BSJHFJW
BSJHFJW
ALZHEIMER DISEASE
Disusun oleh :
Melani Oktavia
1102015131
Pembimbing :
0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1
Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi. Diharapkan makalah ini dapat
menambah pengetahuan pembaca mengenai Alzheimer Disease sehingga
pembaca dapat lebih mengenal dan memahami tentang penyakit ini.
Pemahaman tentang diagnosis dan tatalaksana Alzheimer Disease
yang baik diharapkan dapat memberikan prognosis yang baik dengan
diagnosis dini, mencegah terjadinya kesalahan dalam mendiagnosis dan
mencegah kesalahan dalam memberikan pengobatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
2
otak, yang tidak berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. Pasien dengan
demensia harus mempunyai gangguan memori selain kemampuan mental lain
seperti berpikir abstrak, penilaian, kepribadian, bahasa, praksis dan visuospasial.
Defisit yang terjadi harus cukup berat sehingga mempengaruhi aktivitas kerja dan
sosial secara bermakna.1
2.2 EPIDEMIOLOGI
Alzheimer’s disease (AD) merupakan penyebab demensia tersering pada
penduduk western. AD mengenai sekitar 5 juta orang di US dan 17 juta orang di
Dunia. Insiden AD meningkat 1% diantara populasi yang berusia 60-70 tahun, dan
meningkat 6-8% pada populasi yang berusia >85 tahun. Adapun proporsi pasien
dengan AD pada populasi adalah 30% dan diperkirakan pproporsi ini akan terus
meningkat.3
2.3 ETIOLOGI
• Faktor Usia
Penderita Alzhaimer biasanya diderita oleh orang yang berusia lebih dari
65 tahun, tetapi juga dapat menyerang orang yang berusia dibawah 40. Sedikitnya
5 persen orang berusia di antara 65 dan 74 memiliki Alzheimer. Pada orang
berusia 85 keatas jumlahnya meningkat menjadi 50 persen.
• Keturunan
Risiko Alzheimer yang muncul sedikit lebih tinggi jika hubungan keluarga
tingkat pertama – orangtua dan saudara sekandung - memiliki Alzheimer.
• Jenis kelamin
3
Wanita lebih mudah terkena daripada laki-laki, hal ini karena umumnya
wanita hidup lebih lama daripada laki-laki.
• Gaya hidup
Faktor sama yang membuat Anda berada pada risiko yang sama dengan
penyakit jantung juga meningkatkan kemungkinan anda akan terkena penyakit
Alzheimer. Contohnya adalah: Stress, Tekanan darah tinggi, Kolestrol tinggi,
Kurang dalam mengontrol gula darah
Dan menjaga tubuh agar tetap fit
• Tingkat pendidikan
Studi menemukan hubungan antara rendahnya pendidikan dan risiko
Alzheimer. Tetapi alasan tepat yang mendasarinya tidak diketahui. Beberapa
ilmuwan berteori, makin sering anda menggunakan otak akan lebih banyak
sinapsis yang anda buat dimana akan tersedia banyak cadangan di hari tua. Akan
sulit untuk menemukan Alzheimer pada orang yang melatih otaknya secara rutin,
atau mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Penyebab Contoh
Infeksi Neurosifilis
Tuberculosis
Virus
Gangguan metabolic Hipotiroidisme
Defisiensi Niasin
Defisiensi Tiamin
Lesi desak ruang Hematoma subdural
4
Tumor otak
Abses otak
Infark otak Iskemik
Hemoragik
Zat-zat toksik Obat-obatan
Alcohol
Arsen
Gangguan vascular Embolus serebral
Vaskulitis serebral
Penyakit lain Alzheimer’s disease
Parkinson’s disease
Wilson’s disease
Hungtinton’s disease
Depresi
Cedera kepala
2.4 KLASIFIKASI
5
1. Penyakit Alzheimer onset dini, yang terjadi pada orang dengan
usia di bawah 65 tahun, disebut juga dementia pre-senile. Jenis ini sekitar 5-10 %
dari kasus yang terjadi, dan terjadi pada usia antara 30-65 tahun.
2. Penyakit Alzheimer onset lambat (Late Onset Alzheimer’s
Disease, LOAD), yang merupakan jenis paling umum dari penyakit ini, biasanya
terjadi pada orang usia di atas 65 tahun, disebut juga senile dementia Alzheimer’s
Type, SDAT.
