Case Erlin Anda
Case Erlin Anda
Oleh:
Andani Lestari, S.Ked 04054821820127
Erlina Purnamayani, S.Ked 04054821820005
Pembimbing:
Prof. Dr. Zarkasih A, SpA(K)
Opponen :
Andini Karlina CH Husnul Khotimah Nopasari
Anugrah Qalbi Ilsya Pertiwi Nurul Hayatun Nupus
Ayu Aprilisa Dahni Putri Izzy Vikrat Reza Nurdesni
Azzahra Afifah Khairunnisa Elvia Putri Rizka Febriana Fitrie
Dwi Oktaverina Putri Mita Innana Nurjannah Safira Azzahra
Faadhillah Muhammad M. Ananda Triansyah Sarah Aprilia
Fajri Irwinsyah Manalu Muhammad Arif Naufal Sonia Edna R. Manik
Fildzah Hashifah Taufiq Muhammad Rizki D. Vondy Holianto
Laporan Kasus
Oleh:
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang
berjudul “Demam Berdarah Dengue Derajat II”.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
mengikuti Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Anak di RSMH Palembang. Pada
kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr.
Zarkasih A, SpA(K)atas bimbingan yang telah diberikan.
Dalam menyelesaikan penulisan ini, penulis tidak luput dari kesalahan dan
kekurangan baik dari segi materi dan bahasa yang disajikan. Untuk itu penulis
memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan, serta mengharapkan kritik
dan saran demi kesempurnaan tulisan ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi
penulis pada khususnya, serta semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
DAFTAR ISI
Penyakit virus dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
tipe I,II III dan IV golongan arthropod borne virus group B (arbovirus) yang
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albocpitus. Sejak tahun 1968
penyakit ini ditemukan di Surabaya dan Jakarta, selanjutnya sering terjadi
kejadian luar biasa dan meluas ke seluruh wilayah Indonesia. Oleh karena itu
penyakit ini menjadi masalah kesehatan masyarakat yang awalnya banyak
menyerang anak tetapi akhir-akhir ini menunjukkan pergeseran menyerang
dewasa.
Virus dengue merupakan bagian dari famili Flaviviridae. Keempat serotipe
virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4) dapat dibedakan dengan
metode serologik. A. aegypti adalah salah satu vektor nyamuk yang paling utama
untuk arbovirus karena nyamuk ini sangat antropofilik, hidup dekat manusia, dan
sering hidup di dalam rumah sekitar kamar tidur, pakaian, dan air bersih sehingga
sulit untuk mengontrolnya dari lingkungan luar. Nyamuk dewasa lebih sering
menggigit pagi hari dan sore hari. Setelah menggigit manusia yang terinfeksi,
virus dengue memasuki nyamuk betina dewasa. Virus pertama kali bereplikasi
dalam midgut kemudian bereplikasi dalam kelenjar saliva nyamuk yang lamanya
kurang lebih 8-12 hari, periode ini disebut periode ekstrinsik. Nyamuk yang
mengandung virus tersebut kemudian menggigit manusia lain dan bereplikasi
dalam tubuh manusia dengan masa inkubasi 4-7 hari (3-14 hari) yang disebut
periode intrinsik.
Perjalanan penyakit infeksi dengue sulit diramalkan. Pasien yang pada
waktu masuk keadaan umumnya tampak baik, dalam waktu singkat dapat
memburuk dan tidak tertolong (Dengue Shock Syndrome / DSS). Sampai saat ini
masih sering dijumpai penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang semula
tidak tampak berat secara klinis dan laboratoris, namun mendadak syok sampai
meninggal dunia. Sebaliknya banyak pula penderita DBD yang klinis maupun
6
laboratoris nampak berat namun ternyata selamat dan sembuh dari penyakitnya.
Kenyataan di atas membuktikan bahwa sesungguhnya masih banyak misteri di
dalam imunopatogenesis infeksi dengue yang belum terungkap.
Angka kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia cenderung
meningkat, mulai 0,05 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1968 menjadi
35,19 insiden per 100.000 penduduk di tahun 1998, dan pada saat ini DBD di
banyak negara kawasan Asia Tenggara merupakan penyebab utama perawatan
anak di rumah sakit. Mengingat infeksi dengue termasuk dalam 10 jenis penyakit
infeksi akut endemis di Indonesia maka seharusnya tidak boleh lagi dijumpai
misdiagnosis atau kegagalan pengobatan. Menegakkan diagnosis DBD pada
stadium dini sangatlah sulit karena tidak adanya satupun pemeriksaan diagnostik
yang dapat memastikan diagnosis DBD dengan sekali periksa, oleh sebab itu perlu
dilakukan pengawasan berkala baik klinis maupun laboratoris.
