Anda di halaman 1dari 188

Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Buku Populer Hasil Ekspedisi Tanah Borneo

Kampung Merabu, Serpihan Surga Rima


Puri Tanah Borneo
TIM EKSPEDISI TANAH BORNEO 2014
LAWALATA IPB

Penulis :
Viedela AK, Sheila Kharismadewi,Sherly Gustia Nivo,
Kasrizal, Hanif Ibrahim Arkan, Andayani Oerta Ginting,
Aziz Fardhani Jaya

Editor :
Sudiah Istichomah, Rita Mustikasari

Layout : Akbar Habibie

Desain Sampul : Aziz Fardhani Jaya

LAWALATA IPB
Perkumpulan Mahaiswa Pecinta Alam
Institut Pertanian Bogor
Sekretariat :
Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) Lt. 1
Jalan Agathis No. 1 Kampus IPB Dramaga
Bogor, Jawa Barat 16680
Web : www.lawalataipb.org
Nomor Telepon : 0251 - 8628370

4
LAWALATA IPB 2015

Ucapan Terimakasih
Ekspedisi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Beberapa dari mereka membantu atas nama pribadi
maupun atas nama instansi. Bukan hanya bantuan finansial, namun
banyak pembelajaran lain yang kami dapatkan tentang kedisiplinan,
kejujuran dan profesionalitas.

Kami atas nama organisasi LAWALATA IPB sangat


berterimakasih atas segala bantuannya. Kami berharap hubungan
baik ini tidak hanya sampai di sini. Masih banyak lagi kegiatan lain
yang serupa ataupun tidak dengan ekspedisi kali ini yang akan
terlaksana di kemudian hari.

Kami ucapkan terimakasih kepada Himpunan Alumni IPB


di Samarinda, TNC, FWI, UT, Pemda Berau, Dinas Pariwisata Berau,
rektor IPB beserta jajarannya, Ibu Mirza D. Kusrini sebagai pembina
LAWALATA IPB, anggota LAWALATA IPB, Bang Djadjo, Pak Pindi
Setiawan, Ibu Arzyana Sunkar, serta Pak Franly, warga Kampung
Merabu.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Mba Rita


Mustikasari dan Mba Sudiyah Istichomah selaku anggota alias
senior kami di Lawalata IPB sekaligus editor yang senantiasa sabar
mendampingi proses penyusunan buku Karst Merabu, Serpihan
Surga Rima Puri Tanah Borneo. Tanpa mereka, tim penulis tidak akan
menghasilkan karya tulis buku populer ini.

Namun, tentu saja masih banyak orang-orang yang memiliki


andil dalam kegiatan Ekspedisi Tanah Borneo dan penulisan Buku
Karst Merabu, Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo ini. kami
mengakui keterbatasan kami untuk menyebutkan mereka semua
secara lengkap. Kami juga mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada mereka yang belum disebutkan.

iii
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Sekapur Sirih

Ungkapan penuh rasa syukur kami haturkan kepada Tuhan


Yang Maha Kuasa. Atas kehendaknyalah buku yang berjudul Karst
Merabu, Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo ini dapat kami
selesaikan sebagai salah satu dokumentasi kegiatan Ekspedisi Tanah
Borneo yang dilakukan pada Juli 2014.

Setiap orang pasti terkesan dengan kearifan lokal yang


terdapat di Kampung Merabu ASIK “Aman, Sehat, Indah, Kreatif.
Slogan tersebut dibuat utuk menyimpulkan keadaan Kampung
Merabu saat ini. Kami yang melakukan kegiatan di sana juga merasa
ASIK sehingga kami ingin berbagi keasyikan Ekspedisi Tanah Borneo
kepada banyak orang melalui buku ini. Buku ini berisi cerita perjalanan
Ekspedisi Tanah Borneo yang bertempat di Kampung Merabu,
Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur. Isi Buku ini
diawali dengan pengenalan tentang ekspedisi, tahapan, tujuan, dan
hal yang harus dilakukan dalam melakukan ekspedisi dari pra hingga
pasca ekspedisi.

Selanjutnya adalah menceritakan mengenai Kampung


Merabu mulai dari histori Suku Dayak, berdirinya Kampung Merabu
, cerita unik Bunga Inu, dan kondisi Merabu saat kami melakukan
ekspedisi di kampung tersebut. Pranata sosial yang ada di sana
sangat membantu warga dalam mengelola kampungnya. Segala
sesuatu di Kampung Merabu berjalan dengan teratur. Hal tersebut
dapat dilihat dari aturan yang mereka buat serta infrastruktur yang
tersedia yang digunakan dengan sesuai oleh warga. Selain pranata
sosial yang menjadi ujung tombaknya, mereka juga dibantu dengan
adanya kelembagaan sosial dan adat. Mereka saling membagi tugas
untuk menjaga kelestarian Kampung Merabu. Dalam buku ini juga
menceritakan sistem perekonomian, religi, dan budaya Kampung
Merabu yang khas.

iv
LAWALATA IPB 2015

Kampung Merabu memiliki kekayaan yang melimpah.


Kekayaan alam berupa hutan, gua, dan sungai sangat dimanfaatkan
dengan bijaksana oleh warga. Selain itu juga ada Telaga Nyadeng,
Puncak Ketepu, dan Danau Tebo yang sangat berpotensi untuk
menjadi ekowisata yang bernilai jual tinggi. Selain itu Kampung Merabu
juga sangat dekat dengan kehidupan walet, yang dimanfaatkan
menjadi sumber ekonomi mereka. Hal tersebut sangat diperhatikan
pemerintah hingga mendapatkan dukungan pihak pemerintah daerah
untuk mengembangkan Kampung Merabu. Dukungan tersebut
diungkapkan langsung oleh Bapak Drs. H. Makmur, H. PAK, MM
sebagai Bupati Berau pada saat itu.

Kami harap buku Karst Merabu, Serpihan Surga Rima Puri


Tanah Borneo dapat bermanfaat bagi pembaca dan menyadarkan kita
agar senantiasa menjaga serta melestarikan lingkungan sekitar kita
layaknya segala sesuatu yang dilakukan Kampung Merabu. Buku ini
kami tulis dengan bahasa yang sederhana sehingga dapat dimengerti
oleh seluruh tingkatan pembaca. Kami menyeadari pula bahwa buku
ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna penyempurnaan buku ini.

Bogor, April 2015

Tim Penulis

v
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Sambutan

Ketua Umum LAWALATA IPB

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan kehadiran Tuhan


Yang Maha Esa, karena dengan pertolongan dan kemudahan yang
diberikan-Nya, tim penulis dapat menyelesaikan buku yang berjudul
Karst Merabu, Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo. Saya sebagai
ketua umum cukup mengetahui proses pembuatan buku ini yang
penuh perjuangan dalam penyusunanya hingga buku ini telah selesai.
Buku ini merupakan salah satu karya yang dihasilkan dari kegiatan
ekspedisi rutin setiap tahunnya oleh LAWALATA IPB. Buku yang
menceritakan sepanjang perjalanan yang dilakukan di Kampung
Merabu. Isinya menguak cerita mulai dari kajian aspek ekosistem
gua, landskap hutan, serta sosial dan kebudayaan masyarakat sekitar.
Tiga aspek yang dipaparkan di buku ini memiliki benang merah yang
menarik sehingga ada keterkaitan antara satu dengan yang lain.

Penulis buku Karst Merabu, Serpihan Surga Rima Puri Tanah


Borneo adalah sebuah tim yang melakukan ekspedisi langsung ke
Kampung Merabu. Tim ekspedisi beranggotakan tiga belas orang
(jumlah) dengan Hanif Ibrahim Arkan mahasiswa IPTP sebagai ketua
ekspedisi dan Viedela AK mahasiswa Manajemen sebagai ketua
penyusun buku ini.

Ekspedisi yang rutin setiap tahunnya dilakukan oleh


LAWALATA IPB merupakan kegiatan bagi anggota muda LAWALATA
IPB untuk mengekspresikan keinginannya. Kegiatannya adalah belajar
dan mencari sesuatu hal yang menarik di lokasi ekspedisi. Ekspedisi
ini lebih dikenal dengan Studi Lapangan Anggota (SLA), SLA kali
ini memiliki judul “Ekspedisi Tanah Borneo” yang memilih tempat di
Kampung Merabu, Kalimantan Timur.Ekspedisi yang dilakukan kurang

vi
LAWALATA IPB 2015

lebih satu bulan ini memiliki cerita dan pengalaman menarik terlebih
pada saat berkegiatan tepat pada bulan puasa. Tantangan yang lebih
bagi tim saat melakukan kegiatan di lapangan terlebih sebagian besar
anggota tim memeluk agama Islam. Syukurlah kegiatan SLA telah
berjalan dengan baik meskipun terdapat tantangan dan kekurangan
yang dialami. Selamat saya ucapkan kepada anggota muda yang
telah melaksanakan Studi Lapangan Anggota dan telah menghasilkan
karya berupa buku populer yang bermanfaat untuk pembaca.

Harapan saya terhadap karya buku ini semoga memberikan


informasi bagi pembaca untuk mengetahui kegiatan ekspedisi
terutama informasi mengenai Kampung Merabu yang merupakan
lokasi kegiatan berlangsung. Buku ini juga dapat memberikan inspirasi
dan mendorong rasa ingin berkegiatan bagi para pembaca untuk
mengetahui dan belajar langsung di lapangan. Selayaknya para ketua
dan anggota LAWALATA IPB mengharapkan kehadiran buku–buku
yang lain untuk lahir dari kegiatan yang selanjutnya sebagai suatu
karya yang terasipkan dan mampu di nikmati oleh orang lain.

Terima kasih telah menyumbangkan sebuah karya yang tak


ternilai untuk LAWALATA IPB.

Bogor, April 2015

Hardian Akbar (L-346)

vii
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo
Pembina LAWALATA IPB

Sepanjang hidup manusia harus terus belajar dan alam


memberikan pelajaran tak terbatas. Inspirasi dari alam dan merawat
kenangan masa lalu membuat manusia hidup dan belajar untuk
lebih baik lagi. Perjalanan merupkan salah satu cara terbaik untuk
mendapatkan inspirasi dari alam selain merawat kenangan. Dari
perjalanan pelancong akan bertemu dengan lingkungan di luar
kehidupan sehari-hari, bertemu dengan masyarakat dengan cara
hidup berbeda dan belajar memahami diri sendiri. Dari guratan-guratan
lukisan di dinding gua, pelancong bisa mempelajari keberadaan
masyarakat asli yang ratusan ribu tahun lalu menghuni bumi ini dan
memahami asal usul mereka. Bukankah pada hakikatnya guratan-
guratan lukisan itu adalah tuturan para nenek moyang kita mengenai
keberadaan mereka?

Melalui tutur cerita yang disampaikan secara terus menerus,


setiap generasi mendapat pelajaran untuk bertahan di muka bumi
ini. Untuk itu, saya senang bahwa para mahasiswa yang bergabung
dengan LAWALATA membuat buku yang menuturkan perjalanan
mereka saat melakukan Ekspedisi Tanah Borneo di Karst Merabu
tahun 2014 yang lalu. Saya mengucapkan selamat kepada para
peserta ekspedisi yang telah membuat buku ini. Semoga pengalaman
yang diperoleh selama mengikuti ekspedisi dapat memperkaya
pengalaman hidup bukan saja bagi si penutur, tapi bagi siapapun
yang membaca buku ini.

Rayakan hidup. Lakukan perjalanan!

Salam sejahtera,

Mirza D. Kusrini
Pembina/L-152

viii
LAWALATA IPB 2015

Daftar Isi

Ucapan Terimakasih iii


Sekapur Sirih iv
Sambutan vi
Ketua Umum LAWALATA IPB vi
Pembina LAWALATA IPB viii
Daftar Isi ix
Bab I 1
Tentang Ekspedisi LAWALATA IPB 1
Ekspedisi dan Proses Pencarian Jati Diri 1
Ekspedisi dan Pengorganisasian Kelompok 2
Tahapan Ekspedisi 4
Tujuan Ekspedisi Merabu 6
Transportasi 6
Bab 2 10
Tentang Merabu 10
Sisi Histori Kampung Merabu 12
Suku Dayak Lebo 12
Histori Keberadaan Kampung Merabu 14
Bunga Inu dan Historinya 19
Merabu Saat Ini 23
Mata Pencaharian dan Perekonomian 24
Infrastruktur Kampung 26
Kantor kepala kampung 26
Kantor PKK 27
Rumah sehat 28
Puskesmas 29
Sekolah Dasar 29
Gereja 30
Studio Musik 31
Fasilitas Listrik 32
Pranata Sosial (Kelembagaan Sosial) 34
Pemerintahan Kampung dan Partisipasi
Warga 34
Kelembagaan Sosial 37
Kerima Puri 38

ix
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Adopsi Pohon 41
Dukungan Pemerintah 44
Budaya 46
Pesta penyambutan dan pelepasan
pengunjung 46
Manik-manik Dayak 51
Sistem Religi 52
Gejolak Sosial 53
Bab 3 57
Potensi Alam Merabu 57
Potensi Alam 57
Hutan 57
Ulin (Eusideroxylon zwageri 62
Madu Hutan 62
Hewan Buruan 65
Pak Rana, Rambo-nya Merabu 65
Pengalaman Tim Ekspedisi di Hutan Merabu 68
Gua 71
Gua Bloyot 73
Gua Sedepan Bu dan Lubang Tembus 75
Gua Liang Abu 84
Fauna Gua 85
Sungai 89
Sungai Lesan 91
Sungai Bu 99
Potensi Dikembangkan 102
Telaga Nyadeng 102
Puncak Ketepu 106
Danau Tebo 110
Bab 4 113
Potensi Manusia 113
Jiwa Muda Merabu 113
Tingkat Pendidikan 114
Srikandi Kampung Merabu 120
Merabu Membangun Kebersamaan 123
Bermain Voli 123
Mandi di Sungai 125
Kebaikan Warga Merabu 126
Pendampingan The Nature Conservancy
(TNC) 128

x
LAWALATA IPB 2015

Bab 5 130
Walet dan Kehidupan Warga Merabu 130
Bab 6 137
Penutup 137
Harapan Masa Depan Merabu dan Ekspedisi
Lawalata IPB 137
Seminar Ekspedisi Merabu 139
Daftar Pustaka 141
Pihak Pendukung Ekspedisi 143
Himpunan Alumni IPB(HA-IPB) 143
The Nature Conservacy (TNC) 144
Forest Watch Indonesia (FWI) 144
United Tractors (UT) 145
Pemerintah Daerah Kabupaten Berau 146
Kontributor Ekspedisi 147
Lampiran Gambar 157
Index 165
Daftar Singkatan 167

xi
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Daftar Gambar
Gambar 1 Lanskap Karst Merabu membuat kami terlihat sangat kecil
berada di antaranya 2
Gambar 2 Tim Ekspedisi Merabu bersiap menuju Balikpapan. Ki-ka:
Akbar, Hanif, Raycel, Sherly, Ira, Andayani, Viedela, Sheila, Aziz 9
Gambar 3 Peta Letak Kampung Merabu 11
Gambar 4 Beberapa cap tangan di Gua Bloyot yang dipercaya milik
Bunga Inu 20
Gambar 5. Cap tangan Bunga Inu yang mulai rusak (terkelupas) dan
lapuk karena terlalu sering terkena sentuhan manusia 21
Gambar 6 Kampung Merabu terlihat nyaman dari basecamp TNC 24
Gambar 7 Sepeda motor milik salah satu warga Merabu
kuat melewati jalanan yang terjal berbatu 25
Gambar 8 Kantor Kepala Kampung memiliki berbagai fasilitas
sebagai pemberi informasi tentang Kampung Merabu 26
Gambar 9 Sepuluh Program PKK Kampung Merabu 27
Gambar 10 Rumah sehat berjajar rapih di kanan barisan
kantor-kantor pemerintahan kampung Merabu 28
Gambar 11 Sekolaah Dasar Merabu adalah satu-satunya
tempat pendidikan formal di Kampung Merabu 29
Gambar 12 Gereja di Kampung Merabu selalu hramai di hari Minggu
dan hari besar umat Kristen 31
Gambar 13 Sumber listrik di Kampung Merabu dengan teknologi
solar sel 33
Gambar 14 Pak Franly Oley adalah Kepala Kampung Merabu 34
Gambar 15 Motor Kepala Kampung merupakan
transportasi kebanggaannya 35
Gambar 16 Suasana perhitungan suara pemilihan umum presiden 2014 36
Gambar 17 Pak Ransum, Wakil Kepala Adat Kampung Merabu
memperlihatkan tarian khas Dayak Lebo saat pesta pelepasan Tim
Ekspedisi 38
Gambar 18 Pak Asrani biasa dipanggil Pak Ra adalah ketua Kerima Puri,
memiliki rasa cinta tinggi terhadap Kampung Merabu dan warganya 39
Gambar 19 Pemuda sedang belajar GPS bersama anggota Tim
Ekspedisi 40
Gambar 20 Lawalata mengadobsi pohon Kapur di jalur menuju Gua
Bloyot 42
Gambar 21 Drs. H. Makmur, H. PAK, MM sebagai Bupati Berau dan
Dr. Hj. Rohaini, M.M., M.Pd. Kepala Dinas Pariwisata Berau setelah
wawancara dengan Tim Ekspedisi Merabu 46
gambar 22 Bu Ester menari Tari Remit Bunga 47
Gambar 23 Makanan khas Merabu dihidangkan setiap pesta di
Kampung Merabu 49
Gambar 24 Viedela A.K. sedang dipakaikan gelang oleh keluarga
Pak Man dalam prosesi pengangkatan menjadi anak 50

xii
LAWALATA IPB 2015

Gambar 25 Lingkaran tari biasa dilakukan untuk penutupan pesta


perpisahan 51
Gambar 27 Merabu bersepakat 58
Gambar 28 Warga menunggu senja di teras rumah 62
Gambar 29 Daud sedang mengikatkan tali ke pohon untuk mendirikan
pondok, Dia adalah salah satu pemanjat dalam memanen madu hutan 63
Gambar 30 Madu Hutan khas Merabu dijual kemasan seharga
Rp80.000 per toples 64
Gambar 31Pak Rana,rambonya Merabu 67
Gambar 32 Pak Cay yang menemani kegiatan pengambilan data
analisis vegetasi dan data gua sedang membuat bangku dari
kayu untuk bersantai 69
Gambar 33 Peta tiga dimensi yang dibuat sendiri oleh warga
Kampung Merabu menjadi salah satu sumber informasi letak gua
dan lokasi menarik lainnya 72
Gambar 34 Rock Art berbentuk tangan kiri dengan polkadot seluruh
lukisannya 73
Gambar 35 Rock Art berbentuk tangan kiri dengan polkadot seluruh
lukisannya 74
Gambar 36 Seberkas cahaya masuk dari aven di Gua Lubang Tembus 76
Gambar 37 Ornamen flowstone di Gua Sedepan Bu 78
Gambar 38 Kelelawar yang sedang memakan jangkrik di Gua
Sedepan Bu 79
Gambar 39 Labi-labi dapat ditemukan di sungai artinya ekosistem
sungai bersih 80
Gambar 40 Lanscape di Gua Sedepan Bu 82
Gambar 41 Aliran sungai yang ada di dalam gua Liang Abu, di gua ini
ditemukan banyak tengkorak manusia purba 84
Gambar 42 Biota gua yang ditemukan (1) 86
Gambar 43 Biota gua yang ditemukan (2) 87
Gambar 44 Sungai Lesan terlihat dari jendela basecamp TNC,
banyak ketinting yang diparkirkan 89
Gambar 45 Tim menaiki ketintingmembelah Sungai Lesan 90
Gambar 46 Perjalanan menjala di Sungai Lesan, ketinting terkena
dasar sungai karena sungai sedang surut 93
Gambar 47 Bang Jhoni menebar jarla untuk memancing di
Sungai Lesan 94
Gambar 48 Ikan Jerawat yang terperangkap di jala kami saat menjala
di Sungai Lesan 98
Gambar 49 Ikan Lais kami temukan saat memarang ikan di Sungai Bu 99
Gambar 50 Menjala ikan di sungai adalah salah satu kegiatan warga
Kampung Merabu untuk mengisi waktu luang sekaligus mendapatkan
bahan makanan 100
Gambar 51 Ketinting digunakan sebagai alat transportasi sungai 101
Gambar 52 Ikan hasil pancingan para pemuda Merabu saat camping
di Telaga Nyadeng 103
Gambar 53 Bang Ndel memancing di Danau Nyadeng 104
Gambar 54 Landscape tower kars Merabu dilihat dari Puncak Ketepu 107

xiii
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 55 Pemandangan Danau Tebo (Sumber: Facebook Henry


Nak Dayak Lebo) 110
Gambar 56 Anak-anak Mrabu yang bermain-main 115
Gambar 57 Wajah-wajah ceriia anak-anak Merabu 118
Gambar 58 Wanita Asli Kampung Merabu bernama Mba Marjayanti 121
Gambar 59 Ulang tahun keponakan Mba Mar yang dirayakan di kantor
Kerima Puri 122
Gambar 61 Anak-anak sedang mandi dan bermain bersama di
Sungai Bu 125
Gambar 62 Warga Merabu hidup sderhana dan mengutamakan
keramahan 127
Gambar 63 Pak Taufik Hidayat dari TNC yang banyak membantu
tim selama ekspedisi 129
Gambar 64 Sarang walet putih yang ditemukan tim di Gua Kabila 131
Gambar 65 Foto tim bersama PakKurnia dan Pak Hardi dari Himpunan
Alumni Kaltim IPB 143
Gambar 66 Foto tim bersama United Tractor 145
Gambar 67 Foto tim bersama Bupati Berau, Bapak Makmur HAPK
dan Kepala Dinas Pariwisata 146
Gambar 68 Foto Diagram profil hutan plot 1 sekitar Gua Bloyot 157
Gambar 69 Foto Diagram profil hutan plot 3 sekitar Gua Sedepan Bu 158
Gambar 70 Foto Diagram profil hutan plot 4 sekitar Gua Lubang Tembus 159
Gambar 71 Foto PetaGua Bloyot 160
Gambar 72 Foto Peta Gua Lubang Tembus 161
Gambar 73 Foto Peta Gua Sedepan Bu 162

xiv
LAWALATA IPB 2015

xv
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

xvi
LAWALATA IPB 2015

Bab I

Tentang Ekspedisi LAWALATA IPB

Ekspedisi dan Proses Pencarian Jati Diri

Ekspedisi menurut KBBI adalah perjalanan penyelidikan


ilmiah di suatu daerah yang kurang dikenal. LAWALATA IPB memberi
makna dan pengertian ekspedisi, yaitu perjalanan panjang yang
dilaksanakan untuk melihat atau meneliti sesuatu di suatu tempat.

Di LAWALATA IPB, ekspedisi tahunan dilaksanakan oleh


setiap Anggota Muda (AM) yang baru dilantik. Ekspedisi dilaksanakan
oleh seluruh angkatan baru tertentu dengan tema yang disepakati,
dengan pendampingan para senior. Sebutan untuk ekspedisi tahunan
tersebut adalah SLA (Studi Lapangan Anggota).

“Ekspedisi adalah kegiatan yang wajib dilaksanakan


oleh setiap makhluk hidup, baik secara perseorangan maupun
berkelompok, untuk keluar dari kebiasaan atau zona nyaman.”,
ungkap Viedela AK, salah satu anggota Ekspedisi Merabu. “Bukan
hanya keluar rumah, namun minimal pergi ke luar kota. Jika masih
di dalam kota atau daerah sendiri, aura yang dirasakan masih mirip
dengan keadaan di tempat tinggal sendiri.”, imbuhnya.

Tujuan ekspedisi adalah mengenal diri sendiri dan keadaan


sekitar, sehingga mampu mengucap rasa syukur berada dalam
kebersamaan keluarga dan teman, tidak merasa sendirian walau jauh
dari tempat tinggal, menempa kepribadian menjadi mandiri. Terdapat
beragam warna diri yang dapat dikenali saat ekspedisi, seperti lebih
mudah marah, tidak sabaran, malas, enggan bergaul dan tertutup
terhadap masukan orang, atau justru sifat sebaliknya. Semuanya
terjadi alamiah karena tuntutan kondisi.

1
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Lebih mengenal lingkungan membuat kita merasa kecil di


hadapan Sang Kuasa. Kita akan mampu membandingkan apa yang
terjadi di tempat kita tinggal dengan tempat kita berekspedisi, apa
kelebihan dan kelemahan diantara keduanya. Harapannya, kita dapat

Gambar 1 Lanskap Karst Merabu membuat kami terlihat sangat kecil berada
di antaranya

Ekspedisi dan Pengorganisasian Kelompok

Persiapan Ekspedisi Merabu Lawalata 2014 menguras


tenaga dan menuntut pengorbanan yang tidak kecil. Semua
anggota tim ikut terlibat mengambil bagian untuk satu tugas
tertentu, tidak hanya diam berpangku-tangan.

Persiapan ekspedisi membangun ikatan batin yang


sesama AM L-IPB yang baru dilantik. Ikatan persaudaraan akan
mewujudkan rasa kebersamaan, kekompakan, kerja sama,
koordinasi, tanggung jawab, saling membutuhkan dan dibutuhkan,
serta rasa saling membantu yang tinggi atas sesama anggota.
Tim yang solid adalah garansi suksesnya sebuah ekspedisi.

2
LAWALATA IPB 2015

Komunikasi adalah kunci utama terbentuknya keutuhan


tim. Komunikasi langsung dapat meningkatkan nilai afeksi (kasih
sayang), karena di setiap komunikasi tersebut akan terlihat bahasa
verbal dan tubuh satu sama lain. Selain itu, intensitas komunikasi
juga mempengaruhi kualitas komunikasi.

Kumpul bareng untuk mendapatkan ide-ide segar dalam


perancangan ekspedisi dilaksanakan dari awal Februari 2014
untuk perencanaan awal. Hampir setiap hari kami bertemu di sela
kesibukan perkuliahan. Diskusi khusus pembahasan Ekspedisi
Tanah Borneo dilaksanakan satu minggu satu kali dengan
difasilitasi oleh senior yang lebih berpengalaman.

“Komunikasi dan diskusi adalah kunci utama dalam


persiapan ekspedisi. Tanpa itu, tidak akan ada ekspedisi Merabu.”,
ungkap Hanif ketua ekspedisi. Kami bisa mendapatkan segala
infomasi dari sebuah komunikasi yang berujung pada diskusi.
Selain itu, dari diskusi tersebutlah kami bisa mempersiapkan
segala keperluan, menyepakati perbedaan pendapat, serta
memperbaiki sikap sesama anggota ekspedisi, sehingga kami
dapat menyelesaikan segala sesuatu dengan baik.

“Kadang keluar juga rasa kesal di antara kami, namun


dengan berdiskusi kami mencari solusi bersama.”, ungkap
Kasrizal sebagai penanggung jawab transportasi Ekspedisi Tanah
Borneo 2014. Diskusi yang melibatkan beberapa orang dengan
pemikiran tenang dan dingin bisa menghasilkan solusi yang
baik. Orang tersebutlah yang nantinya menjadi penengah saat
debat sengit karena perbedaan pendapat pada diskusi sering kali
terjadi.

3
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Tahapan Ekspedisi
Tahap awal persiapan keberangkatan adalah menetapkan
tujuan utama sebuah ekspedisi. Berikutnya adalah menyepakati lokasi
ekspedisi, kegiatan yang akan dilaksanakan di lokasi tujuan, sesuatu
yang ingin dicapai dari ekspedisi, dan cara mewujudkan ekspedisi
tersebut. Lebih mudah menentukan hal-hal tersebut untuk ekspedisi
solo atau tunggal, tetapi tidak sama halnya jika ekspedisi dilaksanakan
secara berkelompok. Menyamakan persepsi dan keinginan setiap
individu sangat penting agar tidak terjadi kesenjangan dan ekspedisi
berhasil dilaksanakan.

