Qwee
Qwee
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
ii
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................4
1.5 Batasan masalah.......................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................5
2.1 Tinjauan Pustaka Tentang PLTA...............................................................5
2.1.1 Sejarah PLTA.....................................................................................5
2.1.2 Komponen PLTA................................................................................8
2.1.3 Jenis-jenis PLTA..............................................................................15
2.1.3.1 PLTA Berdasarkan Tinggi Terjun.................................................15
2.1.3.2 PLTA Berdasarkan Aliran Sungai.................................................15
2.1.3.3 Parameter Operasi PLTA..............................................................17
BAB III..................................................................................................................23
PEMBAHASAN....................................................................................................23
3.1 Daerah Wilayah Studi..............................................................................23
3.1.1 Profil Daerah Umum (Profil Kota)..................................................23
3.1.2 Kondisi Umum Bendungan Sutami.................................................24
3.2 Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air Menjadi Tenaga Listrik (PLTA)
Bendung Sutami.................................................................................................28
3.3 Flow Chart Pengolahan Energi Potensial Air Menjadi Energi Listrik....31
3.4 Analisis Permasalahan Terhadap Pengendalian Debit Maksimum Atau
Minimum Pada Bendungan - PLTA Sutami.......................................................32
3.5 Grafik Hubungan Curah Hujan dan Debit Inflow Rerata Tahunan Musim
Hujan Pada Sub Das Sutami...............................................................................35
BAB IV..................................................................................................................36
PENUTUP..............................................................................................................36
iii
4.1 Kesimpulan..............................................................................................36
4.2 Saran........................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................37
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
tenaga listrik dibedakan menjadi dua hal yakni energi listrik untuk diperbaharui
kembali (renewable source) atau tidak dapat diperbaharui kembali (non
renewable source).
Selanjutnya salah satu contoh energi listrik yang dapat diperbaharui kembali
(renewable source) adalah PLTA karena memanfaatkan sumber daya air dalam
proses penjanaan tenaganya dan keberadaan air termasuk jenis sumber daya yang
dapat diperbaharui. Dalam PLTA, potensi tenaga air dikonversikan menjadi tenaga
listrik. Mula - mula potensi tenaga air dikonversikan menjadi tenaga mekanik
dalam turbin air. Kemudian turbin air memutar generator yang membangkitkan
tenaga listrik. Gambar 1 menggambarkan secara skematis bagaimana potensi
tenaga air, yaitu sejumlah air yang terletak pada ketinggian tertentu diubah
menjadi tenaga mekanik dalam turbin air.
Gambar 1.1 Proses Konversi Energi dalam Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA)
2
Gambar1.2 Instalasi Tenaga Air PLTA Bila Dilihat dari Atas
3
pengamanan seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi sepanjang
tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Daya yang tersedia ini kemudian akan diubah menggunakan turbin air
menjadi daya mekanik. Karena turbin dan peralatan elektro-mekanis lainnya
memiliki efisiensi yang lebih rendah dari 100% (biasanya 90% hingga 95%), daya
listrik yang dibangkitkan akan lebih kecil dari energi kasar yang tersedia.
Laju q dimana air jatuh dari ketinggian efektif h tergantung dari besarnya
luas penampang kanal. Jika luas penampang kanal terlalu kecil, daya keluaran
akan lebih kecil dari daya optimal karena laju air q dapat lebih besar. Di lain
pihak, ukuran kanal tidak dapat dibuat besar secara sembarangan karena laju air q
yang melalui kanal tergantung dari laju pengisian air pada reservoir air di
belakang bendungan.
Volume air pada reservoir dan ketinggian h yang bersangkutan, tergantung
dari laju air yang masuk ke dalam reservoir. Selama musim kering, ketinggian air
pada reservoir dapat berkurang karena jumlah air dalam reservoir lebih sedikit.
Selama musim hujan, ketinggiannya dapat naik kembali karena air yang masuk
dari berbagai aliran air yang mengisi bendungan. Fasilitas pembangkit listrik
tenaga air harus di desain untuk menyeimbangkan aliran air yang digunakan untuk
membangkitkan energi listrik dan jumlah air yang mengisi reservoir melalui
sumber alami seperti curahan hujan, salju, dan aliran air lainnya.