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTIFIKASI
Nama : An. AR
Umur / Tanggal Lahir : 7 tahun 2 bulan (8 Februari 2012)
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Nama Ayah : Tn. S
Pekerjaan Ayah : Pedagang
Nama Ibu : Ny. Y
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Sei Pangeran, Ilir Timur 1, Palembang
Suku Bangsa : Sumatera Selatan
Dikirim oleh : IGD RS Mohammad Hoesin Palembang
MRS : 17 April 2019 pukul 06.02 WIB
II. ANAMNESIS
Tanggal : 18 April 2019 (Pukul 17.00 WIB)
Diberikan oleh : Pasien dan orang tua kandung pasien
A. Riwayat Penyakit Sekarang
1. Keluhan Utama : Demam hari ke-4
2. Keluhan Tambahan : Nyeri Kepala
3. Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien tiba-tiba demam,
suhu tidak diukur. Demam tinggi terus-menerus. Nyeri pada
persendian ada, nyeri di belakang bola mata ada. Buang air besar
(BAB) seperti biasa. Buang air kecil (BAK) biasa berwarna kuning
jernih. Pasien berobat ke bidan dan diberi Paracetamol, demam turun
tapi kemudian naik lagi. Oleh bidan, pasien diminta berobat ke rumah
sakit jika demam tidak turun.
8
Sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit, demam belum juga turun,
pasien mengeluh nyeri kepala. Pasien tidak ada sakit perut, mual,
maupun muntah. Pasien dibawa ke IGD dan diperiksa suhu,
didapatkan 38,8oC, diperiksa laboratorium: Hb: 14g/dL, Ht 40%,
Platelet 211.000/µL, leukosit 7030/mm3, DC 0/0/75/12/13. Penderita
disarankan rawat jalan.
Sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh nyeri
kepala. Pasien juga sakit perut, mual dan muntah ada, frekuensi
muntah 1 kali, isi apa yang dimakan dan minum, muntah tidak
menyemprot, banyaknya kisaran ¼ gelas belimbing. Pada kulit lipatan
dengkul kiri pasien juga muncul bintik merah. Pasien datang ke IGD
RSMH.
Pasien belum pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya. Di
keluarga dan lingkungan keluarga pasien ada yang menderita demam
berdarah yaitu tetangga pasien beda 1 rumah. Pasien tidak bepergian
ke daerah endemik. Pasien tidak memiliki riwayat transfuse darah
sebelumnya.
4. Riwayat Keluarga
Perkawinan : Perkawinan pertama
Umur : Ayah 34 tahun, Ibu 32 tahun
Pendidikan Terakhir Ayah : SMA
Pendidikan Terakhir Ibu : SMA
Penyakit yang pernah diderita :Riwayat penyakit serupa tidak ada
5. Riwayat Perkembangan
Gigi Pertama : Ibu tidak tahu
Berbalik : 4 bulan
Tengkurap : 5 bulan
Merangkak : 7 bulan
10
Duduk : 7 bulan
Berdiri : 10 bulan
Berjalan : 13 bulan
Berbicara : 13 bulan
Kesan : Perkembangan baik
Pedigree
Keterangan:
Laki-laki sehat Perempuan sehat
Laki-laki sakit
11
III. Pemeriksaan Fisik (dilakukan tanggal 18 April 2019, pukul 17.30 WIB)
a. Pemeriksaan Fisik Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
BB : 21 kg
PB atau TB : 122 cm
Status gizi : Gizi baik
BB/U : 21/23x100% = 91% (normal)
TB (PB)/U : 122/124x100% = 98% (normal)
BB/TB : 21/23x100% = 91% (Gizi baik)
Tidak ada edema, tidak ada sianosis, tidak ada dispnoe, tidak ada
anemia, tidak ada ikterus, tidak ada dismorfik.