2.5 PATOFISIOLOGI
Deposisi Aβ pada otak merupakan salah satu implikasi dari patogenesis DA. Pada
proses neurodegenerasi demensia, akumulasi A β (khususnya Aβ42 peptida] pada otak
merupakan inisiasi terjadinya disfungsi neuron. Adanya mutasi gen amyloid precursor
protein (App) pada kromosom 21, presenilin (PS)1 pada kromosom 14, dan PS2 pada
kromosom 1 mengarah pada early-onset DA tipe familial. Pada tipe ini terjadi produksi
berlebihan dan/atau peningkatan agregasi A β. Beta-amiloid merupakan produk fisiologi
normal dari APP dan merupakan komponen soluble dari plasma dan cairan
serebrospinal.Terdapat dua varian terminal karboksil dari A β, yaitu Aβ40, yang merupakan
secret spesies utama dari sel kultur dan terdapat pada cairan serebrospinal. Varian kedua
adalah Aβ42 yang merupakan komponen utama amiloid yang berdeposit di otak pada DA.
Peningkatan Aβ, lebih sering mengalami agregasi dan membentuk fibril. Neurotoksin
yang dihasilkan oleh agregasi Aβ akan menyebabkan beberapa mekanisme, seperti
akumulasi radikal bebas, disregulasi dari homeostasis kalsium, respons inflamasi, dan
adanya aktivasi dari beberapa signaling pathway. Dapat disimpulkan bahwa
6
neuropatologi DA kompleks, multifaktorial, dan melibatkan berbagai mediator kimiawi
yang berkaitan dengan proses degeneratif di otak. 3
7
perhatian dan perservasi, gangguan untuk
mempertahankan gerakan yang terus menerus
Gangguan fungsi visuo- muncul pada tahap awal, gangguan
spasial dalam hal menggambar ,mencari dan
menemukan alur
Gangguan dalam muncul pada tahap awal, gangguan hal
pemecahan masalah abstraksi dan menyatakan pendapat
Gangguan dalam muncul pada tahap awal
kemampuan berhitung
8
Bagian yang
Peran/Fungsi Perubahan
Dipengaruhi
Kesulitan menemukan
objek dan tempat berada
Sistem Daya ingat, emosi Mudah tersinggung,
Limbik kontrol kebutuhan dasar depresi
Curiga barangnya
hilang
Lupa jangka pendek
Tempat proses ingatan
Hipocampus Lupa ingatan masa
verbal dan visual
lalu
Hidup hanya pada saat
itu saja
Kontrol pelajaran baru
Lobus Kehilangan kosakata
dan memori jangka
Temporal Tidak bisa
pendek
membedakan wajah seseorang benda
atau tempat
Penggunaan kata tidak
tepat
Sulit mengerti
perkataan orang lain
Bicara terus menerus
“Sequence activities” Tidak mampu
Lobus Parietal Pemahaman informasi mengekspresikan ide dalam tulisan
ruang yang jelas
Mudah tersesat
Sulit memakai
pakaian
Sulit berjalan dengan
seimbang
Lobus Frontal Inisiasi aktivitas dan Tidak punya
9
kepedulian/ketertarikan
Menghentikan hobi
Cepat bosan
perencanaan
Mengatur kebiasaan
Kemunduran dalam
sosial
bersosialisasi
Mengulang-ngulang
aktivitas
Kontrol penglihatan, Kesulitan persepsi
Lobus mengkombinasikan pandangan, tidak mampu melihat
Occipital warna, bentuk, sudut, dan gerakan
gerakan
2.7 DIAGNOSIS
10
Motor system : normal
EEG : normal
CT/MRI : normal
PET/SPECT : bilateral posterior hypometabolism/hyperfusion
1. Neuropatologi
Diagnosa definitif tidak dapat ditegakkan tanpa adanya konfirmasi
neuropatologi. Secara umum didapatkan atrofi yang bilateral, simetris, sering kali
berat otaknya berkisar 1000 gr (850-1250gr).Beberapa penelitian mengungkapkan
atropi lebih menonjol pada lobus temporoparietal, anterior frontal, sedangkan
korteks oksipital, korteks motorik primer, sistem somatosensorik tetap utuh.