6
Pembangkit listrik tenaga air merupakan aplikasi energi terbaru yang
terbesar dan paling matang secara teknologi, dimana terdapat 678.000 MW
kapasitas daya listrik yang terpasang di seluruh dunia, yang menghasilkan lebih
dari 22% listrik dunia (2564 TWh/tahun pada 1998). Dalam hal ini, 27.900 MW
merupakan pembangkit skala kecil yang menghasilkan listrik 115 TWh/tahun. Di
eropa barat, pembangkit listrik tenaga air berkontribusi sebesar 520 TWh listrik
pada tahun 1998, atau sekitar 19% dari energi listrik di Eropa (sehingga
menghindari emisi dari sejumlah 70 juta ton CO2 per tahun-nya). Pada sejumlah
negara di Afrika dan Amerika Selatan, pembangkit listrik tenaga air merupakan
sumber listrik yang menghasilkan lebih 90% kebutuhan energi listriknya. Grafik 2
memperlihatkan pembangkitan energi listrik dari air dunia yang meningkat secara
dinamis tiap tahunnya. Di samping pembangkit listrik tenaga air yang
berkapasitas besar yang telah ada, masih terdapat ruang untuk pengembangan
lebih jauh dimana diperkirakan hanya sekitar 10% dari total potensi air di dunia
yang telah digunakan.
Grafik 2. Pembangkitan energi listrik tenaga air dunia dalam TWh [5]
7
2.1.2 Komponen PLTA
Secara garis besar komponen – kompnen PLTA berupa dam, turbin,
generator ,transmisi dan reservoir air. Adapun penjelasan beberapa macam
komponen PLTA tersebut disajikan dalam penjelasan berikut ini :
1. Dam
Dam berfungsi untuk menampung air dalam jumlah besar karena turbin
memerlukan pasokan air yang cukup dan stabil. Selain itu dam juga berfungsi
untuk pengendalian banjir. contoh bendungan Jatiluhur yang berkapasitas 3
miliar kubik air dengan volume efektif sebesar 2,6 miliar kubik.
2. Intake
Intake adalah suatu bangunan pada bendung yang berfungsi sebagai penyadap
aliran sungai, mengatur pemasukan air dan sedimen serta menghindarkan
sedimen dasar sungai dan sampah masuk ke intake. Terletak di bagian sisi
bendung, di tembok pangkal dan merupakan satu kesatuan dengan bangunan
pembilas.
3. Penstock
Penstock adalah saluran dimana air dari resevoir bergerak untuk menuju turbin.
Aliran fluida pada penstock mempengaruhi unjuk kerja sebuah turbin. Hal
yang perlu diperhatikan dalam pemilihan penstock untuk PLTA adalah
diameter. Dimana semakin kecil diameter maka kecepatan air dalam penstock
akan semakin naik untuk debit yang sama, kerugian pada penstock disebabkan
debit air dan tinggi jatuh yang relatif kecil dan ketersediaan material di daerah
lokal.
Penstock
Power House
8
Gambar 2.2 Penstock
4. Turbin
Turbin berfungsi untuk mengubah energi potensial menjadi energi
mekanik. Air akan memukul sudu-sudu dari turbin sehingga turbin berputar.
Perputaran turbin ini di hubungkan ke generator. Turbin terdiri dari berbagai
jenis seperti turbin Francis, Kaplan, Pelton, dan lain-lain.
Turbin memiliki prinsip kerja yakni sebagai berikut gaya jatuh air yang
mendorong baling-baling menyebabkan turbin berputar. Turbin air kebanyakan
seperti kincir angin, dengan menggantikan fungsi dorong angin untuk memutar
9
baling-baling digantikan air untuk memutar turbin. Selanjutnya turbin merubah
energi.
Perencanaan mesin turbin
Dari pengukuran diperoleh Hn dalam m dengan Q dalam m3/det
digunakan turbin Impuls aliran radial yaitu turbin Crossflow dengan konversi :
- Hn dalam m dikonversikan ke ft
- Q dalam m3/det dikonversikan ke ft3/det
10
Lebar dan Diameter Runner
L = 144.QN/(862)(C)(k)(2g)1/2H
Dengan:
C = 0,98
k = 0,087
N = (862 / D1)H1/2
Maka:
L=
= 210,6.Q / D1H1/2
Putaran Turbin
N = ( 862/D1)H1/2
Tebal Pancaran
11
Luas pancaran dengan V adalah kecepatan absolut air :
A = Q/V
5. Generator
Generator dihubungkan ke turbin dengan bantuan poros dan gearbox.
Memanfaatkan perputaran turbin untuk memutar kumparan magnet didalam
generator sehingga terjadi pergerakan elektron yang membangkitkan arus AC.