Suhu : 37.9oC
Respirasi : 24x/menit
Tipe Pernapasan : Torakoabdominal
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 84x/ menit
Isi/kualitas : Isi cukup, tegangan cukup
Regularitas : Reguler
Kulit : Petechiae ada, pucat tidak ada, ikterik tidak ada
b. Pemeriksaan Khusus
Kepala : normocephali
Rambut : hitam terdistribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata : palpebra superior tidak edema, mata tidak cekung,
konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
bulat isokor, diameter 3mm, refleks cahaya +/+
Hidung : bentuk normal, tidak ada septum deviasi, tidak ada
sekret, tidak ada pernapasan cuping hidung, tampak
perdarahan tidak aktif
Telinga : bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada
sekret
12
ABDOMEN
- Inspeksi : tampak datar, venektasi tidak ada, distensi abdomen tidak
ada
- Palpasi :Lemas, ada nyeri tekan epigastrium, hepar dan lien tidak
teraba.
- Perkusi : timpani, shifting dullness (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral hangat, CRT <3”, Rumple leede (+),deformitas (-),
edema (-)
Kulit : turgor baik, petechiae(+) pada tangan dan kaki
Genitalia : tak diperiksa
Reflek patologis - - - -
Gejala rangsang - - - -
meningeal
Fungsi sensorik Normal Normal Normal Normal
Nervi Kraniales Tak diperiksa
Reflek primitif - - - -
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hematologi RSMH (17 April 2019 pukul 14.00 WIB)
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
Hb 12,5 11.3-14.1 g/dL
Eritrosit 4.41 4.40-4.48 106/mm3
Leukosit 6.08 4.5-13.5 103/mm3
14
Ht 45 37-41 %
Trombosit 82 217-497 103/𝜇𝐿L
RDW-CV 12.1 11-15 %
Hitung jenis 0/0/72/13/15 0-1/1-6/50-70/20-40/ %
(basofil/eosinofil/ne 2-8/
trofil/limfosit/
monosit)
IX. PENATALAKSANAAN
Tirah baring
IVFD RL gtt 40x/makro (147 cc/jam = 7 cc/kgBB/jam)
Paracetamol tab 3 x 500 mg jika T >38.5 oC
Observasi tanda-tanda syok perdarahan
Balance diuresis /6 jam
Kurva Suhu/6 jam
X. RENCANA PEMERIKSAAN
Cek laboratorium darah rutin per 8 jam
XI. PROGNOSIS
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
XII. FOLLOW UP
Tanggal Keterangan
18 S : Keluhan : Hari demam ke-4
April O : Sens: CM
2019 TD: 110/80 mmHg N: 96/menit. RR :20x/menit T : 37.9oC
Kepala : nafas cuping hidung (-), konjungtiva anemis (-)
sklera ikterik (-),
Thoraks : simetris, retraksi (-)
Pulmo: vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)
Cor : BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, hepar dan lien
16
tidak teraba,
Ekstremitas : akral hangat, CRT <3”, Rumple leed test (+)
A : DBD gr II
P :IVFD RL 25gtt/menit (105cc/jam = 5cc/kgBB/jam)
Paracetamol 3x250 mg jika T >38.5 oC
Observasi demam, tanda-tanda syok dan perdarahan
Balance Diuresis /6 jam
Cek Laboratorium Hb, Ht, Trombosit
Laboratorium RSMH (18 April 2019 pukul 06.00 WIB)
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hb 11.4 11.3-14.1 g/dL
Ht 34 37-41 %
Trombosit 39 217-497 103/𝜇𝐿L
Laboratorium RSMH (18 April 2019 pukul 13.00 WIB)
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hb 12.1 11.3-14.1 g/dL
Ht 34 37-41 %
Trombosit 39 217-497 103/𝜇𝐿L
Laboratorium RSMH (18 April 2019 pukul 23.00)
Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan
HEMATOLOGI
Hb 11.5 11.3-14.1 g/dL
Ht 35 37-41 %
Trombosit 76 217-497 103/𝜇𝐿L
Balance diuresis
06.00-12.00 12.00-18.00 18.00-24.00 24.00-06.00
I : 650 I : 600 I : 400 I : 500
O: 350 O: 400 O: 200 O: 150
IWL: 95 IWL: 95 IWL: 95 IWL: 95
B: +205 B: +105 B: +105 B: +255
17
1.1. DEFINISI
Infeksi virus dengue adalah suatu penyakit demam akut yang disebabkan
oleh virus genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Virus ini menyerang manusia melalui
perantara nyamuk Aedes agypti atau Aedes albopictus. Keempat serotipe dengue
dapat ditemukan di Indonesia, dengan DEN-3 merupakan serotipe dominan yang
banyak berhubungan dengan kasus berat, diikuti serotipe DEN-2.
