Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi kehidupan


manusia. Beberapa aktivitas manusia sangat tergantung oleh adanya air
seperti mandi, memasak, mencuci, irigasi lahan pertanian, tempat rekreasi,
sumber mata pencaharian, dan sarana transportasi air. Hal ini diperkuat
dengan kandungan air di dalam tubuh manusia yang mencapai diatas 80 %.
Dengan demikian, air merupakan kebutuhan dasar yang tidak dapat
dipisahkan dari mahluk hidup seperti manusia, hewan dan tumbuh -
tumbuhan.

Secara alamiah air merupakan kekayaan alam yang dapat


diperbaharui dan mempunyai daya regenerasi yaitu selalu mengalami
sirkulasi dan mengikuti daur hidrologi. Daur hidrologi diberi batasan sebagai
tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer, penguapan dari tanah atau
laut, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi akumulasi di dalam
tanah maupun tubuh air dan menguap kembali. Menurut Undang - Undang
No. 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumberdaya Air Pasal 1, yang
dimaksud dengan air adalah semua air yang terdapat pada, diatas, ataupun
di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air
tanah, air hujan, dan air laut yang berada di darat.

Air sebagai faktor pembatas kehidupan mahluk hidup tidak dapat


dipisahkan dari beberapa permasalahan yang ada di dalamnya.
Permasalahan tersebut berpengaruh terhadap kualitas maupun kuantitas air.
Hal ini sangat dipengaruhi oleh aktivitas manusia dalam kegiatan
pemanfaatan sumberdaya tersebut. Kegiatan pemanfaatan dapat
memberikan dampak negatif jika tidak memperhatikan keberlanjutan fungsi
lingkungan. Maka dari itu, perlu adanya sebuah upaya pengelolaan dalam
kegiatan pemanfaatan sumberdaya air agar kualitas maupun kuantitas tetap

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 1|Page


terjaga dengan baik dalam mendukung kehidupan mahluk hidup secara
umum.

Salah satu upaya pengelolaan dapat dilakukan dengan kegiatan


konservasi sumberdaya air. Konservasi sumberdaya air adalah upaya
memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi
sumberdaya air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu
sekarang maupun yang akan datang. Berdasarkan pada pengertian tersebut,
maka kegiatan pencadangan termasuk upaya penting dalam konservasi
sumberdaya air. Kegiatan pencadangan bertujuan tidak hanya menyediakan
air untuk kebutuhan di masa sekarang. Akan tetapi, tetap mempertimbangkan
kecukupan air di masa yang akan datang.

Salah satu upaya konservasi sumberdaya air adalah pengelolaan mata


air di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten
Karanganyar merupakan daerah dengan sumberdaya air yang melimpah
yang berada di lereng Gunung Lawu. Kabupaten Karanganyar terletak di
bagian timur Provinsi Jawa Tengah, berbatasan dengan Kabupaten Sragen,
Kabupaten Sukoharjo, Kota Surakarta, Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten
Magetan (Provinsi Jawa Timur). Kekayaan alam berupa sumberdaya air
tersebut tidak hanya dimanfaatkan bagi masyarakat setempat, tetapi juga
daerah lain di dua provinsi, yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Hal ini tidak
lepas dari masih banyaknya kawasan hutan lindung di lereng Gunung Lawu
tersebut yang banyak menyimpan potensi sumber air. Bahkan, Karanganyar
sering disebut sebagai “daerah gentong” kawasan Soloraya yang harus
dilindungi (Wahyuningsih et al., 2015).

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 2|Page


1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang dan fakta-fakta di lapangan, maka dapat


dirumuskan permasalahan seperti berikut ini.
(1) Bagaimanakah permasalahan sumberdaya air di Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah?
(2) Bagaimanakah rekomendasi upaya pengelolaan dan perlindungan
sumberdaya air di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah?

1.3. Tujuan

Berdasarkan pada rumusan masalah dan fakta-fakta di lapangan,


maka tujuan makalah ini adalah:
(1) mengetahui permasalahan sumberdaya air di Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah?
(2) mengetahui rekomendasi upaya pengelolaan dan perlindungan
sumberdaya air di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah?

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 3|Page


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Profil Wilayah Kabupaten Karanganyar

2.1.1. Kondisi Geografis


Kabupaten Karanganyar secara astronomis terletak bila dilihat dari
garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara
1100 40” – 1100 70” Bujur Timur dan 70 28” - 70 46” Lintang Selatan (BPS,
2018). Berdasarkan posisi geografis, Kabupaten Karanganyar memiliki
batas-batas wilayah:
 Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
 Sebelah Timur : Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Magetan
 Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
 Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Kabupaten Sukoharjo
Jika ditinjau secara administratif, Kabupaten Karanganyar memiliki 17
kecamatan dan 177 desa.

2.1.2. Iklim dan Luas Wilayah


BPS (2018) di dalam Kabupaten Karanganyar Dalam Angka 2018,
Kabupaten Karanganyar terletak pada ketinggian rata-rata 511 meter di atas
permukaan laut serta beriklim tropis dengan suhu 22 – 31 °C. Ketinggian
rata – rata di daerah ini adalah 511 m. Wilayah terendah di Kabupaten
Karanganyar berada di Kecamatan Kebakkramat dengan tinggi 80 m dpl dan
wilayah tertinggi berada di Kecamatan Tawangmangu yang mencapai 2000
m dpl. Kabupaten Karanganyar memiliki luas wilayah total sebesar 77.379
Ha, yang terdiri dari luas tanah sawah 23.092 Ha, pertanian bukan sawah
sebesar 29.685 Ha dan bukan lahan pertanian 24.602 Ha. Tanah sawah
terdiri dari irigasi teknis 20.331 Ha, sedangkan sawah tidak berpengairan/
non irigasi sebesar 2.761 Ha. Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur
yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun
2017 adalah 210 hari dengan rata-rata curah hujan 8.390 mm, dimana curah

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 4|Page


hujan tertinggi terjadi pada Bulan November dan Desember. Sedangkan
yang terendah pada Bulan Agustus dan September.