12
Gambar 2.4 Komponen Generator Dalam PLTA
13
- H : Tinggi jatuh / Head (m)
- Arus Generator Sinkron :
6. Travo
Travo digunakan untuk menaikan tegangan arus bolak balik (AC) agar listrik
tidak banyak terbuang saat dialirkan melalui transmisi.
7. Transmisi
Transmisi berguna untuk mengalirkan listrik dari PLTA ke rumah – rumah atau
industri. Sebelum listrik kita pakai tegangannya di turunkan lagi dengan travo
step down.
14
2.1.3 Jenis-jenis PLTA
2.1.3.1 PLTA Berdasarkan Tinggi Terjun
Berdasarkan tinggi terjun terdapat jenis-jenis PLTA seperti:
1. PLTA jenis terusan air (water way)
Adalah pusat listrik yang mempunyai tempat ambil air (intake) di hulu sungai
dan mengalirkan air ke hilir melalui terusan air dengan kemiringan (gradient)
yang agak kecil. Tenaga listrik dibangkitkan dengan cara memanfaatkan tinggi
terjun dan kemiringan sungai.
2. PLTA Jenis DAM atau Bendungan
Adalah pembangkit listrik dengan bendungan yang melintang di sungai,
pembuatan bendungan ini dimaksudkan untuk menaikkan permukaan air
dibagian hulu sungai guna membangkitkan energi potensial yang lebih besar
sebagai pembangkit listrik.
3. PLTA Jenis Terusan dan DAM (campuran)
Adalah pusat listrik yang menggunakan gabungan dari dua jenis sebelumnya,
jadi energi potensial yang diperoleh dari bendungan dan terusan.
15
Gambar 2.7 Potongan Memanjang Pipa Pesat
PLTA Sutami Dengan Kolam Tando Reservoir
Pada PLTA run off river, air sungai dialihkan dengan menggunakan dam
yang dibangun memotong aliran sungai. Air sungai ini kemudian disalurkan ke
bangunan air PLTA seperti pada Gambar 8. Banyak dipakai dalam PLTA saluran
air atau terusan, jenis ini membangkitkan listrik dengan memanfaatkan aliran
sungai itu sendiri secara alamiah.
Adapun PLTA dengan kolam tando (reservoir), aliran sungai dibendung
dengan bendungan besar agar terjadi penimbunan air sehingga terjadi kolam
tando. Selanjutnya air dari kolam tando dialirkan ke bangunan air PLTA seperti
Gambar 9. Dengan adanya penimbunan air terlebih dahulu dalam kolam tando,
maka pada musin hujan di mana debit air sungai besarnya melebihi kapasitas
penyaluran air bangunan air PLTA, air dapat ditampung dalam kolam tando. Pada
musim kemarau di mana debit air sungai lebih kecil dari pada kapasitas
penyaluran air bangunan air PLTA, selisih kekurangan air ini dapat di atasi dengan
mengambil air dari timbunan air yang ada dalam kolam tando. Inilah keuntungan
penggunaan kolam tando pada PLTA. Hal ini tidak dapat dilakukan pada PLTA
run off river. PLTA run off river, daya yang dapat dibangkitkan tergantung pada
debit air sungai. Tetapi PLTA run off river memerlukan biaya pembangunan yang
lebih murah dari pada PLTA dengan kolam tando (reservoir), karena kolam tando
memerlukan bendungan yang besar dan juga memerlukan daerah genangan yang
luas. Jika ada sungai yang mengalir keluar dari sebuah danau, maka dapat
dibangun PLTA dengan menggunakan danau tersebut sebagai kolam tando.
16
Pada prinsipnya ada beberapa parameter yang mempengaruhi operasi PLTA,
disebabkan oleh :
Keberadaan Air
Konstruksi pintu saluran air
A. Keberadaan Air
Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam keadaan
musim penghujan maupun musim kemarau panjang, diperlukan perhitungan besar
volume air yang tersedia dalam bendungan atau dam, guna perhitungan berapa
besar debit air yang harus dialirkan melalui pintu air yang dialirkan ke turbin. Bila
terjadi banjir, berapa besar volume air yang harus dibuang keluar dari bendungan
atau dam melalui pintu pembuangan air, sehingga tetap terjadi keseimbangan air
dalam bendungan atau dam, dengan demikian dapat dihindari kerusakan bangunan
bendungan atau dam maupun perangkat keras pendukung lainnya. Untuk
kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk maupun yang berada
dalam bendungan atau dam, dilakukan pengukuran terhadap parameter yang
mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun yang ada dalam bendungan
atau dam. Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang tersebar
pada DAS dalam bendungan atau dam tersebut. Data hasil pengukuran yang
diperoleh pada stasiun pengukuran, ditransmisikan melalui media komunikasi
yang digunakan ke pusat kontrol operasi PLTA untuk diproses sesuai fungsinya
dalam sistem kontrol tersebut. Pada perhitungan keberadaan air tersebut, ada
beberapa parameter yang harus diperhatikan antara lain:
a. Aliran permukaan ( surface flow)
Aliran permukaan dan aliran dasar dipengaruhi intensitas curah hujan dan lama
turunnya hujan. Semakin tinggi intensitas curah hujan dan semakin lama waktu
turunnya hujan, semakin besar aliran permukaan dan aliran dasar sungai.
