Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN PEMANTAUAN SELAMA ANESTESI DAN

OPERASI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. 51

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 52

Kata Pengantar...................................................................................................... 53

BAB 1.PENDAHULUAN..................................................................................... 54

BAB 2.PEMBAHASAN....................................................................................... 55

BAB 3.KESIMPULAN........................................................................................ 60
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
anugerah dann berkah-Nya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga dapat
terselesaikannya Panduan Pelayanan Anestesi RS PARINDU
Buku Panduan Pelayanan Anestesi ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak
yang terkait dengan unit Pelayanan Anestesi RS PARINDU dalam tata cara pelaksanaan
pelayanan di kamar operasi.
Dalam Panduan Pelayanan Anestesi ini diuraikan tentang pelayanan di Kamar
Operasi, Tujuan, Ruang Lingkup serta tata cara Pelayanan Anestesi di Kamar Operasi yang
bermutu dan professional.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas
bantuan semua pihak sehingga Panduan Pelayanan Anestesi ini dapat diselesaikan dan
menjadi panduan pelayanan yang dapat diterapkan di Kamar operasi RS PARINDU.
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pemantauan atau monitoring berasal dari bahasa latin “monere” yang artinya
memperingatkan atau memberi peringatan. Dalam tindakan anestesi harus dilakukan
monitoring terus menerus tentang keadaan pasien yaitu reaksi terhadap pemberian obat
anestesi khusus terhadap fungsi pernafasan dan jantung. Hal ini dapat dilakukan dengan
panca indera kita yaitu dengan meraba, melihat atau mendengar dan yang lebih penting serta
obyektif dengan alat.

Morbiditas dan mortalitas pada tindakan anestesi sebagian besar disebabkan oleh
kelalaian atau kurang cermat waktu melakukan pementauan. Untuk dapat melakukan
pemantauan dengan baik selain faktor manusia diperlukan juga alat-alat pantau agar lebih
akurat. Alat pantau berfungsi sebagai pengukur, menayangkan dan mencatat perubahan-
perubahan fisiologis pasien. Walaupun terdapat banyak alat pantau yang canggih tetapi faktor
manusia sangat menentukan sekali karena sampai saat ini belum ada alat pantau yang dapat
menggantikan fungsi manusia untuk memonitor pasien. Alat pantau perlu dipelihara dengan
baik sehingga informasi-informasi yang didapat dari alat pantau tersebut dapat dipercaya.

Sapai saat ini masih terdapat perbedaan-perbedaan di beberapa negara mengenai


standar alat pantau. Di negara-negara maju secara rutin dilakukan pemantauan terhadap
ventilasi “airway pressure”, tekanan darah, konsentrasi O2 inspirasi, saturasi O2 arteri dan
EKG. Sedangkan untuk kasus khusus ditambah dengan pemantauan tekanan darah invasif,
tekanan vena sentral.

Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk memahami pemantauan selama anestesi
dalam mendeteksi secara dini perubahan-perubahan fisiologis pasien selama anestesi,
sehingga dapat diambil tindakan secepatnya bila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
BAB II
PEMBAHASAN

Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan memeriksa pasien
dalam anestesi untuk mengetahui keadaan dan reaksi fisikologis pasien terhadap tindakan
anestesi dan pembedahan. Tujuan utama monitoring anestesi adalah diagnosa adanya
permasalahan, perkiraan kemungkinan terjadinya kegawatan, dan evaluasi hasil suatu
tindakan, termasuk efektivitas dan adanya efek tambahan. Monitoring selama anestesi
dibagi menjadi tahap yaitu : monitoring sebelum, selama dan sesudah operasi.

A. Monitoring Sebelum Operasi


Pasien yang akan menjalani anestesi dan pembedahan baik elektif maupun darurat perlu
dipersiapkan. Sedangkan pada bedah emergensi waktu yang tersedia lebih singkat. Hal-hal
yang perlu diperhatikan pada monitoring sebelum operasi antara lain :

1. Persiapan mental dan fisik.


1.1 Anamnesa
Anamnesa untuk mengetahui keadaan pasien, riwayat penyakit, pengobatan, operasi
atau anestesi sebelumnya.

1.2 Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium


Pemeriksaan fisik meliputi tinggi badan, berat badan, vital sign, keadaan umum,
kondisi psikis, gizi, penyakit kardiovaskuler, respirasi dan lain-lain. Untuk
pemeriksaan laboratorium pasien seperti Hb, HMT, AL, CT, BT, Ureum Kreatinin
dan lain-lain.

2. Perencanaan tehnik dan obat anestesi.


3. Penentuan klasifikasi dan prognosis (sesuai dengan ASA).
Persiapan preoperasi meliputi :

 Pengosongan saluran pencernaan (diberi cairan perinfus).


 Pengosongan kandung kemih.
 Pembersihan jalan nafas.
 Asesoris maupun kosmetik sebaiknya tidak dipakai.
 Informed consent.
 Pasien sebaiknya memakai pakaian bedah.
 Pemeriksaan fisik yang penting diulangi pada saat pasien diruang persiapan operasi.

B. Monitoring Selama Operasi


Yang perlu dimonitor selama operasi adalah tingkat kedalaman anestesi, efektivitas
kardiovaskuler dan efisiensi perfusi jaringans erta perubahan respirasisecara praktis perlu
diperhatikan tekanan darah, nadi, respirasi, suhu warna kulit, keringat, cairan serta
kesadaran pasien.

 Tingkat kedalaman pasien sesuai dengan tingkat depresi terhadap susunan saraf pusat
yang antara lain dapat dilihat pada perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, pupil,
pergerakan bola mata, reflek-reflek dan kesadaran. Depresi terhadap sistim saraf
pusatdapat dilihat dengan perubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Menurunnya respon kulit/mukosa terhadap alat/obat anestesi yang berbau tajam.
2. Menurunnya rangsangan susunan saraf simpatis, seperti tidak keluarnya air mata,
tidak terjadi vasokonstriksi dan kulit menjadi hangat.
3. Berkurangnya rangsangan terhadap pernafasan, seperti tidak terjadinya takipneu dan
nafas menjadi teratur.
4. Berkurangnya rangsangan terhadap kardiovaskuler, misalnya tidak terjadi takikardi
dan hipertensi.
Bila anestesi kurang dalam, nafas akan bertambah dalam dan cepat, atau sebagian anggota
badan bergerak. Pada keadaan tersebut konsentrasi obat anestesi intravena ditambah. Cara
lain yang dapat membantu menentukan kedalaman anetesi adalah nilai MAC (Minimal
Alveolar Concentration) dan pemeriksaan elektroensefalografi.

 Kardiovaskuler
Fungsi jantung dapat diperkirakan dari observasi nadi, bunyi jantung, pemeriksaan EKG,
tekanan darah dan produksi urin.

1. Nadi
Monitoring frekuensi dan ritme nadi dapat dilakukan dengan meraba arteri temporalis,
arteri radialis, arteri femoralis, arteri karotis. Anestesi yang terlalu dalam dapat
bermanifestasi dengan nadi yang bertambah lambat dan melemahkan denyut jantung.
Pemeriksan juga dapat dilakukan dengan monitor nadi yang bermanfaat pada kasus-
kasus anak dan bayi dimana pulsasi nadi lemah, observasi ritme ektopik selama
anestesi, indeks penurunan tekanan darah selama anestesi halotan, dan selama
pernafasan kontrol dimana monitoring nafas tidak dapat dikerjakan. Monitoring nadi
akan berfungsi baik bila pembuluh darah dalam keadaan vasodilatasi dan tidak efektif
pada keadaan vasokonstriksi.

2. Elektrokardiogram
EKG selama anestesi dilakukan untuk memonitor perubahan frekuensi ritme jantung
serta sistim konduksi jantung.
Indikasi monitoring EKG selama anestesi :
- Mendiagnosa adanya cardiac arrest.
- Mencari adanya aritmia.
- Diagnosis isckemik miokard.
- Memberi gambaran perubahan elektrolit.
- Observasi fungsi pacemaker.

3. Tekanan Darah
Dapat diukur secara langsung maupun tak langsung. Cara tak langsung bisa dengan
palpasi, auskultasi,oscilotonometri, Doppler Ultrasound.
Cara langsung atau invasif : pada cara ini kanul dimasukkan kedalam arteri, misalnya
arteri radialis atau brachialis kemudian dihubungkan dengan manometer melalui
transduser. Dengan cara ini kita dapat mengukur tekanan darah secara langsung dan
terus menerus. Pengukuran tekanan darah merupakan suatu hal yang mutlak
dilaksanakan pada setiap pasien selama anestesi. Selama operasi, peningkatan tekanan
darah bisa disebabkan karena overload cairan atau anestesi yang kurang dalam,
sebaliknya tekanan darah dapat turun bila terjadi perdarahan atau anestesi yang
kurang dalam.

4. Produksi Urin
Dalam anestesi, urin dipengaruhi oleh obat anestesi, tekanan darah, volume darah, dan
faal ginjal. Jumlah urin normal kira-kira 0,5-1 ml/KgBB/jam. Bila urin ditampung
dengan kateter perlu dijaga sterilitas agar tidak terinfeksi.
5. Perdarahan selama pembedahan
Jumlah perdarahan harus dihitung dari botol penghisap. Perdarahan akut dapat diatasi
dengan kristaloid, koloid, plasma ekspander, atau darah. Selain jumlah perdarahan,
perlu diawasi juga warna perdarahan merah tua atau merah muda.
 Respirasi
Respirasi harus dimonitor dengan teliti, mulai dengan cara-cara sederhana sampai
monitor yang menggunakan alat-alat. Pernafasan dinilai dari jenis nafasnya, apakah
thorakal atau abdominal, apakah ada nafas paradoksal retraksi intercostal atau
supraclavicula.

Pemantauan terhadap tekanan jalan nafas, tekanan naik bila pipa endotrakhea tertekuk,
sekresi berlebihan, pneumothorak, bronkospasme, dan obat-obat relaksan habis.

Pemantauan terhadap “Oxygen Delivery” dan end tidal CO2.

- Oxygen Delivery, pada mesin anetesi sebaiknya dilengkapi dengan suatu alat
pemantau (oxygen analyzer) sehingga oksigen yang diberikan ke pasien dapat
dipantau dengan baik. Bila ada kebocoran pada sirkuit maka alarm akan berbunyi,
sedangkan untuk oksigen jaringan dapat dipantau dengan alat transkutaneus PO2,
pemantauan non invasif dan kontinyu. Pada bayi korelasi antara PO2 dan PCO2 cukup
baik.
- End tidal CO2, korelasi antara Pa O2 dan Pa CO2 cukup baik pada pasien dengan paru
normal. Alat pemantaunya adalah kapnometer yang biasa digunakan untuk memantau
emboli udara pada paru, malignan hiperthermi, pasien manula, operasi arteri karotis.
Stetoskop esofagus, merupakan alat sederhana, murah, non invasif, dan cukup aman.
Dapat secara rutin digunakan untuk memantau suara nafas dan bunyi jantung.

 Suhu
Obat anestesi dapat memprediksi pusat pengatur suhu (SSP) sehingga mudah dipengaruhi
oleh suhu lingkungan dan tehnik anestesi. Monitoring suhu jarang dilakukan, kecuali
pada bayi/anak-anak, pasien demam, dan tehnik anestesi dengan hipothermi buatan.
Pemantauan suhu tubuh terutama suhu pusat, dan usaha untuk mengurangi penurunan
suhu dengan cara mengatur suhu ruang operasi, meletakkan bantal pemanas,
menghangatkan cairan yang akan diberikan, menghangatkan dan melembabkan gas-gas
anestetika.
 Cairan
Pemantauan terhadap status cairan dan elektrolit selama operasi dapat dilakukan dengan
menghitung jumlah cairan atau darah yang hilang dan jumlah cairan atau darah yang
diberikan. Pengukuran ini harus benar-benar cermat terutama pada pasien bayi.
Kebutuhan cairan selama operasi meliputi kebutuhan standar ditambah dengan kebutuhan
sesuai dengan trauma dan stress akibat operasi.

Kebutuhan standar :

1. Untuk anak
BB : 0-10 Kg : 1000 ml/KgBB/24 jam

10-20 Kg : 1000 ml + 50 ml/KgBB/24 jam tiap Kg diatas 10 Kg.

>20 Kg : 1500 ml + 20 ml/KgBB/24 jam tiap Kg diatas 20 Kg.

2. Untuk dewasa
40-50 ml/KgBB/24 jam

Kebutuhan karena trauma/stress operasi:

Jenis Operasi Pediatri/Anak Dewasa

Ringan 2 ml/KgBB/jam 4 ml/KgBB/jam

Sedang 4 ml/KgBB/jam 6 ml/KgBB/jam

Berat 6 ml/KgBB/jam 8 ml/KgBB/jam

Bila terjadi perdarahan dapat diganti dengan cairan kristaloid (3 X jumlah


perdarahan), koloid (1 X jumlah perdarahan), dan darah (1 X jumlah perdarahan).

 Analisa Gas Darah


Pemantauan oxygen delivery ke jaringan dan eliminasi CO2 dapat dipantau dengan
memeriksa analisa gas darah. Indikasi pemeriksaan analisa gas darah antara lain: operasi
besar vaskular, operasi lung anestesi, anestesi dengan hipotensi kendali, operasi otak, dan
sebagainya.
C. Monitoring Setelah Operasi
Monitoring setelah operasi perlu dilakukan setelah pasien menjalani operasi pembedahan.
Pada saat penderita berada diruang pemulihan perlu dicegah dan ditanggulangi keadaan-
keadaan yang ada sehubungan dengan tindakan anestesi, antara lain :

1. Hipoksia
Disebabkan tersumbatnya jalan nafas.
Tx dengan O2 3-4 L/menit, bebaskan jalan nafas, bila perlu pernafasan buatan.
2. Irama jantung dan nadi cepat, hipertensi
Sering disebabkan karena kesakitan, permulaan hipoksia atau memang penyakit dasarnya.
Tx dengan O2, analgetik, posisi fowler.
3. Hipotensi
Biasanya karena perdarahan, kurang cairan, spesial anestesi.
Tx dengan posisi datar, infus RL dipercepat sampai tensi normal.
4. Gaduh gelisah
Biasanya karena kesakitan atau sehabis pembiusan dengan ketamin, pasien telah sadar
tapi masih terpasang ganjal lidah/airway.
Tx dengan O2, analgetik, ganjal dilepas, atau kadang perlu bantal.
5. Muntah
Bahaya berupa aspirasi paru.
Tx miringkan kepala dan badan sampai setengah tengkurap, posisi trendelenberg, hisap
muntah sampai bersih.
6. Menggigil
Karena kedinginan, kesakitan atau alergi.
Tx O2, selimuti, bila perlu beri analgetika.
7. Alergi sampai syok
Oleh karena kesalahan tranfusi atau obat-obatan.
Tx stop tranfusi, ganti Na Cl.

Perawatan diruang pemulihan tidak kalah penting dibanding dengan pengelolaan anestesi
dikamar operasi, karena hampir semua dari penyakit serta kematian dapat terjadi pasca
bedah.
Hal-hal yang perlu dilakukan antara lain :

1. Posisi penderita disesuaikan dengan jenis operasi, misal : abduksi untuk post injection
Moore prothese, fleksi untuk post supracondilair humeri.
2. Pengawasan bagian yang telah dioperasi, meliputi tekanan gips,balutan,drainase, sirkulasi
dan perdarahan.
3. Observasi adanya perdarahan, dapat diketahui dari perembesan, produksi drain,
hematom,cek Hb bila turun usahakan tranfusi, Lab dan Ro foto.
4. Pengobatan luka atau medikasi, bisanya dikerjakan sehari setelah operasi kecuali ada
pesan khusus dari operator, misal pada operasi skin graft.
BAB III
KESIMPULAN

Monitoring adalah segala usaha untuk memperhatikan, mengawasi dan memeriksa pasien
dalam anestesi untuk mengetahui keadaan dan reaksi psikologis pasien terhadap tindakan
anestesi dan pembedahan. Dalam anestesiologi tindakan monitoring sangat vital untuk
menjaga keselamatan pasien. Monitoring ini dilakukan sebelum, selama dan sesudah
operasi.

Tujuan dari monitoring anestesi adalah untuk mendiagnosa adanya permasalahan,


memperkirakan terjadinya kegawatan, dan evaluasi hasil suatu tindakan termasuk
efektivitas dan adanya efek tambahan.

Anda mungkin juga menyukai