Tahapan berikutnya adalah memikirkan cara agar ekspedisi


dapat terwujud. Kami mengumpulkan sebanyak mungkin informasi
yang relevan dan diperlukan, lalu kami coba pahami secara seksama.
Informasi tersebut adalah kondisi tempat tujuan ekspedisi, waktu
tempuh dan cara mencapai lokasi ekspedisi, serta model transportasi
yang dapat dipakai. Hal-hal tersebut harus disesuaikan dengan
keuangan dan kondisi fisik anggota tim kami. Diperlukan usaha
maksimal agar kelengkapan informasi terpenuhi. Informasi kami
dapatkan dari berbagai sumber, seperti seseorang, instansi yang
relevan, dan referensi buku maupun dari internet.

“Orang bilang melakukan ekspedisi yang penting modal


nekat, namun akan lebih baik ekspedisi dipersiapkan dengan matang
untuk mengantisipasi segala kondisi yang mungkin terjadi.”, ungkap
Sheila Silitonga sebagai penanggung jawab humas (hubungan
masyarakat) dalam tim ekspedisi ini. “Akan banyak kendala yang
dihadapi dalam berekspedisi, mulai dari persiapan bahkan sampai
selesai kegiatan. Namun kendala yang dihadapi akan terasa ringan
jika dijalani secara ikhlas.”, lanjut Sheila. Kendala yang sering muncul
adalah dari sisi keuangan, kelengkapan logistik, keadaan fisik anggota
tim, dan keahlian spesifik lainnya.

4
LAWALATA IPB 2015

Keuangan seringkali menjadi kendala utama. Kita harus


berpikir positif bahwa orang-orang dan lingkungan sekitar akan
mendukung niatan baik yang akan dilaksanakan. Ekspedisi yang
dirancang harus memiliki tujuan baik dan menguntungkan bagi
pribadi maupun berbagai pihak luar.

Keahlian bernegosiasi saat mencari peluang kerjasama


merupakan tantangan dan kemampuan diri yang harus diasah.
Cara menuturkan perkataan yang baik akan selalu mendekatkan
bantuan yang dibutuhkan. Dengan begitu, kendala keuangan akan
teratasi. Bentuk dukungan yang kita dapatkan adalah materi (dana)
dan non-materi (informasi, rekomendasi, dan lainnya). Kami sangat
berterimakasih dan bersyukur atas segala bantuan yang telah
diberikan dalam rangka membantu lancarnya ekspedisi ini.

Setelah mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang


perlu dipersiapkan dan tingkat keahlian yang dibutuhkan untuk
berekspedisi, saatnya berlatih untuk memenuhi segala kebutuhan dan
syarat keahlian tersebut. Cara melatih tingkat keahlian adalah dengan
saling bertukar informasi sesama anggota ekspedisi dan meminta
bantuan dari pihak yang dirasa telah berpengalaman dalam bidang
keahlian yang dibutuhkan.

Selain itu, hal yang dibutuhkan lainnya adalah logistik, yaitu


alat dan bahan konsumsi. Peralatan dan bahan makanan harus
dipersiapkan secara lengkap. Untuk melengkapinya, bisa dengan
meminjam maupun membeli. Namun, kami memperhatikan juga
keadaan keuangan pada saat itu. Karena uang yang dimiliki bukan
hanya untuk memenuhi logistik yang diperlukan, tetapi juga untuk
biaya transportasi.

5
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Tujuan Ekspedisi Merabu


Ekspedisi Tanah Borneo bertujuan menempa AM L-IPB agar
mampu mempraktikkan pemahaman teori yang telah diberikan selama
MPCA (Masa Pembinaan Calon Anggota). Pemahaman tersebut
adalah merencanakan, melaksanakan, dan memetik pembelajaran
setelah kegiatan dilaksanakan. Ekspedisi menjadi ajang berlatih
baik secara individu maupun kelompok. Kegiatan ini diakhiri dengan
mempublikasikan hasil berupa laporan ilmiah maupun tulisan populer
yang berguna untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang
ekspedisi ini. Studi yang dilaksanakan selama ekspedisi bertujuan
untuk: menghimpun data berupa hasil pemetaan dan ornamen gua
(speleothem), menginventarisasi biota gua, menganalisis vegetasi
kawasan hutan alam, serta melaksanakan kajian nilai sosial, ekonomi,
dan budaya masyarakat lokal terkait ekosistem Bukit Karst Merabu.

Buku ini adalah salah-satu capaian publikasi Ekspedisi Tanah


Borneo yang berisi himpunan catatan perjalanan anggota tim dan hasil
studi sosial ekonomi masyarakat serta potensi alam Karst Merabu.

Transportasi

Sebuah tempat yang jauh akan menjadi dekat jika ditempuh


dengan angkutan transportasi yang cepat. Zaman dahulu sebelum
mesin motor ditemukan, orang-orang bepergian menggunakan
onta, kuda, bahkan hanya dengan berjalan kaki. Hal tersebut dapat
memakan waktu tempuh yang lama. Beruntunglah kita hidup pada
zaman sekarang dengan banyaknya pilihan alat transportasi yang
bisa digunakan, seperti: sepeda motor, mobil, kereta api, kapal laut,
dan pesawat terbang. Sebagian orang memilih alat transportasi
berdasarkan kenyamanan masing-masing, sebagian lainnya
berdasarkan kemampuan finansialnya.

6
LAWALATA IPB 2015

Perjalanan menuju Kampung Merabu mudah dijangkau,


namun biaya yang dibutuhkan tergolong mahal. Kami melakukan
perjalanan dari Kampus IPB Dramaga sampai Kampung Merabu
dengan berbagai macam alat transportasi. Harga yang tertera dalam
tabel mengacu pada bulan Maret-Agustus 2014. Alternatif transportasi
dipaparkan dalam Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini.

Table 1 Alternatif 1 perjalanan dari kampus IPB Dramaga-


Merabu
Dari Ke Alat Waktu Harga Per
Tempuh (Rp) satuan
(jam)
Kampus IPB Terminal Angkot 1 100.000 per
Dramaga Damri angkot
Terminal Bandara Bis Damri 2,5 45.000 per orang
Damri Cengkareng
Bandara Bandara Pesawat 3 650.000 per orang
Cengkareng Balikpapan
Bandara Kota Mobil 3 500.000 per mobil
Balikpapan Samarinda Pribadi
Kota Tanjung Mobil 15 2.000.000 per mobil
Samarinda Redeb Pribadi

Kota Kampung Mobil 4 5 1.500.000 per mobil


Tanjung Merabu WD
Redeb

7
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Table 2 Alternatif 2 perjalanan dari kampus IPB Dramaga-


Merabu
Dari Ke Alat Waktu Harga Per satuan
Transportasi Tempuh (Rp)
(jam)
Kampus IPB Stasiun Angkot 1 100.000 per
Dramaga Bogor angkot
Stasiun Stasiun KRL 1,5 10.000 per orang
Bogor Pasar
Senen
Stasiun Stasiun Kereta Api 18 50.000 per orang
Pasar Pasar Turi
Senen
Stasiun Pelabuhan L-300 4 30.000 per orang
Pasar Turi Tanjung
Perak
Pelabuhan Pelabuhan Kapal Laut 45 500.000 per orang
Tanjung Semayang
Perak
Pelabuhan Kota Bus 3 50.000 per orang
Semayang Samarinda

Kota Tanjung Mobil Pribadi 15 2.000.000 per mobil


Samarinda Redeb

Kota Kampung Mobil 4WD 5 1.500.000 per mobil


Tanjung Merabu
Redeb

8
LAWALATA IPB 2015

Alternatif lain adalah jalur udara dari Bandara Cengkareng


menuju Bandara Tanjung Redeb dengan harga tiket pesawat sekitar
Rp1.500.000 per orang. Perjalanan dari Tanjung Redeb ke Kampung
Merabu sama seperti yang dijabarkan pada tabel diatas.

Gambar 2 Tim Ekspedisi Merabu bersiap menuju Balikpapan. Ki-ka: Akbar,


Hanif, Raycel, Sherly, Ira, Andayani, Viedela, Sheila, Aziz

Pemesanan tiket pesawat kami laksanakan tengah


malam untuk mendapat tiket promo. Pada umumnya tawaran
promo-promo tiket murah dikeluarkan pada pukul 2-4 pagi. Kami
menyarankan, melakukan pemesanan tiket pesawat jauh-jauh
hari sebelum waktu keberangkatan. Tiket yang dipesanan mepet
waktu dipastikan harganya tinggi. Kami memesan tiket pesawat
menuju Balikpapan sebulan sebelum keberangkatan.

9
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Bab 2

Tentang Merabu

Penyebaran Suku Dayak terhitung luas di Pulau Kalimantan,


mulai dari Kalimantan Barat, Timur, Tengah, Utara, dan Selatan. Orang
Dayak dipercaya sebagai penghuni asli pulau ini dan keberadaannya
dianggap paling lama. Orang Dayak menyebut dirinya sendiri sebagai
orang kampung, orang hulu, orang darat, bahkan orang pedalaman.
Hal ini muncul seiring lokasi tempat tinggal mereka yang sebagian
besar di sekitar atau di dalam hutan.

Pada kali ini, kami mendapat pengalaman dari sebuah


perjalanan bersama warga Dayak Lebo, yang bermukim di Kampung
Merabu, Kecamatan Kelay, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.
Tempat ini membuat kami tertarik dengan keunikan sejarah, beragam
kesenian dan kegiatan warganya.

Kampung Merabu adalah salah satu kampung yang berada


di Kecamatan Kelay, diantara 13 kampung yang lain, yaitu: Kampung
Lesan Dayak, Long Beliu, Long Duhung, Long Keluh, Long Lamcin,
Long Pelay, Long Sului, Mapulu, Merapun, Merasa, Muara Lesan,
Panaan dan Sido Bangen. Kecamatan Kelay berada di Kabupaten
Berau, Kalimantan Timur.

Kondisi umum sosial ekonomi Kampung Merabu sangat


berbeda dengan kampung-kampung di Pulau Jawa. Modernisasi
yang terjadi di wilayah tersebut tidak membuat mereka terlena,
dalam arti terjerumus dengan teknologi canggih yang marak menjadi
konsumsi besar-besaran masyarakat luas terutama yang berada di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan lainnya.
Perekonomian warga sangat bergantung pada alam.

10
LAWALATA IPB 2015

Gambar 3 Peta Letak Kampung Merabu


Kondisi umum sosial ekonomi Kampung Merabu sangat
berbeda dengan kampung-kampung di Pulau Jawa. Modernisasi
yang terjadi di wilayah tersebut tidak membuat mereka terlena,
dalam arti terjerumus dengan teknologi canggih yang marak menjadi
konsumsi besar-besaran masyarakat luas terutama yang berada di
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan lainnya.
Perekonomian warga sangat bergantung pada alam.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, jumlah


penduduk Kampung Merabu adalah 165 jiwa, dengan jumlah Kepala
Keluarga (KK) sebanyak 53.

11
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Sebagian besar sumber ekonomi warga Kampung


Merabu bergantung dari hasil alam, seperti: madu, rotan, gaharu,
kayu ulin, juga penyediaan jasa guide seperti pekerjaan sebagai
porter, dan koki untuk wisatawan yang berkunjung ke Merabu.
Jasa tersebut behubungan erat dengan alam Kampung Merabu.
Jika alamnya tidak terjaga, tidak akan ada pekerjaan tambahan
untuk mereka. Hutan di Kampung Merabu dapat terjaga karena
kesadaran mereka yang tinggi akan pentingnya hutan untuk
kehidupan, dan tentunya sangat berhubungan erat dengan
kebersamaan mereka yang memiliki prinsip yang sama.

Kehidupan sosial terlihat harmonis dan tidak ada sifat


individual yang terlihat. Kebersamaan terikat kuat antara laki-laki
dengan perempuan, yang tua dengan yang muda, yang sehat
dengan yang sakit, bahkan kebersamaan antaragama berbeda.

Sisi Histori Kampung Merabu

Setiap asap pasti berasal dari api. Setiap kue pasti berasal
dari adonan kue. Begitu pula suatu wilayah, pasti ada asalnya.
Ada sisi histori yang menjadi awal mula semua tempat. Kampung
Merabu sendiri memiliki sejarah yang unik dan beragam hingga
saat ini menjadi Kampung Merabu yang kita kenal.

Suku Dayak Lebo

Sejarah adalah salah satu topik yang menarik untuk


dibahas. Kami melakukan wawancara dan berbincang-bincang
santai dengan warga Kampung Merabu untuk mendapatkan
sejarah Kampung Merabu tersebut. Sejarah yang identik dengan
cerita orang tua kepada anak cucunya ternyata terbukti, karena
pemuda dan anak-anak di Kampung Merabu juga memaahami
sejarah kampungnya tersebut.

12
LAWALATA IPB 2015

Sebagian besar warga Kampung Merabu merupakan suku


asli Dayak Lebo. Dayak Lebo artinya adalah Dayak Rumah. Menurut
FGD (Focus Group Discussion) pada tanggal 18 Juli 2014, pemberian
nama suku tersebut berhubungan dengan rumah dan kematian. Pada
jaman terdahulu seorang yang meninggal tidak akan dikuburkan
karena saat itu belum ada alat untuk mengeruk tanah dengan cepat
seperti cangkul.

Setiap orang yang meninggal akan dimasukkan ke peti dan


‘dirumahkan’. “Dimana orang meninggal maka di sanalah orang
tersebut dikuburkan, tidak perlu di bawa pulang”, ucap Pak Ransum
sebagai tetua sekaligus wakil Ketua Adat di Kampung Merabu.
Misalnya ketika seseorang meninggal di hutan, maka di hutan tersebut
dia akan ditempatkan. Sedangkan makna dari dirumahkan adalah
keharusan mayat untuk ditinggal di rumahnya, yaitu rumah yang telah
ditinggalinya terakhir sebelum meninggal. Dengan begitu, diharuskan
juga untuk tidak ada lagi ada sanak saudara yang tinggal di rumah
tersebut.

Jika ada suatu rumah yang baru saja dibangun sedangkan


ada penghuni yang meninggal, tetap saja penghuni lain harus pergi
dari rumah dan ‘merumahkan’ orang yang meninggal itu. Sanak
saudara akan membuat rumah tinggal yang baru untuk mereka tinggali.
Mereka percaya jika suatu rumah yang telah ada orang meninggal
dan masih dijadikan tempat tinggal, maka para penghuni lain akan
terserang penyakit dan penghuni yang hamil tidak akan selamat. Jika
dilanggar, akan selalu ada celaka yang menyertai kehidupan mereka.
Saat ini, orang Dayak Lebo sudah tidak melakukan adat merumahkan
mayat.

Masyarakat Kampung Merabu percaya mengenai asal-


usulnya, yaitu berasal dari keturunan Dayak Basab. Basab merupakan
bahasa Dayak yang artinya manusia yang hidup di gua. Orang Dayak
Basab melaksanakan pengembaraan dari gua yang satu ke gua
yang lain. Di beberapa gua di Gunung Kulat yaitu nama perbukitan

13
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

karst di sekitar Merabu, ditemukan adanya tengkorak, peti mati, serta


peninggalan beberapa guci.

Beberapa tengkorak kami jumpai di sejumlah gua, yaitu Liang


(Gua) Abu dan Liang Tengkorak. Bahkan di Liang Tengkorak, kami
melihat paket lengkap, yaitu: dua buah peti mati beserta tengkorak
manusia serta guci yang terbuat dari tanah dan alat tajam seperti
kampak. Peti tersebut terletak tepat di mulut Gua Tengkorak.

Untuk mencapai mulut gua tersebut, kami terlebih dahulu


mendaki bukit batu terjal. Kami sulit membayangkan bagaimana
manusia purba meletakan peti mati di sana. Peti yang kami jumpai
terlihat merupakan sebuah kayu besar yang dibelah, kemudian dibuat
cerukan di dalamnya sehingga membentuk rongga. Mayat diletakkan
di rongga kayu tersebut bersama dengan guci dan alat tajamnya.

Warga Kampung Merabu percaya bahwa nenek moyang


mereka memiliki kebiasaan membuat peti mati sendiri ketika dia
merasa waktu kematiannya sudah dekat. Setelah mereka merasakan
sakit parah dan tidak bisa lagi melawan rasa sakitnya, mereka akan
bersiap sendiri di dalam petinya sembari menunggu kematiannya.

Histori Keberadaan Kampung Merabu

Kampung Merabu terbentuk dari proses yang panjang. Proses


yang melewati beberapa kali pergantian nama dan perpindahan
tempat. Pak Ransum sebagai Wakil Kepala Adat Dayak Lebo
Kampung Merabu adalah salah satu orang yang tepat untuk dimintai
informasi mengenai histori tersebut. Selain itu banyak juga informan
yang memahami histori kampungnya, seperti Kepala Kampung dan
dokumen yang tersimpan. Obrolan kami terkait histori selalu menjadi
hal yang menarik. Maka dari itu kami ingin menuliskannya dalam buku
populer ini. Dibawah ini adalah ringkasan histori Kampung Merabu
yang kami dapatkan dari sebuah dokumen. Dokumen tersebut

14
LAWALATA IPB 2015

merupakan dokumen yang dimiliki Kampung Merabu dan kebetulan


dipegang oleh Pak Ra. Isinya tergolong lengkap dan terperinci,
sehingga kami lebih mudah memahaminya.

Menurut penuturan warga, pada tahun 1911 berdirilah


sebuah kampung yang pertama, dengan sebutan Kampung Tukan
Canong di bawah kepemimpinan seorang bernama Libun. Sebutan
Kepala Kampung pada waktu itu adalah Pembakal, sedangkan
wakilnya disebut Pengerak. Pada tahun 1915 terjadilah perpecahan
di Kampung Tukan Canong yang mengakibatkan sebagian warga lari
ke hulu Sungai Lesan, sebagian lari ke daerah hilir, dan sisanya yang
setia kepada Libun memilih menetap di Kampung Tukan Canong.
Orang yang lari ke hilir membentuk Kampung Bot dan yang lari ke
hulu membentuk kampung yang bernama Tebel. Setelah beberapa
kali mengalami perpindahan, Kampung Bot berganti nama menjadi
Panaan dan Kampung Tebel menjadi Merapun seperti yang kita kenal
sekarang

Setelah mengalami perpecahan, Kampung Tukan Canong


berpindah ke hilir dan dikenal dengan sebutan Kampung Bu. Setelah
dua tahun perpindahan yaitu pada tahun 1917, Pembakal berganti
dari Libun ke Pembakal baru yang bernama Gerai yang juga dikenal
dengan sebutan Simpo Lobang Merua. Wakil pembakal atau Pengerak
bernama Ransang. Pada masa inilah, orang mulai mengenal istilah
pemerintahan, seperti Widana untuk Bupati, Kiay untuk Camat, Upas
untuk Polisi, dan uang kepala untuk honor (gaji).

Pada tahun 1922, Pembakal Gerai meninggal dunia dan


digantikan oleh Pengerak Rinsang. Nama Rinsang diberikan
karena salah satu daun telinganya putus sewaktu ada serangan
ayau (kebiasaan berburu kepala oleh Suku Dayak) dari Suku
Dayak Bahau. Pengerak pada masa ini dijabat oleh Benyis. Selama
kepemimpinannya, Rinsang meninggalkan kesan yang positif bagi
perkembangan kampung.

15
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Pada tahun 1932, Pembakal digantikan oleh Benyis. Dalam


kepemimpinannya, Benyis memindahkan kampung di hilir Sungai Bu
yang sering dikenal dengan sebutan Kampung Beteran. Kampung ini
dikenal dengan masuknya arus perdagangan dari Suku Sakai yang
menjajakan dagangannya ke masyarakat. Sistem pembayaran yang
dipakai saat itu adalah sistem barter yaitu menukar barang dengan
hasil bumi dan ternak, seperti: gaharu, sarang burung, madu, ayam,
dan lain sebagainya. Inilah sebagai awal akses masuknya penjelajah
ke Sungai Lesan, Kampung Beteran.

Pembakal Benyis sangat dikenal memiliki kemampuan


dan kesaktian kanugaran, misalnya mampu menyembuhkan
orang sakit. Tidak jarang dia diundang oleh orang-orang penting
untuk pengobatan dan adu ilmu dengan orang-orang sakti lainnya,
seperti: Sultan Sambaliung, Sultan Gunung Tabur, Kerajaan Kutai,
Sultan Bulungan dan orang-orang hebat lainnya di masa itu. Melalui
kepiawaiannya itulah nama Benyis dikenal dimana-mana, bahkan
beliau sangat disegani oleh penjajah Belanda dan Jepang yang pada
waktu itu sempat datang di Kampung Beteran. Pembakal Benyis
menjabat kepala kampung selama 30 tahun.

Pada tahun 1962, Benyis menghembuskan nafas terakhir,


kemudian jabatannya digantikan oleh Daluman dengan gelar Pancar.
Selama memimpin, Daluman sangat ditakuti oleh rakyatnya karena
memiliki sifat berani dan cenderung sewenang-wenang. Tidak sedikit
masyarakatnya yang menjadi sasaran amuk kemarahan dengan cara
main hakim sendiri. Akibat sikapnya tersebut, perpecahan terjadi di
Kampung Beteran dan menyebabkan banyak penduduk kampung
yang berpindah. Ada yang berpindah ke Panaan dan ada yang
berpindah ke Merapun.

Di tengah kondisi yang sulit dan berat akibat perpecahan,


Pembakal Daluman memindahkan kampung ke tempat yang baru
yaitu kampung Merabu seperti yang ada saat ini. Sebelum meninggal,
Daluman berpesan agar kampung yang ada tidak dipindahkan lagi

16
LAWALATA IPB 2015

sampai pada generasi yang akan datang dan akhirnya pada tahun
1967 Pembakal Daluman dipanggil Yang Maha Kuasa.

Selanjutnya, jabatan kepala kampung digantikan oleh


Awan yang pada waktu itu menjabat sebagai pengerak. Pada
masa kepemimpinan Pembakal Awan, orang mulai mengetahui
perbatasan suatu kampung dengan kampung lainnya. Hal ini diawali
dengan adanya pembuatan jalan penghubung yang dirintis dengan
mengerahkan tenaga kerja dari warga tiap-tiap kampung. Orang yang
memprakarsai kegiatan tersebut adalah Kepala Kecamatan Kelay
yaitu Camat Aing Apui, BA.

Adapun batas-batas antara kampung adalah sebagai berikut :

1. Kampung Merapun berbatasan di Sungai Dua Rantang Hilir,


dengan tanda sebuah tempat istirahat di atas gunung. Pada
waktu itu Kepala Kampung Merapun bernama Sekem.

2. Batas Merabu dengan Panaan terjadi perubahan sebanyak


tiga kali, yaitu: yang pertama di Sungai Keberangan yang
pada waktu itu Kampung Panaan masih bernama Kampung
Prongong, yang kedua di sungai Layan yang pada waktu itu
Kampung Panaan masih bernama Kampung Tebel, yang ketiga
di Sungai Petar dengan nama Kampung Panaan yang ada
sekarang ini. Kepala Kampung Panaan saat itu bernama Obar.

3. Merabu dengan Mapulu berbatasan di Liang Puis atau dikenal


dengan sebutan Pemual, dengan tanda batas dua bentuk batu
yang mirip Kelata dan Kedabang, keduanya bertemu di Pamual.
Kepala Kampung Mapulu bernama Lampas.

17
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Pada tahun 1980, Kampung Mapulu terpecah dua setelah


adanya sengketa wilayah Onyen (daerah sarang burung Walet)
antara Kabupaten Berau dan Kabupaten Kutai yang dimenangkan
oleh Kabupaten Kutai.

Sekelompok warga Mapulu yang turun ke daerah Berau


tepatnya di Sungai Lesan Kampung Merabu berjumlah tiga kepala
keluarga, yaitu: keluarga Lampas, Sarwani, dan Calon. Mereka
meminjam lahan warga yang letaknya di hulu Kampung Merabu
dengan Lampas sebagai kepala kelompoknya.

Pada tahun 1969, Pembakal digantikan oleh Sampan yang


menjabat selama 29 tahun. Pembakal Sampan sangat dikenal di
kalangan kepala-kepala kampung dan di lingkungan di pemerintahan
Kabupaten Berau. Dia juga sangat dicintai masyarakatnya. Sikap
arif dan bijaksana dalam memimpin telah menjadi suritauladan bagi
warga dan pemimpin di masa yang akan datang. Setelah jabatan
sebagai Pembakal berakhir, Sampan dinobatkan sebagai Ketua Adat
oleh warga. Kegiatan adat istiadat mulai dikumandangkannya dengan
mengadakan pesta Tuak/Erau. Kegiatan tersebut masih populer di
Kampung Merabu. Hal ini terlihat dengan kehadiran undangan yang
datang dari berbagai kampung, bahkan sampai kabupaten lain untuk
menyaksikan budaya tersebut.

Pembakal Sampan bukan saja sukses dalam berkegiatan


tapi juga mampu membuktikan kesukesan acara Erau. Jika tahun-
tahun sebelumnya tidak ada musim buah, namun setelah diadakan
acara Erau, pohon buah-buahan baik di hutan maupun di kampung
akan berbuah melimpah ruah. Pohon-pohon Mangris pun dipenuhi
dengan lebah madu. Di usia 78 tahun, Pembakal Sampan menderita
sakit stroke dan akhirnya meninggal dunia.

Pada tahun 1998-2005, jabatan Kepala Kampung dipangku


oleh Asrani (Pak Ra), setelah menang dalam pemilihan Kepala
Kampung di usianya yang ke-23. Bapak Asrani tercatat sebagai

18
LAWALATA IPB 2015

pemimpin termuda di pemerintah kampung se-Kabupaten Berau.


Pada tahun 2005, dia terpilih kembali sebagai Kepala Kampung
Merabu periode 2005-2011. Kerja keras dalam mewujudkan
perubahan kampung ke arah yang lebih baik sudah dibuktikannya,
di antaranya: pembangunan sarana dan prasarana pemerintah
kampung, pemukiman penduduk yang teratur, dan banyak hal lagi.

Pemimpin yang penuh kerja keras tersebut seringkali terjun


langsung ke lapangan untuk bergotong-royong maupun berkegiatan
lain bersama warga. Kemampuan berdiplomasi dan berpikir jauh
ke depan serta memimpin dengan konsep yang jelas menjadikan
Kampung Merabu dilirik oleh berbagai pihak. Beliau memiliki motto
‘Aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan
masyarakat yang hidup di dalam aku’. Jumlah penduduk Kampung
Merabu pada tahun 2009 adalah 217 jiwa yang terdiri dari 45 Kepala
Keluarga dengan mayoritas penduduknya adalah suku asli Dayak
Lebo.

Bunga Inu dan Historinya


Selain cerita legenda, di Kampung Merabu juga memiliki
mitos-mitos yang dipercaya warganya. Salah satunya adalah akan
datangnya musibah bagi orang yang memotong kayu yang telah
terbakar yaitu akan memiliki anak dengan bibir sumbing. Mitos itu
dipercaya sampai sekarang karena konon pernah terjadi di Kampung
Merabu. Warga kampung juga percaya jika hujan turun ketika
seseorang baru menginjak suatu tempat di wilayah Merabu artinya
pengunjung disambut dan diterima dengan baik. Tetesan air hujan
seakan mengetahui maksud dari pengunjung, siapa yang memiliki
niat baik dan niat buruk. Benar saja, ketika kami baru sampai di Gua
Bloyot, gerimis di sore hari datang menyambut kami. Hujan tidak
hanya menyambut kami di Gua Bloyot.

Ketika kami sampai di Gua Sedepan Bu, hujan lebat juga


menyiram pondok kami hingga semuanya basah kuyup. Kami tidak

19
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

sedikitpun kesal, justru kami merasa sangat senang karena keberadaan


kami di sana sangat diterima dengan baik oleh Dewa Hujan dan
penghuni hutan Merabu. Di Gua Bloyot inilah kami mengupas banyak
cerita tentang kisah Bunga Inu.