Tinggi permukaan dipengaruhi aliran permukaan dan aliran dasar. Semakin
besar aliran permukaan dan aliran dasar, semakin tinggi muka air yang terjadi,
sehingga semakin besar volume air yang mengalir ke dalam bendungan atau
dam.
b. Aliran dasar (base flow)
c. Tinggi muka air
d. Kehilangan air karena keadaan lingkungan
17
Parameter kehilangan air yang disebabkan keadaan lingkungan, dipengaruhi
antara lain :
o Suhu udara : semakin tinggi suhu udara, semakin besar kehilangan air
o Kelembaban : semakin kecil kelembaban (humidity) maka semakin besar
kehilangan air
o Kecepatan angin : semakin cepat kecepatan angin berhembus, semakin besar
kehilangan air
o Penyinaran Matahari : semakin panas dan semakin lama penyinaran
matahari, semakin besar kehilangan air
e. Keadaan DAS
Parameter keadaan DAS dipengaruhi beberapa parameter, antara lain :
o Vegetasi : semakin rapat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan (pohon) dalam
DAS, semakin besar aliran dasar sungai
o Penduduk : semakin padat atau ramai penduduk yang bermukim dalam
DAS, semakin besar kehilangan air
o Industri : semakin banyak industri yang beroperasi dalam DAS,
semakin besar kehilangan air
18
Gambar 2.8 Bentuk posisi pintu saluran masuk air dan keluar, dengan Q1 = sudut
posisi peletakan pintu keluar air dengan garis horizontal, Q2 = sudut posisi peletakan
pintu saluran air masuk dari bendungan/dam dengan garis horizontal
Gambar 2.9 Block diagram alur data hasil pengukuran, dengan St1 s/d Stn=stasiun
ukur pada DAS, WD = stasiun ukur pada bendungan / dam, Pi1 s/d Pin = pintu-pintu
masuk air ke saluran air, Po1 s/d Pon=pintu-pintu keluar air dari saluran, T = turbin,
L = listrik yang dihasilkan
19
2.2 Tinjauan Tentang Bendungan
2.2.1 Pengertian Bendungan
Bendungan (dam) adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air
menjadi bendungan, danau, atau tempat rekreasi. Seringkali bendungan juga
digunakan untuk mengalirkan air ke sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Air.
20
a. Saluran pengarah dan pengatur aliran (controle structures) digunakan untuk
mengarahkan dan mengatur aliran air agar kecepatan alirannya kecil tetapi
debit airnya besar.
b. Saluran pengangkut debit air (saluran peluncur, chute, discharge carrier,
flood way). Makin tinggi bendungan, makin besar perbedaan antara
permukaan air tertinggi di dalam bendungan dengan permukaan air sungai
di sebelah hilir bendungan. Apabila kemiringan saluran pengangkut debit
air dibuat kecil, maka ukurannya akan sangat panjang dan berakibat
bangunan menjadi mahal. Oleh karena itu, kemiringannya terpaksa dibuat
besar, dengan sendirinya disesuaikan dengan keadaan topografi setempat.
c. Bangunan peredam energi (energi dissipator)
Digunakan untuk menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi energi
air agar tidak merusak tebing, jembatan, jalan, bangunan dan instalasi lain
di sebelah hilir bangunan pelimpah.
5. Kanal (canal)
Digunakan untuk menampung limpahan air ketika curah hujan tinggi.
6. Reservoir
Digunakan untuk menampung atau menerima limpahan air dari bendungan.
7. Stilling basin
Memiliki fungsi yang sama dengan energi dissipater.
8. Katup (kelep, valves)
Fungsinya sama dengan pintu air biasa, hanya dapat menahan tekanan yang
lebih tinggi (pipa air, pipa pesat dan terowongan tekan). Merupakan alat untuk
membuka, mengatur dan menutup aliran air dengan cara memutar,
menggerakkan kea rah melintang atau memenjang di dalam saluran airnya.