Kelainan-kelainan neuropatologi pada penyakit Alzheimer terdiri dari.6,7,8
a. Neurofibrillary Tangles (NFT)
Merupakan sitoplasma neuronal yang terbuat dari filamen-filamen
abnormal yang berisi protein neurofilamen, ubiquine, epitoque. NFT ini juga
11
terdapat pada neokorteks, hipokampus, amigdala, substansia alba, lokus seruleus,
dorsal raphe dari inti batang otak. NFT selain didapatkan pada penyakit
Alzheimer, juga ditemukan pada otak manula, down syndrome, parkinson, SSPE,
sindroma ektrapiramidal, supranuklear palsy. Densitas NFT berkolerasi dengan
beratnya demensia.6
b. Senile Plaque (SP)
Merupakan struktur kompleks yang terjadi akibat degenerasi nerve ending
yang berisi filamen-filamen abnormal, serat amiloid ektraseluler, astrosit,
mikroglia. Protein prekursor amiloid yang terdapat pada SP sangat berhubungan
dengan kromosom 21. Senile plaque ini terutama terdapat pada neokorteks,
amygdala, hipokampus, korteks piriformis, dan sedikit didapatkan pada korteks
motorik primer, korteks somatosensorik, korteks visual, dan auditorik. Senile
plaque ini juga terdapat pada jaringan perifer. Perry (1987) mengatakan densitas
Senile plaque berhubungan dengan penurunan kolinergik. Kedua gambaran
histopatologi (NFT dan senile plaque) merupakan gambaran karakteristik untuk
penderita penyakit Alzheimer. 7
c. Degenerasi neuron
Pada pemeriksaan mikroskopik perubahan dan kematian neuron pada
penyakit Alzheimer sangat selektif. Kematian neuron pada neokorteks terutama
didapatkan pada neuron piramidal lobus temporal dan frontalis. Juga ditemukan
pada hipokampus, amigdala, nukleus batang otak termasuk lobus serulues, raphe
nukleus, dan substanasia nigra. Kematian sel neuron kolinergik terutama pada
nukleus basalis dari meynert, dan sel noradrenergik terutama pada lokus seruleus
serta sel serotogenik pada nukleus raphe dorsalis, nukleus tegmentum dorsalis.
Telah ditemukan faktor pertumbuhan saraf pada neuron kolinergik yang
berdegenerasi pada lesi eksperimental binatang dan ini merupakan harapan dalam
pengobatan penyakit Alzheimer. 8
d. Perubahan vakuoler
Merupakan suatu neuronal sitoplasma yang berbentuk oval dan dapat
menggeser nukleus. Jumlah vakuoler ini berhubungan secara bermakna dengan
12
jumlah NFT dan SP , perubahan ini sering didapatkan pada korteks
temporomedial, amygdala dan insula. Tidak pernah ditemukan pada korteks
frontalis, parietal, oksipital, hipokampus, serebelum dan batang otak.7
e. Lewy body
Merupakan bagian sitoplasma intraneuronal yang banyak terdapat pada
enterhinal, gyrus cingulate, korteks insula, dan amygdala. Sejumlah kecil pada
korteks frontalis, temporal, parietalis, oksipital. Lewy body kortikal ini sama
dengan immunoreaktivitas yang terjadi pada lewy body batang otak pada
gambaran histopatologi penyakit parkinson. Hansen et al menyatakan lewy body
merupakan varian dari penyakit Alzheimer.
2. Pemeriksaan neuropsikologik
Penyakit Alzheimer selalu menimbulkan gejala demensia. Fungsi
pemeriksaan neuropsikologik ini untuk menentukan ada atau tidak adanya
gangguan fungsi kognitif umum dan mengetahui secara rinci pola defisit yang
terjadi. Tes psikologis ini juga bertujuan untuk menilai fungsi yang ditampilkan
oleh beberapa bagian otak yang berbeda-beda seperti gangguan memori,
kehilangan ekspresi, kalkulasi, perhatian, dan pengertian berbahasa. Evaluasi
neuropsikologis yang sistematik mempunyai fungsi diagnostik yang penting
karena:
a. Adanya defisit kognisi yang berhubungan dengan demensia awal
yang dapat diketahui bila terjadi perubahan ringan yang terjadi akibat penuaan
yang normal.
b. Pemeriksaan neuropsikologik secara komprehensif memungkinkan
untuk membedakan kelainan kognitif pada global demensia dengan defisit selektif
yang diakibatkan oleh disfungsi fokal, faktor metabolik, dan gangguan psikiatri.
c. Mengidentifikasi gambaran kelainan neuropsikologik yang
diakibatkan oleh demensia karena berbagai penyebab.