Spektrum klinis infeksi dengue dibagi menjadi asimtomatik dan
simtomatik. Infeksi virus simtomatik terbagi lagi menjadi demam tidak khas
(sindrom virus), demam dengue (DD), demam berdarah dengue (DBD), dan
demam berdarah dengue disertai syok (sindrom syok dengue/DSS).
3.2 ETIOLOGI
Virus dengue penyebab DBD termasuk famili Flaviviridae, yang
berukuran kecil sekali, yaitu 35-45 nm. Virus dengue serotipe 1,2,3,4 ditularkan
melalui vektor nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes
polynesiensis, dan beberapa spesies lain merupakan vektor yang kurang berperan.
Infeksi dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup
terhadap serotipe bersangkutan tetapi tidak memberi perlindungan terhadap
serotipe lain.
3.3 PATOGENESIS
Patogenesis infeksi virus dengue berhubungan dengan faktor virus
(serotipe, jumlah, dan vilurensi), faktor host (pejamu, genetik, usia, status gizi,
penyakit komorbid, dan interaksi antara virus dan pejamu), serta faktor
lingkungan (lingkungan, musim, curah hujan, suhu udara, kepadatan dan
mobilitas penduduk, serta kesehatan lingkungan).
Peran sistem imun dalam infeksi virus dengue adalah sebagai berikut,
21
3.4 PATOFISIOLOGI
Virus hanya dapat hidup dalam sel hidup sehingga harus bersaing dengan
sel manusia terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat
bergantung pada daya tahan tubuh manusia. Sebagai reaksi terhadap infeksi
terjadi (1) aktivasi sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilatoksin yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler dan terjadi perembesan plasma
dari ruang intravaskular ke ruang ekstravaskular; (2) agregasi trombosit menurun,
apabila kelainan ini berlanjut akan mengakibatkan kelainan fungsi trombosit
sebagai akibat mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang; (3) kerusakan
sel endotel pembuluh darah akan merangsang/ mengaktivasi faktor pembekuan.
23
Demam Dengue
Manifestasi klinis infeksi dengue fever ditandai gejala-gejala klinik berupa
demam, nyeri pada seluruh tubuh, ruam dan perdarahan. Demam yang terjadi
pada infeksi virus dengue ini timbulnya mendadak, tinggi (dapat mencapai 39-40
ºC) dan dapat disertai dengan menggigil. Begitu mendadaknya, sering kali dalam
praktik sehari-hari kita mendengar cerita ibu bahwa pada saat melepas putranya
berangkat sekolah dalam keadaan sehat walafiat, tetapi pada saat pulang putranya
sudah mengeluh panas dan ternyata panasnya langsung tinggi. Pada saat anak
mulai panas ini biasanya sudah tidak mau bermain. Demam ini hanya berlangsung
sekitar lima hari. Pada saat demamnya berakhir, sering kali dalam bentuk turun
mendadak (lysis), dan disertai dengan berkeringat banyak. Saat itu anak tampak
agak loyo. Kadang-kadang dikenal istilah demam biphasik, yaitu demam yang
berlangsung selama beberapa hari itu sempat turun di tengahnya menjadi normal
kemudian naik lagi dan baru turun lagi saat penderita sembuh (gambaran kurva
panas sebagai punggung unta).
Gejala panas pada penderita infeksi virus dengue akan segera disusul
dengan timbulnya keluhan nyeri pada seluruh tubuh. Pada umumnya yang
dikeluhkan adalah nyeri otot, nyeri sendi, nyeri punggung, dan nyeri pada bola
mata yang semakin meningkat apabila digerakkan. Karena adanya gejala nyeri ini,
di kalangan masyarakat awam ada istilah flu tulang. Dengan sembuhnya penderita
gejala-gejala nyeri pada seluruh tubuh ini juga akan hilang.
Ruam yang terjadi pada infeksi virus dengue ini dapat timbul pada saat
awal panas yang berupa flushing, yaitu berupa kemerahan pada daerah muka,
26
leher, dan dada. Ruam juga dapat timbul pada hari ke-4 sakit berupa bercak-
bercak merah kecil seperti bercak pada penyakit campak. Kadang-kadang ruam
tersebut hanya timbul pada daerah tangan atau kaki saja sehingga memberi bentuk
spesifik seperti kaos tangan dan kaki. Yang terakhir ini biasanya timbul setelah
panas turun atau setelah hari ke-5.