9. Drainage galeri
Digunakan sebagai alat pembangkit listrik pada bendungan
21
Berdasarkan konstruksinya :
1. Bendungan urugan (fill dams, embankment dams)
a. Urugan serbasama
b. Urugan berlapis-lapis
c. Urugan batu dengan lapisan kedap air dimuka
2. Bendungan beton
Berdasarkan fungsinya :
1. Bendungan pengelak pendahulu
2. Bendungan pengelak
3. Bendungan utama
4. Bendungan sisi
22
BAB III
PEMBAHASAN
23
3.1.2 Kondisi Umum Bendungan Sutami
Bendungan Karangkates atau yang sekarang biasa disebut dengan
Bendungan Sutami terletak di Desa Karangkates, Kecamatan Sumberpucung,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Daerah tangkapan air (DTA) Bendungan sutami
merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas. Daerah tersebut
terbentang antara 07⁰44’20” hingga 08⁰17’45” Lintang Selatan dan antara
112⁰57’55” Bujur Timur (Sub BRLKT, 1996). Secara geografis terdiri atas Sub-
sub DAS : Bango, Sumber Brantas, Amprong, Lesti dan Metro. Batas
administrative sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lumjang dan
Kecamatan Ampelgading dan Donomulyo; di sebelah Barat berbatasan dengan
wilayah Kanupaten Blitar dan Kecamatan Kalipare (Kabupaten Malang);
sedangkan secara geografis, DTA Bendungan Sutami dikelilingi gugusan gunung.
Sebelah timur terbentang pegunungan Tengger (dengan puncaknya Gunung
Bromo) dan pegunungan Semeru (dengan puncaknya gunung Mahameru);
wilayah selatan terdapat gugusan Pegunungan Kendeng Selatan; di bagian barat
terbentang gugusan Gunung Kawi dan Butak; serta di wilayah Utara terdapat
gugusan Gunung Arjuno dan Anjasmoro
Bendungan yang airnya berasal dari Sungai Brantas ini mulai dibangun oleh
pemerintah antara tahun 1975-1977 dengan dana sekitar US$37,97 juta atau
Rp.10.093 milyar untuk dijadikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).
Untuk dapat mencapai Bendungan Karangkates relatif mudah (menggunakan
kendaraan umum), karena lokasinya berada di tepi jalan raya Malang-Blitar,
sekitar 35 kilometer di sebelah selatan Kota Malang atau 16 kilometer arah barat
obyek wisata Gunung Kawi. Berikut merupakan gambaran DAS Brantas
24
Gambar 3.2 Lokasi Bendung Sutami di DAS Brantas
Bendungan dan bendungan Karangkates yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta
I (PJT I) yang berkedudukan di Kota Malang ini mempunyai luas keseluruhan
sekitar 6 hektar. Air bendungannya hanya berasal dari Sungai Brantas yang
semakin hari bertambah keruh dan kotor karena polusi. Hal ini menyebabkan
beberapa tahun yang lalu banyak ikan di Bendungan Karangkates mati karena
kekurangan oksigen. Menurut Ir Tjoek Walujo Subijanto (Direktur Pengelolaan
Sungai Brantas), oksigen yang menipis itu merupakan dampak dari polusi limbah
cair berbahaya yang berasal dari deterjen dan limbah industri yang merangsang
berkembang biaknya tumbuhan algae.
25
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA) Sutami merupakan dua diantara sebelas
unit kegiatan usaha inti dari Unit Pembangkitan (UP) Brantas. UP Brantas secara
keseluruhan mempunyai 25 unit pembangkit (turbin) dengan daya total sebesar
274.88 MW yang dapat menyediakan energi listrik 1 200 GWh per tahun. PLTA
yang dikelola UP Brantas tersebar di tujuh daerah tingkat II wilayah Propinsi
Jawa Timur. Dari susunan organisasi, UP Brantas dibawah PT Pembangkitan Jawa
Bali (PT PJB). UP Brantas berperan sebagai pengoperasi pembangkit untuk
menghasilkan energi listrik, sedangkan harga daya listrik ditetapkan oleh PT PJB.
PT PJB selain mengelola PLTA juga mengelola Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Produksi daya listrik yang dikelola oleh PT PJB untuk memenuhi permintaan
konsumen akhir di setengah wilayah Pulau Jawa dan keseluruhan wilayah
Propinsi Bali. Ditinjau dari penguasaan sumberdaya untuk menghasilkan output
(daya listrik) dan sebaran wilayah konsumen akhir.