2.1.3. Kondisi Geomorfologi dan Geologi


Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang
menyusun bumi, baik di atas maupun di bawah permukaan air laut dan
menenkankan pada asal mula terjadinya serta perkembangan yang akan
datang dan hubungannya dengan lingkungan (Verstappen, 1983).
Verstappen (1983), menyampaikan bahwa perbedaan relief akan
memberikan pengaruh pada tinggi - rendah, panjang - pendek, halus - kasar
dan kemiringan permukaan bumi. Aspek morfologi dapat diidentifikasi
secara kuantitatif berdasarkan faktor kemiringan lereng dan perbedaan
tinggi, serta secara kualitatif berdasarkan kesan konfigurasi permukaan
bumi atau relief (Santosa, 2015). Klasifikasi morfologi berdasarkan
kemiringan lereng dan beda tinggi disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Klasifikasi Morfologi Berdasarkan Kemiringan Lereng dan Beda Tinggi
Lereng (%) Beda Tinggi (m) Unit Relief Topografi
0-3 0-5 Datar Dataran
3-8 5-25 Berombak/ landai
8-15 25-75 Bergelombang/ agak Lereng kaki/ kaki
miring
15-30 50-200 Miring Perbukitan
30-45 200-500 Agak curam
45-65 500-1000 Curam Pegunungan
>65 >1000 Sangat curam
Sumber: Verstappen, 1983

Kabupaten Karanganyar memiliki morfologi datar, bergelombang,


curam dan sangat curam. Struktur ini memperlihatkan bentuk menanjak
bergelombang, mulai dari Kecamatan paling barat yaitu Kecamatan
Colomadu hingga Kecamatan Tawangmangu. Sedangkan wilayah lereng
Gunung Lawu menunjukkan gelombang. Kabupaten Karanganyar dialiri oleh
beberapa sungai dari ukuran lebar tidak seberapa namun cukup panjang
mulai dari mata air di wilayah Kecamatan Jenawi, Kecamatan Ngargoyoso,
Kecamatan Tawangmangu hingga hilir menjadi satu dengan Bengawan
Solo. Kondisi tersebut dikontrol oleh struktur geologi yang berdasarkan peta

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 5|Page


geologi regional yang memperlihatkan struktur patahan, diperkirakan
terdapat beberapa struktur patahan dan beberapa struktur pelurusan
(BPBD, 2015). Peta geologi Kabupaten Karanganyar disajikan pada
Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Peta Geologi Kabupaten Karanganyar


Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, 2001

Jenis tanah yang mendominasi di Kabupaten Karanganyar adalah


litosol, andosol, mediteran, aluvial, regosol, dan glumosol. Jenis tanah
tersebar di beberapa wilayah di 17 kecamatan yang ada di Kabupaten
Karanganyar. Perbedaan jenis tanah pada masing – masing wilayah
dipengaruhi oleh jenis batuan induk asal maupun proses pembentukan
tanah. Sebaran jenis tanah di beberapa wilayah Kabupaten Karanganyar
disajikan pada Tabel 2.2.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 6|Page


Tabel 2.2. Jenis Tanah Kabupaten Karanganyar

Sumber: Badan Pertanahan Nasional


Sedangkan peta jenis tanah, batuan induk, maupun bentuk fisiografi
Kabupaten Karanganyar disajikan pada Gambar 2.2.

Lihat gambar di halaman selanjutnya

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 7|Page


Gambar 2.2. Peta Jenis Tanah, Batuan Induk, dan Fisiografi Kab. Karanganyar
Sumber: Lembaga Penelitian Tanah, 1966

2.2. Sumberdaya Air

Air bersih adalah air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan


sehari - hari dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum
jika telah diolah (Depkes RI, 2002). Menurut Undang - Undang Republik
Indonesia No. 7 Tahun 2004 tentang Sumberdaya Air, yang dimaksud dengan
kebutuhan pokok sehari - hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari - hari yang digunakan pada atau diambil dari sumber air untuk
keperluan sendiri guna mencapai kehidupan yang sehat, bersih dan produktif.
Sedangkan menurut Totok Sutrisno (2004) untuk keperluan minum, maka
dibutuhkan air rata - rata sebanyak 5 liter/ hari. Kebutuhan ini harus terpenuhi
oleh masing – masing rumah tangga. Permasalahan akan muncul jika
kebutuhan tersebut tidak mampu terpenuhi dan berpotensi menimbulkan
konflik sosial di masyarakat jika tidak mampu diselesaikan dengan baik.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 8|Page


Menurut Undang – Undang No. 7 Tahun 2007 Pasal 1, pengelolaan
sumberdaya air adalah upaya merencanakan, melaksanakan, memantau,
dan mengevaluasi penyelenggaraan konservasi sumberdaya air,
pendayagunaan sumberdaya air, dan pengendalian daya rusak air.
Pengelolaan sumberdaya air mencakup kepentingan lintas sektoral dan lintas
wilayah yang memerlukan keterpaduan dalam menjaga dan memanfaatkan
sumberdaya air. Pengelolaan sumberdaya air dilakukan melalui koordinasi
antara pemerintah daerah dan masyarakat. Menurut Keputusan Menteri
Kesehatan No. 907/MENKES/SK/VII/2002, bahwa setiap pengelola
sumberdaya air diwajibkan melakukan pengelolaan dan pengawasan sumber
mata air, dengan cara :
a. Menjamin air yang diproduksi memenuhi syarat - syarat kesehatan,
dengan melakukan pemeriksaan secara berkala terhadap kualitas air
yang diproduksi melalui :
- Pemeriksaan instalasi pengolahan air
- Pemeriksaan pada jaringan pipa distribusi
- Pemeriksaan pada jaringan pipa sambungan ke konsumen
b. Melakukan pengamanan terhadap sumber air baku yang dikelola dari
segala bentuk pencemaran sesuai dengan peraturan perundang -
undangan yang berlaku.

