8,7982 17,9193
12 1.00 2,8801 2,8901 3,1001 3,0801 8,6382 8,6482 8,8582 8,8382 17,9493
13 2.00 2,8901 2,9001 3,1201 3,0901 8,6482 8,6582 8,8782 8,8482 17,9793
14 3.00 2,9001 2,9101 3,1501 3,1201 8,6582 8,6682 8,9082 8,8782 18,0093
15 4.00 2,9101 2,9201 3,1701 3,1401 8,6682 8,6782 8,9282 8,8982 18,0393
16 5.00 2,9201 2,9301 3,1901 3,1701 8,6782 8,6882 8,9482 8,9282 18,0593
17 6.00 2,9201 2,9301 3,1901 3,1701 8,6782 8,6882 8,9482 8,9282 18,0593
18 7.00 2,9301 2,9401 3,2201 3,2001 8,6882 8,6982 8,9782 8,9582 18,0993
19 8.00 2,9501 2,9501 3,2501 3,2201 8,7082 8,7082 9,0082 8,9782 18,1393
20 9.00 2,9801 2,9901 3,2701 3,2401 8,7382 8,7482 9,0282 8,9982 18,1793
21 10.00 3,0001 3,0101 3,2901 3,2401 8,7582 8,7682 9,0482 8,9982 18,2193
22 11.00 3,0501 3,0601 3,3101 3,2801 8,8082 8,8182 9,0682 9,0382 18,2593
23 12.00 3,0801 3,0901 3,3401 3,3101 8,8382 8,8482 9,0982 9,0682 18,3093
24 13.00 3,1001 3,1101 3,3701 3,3501 8,8582 8,8682 9,1282 9,1082 18,3593

Setelah di jalankan programnya, peggunaan poisson ratio 0,2 dengan 0,15


didapat nilai lendutan yang sama.

20

18

16

14
Tinggi Lendutan (mm)

12

10

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (jam)

dial 1 dial 2 dial 3 dial 4 dial 5 dial 6 dial 7 dial 8 dial 9

Gambar 1.5 Grafik lendutan berdasarkan perhitungan SAP2000 dengan nilai poisson
ratio 0,2.
7. Grafik Perbandingan SAP 2000 dan Pembebanan Lapangan

3.5

3
Tinggi Lendutan (mm)

2.5

1.5

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (Jam)

Titik 1 SAP2000 Titik 1 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.6 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 1.

3.5

2.5
Tinggi Lendutan (mm)

1.5

0.5

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (Jam)

Titik 2 SAP2000 Titik 2 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.7 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 2.
4
3.5

Tinggi Lendutan (mm)


3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (Jam)

Titik 3 SAP2000 Titik 3 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.8 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 3.

4
3.5
Tinggi Lendutan (mm)

3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (Jam)

Titik 4 SAP2000 Titik 4 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.9 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 4.
9.5
9
8.5
8

Tinggi Lendutan (mm)


7.5
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (Jam)

Titik 5 SAP2000 Titik 5 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.10 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 5.

9.5
9
8.5
8
Tinggi Lendutan (mm)

7.5
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (Jam)

Titik 6 SAP2000 Titik 6 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.11 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 6.
10
9.5
9
8.5

Tinggi Lendutan (mm)


8
7.5
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Waktu (Jam)

Titik 7 SAP2000 Titik 7 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.12 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 7.

10
9.5
9
8.5
Tinggi Lendutan (mm)

8
7.5
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Waktu (Jam)
Titik 8 SAP2000 Titik 8 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.13 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 8.
10
9.5
9
8.5

Tinggi Lendutan (mm)


8
7.5
7
6.5
6
5.5
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26

Waktu (Jam)
Titik 8 SAP2000 Titik 8 Percobaan Pembebanan

Gambar 1.14 Grafik perbandingan lendutan lapangan dengan SAP2000 pada titik 9.

Dari grafik perbandingan percobaan yang dilakukan dilapngan dengan


perhitungan analisis terdapat perbedaan sebesar ± 3 mm. Dalam penelitian ini
perhitungan analisis memiliki hasil lendutan yang lebih besar dibandingkan dengan
yang dilakukan pada percobaan lapangan. Hal ini dikarenakan beberapa faktor
diantaranya adalah sebagai berikut ini :
 Landasan pada percobaan pembebanan berupa tanah yang
memungkinkan terjadinya penurunan akibat beban diatasnya yang
cukup berat.
 Support / penyangga dial indikator bergerak sehingga bacaan pada dial
kurang akurat.
 Perletakan pada lapangan berupa perletakan rol yang memungkinkan
terjadi pergeseran ke samping, namum pergeserannya tidak akan
seragam seperti yang hasilkan pada perhitungan analisis.
 Faktor kesalahan dalam pengamatan.