Selanjutnya lepas dari masalah itu, yang jelas Bendungan Karangkates
memiliki tiga turbin dengan kapasitas terpasang 3x35 megawatt (MW) dan
mampu memproduksi listrik sekitar 400 juta kwh per tahun. Selain itu,
Bendungan Karangkates saat ini juga dijadikan sebagai sarana rekreasi dan
olahraga, terutama bagi masyarakat yang berasal dari Malang dan Kediri. Konon,
hijaunya pepohonan serta suasananya yang tenang, membuat banyak orang
tertarik untuk berkunjung ke sana, walau terkadang harus diselingi oleh bau tak
sedap dari sampah yang mengapung di bendungan.
26
B. Manfaat
Adapun manfaat pembangunan Bendungan Sutami adalah sebagai berikut :
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
2. Pengendali banjir, mengurangi debit banjir periode 1000 tahun dari 4200
m3/detik menjadi 1580 m3/detik, mengurangi debit bajir periode 200 tahun
dari 3000 m3/detik menjadi 1060 m3/detik, dan mengendalikan bajir periode
10 tahun dari 1540 m3/detik menjadi 350 m3/detik
3. Irigasi, memberikan tambahan debit untuk daerah hilir Karangkates
4. Pengembangan perikanan darat dan pariwisata
C. Data Teknis
Tipe bendungan : Rockfill
Tinggi bendungan : 97,5 m
Panjang :820 m
Volume normal bendungan : 343 juta m3
Catchment area : 2.050 km2
Spillway capacity :1.600 m3/detik
Elevasi muka air normal :+ 272,5 m
Elevasi muka air banjir :+ 277 m
Kedalaman maksimum : 31 meter
Ketinggian permukaan : 297 meter
Luas permukaan : 15 km2
Volume air : 343.000.000 m3
Daerah pengumpulan air : 2050 km2
27
Gambar 3.5 Gardu Pembangkit Listrik Bendungan Sutami
3.2 Analisis Pengelolaan Sumber Daya Air Menjadi Tenaga Listrik (PLTA)
Bendung Sutami
Air dari sungai sungai Berantas dengan system PLTA menggunakan kolam
tando (reservoir) dimana aliran sungai yang masuk melalui pintu intake yang
memiliki katup pengaman sebagai katup pengatur intake akan dibendung sesuai
dengan kebutuhan dan kapasitas bendung yang direncanakan. Selanjutnya untuk
pengolahan sebagai PLTA maka air yang sudah ditampung tadi sebagaian akan
dimanfaatkan lalu dialirkan ke penstock melalui headrace tunnel. Adapun fungsi
penstock dalam komponen PLTA adalah untuk mengalirkan air yang masuk dari
intake menuju turbin. Akan tetapi dalam perencanaan penstock ini juga perlu
dilakukan secara cermat karena . Aliran fluida pada penstock mempengaruhi
unjuk kerja sebuah turbin. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan penstock
untuk PLTA adalah diameter. Semakin kecil diameter maka kecepatan air dalam
penstock akan semakin besar untuk debit yang sama.
Sementara itu juga terdapat surge tank pada komponen PLTA. Fungsi surge
tank berfungsi sebagai pengaman tekanan air yang tiba-tiba naik saat katup pintu
intake ditutup. Setelah air masuk menuju penstock maka air menuju turbin. Akan
tetapi sebelum masuk ke turbin debit air dikontrol oleh main stop valpe. Setelah
air masuk maka turbin akan mengubah energi potensial air menjadi energi gerak.
Hasil dari turbin akan menggerakkan generator untuk menghasilkan energi listrik.
28
Selanjutnya main transformer akan mengconverter listrik yang dihasilkan
oleh turbin menjadi listrik untuk ditransmisikan. Transmission line berfungsi
sebagai penyalur energi listrik ke konsumen. Adapun proses pengolahan energi
potensial air menjadi energi listrik dapat dilihat pada gambar berikut ini :
Gambar 3.6 Proses Pengolahan Energi Potensial Air Menjadi Energi Listrik
1. Aliran sungai dengan jumlah debit air yang demikian besar ditampung
dalam bendungan yang ditunjang dengan bangunan bendungan .
2. Air tersebut dialirkan melalui saringan Power Intake
3. kemudian masuk ke Pipa Pesat (Penstock) untuk merubah energi potensial
menjadi energi kinetik.
4. Pada ujung pipa pesat dipasang Katup Utama (Main Inlet Valve) untuk
mengalirkan air ke turbin. Katup utama akan ditutup otomatis apabila
terjadi gangguan atau di stop atau dilakukan perbaikan/pemeliharaan
turbin.