Gambar 4 Beberapa cap tangan di Gua Bloyot yang dipercaya milik Bunga Inu

Merabu adalah kampung yang memiliki banyak sejarah.


Cerita mengenai sejarah selalu menjadi hal yang menarik di sana.
dan hampir semua orang mengetahuinya. Mereka juga tidak sungkan
untuk menceritakannya pada kami. Saat yang paling tepat untuk
mendengarkan cerita sejarah adalah pada malam hari setelah semua
kegiatan selesai. Biasanya kami lakukan di depan perapian sembari
membakar ikan atau meminum kopi bersama. Waktu tersebut sangat
cocok untuk mengantarkan alam bawah sadar agar kami benar-
benar merasakan setiap alur yang diceritakan dan merasa berada
dalam cerita tersebut. Selain dalam kongkow (obrolan santai), kami
juga mendapatkan banyak cerita tentang sejarah kampung saat
melakukan FGD bersama warga Kampung Merabu.

20
LAWALATA IPB 2015

Gambar 5 Cap tangan Bunga Inu yang mulai rusak (terkelupas) dan
lapuk karena terlalu sering terkena sentuhan manusia

Bunga Inu adalah sosok yang dipercayai sebagai nenek


moyang orang Dayak Lebo. Saat FGD tgl 18 Juli 2014, munculah
informasi bahwa Bunga Inu meninggal kurang lebih 3000 tahun lalu
tahun lalu. Sampai saat ini, jejak cap tangan Bunga Inu dan lukisan
hewan-hewan masih dapat ditemui di gua sekitar Merabu.

Cerita yang paling menonjol di Kampung Merabu adalah


mengenai kecantikan bak bidadari Bunga Inu yang terkenal. Legenda
Bunga Inu memiliki banyak versi. Sebagian orang percaya bahwa
Bunga Inu adalah nenek moyang Suku Dayak. Bunga Inu menikah
dengan seorang lelaki bernama Pase Raya. Pasangan ini memiliki tiga
orang anak perempuan, yaitu: Dayang Bangen Tarub, Dayang Tiyong
dan Dayang Bentayong.

Konon ketika remaja, ketiga anak Bunga Inu tersebut menyukai


satu orang lelaki yang gagah bernama Simpo Belah. Akhirnya Simpo
Belah yang bergelar Lelek Silidium yang artinya “Sahabat Bengkawai”
memutuskan untuk menikahi ketiga gadis tersebut. Bengkawai

21
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

adalah binatang yang terkenal buas yang mirip orang utan dan hidup
di tanah. Lelaki gagah tersebut memiliki kelebihan yang didapatkan
dari pertemanannya dengan Bengkawai, misalnya: dapat menghilang
dari pandangan, memiliki kekebalan tubuh, memiliki kekuatan gaib
dan dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Ketiga anak Bunga
Inu hidup sangat rukun dengan satu suami. Mereka menghasilkan
keturunannya yang sekarang menjadi warga suku Dayak Lebo,
termasuk warga Kampung Merabu.

Kisah sejarah Bunga Inu diperkuat dengan peninggalan cap


tangan yang nampak di dinding-dinding Gua Bloyot. Beberapa orang
percaya bahwa cap tangan tersebut adalah milik sosok perempuan
sangat cantik bernama Bunga Inu. Orang Dayak Lebo percaya
bahwa Bunga Inu adalah keturunan dewa dan memiliki kemampuan
menghilangkan diri. Bunga Inu membuat cap tangan di jalur
pengembaraannya yang dipercaya sebagai tanda bagi keturunannya
agar mengetahui keberadaannya di masa lalu. Dari cap tangannya,
terbayang pula paras sang Bunga Inu yang cantik. Cap tangan
yang dibuat olehnya masih terlihat hingga kini di dinding Gua Bloyot
walaupun dengan keadaan yang agak memudar di beberapa bagian.

Selain cerita tersebut, ada juga sebagian juga percaya


bahwa keberadaan cap tangan di Gua Bloyot memang milik Bunga
Inu dengan kisah yang berbeda, yaitu cap tangan tersebut dibuat
oleh Bunga Inu ketika sosoknya kabur dari Kampung Merabu karena
tidak mau dijodohkan oleh orang tuanya dengan lelaki yang tidak
dicintainya.

Bukan hanya itu, cap tangan dan beberapa lukisan yang ada
di sana juga dipercaya milik manusia purba penghuni gua. Ukuran
cap tangan yang beragam diperkirakan milik beberapa manusia
dengan umur yang berbeda. Mereka percaya bahwa asal-usul
manusia Merabu adalah dari Gunung Kulat. Dahulu, manusia purba
tinggal dan melaksanakan pengembaraan dari gua yang satu ke gua
yang lain di Gunung Kulat tersebut. Pembuatan cap tangan dilakukan
sebagai tanda agar mereka tidak tersesat.
22
LAWALATA IPB 2015

Keberadaan cap tangan di Gua Bloyot sangat ekstrem.


Ada beberapa cap tangan yang berada di atap gua yang tingginya
mencapai 4 meter. Kami tidak mengetahui bagaimana orang dulu
membuat cap tangan dengan ketinggian yang tidak bisa dicapai
manusia pada umumnya saat ini tanpa alat bantu. Cap tersebut
dipercaya dibuat secara langsung. Warga percaya bahwa manusia
jaman dahulu memiliki tubuh yang cukup tinggi sehingga bisa
mencapai atap gua. Ada juga yang beranggapan bahwa untuk
mencapai atap, pembuat cap menggunakan alat untuk mencapainya.

Selain cap tangan, ada juga beberapa lukisan gua yang


berbentuk binatang dan manusia yang dipercayai masyarakat Merabu
sebagai sebuah kisah dari pendahulu mereka tentang pemanfaatan
hutan untuk kebutuhan hidup. Lukisan ini menunjukan kehidupan
masyarakat Dayak Lebo yang hidup dari hutan dan tinggal di gua-gua.
Binatang-binatang yang digambarkan di dinding dipercaya warga
Merabu sebagai petunjuk binatang apa yang bisa dimakan dan tidak.
Hal ini sejalan dengan warga Merabu yang masih kental dengan
kegiatan berburu untuk memenuhi kebutuhan pangan. Walaupun
hewan pada lukisan tidak jelas apa jenisnya, namun cerita yang
terkandung di dalamnya yang membuat lukisan-lukisan ini semakin
menarik.

Merabu Saat Ini

Merabu yang aman dan jauh dari permasalahan dengan


aturan-aturan yang ditaati membuat pengunjung betah di kampung
ini. Profesionalitas setiap pihak pemerintahan dan lembaga yang ada,
infrastruktur yang tersedia, dan budaya yang masih kental di Kampung
Merabu adalah salah satu pendukung yang membuat wisatawan
tertarik mengunjungi kampung ini.

23
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Mata Pencaharian dan Perekonomian

Gambar 6 Kampung Merabu terlihat nyaman dari basecamp TNC

Warga Merabu memiliki pekerjaan yang menghasilkan uang


untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka menggunakan uang
untuk membeli kebutuhan pokok, seperti: pangan, sandang, dan
papan. Sebagian kebutuhan pangan dan papan sudah dapat mereka
cukupi dari hutan, mulai dari tumbuhan yang dijadikan sebagai
makanan berserat, hewan buruan sebagi sumber protein, dan kayu
ulin maupun rotan yang dijadikan bahan bangunan. Sebagian uang
juga mereka jadikan investasi berupa pendidikan kepada anak-
anaknya, maupun dibelikan barang kebutuhan sekunder, seperti:
handphone, televisi, dan sepeda motor.

24
LAWALATA IPB 2015

Bangunan rumah yang mereka tempati memiliki bentuk


yang mirip yaitu rumah panggung berbahan dasar kayu Ulin dan
penerangan cahaya lampu dari solar sel. Kamar mandi tidak selalu
dimiliki oleh setiap rumah, karena kegiatan mereka yang berhubungan
dengan air biasanya langsung dilaksanakan di sungai. Setiap sore,
teras rumah akan ramai oleh orang-orang yang berkumpul. Mereka
berbincang bersama sembari minum teh atau kopi hangat yang bisa
menyegarkan pikiran setelah lelah bekerja seharian.

Gambar 7 Sepeda motor milik salah satu warga Merabu


kuat melewati jalanan yang terjal berbatu

25
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Infrastruktur Kampung

Sebelum memulai kegiatan yang sudah kami rencanakan,


terlebih dahulu kami mengenal Kampung Merabu. Kami berjalan
menyusuri setiap sudut kampung tersebut. Bangunan-bangunan
yang dijadikan kantor untuk urusan pemerintahan tersedia di sana.
Ada Kerima Puri, kantor kepala kampung, balai kampung, puskesmas,
sekolah dasar, gereja, dan rumah-rumah warga yang juga berjajar
rapih dengan bentuk yang relatif sama.

Kantor kepala kampung

Kantor kepala kampung berada tepat di depan lapangan


bola voli. Bentuk kantor ini hampir sama dengan bentuk rumah di
Kampung Merabu pada umumnya. Hanya saja isinya yang berbeda.
Kantor tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas seperti komputer,
speaker, meja kerja, pajangan foto-foto, peta kampung serta
kelengkapan berkas yang berhubungan dengan kampung.

Gambar 8 Kantor Kepala Kampung memiliki berbagai fasilitas


sebagai pemberi informasi tentang Kampung Merabu

26
LAWALATA IPB 2015

Pak Agus sebagai sekretaris kampung saat itu menemani


kami mengunjungi kantor kepala kampung. Saat memasuki
kantor tersebut, kami diperlihatkan peta dan foto-foto keadaan
kampung yang menyimpan tempat-tempat menarik. Tempat-
tempat tersebut tidak asing di telinga kami, karena sebelumnya
telah diceritakan oleh Pak Franly, kepala kampung saat ini.
Tempat-tempat menarik di sana seringkali didatangi pengunjung,
bahkan pernah sekali diliput oleh salah satu stasiun televisi
.swasta

Kantor PKK

Walaupun setiap hari saling bersosialisasi, warga tetap


memerlukan sebuah organisasi yang menaungi kegiatan warga
Kampung Merabu. Salah satunya adalah PKK (Pembangunan
Kesejahteraan Keluarga). PKK adalah organisasi kemasyarakatan
yang memberdayakan wanita untuk turut berpartisipasi dalam
pembangunan Indonesia. PKK terkenal akan “10 program pokok”-
nya. Warga Merabu terutama ibu-ibu senantiasa melaksanakan
kegiatan bersama PKK di sebuah gedung yang ada di kanan kantor
Kepala Kampung.

Gambar 9 Sepuluh Program PKK Kampung Merabu

27
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Rumah sehat

Gambar 10 Rumah sehat berjajar rapih di kanan barisan


kantor-kantor pemerintahan kampung Merabu

Salah satu program kampung berupa bantuan dari


Pemerintah Daerah adalah pembangunan Rumah Sehat yaitu rumah
tinggal yang dibangun sesuai dengan standar kesehatan. Dengan tata
rumah yang rapi serta tempat yang bersih dan sehat membuat rumah
tersebut nyaman untuk ditinggali. Saat ini terdapat 22 rumah yang
telah berdiri kokoh di dekat kantor kepala kampung. Pembangunan
belum berhenti pada jumlah itu saja. Program rumah sehat akan
terus diupayakan untuk lebih menjamin kesehatan warga Kampung
Merabu.

28
LAWALATA IPB 2015

Puskesmas

Selain rumah sehat, puskesmas juga tersedia di Kampung


Merabu untuk melayani kebutuhan kesehatan warga. Meskipun
sederhana, Puskesmas itu dapat mencukupi kebutuhan mereka. Jika
ada yang diperlukan namun puskesmas tidak menyediakan, maka
segala keperluan akan diupayakan pihak kampung ke Pemerintah
Daerah. Jika kondisi sudah parah atau tidak memungkinkan dirawat
di puskesmas tersebut, pasien segera dirujuk ke Rumah Sakit Daerah.

Penyedia jasa kesehatan di Puskesmas adalah seorang


dokter wanita yang berasal dari luar daerah. Dokter tersebut tinggal
di rumah dekat Puskesmas sekaligus berjaga apabila ada keperluan
warga yang mendadak.

Sekolah Dasar

Gambar 11 Sekolaah Dasar Merabu adalah satu-satunya


tempat pendidikan formal di Kampung Merabu

29
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gedung SD Merabu adalah satu-satunya tempat pendidikan


formal di Kampung Merabu. Gedung sekolah ini selalu ramai dengan
anak-anak dari Kampung Merabu yang bersemangat menimba ilmu.
Saat istirahat tiba, murid-murid bersiap untuk bermain bersama di
halaman sekolah hingga menjelajah ke sekitaran kampung. Beberapa
permainan mereka mainkan, yaitu: sepak bola, sepeda, lompat tali,
dan lain-lain. Hal tersebut dilakukan dengan penuh kegembiraan. Ada
yang sambil makan, ada juga yang sekedar duduk-duduk bersama
sambil mengobrol.

Ketika bel dari salah satu ruangan berbunyi “teng. . teng. .


teng. .”, itu tandanya mereka harus masuk ke kelas. Sebagian murid
langsung berlarian seakan tidak mau ketinggalan dengan pelajaran
yang akan diberikan oleh bapak/ibu gurunya. Namun sebagian lagi
masih asyik bermain di sekitaran kampung sehingga Ibu Guru harus
memanggil mereka.

Gereja

Gereja adalah tempat beribadah umat Kristen. Di Kampung


Merabu terdapat satu bangunan gereja. Gereja itu selalu ramai
dikunjungi warga di hari Minggu, mulai dari anak-anak, para Ibu dan
Bapak, serta orang-orang tua. Mereka datang ke rumah Tuhan dengan
pakaian terbaiknya. Seorang pendeta memimpin jalannya ibadah di
setiap pertemuan. Mereka sangat khusuk dalam berdoa, memohon
pada Tuhan segala yang terbaik untuk diberikan kepada mereka.

Sedangkan bagi umat muslim, mereka melaksanakan


peribadahannya di sebuah masjid yang berada di kampung sebelah,
yaitu Kampung Mapulu.

30
LAWALATA IPB 2015

Gambar 12 Gereja di Kampung Merabu selalu hramai di hari Minggu


dan hari besar umat Kristen

Studio Musik

Musik adalah hiburan. Kita semua tidak bisa terlepas dari musik,
mulai dari alunan melodi sederhana hingga kombinasi berbagai alat
musik modern. Tidak terkecuali kampung Merabu yang berslogan
ASIK ini, kreativitas warganya dalam bermusik tidak kalah bagus dari
pemusik profesional. Warga Kampung Merabu sering mengasah
kemampuannya dalam bermusik di kampung mereka sendiri.

31
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Terdapat sebuah bangunan yang bentuknya mirip rumah


di Kampung Merabu pada umumnya. Perbedaan akan terlihat jika
sudah masuk ke dalamnya. Ada beberapa alat musik, seperti: gitar,
bass, melodi listrik, dan drum. Semua alat musik terkumpul di ruangan
depan. Warga biasa menyebut bangunan ini sebagai studio musik.
Studio musik ini terletak di samping lapangan voli. Kebanyakan yang
memanfaatkan studio tersebut adalah kaum muda, walaupun kadang
kala ada juga orang tua yang bergabung untuk memainkan beberapa
lagu kesukaan di dalamnya atau hanya sekedar melihat proses latihan
saja.

Adanya studio musik sangat didukung oleh Kepala Kampung


Merabu. Pak Franly juga merupakan salah satu pemain musik handal
yang sering mengikuti latihan di sana. Semua jenis alat musik yang
berada di studio musik bisa dimainkan olehnya. Kepandaiannya
dalam bermusik seringkali dia tularkan kepada pemuda Kampung
Merabu. Harapannya adalah agar kegiatan mengisi waktu luang di
sana dapat menghasilkan sebuah karya yang mungkin juga disukai
oleh khalayak banyak.

Fasilitas Listrik

Senter adalah barang utama yang wajib dimiliki atau dibawa


ketika ada di Kampung Merabu. Kondisi di siang hari memang tidak
menjadi masalah, namun jangan ditanyakan lagi betapa gelapnya
saat malam hari. Mata kita tidak akan melihat apapun kecuali saat
bulan purnama. Kegelapan ini terjadi karena tidak adanya listrik yang
mengalir di Kampung Merabu.

Sebenarnya mereka memiliki sistem solar sel yang mereka


buat sendiri, hasil dari pelatihan di Bandung yang diwakili oleh
dua orang pemuda Merabu. Antusias mereka sangat tinggi untuk
pembangunan kampung, terutama masalah listrik ini. Mereka sadar
bahwa pada zaman yang seperti sekarang sangat dibutuhkan media
informasi yang akan menambah wawasan mereka. Dengan adanya

32
LAWALATA IPB 2015

listrik, mereka akan dapat menggunakan fasilitas informasi dari ,


televisi, radio, handphone dan lainnya.

Solar sel di Merabu masih ada namun ketika kami berada


di sana kondisinya sedang rusak dan sudah tidak berfungsi. Jika
listrik sangat dibutuhkan, mereka seringkali terpaksa menggunakan
genset (generator set). Kerusakan solar sel terjadi beberapa waktu
lalu sebelum kami berkunjung ke sana. Masalah tersebut bisa diatasi
dengan mendatangkan ahli dari Berau. Pernah dulu ahli solar sel
ini datang memperbaikinya, namun kemudian rusak lagi. Saat ini
kerusakan solar sel belum bisa ditemukan penyebabnya, sehingga
kedatangan kami disambut dengan malam yang gelap gulita.

Gambar 13 Sumber listrik di Kampung Merabu dengan teknologi solar sel

33
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Pranata Sosial (Kelembagaan Sosial)

Pemerintahan Kampung dan Partisipasi Warga

Gambar 14 Pak Franly Oley adalah Kepala Kampung Merabu

Kampung Merabu dipimpin oleh seorang laki-laki asal


Manado yang bernama Franly Oley yang masih berusia duapuluhan.
Beliau adalah Kepala Kampung termuda se-Kabupaten Berau saat
ini. Pak Franly menjadi Kepala Kampung Merabu setelah menikah
dengan warga Kampung Merabu.

Dalam masa kepimpinannya, Pak Franly memiliki beberapa


tangan kanan yang membantu pekerjaan mulianya tersebut, yaitu:
seorang sekretaris desa, bendahara, pengurus PKK dan pengurus
bidang-bidang lainnya. Dalam bentukan struktur ini, Kampung Merabu
memiliki beberapa tujuan yang kemudian di tuangkan dalam sebuah
program. Program tersebut dilaksanakan secara bersama-sama.

34
LAWALATA IPB 2015

Di Kampung Merabu terlihat tidak hanya para pejabat


kampung saja yang memiliki rasa kepedulian tinggi terhadap program
yang dirancang. Warga pun turut aktif dalam setiap program yang
dilaksanakan, tak terkecuali yang berhubungan dengan demokrasi
Indonesia. Seperti yang dirasakan pada pesta demokrasi saat kami
berada di sana.

Walaupun letaknya yang jauh dari pusat kota, mereka sangat


memahami kondisi dan perkembangan pemerintahan nasional.
Mereka sangat sadar bahwa Merabu adalah bagian dari Indonesia.
Aparat pemerintahan kampung sangat membantu warga untuk
tetap mengikuti perkembangan politik nasional dengan cara selalu
merangkul warganya untuk turut aktif dan demokratif.

Antusias mereka tinggi untuk ikut meramaikan dan


berpartisipasi aktif dalam pesta rakyat yang dinantikan setiap menjelang
pergantian pemimpin. Entah itu pemimpin kampung, kecamatan,
hingga negara, warga selalu antusias untuk ikut serta. Misalnya pada
waktu ketika Bapak Negara kita, Susilo Bambang Yudhoyono akan
lengser dan pemilu diselenggarakan, mereka sangat menyambut
dengan baik momen langka itu. Tim Ekspedisi Tanah Borneo pun ikut
dalam suasana meriah pemilu itu.

Gambar 15 Motor Kepala Kampung merupakan


transportasi kebanggaannya

35
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Pemilihan Umum adalah sebuah momen yang telah


dinantikan seluruh warga di Indonesia. Saatnya menentukan
pemimpin yang akan membawa negara ini ke arah yang lebih baik
selama 5 tahun ke depan. Sekitar pukul 07.00 WITA, warga sudah
bersiap dengan penampilan terbaiknya dengan keyakinannya memilih
calon pemimpin negara. Pencoblosan calon presiden dilaksanakan di
Balai Desa Merabu dengan 1 kotak suara. Dari 119 kertas suara yang
tersedia, kami berkesempatan juga untuk mempergunakan hak suara.
Hal tersebut dikarenakan beberapa warga yang tercatat dalam pemilu
kali ini berhalangan hadir untuk menyumbangkan hak suaranya. Kami
diwajibkan membawa KTP untuk mendapatkan kertas suara yang
akan kami coblos.

Gambar 16 Suasana perhitungan suara pemilihan umum presiden 2014

36
LAWALATA IPB 2015

Pemilihan berakhir sekitar pukul 10.00 WITA dan setelah itu


dilanjutkan dengan penghitungan suara yang disaksikan oleh warga
Kampung Merabu dan para saksi dari tiap calon presiden serta
dijaga oleh beberapa aparat keamanan. Warga Kampung Merabu
menyaksikan penghitungan suara dengan rasa penasarannya,
mengharapkan pilihannya yang menjadi pemenang.

Selain program dalam bentuk kegiatan, Kampung Merabu


juga memiliki program khusus untuk para pengunjung, wisatawan,
maupun peneliti. Program yang mereka buat adalah berupa tawaran-
tawaran jasa untuk membantu pengunjung, seperti: penujuk jalan,
porter, serta pemasak. Dengan jasa-jasa tersebutlah warga Kampung
Merabu mendapatkan upah sebagai pemasukan yang dibagikan
untuk pembangunan Kampung Merabu sendiri serta para pemilik
jasa.

Semua program tersebut telah dirancang bersama dan


disepakati semua warga. Hasil dari kesepakatan didokumentasikan
dalam aturan tertulis. Hal ini memudahkan pengunjung untuk
mempersiapkan dana jika ingin datang ke Kampung Merabu karena
mereka tahu berapa besar uang yang perlu dipersiapkan.

Kelembagaan Sosial

Kampung Merabu memiliki sistem kelembagaan adat yang


masih berlaku di dalamnya. Segala sesuatu mengenai adat-istiadat
yang dianut, terlebih dahulu harus melalui lembaga adat yang ada.
Tujuannya adalah melestarikan budaya Dayak Lebo. Salah satu
tujuannya adalah budaya yang berkaitan dengan kondisi alam,
terutama di bidang kehutanan. Untuk membantu menjaga hutan yang
dimiliki, Kampung Merabu memiliki lembaga yaitu Kerima Puri.

37
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Kerima Puri

Kerima Puri adalah


lembaga adat yang bertujuan
khusus yaitu melestarikan hutan.
Nama Kerima Puri dipilih sendiri oleh
warga Merabu yang diharapkan
menjadi doa yang selalu diingat.
Dalam tata bahasa Dayak Lebo,
“ke” memiliki arti “menuju”, “rima”
berarti “hutan”, dan “puri” adalah
“cantik”. Arti yang terkandung
dalam nama Kerima Puri adalah
“menuju hutan cantik”. Hal
tersebut menunjukkan makna
dan harapan warga agar selalu
menjaga hutannya sehingga
Gambar 17 Pak Ransum, Wakil tetap cantik, lestari, dan tetap
Kepala Adat Kampung Merabu
memperlihatkan tarian khas Dayakmenjadi sumber kehidupan bagi
Lebo saat pesta pelepasan Tim warga Kampung Merabu.
Ekspedisi
Mereka memiliki keyakinan bahwa selama masih
ada hutan, maka kehidupan juga masih berputar.

38
LAWALATA IPB 2015

Cara warga Merabu


mendapatkan kemakmuran tidak
hanya bergantung pada alam. Mereka
mempunyai banyak rancangan
kegiatan dan pekerjaan yang
dilaksanakan untuk mengupayakan
kesejahteraan mereka bersama.
Salah satu yang terlihat adalah
ketika mereka bersama-sama
melaksanakan penanaman bibit
pohon karet dan membangun
persemaian karet dan sayur mayur.

Semua pekerjaan mulai dari Gambar 18 Pak Asrani biasa


memilih dan mempersiapkan lahan dipanggil Pak Ra adalah ketua
Kerima Puri, memiliki rasa
yang akan digunakan, penyiapan cinta tinggi terhadap Kampung
bibit yang berkualitas, pupuk yang Merabu dan warganya
sesuai, serta apapun yang menyangkut pekerjaan tersebut dilakukan
bersama-sama. Semua pihak turut aktif dalam pekerjaan tersebut
tanpa rasa lelah dan tak pernah satupun dari mereka melontarkan
keluhannya. Warga saling mengobarkan semangat satu sama lain.

Telah diketahui bahwa Kampung Merabu adalah salah satu


tempat yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan sehingga
nantinya akan sangat menguntungkan bagi warganya maupun pihak
lain seperti para pengunjung. Salah satu kegiatan menarik yang
dilaksanakan Kerima Puri bertujuan untuk mengembangkan potensi
wisata tersebut.

39
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Beberapa cara dilaksanakan oleh Kerima Puri untuk


pembelajaran atau penambahan wawasan bagi warga Merabu.
Saat tim Ekspedisi Tanah Bornoe berada di sana, Kerima Puri juga
melaksanakan pembelajaran bersama. Salah satunya adalah belajar
cara menggunakan GPS (Global Positioning System), penelitian biota
gua, pembuatan peta gua, serta penganalisisan vegetasi di dalam
hutan. Salah satu tujuan dari hal tersebut adalah mempersiapkan
kapasitas warga untuk menyongsong kemajuan Kampung Merabu
dengan wisatanya.

Dari hasil FGD (Focus Group Discussion) bersama warga


pada malam hari 18 Juli 2014 di kantor Kerima Puri, warga meminta
pendapat kepada tim ekspedisi mengenai ide menarik untuk ekowisata
seperti apa yang akan diprogramkan oleh mereka. Dengan kapasitas
pengetahuan kami, maka kami paparkan beberapa ide untuk
mengembangkan potensi wisata tersebut dengan memberdayakan

Gambar 19 Pemuda sedang belajar GPS bersama anggota Tim Ekspedisi

40
LAWALATA IPB 2015

warga. Tindakan mereka selama ini kami rasa sudah tepat karena
mereka sudah terebih dahulu memulai mempersiapkan kapasitas
warganya terutama para pemuda yang nantinya lebih berperan aktif
dalam pembangunan Kampung Merabu.

Peningkatan kapasitas tersebut bisa mereka terapkan


dengan melaksanakan hal yang sama dengan kami. Beberapa
kegiatan tersebut adalah pemetaan gua, penginventarisasian biota
gua, serta melaksanakan analisis vegetasi dan keadaan sosial
ekonomi masyarakat Merabu. Mereka diharapkan akan mengetahui
potensi wisata di kampung mereka sendiri sehingga mereka tidak
akan serta merta membiarkan para pendatang untuk menguasai
apalagi merusaknya.

Adopsi Pohon

Masyarakat Kampung Merabu sadar akan pentingnya


melestarikan alam. Mereka memiliki jiwa konservasionis dengan
caranya masing-masing. Ada berbagai cara yang sudah dilaksanakan
masyarakat Merabu dan jajaran pemerintahannya untuk mencegah
eksploitasi alam merabu. Upaya-upaya itu antara lain adalah dengan
memperjuangkan penetapan Hutan Desa, peraturan adat mengenai
pengelolaan sumberdaya alam, dan program adopsi pohon.

Adopsi pohon adalah salah satu cara yang digunakan


masyarakat Merabu untuk menjaga kelestarian hutan dan alamnya
yaitu dengan mengajak orang-orang dari luar Kampung Merabu
untuk mengenal alam di Kampung Merabu juga. Kegiatan ini dimulai
dari inisiatif The Nature Conservancy (TNC) sebagai LSM (Lembaga
Swadaya Masyarakat) yang mendampingi Kampung Merabu sebagai
kampung rendah emisi karbon dalam program REDD+. Sebagai
salah satu bentuk kepedulian pengunjung Kampung Merabu terhadap
kelestarian alam Indonesia, seseorang dapat berpartisipasi dengan
cara mengadopsi pohon di sana.

