A. PENDAHULUAN
XIX/3
masyarakat untuk hidup sehat dan bersih serta peduli terhadap
lingkungannya. Pembangunan kependudukan dan keluarga
sejahtera mengupayakan untuk meningkatkan kualitas penduduk
dan mewujudkan kehidupan keluarga yang berlandaskan nilai-nilai
agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta menumbuhkan dan
mengembangkan kesadaran masyarakat akan pentingnya norma
keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Dengan pembangunan
kesejahteraan sosial diupayakan meningkatkan kesadaran,
kesetiakawanan dan tanggung jawab sosial di masyarakat dalam
menghadapi masalah sosial termasuk penanggulangan bencana,
serta menumbuhkan iklim yang mendorong peran serta masyarakat
dalam pelayanan sosial.
XIX/5
Melalui program perbaikan gizi, setiap tahun telah
dilaksanakan pemberian vitamin A dosis tinggi terhadap 13,2 juta
anak balita, pemberian kapsul yodium terhadap 10,9 juta penduduk,
dan pemberian tablet besi terhadap 2,8 juta ibu hamil yang
mempunyai resiko tinggi di desa tertinggal. Selain itu, dilaksanakan
penyuluhan gizi masyarakat perdesaan di seluruh posyandu yang
berjumlah sekitar 257 ribu posyandu.
XIX/6
dibangun jaringan puskesmas dan rumah sakit. Pada tahun 1997/98
telah tercatat 7.106 puskesmas dan 1.890 rumah sakit yang tersebar
secara merata di seluruh tanah air.
XIX/7
tersebut selain telah berhasil meningkatkan motivasi berusaha
keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera 1, juga telah
meningkatkan jumlah peserta KB. Sampai dengan tahun 1997/98
secara keseluruhan jumlah peserta KB aktif telah mencapai sekitar
26,8 juta pasangan usia subur (PUS) atau lebih tinggi dari sasaran
yang telah ditentukan dalam Repelita VI yaitu 26,2 juta PUS.
B. KESEHATAN
XIX/9
itu perlu didukung oleh sumber daya kesehatan yang cukup
memadai dan andal, termasuk perkembangan dan peningkatan
industri farmasi.
XIX/10
ningkatkan peran serta masyarakat dan organisasi profesi;
meningkatkan mobilisasi dana masyarakat untuk pembiayaan
kesehatan; meningkatkan manajemen upaya kesehatan; serta
mengoptimasikan penyediaan, pengelolaan, dan pendayagunaan
tenaga kesehatan.
XIX/11
serta peningkatan peran serta masyarakat, dunia usaha dan
organisasi profesi. Upaya tersebut dicapai melalui program pokok
dan program penunjang sebagai berikut.
a. Program Pokok
XIX/13
Pengembangan potensi swadaya masyarakat dalam
pembangunan kesehatan, antara lain diupayakan melalui pem -
binaan dan pengembangan posyandu, pondok bersalin desa
(polindes), pos obat desa, pengembangan jaminan pemeliharaan
kesehatan masyarakat (JPKM), peningkatan.peran serta LSM, dan
peningkatan upaya kesehatan kerja. Kegiatan pembinaan dan
pengembangan posyandu mencakup sekitar 257 ribu. Pondok ber -
salin desa sebagai pusat kegiatan pelayanan kesehatan ibu dan anak
mulai dikembangkan, jumlahnya sekitar 20,8 ribu. Pos obat desa
sebagai sarana terdekat untuk penyediaan obat bagi masyarakat
desa juga mulai dikembangkan, jumlahnya sekitar 15,8 ribu pos.
Pengembangan dan pemasyarakatan JPKM dalam berbagai bentuk
terus dilanjutkan. Pada tahun 1997/98 sekitar 20 persen desa telah
melaksanakan kegiatan dana sehat sebagai salah satu bentuk JPKM.
Selain itu, telah dilaksanakan pula pembinaan generasi muda dan
peningkatan peranan wanita dalam pembangunan kesehatan. Saka
Bakti Husada Pramuka telah terbentuk diseluruh Dati 11 dan
bermanfaat dalam penggerakkan masyarakat di bidang kesehatan.
XIX/15
Tersedianya tenaga kesehatan yang cukup merupakan unsur
penting untuk meningkatkan pemerataan dan kualitas pelayanan
kesehatan. Percepatan penempatan tenaga khususnya tenaga dokter,
dokter gigi dan bidan telah dilakukan dengan pola pegawai tidak
tetap (PTT). Dengan pola penempatan ini, penyebaran tenaga bagi
daerah terpencil dapat dipercepat. Bagi tenaga PTT tersebut
diberikan tunjangan khusus sesuai dengan tingkat keterpencilannya.