Dalam melakukan pengelolaan terhadap sumber air yang memperoleh


pengawasan dari pemerintah dan instansi terkait (Dinas Kesehatan), maka
setiap pengelola wajib menjamin kualitas air yang dikelola melalui langkah -
langkah sebagai berikut :
a. Memperbaiki dan menjaga kualitas air sesuai petunjuk yang diberikan
Dinas Kesehatan berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan
b. Melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan
melakukan usaha - usaha untuk mengatasi korosivitas air dalam jaringan
perpipaan secara rutin.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 9|Page


c. Membantu petugas Dinas Kesehatan setempat dalam pelaksanaan
pengawasan kualitas air dengan memberi kemudahan petugas memasuki
tempat-tempat dimana tugas pengawasan kualitas air dilaksanakan.
d. Mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, meliputi tempat
pengambilan sampel (pemukiman, jalan, nomor rumah, titik sampling),
waktu pengambilan, hasil analisa pemeriksaan laboratorium termasuk
metode yang dipakai, dan penyimpangan parameter.
e. Mengirimkan duplikat pencatatan kepada Dinas Kesehatan setempat.
Dokumen ini harus disimpan arsipnya untuk masa selama minimal 5
tahun.

Salah satu jenis sumberdaya air adalah mata air. Menurut Hendrayana
(1994), mata air adalah tempat dimana airtanah merembes atau mengalir
keluar ke permukaan tanah secara alamiah. Mata air adalah tempat
pemunculan airtanah pada lapisan akuifer dari bawah permukaan tanah ke
atas permukaan tanah secara alamiah. Selanjutnya, air yang keluar dari mata
air akan mengalir di permukaan tanah sebagai air permukaan melalui alur -
alur sungai. Mata air sering diidentifikasikan sebagai awal sumber air bagi
sungai - sungai yang ada. Mata air dapat ditemukan di berbagai macam
batuan, seperti endapan sungai yang berupa pasir-kerikil-kerakal, endapan
batuan karbonat berupa batugamping, ataupun pada endapan gunungapi
yang berupa endapan lahar, breksi dan lava terkekarkan. Sedangkan menurut
Kresic dan Stevanovic (2010), mata air (springs) adalah lokasi pemusatan
keluarnya airtanah yang muncul di permukaan tanah, karena terpotongnya
lintasan aliran airtanah oleh fenomena alam.

Pengertian lain dari mata air menyebutkan bahwa mata air adalah
sebuah tempat di permukaan tanah dimana airtanah mengalir keluar dari
akuifer dan menunjukkan adanya aliran air yang disebabkan oleh adanya
perbedaan elevasi “hydraulic head” pada akuifer dengan elevasi “hydraulic
head” di permukaan tanah dimana airtanah muncul. Apabila keluarnya
airtanah tersebut tidak menunjukkan sebagai aliran air, maka dapat disebut

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 10 | P a g e


sebagai “seepage” atau rembesan, dengan demikian sebenarnya rembesan
air yang terdapat pada lereng - lereng dan lembah - lembah sungai dapat
diklasifikasikan juga sebagai mata air.

Dalam bahan ajar yang disampaikan oleh Hendrayana (2013),


disebutkan beberapa klasifikasi jenis mata air. Klasifikasi tersebut antara lain:
a. Klasifikasi mata air berdasarkan kontinuitas keluarnya airtanah pada mata
air, maka mata air dapat dibedakan menjadi :
- Mata air intermittent, mata air yang mengeluarkan airtanah secara
tidak menerus.
- Mata air musiman, mata air yang mengeluarkan airtanah hanya pada
musim basah/musim penghujan, sedangkan pada musim
kering/musim kemarau mata air tidak berair.
- Mata air tahunan, mata air yang mengeluarkan airtanah secara
menerus, baik pada musim penghujan maupun pada musim kemarau.
- Mata air periodik, mata air ini dijumpai pada bentang alam karst, yaitu
mata air yang mengeluarkan airtanah secara tidak menerus dan tidak
konstan, pada waktu berair umumnya mempunyai interval perioda
yang relatif sama dan selaras dengan air permukaan.
b. Klasifikasi mata air berdasarkan jenis akuifer yang mengeluarkan
airtanahnya, maka mata air dibedakan:
- Mata air artesis, yaitu mata air yang airtanahnya berasal dari akuifer
tertekan.
- Mata air bebas, yaitu mata air yang airtanahnya berasal dari akuifer
tidak tertekan.
c. Klasifikasi mata air berdasarkan suhu airtanah yang dikeluarkan oleh
mata air, maka mata air dibedakan:
- Mata air dingin/normal, yaitu mata air yang airtanahnya mempunyai
suhu yang sama dengan suhu udara rata-rata di lingkungan mata air
setempat.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 11 | P a g e