41
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 20 Lawalata mengadobsi pohon Kapur di jalur menuju Gua Bloyot


Program adopsi pohon adalah kesempatan bagi seseorang
untuk berkontribusi dalam pelestarian alam Kampung Merabu
terutama hutannya. Pengunjung dapat mengadopsi sebuah pohon
yang dipilihnya sendiri di hutan Kampung Merabu dengan biaya
kontribusi yang akan digunakan untuk pengelolaan dan pelestarian
hutan Kampung Merabu.

Biaya yang ditetapkan untuk wisatawan asing berbeda


dengan wisatawan lokal. Untuk wisatawan lokal ditetapkan biaya

42
LAWALATA IPB 2015

kontribusi untuk satu pohon adalah Rp 500.000,-/pohon/tahun dan


wisatawan asing adalah 1.500.000,-/pohon/tahun. Pohon yang
telah diadopsi bukan berarti pengadobsi memilikinya dan bisa
menebangnya, namun hanya sebagai bentuk kepedulian dalam
menjaga tetap adanya pohon tersebut. Semakin banyak pohon yang
diadopsi, maka semakin besar pelindungan masyarakat terhadap
pohon-pohon di hutan Kampung Merabu. Peraturan pengadopsian
pohon ini dibuat oleh masyarakat Merabu sendiri.

Sasaran dari pengadopsi pohon adalah mayarakat diluar


Kampung Merabu dan wisatawan asing. Adopsi pohon ini menjadi
salah satu daya tarik pengunjung untuk datang ke Kampung Merabu
dan untuk kembali datang di kemudian hari. Seorang pengadopsi
pohon akan memilih sendiri pohon yang akan diadopsinya. Ia juga
bisa menandai pohon tersebut dengan namanya. Pengadopsi akan
memilih atau mencari papan kayu yang kemudian akan diukir dengan
tulisan nama, tanggal, dan apapun yang diinginkan oleh pengadopsi.

Sejauh ini sudah banyak pohon yang diadopsi di hutan


Kampung Merabu, baik oleh wisatawan asing maupun lokal.
Kebanyakan pohon yang diadopsi terletak di sekitar Danau Nyadeng.
Pohon yang biasa diadopsi adalah pohon yang berukuran besar
seperti pohon Ulin, Meranti, dan Kapur.

Pada 19 Juli 2014, Tim Ekspedisi Tanah Borneo atas nama


LAWALATA IPB berkesempatan untuk ikut berpartisipasi dalam
program adopsi pohon ini. Kami mengadopsi sebuah Pohon Kapur
berdiameter sekitar 1 meter yang terletak di sekitar jalur menuju Gua
Bloyot. Pengadopsian pohon ini adalah sebuah bentuk kepedulian
LAWALATA IPB terhadap kelestarian alam di Hutan Desa Merabu
dan mendukung program kampung rendah emisi karbon di Kampun
Merabu. Sebuah papan kayu ulin dipasang di depan pohon ini sebagai
sebuah jejak LAWALATA IPB di Kampung Merabu, Kecamatan Kelay,
Kabupaten Berau, Kalimantan Timur.

43
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Dukungan Pemerintah

Pemerintah Kabupaten Berau sangat mengikuti


perkembangan Kampung Merabu. Hal itu terjadi karena adanya
hubungan baik antar pemetintah di Kampung Merabu dengan Pemda
Kabupaten Berau. Dengan terjalinnya hubungan baik tersebut, pihak
Dinas Pariwisata akhirnya melihat potensi yang dimiliki Kampung
Merabu yang melimpah. Pemda Kabupaten Berau sangat mendukung
jika Merabu dijadikan tempat wisata, tepatnya wisata yang berbasis
pada alam Kampung Merabu. Dukungan tersebut langsung dituturkan
oleh Bapak Makmur sebagi Bupati Kabupaten Berau.

Sebelum memasuki Kampung Merabu. Tim Ekspedisi


terlebih dahulu mengurus perijinan kepada pihak yang berhubungan
dengan Kampung Merabu. Salah satunya adalah pihak Kabupaten
Berau. Bapak Bupati Berau ternyata sangat menerima kehadiran
kami saat itu. Beberapa program untuk Kampung Merabu juga

Gambar 21 Drs. H. Makmur, H. PAK, MM sebagai Bupati Berau dan Dr. Hj.
Rohaini, M.M., M.Pd. Kepala Dinas Pariwisata Berau setelah wawancara
dengan Tim Ekspedisi Merabu

44
LAWALATA IPB 2015

nampaknya sedang berjalan di sana. Selain kepada Bupati Berau,


kami juga berkonsultasi dengan Dinas Pariwisata Berau. Hal tersebut
dikarenakan Kampung Merabu yang memiliki banyak lokasi potensial
dalam bidang ekowisata. Berikut adalah penuturan Bapak Makmur
selaku Bupati Berau ketika kami melaksanakan wawancara.

“Kawasan wilayah Kabupaten Berau terutama Kampung


Merabu adalah kawasan yang memiliki tantangan. Kehadiran
mahasiswa IPB dari LAWALATA IPB membantu mengungkap hal-
hal yang selama ini belum bisa diungkapkan oleh pemerintah secara
mendetail. Hal-hal yang menjadi daya tarik dari Kampung Merabu
terutama potensi daya tarik wisata terutama wisatawan mancanegara
di wilayah Kabupaten Berau.”

“Selama ini, pemerintah menghadapi tantangan dengan


kondisi terbatasnya sumberdaya manusia untuk menggali potensi-
potensi yang ada di wilayah Berau. Hal itu tidak mungkin dilaksanakan
sendiri tanpa kerjasama dengan berbagai pihak. Salah satu kerjasama
yang dilaksanakan adalah kerjasama dengan mahasiswa seperti yang
dilaksanakan oleh mahasiswa IPB ini.”, lanjutnya.

“Hasil penelitian mahasiswa ini baiknya kemudian


dipubilkasikan sehingga masyarakat dapat mengerti dan mengetahui
potensi yang ada di kampungnya. Harapan terhadap kondisi kawasan
Merabu adalah hasil penelitian dari mahasiswa, kemudian buku
yang akan disusun semoga bisa menjadi rekomendasi mengenai
hal-hal yang baik dan tidak baik bagi kawasan Merabu. Harapannya
dengan potensi-potensi yang telah diangkat ke permukaan membuat
masyarakat lebih berkomitmen untuk menjaga alam wilayah Merabu.
Potensi-potensi ini kemudian memberikan arti kepada masyarakat
yang berdampak secara ekonomi, sosial, dan budaya.“, ungkapnya
menutup pembicaraan.

45
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Budaya

Kampung Merabu memiliki budaya yang sangat kental.


Mereka sangat rukun hidup berdampingan, saling menghargai, dan
bekerja sama dengan baik dalam suatu pekerjaan. Budaya khas yang
mereka miliki, antara lain: budaya pesta rakyat, tarian dan musik adat,
serta makanan khas Dayak Lebo.

Pesta penyambutan dan pelepasan pengunjung

Kami sangat merasakan warga Merabu menyambut


kedatangan kami pada hari pertama kami datang. Kami langsung
diberi suguhan tempat tinggal yang nyaman dan makanan.
Setelah berbincang, kami baru tahu bahwa semua keperluan pesta
penyambutan telah dipersiapkan bersama-sama dari pagi sampai
tibanya kami di sana pada malam hari. Barang-barang kami juga
dibawakan oleh warga menuju tempat tinggal sementara. Meskipun
awalnya sedikit sungkan, kami bisa merasakan adanya kebersamaan
dengan warga untuk pertama kalinya.

Sesampainya di sana, warga menyambut kami dengan hangat.


Ramah tamah dilaksanakan hingga dimulainya pesta penyambutan,
yaitu: pertemuan dengan warga, perkenalan, serta pemaparan
kegiatan kami tentang apa yang akan kami lakukan dan tujuan kami
di sana. Hal itu sangat baik dilaksanakan karena setiap pengunjung
memiliki tujuan yang berbeda-beda. Warga harus mengetahui tujuan
pengunjung di awal agar tidak terjadi kesalahpahaman. Pertemuan
tersebut seluruhnya diselenggarakan oleh warga. Pada malam itu,
hampir semua perwakilan dari setiap rumah datang untuk berkenalan
dengan kami. Mereka sangat menghargai dan antusias terhadap
undangan yang diberikan oleh penyelenggara.

Pesta juga diselenggarakan untuk melepas kepulangan


kami. Pesta perpisahan ini lebih besar dari yang pesta penyambutan.
Ada berbagai makanan, hiburan berupa tarian, dan musik khas Dayak

46
LAWALATA IPB 2015

47
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Lebo. Pesta ini diselenggarakan di malam terakhir kami di sana.

Segala persiapan mereka lakukan sejak pagi, mulai dari


mencari bahan makanan hingga mempersiapkan balai kampung
yang akan digunakan. Perempuan memasak dan laki-laki mecari
kayu bakar. Para pemuda menyiapkan balai kampung dengan
membersihkan, menata kursi, hingga mengatur sound system. Anak-
anak kecil juga ikut meramaikan dengan keceriannya, berlari-lari dan
bermain bersama.

Setelah selesai segala persiapan yang dibutuhkan, akhirnya


malam pun tuba. Saatnya kami berkumpul semua dalam satu
ruangan untuk berpesta. Beberapa orang memakai pakaian adatnya.
Tak terkecuali ibu muda bernama Ibu Ester. Istri Bapak Asrani ini
berdandan cantik dibalut baju khas dayak yang kental menonjolkan
manik-maniknya. Bohlam yang menyorotkan cahayanya membuat
manik yang dipakai terlihat lebih berwarna dan sesekali berkelip
menyilaukan mata kami. Kepalanyanya dihiasi dengan mahkota
manik-manik sesekali mengalihkan perhatian kami. Dandanannya
dilengkapi pula dengan hiasan bulu burung Enggang di kedua
tangannya. Ibu Ester hendak menarikan Tarian Remit Bunga.

Liak-liuk tubuh wanita berkulit putih ini seolah membawa


kami dalam lika-liku yang harus dijalani dengan luwes. Kemarin, kami
berada dalam hutan, melawan rasa takut dan cuaca yang bergejolak.
Saat ini, kami sangat nyaman di sebuah pesta yang meriah. Besok
kami tidak tahu akan bagaimana jadinya. Kibasan bulu burung
Enggang yang ada di antara jemarinya juga terlihat gemulai. Semua
gerakannya kami sukai dan kami pun mencoba mengikutinya namun
sangat sulit. Ternyata tidak mudah untuk menampilkan sebuah tarian.

Tarian adalah satu budaya yang unik yang masih selalu


ditampilkan di setiap pesta di kampung Merabu. Kami berkesempatan
untuk melihat beberapa tarian tradisional Dayak Lebo di pesta ini.
Beberapa tarian yang diperlihatkan membuat kami merasa bahagia,

48
LAWALATA IPB 2015

salah satunya adalah tari Remit Bunga. Kami menari bersama diiringi
dendang musik tradisional. Kami agak menyayangkan, karena para
penari yang menyuguhkan tarian tersebut mayoritas ibu-ibu rumah
tangga. Maksud kami, akan lebih bagus lagi jika komposisi penarinya
heterogen dengan komposisi penari remaja, dewasa, dan tua. Dengan
begitu, akan terlihat tingkatan generasi penerus salah satu budaya
langka tersebut. Kami harap tarian ini terus lestari keberadaannya,
jangan sampai hilang termakan oleh modernisasi.

Selain Remit Bunga, banyak juga jenis tarian asli Suku


Dayak lainnya dengan kegunaannya masing-masing. Tarian tersebut
selalu ditampilkan di setiap pesta. Beberapa tarian Dayak tersebut
adalah Tari Gantar, Kancet Papatai, Gong, Kancet Lasan, Leleng,
Hudoq, Hudoq Kita’, Serumpai, Belian Bawo, Kuyang, Pecuk Kina,
Datun, Ngerangkau, dan masih banyak lagi. Pesta juga dilaksanakan
sesuai dengan keperluannya. Prosesi adat pesta saat panen,
pesta pernikahan, pesta penyambutan dan pelepasan tamu, dan
sebagainya. Setiap pesta memiliki ciri tersendiri. Malam itu, para
penari menarikan sejumlah
tarian khas Dayak Lebo.
Badannya meliuk dengan
lembut. Tarian tersebut
diiringi dengan alunan musik
tradisional yang dimainkan
beberapa nenek dan ibu-
ibu. Kami sangat terbawa
suasana, seakan kami hidup
di masa lalu. Gambar 23 Makanan khas Merabu
dihidangkan setiap pesta di Kampung
Merabu
Beberapa penari
telah tampil dan makanan di belakang telah menunggu untuk
disantap. Kami semua sangat penasaran dengan rasa masakan
Dayak Lebo yang aromanya saja sudah membuat kami menelan
ludah. Kami menunggu giliran dengan rasa yang tidak sabar, tapi
sebagai warga yang baik kami harus tahan untuk mengantri.

49
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 24 Viedela A.K. sedang dipakaikan gelang oleh keluarga Pak Man
dalam prosesi pengangkatan menjadi anak

Setelah semua mendapatkan makanan kamipun


mencicipinya. Aroma makanan yang sedap ternyata memang terasa
lezat, gurih, dengan rasa yang khas. Seketika suasana hening, semua
menikmati makanan yang ada di tangannya. Di tengah jamuan makan,
kami diperdengarkan kembali dengan musik tradisional khas Merabu.
Mereka menampilkan kembali tariannya di depan kami.

Sebelum acara usai, dilakukan juga acara pengangkatan


anak yaitu pemberian gelang pada seseorang sebagai simbol orang
tersebut telah diangkat anak oleh suatu keluarga. Gelang atau kalung
yang terbuat dari manik-manik. Tim ekspedisi yang berjumlah 13
orang semua diangkat menjadi anak oleh 13 keluarga.

Selesai makan dan pengangkatan anak, kami menari


bersama. Malam itu adalah kenangan yang akan sangat sulit kami
lupakan. Kita semua membentuk suatu lingkaran besar dan mulai

50
LAWALATA IPB 2015

menari khas Dayak Lebo. Kami mencoba mengikuti gerakan tarian


namun ternyata agak sulit dilakukan.
Sebelum pulang,
kami menyempatkan diri
untuk mengunjungi rumah
orang tua angkat kami
sekaligus untuk berpamitan.
Kebaikan hati warga Merabu
memang tidak pernah
terukur, baru semalam kami
menjadi anak angkat mereka
Gambar 25 Lingkaran tari biasa namun mereka sudah sangat
dilakukan untuk penutupan pesta menganggap kami seperti
perpisahan kamilah yang keluar dari
rahimhya. Segala perbekalan kami dapatkan, wejangan kehidupan
telah kami genggam, satu lagi yang tak kalah mencirikan bahwa kami
adalah anak dari kampung Merabu adalah dibekalinya kami dengan
beberapa botol madu hutan asli khas Merabu.

Manik-manik Dayak

Dayak terkenal dengan manik-maniknya. Keberadaan manik-


manik sudah sangat lekat dengan kehidupan suku Dayak. Namun
Dayak Lebo di Merabu tidak memproduksi manik-manik sendiri.
Mereka membeli manik-main di daerah Wahau. Pembuatan kerajinan
manik-manik hanya dilaksanakan ketika ada keperluan saja, seperti
sebagai hadiah kepada pendatang yang diangkat menjadi anak pada
suatu keluarga.

Banyak jenis manik-manik khas Suku Dayak. Jenisnya


digolongkan menurut bentuk maupun bahan utama pembuatannya
yaitu batu, plastik, dan lain-lain. Setiap manik-manik juga digolongkan
sesuai warna karena setiap warna memiliki makna yang berbeda.
Warna yang mencolok seperti merah, kuning, hijau, dan biru menjadi

51
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

ciri Suku Dayak. Warna merah bermakna semanagt hidup, biru


bermakna sumber kekuatan dari segala penjuru yang tidak mudah
luntur, kuning bermakna simbol keagungan dan keramat, hijau
bermakna intisari alam semesta, serta putih bermakna lambang
kesucian iman seseorang kepada Sang Pencipta.

Gelang tanda pengangkatan anak yang diberikan kepada


kami saat pesta perpisahan didominasi oleh warna kuning. Orang-
orang percaya bahwa gelang dan kalung yang diberikan, kami akan
terjaga dan terhindar dari gangguan roh jahat serta mara bahaya.
Dengan gelang tersebut kami telah menjadi bagian dari keluarga
besar Kampung Merabu.

Ada kebanggan tersendiri yang kami rasakan ketika menjadi


anak dari Kampung Merabu. Kami bisa leluasa berkomunikasi pribadi
dengan orang-orang, layaknya kepada keluarga sendiri. Ada nama
baik yang harus dijaga, bukan sebagai beban, namun justru menjadi
kewajiban yang menyenangkan. Pengangkatan tersebut juga
menandakan bahwa Merabu telah terbuka untuk kami. Ketika kami
datang kembali, rumah pertama yang akan kami tuju adalah rumah
orangtua kami masing-masing di sana.

Sistem Religi

Indonesia sangat dibanggakan dengan toleransi


beragamanya, begitu pula dengan Merabu. Merabu yang dihuni oleh
53 kepala keluarga ini juga memiliki toleransi beragama yang tinggi.
Sesama umat beragama memang harus saling toleransi dan tolong
menolong satu sama lain.

Sebagian besar warga Kampung Merabu beragama Kristen


Protestan. Namun ada sebagian kecil dari mereka yang menganut
agama Islam. Dalam menjalani kehidupannya mereka sangat patuh

52
LAWALATA IPB 2015

pada landasan agamanya masing-masing. Kerukunan terjalin baik di


sana. Tidak ada perpecahan antaragama karena mereka menghargai
kepercayaan masing-masing.

Tidak hanya teori saja, mereka menerapkan harga-


menghargai tersebut. Seperti saat akan mengadakan acara
perpisahan antara warga Merabu dengan tim ekspedisi, ibu-ibu PKK
Kampung Merabu menyiapkan makanan bersama-sama, tak peduli
agama apa yang mereka anut semuanya membantu dengan suka
rela. Toleransi itu juga tergambar saat acara perpisahan berlangsung.
Pada saat pembukaan acara yang memimpin doa adalah Pendeta
di Kampung Merabu, sedangkan pada saat penutupan doa dipimpin
oleh seorang ustadz.

Gejolak Sosial

Konflik adalah sesuatu yang harus diselesaikan seperti


sebuah soal ujian. Tidak semua penyelesaian konflik adalah sama. Hal
utamanya adalah selesaikan dengan tenang agar tetap bisa berfikir
logis. Seperti halnya manusia, semua manusia pernah mengalami
konflik, entah itu berasal dari hal kecil maupun besar.

Tidak jauh berbeda dengan sebuah wilayah kampung.


Kampung Merabu dengan kondisi yang terlihat aman, nyaman, tentram
tersebut ternyata pernah mengalami sebuah konflik. Salah satunya
adalah mengenai batas kampung. Warga mengakui bahwa batas
kampung yang mereka miliki saat itu berbeda dengan kenyataannya.
Awalnya mereka hanya menerima kejadian tesebut. Namun dengan
rasa kepemilikan yang tinggi akan kampungnya membuat mereka
melaksanakan lokakarya pada 3 September 2009 untuk membahas
batas antar kampung di Kecamatan Kelay, yaitu kampung Mapulu,
Merabu, Merapun, dan Panaan.

53
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Tujuan dilaksanakannya lokakarya tersebut adalah untuk


menangani konfik dalam pemanfaatan lahan dan pengelolaan
SDA. Adapun lokakarya ini dilaksanakan berlandaskan Peraturan
Dalam Negeri Nomor 27 Tahun 2006 tentang Penetapan dan
Penegasan Batas Desa. Untuk mewujudkan batas kampung tersebut,
dilaksanakan beberapa langkah strategi. Pertama adalah dokumen
penetapan batas, kedua adalah pelacakan batas di lapangan, ketiga
adalah pemasangan pilar batas, dan keempat adalah pengukuran.

54
LAWALATA IPB 2015

55
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

56
LAWALATA IPB 2015

Bab 3
Potensi Alam Merabu

Potensi Alam

Kampung Merabu memiliki banyak potensi alam yang


bersimbiosis mutualisme dengan warganya. Hutan yang masih
terjaga kelestariannya memberikan kehidupan bagi semua makhluk
yang ada di dalamnya. Dengan hutan tersebut, pohon masih bisa
berdiri tegak dan sungai tetap mengalirkan air jernihnya. Pohon-
pohon menjadi rumah bagi burung dan hewan lain. Aliran air di sungai
menjadi habitat ikan, kepiting, labi-labi, dan hewan air tawar lain. Biota
air tersebut dapat dimanfaatkan warga sebagai sumber protein yang
mereka makan. Selain itu, ekosistem Karst Merabu juga memberikan
kekayaan tersendiri bagi kampung tersebut.

Hutan

Masyarakat Kampung Merabu sangat cekatan dalam


melaksanakan segala aktivitas di dalam hutan. Sejak berusia muda,
mereka sudah sering berkegiatan di dalam hutan. Hampir setiap
hari mereka memasuki hutan, bahkan berkali-kali dalam sehari jika
memang diperlukan.

Hutan produksi Merabu memiliki luas 12.200 ha dan hutan


produksi seluas 10.800 ha. Hutan Merabu memiliki banyak kekayaan
alam yang bisa dimanfaatkan warga di sekitarnya, baik secara
langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung antara lain
adalah hasil hutan kayu dan non-kayunya. Hasil hutan kayu yang
diambil misalnya adalah kayu ulin yang mereka manfaatkan sebagai
bahan baku pembuatan rumah dan bangunan lain. Hasil hutan non-
kayu berupa madu hutan, rotan, dan kadang gaharu. Sedangkan

57
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

manfaat tidak langsung misalnya udara yang bersih dan segar.

Gambar 27 Merabu bersepakat

Hutan Merabu menyediakan banyak hal yang dapat


dimanfaatkan masyarakat di sekitarnya. Masyarakat pun
memanfaatkannya dengan bijak karena mereka sadar bahwa semua
hasil hutan itu sangat dibutuhkannya hingga di masa depan. Rotan,
kayu Ulin (Eusideroxylon Zwageri), Gaharu (Aquilaria Malaccensis),
madu hutan, dan hewan buruan adalah beberapa contoh hasil hutan
yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Beberapa hasil hutan terpenting
di Merabu, kami jelaskan di sub-bab ini. Selain itu di bagian ini, kami
juga akan menceritakan tentang Pak Rana, seorang warga Merabu
yang sangat akrab dengan hutan.

58
LAWALATA IPB 2015

59
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

60
LAWALATA IPB 2015

61
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Ulin (Eusideroxylon zwageri

Kayu Ulin adalah salah satu kekayaan Hutan Merabu


yang tinggi nilainya. Kayu Ulin adalah kayu dengan kualitas tinggi.
Teksturnya yang keras dan liat sangat cocok digunakan sebagai
bahan baku bangunan rumah. Ulin sangat awet dan memiliki daya
tahan yang tinggi terhadap cuaca dan kelembaban. Jarang dijumpai
rayap yang terlihat menggerogoti kayu ini.

Di setiap sudut kampung


dapat dijumpai Kayu Ulin yang kokoh
berdiri sebagai bagian dari bangunan
rumah. Kayu yang memiliki motif
menarik ini seringkali digunakan
sebagai kerajinan tangan. Ulin
juga dimanfaatkan untuk membuat
bangku atau kursi. Kursi Ulin tidak
membutuhkan cat pelapis dan dapat
diletakkan di luar ruangan, biasanya di
pelataran rumah-rumah masyarakat.

Di sore hari orang-orang


biasa berkumpul di bangku pelataran
Gambar 28 Warga menunggu rumah. Para ibu membawa mangkuk
senja di teras rumah yang berisi makanan yang akan
disuapkannya ke dalam mulut
anaknya, para pria mengobrol santai masalah terkini dan anak-anak
kecil berlarian, bermain di pelataran. Dengan kayu ulin masyarakat
dapat berlindung, bersantai dan berkreasi.
Madu Hutan

Sebagian besar pekerjaan yang dilaksanakan di Merabu


adalah pekerjaan yang tidak bisa dilaksanakan sendiri. Tidak hanya
pembuatan kebun yang membutuhkan kebersamaan, masih ada

62
LAWALATA IPB 2015

pekerjaan lain yang membutuhkan kebersamaan yang erat, yaitu


memanen madu hutan.

Madu hutan dipanen setahun sekali. Pemanenan


dilaksanakan pada malam hari saat terjadi bulan mati, yaitu tidak ada
cahaya yang dipancarkan oleh bulan. Saat itu, orang-orang akan
fokus pada pekerjaan memanen madu hutan. Panen madu memiliki
beberapa spesifikasi pekerjaan, antara lain memanjat pohon dan
menyaring madu. Selain itu, penglihatan dari hati dan rasa toleransi
yang tinggi juga sangat diperlukan. Alat penerangan sama sekali tidak
digunakan. Itulah keunikan aktivitas ini. Madu yang mereka panen
pun adalah madu yang khas.

Gambar 29 Daud sedang mengikatkan tali ke pohon untuk mendirikan


pondok,
Dia adalah salah satu pemanjat dalam memanen madu hutan

63
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 30 Madu Hutan khas Merabu dijual kemasan seharga Rp 80.000 per
toples

Sebelum hari pemanenan, terlebih dahulu dilaksanakan


pembagian kelompok panen madu. Kelompok yang terbentuk hanya
beranggotakan kaum laki-laki dengan jumlah 10 sampai 15 orang
tiap kelompok. Hal ini dilaksanakan agar saat bulan mati datang,
mereka langsung dapat menuju hutan tanpa ada perselisihan lagi
terkait kelompok. Ketika saat pemanenan dan ada salah satu anggota
kelompok yang berhalangan mengikuti panen dengan alasan yang
masuk akal misalnya sakit, maka akan diijinkan oleh yang lain dengan
satu syarat. Syaratnya adalah membawa baju yang biasa dipakai
orang yang berhalangan ke tempat pemanenan, agar aroma dari
orang tersebut terasa sampai tempat pemanenan. Setiap orang yang
telah berkomitmen, memang harus benar-benar melaksanakan hal
yang ia sepakati.

64
LAWALATA IPB 2015

Ketidakhadiran salah satu anggota kelompok membuat


komposisi kelompok berubah. Kehadirannya terpaksa digantikan
dengan pakaian anggota yang tidak jadi mengikuti proses pemanenan
sebagai tanda bahwa dia ada. Anggota yang melaksanakan panen
juga harus menuruti permintaan orang yang berhalangan hadir.
Misalnya saja orang tersebut meminta untuk dibawakan beberapa
jerigen madu. Kelompok panen akan merasakan berat jika hal itu
terjadi tapi di Merabu rasa toleransinya sangat tinggi sehingga
permintaan tersebut akan dilaksanakan. Hal tersebut sudah menjadi
tradisi di Kampung Merabu yang sampai sekarang masih dipercaya.
Hewan Buruan

Selain memancing, untuk mendapatkan asupan protein


sehari-hari, warga Kampung Merabu melaksanakan perburuan di
hutan. Hal tersebut dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan mereka,
karena berburu sendiri sudah menjadi kearifan lokal Kampung Merabu
yang tidak bisa dihilangkan. Dalam melaksanakan perburuan, mereka
juga tidak secara besar-besaran mengeksploitasi hewan. Hewan yang
biasa mereka buru adalah Payau (sejenis rusa dengan ukuran besar),
Kancil (Tragulus), dan Babi (Disambiguasi). Hasil dari buruan biasanya
mereka konsumsi sendiri, dan bisa juga dijual kepada tetangga yang
menginginkannya dengan harga sesuai kesepakatan.
Pak Rana, Rambo-nya Merabu

Hutan Merabu adalah tempat bekerja favorit Pak Rana. Lelaki


berotot yang satu ini adalah salah satu pribadi yang unik di Kampung
Merabu. Wajahnya yang seram dengan beberapa gigi yang hitam
membuat penampilannya semakin gagah sehingga warga sering
memanggilnya Rambo. Kebiasaan tidak memakai baju adalah salah
satu keunikan Pak Rana yang memudahkan kami mengenalnya.
Celana pendek dan sepatu karet cukup untuk menemaninya dalam
petualangan di hutan. Seperti Suku Dayak pada umumnya, Pak Rana

65
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

tidak pernah lalai menggantungkan mandau di pinggangnya. “Kalau


tidak bawa mandau, saya merasa ada yang kurang.”, ucap Rambo
saat membersihkan tanah dari rumput liar.