Dalam kurun waktu tahun 1993/94 sampai dengan tahun 1997/98
telah ditempatkan sebanyak 13,7 ribu dokter, yaitu 1,7 ribu dokter
pada tahun 1993/94 dan 12 ribu dokter selama empat tahun
Repelita VI, dan sebanyak 3,8 ribu dokter gigi yaitu 0,3 ribu dokter
gigi pada tahun 1993/94 dan 3,5 ribu dokter gigi selama empat
tahun Repelita VI (Tabel XIX-2). Di samping itu, secara ke -
seluruhan sampai dengan tahun 1997/98 telah pula ditempatkan
sekitar 62 ribu bidan di desa. Untuk mendukung kegiatan bidan di
desa diberikan bantuan alat transpor, biaya pemondokan, biaya
operasional, peralatan medis dan non medis. Pada tahun 1998/99
direncanakan akan ditempatkan sekitar 26,5 ribu tenaga kesehatan
yang terdiri dari tenaga dokter, dokter gigi, bidan, dan tenaga
kesehatan lainnya.
XIX/17
yang telah melaksanakan pencegahan kebutaan katarak adalah
sebanyak 360 puskesmas.
xtwta
XIX/18
tingkatkan dari kelas D menjadi kelas C. Dalam Repelita VI telah
ditingkatkan 64 rumah sakit kelas D menjadi rumah sakit kelas C.
Sejalan dengan peningkatan kelas rumah sakit, pengadaan dokter
umum dan dokter spesialis termasuk peralatan medis dan non
medis makin ditingkatkan jurnlahnya. Untuk memenuhi kebutuhan
dokter ahli di berbagai rumah sakit yang telah ditingkatkan menjadi
kelas C, ditempatkan 1.293 tenaga dokter ahli dari empat keahlian
dasar (ahli bedah, ahli anak, ahli penyakit dalam, serta ahli
kebidanan dan kandungan). Sedangkan untuk mempercepat
penempatan para dokter ahli di rumah sakit kabupaten, terutama di
daerah-daerah terpencil, sejak awal Repelita VI prioritas pemberian
beasiswa pendidikan dokter ahli diberikan kepada dokter yang
ditempatkan atau akan ditempatkan di kabupaten. Agar para dokter
ahli tersebut dapat menjalankan masa baktinya di rumah sakit
kabupaten secara optimal, disediakan berbagai paket peralatan
sesuai kebutuhan, yaitu sebanyak 549 paket ernpat keahlian dasar,
275 paket tiga keahlian penunjang (anestesi, radiologi, patologi
klinik), dan 713 paket untuk dokter spesialis lainnya. Untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit, secara
bertahap telah dilakukan pula penggantian atau penambahan
peralatan yang meliputi 4,7 ribu unit peralatan medik, 7,7 ribu unit
peralatan non medik, dan 264 unit kendaraan operasional/
ambulans. Pada tahun 1998/99 akan disediakan peralatan medik
dan non medik bagi 250 rumah sakit.
XIX/19
Utara) dan RS Hasan Sadikin (Jawa Barat). Selain itu, telah
dilakukan rehabilitasi/renovasi terhadap 254 rumah sakit. Untuk
mewujudkan kemandirian rumah sakit, secara bertahap rumah sakit
pemerintah yang dinilai mampu mulai dikembangkan menjadi unit
swadana. Diharapkan dengan pengembangan unit swadana ini
dimungkinkan terjadinya subsidi silang kepada rumah sakit yang
lemah, sedangkan rumah sakit yang telah mandiri dapat
meningkatkan mutu pelayanannya, dan juga memungkinkan adanya
subsidi silang antara penderita yang mampu kepada yang tidak
mampu. Jumlah rumah sakit swadana telah mencapai 48 unit terdiri
dari 12 RSU vertikal, I RS Mata vertikal, dan 35 RSU Pemda.
XIX/21
1.000 penduduk. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan
dilaksanakan pengobatan bagi 4 juta penderita malaria.
XIX/23
bulan) dan pengawasan langsung menelan obat (Directly Observed
Treatment Short-course = DOTS) kepada setiap penderita TB yang
baru. Dalam lima tahun terakhir, secara keseluruhan telah
dilaksanakan pemeriksaan bakteriologis terhadap sekitar 3,6 juta
sediaan, yaitu 972 ribu sediaan pada tahun 1993/94 dan 2,6 juta
sediaan selama empat tahun Repelita VI; dan pengobatan terhadap
322,5 ribu penderita yaitu 68,0 ribu penderita pada tahun 1993/94
dan 254,5 ribu penderita selama empat tahun Repelita VI (Tabel
XIX-4). Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan
pengobatan bagi 245,6 ribu penderita TB-Paru.
XIX/25
dilaksanakan sero survai HIV/AIDS dan sifilis yang mencakup
sekitar 432 ribu sediaan, yaitu 122 ribu sediaan pada tahun 1993/94
dan 310 ribu sediaan selama empat tahun Repelita VI.