Pada infeksi virus dengue apalagi pada bentuk klinis DBD selalu disertai
dengan tanda perdarahan. Hanya saja tanda perdarahan ini tidak selalu didapat
secara spontan oleh penderita, bahkan pada sebagian besar penderita tanda
perdarahan ini muncul setelah dilakukan tes tourniquet. Bentuk-bentuk
perdarahan spontan yang dapat terjadi pada penderita demam dengue dapat berupa
perdarahan kecil-kecil di kulit (petechiae), perdarahan agak besar di kulit
(echimosis), perdarahan gusi, perdarahan hidung dan kadang-kadang dapat terjadi
perdarahan yang masif yang dapat berakhir pada kematian.
Berkaitan dengan tanda perdarahan ini, pada anak-anak tertentu diketahui
oleh orangtua mereka bahwa apabila anaknya menderita panas selalu disertai
dengan perdarahan hidung (epistaksis). Dalam istilah medis dikenal sebagai
habitual epistaksis, sebagai akibat kelainan yang bersifat sementara dari gangguan
berbagai infeksi (tidak hanya oleh virus dengue). Pada keadaan lain ada penderita
anak yang apabila mengalami sakit panas kemudian minum obat-obat panas
tertentu akan disusul dengan terjadinya perdarahan hidung. Untuk penderita
dengan kondisi seperti ini, pemberian obat-obat panas jenis tertentu tersebut
sebaiknya dihindari.
Pemeriksaan Penunjang
1. Lab darah rutin
Lekosit: dapat normal tapi biasanya lekopeni dengan dominasi sel neutrofil,
pada akhir fase demam, terjadi lekopeni dan neutropeni serta limfositosis
relatif (peningkatan sel limfosit atipikal atau limfosit plasma biru>15% dapat
dijumpai pada hari ketiga, sebelum suhu tubuh turun atau sebelum syok
terjadi)
28
Trombosit
Trombositopeni <100.000/mm3 atau kurang dari 1-2 trombosit/lapangan
pandangan besar. Biasa ditemukan antara hari sakit ketiga-ketujuh. Biasanya
terjadi sebelum peningkatan hematokrit dan sebelum suhu turun.
Hemokonsentrasi dengan tanda:
- Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai umur, jenis
kelamin
- Penurunan hematokrit ≥ 20% setelah mendapat pengobatan cairan
- Tanda perembesan plasma, yaitu efusi pleura, asites atau proteinemia
Pemeriksaan laboratoris lain:
- Kadar albumin menurun sedikit dan bersifat sementara
- Eritrosit pada tinja hamper selalu ditemukan
- Pada sebagian besar kasus, disertai penurunan faktor koagulasi dan
fibrinolitik, yaitu fibrinogen, protrombin, factor VII, factor XII dan
antitrombin III
- Pada kasus berat ada disfungsi hati, penurunan kelompok vitamin K-
dependent, protrombin seperti factor V, VII, IX dan X, fibrinogen
mungkin subnormal
- Waktu perdarahan memanjang (PT dan PTT memanjang)
- Penurunan α-antiplasmin (α-antiplasmin inhibitor) jarang ditemukan
- Serum komplemen menurun, hipoproteinemia, kadang-kadang
hipokloremia
- Hiponatremia
- Serum aspartat aminotransferase sedikit meningkat
- Asidosis metabolik berat dan peningkatan kadar urea nitrogen pada syok
berkepanjangan
2. Radiologis
Pada foto thoraks didapatkan efusi pleura terutama pada hemitoraks kanan,
tetapi bila terjadi pembesaran plasma hebat, foto roentgen dada sebaiknya
29
dilakukan lateral dekubitus kanan. Asites dan efusi pleura dapat dideteksi
dengan USG
3. Diagnosis serologi
Hemaglutination Inhibition Test (HI test)
Uji ini sensitif tapi tidak spesifik (tidak dapat menunjukkan tipe virus yang
menginfeksi. Antibodi HI bertahan >48 tahun, maka cocok untuk uji
seroepidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x
dari titer serum akut atau titer tinggi (>1280) baik pada serum akut atau
konvalesen dianggap diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
(presumtif +)
Complement Fixation test
Antibodinya hanya bertahan sekitar 2-3 tahun saja. Cara pemeriksaannya
ruwet dan membutuhkan tenaga pemeriksa berpengalaman.