Penampilannya membuat kami takut saat pertemuan pertama


kami di kantor Kerima Puri. Saat itu kami sedangi melaksanakan
pembagian sumberdaya warga yang akan menemani kami dalam
pengambilan data di hutan. Asap rokok pekat menyebul dari mulutnya.
Pak Rambo sedang duduk di pojok ruangan kantor Kerima Puri. Rasa
penasaran membuat kami beberapa kali mencoba meliriknya dari
kejauhan tanpa sepengetahuannya.

Kami menemukan sisi lain dari Pak Rana ketika sedang


ngobrol santai di suatu sore di lokasi pengambilan data. Betapa
kagetnya kami ketika mendengarnya tertawa dengan suara tawa
yang khas. Sontak saja kami mengikuti gaya tertawanya. Pak Rana
tertawa lebar dan menunjukkan gigi-gigi hitamnya sehingga membuat
matanya yang sipit semakin tak terlihat. Kami pun tidak lagi canggung
berkegiatan dengan beliau. Dari setiap kegiatan yang kami lakukan
bersama, Pak Rana adalah seorang kawan yang peduli. Dia tahu di
saat kami sedang serius dan di saat kami membutuhkan hiburan.
Kami dibuat selalu ceria oleh Rambo yang satu ini. Hatinya begitu
lembut, jauh berbeda dengan parasnya yang menakutkan.

Pak Rana adalah mertua dari Kepala Kampung Merabu yaitu


Pak Franly Oley. Saat kami berada di Kampung Merabu, Pak Rana
sudah memiliki seorang cucu yang berernama Jesica Oley. Pak Rana
terlihat menyayangi Jesica dan sering mengabulkan semua kemauan
cucu pertamanya itu. Ketika ia menggendong Jesica menonton
permainan bola voli. Saat itu Jesica meminta es campur yang dijual
oleh seorang anak berusia sekitar 7 tahun. Pak Rana membelikannya.

Bicara tentang Merabu, tidak bisa lepas dari hutannya yang


menyimpan kekayaan yang melimpah. Hutan sudah seperti rumah
dan menjadi tempat untuk pulang. Hampir setiap hari beliau pergi ke

66
LAWALATA IPB 2015

Gambar 31Pak Rana,rambonya Merabu

67
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

sana. Beliau hafal hampir semua jenis tumbuhan di hutan Merabu dan
manfaatnya. Pak Rana dan warga Kampung Merabu pada umumnya
masih kerap menggunakan obat-obat alami yang diambil dari hutan.
Kami dibantu pihak TNC untuk meminta bantuan Pak Rana untuk
menemani kami mengambil data pohon dalam analisis vegetasi yaitu
untuk mengetahui nama lokal dan fungsi pohon tersebut.

Pak Rana menemani kami dalam pengambilan data analisis


vegetasi di sekitar mulut Gua Bloyot, Lubang Tembus, dan Sedepan
Bu. Di Gua Bloyot didapatkan hasil beberapa jenis pohon, yaitu: Petek,
Kelideng, Ngelo, Ketek-ketek, Repeh, Goros. Di Lubang Tembus
memiliki beberapa jenis pohon, yaitu: Nayub, Merenai, Binang,
Langkor, dan Ketek. Di sana juga terdapat banyak tumbuhan Liana
dan Rotan yang biasa dimanfaatkan warga Merabu sebagai bahan
kerajinan. Sedangkan di Gua Sedepan Bu hanya terdapat beberapa
jenis pohon saja. Hal itu terjadi karena jenis tanahnya yang berbeda
dari Gua Bloyot dan Lubang Tembus. Tanah di Gua Sedepan Bu
relatif lebih becek dan berbatu. Jenis yang diamati seperti Binang
dan Ngelo, ukuran pohonnya juga relatif lebih kecil dari pohon-pohon
yang diamati di eksokarst Bloyot dan Lubang Tembus.
Pengalaman Tim Ekspedisi di Hutan Merabu

Masyarakat Kampung Merabu umumnya memiliki kebiasaan


berkegiatan di hutan. Selain itu mereka juga sering kali memasuki gua
dan cerukan untuk sekedar beristirahat maupun memanen sarang
walet. Masyarakat Kampung Merabu sangat hafal dan cekatan
dalam melaksanakan segala hal yang harus dilaksanakan saat
berada di dalam hutan. Hal itu terjadi karena terlalu seringnya mereka
berkegiatan di dalam hutan. Hampir tujuh kali dalam seminggu
mereka memasuki hutan, bahkan bisa jadi sehari keluar masuk hutan
berkali-kali jika memang diperlukan. Menurut pernyataannya, mereka
sudah memulai kebiasaan tersebut sejak kecil. Kami tidak masuk
hutan sesering mereka. Sesering-seringnya kami melakukan kegiatan
di hutan adalah maksimal satu kali dalam seminggu yaitu ketika masih
aktif di LAWALATA IPB.

68
LAWALATA IPB 2015

Gambar 32 Pak Cay yang menemani kegiatan pengambilan data analisis


vegetasi dan data gua sedang membuat bangku dari kayu untuk bersantai

Kami mendapatkan banyak ilmu dan pengalaman dari


mereka. Mereka sangat paham cara membuat pondok untuk
beristirahat, cara mencari makanan yang bisa didapatkan di hutan
maupun sungai sekaligus cara mengolahnya hingga menjadi
santapan lezat. Selain itu, warga Kampung Merabu juga pandai
berkoordinasi, hidup bersama dengan kepedulian yang tinggi, dan
memahami tingkah laku sesamanya maupun tingkah laku makhluk
hidup lain yang berdampingan dengan mereka.

Pondok merupakan tempat yang ditinggali saat di hutan.


Biasanya kami mendirikan sebuah tenda yang biasa kami sebut
dome. Namun ada perbedaan pembuatan pondok antara kami dan
warga Merabu. Mereka terbiasa membuat pondok yang mirip seperti
rumah panggung. Mereka berbagi ilmu tentang pembuatan pondok
kepada kami. Pondok panggung tersebut dibuat karena keadaan
tanah di hutan Merabu adalah rawa. Bayangkan saja jika kami
mendirikan tenda di atas tanah rawa. Hal itu sangat berbahaya untuk
keselamatan kami. Banyak hewan tanah yang akan masuk ke dalam
tenda dan tanah yang berair akan membuat kami basah dan sangat
tidak nyaman.

69
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Mereka mendirikan panggung dengan alat yang telah mereka


siapkan yaitu mandau (golok khas Suku Dayak). Senjata tersebut
bisa dikatakan sangat penting. Tanpa Mandau semua kegiatan akan
terhambat. Mereka mencari kayu yang kuat, lurus, dan aman yang
artinya tidak berduri dan tidak bergetah yang akan menimbulkan
gatal di kulit. Mereka tidak memerlukan tali buatan maupun pisau
untuk menyusun kayu-kayu menjadi sebuah pondok. Mereka
cukup menggunakan rotan sebagai penyatu kayunya. Awalnya
kayu ditancapkan ke dalam tanah sebagi tiang. Setelah itu, mereka
menyusun lagi kayu sebagai alas panggung. Kayu juga bisa disusun
sepasang-sepasang seperti tandu dengan karung sebagi alasnya.
Bahan alam seperti dedaunan kemudian disusun sebagai atap. Tidak
jarang juga mereka mempersiapkan terpal agar lebih praktis.

Setelah selesai bersama-sama membuat pondok, mereka


akan membuat api. Tujuannya adalah bisa mengusir hewan yang
berbahaya, menghangatkan, serta memasak. Mereka sering kali
membawa perlengkapan masak, terutama panci. Sembari istirahat,
biasanya sebagian dari mereka mencari bahan makanan. Ikan adalah
salah satu makanan yang mudah didapatkan sekaligus digemari.
Ikan mudah didapat karena di Hutan Merabu banyak terdapat aliran
sungai.

Ada cara yang berbeda dalam pengambilan ikan di sana yaitu


dengan cara memarang ikan menggunakan mandau. Sangat jarang
kami melihat mereka memancing. Memarang ikan tidak semudah
seperti yang kami lihat. Beberapa kali kami mencobanya namun
tidak berhasil. Akhirnya, kami memilih untuk menggunakan pancing.
Pemarang ikan harus jeli melihat gerak gerik ikan. Setelah paham akan
tingkah laku ikan, maka kecepatan tangan dalam memarang harus
diterapkan. Salah memarang bisa jadi akan mengenai kaki maupun
batu di sungai yang akan merusak mandau.

70
LAWALATA IPB 2015

Selain bahan makanan berprotein, mereka juga membutuhkan


serat. Serat yang dibutuhkan bisa didapatkan dari tumbuhan palem-
paleman. Setelah semua bahan makanan terkumpul, mereka
langsung mengolahnya. Kami belajar banyak dalam pengolahan
bahan makanan sehingga menghasilkan makanan yang lezat. Bumbu
dapur sederhana digunakan untuk menciptakan rasa yang luar biasa.
Rupa-rupa masakan seperti tongseng, sup berkuah, maupun ikan
dan daging bakar selalu membuat air liur menetes.

Gua

Di Kampung Merabu telah tercatat terdapat lebih dari delapan


puluh titik gua. Sebaran gua tersebut sangat beragam, mulai dari gua
horizontal hingga gua vertikal. Setiap gua juga memiliki keunikan
tersendiri, misalnya ada beberapa gua yang memiliki cap tangan
dan lukisan purba di dindingnya, ada gua dengan aliran sungai di
dalamnya, dan gua yang memiliki semacam jendela-jendela yang
dapat memancarkan cahaya dari luar sebagai penerangan dalam
kegelapan. Pemandangan yang disuguhkan dalam gua misalnya
adalah hiasan-hiasan gua atau biasa disebut ornamen gua. Terasa
sangat damai ketika mengamati air yang mengalir di setiap ornamen
gua tersebut. Saat itu, kami merasakan bahwa hidup berjalan sangat
pelan dan bertahap yang kemudian akan berakhir di suatu tempat
layaknya tetesan air yang menetes dari ornamen satu ke yang lain.

Terdapat sebuah peta tiga dimensi yang memiliki informasi


cukup lengkap tentang letak titik gua. Peta itu dibuat sendiri oleh
warga kampung Merabu itu dengan pelatihan dari lembaga . Peta ini
diletakkan di balai kampung dan terjaga keamanannya. Peta berbahan
styrofoam tersebut membantu kami mengetahui kontur tanah di
lokasi itu sehingga kami dapat memperkirakan persiapan fisik untuk
melaksanakan pengambilan data lapangan. Dalam peta tersebut juga
dipaparkan dengan jelas lokasi sesuai dengan perbedaan warna
sesuai legenda yang dibuat. Peta tersebut adalah salah satu sumber
informasi bagi kami dan pengunjung lain.

71
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 33 Peta tiga dimensi yang dibuat sendiri oleh warga Kampung
Merabu menjadi salah satu sumber informasi letak gua dan lokasi menarik
lainnya

Mulut gua belum menonjolkan keindahannya, justru sering


terjadi mulut gua yang tidak terlihat karena tertutup oleh tumbuhan
maupun serasah, bahkan juga batu. Di Merabu pun begitu, beberapa
tempat hampir kami kunjungi, karena berfikiran bahwa lubang
tersebut adalah mulut gua, dan beberapa lubang kami lewati saja
karena bentuknya yang tidak mirip dengan mulut gua.

Beberapa gua yang kami kunjungi di Merabu memiliki


ruangan yang luas. Menurut teori hal itu terjadi karena umur karst yang
sudah sangat tua. Teori menjelaskan bahwa semakin lamanya umur
karst, berarti semakin lama karst itu terkikis, apalagi batu gamping
yang sangat mudah larut oleh aliran air. Terkikisnya permukaan gua
bagian dalam membuat ruangan gua semakin megah, luas, dan
tinggi. Bahkan panjang gua juga dipengaruhi oleh hal ini.

72
LAWALATA IPB 2015

Gua Bloyot

Gua Bloyot adalah salah satu gua yang dibanggakan


masyarakat Merabu. Bukan karena guanya yang sangat dalam,
ornamennya yang sangat indah, ataupun karena kemegahannya,
namun karena sejarahnya. Gua Bloyot tidak terlalu panjang namun
cukup lebar seperti umumnya gua yang kami temukan di kawasan
Karst Merabu. Gua ini tidak memiliki zona gelap karena memiliki
banyak muara atau mulut gua. Keistimewaan dari gua ini yaitu lukisan
gua. Manusia masa lampau menggunakan dinding gua sebagai
kanvas layaknya kertas atau media lain yang digunakan manusia
modern saat ini. Gua yang juga dikenal dengan nama Gua Harto ini
menyajikan lukisan gua atau yang dikenal dengan istilah rock art. Gua
sepanjang 91,4 meter ini memiliki lukisan gua yang tersebar di dinding
sebelah kanan gua bila di lihat dari muara atau mulut gua. Lukisan
juga terdapat di bagian atap gua yang tingginya sekitar 3-4 meter.

Sebagian besar lukisan yang ditemukan di gua ini adalah cap


tangan manusia yang berukuran kurang lebih sama dengan manusia
zaman sekarang. Terhitung ada 26 cap tangan yang ditemukan
dengan ukuran dan pola penggambaran yang bervariasi. Diameter
lukisan cap tangan berkisar antara 13-20,5 cm. Beberapa cap tangan
diperkirakan sebagai cap tangan anak kecil karena ukurannya yang
lebih kecil dari cap-cap tangan lainnya.

Pola penggambaran cap


tangan ini diperkirakan adalah
dengan teknik sembur karena
bagian yang berwarna adalah
bagian di sekeliling tangan bukan
pada bagian tangan itu sendiri.
Beberapa cap tangan digambarkan
dengan pola titik-titik di tangannya
Gambar 34 Rock Art berbentuk dan beberapa tidak. Sebagian besar
tangan kiri dengan polkadot cap tangan yang ditemukan di Gua
seluruh lukisannya

73
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Bloyot ini hanya cap telapak tangannya saja, namun ada satu lukisan
yang menggambarkan dari telapak tangan hingga ke persendian siku.

Selain lukisan telapak tangan, ditemukan juga lukisan


yang menyerupai orang (berbentuk stick man) dan hewan.
Lukisan yang menyerupai orang yang hanya satu-satunya
ini tergambar dengan tinggi sekitar 15 cm dan lebar 10 cm.
Sedangkan untuk lukisan hewan ditemukan beberapa jenis
lukisan yang diperkirakan adalah lukisan Babi, Laba-laba, dan
satu hewan yang sulit untuk diperkirakan jenisnya karena ada
bagian yang hilang dari lukisannya. Bagian kepala dari hewan
terakhir ini hilang karena adanya pengikisan lapisan dinding gua
yang menyebabkan lukisan ini tidak lengkap. Diperkirakan lukisan
ini rusak karena sering dipegang oleh pengunjung yang melihat
lukisan di Gua Bloyot. Selain lukisan orang dan hewan ditemukan
juga beberapa lukisan yang abstrak. Total lukisan yang ditemukan
di Gua Bloyot adalah 32 buah.

Gambar 35 Rock Art berbentuk tangan kiri


dengan polkadot seluruh lukisannya

74
LAWALATA IPB 2015

Gua Sedepan Bu dan Lubang Tembus

Kami juga melaksanakan pengambilan data di Gua Sedepan


Bu, dan Lubang Tembus. Lubang adalah sebutan gua bagi warga
Merabu. Lubang Tembus ini memiliki panjang 978,2 meter. Dinamakan
Lubang Tembus karena memiliki banyak pintu masuk (entrance)
serta lubang-lubang cahaya yang berada di atap gua (aven) yang
mengakibatkan beberapa titik di dalam gua terlihat terang. Jangkrik
gua dari famili Raphidophoridae sangat mudah ditemukan di gua ini.

75
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

76
LAWALATA IPB 2015

Gambar 36 Seberkas cahaya


masuk dari aven di Gua
Lubang Tembus

77
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo
Gambar37 Ornamen flowstone di Gua Sedepan Bu

Keunikan Gua Sedepan


Bu adalah aliran sungai di
dalamnya yang bernama
Sungai Bu. Sungai Bu
mengalir sampai ke kampung.
Sedepan memiliki arti aliran
sungai sehingga Sedepan
Bu berarti aliran Sungai Bu.
Gua ini memiliki banyak
cabang dan juga tumpukan
guano (kotoran kelelawar)
yang melimpah. Beberapa
Arthropoda dari famili
Amblypygi (Kala Cemeti),
Scutigeridae, Mantidae juga
dapat ditemukan di gua ini.
78
LAWALATA IPB 2015

Tidak heran jika di dalam


gua menemukan mamalia
yang satu ini. Kelelawar yang
berasal dari ordo Chiroptera ini
bergelantungan di atap-atap
gua, menghasilkan dinding
gua terlihat bercak-bercak
karena kotoran kelelawar
yang saling menempel di
sana. Di gua Sedepan Bu
kami menemukan kelelawar
yang sedang asik melahap
mangsanya. Jangkrik adalah
salah satu makanannya di
dalam gua.

Gambar 38 Kelelawar yang sedang memakan jangkrik di Gua Sedepan Bu

79
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Kelelawar memiliki peran penting dalam ekosistem yakni


dalam proses penyerbukan (polinasi), pemencar biji-bijian, pupuk
organik, serta pengendali serangga (pest control). Dikarenakan
peranan tersebut, kelelawar juga memiliki potensi di dalam penyebaran
berbagai agen penyebab penyakit zoonosis, baik melalui daging
kelelawar yang dikonsumsi oleh manusia, melaui biji-bijian atau sisa
makanan kelelawar, maupun melalui kotorannya.

Kotoran kelelawar juga memiliki manfaat tersendiri. Menurut


warga Merabu, kotoran kelelawar yang disebut guano tersebut
biasanya diambil untuk dijadikan pupuk. Walaupun memiliki manfaat
untuk menyuburkan tanah, kita juga harus hati-hati dengan bau guano
yang menyengat. Bau tersebut bisa meracuni kita jika terlalu sering
dihirup.

Banyak hal yang kami


temui di gua Sedepan Bu
dan sekitarnya. Hal tersebut
seringkali merupakan sesuatu
yang baru bagi kami. Seperti
Labi-labi yang kami dapatkan
ketika memancing di Sedepan
Bu. Ini adalah kali pertama
kami mengkonsumsi Labi-labi.
Dalam hutan, segala makanan
Gambar 39 Labi-labi dapat ditemukan terasa nikmat, apalagi yang
di sungai artinya ekosistem sungai
bersih langsung didapatkan dari
habitatnya. Telah beberapa hari kami makan makanan yang kami
bawadan itu membuat kami sedikit bosan.

Sebagian dari kami awalnya belum pernah melihat hewan


yang mirip Kura-kura ini. Labi-labi yang kami temukan hanya berukuran
sekitar 15-20 cm. Labi-labi hidup di sungai di dalam hutan, sehingga

80
LAWALATA IPB 2015

rasanya tawar. Hal itu membuat kami harus menggorengnya dengan


menambahi sedikit bumbu agar lebih terasa gurih. Tekstur dagingnya
juga liat, seperti kulit sapi. “Cangkangnya jangan dibuang, itu bisa
dimakan juga.”, ucap Daud, salah satu warga yang mendampingi
pengambilan data di hutan.

Hewan yang satu ini juga sering dijual belikan di sekitar Jakarta,
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat. Di Kampung Merabu, Labi-
labi tidak diperjualbelikan. Warga hanya mengkonsumsinya jika tidak
sengaja mendapatkannya saat memancing. Mereka jarang bahkan
hampir tidak pernah memancing dengan tujuan untuk mendapatkan
hewan bercangkang satu ini.

Beberapa gua lain yang kami kunjungi juga memiliki


kekayaan sendiri, seperti Lubang Tengkorak yang menyimpan dua
buah peti berisi tengkorak yang dilengkapi dengan alat-alat zaman
purba seperti guci dan alat pemotong.

Bicara tentang kekayaan alam Kampung Merabu tidak akan


ada habisnya. Apalagi air, sumber daya yang menurut kami sangat
menentukan kemakmuran suatu wilayah. Dengan air, kehidupan akan
terus berjalan. Merabu adalah salah satu kampung yang warganya
memanfaatkan air sesuai kebutuhan. Untuk keperluan makan dan
minum, mandi, cuci kakus. Selain itu air juga digunakan menjadi
tempat mencari kehidupan lain seperti mencari ikan dan hewan air
sebagai lauk-pauk.

81
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 40 Lanscape di Gua Sedepan Bu


82
LAWALATA IPB 2015

83
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gua Liang Abu

Kami berkesempatan mengeksplor Gua Liang Abu di sela-


sela pengambilan data Gua Bloyot, kami tertarik ketika mendengar
cerita tentang Liang Abu dari Pak Cay. Dalam gua ini terdapat air yang
menggenang. Kemungkinan air tersebut berasaal dari mulut gua yang
berbentuk vertikal terlebih dahulu. Namun ada kemungkinan juga
bahwa air genangan di dalam gua ini berasal dari ujung gua dengan
sumber sebuah sungai.

Gambar 41 Aliran sungai yang ada di dalam gua Liang Abu, di gua ini
ditemukan banyak tengkorak manusia purba

Selain genangan air yang membuat kami merasa tertantang,


banyak juga terdapat serpihan tengkorak purba di sana. Untuk
melihatnya, kami harus melewati genangan air di pintu masuk gua
sekitar 5-10 meter. Serpihan-serpihan tersebut berada di dinding dan
atap gua. Tidak mudah untuk mencapainya, dengan lorong-lorong
sempit sehingga membuat kami harus merangkak, dan kondisi yang
becek berlumpur sangat menguji nyali kami.

84
LAWALATA IPB 2015

Selain kekayaan sejarah berupa peninggalan tengkoraknya,


Liang Abu juga menyimpan banyak kehidupan lain, yaitu kelelawar
dan biota gua lainnya. Dengan adanya genangan air, maka di sana
terdapat berbagai jenis biota air, seperti ikan, udang, dan kepiting.
Jangkrik dan biota gua lainnya juga banyak ditemukan di sana.

Untuk memasuki gua yang bertipe seperti Liang Abu,


diperlukan perencanaan yang matang. Karena akan sangat bahaya
ketika tidak bisa memprediksikan kondisi, dan tiba-tiba terjadi luapan
air yang mengakibatkan penelusur tidak bisa lagi keluar dari gua.
Dalam foto terlihat garis batas air, jika debit air mencapai garis tersebut
maka ruangan berudara akan semakin sempit.

Perjalanan setengah dari panjang gua, kami kira telah cukup


untuk mengeksplor Liang Abu. “Ke dalam lagi juga kondisinya kurang
lebih sama seperti ini, berair dan banyak tengkorak di sela-sela dinding
gua.”, ucap Pak Cay.
Fauna Gua

Salah satu daya tarik dari sebuah gua adalah kehidupan


yang ada di dalamnya. Kondisi lingkungan gua yang gelap, lembab,
dan dingin membuat tidak semua makhluk hidup mampu bertahan
di dalamnya. Tidak banyak tumbuhan yang bisa hidup di dalam
gua, karena ketiadaan sinar matahari. Hewan-hewan di dalam gua
menemukan sumber energi lain yang dibutuhkan untuk bertahan
hidup. Ada perubahan-perubahan yang terjadi dalam diri makhluk
hidup untuk dapat beradaptasi dengan lingkungan gua. Perubahan-
perubahan ini menciptakan keaneka-ragaman spesies baru yang
kemudian muncul jenis-jenis hanya ditemukan di dalam gua.

Setiap gua selalu memiliki ciri tersendiri. Selain ciri unik yang
biasa terlihat dari bentuknya, juga dapat diketahui melalui fauna
yang hidup di dalamnya. Gua-gua di Merabu memiliki keberagaman

85
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

keunikan yang tinggi. Fauna di setiap gua tidak tentu dapat ditemukan
di gua yang lain. Salah satu contohnya adalah keberadaan Scutigeridae
di Gua Sedepan Bu. Ciri khas dari biota tersebut adalah tubuhnya
yang berwarna ungu. Biota ini jarang ditemukan di tempat lain.

Gambar 42 Biota gua yang ditemukan (1)


Gua Lubang Tembus dan Gua Sedepan Bu menyimpan
keanekaragaman biota gua. Biota yang banyak ditemukan di sana
adalah Jangkrik Gua dari famili Raphidophoridae. Jangkrik ini dapat
ditemukan di setiap jengkal, mulai dari dinding, atap, dan terutama
lantai gua. Jangkrik yang ditemukan berwarna coklat dengan corak
putih pucat. Jangkrik ini masih memiliki mata dengan panjang tubuh
sebesar 1,2 cm dan panjang antena sebesar 11,6 cm (10 kali panjang
tubuh). Antena yang sangat panjang merupakan bentuk adaptasi
jangkrik terhadap lingkungan gua yang gelap dan merupakan ciri
khusus dari jangkrik ini.

Jangkrik tersebar merata di sepanjang lantai gua mulai zona


gelap hingga terang. Hal tersebut terjadi karena lantai gua tertutupi
oleh guano (kotoran kelelawar). Guano ini serupa butiran tanah yang
lembut seperti pasir yang merupakan sumber makanan bagi Jangkrik

86
LAWALATA IPB 2015

Gua. Jangkrik gua di Gua Sedepan Bu lebih sedikit dibandingkan


di Gua Lubang Tembus. Berbeda dengan Lubang Tembus, guano
di lantai Gua Sedepan Bu tidak menutupi seluruh permukaan lantai.
Lantai Gua Sedepan Bu juga basah karena adanya aliran Sungai Bu.
Hal ini menyebabkan jumlah jangkrik gua di lantai Gua Sedepan Bu
tidak sebanyak di Gua Lubang Tembus.

Laba-laba juga banyak ditemukan di Lubang Tembus dan


Sedepan Bu. Laba-laba umumnya ditemukan di dinding gua dalam
ukuran sebesar 1-17 cm. Laba-laba ini berwarna hitam. Keempat
pasang tungkainya bercorak hitam dan coklat belang. Mata laba-laba
ini bercahaya dalam gelap sehingga mudah ditemukan. Hewan lain
yang ditemukan adalah Diplopoda yaitu Arthropoda yang memiliki
dua pasang kaki di setiap ruasnya. Diplopoda ditemukan di dinding
dan lantai gua. Diplopoda yang ditemukan umumnya berwarna putih
hingga abu-abu dengan panjang tubuh berkisar 3–10 cm.

Gua Sedepan Bu menjadi rumah bagi Amblypygi atau Kala


Cemeti (spesies Sarax sp). Sarax sp adalah spesies endemik yang
hanya ditemukan di Pulau Kalimantan. Amblypygi hidup bersembunyi

Gambar 43 Biota gua yang ditemukan (2)

87
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

di balik batuan dan di dinding-dinding gua, sehingga terkadang sulit


untuk menemukannya. Arthopoda ini bergerak sangat cepat apabila
merasa terganggu. Ukuran individu betina sedikit lebih kecil dari
individu jantan. Amblypygi betina memiliki panjang 12 mm, sedangkan
Amblypygi jantan memiliki panjang 15 mm. Amblypygi memiliki masa
hidup yang relatif lama dibandingkan kelompok lain seperti laba-
laba (Araneae), kalajengking (Scorpiones) dan Opiliones yang juga
mempunyai umur yang hampir sama bahkan lebih tua. Waktu yang
dibutuhkan untuk siap reproduksi adalah 1-2 tahun. Waktu reproduksi
menjadi dua kali lipat lebih lama jika suhu lingkungannya kurang dari
26°C (Rahmadi 2010). Hal ini menyebabkan jumlah Amblypygi sangat
sedikit di alam.