XIX/27
TVRI secara keseluruhan telah dilakukan sebanyak 197 kali
tayangan, yaitu 35 kali pada tahun 1993/94 dan 162 kali tayangan
selama empat tahun Repelita VI, dan melalui media RRI sebanyak
10.150 kali siaran dalam bentuk drama seri dan kuis, yaitu 46 kali
pada tahun 1993/94 dan 10.104 kali selama empat tahun Repelita
VI. Selain itu juga dilaksanakan melalui pameran pembangunan
dan hari-hari besar seperti Hari Kesehatan Nasional, Hari Pangan
Sedunia, dan Hari Gizi Nasional.
XIX/29
Peningkatan pemanfaatan Iahan pekarangan melalui program
diversifikasi pangan dan gizi dari sektor pertanian merupakan salah
satu upaya mengatasi masalah gizi KEP pada anak balita, yaitu
dengan cara pemberian makanan tambahan. Kegiatan ini
diupayakan menjadi tanggung jawab keluarga dan masyarakat
setempat dengan bimbingan dan dukungan teknis dari petugas
lintas sektor terkait seperti petugas gizi puskesmas, penyuluh
pertanian lapangan (PPL), dan pedoman umum gizi seimbang
(PUGS). Kegiatan pemberian makanan tambahan kepada anak
balita ini, juga dilaksanakan di posyandu sebagai alat penyuluhan
gizi kepada masyarakat.
XIX/31
tentang kemungkinan timbulnya kekurangan pangan yang terjadi di
suatu wilayah atau daerah tertentu, menyediakan informasi tentang
perkembangan penyediaan beranekaragam konsumsi pangan serta
keadaan gizi masyarakat yang berguna bagi perencanaan,
pengelolaan dan evaluasi program penganekaragaman pangan dan
gizi daerah, dan peningkatan kemampuan daerah dalam memecahkan
masalah pangan dan gizi berdasarkan keadaaan setempat. Kegiatan
SKPG meliputi pemantauan keadaan pangan dan gizi di wilayah
tertentu di tingkat kabupaten, kecamatan, dan desa, mengembangkan
jringan informasi pangan dan gizi di tingkat propinsi dan nasional,
pengukuran Tinggi Badan Anak Baru Sekolah (TBABS), dan
pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Kegiatan pemantauan
keadaan pangan dan gizi meliputi seluruh propinsi, sedangkan
pengukuran TBABS telah dilakukan di 22 ribu SD pada tahun
1994/95 dan akan diulang pada 4 tahun mendatang untuk melihat
pertambahan tinggi badan anak sebagai salah satu dampak dari
perbaikan gizi.
XIX/33
ketentuan standar dan persyaratan kesehatan lainnya, telah
diupayakan pengendalian mutu produk secara ketat dan
menyeluruh. Upaya tersebut meliputi; pertama, persyaratan bahwa
setiap produk obat yang beredar harus memenuhi cara-cara
pembuatan obat yang baik (CPOB); kedua, penilaian produk
sebelum dan sesudah beredar; ketiga, penetapan standar mutu;
keempat, pengujian laboratorium dan kelima, dengan pemeriksaan
sarana produksi dan distribusi. Selama empat tahun Repelita VI,
telah dilakukan penilaian registrasi data teknis terhadap sekitar 5,4
ribu jenis obat, 16,1 ribu jenis makanan, 9,5 ribu jenis alat
kosmetika, alat kesehatan dan peralatan kesehatan rumah tangga,
dan 5,5 ribu jenis obat tradisional.
b. Program Penunjang
XIX/35
Dalam Repelita VI, penyediaan air bersih perdesaan
mendapat perhatian yang lebih besar. Dalam rangka itu diupayakan
peningkatan peranserta masyarakat dalam pencarian sumber air
bersih, perencanaan dan pembangunan sarana serta pemanfaatan
dan pemeliharaannya. Selama empat tahun Repelita VI secara
keseluruhan pengawasan kualitas air telah mencakup sekitar 154,8
ribu sarana dan pengambilan serta pemeriksaan sampel air
sebanyak 127,3 ribu sampel. Untuk menunjang pengawasan dan
pemeriksaan kualitas air, telah disusun profil penyediaan dan
pengelolaan air bersih (PAB) pada 2,7 ribu desa yang merupakan
data dasar atau gambaran mengenai keadaan sanitasi sarana dan
kualitas air. Selain itu juga telah dilaksanakan perbaikan kualitas
air di 7,0 ribu desa. Kelompok pemakai air (Pokmair) yang telah
terbentuk dan terbina adalah sebanyak 2,4 ribu kelompok.
Pembentukan Pokmair merupakan upaya untuk menyediakan
wadah bagi masyarakat agar berperanserta aktif dalam
pembangunan, pemanfaatan, pemeliharaan dan pengembangan
sarana penyediaan air bersih.
