Anda di halaman 1dari 7

Tugas KB1 IPS

NAMA : INAYATUL KARIMAH


NUPTK : 4339763664210113
MAPEL : GURU KELAS

Mempertegas Posisi IPS dan Keterkaitannya dengan Pendidikan Dasar.


A. Rasional Mempelajari IPS
IPS merupakan bidang kajian yang memadukan sejumlah konsep penting dan tertentu
dari ilmu-ilmu sosial, seperti Sosiologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Antropologi, Politik,
Hukum, Budaya, dan Agama serta ilmu lainnya (Trianto, 2010), kemudian diolah
berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan atas dasar kenyataan dan fenomena sosial diwujudkan
dengan pendekatan interdisipliner dan terpadu. Pada hakikatnya IPS merupakan
penyederhanaan terhadap konsep-konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar
manusia yang dijadikan kajian secara sistematis, ilmiah dan pedagogis untuk tujuan
pendidikan” (Udin S. Winataputra, 2011).
Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
peka terhadap masalah pribadi, masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap
mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi
setiap masalah yang terjadi sehari-hari di lingkungan keluarga, baik yang menimpa dirinya
sendiri maupunyang menimpa masyarakat secara umum.
Tujuan IPS khususnya pembelajaran IPS pada jenjang sekolah dasar sebagimana
tecantum dalam Kurikulum IPS-SD Tahun 2006 adalah agar peserta didik mampu
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam
kehidupannya sehari-hari (Depdiknas, 2006). Ilmu pengetahuan sosial juga membahas
hubungan antara manusia dengan lingkungannya, yaitu lingkungan masyarakat dimana anak
didik tumbuhdan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dan dihadapkan pada berbagai
permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitarnya.
Pengajaran IPS (social studies), sangat penting bagi jenjang pendidikan dasar dan
menengah karena siswa yang datang ke sekolah berasal dari lingkungan yang berbeda-beda.
Pengenalan mereka tentang masyarakat tempat mereka menjadi anggota diwarnai oleh
lingkungan mereka tersebut. Sekolah bukanlah satu-satunya wahana atau sarana untuk
mengenal masyarakat. Para siswa dapat belajar mengenal dan mempelajari masyarakat baik
melalui media massa, media cetak maupun media elektronika, misalnya melalui acara
televisi, siaran radio, membaca koran.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di sekolah dasar harus memperhatikan
kebutuhan anak yang berusia 7-11 tahun. Anak dalam usia 7-11 tahun menurut Piaget (Rudy
Gunawan, 2011: 38) berada dalam perkembangan kemampuan intelektual/kognitifnya pada
tingkatan konkrit operasional. Mereka memandang dunia dalam keseluruhan yang utuh, dan
menganggap tahun sebagai waktu yang masih jauh. Yang mereka pedulikan adalah sekarang
(kongkrit), dan bukan masa depan yang belum mereka pahami (abstrak). Padahal bahan
materi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) penuh dengan pesan-pesan yang bersifat abstrak.
Konsep-konsep seperti waktu, perubahan, kesinambungan (continuity), arah mata angin,
lingkungan, ritual, akulturasi, kekuasaan, demokrasi, nilai, peranan, permintaan, atau
kelangkaan adalah konsep-konsep abstrak yang harus dibelajarkan kepada peserta didik SD.
Pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur pendidikan serta
meletakkan dasar pemahaman, nilai yang berlaku di masyarakat sekitar baik dengan adat
ketimuran maupun dengan agama yang diakui di Indonesia dengan unsur kebhinekaannya,
serta tidak dapat dilupakan adalah keterampilan yang akan membuat peserta didik menjadi
pribadi yang menjunjung nilai, norma dan memiliki norma yang baik. Untuk itulah
pembelajaran IPS dilakukan oleh guru tidak hanya dengan pembelajaran yang sekedar
“menjejali” peserta didik dengan hapalan belaka, melainkan pada upaya menekankan
pemahaman, pengetahuan, sikap dan nilai yang menjadi bekal bagi siwa untuk
mempersiapkan dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
IPS berperan sebagai pendorong untuk saling pengertian dan persaudaraan antar umat
manusia, selain itu juga memusatkan perhatiannya pada hubungan antar manusia dan
pemahaman sosial. Dengan demikian IPS dapat membangkitkan kesadaran bahwa kita akan
berhadapan dengan kehidupan yang penuh tantangan, atau dengan kata lain IPS mendorong
kepekaan siswa terhadap hidup dan kehidupan sosial. Jadi rasionalisasi mempelajari IPS
untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:
1. Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki
tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2. Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan
bertanggung jawab.
3. Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar
manusia.
B. Karakteristik Pendidikan IPS SD
Pendidikan IPS merupakan gabungan ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi atau terpadu.
Pengertian terpadu, bahwa bahan atau materi IPS diambil dari Ilmu-ilmu Sosial yang
dipadukan dan tidak terpisah-pisah dalam kotak disiplin ilmu (Lili M Sadeli, 1986:21).
Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
1. Materi IPS
Mempelajari IPS pada hakekatnya adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat
dengan lingkungan (fisik dan social-budaya). Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan
praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan
masyarakat sebagai sumber dan objeknya merupakan suatu bidang ilmu yang tidak berpijak
pada kenyataan. Menurut Mulyono Tjokrodikaryo, (1986:21) ada 5 macam sumber materi
IPS antara lain:
 Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari
keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia
dengan berbagai permasalahannya.
 Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan,
produksi, komunikasi, transportasi.
 Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi
yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
 Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang
dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokohtokoh
dan kejadian-kejadian yang besar.
 Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian,
permainan, keluarga.
2. Strategi Penyampaian Pengajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi,
yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota,
region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or
Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Tipe kurikulum tersebut, didasarkan pada asumsi bahwa anak pertama-tama dikenalkan atau
perlu memperoleh konsep yang berhubungan dengan lingkungan terdekat atau diri sendiri.
Selanjutnya secara bertahap dan sistematis bergerak dalam lingkungan konsentrasi keluar dari
lingkaran tersebut, kemudian mengembangkan kemampuannya untuk menghadapai unsur-
unsur dunia yang lebih luas.
C. Tujuan IPS
Menurut Nursid Sumaatmadja (2006) tujuan pendidikan IPS adalah “membina anak didik
menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian
sosial yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara”
Sedangkan secara rinci menurut Oemar Hamalik (1992:40-41) merumuskan tujuan
pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu: (1) pengetahuan dan
pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan.
1. Pengetahuan dan Pemahaman
mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan
ide-ide kepada anak. Selain itu juga mengembangkan rasa kontinuitas dan stabilitas,
memberikan informasi dan teknik-teknik sehingga mereka dapat ikut memajukan masyarakat
sekitarnya.
2. Sikap belajar IPS
mengembangkan sikap belajar yang baik, yaitu dengan belajar IPS anak memiliki
kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga
mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
3. Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga
mereka mampu melakukan perspektif. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam
masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak, seperti: menghormati dan
mentaati peraturan, mengembangkan rasa tanggung jawab, dan kritis.
4. Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti
dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan
validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan
merumuskan kesimpulan.
Bagaimana posisi IPS dalam ketercapaian tujuannya dalam Pendidikan Dasar
dikaitkan dengan film sexy killers?
A. FILM SEXY KILLERS
Layar film Sexy Killers memperlihatkan ledakan di lokasi tambang. Tanah
membubung tinggi lalu meninggalkan debu beterbangan. Kendaraan pengeruk dan truk-truk
besar hilir mudik mengangkut hasil ledakan: batubara. Dari Kalimantan, puluhan ribu ton
batubara mengalir --terutama ke Jawa dan Bali, dua pulau paling rakus mengonsumsi energi.
Mereka melewati jalur sungai, laut, sebelum tiba di lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) dengan sumber energi batubara.
Sepanjang itulah, sumber energi bumi bernama batubara itu membawa bencana. Dari
hulu hingga hilir. Sexy Killers, film dokumenter terbaru rumah produksi WatchDoc dengan
apik menarasikan bagaimana sumber energi itu menjadi "pembunuh" bagi warga, terutama
kelompok miskin dan perdesaan. Sexy Killers menunjukkan para korban "pembunuhan"
batubara itu terentang dari hulu hingga hilir. Dari lokasi penambangan sampai tempat
batubara itu digunakan.
Di lokasi penambangan di Kaltim, misalnya, petani dari Jawa dan Bali yang