Arthropoda dari famili Scutigeridae juga ditemukan di Gua


Sedepan Bu. Scutigeridae di gua ini memiliki dua jenis warna yaitu
Scutigeridae dengan tubuh berwarna ungu dan ukuran yang kecil
(sekitar 2 cm) serta Scutigeridae yang berwarna hitam-kuning dengan
ukuran yang lebih besar (15-20 cm).

Hewan akuatik yang ditemukan di Gua Sedepan Bu adalah


Ikan Lais. Ikan ini dapat ditemukan di sepanjang aliran Sungai Bu.
Panjang tubuhnya berkisar 20-15 cm. Warna tubuh kuning pucat,
sirip anal sedikit transparan dibandingkan dengan tubuhnya, memiliki
sungut dan memiliki mata.

Gua Lubang Tembus dan Sedepan Bu masih dipenuhi oleh


kelelawar sehingga salah satu sumber energi dalam gua ini berasal
dari kotoran kelelawar. Sejak dahulu, gua ini menghasilkan sarang
walet. Banyak ditemukan bulu walet di lantai gua. Di zona terang Gua
Lubang Tembus, masih ada tangga kayu yang pernah digunakan Pak
Cay untuk simulasi memanen sarang walet dari dinding dan atap gua.

88
LAWALATA IPB 2015

Sungai

Sumber air yang digunakan masyarakat adalah sungai. Tidak


ada pompa ke sumber air tanah ataupun sumur. Semua aktivitas
hidup sehari–hari bergantung sepenuhnya pada sungai. Sungai juga
menyediakan ikan yang menjadi lauk sehari-hari warga. Interaksi
antara masyarakat dengan sungai sangat erat. Anak-anak bermain,
mandi, dan mencari ikan. Laki-laki dewasa menggunakan sungai
menjadi sarana transportasi ke hutan maupun ke ladang pertanian.

Laki-laki dewasa menangkap ikan sungai dengan jala,


jaring, dan pancing. Dahulu, masyarakat kerap mencari ikan dengan
setrum dan racun ikan, namun berdasarkan kesepakatan bersama
masyarakat menetapkan larangan pencarian ikan dengan metode
seperti itu. Sesekali terlihat para laki-laki dewasa mencuci daging
hewan buruannya di sungai. Ibu-ibu mencuci pakaian di sungai.
Aktivitas ini biasa dilaksanakan di pagi hari.

Gambar 44 Sungai Lesan terlihat dari jendela basecamp TNC, banyak


ketinting yang diparkirkan

89
Gambar 45 Tim menaiki ketintingmembelah Sungai Lesan
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

90
LAWALATA IPB 2015

Ada dua sungai yang mengalir di Kampung Merabu, yaitu


Sungai Lesan dan Sungai Bu. Sungai Lesan bersumber dari Telaga
Nyadeng dan Sungai Bu bersumber dari Gua Sedepan Bu. Sungai
Lesan berada di sebelah utara pemukiman kampung dan Sungai
Bu berada di sebelah selatan. Sungai Lesan sangat dekat dengan
pemukiman masyarakat. Sungai Bu berjarak sekitar 15 menit berjalan
kaki dari pemukiman menuju arah hutan. Kedua sungai ini berasal dari
sistem hidrologi ekosistem karst Bukit Merabu. Kelestarian ekosistem
karst menjadi sangat penting bagi kelestarian sungai di Kampung
Merabu.
Sungai Lesan

Sungai Lesan adalah sebuah sungai yang mengalir tepat di


sebelah Kampung Merabu. Sungai Lesan menjadi gerbang masuk
yang menyambut para pengunjung kampung kecil di pedalaman
Kalimantan ini. Dahulu, hanya di sepanjang aliran sungai inilah
masyarakat Kampung Merabu membangun rumahnya. Secara
khusus, kami memiliki pengalaman yang menarik dan mengesankan
dengan kedua sungai di Kampung Merabu itu.

Hari itu, pagi datang membawa sang mentari yang memberi


senyum semangatnya kepada kami. Mata kami disuguhkan
pemandangan kampung yang bersih, nyaman, dan masyarakatnya
yang ramah. Di sebelah rumah yang kami tinggali mengalir dengan
tenang air Sungai Lesan. Masyarakat terlihat sedang mandi dan
mencuci baju di sana. Pemandangan yang sangat jarang kami jumpai
di kota. Seorang ibu dengan lembut memandikan anaknya sembari
menunggu rendaman cuciannya.

Gemericik suara aliran Sungai Lesan menjadi perangsang


yang menjalar ke saraf melalui indra pendengar. Kami terbangun
dari kenyamanan tidur di sebuah rumah sederhana namun kokoh di
kampung ini. Bukan kamar mandi yang kami tuju, tapi jendela rumah.
Dari Jendela rumah yang sederhana ini nampak cahaya yang menyatu

91
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

dengan gemericik air sungai. Kami berusaha menelisik sumber bulir-


bulir cahaya itu, maka nampaklah sang surya di ufuk timur. Semburat
cahaya pagi melukis dengan apik angkasa Kalimantan. Tak hanya
ada kami di pojok rumah yang menikmati pagi ini, kicau-kicau burung
pun ikut meramaikan pagi ini. Cahaya yang menghempas pagi pun
membuat embun mulai menetes dari perdu dan rumput di sempadan
sungai.

Melihat jernihnya sungai, kami menjadi ingin mandi di sana.


“Byurrr” aliran air membasahi tubuh kami. Sesekali kami menyelam
ke tempat yang agak dalam. Tak hanya kami yang sedang berada di
Sungai Lesan. Masyarakat Kampung Merabu juga sedang beraktivitas
di sungai. Anak-anak ceria bermain dan bergembira di sungai, bahkan
mereka melaksanakan salto dari pundak temannya dan menceburkan
diri ke sungai.

Di pingir sungai terlihat seorang nenek berwajah ramah yang


sedang mencuci baju. “Mencuci baju memang biasa dilaksanakan
di sungai karena biasanya kamar mandi di dalam rumah hanya
digunakan sebagai sarana buang kotoran dan sesekali mandi”, tutur
sang nenek ketika kami tanya. Aliran Sungai Lesan yang tenang dan
jernih sangat cocok untuk berenang sekaligus menjala ikan. Sungai
Lesan biasa dijadikan tempat mencari ikan bagi masyarakat Kampung
Merabu. Selain itu sungai tersebut juga menjadi tempat bermain yang
menyenangkan bagi anak-anak Kampung Merabu.

Pengalaman pertama ke kampung ini membawa kami


kepada petualangan bersama pemuda Merabu untuk menjala ikan
di Sungai Lesan. Dan menjadi yang pertama pula bagi sebagian
dari kami untuk naik ketinting yaitu sebutan umum untuk perahu di
daerah ini. Pada hari pertama kedatangan, kami diajak untuk menjala
ikan di sungai. Dua orang pemuda yang menemani kami yaitu Bang
Jhon dan Bang Daud. Kami menaiki Ketinting Sambil menuju ke
hulu sungai, kami bercengkrama dan berbagi cerita satu sama lain.

92
LAWALATA IPB 2015

Gambar 46 Perjalanan menjala di Sungai Lesan, ketinting terkena dasar


sungai karena sungai sedang surut
Tak lama setelah Ketinting melaju, kami sudah di keliling pepohonan
rindang di pinggiran sungai. Sungai Lesan membelah hutan Merabu.

Di sepanjang perjalanan, kami melihat pepohonan yang


beranekaragam, air sungai yang jernih mengalir deras, dan suara-
suara alam yang timbul dari hutan menyertai perjalanan kami. Ranting-
ranting Pohon Mangris bergoyang seiring dengan irama loncatan si
monyet ekor panjang Macaca fascicularis dan sesekali si mancung
Bekantan (Nasalis larvatus) mengintip di balik rerimbunan daun.
Sungguh suasana yang sangat mahal dan tak ternilai harganya bagi
mereka yang terbiasa hidup di kota yang bising. Sambil melaju, dari
kejauhan terlihat pemandangan bukit karst yang cantik menjulang
dengan megah, putih dan anggun. Beberapa kali kami harus turun dari
ketinting yang kandas oleh batuan dasar sungai. Kami mendorong

93
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 47 Bang Jhoni menebar jarla untuk memancing


94 diSungai Lesan
LAWALATA IPB 2015

95
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

ketinting sampai melewati bagian yang dangkal yang bisa merusak


baling-baling mesin ketinting jika tetap dipaksakan. Beberapa hari
kemarin belum hujan sehingga sungai menjadi lebih dangkal.
Sesampainya di hulu, kami bersama pemuda Merabu mulai
menjala ikan. Kami mencoba untuk menjala ikan tapi tak ada satu
ikan pun yang tertangkap. Sedangkan Bang Jhon dan Bang Daud
begitu mahir menjala. Kami melihat banyak ikan yang unik yang
tidak pernah kami temui sebelumnya. Ikan menjadi sumber makanan
favorit karena rasa yang enak, dan juga sangat mudah didapatkan
di sungai. Mencari ikan di sungai juga sangat menyenangkan dan
diminati warga.

Kami mulai menjala dari hulu menuju hilir hingga dekat


pemukiman. Dari hulu, mesin ketinting dimatikan karena dapat berjalan
dengan mengikuti arus sungai. Sesekali kami masuk ke sungai dan
mengambang mengikuti aliran sungai. Sungguh mengasyikan
karena saat mengambang dengan menengadah ke atas bisa melihat
tajuk hutan di sepanjang sempadan sungai. Air begitu segar dan
menyegarkan. Kondisi seperti itu membuat kami membayangkan
sungai di dekat rumah kami di Bogor, yaitu Ciliwung dan Cisadane.
Sangat mungkin jika ratusan tahun yang lalu kondisi kedua sungai itu
sama indahnya seperti halnya Sungai Lesan ini.

Kondisi sungai Ciliwung saat ini sangat memprihatinkan.


Airnya berwarna gelap kecoklatan, baunya menyengat, dan jaraang
ditemukan ikan yang sehat untuk dimakan. Lebih lagi terjadi
pendangkalan dan penumpukan sampah. Hal itu berujung pada
bencana tahunan, yaitu banjir.

Berbagai upaya dilaksanakan untuk mengembalikan fungsi


ekologis sungai. Beberapa upaya yaitu membersihkan sampah,
pengerukan kembali dasar sungai, pelarangan pembuangan limbah
di sungai melalui peraturan pemerintah. Berbagai gerakan lingkungan
yang dimotori oleh banyak komunitas juga pernah dilaksanakan.

96
LAWALATA IPB 2015

Namun hingga kini upaya-upaya tersebut masih tetap


dilaksanakan sampai bisa mengembalikan kondisi sungai. Karena
masyarakat metropolitan pastinya ingin menikmati sungai Ciliwung
yang lestari. Sudah seyogyanya hal itu menjadi harapan agar nilai
sungai sebagai sumber kehidupan di Jakarta bisa kembali terwujud.

Seharusnya warga yang berada di sekitar Ciliwung berkaca


pada Kampung Merabu. Alasan utama yang menyebabkan sungai
masih terjaga adalah karena cara hidup masyarakat yang selaras
dengan kelestarian alam, khususnya sungai. Bagi masyarakat Merabu
sungai adalah halaman depan yang harus dirawat.
Sesampainya di hulu, kami bersama pemuda Merabu mulai
menjala ikan. Kami mencoba untuk menjala ikan tapi tak ada satu
ikan pun yang tertangkap. Sedangkan Bang Jhon dan Bang Daud
begitu mahir menjala. Kami melihat banyak ikan yang unik yang
tidak pernah kami temui sebelumnya. Ikan menjadi sumber makanan
favorit karena rasa yang enak, dan juga sangat mudah didapatkan
di sungai. Mencari ikan di sungai juga sangat menyenangkan dan
diminati warga.

Kami mulai menjala dari hulu menuju hilir hingga dekat


pemukiman. Dari hulu, mesin ketinting dimatikan karena dapat berjalan
dengan mengikuti arus sungai. Sesekali kami masuk ke sungai
dan mengambang mengikuti aliran sungai. Sungguh mengasyikan
karena saat mengambang dengan menengadah ke atas bisa melihat
tajuk hutan di sepanjang sempadan sungai. Air begitu segar dan
menyegarkan. Kondisi seperti itu membuat kami membayangkan
sungai di dekat rumah kami di Bogor, yaitu Ciliwung dan Cisadane.
Sangat mungkin jika ratusan tahun yang lalu kondisi kedua sungai itu
sama indahnya seperti halnya Sungai Lesan ini.

Kondisi sungai Ciliwung saat ini sangat memprihatinkan.


Airnya berwarna gelap kecoklatan, baunya menyengat, dan
jaraang ditemukan ikan yang sehat untuk dimakan. Lebih lagi

97
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

terjadi pendangkalan dan


penumpukan sampah. Hal
itu berujung pada bencana
tahunan, yaitu banjir.

Berbagai upaya
dilaksanakan untuk
mengembalikan fungsi
ekologis sungai. Beberapa
upaya yaitu membersihkan
sampah, pengerukan
Gambar 48 Ikan Jerawat yang
terperangkap di jala kami saat menjala di kembali dasar sungai,
Sungai Lesan pelarangan pembuangan
limbah di sungai melalui peraturan pemerintah. Berbagai gerakan
lingkungan yang dimotori oleh banyak komunitas juga pernah
dilaksanakan.

Namun hingga kini upaya-upaya tersebut masih tetap


dilaksanakan sampai bisa mengembalikan kondisi sungai. Karena
masyarakat metropolitan pastinya ingin menikmati sungai Ciliwung
yang lestari. Sudah seyogyanya hal itu menjadi harapan agar nilai
sungai sebagai sumber kehidupan di Jakarta bisa kembali terwujud.

Seharusnya warga yang berada di sekitar Ciliwung berkaca


pada Kampung Merabu. Alasan utama yang menyebabkan sungai
masih terjaga adalah karena cara hidup masyarakat yang selaras
dengan kelestarian alam, khususnya sungai. Bagi masyarakat Merabu
sungai adalah halaman depan yang harus dirawat.

Sambil menjala kami saling bercerita satu sama lain, berbagi


pengalaman masing-masing. Mereka sangat ramah pada kami.
Setelah beberapa jam menjala, kami berhasil mendapatkan beberapa
ikan yang kemudian kami masak dan makan bersama. Tidak banyak
ikan yang kami dapat hari itu. Hanya sekitar enam ekor ikan yang
salah satunya bernama Ikan Jerawat.

98
LAWALATA IPB 2015

Kami menjaja dinginnya Sungai Lesan dengan terjun


dan berenang mengikuti arus sungai. Kami berenang di sekitar
ketinting yang artinya ikan-ikan akan semakin menjauh dari perahu
dan mempersulit kami untuk mendapatkan ikan. Tapi tidak apa, toh
kami bersenang-senang. Hari yang menyenangkan untuk memulai
mengenal Kampung Merabu, menyatu dengan alam sebagaimana
masyarakat di sini.
Sungai Bu

Sungai Bu memiliki badan sungai yang lebih kecil dibanding


Sungai Lesan, kira hanya 4 m. Air sungai ini sangat jernih hingga
pada kedalaman 0,5 m masih bisa terlihat jelas dasar sungai yang
cenderung berbatu. Pada Sungai Bu kerap ditemukan bongkahan
batu besar. Ikan dan hewan air hidup dengan baik di sungai. Ikan
Lais adalah salah satu jenis ikan yang dapat hidup di sungai ini.

Berkegiatan di sungai bersama masyarakat Merabu


yang kami rasakan adalah pengalaman yang sangat berharga.
“Pengamatan kegiatan masyarakat di Sungai begitu menyadarkan

Gambar 49 Ikan Lais kami temukan saat memarang ikan di Sungai Bu

99
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 50 Menjala ikan di sungai adalah salah satu kegiatan warga


Kampung Merabu untuk mengisi waktu luang sekaligus mendapatkan bahan
makanan
kami pada sebuah pelajaran berharga. Pelajaran yang tidak mungkin
ku dapatkan dari teori-teori di bangku kuliah”, tutur Hanif, salah satu Tim
Ekspedisi yang sedang menikmati kebersamaan dengan warga. Bagi
masyarakat Merabu, sungai menjadi sumber kehidupan. Kesadaran
terhadap pentingnya alam membawa pada sikap yang harmonis
terhadap alam sekitar, termasuk sungai. Alam pun bersikap harmonis
kepada mereka dengan memberikan sumber alam yang melimpah.
Air yang tercukupi secara kualitas dan kuantitas ini menjadikan hidup
berjalan dengan damai. Damai bersama Sungai.

Di tempat lain, seperti sungai Ciliwung yang kami ketahui


sungai dijadikan tempat sampah. Inilah sikap tidak harmonis kepada
alam. Alam pun bersikap tidak harmonis kepada mereka dengan
memberikan banjir dan longsor. Sungai dianggap musuh. Tidak
seperti di Merabu ini. Kampung Merabu memilih hidup damai dengan

100
LAWALATA IPB 2015

Sungai Lesan dan Sungai Bu. Kedamaian yang menyejukan jiwa.


Pilihan ada pada kita sebagai manusia, memilih hidup damai dengan
sungai atau memilih bermusuhan dengan sungai.

Gambar 51 Ketinting digunakan sebagai alat transportasi sungai

101
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Potensi Dikembangkan

Potensi alamnya yang masih terjaga tidak hanya dimanfaatkan


warga sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Selain itu
keselarasan antara hutan, bukit karst, gua, air, dan kearifan lokalnya
juga sekarang berpotensi tinggi di bidang ekowisata. Masyarakat
luas pada era sekarang mulai melirik wisata alam dengan tambahan
adventurenya. Kampung Merabu memiliki banyak tempat menarik
yang kemungkinan akan menarik minat para traveler tersebut.
Beberapa lokasi yang sudah sering dikunjungu adalah Telaga
Nyadeng, Puncak Ketepu, Danau Tebo, dan gua-gua yang ada di
sana. Maka dari itu warga dan pemerintah setempat sudah mulai
untuk mengembangkan potensi tersebut untuk dijadikan tempat
wisata yang diminati pengunjung.

Telaga Nyadeng

Selain Sungai Lesan, Sungai Bu dan gua-gua Merabu, masih


banyak lagi tempat wisata yang bisa dikunjungi, yaitu: Telaga Nyadeng,
Puncak Ketepu, dan Danau Tebo. Telaga Nyadeng dan Puncak
Ketepu adalah tempat berikutnya yang kami kunjungi setelah selesai
dengan pengambilan data. Telaga Nyadeng sangat mudah dijangkau,
cukup dengan berjalan kaki maupun menggunakan ketinting. Hanya
membutuhkan waktu maksimal satu jam untuk mencapai Telaga
Nyadeng dari Kampung Merabu. Pertama kita dapat menggunakan
ketinting melewati jalur Sungai Lesan selama sekitar setengah jam
sampai di pintu masuk. Di pintu masuk Telaga Nyadeng terdapat
plang tanda masuk bertuliskan Telaga Nyadeng. Ketinting diparkirkan
di sekitar pintu masuk tersebut, lalu dilanjutkan dengan berjalan kaki
selama dua puluh menit menuju Telaga Nyadeng. Kondisi jalannya
cukup landai dan mudah dilalui. Berjalan di sana terasa sejuk karena
hutan masih alami dengan pepohonan besar yang melindungi kami
dari panasnya matahari.

102
LAWALATA IPB 2015

Gambar 52 Ikan hasil pancingan para pemuda Merabu


saat camping di Telaga Nyadeng

Sampai di tempat yang dituju kami terkagum dengan keadaan


telaga. Air yang jernih memantulkan birunya langit. Beberapa bekas
pohon tumbang menghiasi telaga ini. Bagian pohon tumbang yang
tidak terendam air seringkali digunakan burung untuk bertengger
menikmati sinar matahari dan meminum air telaga. Pak Max, salah
satu kontibutor TNC menuturkan bahwa air di telaga ini sudah pernah
diteliti oleh beberapa ahli air. Hasilnya adalah air danau ini aman
untuk langsung diminum. Dalamnya telaga ini juga pernah diukur,
yaitu sekitar 80 meter. Kicauan burung di siang hari ikut menyambut
kedatangan kami. Tanpa ragu beberapa dari kami berenang di telaga
yang berair jernih tersebut.

Selain itu, beberapa dari kami memancing di pinggiran telaga


yang seperti aquarium raksasa seperti ini. Telaga Nyadeng bagaikan
aquarium bagi kami, ikan-ikan yang sedang berenang bebas

103
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar
104 53 Bang Ndel memancing di Danau Nyadeng
LAWALATA IPB 2015

105
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

menampakkan dirinya untuk senantiasa menyambut kedatangan


kami. Jenis ikan di sini beragam, mulai dari yang ukurannya kecil
sampai besar, dari corak tubuhnya yang sederhana hingga yang dapat
bercahaya dalam kegelapan. Ikan-ikan itu ternyata sangat sangat
sulit dipancing. Umpan yang kami gunakan saat itu adalah cacing.
Walaupun jumlah mereka sangat banyak, namun sangat jarang kail
pancing kami dimakan ikan.

Seperti yang sering terdengar, bahwa memancing adalah


salah satu cara untuk menguji kesabaran orang. Beberapa dari
kami telah menyerah karena tidak satupun ikan yang menghampiri
umpannya, namun sebagian lagi masih setia menunggu dengan
tenang, hingga ada juga ikan yang menyangkut di kail. Setelah
selesai dan mendapatkan beberapa ekor ikan, maka selanjutnya
adalah mengolahnya agar bisa dimakan. Di pinggir telaga, kami
menikmati daging ikan bakar yang segar dengan sedikit bumbu yang
menggugah selera.

Puncak Ketepu

Di dekat Telaga Nyadeng, terdapat tempat menarik lain


bernama Puncak Ketepu yang merupakan salah satu tempat tujuan
favorit para pendatang. Kami berkesempatan menikmati pemandangan
tiang-tiang (tower) karst yang menjulang dari puncak tersebut. Untuk
menuju Puncak Ketepu harus melewati jalan yang menanjak terjal
berbatu dengan kemiringan hampir 45 derajat. Perjalanan kami
memakan waktu lima puluh menit dengan tanpa membawa beban
ransel. Biasanya masyarakat Merabu hanya memerlukan tiga puluh
menit dari Telaga Nyadeng untuk sampai di Puncak Ketepu, itupun
dengan beban yang dibawa di punggungnya. Lelahnya perjalanan
akan hilang dengan sendirinya ketika memandang luas keindahan
seluruh Kampung Merabu dari Puncak Ketepu.

106
LAWALATA IPB 2015

Bagi tamu atau orang yang datang mengunjungi Kampung


Merabu rasanya wajib untuk mendaki Puncak Ketepu, karena dari
sini kita bisa melihat pemandangan yang jarang ditemukan. Rasanya
seperti melihat sebuah lukisan yang membuat kita menahan napas
dan berkaca-kaca terharu. Sejauh mata memandang kita dihadapkan
oleh tower-tower karst yang berjejer cantik di kelilingi hutan desa
yang rapat. Hijaunya hutan di antara putih pucat batuan karst
kadang diselingi oleh pohon dengan dedaunan kuning menambah
cantiknya pemandangan dari Puncak Ketepu. Berdiam sejenak di
Puncak Ketepu menikmati lukisan Tuhan yang tiada duanya, diselingi
dengan Burung Enggang yang terbang bebas melengkapi indahnya
pemandangan ini. Sayang kami naik saat tengah hari sehingga cuaca

Gambar 54 Landscape tower kars Merabu dilihat dari Puncak Ketepu

107
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

108
LAWALATA IPB 2015

109
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Danau Tebo

Kampung Merabu juga memiliki tempat wisata yang indah


lain. Hanya saja diperlukan waktu dan energi yang banyak untuk
menuju tempat tersebut. Sayangnya kami tak memiliki kesempatan
tersebut. Hanya beberapa foto dan cerita yang kami dapat dari warga
yang pernah berkunjung ke sana. Perjalanan yang memakan waktu
berhari-hari dengan jalan yang terjal menanjak dan menuruni karst
membuat kami tidak bisa ke sana karena terbatasnya waktu yang
kami miliki. Menurut Henry, warga Kampung Merabu yang pernah ke
sana, Danau Tebo memiliki pemandangan yang cantik. Di sana pula
masih sangat mudah ditemui hewan-hewan liar.

Gambar 55 Pemandangan Danau Tebo (Sumber: Facebook Henry Nak Dayak


Lebo)

110
LAWALATA IPB 2015

111
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

112
LAWALATA IPB 2015

Bab 4
Potensi Manusia

Jiwa Muda Merabu

Jumlah pemuda di Kampung Merabu lebih mendominasi


dibanding orang berusia tua. Salah satu yang kami sayangkan adalah
tingkat pendidikan mereka yang kurang sehingga mereka tidak
memiliki pekerjaan tetap. Mereka mendapatkan uang dari hasil panen
madu dan sarang walet. Penghasilan dari memanen madu dan sarang
walet tidak bisa dikatakan kecil, yaitu kisaran Rp10.000.000 sampai
Rp15.000.000 dalam sekali pemanenan. Pekerjaan yang menantang
maut ini terus dilakoni masyarakat Kampung Merabu secara turun
temurun dan menjadi bagian dari kebudayaan setempat. Namun
demikian, para pemuda sangat menginginkan pekerjaan yang tetap.

Pemuda Merabu memiliki kegemaran bermain musik.


Mereka sangat gemar memainkan musik di studio yang ada di depan
lapangan voli. Alat musik yang ada di studio mencukupi untuk berlatih.
Pak Franly, Kepala kampung mendukung aktivitas bermusik para
pemuda tersebut dan bahkan sering bermain musik bersama. Mereka
biasanya mengisi acara-acara tertentu sebagai hiburan.

Pemuda Merabu juga mendapatkan penghasilan dari


bekerja sebagai pemanjat dan pembantu umum untuk PT. Walesta
ketika musim panen sarang walet. PT. Walesta adalah perusahaan
yang memiliki hak panen sarang walet di Gua Ranggasan. Pekerjaan
tersebut tidak dilakukan secara rutin tapi menyesuaikan dengan masa
panen sarang walet yang kadang berbeda-beda.

113
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Tingkat Pendidikan
Pada era globalisasi kini, semakin banyak tolok ukur yang
menjadi penilaian terhadap seseorang. Pola pikir yang sudah banyak
berkembang dan berubah membuat hal yang dahulu dianggap
penting kini sudah tidak lagi. Satu hal yang tidak berubah adalah
anggapan orang pada umumnya bahwa pendidikan adalah penting.
Seseorang akan dipandang dari sejauh mana tingkat pendidikan yang
telah ditempuhnya. Hal ini terutama sangat terasa di daerah perkotaan
yang memiliki tingkat persaingan tinggi. Namun tidak menutup
kemungkinan bahwa hal ini juga ditemukan di daerah pedalaman.

Tingkat pendidikan di Kampung Merabu masih tergolong


rendah. Salah satu alasannya adalah kurangnya sarana pendidikan.
Hanya ada satu Sekolah Dasar (SD) di sana. Untuk mendapatkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi mereka setidaknya harus pergi
ke Kecamatan Kelay yang memiliki Sekolah Menengah Pertama
(SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) terdekat dari Kampung
Merabu. Kota Kecamatan Kelay berjarak sekitar 4 jam perjalanan
dengan kendaraan bermotor melewati jalan utama yang membelah
hutan.

Biaya untuk transportasi dan tempat tinggal menjadi


kebutuhan untuk mereka yang ingin bersekolah selepas SD. Letak
sekolah yang jauh ini juga menjadi faktor yang menyebabkan pemuda
Kampung Merabu memutuskan untuk tidak meneruskan pendidikan.
Remaja lelaki memilih untuk bekerja sebagai pemanen madu atau
sarang walet. Sedangkan perempuan lebih banyak yang melanjutkan
sekolah di luar kampung, atau sekedar membantu pekerjaan rumah
orangtuanya. Tidak mudah menemukan remaja perempuan di
Kampung Merabu karena kebanyakan dari mereka bersekolah di
Kecamatan Kelay.

114
LAWALATA IPB 2015

Sebenarnya mereka
memiliki keinginan yang tinggi
untuk melanjutkan sekolah.
Ide untuk mendirikan SMP dan
SMA sangat sesuai dengan
kebutuhan mereka saat ini.
Dengan pendidikan yang
lebih tinggi, mereka akan
mendapatkan pekerjaan yang
lebih baik sehingga kehidupan
mereka di masa depan akan
lebih sejahtera. Hal terpenting
adalah wawasan pengetahuan
akan lebih meningkat. Inilah
yang harus dipahami oleh
pihak pemerintah. Kebijakan
dari Pemerintah Daerah Berau
untuk Kampung Merabu
yaitu untuk menjadi Kepala
Kampung Merabu harus
memiliki ijazah minimal SMP.
Gambar 56 Anak-anak Mrabu yang bermain-
main 115
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Ilmu yang diperoleh di bangku sekolah tidak semata-mata


tentang ilmu pasti yang tidak bisa diaplikasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Karena sesungguhnya pendidikan tidak hanya mengenai
ilmu pengetahuan tapi juga pelajaran mental dan sikap. Pendidikan
membuka pola pikir seseorang untuk melihat lebih jauh ke depan,
lebih luas ke segala arah. Mungkin banyak yang berpikir bahwa tanpa
memakan bangku sekolahpun seseorang bisa belajar lebih banyak
dari mereka yang bersekolah. Pengalaman-pengalaman tentang hidup
lebih banyak diperoleh diluar kelas, di dalam kehidupan sehari-hari.
Namun tetap sangat disayangkan, saat seseorang berkesempatan
mendapat pendidikan kemudian tidak mengambil kesempatan
tersebut.

Telah jelas diketahui bahwa sekolah yang ada di kampung


ini hanyalah SD. Lantas jika tidak ada warga Merabu sendiri yang
melanjutkan jenjang pendidikannya minimal ke tingkat SMP, kapan
lagi Merabu dipimpin oleh warga Merabu sendiri, setelah terakhir kali,
kepala kampung yang merupakan warga asli Merabu adalah Pak
Asrani.

Memang tidak ada peraturan yang menjelaskan bahwa


pemimpin di suatu tempat haruslah berasal dari tempat tersebut. Hal
itu tidak menjadi masalah jika sang pemimpin memahami betul akan
sejaarah dan kondisi tempat dan masyarakat yang dipimpinnya. Satu
hal yang menjadi kekhawatiran adalah bahwa masyarakat Merabu
bisa kehilangan kebudayaan dan keasliannya jika pemimpin tidak
betul-betul memahami Kampung Merabu. Pendidikan menjadi sangat
penting untuk setiap orang.

116
LAWALATA IPB 2015

117
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

118
LAWALATA IPB 2015

Gambar 57 Wajah-wajah ceriia anak-anak Merabu


119
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Srikandi Kampung Merabu

Terlepas dari hal diatas, ada juga beberapa jiwa muda Merabu
yang terlihat begitu bersinar. Salah satunya adalah Mba Marjayanti.
Wanita berusia sekitar ¼ abad ini terkenal dengan nama Mba Mar. Dia
adalah salah satu warga asli Merabu yang setia menemani perjalanan
ekspedisi kami. Mbak Mar memiliki kebiasaan sangat kental khas
Dayak Lebo, terutama logat berbicaranya yang lugas dan sopan.
Dia adalah salah satu orang yang menjadi jembatan atas segala
informasi yang kami butuhkan. Mbak Mar adalah adik Pak Asrani. Dia
membantu kakaknya menjadi pengurus Kerima Puri sekaligus bekerja
di TNC Mbak Mar paham betul akan keadaan kampungnya. Di awal
pertemuan kami dengannya, Mbak Mar menceritakan tentang lokasi
menarik yang dimiliki Kampung Merabu.

Dandanan Mba Mar dengan celana lapangan, kemeja, dan


topinya memperlihatkan bahwa dirinya adalah orang yang sering
turun ke lapangan. Hal itu membuat diirnya terlihat tangguh dengan
jiwa yang kuat dan pemberani. Benar saja, dia sering mekukan
pertemuan dengan orang-orang penting karena pekerjaannya di
TNC. Dia juga sering menjalankan tugasnya untuk ke luar kota demi
memperjuangkan kesejahteraan kampung yang dicintainya.

Mba Mar adalah seorang Sarjana Pendidikan dari Universitas


Mulawarman yang sekarang mengajar di SD Merabu. Semangatnya
untuk mengajar di SD Merabu selalu berkobar, ditambah lagi dengan
kecintaannya kepada anak-anak dan remaja. Selain itu, beliau adalah
sosok yang sangat sabar dalam menghadapi anak-anak. Hal itu
terlihat saat bel masuk sekolah dibunyikan dan siswa-siswi masih
asik bermain di sekitar kampung. Mba Mar tak sungkan berkeliling
kampung dan memanggil mereka dengan halus untuk mengajak
mereka kembali belajar di kelas. Walaupun orang lapangan terkesan
tomboy, wanita yang satu ini terlihat anggun dengan seragam PNS
yang berwarna kecoklatan dan rok panjangnya yang sedikit terbelah

120
LAWALATA IPB 2015

di belakangnya. Sepatu pantofel dengan hak tidak terlalu tinggi


menambah keanggunannya.

Di hari libur, Mba Mar bersemangat membawakan seperangkat


bahan dari Tanjung Redeb untuk mempersiapkan pesta ulang tahun
kedua ponakannya. “Sekalian ada panggilan di Kantor TNC, saya
beli bahan-bahan untuk ulang tahun dua orang keponakanku.”, ucap
Mba Mar ketika kami berada dalam mobil menuju Kampung Merabu.
Dia sengaja membuat satu pesta, walaupun sebenarnya hari ulang
tahun kedua keponakannya jatuh pada tanggal yang berbeda, hanya
bulannya yang sama, alasannya adalah agar pesta tersebut lebih ramai
dan tidak membuang waktu. Mba Mar mendesain ruangan kantor
Kerima Puri dibantu oleh kawan-kawan kecilnya. Mereka meniup
balon serta menempelkan pita-pita dan hiasan lain. Ruangan bercat

Gambar 58 Wanita Asli Kampung Merabu bernama Mba Marjayanti

121
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 59 Ulang tahun keponakan Mba Mar yang dirayakan di kantor Kerima
Puri

hijau tersebut sontak menjadi penuh warna layaknya pelangi, seperti


hati mereka yang sedang berwarna menyambut pesta ulang tahun
Enjel yang berumur 2 tahun dan saudara lelakinya yang berumur 3
tahun.

Walaupun kontribusinya yang sudah banyak untuk Kampung


Merabu, Mba Mar tidak pernah membedakan diri dengan warga
lain. Dia gemar berkumpul dengan warga, bercerita segala sesuatu
entah hal yang ilmiah maupun sekedar memancing orang lain untuk
tertawa. Keramahannya membuat orang lain betah untuk berbincang

122
LAWALATA IPB 2015

dengannya. Kami pun sempat mandi bersama di sungai bersama


dengan warga lain. Dia terlihat sangat menikmati anugerah Tuhan
saat berenang gaya dada ke tengah sungai dan lalu di tengah beliau
terlentang sambil menutup matanya. Dia juga mencuci pakaian sambil
kembali berbincang dengan yang lain. Setelah itu, dia mengibaskan
rambut yang menempel ke lehernya dan naik dengan kain basahannya.
Aktivitas yang menyenangkan sore itu telah disudahinya.

Sayangnya pertemuan kami dengan Mba Mar tidak lama,


apalagi bagi tim pengambil data di hutan. Hanya beberapa hari saja
kami dapat bercengkerama dengannya namun kebahagiaan yang ia
berikan sangat membekas dalam hati kami. Air mata menetes dari
ujung mata kami ketika mobil penjemput telah bersiap mengantarkan
kami kembali ke Tanjung Redeb. Kami sangat terharu ketika melihat
mata Mba Mar yang mulai memerah sendu seakan ingin juga
menangis melepas tangannya dalam pelukan kami. Mba Mar telah
kami anggap sebagai kakak sendiri, yang memperhatikan kondisi,
kecukupan istirahat, makan, dan kesehatan kami selama di Kampung
Merabu. Beliau mengantarkan kami sampai di depan ketinting untuk
menyeberangi sungai dan menuju mobil di seberang. Kami saling
melambaikan tangan dan berpisah. Tidak menyangka bahwa waktu
berjalan begitu cepat.

Merabu Membangun Kebersamaan

Bermain Voli

Sore hari adalah waktu yang sangat kami tunggu. Karena


pada waktu tersebut kami dapat melihat aktivitas warga dalam
memainkan bola voli. Permainan bola voli diminati hampir semua
orang di Merabu. Permainan voli dilaksanakan untuk melepaskan
penat setelah bekerja seharian. Permainan ini menarik minat warga

123
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

untuk menontonnya sehingga di sekitar lapangan selalu ramai. Dari


jendela kamar yang berada di basecamp The Nature Conservacy
terlihat ibu-ibu yang menggendong anaknya, anak-anak bermain,
dan beberapa penjual menawarkan barang dagangannya. Ada
buah-buahan segar, es campur, maupun jajanan lainnya. Sembari
menonton para pemain, orang-orang bercengkerama satu sama lain.
Permainan bola voli selain untuk mengisi waktu luang, namun juga
sebagai olahraga. Kerja keras dan olahraga rutin membuat badan
para pemain voli terlihat kekar dan berotot.

124
LAWALATA IPB 2015

Mandi di Sungai

Selesai bermain voli, orang-orang biasanya langsung menuju


sungai untuk mandi dan mencuci baju. Salah satu pengalaman
menarik dirasakan salah satu anggota Tim Ekspedisi yaitu Hanif.
Dia mandi di sungai bersama anak-anak Kampung Merabu. Saat
itu dia merasa sangat ingin mandi di Sungai Lesan, namun kondisi
sungai banjir dan keruh karena hujan deras malam sebelumnya.
Hanif berbincang kepada Boby, anak berumur sepuluh tahun yang
memberitahukan jika Sungai Bu tidak akan keruh walaupun hujan
deras. Hanif pergi ke Sungai Bu untuk membuktikannya ditemani oleh
Boby dan sekitar sepuluh anak lain yang ikut. Sungai Bu membelah
hutan ditengah lebat Hutan Merabu. Dan benar saja sesampainya
di sana Sungai Bu terlihat sangat jernih. Melihat kondisi hutan yang
rimbun menjadikan air hujan yang mengguyur sungai tidak begitu

Gambar 61 Anak-anak sedang mandi dan bermain bersama di Sungai Bu

125
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

lebat karena tersaring oleh rimbunya hutan, juga didukung dengan


kondisi dasar sungai yang seluruhnya berbatu. Hanif dan anak-anak
itupun bermain air bersama di Sungai Bu.

Anak-anak Merabu sangat aktif dan ceria. Ada anak yang


melompat dari jembatan kayu di dekat sungai, ada yang menggoda
teman dengan mencipratkan air, ada yang takut berenang. Hanif
menggendong Sandy, anak laki-laki berumur 6 tahun yang terlihat
ketakutan walaupun sebenarnya ia sudah bisa berenang. Namun tak
lama kemudian, Sandy meloncat dari jembatan kayu dan berenang
ke arah teman-temannya. Nampak jelas raut wajahnya yang takut
dan ingin segera meraih tangan temannya. Ada juga anak kecil
yang dijuluki dengan sebutan si Batman yang juga takut berenang.
Hanif menggendong tubuh Batman ke dalam sungai agar dia dapat
merasakan segarnya sungai dan menghilangkan takutnya. Baru saja
mencelupkan diri, si Batman sudah panik dan ia memegang erat
tubuh Hanif. Terus-menerus teman-temannya berusaha membimbing
Batman menikmati sungai. Perlahan ia mulai tersenyum kegirangan
setelah rasa takut dan paniknya hilang.

Kebaikan Warga Merabu

Kepribadian yang baik selalu menonjol selama kami


berkegiatan bersama masyarakat Merabu. Sikap sopan, saling
menjaga perasaan, saling membantu, dan bekerjasama tercipta
secara alami. Kebersamaan, tanggung jawab sangat mereka junjung
tinggi. Itulah ilmu yang tidak kami dapatkan teorinya di bangku sekolah.

Ketika kami masih tinggal di hutan, tepatnya di sekitar Gua


Sedepan Bu, ada seorang pemuda Merabu bernama Daud yang
jatuh sakit. Badan Daud panas dan lemas. Dia susah untuk menelan
makanan. Jhonatan atau biasa disebut Bang Ndel, sang kakak
menawarkan makanan dan obat dengan lembut dan membujuk Daud
agar beristirahat. Dia juga memberikan air hangat dan tempat tidur

126
LAWALATA IPB 2015

Gambar 62 Warga Merabu hidup sderhana dan mengutamakan keramahan

yang nyaman untuk adiknya yang sakit. Sang kakak menawarkan diri
untuk mengantarkan adiknya pulang, namun sang adik masih ingin
berkegiatan di lapangan hingga selesai.

Warga Merabu juga sangat ramah terhadap orang yang


berkunjung. Mereka mengajak kami untuk berbaur bersama mereka
tanpa ada pemisahan. Dengan senang kami menerima ajakan
tersebut. Kami menikmati kebersamaan bersama mereka, apalagi
ketika berkegiatan di hutan dengan beberapa warga. Kami tidak
pernah bosan walaupun dalam keadaan lelah. Mereka mengajarkan
untuk selalu ceria. Mereka sangat memahami raut wajah setiap
orang. Ketika salah satu dari kami terlihat murung, mereka akan
mengajak kami untuk tersenyum dan saling memberi semangat.

127
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Mereka juga bisa menyesuaikan diri ketika saat harus serius, seperti
saat melaksanakan rapat briefing dan evaluasi. Kami saling memberi
komentar dan masukan. Hal inilah yang kurang dapat kami rasakan
ketika ada di dalam kelas. Hal yang susah didapatkan di luar sana
bisa kami dapatkan dengan kebersamaan yang sederhana.

Lebih menonjol lagi adalah kekompakan dalam memanfaatkan


dan melestarikan kekayaan yang mereka miliki. Misalnya hutan, yang
kemudian akan berpengaruh juga pada air dan, flora, dan fauna yang
terjaga kelestariannya. Kesejahteraan masyarakat pun akan tercipta.

Hal yang kami pelajari dalam keluarga di Merabu adalah


kebersamaan dan kesederhanaannya. Sebagian besar warga
tidak pergi kampung untuk bekerja di luar daerah untuk mencari
uang sebanyak-banyaknya. Mereka sudah merasa cukup sejahtera
dengan kehidupan di kampungnya. Siang hari orang tua bekerja,
malamnya berkumpul bersama, bercengkrama dengan anak-anak.
Di hari Minggu, keluarga bersama-sama beribadah di gereja untuk
senantiasa mengucap syukur dan selalu menjalin hubungan baik
dengan sesama umat.

Pendampingan The Nature Conservancy (TNC)

Warga sangat terbantu dengan adanya pendampingan


yang dilaksanakan The Nature Conservancy (TNC), salah satu LSM
yang beraktivitas di Kampung Merabu. TNC seringkali memberikan
pengetahuan kepada warga tentang pentingnya konservasi alam.
Warga semakin sadar untuk menjaga alamnya.

Saat ini TNC juga sedang mengusahakan berbagai macam


alat penelusuran gua yang nantinya akan diberikan kepada warga
Kampung Merabu yang sering beraktivitas di dalam gua untuk
mengambil sarang walet. Hal itu terbukti bahwa selain memperhatikan
kelestarian alam, TNC juga sangat memperhatikan keselamatan dan
kesejahteraan warga.

128
LAWALATA IPB 2015

Gambar 63 Pak Taufik Hidayat dari TNC yang banyak


membantu tim selama ekspedisi

129
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Bab 5

Walet dan Kehidupan Warga Merabu

Kehidupan warga Kampung Merabu dekat dengan walet,


karena kampung tersebut kaya akan keberadaan gua yang menjadi
habitat walet. Dulu, ada beberapa orang yang memiliki gua sendiri
sebagai penghasil sarang walet. Kemudian sempat beberapa saat
kepemilikan gua berada di tangan Pemerintah Daerah. Namun
sekarang, kepemilikan tersebut sudah tidak ada lagi. Gua di Kampung
Merabu telah menjadi hak milik umum. Namun ada satu gua yang
pengelolaannya menjadi hak perusahaan. Gua tersebut adalah Gua
Ranggasan yang dikelola oleh PT. Walesta. Hal tersebut menjadi salah
satu alasan warga Kampung Merabu memiliki pekerjaan memanen
walet. PT. Walesta menggunakan tenaga kerja dari berbagai kampung
di sekitar Kampung Merabu, mulai dari penjaga hingga pemanennya.

Di gua-gua di Kampung Merabu, dapat ditemukan tiga jenis


sarang walet, yaitu: sarang walet lumut, hitam, dan putih. Urutan harga
dari yang termahal adalah hitam, putih, lalu lumut. Selain jenis, kondisi
fisik sarang burung walet juga menentukan harga akhirnya. Harga
untuk sarang walet hitam adalah 2,5 juta rupiah dan putih adalah 8
juta rupiah. Gua Ranggasan adalah penghasil sarang walet hitam.

Warga Kampung Merabu adalah salah satu penyedia tenaga


kerja tinggi untuk PT. Walesta. Jumlah angkatan kerja terbesar adalah
berusia kisaran lima belas sampai tiga puluh tahun. Sebagian besar
dari mereka melaksanakan pekerjaan musiman yaitu sebagai tenaga
pemanen sarang walet yang dipekerjakan oleh PT. Walesta. Saat
tidak di waktu panen, Gua Ranggasan dijaga oleh polisi maupun TNI
agar terjaga keamanannya.

130
LAWALATA IPB 2015

Gambar 64 Sarang walet putih yang ditemukan tim di Gua Kabila

131
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Melaksanakan pemanenan walet di Gua Ranggasan bukanlah


hal yang mudah. Gua tersebut adalah sistem gua vertikal dengan
kedalaman kurang lebih 200 meter. Mereka harus menggunakan alat-
alat SRT (Single Rope Technique) yang harus mereka kuasai. SRT
adalah teknik yang dipergunakan untuk untuk menelusuri gua-gua
vertikal dengan menggunakan satu tali sebagai lintasan untuk naik dan
turun di medan-medan vertikal. Semua alat SRT mereka miliki sendiri.
Mereka sedikit demi sedikit mengumpulkan uang untuk membeli alat
SRT yang mahal tersebut. Mereka juga berlatih SRT secara otodidak.
Mereka memahami bahwa SRT adalah modal utama agar mereka
bisa mendapatkan pekerjan yang penuh tantangan tersebut. Pihak
perusahaan sendiri tidak memfasilitasi mereka berupa alat dan
pelatihan yang aman.

Lamanya pemanenan adalah lima sampai sepuluh hari


tergantung seberapa banyak walet yang dipanen. Dalam jangka waktu
tersebut pemanen tidak pernah sekalipun keluar dari sistem gua. Saat
makan dan istirahat mereka tidak pernah leaps dari sistem tali yang
terpasang. Dengan kondisi gua yang lembab, tubuh mereka harus
siap untuk pekerjaan tersebut. Lengah sedikit maka resiko terjadi hal
yang buruk akan semakin besar.

Sebenarnya pekerjaan tenaga kerja yang digunakan tidak


hanya untuk memanen sarang walet, tetapi juga ada bagian logistik.
Tugasnya adalah memberikan bantuan logistik seperti memasak
dan mengirimkan makanan ke dalam gua. Pegiriman logistik biasa
menggunakan ransel dengan bobot tiga puluh kilogram bahkan lebih.
Wajar saja, karena kebutuhannya memang sangat banyak.

Pendapatan dari pekerjaan memanen walet adalah dengan


sistem bagi hasil. Pendapatan setiap panen tidak menentu. Waktu
kami melakukan ekspedisi di sana, dalam sekali panen, mereka bisa

132
LAWALATA IPB 2015

mendapatkan uang sebesar Rp10.000.000 sampai Rp15.000.000.


Meskipun pekerjaan memanen sarang walet beresiko besar, para
pekerja tidak memiliki asuransi. Jika terjadi kecelakaan, tidak ada
jaminan yang pasti. Kecelakaan pernah beberapa kali terjadi dan
tindak lanjut dari perusahaan sangat minim. Korban maupun keluarga
korban hanya diberikan uang ganti rugi dan santunan yang kecil.

Para pekerja pernah meminta untuk dibuatkan asuransi


namun perusahaan menolaknya. Suatu saat ketika perusahaan
menerima tawaran, justru kembali menawar bahwa perusahaan
mau untuk tawaran pembuatan asuransi bagi setiap pekerja, namun
dengan syarat sistem bagi hasil diubah menjadi sistem gaji. Jelas saja
warga tidak mau, karena gaji yang ditawarkan jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan sistem bagi hasil.

Sebelum melaksanakan pemetaan, terlebih dahulu kami


melakukan survei gua. Saat itu, kami menemukan sarang walet dan
warga yang mendampingi kami bersedia mengambilkannya hanya
sekedar untuk mengobati rasa penasaran kami. Ternyata sarang walet
yang kami temukan ini berjenis lumut. Saat kami coba, teksturnya
seperti karet dan dan rasanya sedikit asin. Memang seharusnya
sarang walet ini diolah terlebih dahulu, seperti makanan olahan sarang
walet yang biasa dijual dengan harga mahal oleh beberapa restoran
di kota-kota besar.

Burung walet yang memiliki nama latin Collosalia fuciphaga


dan Collocalia maxima memiliki keistimewaan yang sangat membantu
kehidupan manusia. Keunikannya adalah menghasilkan air liur yang
dapat dikonsumsi. Ada banyak alasan manusia mengkonsumsi
makanan maupun minuman hasil olahan sarang walet. Beberapa
alasannya adalah meningkatkan stamina tubuh, obat awet muda,
melancarkan peredaran darah dan saluran pernafasan, dan mengobati
berbagai penyakit, seperti: batuk kronik, paru-paru, panas dalam,
kanker, bahkan AIDS (Aquired Immuno Deficiency Syndrome).

133
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Untuk mendapatkan sarang walet diperlukan perjuangan


lebih. Apalagi cara pengambilnya yang langsung dari alam yaitu di gua.
Sebagian besar warga Kampung Merabu masih menggantungkan
sebagian sumber pendapatannya dari sarang walet. Proses
pengambilan sarang walet yang sulit tersebut, menjadikan harga
akhir yang harus dibayar konsumen relatif tinggi. Selain karena
pengambilannya yang susah, harga mahal juga dikarenakan hasil
panen yang tidak menentu jumlah dan selang waktunya.

Dengan harga tinggi tersebut, banyak pihak yang tertarik


untuk menghasilkan sarang walet sendiri dan membangun gedung-
gedung besar sebagai rumah walet, seperti yang banyak terjadi di
daerah Ketapang, Kalimantan Barat. Namun kualitas sarang walet
yang dihasilkan akan sangat berbeda dengan sarang walet yang
dihasilkan secara alami dalam ekosistem gua.

Di Kampung Merabu yang kaya dengan gua, warga tidak


perlu mengembangbiakkan walet di dalam gedung. Mereka cukup
menjaga ekosistem gua agar sarang walet yang dihasilkannya tetap
memiliki kualitas dan kuantitas yang baik.

134
LAWALATA IPB 2015

135
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

136
LAWALATA IPB 2015

Bab 6

Penutup

Harapan Masa Depan Merabu dan Ekspedisi Lawalata IPB

Ekspedisi Tanah Borneo memberikan pengalaman yang


tidak dapat kami lupakan. Tim ekspedisi yang kuat dan kompak
mendapatkan banyak pembelajaran dari pengalaman perjalanan
panjang ke Kampung Merabu. Di sanalah kami dapat meilihat kondisi
sebuah kampung yang dihuni warga yang bersatu menuju masa
depan yang lebih baik. Mereka selalu mengutamakan musyawarah
dan mufakat dari setiap isu dan permasalahan demi masa depan yang
diharapkan tersebut. Dari perjalanan ini juga, kami belajar memahami
satu sama lain dalam sebuah tim ekspedisi dan hubungannya dengan
pihak di luar kami. Satu hal yang paling penting adalah kita percaya
bahwa niat baik akan terbalas baik, dan sebuah doa yang tulus adalah
salah satu kekuatan untuk meyakinkan Tuhan ketika kami akan
melakukan suatu hal. Selalu belajar dan berlatih merupakan kunci
keberhasilan kami.

Kampung adalah salah satu harapan besar untuk kemajuan


sebuah negara. Pertanian, perkebunan, dan hutan yang berada
di kampunglah yang dapat memberi kehidupan bagi warga kota.
Saat ini, kota identik dengan kepadatan penduduk tinggi yang sulit
untuk menjadikan lahannya menjadi tempat untuk bertani, berkebun,
bahkan sekedar hutan kota. Dari sudut ke sudut, kota telah dipenuhi
bangunan-bangunan sebagai tempat tinggal dan tempat bekerja
warga perkotaan. Warga kota tidak bisa makan jika tidak ada hasil
pertanian, peternakan, dan perkebunan dari kampung atau desa.
Dengan kearifan yang dimiliki, banyak kampung dan masyarakatnya

137
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

telah mengelola sumberdaya alam secara lestari untuk memenuhi


kebutuhannya sendiri bahkan mendukung kebutuhan perkotaan.
Kampung Merabu adalah salah satu kampung yang dapat
menyediakan keperluan warga kota seperti Tanjung Redeb. Salah
satunya adalah hasil hutannya berupa kayu yang nantinya dapat
digunakan sebagai bahan utama pembuatan perabotan dan furnitur
yang banyak dibutuhkan di kota.

Kearifan lokal warga Kampung Merabu harus tetap terjaga


keberadaannya sampai kapanpun. Budaya dan nilai-nilai kehidupan
yang diturunkan oleh tetua-tetua Kampung Merabu sebaiknya
diterapkan oleh generasi penerus Kampung ASIK tersebut. Kebiasaan
yang dilakukan bertujuan tetap menjaga kelestarian alam. Terjaganya
alam terutama hutan Kampung Merabu menentukan kelangsungan
hidup warga di sana karena mereka bergantung dengan alamnya.
Selain itu dengan terjaganya hutan, potensi wisata alam akan bisa
dikembangkan. Jika Hutan Merabu rusak, Telaga Nyadeng tidak
akan memiliki air jernih yang melimpah, Sungai Lesan dan Sungai Bu
tidak akan memiliki debit air yang tinggi yang dapat digunakan untuk
perjalanan dengan ketinting, dan madu juga tidak dapat dihasilkan
dari hutan. Tidak hanya warga Merabu yang wajib melestarikan
kearifan ini, tapi juga kita semua.

Pendidikan di Kampung Merabu harus lebih ditingkatkan. Di


Kampung Merabu, hanya ada satu Sekolah Dasar. Jumlah pemuda
Kampung Merabu yang cukup besar namun sebagian besar hanya
memiliki ijazah SD saja. Akan lebih baik jika di sana terdapat sekolah
lanjutan yaitu SMP bahkan SMA. Hal itu akan memudahkan warga
mendapatkan pendidikan formal, tidak perlu jauh-jauh ke daerah
lain seperti ke Wahau ataupun Kelay, bahkan Tanjung Redeb. Kami
mendukung jika Pemerintah Kabupaten Berau dapat mewujudkan
keinginan warga untuk mendirikan sekolah menengah di Kampung
Merabu. Warga pun tidak perlu jauh untuk menempuh pendidikan
formal sampai ke Tanjung Redeb.

138
LAWALATA IPB 2015

Seminar Ekspedisi Merabu

Tim Ekspedisi Merabu mengadakan seminar untuk


menyampaikan hasil ekspedisi kepada khalayak luas. Kami ingin
segala sesuatu yang kami dapatkan juga dirasakan oleh orang lain.
Seminar ini dilakukan pada tanggal 22 September 2014, sekaligus
merayakan hari ulang tahun Lawalata IPB yang ke-40 pada tanggal
21 September 2014.

Seminar ini dihadiri oleh anggota LAWALATA IPB, mahasiswa


IPB, perwakilan mahasiswa pecinta alam Bogor dan sekitarnya, serta
tamu undangan sekaligus pembicara atau pengisi materi. Para tamu
undangan yang hadir menyambut baik niatan kami untuk berbagi
pengalaman. Bagi sebagian peserta seminar, materi tentang karst
yang diberikan oleh pemateri adalah sesuatu yang baru. Mereka
juga terlihat antusias mengikuti jalannya semiar dan memiliki rasa
penasaran yang tinggi, sehingga banyak pertanyaan yang dilontarkan.
Salah satu yang membuat peserta tertarik adalah pameran koleksi
foto perjalanan Ekspedisi Tanah Borneo dan beberapa koleksi foto
lain yang mengingatkan kegiatan yang dilakukan LAWALATA IPB
sebelumnya.

139
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

140
LAWALATA IPB 2015

Daftar Pustaka

KEMENDIKBUD. 2008.Kamus Besar Bahasa Indonesia.


[Internet] www.kbbi.web.id. Diakses pada Januari 2015

Martin, Ricky. 2014. Rahasia Warna Manik-Manik Dayak.


Kompas, 24 Desember 2014.

BPS. Kabupaten Berau dalam angka 2013.

“___”. “Mengenal Jenis-Jenis Tarian Suku Dayak”.


http://carapedia.com/mengenal_jenis_jenis_tarian_
suku_dayak_info4199.html (diakses tanggal 13 Januari
2015)

Alloy, Sujarni dkk. 2008. Keberagaman Subsuku dan Bahasa


Dayak. Pontianak : Institut Dayakologi.

141
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

142
LAWALATA IPB 2015
Pihak Pendukung Ekspedisi

Ekspedisi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan


dukungan pihak-pihak berikut ini.
Himpunan Alumni IPB(HA-IPB)
Himpunan Alumni IPB (HA-IPB) adalah
organisasi yang menghimpun seluruh alumni
Institut Pertanian Bogor. HA-IPB membantu
banyak hal untuk kegiatan ekspedisi kami,
terutama HA-IPB di Samarinda yang saat ini
diketuai oleh Pak Kurnia. HA-IPB memberikan
kami fasilitas selama di Samarinda, membantu akomodasi,
transportasi serta konsumsi dari Balikpapan sampai Berau dan
sebaliknya. Para alumni di HA-IPB memperlakukan kami dengan
sangat baik seperti orang tua dengan anak-anaknya. Merekalah
yang menjadi orangtua kami selama kami di sana dan jauh
dari orang tua kandung kami. Kami mengucapkan banyak
terimakasih pada Bapak Kurnia, Bapak Hardi, Mas Rama, serta
masih banyak lagi yang lain yang kebaikannya akan selalu
terkenang di hati kami dan Lawalata IPB.

Gambar 65 Foto tim bersama PakKurnia dan Pak Hardi dari Himpunan Alumni
Kaltim IPB

143
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

The Nature Conservacy (TNC)


The Nature Conservancy (TNC) adalah
LSM internasional yang bergerak di
bidang konservasi alam. TNC memiliki
beberapa cabang kantor yang tersebar di
negara termasuk Indonesia, salah satunya berada di Kampung
Merabu. TNC sangat membantu kelancaran ekspedisi kami,
melalui bantuan dari Pak Bambang, Pak Taufik, dan Pak
Max. Pihak TNC memberikan kami informasi awal mengenai
Kampung Merabu, memberikan tempat tinggal selama kami
melaksanakan pengambilan data di Kampung Merabu dan juga
membantu kami lebih dekat dengan masyarakat. Saat ini, TNC
Merabu masih terus mendampingi warga Merabu.

Forest Watch Indonesia (FWI)


Forest Watch Indonesia merupakan
organisasi jaringan pemantau hutan
independen yang terdiri dari individu-
individu dan organisasi-organisasi yang
memiliki komitmen untuk mewujudkan
proses pengelolaan data dan informasi
kehutanan kehutanan di Indonesia yang
terbuka dan dapat menjamin pengelolaan
sumberdaya hutan yang adil dan
berkelanjutan.FWI telah banyak
memberikan saran dan dukungan moriil yang sangat berarti
kepada anggota tim selama proses persiapan sampai dengan
pasca ekspedisi. FWI juga banyak memberikan ilmu dan
membantu kelengakapan alat-alat penelitian kami terutama
untuk kajian di hutan.

144
LAWALATA IPB 2015

United Tractors (UT)


United Tractors adalah perusahaan yang
bergerak di bidang distributor alat berat
Komatsu di Indonesia. Dalam ekspedisi
Merabu, UT adalah pihak yang sangat
membantu memberikan kami penginapan
selama di Tanjung Redeb, Berau. Mereka
mengajarkan kami bagaimana sebuah
aturan harus benar-benar ditaati, segala kegiatan yang
dilaksanakan harus sesuai prosedur dan jika tidak maka hal
yang fatal akan terjadi. Pekerjaan mereka harus teratur karena
pekerjaan mereka berhubungan erat dengan alat berat sehingga
memiliki resiko yang tinggi. Secara tidak langsung, kebiasan itu
juga menular kepada kami.

Gambar 66 Foto tim bersama United Tractor

145
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo
Pemerintah Daerah Kabupaten Berau
Pemerintah Kabupaten Berau yang
dipimpin oleh Bapak Makmur HAPK
juga turut membantu kelancaran
kegiatan kami. Mereka sangat
mendukung dalam upaya-upaya
Kampung Merabu sebagai desa rendah
emisi serta kampung yang berbasis
wisata. Pemerintah Daerah Kabupaten
Berau memberikan bantuan kepada
kami berupa akomodasi menuju ke Kampung Merabu.
Ketika kami mengungkapkan akan menelusuri potensi karst
yang berada di Kampung Merabu, Dinas Pariwisata sangat
menyambut dan langsung di dihubungkan dengan Bupati.
Bantuan dari Pemerintah Kabupaten dan Dinas Pariwisata
sangat membantu dalam kelancaran kegiatan kami. Akomodasi
dari Berau ke Merabu dan sebaliknya telah ditanggung oleh
mereka.

Gambar 67 Foto tim bersama Bupati Berau, Bapak Makmur HAPK dan
Kepala Dinas Pariwisata

146
LAWALATA IPB 2015

Kontributor Ekspedisi

Viedela AK
Nama(Nama Lapangan) : Viedela AK
(Nyong)
Tempat, Tanggal Lahir : Banjarnegara,
6 Juli 1995
Fakultas/Departemen : Fakultas
Ekonomi dan Manajemen/
Manajemen
Posisi Tim Ekspedisi : Tim
Pemetaan Gua
Email : veviedelaak@
gmail.com
Twitter : @viedela_ve
Sebuah perjalanan panjang yang kami impikan akhirnya terjadi.
Perkampungan yang menyimpan banyak hal, mulai dari histori hingga
rencananya di masa depan. Di Merabu, kami merasa asyik layaknya slogan
Merabu ASIK. Saya sendiri belajar banyak dari mereka, tentang bertahan
hidup, harga-menghargai sesama, dan tolong-menolong. Selain itu saya
belajar langsung di dalam kegelapan di dalam gua, dalam rimbun hutan
Merabu, dan ilmu terus mengalirseperti Sungai Lesan.Banyak harapan yang
saya dengar dari bisikan hati kecil warga Merabu. Bayangan seakan selalu
memanggilku untuk satu hal tersebut. Semoga suatu saat saya bisa kesana
lagi dengan status dan peran yang berbeda untuk ikut mengembangkan
Kampung Merabu.

147
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Hanif Ibrahim Arkan

Nama (Nama lapangan): Hanif


Ibrahim Arkan (Kudeta)
Tempat, Tanggal Lahir : Cilacap, 13
Mei 1995
Departemen / Fakultas : Ilmu
Produksi dan Teknologi Peternakan/
Fakultas Peternakan
Posisi Tim Ekspedisi : Tim sosial
pedesaan
Kesan saya selama melakukan ekspedisi saya analogikan sebagai
orang memancing. Adakala sangat terasa membosankan, menyebalkan,
mengesalkan saat menunggu. Sama seperti saat-saat mempersiapkan
ekspedisi, membutuhkan waktu yang lama dan kadang hanya berkutat pada
hal yang sama saja tapi minim hasil. Adakala merasa surprise dan penuh
luapan kegembiraan saat menarik ikan yang sudah tersangkut kail. Sama saat
seperti melakukan eksepedisi, banyak pengamalan baru yang tak terduga
menghampiri, tentu banyak pelajaran baru pula yang dipelajari, semua ceria
begitu berarti dan tak terlupakan bagi saya. Begitu pulang mememancing
senang juga karena membawa ikan hasil pancingan, sama seperti pulang
ekspedisi yang membawa banyak kenangan.

Ira Khoerunisa
Nama (Nama lapangan): Ira
Khoerunisa (Ubus)
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 4
Agustus 1994
Departemen / Fakultas : Paramedik
Veeteriner/ Diploma
Posisi Tim Ekspedisi : Tim analisis
vegetasi
Email : @Khiraas

148
LAWALATA IPB 2015

Kalimantan merupakan pulau impian yang ingin saya kunjungi.


Setelah melalui banyak perbincangan dan pertimbangan, Kampung
Merabulah yang terpilih sebagai tempat belajar kami. Banyak hal yangkami
dapatkan, namun saya merasa ada satu hal yang menjadi penghambat
komunikasi kami dengan keluarga adalah sinyal ketika kami berada di
kampung yang nyaman itu. Hal tersebut menjadi pendorong kami untuk
semakin dekat satu sama lain tanpa alat perantara. Harapannya warga
Kampung Merabu tetap berkembang walaupun akses sinyalnya kurang
memadai.

Sheila Kharismadewi
Nama (Nama lapangan): Sheila
Kharismadewi (Semprit)
Tempat, Tanggal Lahir : 27 Oktober
1995
Departemen / Fakultas : Biologi/
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Posisi Tim Ekspedisi : Tim
penginventarisasi biota gua
Email :
sheilasilitonga@lawalataipb.org
Twitter :
@sheilasemprit
Ekpsedisi ini memberi saya banyak pembelajaran. Dan usaha kami
berhasil membawa kami melihat Kampung Merabu dankami merasa puas.
Disanalah saya melihat sisi lain kehidupan, sisi lain Indonesia yang belum
pernah saya lihat sebelumnya. Disana, saya menyadari bahwa Indonesia
adalah sebuah negara yang begitu luas, berbeda, dan membuat saya semakin
cinta. Kata orang manusia itu harus hijrah, berpindah, atau setidaknya
melihat ‘dunia’ luar. See out of the box, out of the comfort zone.

149
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Andayani Oerta Ginting


Nama (Nama lapangan): Andayani
Oerta Ginting (Bedur)
Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 10
januari 1995
Departemen / Fakultas : Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata/
Fakultas Kehutanan
Posisi Tim Ekspedisi : Tim sosial
pedesaan
Twitter :
@andayanioertaa
Bisa mengikuti Ekspedisi tanah Borneo ke Kampung Merabu merupakan
sesuatu yang sangat menakjubkan bagi saya. Di sana saya bisa bertemu
dengan orang-orang yang luar biasa, panorama alamnya yang indah penuh
pesona, dan melakukan petualang di Merabu dengan teman-teman dan
membawa nama Lawalata membuat saya bangga. Saya ingin setiap orang
bisa merasakan serunya berkespedisi.

Raycel Sunkar Tarigan


Nama (Nama lapangan): Nama Raycel
Sunkar Tarigan (Belalang)
Tempat, Tanggal Lahir : Bogor, 20
november 1995
Departemen / Fakultas : Proteksi
Tanaman / Fakultas Pertanian
Posisi Tim Ekspedisi : Tim sosial
analisis vegetasi
Email :
Raycel66ical@gamil.com
Tiada resiko dan pengorbanan dalam melakukan ekspedisi namun
selama semua dilakukan sesuai dengan maksud yang tulus dan sederhana.
Ekspedisi tersebut akan menjadi kenangan indah yang patut untuk kami
banggakan.

150
LAWALATA IPB 2015

Sherly Gustia Nivo

Nama (Nama lapangan): Sherly Gustia


Nivo (Waluh)
Tempat, Tanggal laLir : Agam 4
agustus 1995
Departemen / Fakultas : Geofisika
dan Meteorologi/ Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam
Posisi Tim Ekspedisi : Tim Analisis
Vegetasi
Ekspedisi Tanah Borneo ini merupakan ekspedisi pertama yang saya
lakukan. Dalam prosesnya, kami berdekatan dengan batu sandungan.Itulah
yang membuat kami semakin kuat dan tertantang untuk menjalani ekspedisi
ini.Kekuatan kami menjadi salah satu hal yang saya banggakan. Hal yang
paling saya ingat adalah ketika kami sempat tidak punya dana untuk
transportasi kembali ke Bogor tapi berkat usaha dari tim ekspedisi, tim
pendamping, dan senior Lawalata yang lainnya kami berhasil menyelesaikan
ekspedisi ini dan sampai di Bogor dengan selamat hingga akhirnya seminar
hasil ekspedisi kami pun terlaksana.Semoga ekspedisi berikutnya semakin
luar biasa dan dapat mengharumkan nama LAWALATA IPB.

Aziz Fardhani Jaya


Nama (Nama lapangan): Aziz
Fardhani Jaya (Karat)
Tempat, Tanggal lahir : Indramayu,
01 juli 1995
Departemen / Fakultas : Pemanfaatan
Sumberdaya Perikanan/ Fakultas
Perikanan dan Kelautan
Posisi Tim Ekspedisi : Tim
pemetaan gua
Twitter : @Azzfrdhni

151
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Saya sangat terkesan ketika bisa berekspedisi untuk yang pertama


kalinya. Melakukan ekspedisi ke tanah besar Kalimantan. Jika mengingatnya,
ada rasa ingin kembali mengunjungi Kampung Merabu. Saya bangga bisa
menjadi anggota Lawalata. Mahasiswa tingkat I sudah bisa berekspedisi yang
pada saat itu mahasiswa lain (bukan anggota Lawalata) sibuk liburan yang
kurang menantang. Di sini membuat saya menemukan gaya hidup saya.
Dengan proses yang panjang, susah dan senang saya jalani bersama teman-
teman. Saya ingin yang lain juga dapat mencoba dan merasakan sendiri
dalam sebuah ekspedisi.

Akbar Habibie

Nama (Nama lapangan): Akbar


Habibie (Koprol)
Tempat, Tanggal Lahir : 24 Agustus
1995
Departemen / Fakultas : Ilmu
dan Teknologi Kelautan/ Fakultas
Perikanan dan Kelautan
Posisi Tim Ekspedisi : Tim
Pemetaan Gua
Email : akbarhbb@
lawalataipb.org
Twitter : @akbhabibie
Kesan yang sangat indah ketika aku menghirup oksigen Kampung
Merabu. Sejuk, tenang, damai, bagaikan surga dunia, aku merasa hidup di
dimensi yang berbeda. Mengenal pak Franly Oley yang memiliki kesamaan
darah Manado, kedekatan selama di kampung dengan masyarakat Merabu
membuatku nyaman berada disana, rasanya aku ingin mengenalkan
mereka pada keluargaku di Bogor. Mba Mar dan Pak Heri orang cukup
akrab denganku, Mba Mar seperti kakaku, tempat aku bercerita tentang
kehidupanku di Bogor dan keluarga pak Heri sudah aku anggap seperti
keluargaku disana. Ramah, itu kata yang cocok untuk masyarakat Merabu.
Aku berharap, bisa melihat mereka kembali terutama senyum bahagia
mereka. Merabumu, Merabuku, membuat kita jadi satu

152
LAWALATA IPB 2015

Kasrizal
Nama (Nama lapangan): Kasrizal
(Komor)
Tempat, Tanggal Lahir : Tanjung
Alam, 12 Oktober 1994
Departemen / Fakultas : Teknologi
Pangan/ Fakultas Teknologi Pertanian
Posisi Tim Ekspedisi : Tim
dokumentasi
Twitter : @soekasrizal

Tinggal di sebuah kampung memang bukanlah hal baru buat


saya karenasayadilahirkan di sebuah kampung. Tapi tinggal di kampung
dengan jarak tempuh 4 jam dari kota dan aksesnya hanya jalan tanah tanpa
ada jembatan untuk menyebrangi sungai selebar seratus meter adalah hal
baru buat saya. Walaupun Kampung Merabu berada jauh dipedalaman
Kalimantan, tapi kampung ini memiliki pikiran yang maju mengenai
kondisi alam ke depannya. Menurut saya, mereka lebih modern daripada
warga kota yang tidak peduli dengan lingkungannya. Masyarakat modern
adalah masyrakat yang bisa memanfaatkan sumber daya alam tanpa harus
merusaknya. Pernah tinggal dan hidup di Kampung Merabu adalah catatan
kehidupan yang sulit saya hapus.

Husnizon Fajri Lesuik

Nama (Nama lapangan): Husnizon


Fajri Lesuik (Bakel)
Tempat, Tanggal lahir : Lintau, 26
Mei 1995
Departemen / Fakultas : Teknik Sipil
dan Industri/ Fakultas Teknologi
Pertanian
Posisi Tim Ekspedisi : Tim
penginventarisasi biota gua
Twitter : @aji_lesuik

153
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Ekspedisi adalah suatu hal yang tidak mudah untuk dilakukan.


Perjuangan dan pengorbanan harus kami lakukan dengan sungguh-
sungguh. Banyak proses yang kami lewati bersama saudara seangkatan
seperjuangan. Terkadang perselihan dan pertengkaran sering menguji kami
selama proses ini berlangsung. Tak ada yang bisa menyangkal bahwa dalam
menjalani suatu proses pasti ada kendala yang akan dihadapi. Saya bangga
dengan keberhasilan kami yang bisa menyelesaikan kegiatan ekspedisi ini
sampai tuntas. Saya berharapakan ada ekspedisi yang akam kami lakukan
bersama lagi. Dengan berbagai kajian, dan cerita menarik lainnya.

Bahrul Septian Dwi Cahyo


Nama (Nama lapangan): Bahrul
Septian Dwi Cahyo (Oge)
Tempat, Tanggal Lahir : 5 September
1992
Departemen / Fakultas : Konservasi
Sumberdaya Hutan dan Ekowisata/
Fakultas Kehutanan
Posisi Tim Ekspedisi : Pendamping
Email :
bahrulseptian@lawalataipb.org
Twitter :
@bahrulseptiandc
Saya sangat terkesan ketika bergabung dalam Ekspesisi Tanah
Borneo di Kampung Merabu sebagai pendamping tim ekspedisi. Hal
tersebut saya renungkan ketika duduk di Puncak Ketepu. Di sanalah saya
bisa mersakan kampung yang mandiri, berdaulat atas wilayahnya, dan arif
dengan alamnya. Sampai saat ini rasanya jiwa saya masih damai bersama
Kampung Merabu ASIK. Saya harap saya bisa ke sana lagi membawa teman-
teman yang lain, agar mereka merasakan betapa betahnya di kampung
tersebut.

154
LAWALATA IPB 2015

Jane Surya
Nama (Nama lapangan): Jane Surya
(Japun)
Departemen / Fakultas : Teknologi
Pangan/ Fakultas Teknologi
Pertanian
Tempat, Tanggal Lahir : 7 Agustus
1995
Email : alexandra.
janesurya@hotmail.com
Twitter : @jenjenHA
Semenjak dilantik menjadi Anggota Muda Lawalata IPB, kami selalu
dibayang-bayangi oleh Studi Lapangan Aanggota yang kami sebut Ekspedisi.
Hal tersebut terjadi akibat cerita menarik dari para angota Lawalata lainnya.
Walaupun pada akhirnya saya tidak berkesempatan ikut dalam acara,
namun saya sudah bisa merasakan bagaimana kerasnya usaha teman-teman
seangkatan untuk mensukseskan ekspedisi kami. Dan memang keringat
mereka tidak sia-sia. Walaupun dengan anggota yang tidak lengkap, mereka
sukses melaksanakan SLA sesuai dengan keinginan mereka.

155
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Yosafat Gustav Tangel


Nama (Nama lapangan): Yosafat
Gustaav Tangel (Tihang)
Tempat, Tanggal lahir : Bogor, 10
Agustus 1995
Departemen / Fakultas : Sains
Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat/ Fakultas Ekologi
Manusia
Posisi Tim Ekspedisi : Tim sosial
pedesaan
Email :
gustaavyosafat@gmail.com
Twitter :
@GustaavTangel

Kesan yang sangat indah ketika aku menghirup oksigen Kampung


Merabu. Sejuk, tenang, damai, bagaikan surga dunia, aku merasa hidup di
dimensi yang berbeda. Mengenal pak Franly Oley yang memiliki kesamaan
darah Manado, kedekatan selama di kampung dengan masyarakat Merabu
membuatku nyaman berada disana, rasanya aku ingin mengenalkan
mereka pada keluargaku di Bogor. Mba Mar dan Pak Heri orang cukup
akrab denganku, Mba Mar seperti kakaku, tempat aku bercerita tentang
kehidupanku di Bogor dan keluarga pak Heri sudah aku anggap seperti
keluargaku disana. Ramah, itu kata yang cocok untuk masyarakat Merabu.
Aku berharap, bisa melihat mereka kembali terutama senyum bahagia
mereka. Merabumu, Merabuku, membuat kita jadi satu.

156
LAWALATA IPB 2015

Lampiran Gambar

Gambar 68 Foto Diagram profil hutan plot 1 sekitar Gua Bloyot

157
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 69 Diagram profil hutan plot 1 sekitar Gua Bloyot

158
LAWALATA IPB 2015

Gambar 70 Foto Diagram profil hutan plot 4 sekitar Gua Lubang Tembus

159
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 71 Foto PetaGua Bloyot

160
LAWALATA IPB 2015

Peta Gua Tembus

Skala 1 : 1000
EN

ENTRANCE
TR
AN
CE
Grade 4B BCRA

cs

Legenda

Aziz Fardhani Jaya


Viedela A. K.
Akbar Habibie

Gambar 72 Foto Peta Gua Lubang Tembus

161
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

Gambar 73 Foto Peta Gua Sedepan Bu

162
LAWALATA IPB 2015

163
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

164
LAWALATA IPB 2015

xiii, xiv, 66, 73, 92, 93, 94, 95,


Index
75, 84, 85, 86, 96, 97, 98, 99,
103, 105 100 A
Guano 76, 78, 84, 85 Entrance 73 Afeksi 3
Guide 12 Aven xiii, 73, 75
G
Gunung Kulat 13, 22
Gua ix, x, xii, xiii, xiv, B
H
14, 19, 20, 22, Bunga Inu iv, ix, xii,
Hutan x, xiii, 12, 41, 23, 42, 43, 66, 19, 20, 21, 22
43, 55, 56, 60, 69, 71, 72, 73,
C
62, 63, 64, 66, 75, 76, 77, 80,
68, 67, 80, 94, 82, 83, 84, 85, cap tangan ix, xii, 20,
98 86, 89, 56, 68, 21, 22, 23, 69,
72, 73, 74, 101, 71
I
102, 103, 105,
D
Ikan xiii, 68, 86, 94, 106
95, 96, 97, 101, Gua Bloyot ix, x, xii, Dayak 10
104 xiv, 19, 20, 22, Dayak Basab 13
Informasi vii, ix, xii, 23, 42, 43, 66, Dayak Lebo 10, 22,
xiii, 4, 5, 14, 21, 71, 72, 82, 101, 38, 62
26, 32, 33, 69, 102 Diskusi 3
70, 62, 88 Gua Ranggasan 56,
E
K 72, 74
Gua Sedepan Bu x, Ekspedisi 4, iii, iv, vi,
Karst 14, 70, 89, 91, xiii, xiv, 19, 66, viii, ix, x, xi, xii,
100, 104, 105, 73, 76, 77, 80, 1, 2, 3, 4, 5, 6,
108, 81, 90 84, 85, 86, 89, 9, 35, 40, 43,
Kendala 4, 5, 98 68, 102, 106 44, 66, 98, 67,
Kerima Puri ix, xii, xiii, Lubang Tembus x, 79, 81, 87, 91,

165
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

O 15, 16, 17, 18, 26, 37, 38, 39,


19, 20, 21, 22, 40, 64, 62, 63,
Ornamen 6, 69
23, 24, 25, 26, 64
Flowstone xiii, 76
27, 28, 29, 30, Ketinting xiii, 87, 90,
P 31, 32, 33, 34, 91, 94, 95, 97,

Payau 63 35, 36, 37, 38, 99, 100, 65, 80

Pondok xii, 19, 61, 39, 40, 41, 42, Ketua Adat 13, 18

67, 68 43, 44, 45, 46, Komunikasi 3, 96, 100

PT. Walesta 56, 72 48, 49, 50, 51, Konflik 53


52, 53, 55, 56,
S L
60, 62, 63, 64,
Sarang walet 66, 86, 65, 66, 67, 68, Liang x, xiii, 14, 17,

56, 57, 70, 72, 69, 70, 71, 73, 82, 83

74, 75, 76 78, 79, 83, 89, Logistik 4, 5, 74

sSolid 2 90, 94, 95, 96, Lubang x, xiii, xiv, 66,


97, 98, 99, 100, 73, 75, 79, 84,
T 85, 86, 103, 105
101, 104, 105,
Tarian ix, xii, 38, 46, 108, 56, 57, 58, M
48, 49, 51, 83 59, 61, 62, 63,
transportasi ix, xii, xiii, 64, 65, 67, 68, Mandau 64, 68

3, 4, 5, 6, 7, 35, 69, 70, 72, 76, Manik-manik 48, 50,

87, 99, 57, 87, 79, 80, 81, 88, 51

95 89, 90, 91, 93, Mapulu 10, 17, 18,

Tuak 18 94, 96, 97, 98, 30, 53

100 Merabu 4, iii, iv, v, vi,


V vii, viii, ix, x, xi,
Merapun 10, 15, 16,
Verbal 3 17, 53 xii, xiii, 1, 2, 3,

Mitos 19 6, 7, 8, 9, 10,

modernisasi 49 11, 12, 13, 14,

166
LAWALATA IPB 2015

Daftar Singkatan
AIDS = Acquired Immune SRT = Single Roop Technique
Deficiency Syndrome TNC = The Nature Conservancy
AM =Anggota Muda TNI = Tentara Nasional Indonesia
ASIK = Aman, Sehat, Indah, UT = United Tractors
Kreatif WITA = Waktu Indonesia Tengah
BPS = Badan Pusat Statistik 4WD = four-wheel drive
FGD = Focus Group Discussion
FWI = Forest Watch Indonesia
GPS = Global Positioning System
Humas = Hubungan Masyarakat
IPB = Institut Pertanian Bogor
KBBI = Kamus Besar Bahasa
Indonesia
KRL = kereta rel listrik
KTP = Kartu Tanda Penduduk
L-IPB = LAWALATA IPB
LSM = Lembaga Swadaya
Masyarakat
MPCA = Masa Pembinaan Calon
Anggota
Pemda = Pemerintah Daerah
Pemilu = Pemilihan Umum
PKK = Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga
Puskesmas = Pusat Kesehatan
Masyarakat
SD = Sekolah Dasar
SDA =Sumber Daya Manusia
SLA = Studi Lapangan Anggota
SMA =Sekolah Menengah Atas
SMP = Sekolah Menengah
Pertama

167
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

168
LAWALATA IPB 2015

169
Karst Merabu Serpihan Surga Rima Puri Tanah Borneo

170

Anda mungkin juga menyukai