XIX/37
Kegiatan pokok pendidikan kedinasan antara lain meliputi
penyelenggaraan pendidikan kedinasan bidang kesehatan di berba-
gai jenis dan jenjang pendidikan, peningkatan kesempatan belajar
(karya siswa), dan peningkatan mutu pendidikan kedinasan. Pada
tahun 1993/94 institusi pendidikan kesehatan. berjumlah 489
institusi. Pada tahun 1997/98 jumlah tersebut meningkat menjadi
sebanyak 726 institusi. Sejalan dengan perkembangan jumlah
institusi pendidikan tersebut, maka jumlah lulusan pendidikan
kesehatan juga meningkat. Pada tahun 1993/94 jumlah lulusan
adalah 32,9 ribu orang dan tahun 1997/98 meningkat menjadi 38,6
ribu orang terdiri dari tenaga paramedis perawatan dan paramedis non
perawatan. Sementara itu, guna meningkatkan mutu pendidikan
kedinasan selama empat tahun Repelita VI telah dilaksanakan
peningkatan kualitas tenaga pendidik, termasuk guru bidan dan
instruktur klinis, melalui pendidikan dan pelatihan program AKTA
III dan IV bagi 1.454 orang, dan pendalaman bidang studi bagi
6.798 orang. Pada tahun 1998/99 direncanakan akan dilaksanakan
pendidikan program D-3 bagi 6.393 orang, pendidikan bidan 3.000
orang, pendidikan S-1 371 orang, pendidikan S-2 272 orang, serta
pendidikan AKTA III dan IV sebanyak 217 orang. Selain itu juga
akan dilaksanakan pendidikan calon dokter spesialis sebanyak 1.100
orang.
XIX/39
5) Program Pengembangan Informasi Kesehatan
XIX140
pemutakhiran data, yang dilakukan secara bertahap setiap
tahunnya.
C. KESEJAHTERAAN SOSIAL
XIX/41
meningkatkan penyuluhan dan bimbingan sosial, serta
meningkatkan upaya penanggulangan bencana.
a. Program Pokok
XIX/43
empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-5). Pembinaan masyarakat
terasing yang dilakukan selama empat tahun Repelita VI tersebut
mencapai 76,2 persen dari sasaran yang ditetapkan pada tahun
keempat Repelita V1. Agar arah pembinaan masyarakat terasing
sesuai dengan aspirasi dan tingkat perkembangan mereka, mulai
tahun ketiga Repelita VI (1996/97) pembinaan masyarakat terasing
dilakukan atas dasar studi sosial budaya dan lingkungan masyarakat
terasing yang baru ditemukan di 18 propinsi sebagai dasar
penentuan arah dan tahapan pembinaan pada tahun-tahun
berikutnya. Studi ini dilakukan bersama-sama dengan 18
universitas daerah dan didukung oleh para ahli antropologi dan
sosiologi. Disamping itu agar pembinaan masyarakat terasing lebih
berhasilguna, para petugas lapangan yang ditempatkan di lokasi
permukiman masyarakat terasing diberikan pula pelatihan teknik -
teknik bimbingan sosial dan pendampingan bagi masyarakat
terasing. Pada tahun 1998/99 pembinaan kesejahteraan sosial
masyarakat terasing direncanakan akan dilakukan bagi 12,3 ribu
KK yang tersebar di 18 propinsi.
XIX/45
kesejahteraan sosial fakir miskin direncanakan akan dilakukan bagi
32,5 ribu KK yang tersebar di 439 desa.
XIX/47
e) Pembinaan Kesejahteraan Sosial Anak yang
Terlantar
XIX/49
Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat
dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah diberikan bagi 261,3
ribu orang penyandang cacat, terdiri dari 44,7 ribu orang pada
tahun 1993/94 dan 216,6 ribu orang selama empat tahun Repelita
VI (Tabel XIX-8). Pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi
penyandang cacat yang dilakukan selama empat tahun Repelita VI
telah melampaui sasaran yang ditetapkan pada tahun keempat
Repelita VI. Untuk mendukung proses rehabilitasi sosial bagi para
penyandang cacat, pada periode yang sama telah dilakukan
rehabilitasi dan penyempurnaan 17 panti dalam rangka upaya
menciptakan panti percontohan dan pengadaan 55 unit mobil sosial
keliling (URSK). Disamping itu untuk meningkatkan mutu dan
profesionalisme pelayanan sosial dilakukan pelatihan pembuatan
kaki dan tangan palsu bagi petugas pelayanan panti rehabilitasi
cacat tubuh di RC Dr.Soeharso, Surakarta, pelatihan keterampilan
pijat shiatsu bagi instruktur panti rehabilitasi cacat netra, dan
pemantapan kemampuan penggunaan Bahasa Isyarat Bahasa
Indonesia bagi petugas rehabilitasi rungu wicara.
XIX/50
perusahaan-perusahaan sesuai dengan jenis kecacatan dan atau
keterampilannya. Pada tahun 1998/99 pelayanan dan rehabilitasi
sosial bagi penyandang cacat direncanakan akan diberikan bagi
89,6 ribu orang.