3. Mini Mental Status Examination
MMSE dapat mengukur orientasi nyata seseorang, kemampuan
registrasi, perhatian dan kemampuan berhitung, mengingat, bahasa, dan
13
kemampuan visuokonstruksi (melihat dan membuat kopi design). Nilai
tertinggi adalah 30. seseorang dengan nilai kurang dari 24 memerlukan
evaluasi lebih jauh untuk kemungkinan terkena Alzheimer atau dementia
yang lain, depresi, delirium atau schizoprenia. Seseorang dengan nilai
kurang dari 20 secara umum memiliki salah satu dari gangguan tersebut.9
14
5. EEG
Berguna untuk mengidentifikasi aktifitas bangkitan yang suklinis. Sedang
pada penyakit Alzheimer didapatkan perubahan gelombang lambat pada lobus
frontalis yang non spesifik.(8)
6. PET (Positron Emission Tomography)
Pada penderita Alzheimer, hasil PET ditemukan penurunan aliran darah,
metabolisme O2, dan glukosa di daerah serebral. Uptake I. 123 sangat menurun
pada regional parietal, hasil ini sangat berkorelasi dengan kelainan fungsi kognisi
dan selalu sesuai dengan hasil observasi penelitian neuropatologi.(9)
15
7. SPECT (Single Photon Emission Computed Tomography)
Aktivitas I. 123 terendah pada regio parieral penderita Alzheimer.
Kelainan ini berkolerasi dengan tingkat kerusakan fungsional dan defisit kogitif.
Kedua pemeriksaan ini (SPECT dan PET) tidak digunakan secara rutin.
2.10 PENATALAKSANAAN
16
Pengobatan penyakit Alzheimer masih sangat terbatas. Pengobatan simptomatik
dan suportif yang dapat diberikan adalah:
Inhibitor kolinesterase
Tujuan: Untuk mencegah penurunan kadar asetilkolin dapat
digunakan anti kolinesterase yang bekerja secara sentral.
Contoh: fisostigmin, THA (tetrahydroaminoacridine), donepezil
(Aricept), galantamin (Razadyne), & rivastigmin.
Pemberian obat ini dikatakan dapat memperbaiki memori dan
apraksia selama pemberian berlangsung
Thiamin
17
Gangguan psikosis (delusi, halusinasi) dan tingkah laku:
Pemberian oral Haloperiodol 1-5 mg/hari selama 4 minggu akan
memperbaiki gejala tersebut
Bila penderita Alzheimer menderita depresi berikan tricyclic
anti depresant (amitryptiline 25-100 mg/hari)
Acetyl L-Carnitine (ALC)
Merupakan suatu substrat endogen yang disintesa didalam mitokondria
dengan bantuan enzyme ALC transferase.
Tujuan : meningkatkan aktivitas asetil kolinesterase, kolin
asetiltransferase.
Dosis:1-2 gr/hari/peroral selama 1 tahun dalam pengobatan
Efek: memperbaiki atau menghambat progresifitas kerusakan
fungsi kognitif
2.11 PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit demensia Alzheimer dapat dilakukan dengan :
a) Sering melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan
kognitif.
b) Penyakit demensia-alzheimer menyerang bagian otak yang
mengatur fungsi kognitif. Dengan
c) lebih sering melakukan kegiatan yang melibatkan kemampuan
kognitif, akan semakin mengurangi risiko terjadinya degenerasi
bagian ini
d) Melakukan olah raga ringan sebagai salah satu pola hidup sehat.
2.12 PROGNOSIS
18
Alzheimer mempunyai angka harapan hidup rata-rata 4-10 tahun sesudah
diagnosis dan biasanya meninggal dunia akibat infeksi sekunder.9
BAB III
KESIMPULAN
Pada beberapa kasus, AD juga dapat mengenai korteks serebri khususnya area
yang mengatur bahasa dan pemikiran (area Broca, Wernick dan Prefrontal), sehingga
menyebabkan seseorang kehilangan kemampuan berbahasa, membuat keputusan dan
timbul perubahan perilaku. Kerusakan ini terjadi secara progresif, akibatnya ppasien
dengan AD akan merasakan emosi yang meledak-ledak, gangguan perilaku, gangguan
tidur, inkontinensia, kehilangan fungsi komunikasi, dan kehilangan kemandirian.
Progresifitas penyakit sangat cepat. Adapun pengobatan pada kasus ini bersifat
simtomatik.
19
DAFTAR PUSTAKA
20