Anda di halaman 1dari 2

Gagas Desa Berbasis Religi, Mahasiswa KKN UM adakan perhelatan akbar antar muda-

mudi TPQ se-Banjarejo.

Sebagaimana digariskan, yang hitam akan selalu berusaha menghancurkan yang putih, sehingga
yang Haq haruslah senantiasa berdialog dengan akal dan hati, menyemai keserasian dan
melahirkan keagamisan moral yang mampu membendung segala kemungkinan buruk yang akan
terjadi.
28 Mei 2019, dalam kelesapan ramadhan yang begitu syahdu, segenap panitia yang tergabung
dalam satu aliansi kelompok kuliah kerja nyata dari Universitas Negeri Malang (UM)
melaksanakan salah satu program kerja dalam bidang keagamaan yakni lomba Musabaqoh
Tilawatil Qur’an (MTQ). Tak tanggung-tanggung, acara yang sudah dicanangkan seperempat
bulan lalu ini meraup peserta lomba yang luar biasa banyak. Peserta berasal dari seluruh
Pendidikan TPQ Desa Banjarejo, yang tersebar dalam empat dusun. Dusun tersebut adalah laju,
turus, selobrojo dan babeh. Acara ini digelar setelah mengadakan sosialisasi secara langsung
terhadap masing-masing pembina TPQ.
Sebagaimana pepatah lama berkumandang, “sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui, itulah
yang kami rasakan sebagai panitia lomba”, ujar salah satu anggota humas.
Kompetisi ini dikoordiantori oleh seluruh mahasiswa KKN UM, dengan ketua pelaksana sdr.
Rozaqi Nabiila, mahasiswa jurusan Hukum dan Kewarganegaraan. Suplai pikiran dan tenaga
menjadi kunci keberhasilan ini, kemampuan monitoring yang handal dan penguasaan job-
description masing-masing sie yang cakap mampu membuat acara ini berjalan dengan sukses
tanpa halangan suatu apapun. Acara ini diprakarsai oleh salah satu pendapat anggota KKN, yang
merasa perlu pencarian bakat-bakat dini masyarakat desa yang kelak bisa dijadikan sebagai
penerus sesepuh dengan bekal ilmu agama yang mantap. Dilain sisi, analisis sosial dari
kelompok kerja sosial KKN UM memperlihatkan bahwasannya masih minimya muda-mudi yang
mau menggenapkan rapatnya saf di masjid dan acara-acara keagamaan yang lain. Mereka
cenderung lepas dan bebas, memilih kegiatan luar yang tidak ada faedahnya, seperti nongkrong
di perempatan jalan dan menyesaki swalayan desa saat sholat tarawih berlangsung. Hal ini yang
kemudian berhasil mengetuk pintu hati seluruh mahasiswa KKN UM untuk mencoba
meminimalisir angka kenakalan remaja dan membentengi mereka dengan ilmu agama yang
cukup sedari dini. Ada tiga acara inti yang dilaksanakan yakni; 1). Lomba Hafalan Surat Pendek,
2). Lomba Adzan dan 3). Lomba mewarnai kaligrafi.
Lomba ini tidak serta merta hanya memusatkan pada keterampilan agama, namun pada
keterampilan sosial dan banyak lainnya. Ketiga lomba dipilih berdasarkan hasil kajian observasi
lapangan secara langsung. Tentang siapa yang terlibat, bagaimana pelaksanaan dan apa yang
hendak dicapai semua diperhitungkan secara matang dan presisi. Sehingga hasil akhir yang kasat
mata memperlihatkan adanya sebingkai kesuksesan yang bersinar bak poros cahaya di akhir
acara tersebut.
“jika acara ini berlangsung rutin, saya rasa anak-anak kecil disini bisa dijadikan penerus yang
lebih hebat dari pedahulunya”. tambah salah satu pembina TPQ yang turut hadir dalam rangkaian
acara tersebut.
Sungguh, sebagaimana tersirat di berita-berita terdahulu yang menyimpulkan bahwa
“Sesungguhnya ditanganmulah maju mundurnya suatu umat. Jika orang dewasa sudah
menyimpang dari ajaran ilmu agama maka, nasihat yang disampaikan, anak kecilpun tidak
menghiraukannya.”.
Akhirnya, acara tersebut diakhiri dengan segala kemegahan tawa yang mengangkasa di pintu-
pintu temaram yang menguning. Segenap upaya dan usaha yang dikerahkan secara maksimal,
telah menuai hasil yang tidak berkhianat. Sayonara telah melenting di jiwa anak-anak tersebut,
dan diiringi salam-salaman yang hangat acara tersebut ditutup dengan sempurna.

Anda mungkin juga menyukai