5. Air yang telah mempunyai tekanan dan kecepatan tinggi (energi kinetik)
dirubah menjadi energi mekanik dengan dialirkan melalui sirip-sirip
pengarah (sudu tetap) akan mendorong sudu jalan/runner yang terpasang
pada turbin .
6. Energi putar yang diterima oleh turbin selanjutnya digunakan untuk
menggerakkan generator (7) yang kemudian menghasilkan tenaga listrik.
29
7. Air yang keluar dari turbin melalui Tail Race selanjutnya kembali ke
sungai .
8. Tenaga listrik yang dihasilkan oleh generator, tegangannya masih rendah .
Oleh karena itu, tegangan tersebut terlebih dahulu dinaikkan dengan Trafo
Utama untuk efisiensi penyaluran energi dari pembangkit ke pusat beban.
Tegangan tinggi tersebut kemudian diatur/dibagi di Switch Yard
9. Apabila terjadi banjir maka kelebihan air tersebut akan dibuang melalui
pintu pelimpas otomatis (spillway).
30
3.3 Flow Chart Pengolahan Energi Potensial Air Menjadi Energi Listrik
Mulai
Penstock
Turbin
Generator
Transformer
Pendistribusian
Selesai
31
3.4 Analisis Permasalahan Terhadap Pengendalian Debit Maksimum Atau
Minimum Pada Bendungan - PLTA Sutami
Pada musim penghujan biasanya curah hujan terjadi sangat berlimpah.
Akibatnya dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara air yang masuk (inflow)
dengan kapasitas debit yang direncanakan. Dengan demikian diperlukan suatu
langkah khusus untuk mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini pernah terjadi
seperti pada tahun Mei 2006 di bendungan Sutami mengalami elevasi air tertinggi,
yaitu 272,5 meter diatas permukaan laut (mdpl). Adapun batas terendah PLTA
untuk bisa beroperasi dan menghasilkan pembangkit listrik tenaga air adalah 253
(mdpl).
Dengan demikian alternative yang dapat diambil untuk penanganan masalah
tersebut adalah dengan mengalirkan.
Air Intake Penstock Turbin Reservoar
Pembangkit listrik tenaga air bekerja dengan cara mengalirkan air dari
dam ke turbin setelah itu air dibuang. Saat ini ada teknologi baru yang dikenal
dengan pumped-storage plant .
Pumped-storage plant memiliki dua penampungan yaitu:
Bendungan Utama (upper reservoir) seperti dam pada PLTA konvensional.
Air dialirkan langsung ke turbin untuk menghasilkan listrik.
Bendungan cadangan (lower reservoir). Air yang keluar dari turbin
ditampung di lower reservoir sebelum dibuang disungai.
Pada saat beban puncak air dalam lower reservoir akan di pompa ke upper
reservoir sehingga cadangan air pada Bendungan utama tetap stabil.
32
permasalahan kekurangan debit inflow ini dapat dilakukan dengan cara teknis dan
non teknis. Adapun cara teknis dapat dilakukan melalui pembangunan Dam
cadangan. Sedangkan cara non teknis dapat ditempuh melalui pengadaan
pemadaman listrik secara bergilir kepada masyarakat.
Selanjutnya penanganan jangka pajang juga dapat dilakukan dengan
pengelolaan sumberdaya di daerah tangkapan air bendungan di dam Sutami sebab
selama ini terjadinya kekurangan debit inflow di bendungan Sutami salah satunya
diakibatkan karena adanya sedimentasi yang cukup tinggi. Adapun pengelolaan
sumberdaya di daerah tangkapan air bendungan di dam Sutami berdasarkan pada
ketentuan berikut ini :
1. Letak dan Kondisi fisik
Secara geografis bendungan sutami terletak di bagian hilir bendungan
sengguruh yang membendung kali brantas dan kali lesti. Bendungan
sengguruh ini berfungsi melindungi bendungan Sutami dari sedimentasi.
Penurunan tingkat sedimen kurang lebih sebesar 26%, yaitu dari 6,93 juta
m3/th menjadi 1,79 juta m3/th (socheh, 2002). Apabila bendungan sengguruh
dalam keadaan tidak beroperasi (penuh sedimen), kenaikan tingkat sedimen
bendungan Sutami meningkat menjadi tiga kali lipat, yakni dari 1,79 juta
m3/th menjadi 5,38 juta m3/th.