melakukan transmigrasi pada zaman Orde Baru kini harus berhadapan dengan industri
penambangan batubara. Mereka tergusur atau tercemar. "Dulu sebelum ada bangunan
batubara, sawah tidak rusak. Tidak amburadul. Sekarang sejak ada tambang, rakyat kecil
malah sengsara. Yang enak, rakyat yang besar. Ongkang-ongkang kaki terima uang. Kalau
kita terima apa? Terima imbasnya. Lumpur.." kata seorang petani yang tak disebut namanya.
Lubang-lubang bekas tambang yang ditinggalkan kini juga meminta tumbal. Menurut Sexy
Killers, pada kurun 2011 – 2018 ada 32 orang mati tenggelam di bekas lubang tambang di
Kaltim. Secara nasional pada kurun 2014-2018 terdapat 115 orang mati.
Dari lokasi penambangan, pengangkutan batubara itu terus memakan lebih banyak
tumbal ketika diangkut menuju lokasi PLTU di Jawa dan Bali. Di Batang, Jawa Tengah,
petani tergusur dan tidak bisa leluasa memasuki sawahnya. Nelayan juga terkepung PLTU
sehingga sumber penghidupannya terancam. Terumbu karang hancur karena tumpahan batu
bara atau jangkar kapal-kapal tongkang pengangkut batu bara. Di tempat lain, asap PLTU
batubara itu bahkan telah merenggut nyawa warga sekitar, seperti di Palu, Sulawesi
Tengah. Sexy Killers menghadirkan getir tangis para korban di balik gemerlap lampu yang
dinikmati warga sehari-hari.
Di Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, hadirnya PLTU
juga membawa sejumlah masalah bagi warga setempat. Laporan Greenpeace Indonesia pada
April 2018 menyebutkan PLTU Celukan Bawang yang beroperasi sejak 2015
itu menimbulkan empat dampak.
 Pertama, ganti rugi tanah belum selesai yang antara lain karena nilai ganti rugi tidak
layak dan proses tidak transparan.
 Kedua, hancurnya mata pencaharian --terutama untuk petani dan nelayan tangkap.
 Ketiga, kerusakan lingkungan di darat dan di laut akibat limbah sisa pembakaran.
 Keempat, terganggunya kesehatan warga --terutama sakit pernapasan yang diperburuk
tidak adanya pemantauan mengenai dampak kesehatan.
Ironisnya, PLTU Celukan Bawang sebenarnya tidak pernah masuk dalam Rencana
Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) di Bali. Menurut RUPTL Nasional, Bali
termasuk provinsi dengan rasio elektrifikasi tertinggi di Indonesia, 100 persen, bersama DKI
Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Bandingkan dengan Nusa Tenggara Timur (NTT) 70 persen
atau Papua, 65 persen.
B. Bagaimana posisi IPS dalam ketercapaian tujuannya dalam Pendidikan Dasar
dikaitkan dengan film sexy killers
Salah satu tujuan dari pembelajaran IPS adalah Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga
mereka mampu melakukan perspektif. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang
dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak, seperti:
menghormati dan mentaati peraturan, mengembangkan rasa tanggung jawab, dan kritis.
Krisis ekologi menjadi wacana kritis bagi masyarakat tidak hanya dalam
lingkup nasional tetapi juga internasional. Tantangan untuk menjadikan peserta didik
sebagai warga negara yang bertanggungjawab menuntut guru IPS untuk memiliki
kecakapan dalam meramu pembelajaran yang efektif.
Materi IPS dirangkum dengan tujuan memberikan kesadaran bagi peserta didik
sebagai warga negara yang bertanggung jawab tidak hanya sesama manusia, institusi
(negara), tetapi alam sekitarnya. Oleh karena itu, guna memaksimalkan strategi
pembelajaran dapat dilakukan dengan memanfaatkan lingkungan hidup sebagai sumber
belajar.
Ekologi dalam lingkungan sosial mengkaji secara khusus bagaimana interaksi
mereka dalam lingkungan hidup. Menurut Barr, Barth, dan Shermis (1978) perhatian IPS
adalah materi ekologi yang berhubungan dengan interaksi di dalamnya, dimana
masyarakat menyadari perannya untuk menjaga, memelihara, mengembangkan, dan
melestarikannya. Oleh karena itu, Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
aspek pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial
masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.
Pendidikan lingkungan yang baik harus memastikan pemahaman peserta didik
mengenai lingkungan tidak sebatas pengetahuan dasar semata. Ketercapaian pemahaman
ini dapat dimulai dengan mempelajari fenomena alam dan kompleksifitas yang ada
didalamnya. Arti penting dari pendidikan lingkungan adalah bentuk kepekaan kita
terhadap problematika lingkungan dan usaha untuk mengurangi kerusakan bahkan
meningkatkan kualitas keseimbangan alam melalui pendidikan.
Kerusakan lingkungan seharusnya dapat diminimalisir dengan cara
mengendalikan keserakahan manusia dalam mengeksploitasi alam. Manusia harus
ditempatkan sebagai bagian dari alam ini dan bukan sebaliknya terpisah dari alam.

Anda mungkin juga menyukai