Neutralization Test
Paling spesifik dan paling sensitif untuk virus dengue, berdasarkan reduksi
dariplaque yang terjadi, dideteksi bersamaaan dengan antibodi HI tapi
lebih cepat dari antibodi komplemen, bertahan >48 tahun tapi lama dan
ruwet.
IgM dan IgG Elisa Mac Elisa (IgM captured Elisa)
Akhir-akhir ini sering dipakai. IgM muncul pada perjalanan penyakit hari
4-5 yang kemudian diikuti dengan IgG. Dengan mendeteksi IgM pada
serum pasien, dapat ditentukan diagnosis yang tepat (diambil >hari ke5
dan <6 minggu) bila masih negatif, harus diulang, apabila pada hari sakit
ke-6 masih tetap (-), msks dilaporkan sebagai (-). IgM hanya dapat
bertahan dalam darah 2-3 bulan setelah infeksi sehingga tidak boleh
dijadikan satu-satunya uji diagnostik pengelolaan kasus. Sensitivitasnya
sedikit di bawah uji HI, spesifitas sama dengan uji HI dan hanya
memerlukan 1 serum akut saja. Saat ini sudah beredar uji Elisa yang
sebanding dengan uji HI hanya lebih spesifik (IgM/IgG dengue blot,
dengue rapid, dll). Pada infeksi sekunder, IgG lebih banyak didapatkan.
30
Isolasi virus
a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCMK2) dan nyamuk A
albopictus
c. Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik/intraserebral pada
larva
Identifikasi virus
Dengan Fluorescence antibody technique test secata langsung atau tidak
langsung. Untuk identifikasi dipakai yang indirek dengan antibodi
monoclonal
NS1 antigen test(Platelia Dengue NS1 Ag assay ) pemeriksaan untuk DBD
yang pertama kalai diperkenalkan tahun 2006 oleh Bio-Rad Laboratories,
dapat mendeteksi dihari pertama panas sebelum antibodi dapat terdeteksi 5
hari kemudian.
31
Perdarahan hebat
Gagal ginjal akut
Haemolytic uremic syndrome (HUS)
Gangguan jantung: gangguan konduksi, miokarditis, pericarditis
Infeksi ganda
Isolasi virus dengue memberikan nilai yang sangat kuat dalam konfirmasi
diagnosis klinis, namun karena memerlukan teknologi yang canggih dan prosedur
yang cukup rumit, pemeriksaan ini bukan pemeriksaan yang rutin dilakukan.
3.8 PENATALAKSANAAN
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.
Pasien DD dapat berobat jalan sedangkan pasien DBD dirawat diruang perawatan
biasa, tetapi pada kasus DBD dengan komplikasi diperlukan perawatn intensif.
Fase kritis umumnya terjadi pada hari sakit ketiga.
Pasien dengan demam tinggi terus menerus, kurang dari 7 hari yang
disertai nyeri kepala, nyeri retroorbital, myalgia, artralgia, ruam kulit, manifestasi
perdarahan baik spontan maupun hasil uji tourniquet, jumlah leukosit yang rendah
(<4000/mm3) tanpa atau dengan jumlah trombosit yang menurun dan apalagi bila
diketahui ada kasus dengue di lingkungan tempat tinggal atau di sekolah, maka
harus dicurigai pasien tersebut menderita infeksi dengue. Bila terdapat kenaikan
hematokrit sangat tinggi dibandingkan dengan nilai hematokrit pasien berdasarkan
pengamatan dari pasien-pasien terdahulu meningkatkan kecurigaan terhadap
kemungkinan infeksi virus dengue. Apabila rendah atau normal, nilai ini
merupakan data dasar yang sangat berguna dalam tata laksana selanjutnya.
Pasien infeksi virus dengue yang berobat ke sarana kesehatan dapat
bermanifestasi sebagai demam dengue, demam berdarah dengue, demam berdarah
dengue dengan syok atau expanded dengue syndrome. Oleh karena itu pada pasien
tersangka infeksi virus harus diteliti pasien mana yang bisa dilakukan pengobatan
rawat jalan dan pasien mana yang harus menjalani rawat inap. Pada umumnya
39
pasien pada saat masuk didiagnosis sebagai demam dengue dapat diperlakukan
sebagai pasien rawat jalan, kecuali bila ditemukan komorbiditas (thalassemia,
sindrom nefrotik, hipertensi, HIV-AIDS) atau terdapat asma bronkial dan
obesitas, atau indikasi sosial. Indikasi rawat inap pasien yang terinfeksi dengue
adalah bila pasien mengalami muntah persisten atau menolak makan dan minum.