XIX/51
mereka. Dalam kurun waktu Iima tahun terakhir, telah direhabilitasi
dan diresosialisasi sebanyak lebih dari 28,3 ribu orang tunasosial
yang terdiri dari lebih dari 7,8 ribu orang tuna susila, 11,4 ribu
orang gelandangan dan pengemis, dan 9,1 ribu orang bekas
narapidana. Pada tahun 1993/94 jumlah tunasosial yang telah
direhabilitasi dan diresosialisasi adalah 2,5 ribu orang, dan selama
empat tahun Repelita VI berjumlah 21,5 ribu orang atau mendekati
sasaran tahun keempat Repelita VI yaitu sebanyak 21,8 ribu orang.
Pada tahun 1998/99 rehabilitasi dan resosialisasi bagi tunasosial
direncanakan akan diberikan bagi 5,6 ribu orang, yang berarti
sasaran Repelita VI telah terlampaui.
XIX/53
relawan sosial yang umumnya berasal dari golongan masyarakat
mampu. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, telah dilakukan
pelatihan bagi PSM yang baru sebanyak 46,9 ribu orang, terdiri
dari 12,7 ribu orang pada tahun 1993/94 dan 34,2 ribu orang
selama empat tahun Repelita VI (Tabel XIX-9). Disamping itu,
dilakukan pula upaya untuk meningkatkan kemampuan PSM yang
telah berada di masyarakat melalui forum komunikasi PSM dan
relawan sosial. Pada tahun 1998/99 pelatihan bagi PSM baru
direncanakan akan dilakukan bagi 5,3 ribu orang.
b. Program Penunjang
XIX/55
menunjang perumusan kebijaksanaan dan meningkatkan kualitas
perencanaan program pembangunan kesejahteraan sosial. Agar ke -
bijaksanaan dan sistem pelayanan sosial benar-benar sesuai dengan
keadaan dan perkembangan masalah sosial yang ada, maka peneli -
tian yang dilaksanakan diarahkan untuk langsung menunjang pelak -
sanaan kegiatan program pembangunan kesejahteraan sosial.
D. PENANGGULANGAN BENCANA
XIX/57
undang linmas diharapkan telah dapat diundangkan pada akhir
Repelita VI.
XIX/59
penyelamatan, dan pelayanan kesehatan serta pelayanan sosial ter -
hadap korban bencana; dan ketiga peningkatan kemampuan ma -
syarakat dan petugas dalam mengkonsolidasi diri segera sesudah
terjadi bencana melalui penyediaan sarana dan prasarana darurat
agar akibat bencana tidak meluas dan berkepanjangan.
E. KEPENDUDUKAN
XIX/63
Upaya pencapaian berbagai sasaran dan kebijaksanaan kepen-
dudukan tersebut di atas dilaksanakan dalam satu program yaitu
program kependudukan dengan didukung oleh berbagai program
pembangunan Iainnya.
XIX/64
penduduk dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta
analisis data Supas 1995.
XIX/65
pelaksanaan, dan penilaian dampak kebijaksanaan. Kegiatan
tersebut didukung oleh pengembangan tehnis analisa data, terutama
bagi peneliti dari berbagai Pusat Studi Kependudukan (PSK) dan
penyusunan profil penduduk propinsi dan nasional yang dimulai
sejak awal Repelita VI. Dalam Repelita V diselesaikan penyusunan
profil kependudukan yang lebih dikenal dengan nama Neraca
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Daerah (NKLD), dan untuk
itu telah dilatih seluruh perencana Bappeda Tingkat I di seluruh
Indonesia. Sejak tahun 1994/95 hingga tahun 1997/98 seluruh
peneliti pada PSK telah dilatih mengenai penyusunan profil
penduduk Daerah Tingkat I. Pada tahun 1998/99 kegiatan ini akan
dilanjutkan ke Daerah Tingkat 11.
XIX/67
Sebagai kelanjutan dari kegiatan yang telah dilakukan pada
tahun sebelumnya, pada tahun 1997/98 telah diujicoba indikator
keseimbangan penduduk di Iima propinsi yaitu DKI Jakarta, Jawa
Timur, Riau, Bali, dan Kalimantan Timur dengan tujuan untuk
mengetahui keseimbangan penduduk dengan kerangka pemba-
ngunan yang seimbang antara daerah perdesaan dan perkotaan.
XIX/69
Dalam rangka meningkatkan kualitas penduduk usia lanjut,
diupayakan tiga langkah strategis, yaitu: 1) upaya persiapan mema -
suki usia lanjut; 2) upaya pelibatan lansia dalam kegiatan produktif,
dan 3) upaya pelayanan dan perawatan kepada penduduk usia
lanjut.
F. KELUARGA SEJAHTERA
XIX/71
sebanyak 4,8 juta pasangan usia subur (PUS), dan membina 27,1
juta PUS untuk terus menerus menggunakan alat/obat kontrasepsi
sesuai dengan pilihan mereka masing-masing.