- Mata air panas, yaitu mata air yang airtanahnya mempunyai suhu yang
lebih tinggi 6 sampai dengan 10 derajat celcius lebih tinggi daripada
suhu udara rata - rata di lingkungan mata air setempat. Air dari mata
air dipanaskan oleh proses alamiah, yaitu oleh adanya proses
geothermal yang berkaitan dengan panas bumi di bawah permukaan
tanah.
d. Klasifikasi mata air berdasarkan sifat fisik batuan akuifer yang
mengeluarkan airtanah, maka mata air dibedakan menjadi :
- Mata air akuifer berpori, yaitu mata air yang airtanahnya berasal dari
akuifer batuan berpori, seperti lapisan tanah tebal, sedimen lepas :
pasir dan gravel.
- Mata air “fractured” atau “fissured”, yaitu mata air yang airtanahnya
berasal dari akuifer batuan yang retak-retak, joints, cleavages,
patahan, seperti batuan sediment kompak, breksi, konglomerat,
batuan beku, aliran lava.
- Mata air “tubular” atau “cave spring”, yaitu mata air yang airtanahnya
berasal dari akuifer batuan yang berlubang-lubang terbuka ataupun
batuan batugamping yang mengalami pelarutan, seperti pada bentang
alam karst.
e. Klasifikasi mata air berdasarkan sebab terjadinya mata air yang
didasarkan pada perbedaan tekanan hidraulik pada akuifer dengan lokasi
munculnya mata air di permukaan tanah, dapat diklasifikasikan menjadi
2, yaitu:
- Mata air gravitasi, yaitu mata air di bawah kondisi tanpa tekanan, tidak
tertekan, dimana muka airtanah terpotong oleh topografi, mata air ini
disebut juga “descending spring”. Aliran airtanah yang muncul pada
mata air ini terjadi karena gaya gravitasi dan berarah relatif horizontal.
- Mata air artesis (artesian springs), yaitu mata air di bawah kondisi
tekanan karena adanya akuifer tertekan, mata air ini disebut juga
“ascending spring” atau “rising spring”. Aliran airtanah yang muncul

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 12 | P a g e


pada mata air ini berarah relatif vertikal, karena adanya tekanan
hidraulik dari bawah permukaan.

Data Statistik Lingkungan Hidup Daerah (SLHD) tahun 2007


menunjukkan bahwa jumlah mata air di Jawa Tengah sebanyak 763 buah,
dengan kapasitas 862.297,044 m3/tahun yang sebagian besar tersebar di
Kabupaten Klaten (136 mata air), Kabupaten Karanganyar (109 mata air), dan
Kabupaten Banjarnegara sebanyak 101 mata air (BLH, 2008). Pemanfaatan
mata air tersebut diantaranya untuk memenuhi kebutuhan air minum
domestik, irigasi, maupun industri (termasuk air minum dalam
kemasan/AMDK), dari potensi air tanah di Jawa Tengah sebesar kurang lebih
7,5 milyar m3, pemanfaatan air tanah diperkirakan sebesar 156.578.851
m3/tahun.

2.3. Permasalahan Sumberdaya Air

Permasalahan sumberdaya air merupakan permasalahan yang


mendasar yang harus segera diselesaikan. Hal ini disebabkan karena air
merupakan kebutuhan primer yang menunjang kehidupan semua mahluk
hidup di permukaan bumi. Permasalahan sumberdaya ini sangat berpengaruh
terhadap kuantitas dan kualitas air. Penanganan yang lamban dan tidak tepat
akan semakin memperparah kondisi sumberdaya air hingga kemudian
berpengaruh terhadap kondisi kehidupan di dalamnya. Jika ditinjau lebih
dalam, permasalahan sumberdaya air disebabkan karena aktivitas
penggunaan dan pemanfaatan air yang tidak sesuai dengan daya dukung dan
daya tampung lingkungan.

Permasalahan yang terjadi pada sumberdaya air diantaranya adalah


menyusutnya debit air bersih di Kabupaten Cirebon kawasan Gunung
Ciremai. Hal ini disebabkan karena berkurangnya mata air dari 1.500 titik
menjadi 52 buah mata air. Dengan demikian, maka pasokan air bersih ke
Kabupaten Cirebon juga akan berkurang. Permasalahan ini muncul akibat
penggundulan hutan dan aktivitas galian C di kawasan Gunung Ciremai
Kuningan dan Majalengka.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 13 | P a g e


Desertifikasi (Desertification) atau ancaman terjadinya gurun pasir juga
menjadi permasalahan yang serius jika tidak ditangani dengan baik.
Permasalahan ini muncul akibat semakin berkurangnya cadangan/ sumber air
di dalam tanah. Beberapa indikator telah memperlihatkan bahwa proses
desertifikasi telah muncul di Indonesia. Indikator tersebut antara lain adalah
penurunan sumber mata air dan kemampuan pasokan air yang terus merosot,
peningkatan suhu bumi yang meningkatkan laju transpirasi, dan kelembaban
udara menurun. Selain itu, beberapa indikator yang lain adalah penurunan
indeks pertanaman, penurunan luas tanam, dan produktivitas tanaman.
Penanganan permasalahan yang lamban dapat mengakibatkan kualitas,
kuantitas, dan kontinuitas keragaman hayati. Peristiwa ini meruntuhkan
berlakunya natural recovery theory yang menyatakan bahwa alam akan
memulihkan dirinya sendiri dalam jangka waktu tertentu. Akan tetapi, jika
intensitas, frekuensi dan durasi gangguan terhadap alam melebihi
kemampuan pemulihannya (recovery) maka degradasi lingkungan yang
terjadi. Dalam jangka panjang, jika desertifikasi terus terjadi dan meluas maka
akan berdampak pada pertumbuhan perekonomian dan kinerja
pembangunan nasional.