Pasien dengan DBD, DBD dengan syok, atau expanded dengue syndrome juga
mutlak menjalani rawat inap.
40
Penggantian cairan
Kunci tata laksana DBD terletak pada deteksi dini fase kritis, yaitu saat
suhuturun (the time of defervescence) yang merupakan fase awal terjadinya
kegagalansirkulasi, dengan melakukan observasi klinis disertai pemantauan
kebocoranplasma dan gangguan hemostasis. Prognosis DBD terletak pada
pengenalantanda- tanda bahaya secara awal dan pemberian cairan larutan garam
isotonikatau kristaloid sebagai cairan awal pengganti volume plasma sesuai
dengan beratringan penyakit. Perhatian khusus pada kasus dengan peningkatan
hematokrityang terus menerus dan penurunan jumlah trombosit yang cepat.
Jenis cairan yang dapat digunakan antara lain adalah kristaloid: ringer
laktat (RL), ringer asetat (RA), ringer maleate, garam faali (GF), Dekstrosa 5%
dalam larutan ringer laktat (D5/RL), Dekstrosa 5% dalam larutan ringerasetat
(D5/RA), Dekstrosa 5% dalam 1/2 larutan garam faali (D5/1/2LGF). Untuk
resusitasi syok dipergunakan larutan kristaloid yang tidakmengandung dekstosa)
atau koloid Dekstran 40, Plasma, Albumin, Hidroksil etil starch 6%, gelafundin.
Pada pasien DBD, pilihan cairan adalah cairan kristaloid isotonik. Tidak
dianjurkan pemberian cairan hipotonik seperti NaCl 0,45% kecuali pada pasien <6
bulan. Cairan koloid hiperonkotik seperti dextran 40 atau HES hanya diberikan
pada perembesan plasma massif yang ditunjukkan dengan nilai hematokrit tetap
tinggi setelah diberi cairan kristaloid adekuat atau pada keadaan syok yang tidak
berhasil dengan pemberian bolus cairan kristaloid.
42
sesuai kebutuhan. Volume cairan ditingkatkan bila nilai hematokrit naik dan
kemudian diturunkan bertahap seiring dengan penurunan nilai hematokrit.
Antipiretik
Antipiretik yang diberikan adalah parasetamol dengan dosis 10-15
mg/kgBB/kali jika suhu >38oC dengan interval 4-6 jam, hindari pemberian
aspirin/NSAID/ibuprofen. Berikan kompres hangat.
Nutrisi
Bila pasien masih bisa minum, anjurkan pasien untuk minum yang cukup,
terutama minum cairan yang mengandung elektrolit.
Pemantauan
Pantau keadaan umum pasien, perfusi perifer, dan tanda-tanda vital, serta
nafsu makan, muntah, perdarahan, dan tanda-tanda bahaya
44
3.8 PENCEGAHAN
Untuk memutuskan rantai penularan, pemberantasan vektor dianggap cara
yang paling memadai saat ini. Ada 2 cara pemberantasan vektor :
a. Menggunakan insektisida.
46
3.9 PROGNOSIS
Kematian oleh demam dengue hampir tidak ada, sebaliknya pada
DBD/SSD mortalitasnya cukup tinggi. Dengan pemberian terapi cairan yang
agresif, prognosis dari DBD/SSD dapat menjadi baik.
BAB IV
ANALISIS KASUS
25%) setelah diberikan terapi cairan.. Pada pasien dilakukan tatalaksana penanganan
DBD derajat II serta dilakukan pemantauan gejala klinis dan laboratorium.
Prognosis pada pasien iniadalah bonam karena pasien respon terhadap terapi
yang diberikan. Edukasi yang diberikan kepada pasien dan orang tua adalah (1)
penderita harus banyak minum, dapat diberikan sedikit demi sedikit namun sering,
(2) menghindari aktivitas berat, terutama yang mengakibatkan perdarahan, (3)
menghindari dari gigitan nyamuk (menggunakan lotion anti nyamuk atau memakai
baju dan celana panjang), (4) melakukan 3M plus (menguras, menutup, mengubur
dan memantau), serta (5) mengenali tanda-tanda gawat.
DAFTAR PUSTAKA