XIX/73
dan bidan, termasuk bidan di desa. Kegiatan yang dilaksanakan
lebih ditekankan kepada segi pemerataan termasuk untuk wilayah
terpencil. Untuk wilayah terpencil kegiatan pelayanan KB
dilaksanakan dengan bantuan dokter terbang (Kalimantan Timur
dan Irian Jaya) sedangkan untuk daerah kepulauan dilaksanakan
dengan bantuan klinik terapung seperti di kepulauan Riau,
Sumatera Selatan, Maluku dan Irian Jaya. Kegiatan penerangan
pada umumnya dipadukan dengan kegiatan pelayanan KB melalui
Tim KB Keliling (TKBK). Kegiatan TKBK ini adalah kegiatan
terpadu antara Departemen Kesehatan dan BKKBN. Selanjutnya
TKBK dimaksudkan pula untuk meningkatkan pemakaian kontra -
sepsi yang lebih efektif seperti IUD, suntikan, dan implant sehingga
dapat mempercepat penurunan TFR.
XIX/75
kegiatan tersebut berasal dari sebagian keuntungan dari BUMN.
Jumlah anggota kelompok UPPKS yang memiliki usaha produktif
perorangan adalah sebanyak 5,5 juta orang. Dari jumlah tersebut,
1,5 juta orang bergerak di bidang perdagangan, 2,3 juta orang di
bidang pertanian, 977 ribu orang di bidang industri kecil/rumah
tangga, dan 723 ribu orang bergerak di bidang usaha jasa.
Lem
XIX/77
meliputi 1.616 orang peserta pendidikan jangka panjang dalam
negeri, dan 30 orang peserta pendidikan jangka panjang luar negeri.
Selanjutnya pada tahun 1998/99 direncanakan akan melatih 8
orang di setiap desa non IDT. Latihan tersebut untuk mendukung
kegiatan Takesra dan Kukesra, yaitu berupa pelatihan penggunaan
peralatan tepat guna, dan magang di perusahaan-perusahaan di
sekitar pemukiman mereka.
G. PENUTUP
XIX/79
Sejalan dengan itu, keadaan gizi masyarakat juga meningkat yang
ditunjukkan dengan menurunnya prevalensi kurang energi protein
(KEP), gangguan akibat kurang yodium (GAKY), dan kurang
vitamin A (KVA).
XIX/80
menyebabkan menurunnya kemampuan masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan karena biayanya makin tinggi.
XIX/81
TABEL XIX - 1
PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS ¹)
1992/93,1993/94, 1994/95 - 1997/98
Akhir Repelita VI
Repelita
No. Jenis Kegiatan Satua 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ²)
n
1. Pembangunan Puskesmas unit 6.588 6.954 6.984 7.014 7.056 7.106
2 Pembangunan Puskesmas gedun 18.816 19.977 20.477 20.977 21.435 22.085
Pembantu g
3. Pembangunan Rumah Dokter rumah 3.264 3.564 3.794 4.024 4.224 4.524
XIX/82
GRAFIK XIX - 1
PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
(ribu unlt)
1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98
Akhir R e p e l i t a VI
Pelita V
Pembangunan Pemb. Puskesmas Pembangunan
Puskesmas Pembantu Rumah Dokter
Perbaikan Perbaikan Puskes-
Puskesmas mas Pembantu
XIX/83
TABEL XIX - 1.A
PERKEMBANGAN JUMLAH PEMBANGUNAN PUSKESMAS ¹)
1968, 1973/74, 1978/79,1983/84, 1988/89
Akhir Akhir Akhir Akhir
Repelita I Repelita Repelita III Repelita
II IV
No. Jenis Kegiatan Satua 1968 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89
n
1. Pembangunan Puskesmas unit 1.227 2.343 4.353 5.353 5.642
XIX/84
TABEL XIX - 2
PELAKSANAAN PENEMPATAN BEBERAPA
JENIS TENAGA KESEHATAN ¹)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
Akhir Repelita VI
Repelita V
No. Jenis Tenaga 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ²)
XIX/85
TABEL XIX - 2.A
PELAKSANAAN PENEMPATAN BEBERAPA ¹)
JENIS TENAGA KESEHATAN
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
Akhir Akhir Akhir Akhir
Repelita I Repelita II Repelita III Repelita IV
No. Jenis Tenaga 1968 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89
1) Angka Kumulatif
XIX/87
TABEL XIX-3
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT) 1)
1992/93,1993/94, 1994/95 – 1997/98
XIX/87
GRAFIK XIX - 2
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS)