Permasalahan lain yang mengancam ketersediaan sumber air adalah


penebangan hutan secara liar. Permasalahan ini terjadi di sumber mata air
Baumata, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Aktivitas penebangan liar
menurunkan debit air secara drastis di musim kemarau sehingga suplai air
minum bagi masyarakat tidak terpenuhi. Penebangan liar justru dilakukan
oleh masyarakat di wilayah sumber mata air. Pohon yang ditebang termasuk
dalam tanaman yang muda dengan diameter 5 – 10 cm. Kasus yang sama
juga terjadi di Kabupaten Kulonprogo, DIY. Kabupaten Kulonprogo
mengalami ancaman penurunan sumbermata air sebanyak 119 buah. Hal ini
diakibatkan karena berkurangnya jumlah areal hutan dan alih fungsi lahan
yang ada di sekitar sumber mata air. Tingkat kekritisan sumber mata air
disebabkan karena semakin hilangnya tanaman keras pepohonan dalam
radius 200 meter dari sumber mata air tersebut. Tanaman keras pepohonan

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 14 | P a g e


berfungsi sebagai vegetasi penutup tanah yang berperan dalam menyimpan
air. Kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya tanaman ini
menyebabkan kurangnya vegetasi pada suatu wilayah sehingga berdampak
pada bencana banjir, kelangkaan mata air dan air sungai selama musim
kemarau. Masyarakat di Kabupaten Kulonprogo sangat tergantung oleh
adanya sumber mata air tersebut.

Permasalahan pada sumber mata air juga terjadi di Kawasan Kota


Surakarta dan sekitarnya. Sebanyak 198 mata air hilang selama 10 tahun
terakhir. Pada tahun 2006 jumlah mata air sebanyak 421 buah kemudian
tersisa hanya 233 mata air di tahun 2016. Hal ini berarti lebih kurang 20 mata
air hilang setiap tahun (Yuliantoro, 2017). Kepala Kepala Balai Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Pengelolaan Daerah Air Sungai (BPPTPDAS), Nur
Sumedi, mengatakan bahwa mata air yang hilang terbanyak berada di
Wonogiri, yaitu lereng Gunung Lawu sisi selatan, kemudian Karanganyar juga
berada di Gunung Lawu, dan Boyolali di lereng Gunung Merapi. Nur Sumedi
mengungkapkan bahwa:

“Sebenarnya kalau dilihat dari sisi tutupan hutan di Jawa Tengah, itu sudah 35
persen. Kalau dari tutupan vegetasi ada 42,5 persen. Sedangkan
peraturannya hanya 30 persen, harus sudah mencukupi. Tapi mata air setiap
tahun ada yang hilang"

Kondisi tersebut dimungkinkan akibat penanganan distribusi mata air kurang


efektif. Selain itu, jenis vegetasi di sekitar mata air juga mempengaruhi
kelangsungan hidup mata air.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 15 | P a g e


2.4. Konservasi Sumberdaya Air (Mata Air)

Konservasi sumberdaya air merupakan kegiatan yang dilakukan untuk


menjaga kelestarian air agar tetap mampu berperan dalam mendukung
kehidupan mahluk hidup termasuk manusia. Teknik yang dapat dilakukan
untuk konservasi sumberdaya air adalah dengan cara membuat tanah
resapan, sumur resapan, biopori, dan kolam tampungan air hujan. Teknik -
teknik ini sangat bagus untuk menampung air hujan dan menyimpannya
dalam tanah. Sedikitnya 80 persen air hujan dapat disimpan di dalam tanah.
Sebaliknya dengan dibuatnya sistem plaster pada jalan dan halaman, maka
hanya 10 persen air yang tertampung, sisanya akan masuk ke sungai dan
kembali ke laut. Sudarmadji (2010), menyatakan bahwa wujud konservasi
mata air dapat dilakukan secara fisik maupun non fisik. Konservasi mata air
secara fisik dilakukan dengan pembangunan infrastruktur pelindung seperti
pagar tembok pengaman. Sedangkan konservasi mata air non fisik dapat
dilakukan dengan penerapan kearifan lokal atau tradisi/ ritual di masing –
masing wilayah.

Konservasi sumberdaya air khususnya mata air juga dapat dilakukan


dengan penanaman beberapa jenis tanaman di sekitar lokasi mata air.
Tanaman tersebut antara lain adalah aren, gayam, kedawung, trembesi,
beringin, elo, preh, bulu, benda, kepuh, randu, jambu air, jambu alas, bambu
dan picung. Dari 15 jenis tersebut, aren dan bambu merupakan tanaman yang
bisa tumbuh subur di berbagai kondisi, baik di dataran tinggi maupun rendah,
baik di tanah vulkanik maupun kapur. Selain menjaga ketersediaan mata air,
tanaman tersebut juga dapat diambil manfaatnya secara ekonomis
(Yuliantoro, 2017). Metode penanaman dilakukan dengan dua cara, yakni di
sekitar mata air (spring protection) dan di area imbuhan airtanah (springshed
protection).

Model konservasi mata air dapat dilakukan dengan melibatkan peran


serta dari masyarakat baik secara kelompok maupun individu. Kesadaran
masyarakat dalam upaya konservasi mata air perlu dipupuk dan dijaga demi

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 16 | P a g e


tersedianya air yang cukup dalam pemenuhan kebutuhan sehari – hari.
Peneltian yang dilakukan Sudarmadji et al (2011), menjelaskan bahwa model
konservasi mata air dapat dilakukan dengan penyuluhan kepada masyarakat,
pembuatan demplot percontohan konservasi mata air, pembuatan norma dan
peraturan pelaksanaan pengendalian dan larangan kegiatan yang
mengancam kelestarian mata air, serta pemantauan dan pengawasan. Selain
itu, upaya konservasi perlu dilakukan secara terpadu dan menyeluruh yang
melibatkan pihak pemerintah, masyarakat atau swasta.