2. Tataguna Lahan, Erosi dan Hidrologi
Luas DTA Bendungan sengguruh-sutami adalah 177.030 ha yang
tersebar di 1.897 unit SPL (Satuan Pengelolaan Lahan). Luas lahan budidaya
intensif (58%) relatif seimbang dengan lahan non-budidaya intensif (42%).
Jenis penggunaan lahan yang tergolong dalam non-budidaya intensif dijumpai
berbagai tanaman tahunan dan semusim. Pada lahan budidaya intensif
terdapat lima jenis tanaman tahunan (tebu, kopi, cokelat, apel, dan jeruk) serta
terdapat 12 pola tanam yang terdiri dari kombinasi antar tanaman pangan dan
tanaman sayuran.
33
1. Pemantauan langsung dari angkutan sedimen pada suatu pos duga
air secara kontinyu dan berkala,
2. Perkiraan erosi permukaan denganmenggunakan formula universal
soil loss equation (USLE),
3. Model kombinasi erosi dan transport sedimen.
4. Penanganan sedimen
Penanganan sedimen di kali brantas dirumuskan dalam tiga kelompok
menurut dimensi waktu, yakni tindakan yang bersifat jangka pendek,
menengah dan jangka panjang.
Jangka pendek
Penanganan jangka pendek ini lebih ditekankan pada pengambilan langkah
korektif di lapangan yang hasilnya segera terihat dalam waktu singkat.
Terdapat dua bentuk tindakan jangka pendek, yaitu 1) pengerukan
langsung endapan sedimaen di bendungan dan 2) penggelontoran endapan
sedimen di bendungan.
Jangka menengah
Penanganan jangka menengah dimaksudkan untuk melakukan langkah
korelatif sekaligus preventif. Kegiatan yang termasuk dalam tindakan
jangka menegah adalah pembuatan bangunan fisik penahan sedimen dan
pembangunan saluran bypass. Bangunan fisik fisik penahan sedimen
terdiri atas Sabo dam, Check Dam, dan Kantong pasir.
Jangka panjang
Penanganan jangka panjang diambil dengan mengambil langkah preventif
yang bertujuan mencegah erosi dan sedimentasi di kemudian hari.
Tindakan ini meliputi aktifitas penghutanan kembali dan pengendalian
erosi. Penghutanan kembali bertujuan untuk menahan terlepasnya partikel
tanah serta menerapkan metode penghijauan yang bersifat melindungi
tanah.
34
3.5 Grafik Hubungan Curah Hujan dan Debit Inflow Rerata Tahunan Musim Hujan Pada Sub Das Sutami
35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) adalah pembangkit listrik yang
mengandalkan energi potensial dan kinetik dari air untuk menghasilkan energi
listrik. Energi listrik yang dibangkitkan dari ini biasa disebut sebagai
hidroelektrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sutami merupakan dua diantara
sebelas unit kegiatan usaha inti dari Unit Pembangkitan (UP) Brantas. UP Brantas
secara keseluruhan mempunyai 25 unit pembangkit (turbin) dengan daya total
sebesar 274.88 MW yang dapat menyediakan energi listrik 1.200 GWh per tahun.
Untuk PLTA sutami sendiri menghasilkan daya 2 x 35.000 kWh (400juta
kWh/tahun) dengan menggunakan tiga turbin.
Untuk mengatasi debit puncak dapat dilakukan dengan menggunakan
teknologi baru yang dikenal dengan pumped-storage plant. Sedangkan untuk
mengatasi debit minimum pada musim kemarau dapat diatasi dengan membangun
Dam cadangan dan mengadakan pemadaman bergilir serta untuk penanganan
jangka pajang dapat dilakukan dengan pengelolaan sumberdaya didaerah
tangkapan air bendungan di dam Sutami.
4.2 Saran
Penggunaan pembangkit listrik tenaga air harus dikembangkan karena air
dimuka bumi masih banyak sehingga dapat menghemat minyak bumi.
Penggunaan air untuk pembangkit listrik juga bisa dikembangkan dengan
Pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH) dimana prinsip kerjanya hampir
sama dengan PLTA yaitu menggunakan air sebagai sumber energi penggerak
36
DAFTAR PUSTAKA
http://www.ecoton.or.id
http://www.wisatanesia.com/2010/05/bendungan-karangkates-
malang.html#ixzz17sPkDPht
http://doctor-iman.blogspot.com/2010/10/cara-kerja-plta.html
http://www.jasatirta1.co.id/haspem.php?
subaction=showfull&id=1191737150&archive=&start_from=&ucat=5&
37