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
XIX/88
TABEL XIX – 3.A
PERKEMBANGAN JUMLAH RUMAH SAKIT (RS) DAN TEMPAT TIDUR (TT)
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
XIX/89
TA B E L X I X - 4
PERKEMBANGAN USANA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN P ENYAK IT MENULAR ¹)
1992/93,1993/94, 1994/95 - 1997/98
(ribuan)
1) Angka tahunan
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
3) Mulai tahun 1994/95 diintegrasikan dengan kegiatan
Puskesmas
4) Mulaitahun 1996/97 diintegrasikan dengan
kegitan rumah sakit
5) Mulai tahun1990/91diintegrasikan dengan kegiatan Rumah Sakit
XIX/90
TABEL XIX - 4.A
PERKEMBANGAN USAHA PEMBERANTASAN DAN PENCEGAHAN PENYAKIT MENULAR ¹)
1969/70,1973/74,1978/79,1983/84,1988/89
(ribuan)
1)Angka kumulalif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita
2)Angka tahunen
XIX/91
TABEL XIX –5
PEMBINAAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT TERASING MENURUT DAERAH TINGKAT I
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
(Kepala.Keluarga)
XIX/93
TABEL XIX – 6
PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN
FAKIR MISKIN MENURUT DAERAH TINGKAT I
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
(desa dan kepala keluarga)
1) Angka diperbaiaki
2) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIX/94
TABEL XIX – 6A
PENYANTUNAN DAN PENGENTASAN
FAKIR MISKIN MENURUT DAERAH TINGKAT I
1968,1973/74, 1978/79, 1983/84,1988/89
(desa dan kepala keluarga)
1) Angka kumulatif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita
XIX/95
TABEL XIX – 7
PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA
PARA LANJUT USIA DAN ANAK TERLANTAR MENURUT DAERAH TINGKAT I
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
(orang)
XIX/96
TABEL XIX –7.A
PELAKSANAAN PENYANTUNAN KEPADA
PARA LANJUT USIA DAN ANAK TERLANTAR MENURUT DAERAH TINGKAT I ¹)
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(orang)
1) Angka kumulatif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita
XIX/97
TABEL XIX – 8
PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN
PENGENTASAN PARA CACAT MENURUT DAERAH TINGKAT I
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
(orang)
Akhir Repelita Vl
Daerah Tingkat I/ Repelita V
No. Propinsi 1992/93 1993/94 1994/95 1995/96 1996197 1997/98 ¹)
XIX/98
TABEL XIX – 8A
PELAKSANAAN PENYANTUNAN DAN
PENGENTASAN PARA CACAT MENURUT DAERAH TINGKAT I 1)
XIX/99
TABEL XIX – 9
PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)
MENURUT DAERAH TINGKAT I
1992/93, 1993/94, 1994/95 – 1997/98
(orang)
XIX/100
TABEL XIX – 9.A
PEMBINAAN PEKERJA SOSIAL MASYARAKAT (PSM)
MENURUT DAERAH TINGKAT I ¹)
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(orang)
1) Angka kumulatif lima tahunan untuk kolom yang bertuliskan Akhir Repelita
XIX/101
TABEL XIX – 10.A
BANTUAN PAKET SARANA
USAHA KARANG TARUNA MENURUT DAERAH TINGKAT I
1989/90, 1990/91, 1991/92, 1992/93, 1993/94
(Karang Taruna)
XIX/102
TABEL XIX - 10.A
BANTUAN PAKET SARANA
USAHA KARANG TARUNA MENURUT DAERAH TINGKAT I ¹)
1989/90,1990/91,1991192,1992/93, 1993/94
(Karang Taruna)
Repelita V
No. Daerah Tingkat I/
Propinsi 1989190 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94
1. DKI Jakarta 42 50 47 55 26
2. Jawa Barat 199 230 245 270 331
3. Jawa Tengah 200 240 240 251 331
4. D.I. Yogyakarta 54 56 50 40 36
5. Jawa Timur 200 240 265 270 341
6. D.I. Aceh 140 165 215 166 171
7. Sumatera Utara 145 180 226 150 202
8. Sumatera Barat 118 118 125 115 151
9. Riau 55 50 90 100 71
10. Jambi 50 51 75 71 56
11. Sumatera Selatan 80 86 130 160 125
12. Bengkulu 49 50 75 115 100
13. Lampung 50 56 100 75 81
14. Kalimantan Barat 50 57 85 65 56
15. Kalimantan Tengah 50 44 70 116 121