Kelestarian mata air dapat dilakukan dengan upaya menjaga dan


menerapkan kearifan lokal masyarakat. Beberapa kearifan lokal masyarakat
yang terbukti mampu menjaga kelestarian mata air adalah budaya bersih
mata air (nguras sumber) dan syukuran (slametan) seperti yang dilakukan di
Kabupaten Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Akan tetapi, penerapan
kearifan lokal dalam konservasi mata air perlu memperhatikan budaya pada
masing – masing wilayah dan besar debit air yang ada (Sudarmadji et al,
2017).

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 17 | P a g e


BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Permasalahan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar

Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu daerah yang berada di


sisi barat Gunung Lawu. Hal ini menyebabkan Kabupaten Karanganyar
memiliki sumberdaya air yang berlimpah. Kondisi hutan yang terjaga dengan
baik dan perilaku masyarakat yang berwawasan lingkungan menjadi modal
utama dalam menjaga kelestarian sumberdaya air. Dengan demikian,
kebutuhan air akan mampu terpenuhi dengan baik pula. Di sisi lain, beberapa
permasalahan mengancam kelestarian sumberdaya air tersebut.
Pengembangan kawasan pariwisata dengan pembangunan fasilitas
pendukung seperti hotel, vila, dan jenis penginapan lain akan meningkatkan
konsumsi air di wilayah tersebut. Selain itu, pertumbuhan penduduk akan
meningkatkan alih fungsi lahan menjadi kawasan permukiman. Dimana
kebutuhan air juga akan meningkat. Penampakan Gunung Lawu dapat dilihat
pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Gunung Lawu di Wilayah Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah


Sumber: www.okezone.com

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 18 | P a g e


Sumberdaya air merupakan jenis sumberdaya yang tersedia bebas
dengan akses terbuka (open access). Sumberdaya akses terbuka adalah
sumberdaya yang bersifat bebas, terbuka untuk siapapun dan tidak ada
regulasi yang mengatur. Dalam hal ini, hak atas sumberdaya alam (property
right) tidak didefinisikan dengan jelas (Feeny et al., 1990). Kekurangan dari
jenis sumberdaya alam ini adalah tidak ada pengaturan tentang apa, kapan,
dimana, siapa, dan bagaimana sumberdaya alam dimanfaatkan; terjadi
persaingan bebas; rawan terjadi eksploitasi yang besar – besaran; dan
penanggungjawab atas permasalahan lingkungan yang muncul sulit untuk
ditemukan. Pihak – pihak yang melakukan pemanfaatan sumberdaya ini akan
saling lempar tanggungjawab antara pihak satu dengan pihak yang lain.

Permasalahan lingkungan mengenai sumberdaya air telah terjadi di


Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Salah satu permasalahan tersebut
adalah ketersediaan mata air dalam memenuhi kebutuhan masyarakat di
beberapa wilayah di Kabupaten Karanganyar. Air sebagai sumber kehidupan
dapat menjadi pemicu konflik di dalam masyarakat. Salah satu konflik yang
pernah muncul adalah penolakan dari masyarakat di Kecamatan
Mojogedang, Ngargoyoso dan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar
terhadap rencana pemanfaatan sumber mata air Watu Pawon oleh PDAM
Kabupaten Karanganyar (www.kruha.org, 2011). Masyarakat memandang
bahwa pemanfaatan air oleh PDAM akan berakibat pada hilangnya sumber
air dalam memenuhi kebutuhan irigasi di wilayah tersebut.

Data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Karanganyar


menyebutkan bahwa wilayah Karanganyar memiliki jumlah mata air sebanyak
lebihkurang 109 buah. Dari jumlah tersebut, 75 mata air dalam kondisi rusak/
kritis. Kerusakan mata air itu terjadi akibat bencana alam yang sering terjadi.
Selain itu, beberapa sumber mata air di kawasan hutan sudah tidak mampu
lagi menyerap dan menyimpan air bawah tanah karena lahan hijau yang terus
berkurang.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 19 | P a g e


Beberapa permasalahan yang diduga mengancam kelestarian
sumberdaya air di daerah Pegunungan Lawu, Kabupaten Karanganyar antara
lain adalah:

a. Kerusakan hutan daerah hulu akibat penebangan liar dari masyarakat.


Kayu hasil penebangan liar dimungkinkan untuk pembuatan arang, kayu
bakar dan/ atau dijadikan sebagai bahan pembuatan rumah. Kerusakan
hutan di hulu akibat bencana alam seperti longsor juga dapat
mengakibatkan keluarnya air dari mata air.
b. Alih fungsi lahan merubah fungsi ekologis bentang lahan di pegunungan
lawu. Alih fungsi lahan yang dimaksud dapat berupa kegiatan pertanian
dan perkebunan, kegiatan pariwisata dan pembangunan fasilitas
pendukung seperti hotel, vila, restoran, pengembangan lokasi wisata
baru, dan lain – lain.
c. Kebiasaan masyarakat dalam mandi, cuci peralatan makan, cuci pakaian,
dan/ atau beberapa aktivitas di dekat sumber mata air berpotensi
mencemari mata air. Kegiatan pertanian dan perkebunan juga berpotensi
yang sama dalam pencemaran mata air.
d. Eksploitasi berlebihan dalam pemanfaatan air dari mata air juga
mengancam kelestarian sumberdaya tersebut. Pemanfaatan secara
berlebihan dapat berupa penggunaan air untuk kegiatan irigasi pertanian.
e. Kenaikan jumlah penduduk bertambah seiring dengan peningkatan
kebutuhan sumberdaya air. Pertambahan jumlah penduduk tidak
diimbangi dengan ketersediaan air yang mencukupi.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 20 | P a g e