8. Pemerikasaan Lendutan Pelat


Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Pemeriksaaan lendutan ini
berdasarkan pada “Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung
SNI T-15-1991-03”.
δijin = 4,5 mm
δ yang terjadi = 14,81 mm > δ ijin = 4,5 mm

Plat beton dalam memikul beban uji sebesar 350 kg/m² sudah berperilaku
plastis. Hal ini dapat diketahui sebab defleksi setiap waktu terus bertambah dan saat
dikurangi bebannya pelat tidak kembali pada posisi awal.
Kesimpulan dan Saran

1. Kesimpulan
Dari pelaksanaan penelitian diatas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
 Plat beton dalam memikul beban uji sebesar 350 kg/m² sudah berperilaku
plastis. Hal ini dapat diketahui sebab defleksi maksimum yang tercatat sudah
melewati batas yang ditetapkan oleh SNI T-15-1991-03.
 Lendutan yang terjadi dilapangan lebih besar dari lendutan ijin yang di
syaratkan.
 Pelat lantai yang dibebani dengan beban yang sama pada waktu pertama
dengan waktu berikutnya memiliki lendutan yang berbeda, semakin lama
waktu dibebani maka lendutan yang terjadi akan semakin besar juga.
 Pelat lantai yang dibebani terus menerus akan mengalami saat dimana plastis,
yaitu saat dibebani kemudian beban tersebut dipindahkan maka pada pelat
tidak terjadi lendutan dan kembali pada posisi awal sebelum dibebani.
 Nilai lendutan yang terjadi pada SAP2000 lebih besar dari percobaan
pembebanan, yaitu 17,6055 mm sedangkan pada pembebanan sebesar 14,81
mm.

2. Saran
Saran yang diberikan bila kedepannya akan ada penelitian mengenai geometri
non-linier pelat lantai maka hendaknya demi perkembangan pengetahuan di dunia
teknik sipil maka hal-hal berikut perlu dilakukan :
a. Pada percobaan pembebanan:
 Pada saat pembuatan sampel beton, kadar air pada agregat harus diperhatikan
agar kuat tekan dapat mencapai target.
 Semua ketentuan harus disamakan dengan peraturan yang ada seperti SNI, ACI
ataupun PBI.
 Sebelum dilakukan pembebanan pelat lantai harus dicek kedatarannya (
leveling ).
 Dudukan ( support ) pada dial indikator harus kuat dan harus di cek ketegak
lurusannya untuk hasil yang akurat.
 Beban yang digunakan adalah beban yang dapat diatur ketinggiannya, seragam,
dan merata.

b. Pada perhitungan analisis:


 Dalam inputan SAP2000 baik karakteristik, material, dan beban harus dicek
satuan dan nilainya.
 Perletakan pada SAP2000 harus diseragamkan dengan yang dilakukan saat
percobaan pembebanan.
Referensi

Azhari, F. A. A., Surbakti, B. (2013). Analisis Plastis pada Portal dengan Metode
Elemen Hingga. Sumatra Utara : Tugas Akhir.
Dewobroto, W. (2005). Perencanaan Balok Beton Bertulang Dengan SAP20001.
Jakarta : Universitas Pelita Harapan. Hal. 1-2.

Dipohusodo, I. (1991). Struktur Beton Bertulang. Jakarta : Depertemen Pekerjaan


Umum RI.

Diana, W. (2011). Perbandingan Analisis Lendutan Pelat dengan Menggunakan


Metode Beam on Elastic Foundation (BoEF) dan Finite Element Method
(FEM). Jurnal Ilmiah Semesta Teknika. 14 (1): 94-100

Hamid, D. (2009). Analisa Stabilitas Pelat Beton Bertulang Berperletakan Elastis


Dengan Metode Elemen Hingga. Sumatra Barat : Rekayasa Teknik. 5 (2):
105-114
Jati, D.G. (2013). Analisis Lentur Pelat Satu Arah Beton Bertulang Berongga Bola
Menggunakan Metode Elemen Hingga Non Linier. Yogyakarta : Konferensi
Nasional Teknik Sipil (KoNStekS7). S-77 - S-84

Katili, I. (2000). Aplikasi Metode Elemen Hingga pada Pelat Lentur. Jakarta:
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.

Maricar, S. (2014). Perencanaan Pelat Bangunan Gedung dengan Metode Marcus.


Palu : Majalah Ilmiah Mektek. 7 (3): 185-191

Pranata, dkk. (2008). Kajian Daktilitas Struktur Gedung Beton Bertulang dengan
Analisis Riwayat Waktu dan Analisis Beban Berat Dorong. Bandung: Jurnal
Teknik Sipil. 8 (3): 250-263

Pranata, dkk. (2013). Analisis Kegagalan Struktur Bangunan Rumah Tinggal dengan
Metode Elemen Hingga Linier. Bandung : Jurnal Teknik Sipil. 12 (3): 161-
172

SNI. (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
Bandung : SNI.

Sukrawa, M. (2011). Perkuatan Pelat Jembatan Dek Baja dengan Overlay Beton
Bertulang. Bali : Jurnal Teknik Sipil.

USU. (2010). Motode Elemen Hingga pada Struktur. Sumatra Utara : Tugas Akhir.
Hal. 15-66

Weaver, J. W., Johnston, P. R. (1993). Elemen Hingga untuk Analisis Struktur.


Bandung: PT. Eresco.
Riwayat Penulis

Andri Handoko lahir di Wonogiri Tanggal 7 September 2014. Penulis menamatkan


pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Teknik Sipil pada bulan
Maret 2015. Saat ini bekerja sebagai Site Engineer di PT. Air Tanjung Persada.Penulis
aktif di asosiasi ICE sebagai anggota.

Anda mungkin juga menyukai