16. Kalimantan Selatan 75 75 106 79 56
17. Kalimantan Timur 50 52 70 70 56
18. Sulawesi Utara 49 52 70 70 66
19. Sulawesi Tengah 49 45 70 110 106
20. Sulawesi Selatan 60 61 130 60 53
21. Sulawesi Tenggara 50 48 70 75 91
22. Maluku 50 58 75 40 43
23. Bali 50 57 76 60 52
24. Nusa Tenggara Barat 50 52 75 75 99
25. Nusa Tenggara Timur 60 56 75 50 46
26. lrian Jaya 50 50 75 80 67
27. Timor Timur 50 46 70 65 51
1. Jawa - Bali
Sasaran Repelita 2.761,1 2.755,9 2.693,4 2.698,0 2.839,7 2.912,7
Pencapaian 2.463,5 2.320,9 2.531,3 3.367,9 3.540,7 2.673,6
Persemese 89,2% 94,2% 94,0% 124,8% 124,7% 91,8%
4. Indonesia
Sasaran Repelita 4.442,1 4.477,3 4.396,0 4.497,0 4.738,3 4.830,3
Pencapaian 4366,1 4.215,9 4.568.5 5.544,2 5.783,7 4.344,0
Persentase 98,3% 942% 103,9% 123,3% 122,1% 89,9%
XIX/104
TABEL XIX – 11.A
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB BARU
1969/70, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(ribu orang)
XIX/105
TABEL XIX - 12
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA BARU
MENURUT METODE KONTRASEPSI
1992/93, 1993/94, 1994/95 - 1997/98
(ribu orang)
Akhir Repelita V I
Metode Repelita V
No. Kontmsepsi 1992193 1993/94 1994/95 1995196 1 99 6q / 1997/98 ¹)
XIX/106
xIw107
1) Digabungkan dengan
XIX/107
TA B E L X I X - 13
P E N C A PA I A N H A S I L S A S A R A N P E S E RTA K B AKTIF
1992/93,1993/ 94 ,1 99 4 /9 5 - 1997/98
Akhi r Repelita VI
Repelita V
No. Wilayah 1992/93 V
1993/94 1994/95 1995/96 1996/97 1997/98 ¹)
1. Jawa - Bali
Sasaran Repelita 13.882,3 14.179,2 14.578,3 14.889,2 16.629.1 16.998,1
Pencapaian 13.834,9 14.371,0 15.066,9 15.674,4 16.330,9 17.284,1
Persentase 99,7% 101,4% 103,4% 105,3% 98,2% 101,7%
2. Luar Jawa – Bali I
Sasaran Repelita 5.356,0 5.560,2 5.660,0 5.417,0 6.457,4 6.626,4
Pcncapaian 5.381,4 5.075,7 5.467,4 6.040,1 6.465,1 6.707,8
Persentase 100,5% 91,3% 96,6% 111,5% 100,1% 101,2%
3. Luar Jawa - Bali II
Sasaran Repelita 1.629,1 1.720,6 2.261,7 2.370,6 2551,4 2.623,8
Pencapaian 2.162,4 2.039,4 2.298,4 2.488,8 2.710,8 2.765,3
Persentase 132,7% 118,5% 101,6% 105,0% 106,2% 105,4%
4. Indonesia
Sasaran Repelita 20.867,4 21.460,0 22.500,0 22.676,8 25.637,9 26.248,3
Pencapaian 21.378,7 21.486,1 22.832,7 21.203,3 25506,8 26.757,2
Persentase 102,5% 100,1% 101,5% 106,7% 99,5% 101,9%
XIX/108
TABEL XIX – 13.A
PENCAPAIAN HASIL SASARAN PESERTA KB AKTIF
1968, 1973/74, 1978/79, 1983/84, 1988/89
(ribu orang)
XIX/109
TA B E L X I X - 1 4
J U M L A H P E S E RTA K E LUA R G A B E R E N C A N A A K T IF
M E N U R U T M E T O D E KO N T R A S E P S I
1992/93,1993/94, 1994/95 - 1997/98
(ribu orang)
Akhir Repelita VI
Metode Repelita
No. Kontrasepsi 1992/93 V 1994/95 1995/96 1996/9 1997/98 ¹)
1993/94 7
1. Pil 6.929,4 7.160,1 7.173,6
34,1% 32,3% 31,4 29,6% 7.255,3
28,4% 7.493,3
28,0
% %
5.135,7 5.069,9 5.330,9
2. I U D
5.296,8 5.433,8 5.543,3
2A,8% 23,9% 22,2 22,0% 21,3% 20,7
% %
435,2 383,7 364, 354,7 343,5 331,
3. Kondom
0 3
2,0% 1,8% 1,6% 1,5% 1,3% 1,2
%
6.283,7 7.056,5 7.860,0
4. Suntikan
5.745,7 8.634,5 9.330,7
26,9% 29,2% 30,9 32,5% 33,9% 34,9
% %
1.211,0 1.354,6 1.365,9 1.417.2
5. Lain - lain
1.197,6 1.465,4
5,6% 5,6% 5,9% 5,6% 5,6% 5,5
%
1.542,6 1.827 2.118,2 2.422.5
6. Implant
1.420,2 ,6 2.593,2
6,6% 7,2% 8,0 8,8% 9,5% 9,7%
%
Jumlah 21.486,1 22.832,7 24.203,3 25506,
21.378,7 8 26.757,2
100,0% 100,0 100,0 100,0% 100,0% 100,0%
% %
1) Angka sementara sampai dengan Desember 1997
XIX/110
TABEL XIX - 14.A
JUMLAH PESERTA KELUARGA BERENCANA AKTIF
MENURUT METODE KONTRASEPSI
1968,1973/74,1978/79,1983/84,1988/89
(ribu orang)
Akhir Akhir Akhir Akhir
Repelita I Repelita II Repelita III Repelita IV
No. Metode Kontrasepsi 1968 1973/74 1978/79 1983/84 1988/89
1 Pil 865,9 3.569,6 7.983,2 9.463,5
51,5% 64,4% 55,4% 50,4%
XIX/) I 1