3.2. Rekomendasi dalam Upaya Perlindungan dan Pengelolaan
Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar
Upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan dalam menjaga
kelestarian sumberdaya air sangat diperlukan untuk menangani
permasalahan yang ada. Perlindungan dan pengelolaan sumberdaya air
harus dilakukan secara terarah, terencana, terpadu, dan melibatkan beberapa
pihak seperti pemerintah, masyarakat, swasta, maupun akademisi.
Penanganan permasalahan sumberdaya air sebagai wujud perlindungan dan
pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan konsep ekoregion. Hal ini
memiliki maksud bahwa upaya pelestarian mata air tidak hanya dilakukan
oleh Kabupaten Karanganyar saja. Akan tetapi, wilayah lain seperti
Kabupaten Magetan, Kabupaten Sragen, dan Kabupaten Wonogiri juga harus
melakukan upaya yang sama. Hal ini disebabkan karena wilayah – wilayah
tersebut merupakan daerah dengan kesatuan ekoregion yang sama.

Beberapa penelitian telah dilakukan dalam pelestarian sumberdaya air.


Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat metode yang
mampu dan terbukti dalam menjaga kelestarian sumber mata air yang ada.
Metode tersebut dapat diterapkan dalam upaya perlindungan dan
pengelolaan sumberdaya air di Kabupaten Karanganyar. Metode tersebut
antara lain:
a. Implementasi kearifan lokal
Implementasi kearifan lokal di beberapa kecamatan di Kabupaten
Karanganyar mampu menjaga sumber air. Kearifan lokal/ lingkungan
merupakan perilaku positif manusia dalam berhubungan dengan alam dan
lingkungan sekitarnya yang dapat bersumber dari nilai - nilai agama, adat
istiadat, petuah nenek moyang atau budaya setempat (Maulida, 2010).
Kearifan lokal adalah gagasan, nilai, atau pandangan masyarakat lokal
yang baik dan tertanam serta diikuti oleh anggota masyarakat setempat.
Bentuk kearifan lokal dapat berupa kearifan lokal dalam bidang
pengetahuan, nilai, keterampilan, sumberdaya, dan mekanisme dalam
pengambilan keputusan (Sukisno, 2018). Kearifan lokal yang ada di

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 21 | P a g e


Kabupaten Karanganyar antara lain upacara/ ritual bersih dusun pada
wuku dukut yang disebut Dukutan, upacara Dawuhan yang merupakan
tradisi membersihkan sumber air yang diadakan pada hari Sabtu Legi bulan
Sya’ban dan pada tanggal 1 Muharam. Kearifan lokal yang lain adalah
Sadranan, yang dilaksanakan pada tanggal 15 bulan Sya’ban. Tradisi ini
merupakan tradisi berdoa bersama di makam Dusun Nglurah dan
wejangan dari Kiai Menggung dan Nyi Roso Putuh tentang larangan
menanam padi. Beberapa kearifan lokal di atas berada di Dusun Nglurah,
Kelurahan Tawangmangu, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten
Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Menurut Yudana (2015), beberapa jenis kearifan lokal lain di Kabupaten


Karanganyar yang juga memiliki tujuan terhadap pengelolaan dan
perlindungan lingkungan hidup antara lain:
- Upacara Julungan, upacara ini merupakan ritual bersih desa dan
sedekah bumi yang diadakan pada hari Selasa Kliwon Wuku
Julungwangi dalam Kalender Jawa.
- Upacara Dalungan, upacara ini merupakan ritual memohon berkah
kesuburan, keselamatan, ketentraman, dan keamanan kepada Dewi
Kesuburan. Upacara ini diadakan setiap satu tahun sekali pada hari
Jumat Legi bulan Ruwah di Dusun Dalungan Desa Macanan
Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar.
- Upacara Sopo Nandur Ngundhuh, upacara ini merupakan upacara
untuk mempersembahkan rasa syukur atas kemurahan bumi dan air.
Upacara ini sangat berkaitan erat dengan slogan Go Green yang
merupakan sebuah propaganda atau kampanye gerakan peduli
lingkungan.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 22 | P a g e


b. Penanaman jenis pohon yang mampu menjaga sumber mata air
Beberapa jenis pohon tertentu telah terbukti mampu menjaga keberadaan
sumber mata air. Menurut Fiqa et al (2005), jenis tumbuhan memiliki
kemampuan dalam mengkonservasi tanah dan air di dataran tinggi.
Tumbuhan tersebut berasal dari suku Moraceae seperti Bendo (Arocarpus
elasticus), Sukun (Artocarpus altilis), Nangka (Artocarpus heterophyllus)
serta tumbuhan dari marga Ficus. Jenis tumbuhan ini memiliki tipe
perakaran dalam dan memiliki tipe kanopi yang rapat satu sama lain.
Selain itu, beberapa jenis pohon juga memiliki Indeks Nilai Penting (INP)
yang besar di dataran tinggi dan dataran rendah. Jenis pohon dengan INP
terbesar disajikan pada Gambar 3.2 dan Gambar 3.3.

Gambar 3.2. Jenis Pohon dengan INP Terbesar di Dataran Tinggi


Sumber: Sofiah dan Fiqa, 2010

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 23 | P a g e


Gambar 3.3. Jenis Pohon dengan INP Terbesar di Dataran Rendah
Sumber: Sofiah dan Fiqa, 2010

c. Pembangunan infrastruktur fisik


Konservasi sumber mata air dapat dilakukan dengan pembangunan
infrastruktur fisik. Infrastruktur yang dimaksud dapat berupa pagar
pengaman/ pembatas di sekitar lokasi mata air, pembuatan bak – bak
penampung air yang dibuat khusus untuk memudahkan masyarakat dalam
memanfaatkan air.
d. Konservasi air berbasis masyarakat
Hal ini dapat dilakukan dengan cara penyuluhan kepada masyarakat,
pembuatan demplot percontohan konservasi mata air, pembuatan norma
dan peraturan pelaksanaan pengendalian dan larangan kegiatan yang
mengancam kelestarian mata air, serta pemantauan dan pengawasan
(Sudarmadji et al., 2011).

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 24 | P a g e


BAB IV
PENUTUP

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya


sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan
hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan
hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum (UU No. 32 Tahun 2009).
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup tidak dapat dilepaskan dari
perlindungan dan pengelolaan sumberdaya alam. Perlindungan dan
pengelolaan menjadi sebuah upaya yang penting dalam menjaga dan
memanfaatkan sumberdaya alam secara bijak dan bertanggunajawab untuk
menciptakan masyarakat yang sejahtera dengan tetap menjaga kelestarian
fungsi lingkungan.

Konservasi sumberdaya air merupakan upaya yang sangat diperlukan


dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan dalam mendukung kehidupan
manusia dan mahluk hidup lainnya. Upaya ini perlu dilakukan secara terpadu
dengan melibatkan peran serta pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Hal
ini sesuai dengan asas perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
dalam UU No. 32 Tahun 2009 pasal 2 poin k.

Berdasarkan pada telaah yang dilakukan, terdapat beberapa hal yang


dapat mengancam kelestarian sumberdaya air. Semua pihak harus
bekerjasama dalam menangani permasalahan tersebut. Dengan demikian,
kelestarian sumberdaya air akan tetap terjaga. Beberapa metode secara
ilmiah telah terbukti dapat diterapkan dalam upaya konservasi. Maka dari itu,
tidak menutup kemungkinan bahwa metode yang sama dapat digunakan
dalam upaya konservasi sumberdaya air/ mata air di Kabupaten Karanganyar,
Provinsi Jawa Tengah.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 25 | P a g e


Daftar Pustaka

BPBD. 2015. Sekilas Pandang Kabupaten Karanganyar.


www.bpbd.karanganyarkab.go.id. Diakses tanggal 14 Maret 2019.
BPS. 2018. Kabupaten Karanganyar dalam Angka 2018. Badan Pusat
Statistik Kabupaten Karanganyar.
Fiqa AP, E. Arisoesilaningsih, dan Soejono. 2005. Konservasi Mata Air DAS
Brantas Memanfaatkan Diversitas Flora Indonesia. Disampaikan
pada Seminar Nasional Basic Science II FMIPA UNIBRAW tanggal
26 Februari 2005.
Hendrayana, H., 1994, “Dasar-Dasar Hidrogeologi”, Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta.
Hendrayana, H. 2013. Hidrogeologi Mata Air. Bahan Ajar Teknik Geologi.
Geological Engineering Dept., Faculty of Engineering Gadjah Mada
University.
Koalisi Rakyat Untuk Hak Air Bersih. 2011. Merebut Kembali Mata Air Watu
Pawon. www.kruha.org. Diakses tanggal 19 Juni 2019.
Kresic Neven & Stevanovic Zoran. 2010. “Groundwater Hydrology of
Springss. Engineering, Theory, Management, and Sustainabilitty”
Elsevier Inc. USA.
Maulida, S.R. 2010. Penghematan dan Perawatan Sumber Air Wujud
Tanggung Jawab Kita Bersana. Petrasa Wacana Pusat Studi
Manajemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Yogyakarta.
Santosa, L.W. 2015. Keistimewaan Yogyakarta dari Sudut Pandang
Geomorfologi. Gadjah Mada University Press.
Sofiah S dan A.P. Fiqa. 2010. Jenis – Jenis Pohon di Sekitar Mata Air Dataran
Tinggi dan Rendah (Studi Kasus Kabupaten Malang).
Sudarmadji. 2010. Mata Air. Yogyakarta: Sekolah Pasca Sarjana UGM.
Sudarmadji, S. Suprayogi, M. Widyastuti, dan R. Harini. 2011. Konservasi
Mata Air Berbasis Masyarakat di Unit Fisiografi Pegunungan
Baturagung, Ledok Wonosari dan Perbukitan Karst Gunung Sewu,
Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Tekno Sains Vol. 1 No. 1 Hal 1-69.
Sukisno D. 2018. Hukum, Kearifan Lokal, dan Hukum Lingkungan. Materi
Kuliah Hukum dan Kelembagaan Lingkungan. Magister Pengelolaan
Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
Verstapen, 1983. Applaid Geomorphology: Geomorphological Surveys for
Enviromental Development. Amsterdam: Elvisier.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 26 | P a g e


Wahyuningsih R, A. Fitriyanto, D. Hidayat, E.D. Anggara, dan F. Achmadi.
2015. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sumber Air Ondo – Ondo. Tugas
Mata Kuliah Kebijakan Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan
(Bidang Keairan). Program Pascasarjana Teknik Sipil Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Yudana G, I. Aliyah, dan R.P. Utomo. 2015. Pengelolaan Kawasan Gunung
Lawu Berwawasan Lingkungan dan Kearifan Lokal di Kabupaten
Karanganyar. Conference on Urban Studies and Development (119 –
131).
Yuliantoro D. 2017. Seminar BPPTDAS di Kartasura, Sukoharjo.

Pengelolaan Sumberdaya Air di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 27 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai