Anda di halaman 1dari 23

SIE.

KESEHATAN
(Pemeriksaan Status Index Masa Tubuh pada Lansia)

Tanggal : 19 - 20 Agustus 2019


Tempat : UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Waktu : 08.00 - 16.00
Kegiatan : Pemeriksaan status nutrisi lansia

A. Latar Belakang
Dengan adanya usia harapan hidup yang semakin meningkat, jumlah penduduk
berusia lanjut juga semakin meningkat. Menurut Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun
2010-2035 oleh Badan Pusat Statistik Tahun 2013, diprediksikan terdapat peningkatan
usia harapan hidup penduduk Indonesia (pria dan wanita) dari 70,1 tahun pada periode
2010-2015 menjadi 72,2 tahun pada periode 2030-2035. Hal ini didukung dengan
adanya peningkatan masyarakat yang berusia 65 tahun ke atas dari 5,0 persen menjadi
10,6 persen pada tahun 2010. Meningkatnya jumlah penduduk berusia lanjut
menyebabkan terjadinya pergeseran gerontologis dalam bidang kesehatan dan
meningkatnya masalah kesehatan lansia sebagai akibat dari perubahan berbagai fungsi
tubuh termasuk karena masalah gizi buruk pada lansia.

Status nutrisi memiliki dampak utama terhadap timbulnya penyakit dan hendaya
pada usia lanjut. Perubahan-perubahan pada lansia menyebabkan peningkatan
kerentanan usia lanjut untuk terkena penyakit kronis, yang dapat dicegah atau
diperlambat perjalanan penyakitnya antara lain dengan pemberian nutrisi yang adekuat.
Kecenderungan pola diet saat ini di negara yang sedang berkembang adalah memiliki
diet tinggi lemak yang semakin menambah risiko penyakit kronik. Namun, masalah
kurang gizi pada lansia, antara lain: Kurang Energi Protein Kronis (KEP), anemia, dan
kekurangan zat gizi mikro lain juga banyak ditemukan. Pada saat yang sama, perubahan
sosial dan demografi menempatkan usia lanjut pada risiko ketidakamanan makanan dan
malnutrisi. Masalah gizi yang sering terjadi pada lanjut usia yaitu masalah gizi berlebih
(obesitas) dan masalah kurang gizi. Di Indonesia, angka kejadian masalah gizi. pada
lansia cukup tinggi, sekitar 31% untuk masalah kurang gizi dan 1,8% untuk masalah
gizi berlebih. Tingginya masalah gizi pada lansia memerlukan adanya skrining dan
asesmen untuk mengetahui status gizi lansia dengan tujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat dicegah melalui pemberian nutrisi yang adekuat. Untuk itu
kami tertarik untuk melakukan scrining gizi pada lansia di UPTD Griya Werda
Jambangan.

B. Tujuan
Setelah dilakukan pemeriksaan status nutrisi, diharapkan lansia yang
mengalami mal nutrisi dapat diberikan intervensi untuk memperbaiki status
nutrisinya.

C. Plan Of Action
Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/
Keberhasilan Tempat
Resiko Setelah Pemeriksaan 1. Lansia ikut Seluruh Senin 19
deficit dilakukan status nutrisi berpartisipasi lansia di Agustus
nutrisi pemeriksaan dalam kegiatan UPTD 2019 dan
status nutrisi, pemeriksaan Griya selasa 20
diharapkan nutrisi Werdha Agustus
lansia yang 2. Status nutrisi Jambang 2019
terdokumentasi
mengalami an
kan.
mal nutrisi Pukul:
dapat 08.00-
diberikan 16.00
intervensi WIB
untuk
memperbaiki Tempat:
status ruang
nutrisinya. kamar
lansia
Griya
Werdha
Jambang
an
Surabaya

D. Rencana Startegis
a. Pemeriksaan status nutrisi
b. Pengukuran IMT
E. Tindakan
1. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Sie. Kesehatan dan Kepala panti
dalam rencana pelaksanaan kegiatan.
2. Menyiapkan peralatan dan tempat.
3. Pelaksanaan kegiatan
4. Evaluasi
F. Susunan Acara
PJ
No. Waktu Kegiatan KegiatanPeserta
Pelaksanaan
Penjelasan Memperhatikan Mahasiswa
1 08.00–08.05
singkat
Pelaksanaan
pemeriksaan Mengikuti
2 08.05-10.00 Mahasiswa
status nutrisi dan kegiatan
pengukuran IMT

G. PENGORGANISASIAN
Penanggung Jawab : Zahrotul Fitria Suryawan
Pelaksana : Mahasiswa kelompok periode IV yang dinas

H. Sasaran
Lansia UPTD Griya Werdha Jambangan meliputi lansia mandiri, parsial, dan
total care
I. Media
Media yang digunakan kuisioner status nutrisi, metline
J. Metode
a. Wawancara
b. Pengukuran IMT
K. Tindakan
1. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Sie. Kesehatan dan Kepala panti
dalam rencana pelaksanaan kegiatan.
2. Mendata lansia yang mengalami penyakit diabetes mellitus
3. Skrining kesehatan: pengukuran IMT
4. Pelaksanaan kegiatan
SIE. KESEHATAN
(PENGECEKAN KESEHATAN GULA DARAH)

Hari/Tanggal : Selasa, 22 Agustus 2019


Tempat : UPTD Panti Werdha Jambangan
Waktu : shift pagi dan siang
Kegiatan : Observasi gula darah pada lansia

A. Latar Belakang
Proses menua menimbulkan suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan

fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki

kerusakan yang di derita.(Maryam, Siti. 2008).

Penyakit darah tinggi atau hipertensi pada lansia adalah penyakit tekanan darah

batas atas (systole) lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah bawah (diastole) lebih

dari 90 mmHg (Maryam, 2008). Hipertensi tidak memiliki keluhan dan tanda gejala

yang khas, karena itulah disebut silent killer. Hipertensi merupakan penyebab

kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberculosis, yakni mencapai 6,7% dari

populasi kematian padda semua umur di Indonesia, bahkan fakta membuktikan

bahwa satu dari empat penderita tidak mengetahui jika mereka mendderita

hipertensi. Hipertensi sering dianggap kondisi normal pada orang tua dan lansia.

Padahal tidak demikian faktanya penyakit hipertensi sangat berbahaya dan

mengakibatkan orang meninggal dunia karena penyakit hipertensi ddan

komplikasinya (Dewi & Familia, 2010).

Menurut beberapa ahli, pengobatan nonfarmakologis sama penting dengan

pengobatan farmakologis, dan bahkan akan lebi menguntungkan terutama bagi

penderita hipertensi ringan. Pada penderita hipertensi ringan, pengobatan


nonfarmakologis kadang dapat mengendalikan atau menurunkan tekanan darah

sehingga pengobatan secara farmakologis tidak diperlukan atau sekurangnya

ditunda. Namun pada kondisi ketika obat antihipertensi sangat diperlukan, maka

pengobatan nonfarmakologis dapat dijadikan sebagai pelengkap sehingga

menghasilkan efek pengobatan yang lebih baik (Junaedi dkk., 2013).

B. Tujuan
Setelah dilakukan skrining kesehatan: Pengecekan kadar gula darah diharapkan
lansia di panti werdha dapat meningkatkan dan mempertahankan kestabilan gula
darahnya.
C. Tindakan
Terlampir dalam SOP (Standar Operasional Prosedur)
D. Plan Of Action
Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/
Keberhasilan Tempat
Resiko 1. Mencegah 1. Screening 1. Lansia Lansia Selasa,
ketidaksta adanya kesehatan: berpartisipa UPTD 20
bilan peningkatan Pengecekan si dalam Griya Agustus
kadar gula darah kadar gula skrining Werdha 2019
glukosa abnormal darah gula darah Jambang
darah 2. Mengetahui 2. Dapat an
jumlah lansia ditemukan
Wisma-
yang lansia yang
mengalami mengalami Wisma
peningkatan peningkata Lansia
gula darah n gula
3. Dapat darah
melakukan 3. Kadar gula
perencanaan darah
kesehatan dalam
untuk tubuh lansia
menurunkan berada
gula darah dalam batas
normal
E. Rencana Startegis
Skrining kesehatan: Pengecekan kadar gula darah

F. Tindakan
5. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Sie. Kesehatan dan Kepala panti
dalam rencana pelaksanaan kegiatan.
6. Mendata lansia yang mengalami penyakit diabetes mellitus
7. Skrining kesehatan: Pengecekan kadar gula darah
8. Pelaksanaan kegiatan
G. Pengorganisasian kelompok
1. PJ umum : Choirina Nur Azizah
2. Fasilitator : Seluruh mahasiswa P3N FKp Unair periode IV
H. Sasaran
Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan
I. Media
Alat pemeriksaan gula darah
SIE KESEHATAN
PEMBERIAN REBUSAN TERAPI REBUSAN TEMULAWAK

Hari/tanggal : Mulai Rabu 21 Agustus 2019 sampai selasa 27 Agustus 2019


Tempat : wisma masing-masing lansia
Waktu : pukul 20.00 WIB
Kegiatan : minum air rebusan temulawak 200 cc setiap kali minum

J. Latar belakang

K. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal


tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari
suatu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi
arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan
dinding arteri (Udjianti WJ, 2011). Sebagai faktor predisposisi dari
hipertensi esensial adalah penuaan, riwayat keluarga, asupan lemak jenuh
atau natrium yang tinggi, obesitas, ras, gaya hidup yang menuntut sering
duduk dan tidak bergerak, stress, merokok (Kowalak JP, Welsh W, Mayer B,
2011).
L. Tekanan darah normal untuk kebanyakan orang dewasa berkisar di antara
120/80 mmHg. Namun, tekanan darah bukan sebuah kondisi yang menetap
alias mandek. Tekanan darah bisa bervariasi setiap waktu tergantung dari
banyak hal, mulai dari aktivitas apa yang Anda lakukan saat ini, makanan
yang Anda makan, waktu pengukurannya, hingga usia. Penyakit hipertensi
pada lansia akan meningkatkan risiko terserang stroke di kemudian hari.
Kondisi ini juga meningkatkan peluang untuk mengalami kerusakan
ginjal, penyakit jantung, dan banyak masalah kesehatan serius lainnya
apabila Anda tidak bisa mengelola tekanan darah dengan baik. Hipertensi
atau tekanan darah tinggi adalah penyakit umum di kalangan lansia. Bahkan
menurut National Heart, Lung, dan Blood Institute, orang-orang paruh baya
berisiko hingga 90% mengalami hipertensi di masa senjanya nanti.Oleh
karena itu, banyak dokter sekarang menetapkan kisaran tensi 140/90 mmHg
untuk orang yang lebih tua. Untuk membantu mencapai target ini, dokter
bisa meresepkan obat tekanan darah yang mulai digunakan perlahan dan
meningkat secara bertahap. Ini dilakukan untuk menghindari reaksi
penurunan tekanan darah mendadak (hipotensi).
Penatalaksanaan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Penalataksanaan hipertensi yaitu secara farmakologi dan non farmakologi.
Penatalaksanaan farmakologi yaitu dengan obat-obatan anti hipertensi. Dalam
laporan Duthie dan Katz menjelaskan bahwa penggunaan tersebut, dapat
menimbulkan beberapa kerugian, antara lain efek samping, efek ketergantungan,
tingginya biaya dan masalah lainnya yang semakin memperberat pasien lansia.
Selain itu, penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi lebih efektif
menurunkan tekanan darah dibandingkan hanya dengan terapi farmakologi
(Hidayat, 2010) Penatalaksanaan non farmakologi yaitu mengurangi stres,
penurunan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga, membatasi
mengkonsumsi alkohol, natrium dan rokok, modifikasi diet makanan,
menghentikan kebiasaan merokok (Kowalski, 2010). Selain itu, penatalaksanaan
non farmakologi yang lain yang dapat dilakukan dengan terapi komplementer.
Beberapa terapi komplementer yang sudah sering digunakan untuk menurunkan
tekanan darah, antara lain terapi rebusan temulawak
M. Tujuan
Setelah dilakukan pemberian air rebusan temulawak kering selama 7 hari
diharapkan tekanan darah lansia dapat menurun.
N. Plan of Action
Masa Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/tempat
lah keberhasilan
Resik Setelah dilakukan Minum Setelah Lansia di Rabu 21
o pemberian air air pemberian UPTD Agustus 2019
penur rebusan temulawak rebusan air rebusan Griya sampai selasa
unan selama 7 hari temulawa temulawak, Werdha 27 Agustus
curah diharapkan tekanan k diharapkan Jambangan 2019
jantu darah lansia dapat tekanan yang Minum 1x
ng menurun. darah lansia tekanan pukul 20.00
menurun darahnya WIB
tinggi
Tempat di
wisma masing-
masing lansia

O. Rencana strategis
a. Memberikan air rebusan temulawak
P. Tindakan
1. Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Sie Kesehatan dan Kepala
pantidalam rencana pelaksanaan kegiatan
2. Menyiapkan peralatan dan tempat
3. Pelaksanaan kegiatan
4. Evaluasi
Q. Pengorganisasian kelompok
3. PJ umum : Yeane Fiorola Ire
4. Fasilitator : Seluruh mahasiswa P3N FKp Unair periode IV
R. Sasaran
Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan yang tekanan darahnya tinggi
S. Media
Air rebusan temulawak, gelas
T. Metode
Minum air rebusan temulawak secara rutin.
U. Langkah-langkah membuat rebusan daun salam dan jahe
Tujuan:
1. Untuk menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi
Persiapan alat:
1. Temulawak kering 1,5 kg
2. Gula merah 1 kg
3. 60 gelas air mineral
4. Pengaduk Kayu
Cara Pembuatan

Cuci temulawak 0.5 kg dengan air tawar sampai bersih, potong kecil kecil
±1-2 cm, rebus air dan masukan temulawak kedalam 6 L air, rebus selama
±2-5 menit, tunggu sampai air menyusut hingga 3 L. setelah itu tambahkan
gula merah 0.3 kg aduk, angkat dan tuangkan kedalam wadah dengan
disaring. Minumkan air rebusan temulawak secara rutin setiap hari selama
7 hari untuk mendapatkan manfaat yang maksimal.
SIE KESEHATAN
SENAM HIPERTENSI
Hari/tanggal : Minggu 25 Agustus 2019
Tempat : Graha Werdha Jambangan
Waktu : 10.00 sd 12.00 WIB
Kegiatan : Senam Hipertensi pada lansia hipertensi

A. Latar belakang

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan abnormal


tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu
periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole
membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri
(Udjianti WJ, 2011). Sebagai faktor predisposisi dari hipertensi esensial adalah
penuaan, riwayat keluarga, asupan lemak jenuh atau natrium yang tinggi, obesitas,
ras, gaya hidup yang menuntut sering duduk dan tidak bergerak, stress, merokok
(Kowalak JP, Welsh W, Mayer B, 2011).
Tekanan darah normal untuk kebanyakan orang dewasa berkisar di antara
120/80 mmHg. Namun, tekanan darah bukan sebuah kondisi yang menetap alias
mandek. Tekanan darah bisa bervariasi setiap waktu tergantung dari banyak hal,
mulai dari aktivitas apa yang Anda lakukan saat ini, makanan yang Anda
makan, waktu pengukurannya, hingga usia. Penyakit hipertensi pada lansia akan
meningkatkan risiko terserang stroke di kemudian hari. Kondisi ini juga
meningkatkan peluang untuk mengalami kerusakan ginjal, penyakit jantung, dan
banyak masalah kesehatan serius lainnya apabila Anda tidak bisa mengelola
tekanan darah dengan baik. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah penyakit
umum di kalangan lansia. Bahkan menurut National Heart, Lung, dan Blood
Institute, orang-orang paruh baya berisiko hingga 90% mengalami hipertensi di
masa senjanya nanti.Oleh karena itu, banyak dokter sekarang menetapkan kisaran
tensi 140/90 mmHg untuk orang yang lebih tua. Untuk membantu mencapai target
ini, dokter bisa meresepkan obat tekanan darah yang mulai digunakan perlahan
dan meningkat secara bertahap. Ini dilakukan untuk menghindari reaksi
penurunan tekanan darah mendadak (hipotensi).
Penatalaksanaan diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Penalataksanaan hipertensi yaitu secara farmakologi dan non farmakologi.
Penatalaksanaan farmakologi yaitu dengan obat-obatan anti hipertensi. Dalam
laporan Duthie dan Katz menjelaskan bahwa penggunaan tersebut, dapat
menimbulkan beberapa kerugian, antara lain efek samping, efek ketergantungan,
tingginya biaya dan masalah lainnya yang semakin memperberat pasien lansia.
Selain itu, penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi lebih efektif
menurunkan tekanan darah dibandingkan hanya dengan terapi farmakologi
(Hidayat, 2010) Penatalaksanaan non farmakologi yaitu mengurangi stres,
penurunan berat badan, meningkatkan aktivitas fisik dan olahraga, membatasi
mengkonsumsi alkohol, natrium dan rokok, modifikasi diet makanan,
menghentikan kebiasaan merokok (Kowalski, 2010). Selain itu, penatalaksanaan
non farmakologi yang lain yang dapat dilakukan dengan terapi komplementer.
Beberapa terapi komplementer yang sudah sering digunakan untuk menurunkan
tekanan darah, antara lain senam hipertensi.

B. Tujuan

Setelah dilakukan kegiatan senam hipertensi, maka lansia mampu


mempraktikan kegiatan tersebut.

C. Mekanisme
Senam hipertensi mampu mendorong jantung bekerja secara optimal, dimana
olahraga mampu meningkatkan kebutuhan energi oleh sel, jaringan dan organ
tubuh, dimana akibatnya dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga
menyebabkan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung
sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah
arteri meningkat akan terlebih dahulu, dampak dari fase ini mampu menurunkan
aktivitas pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktivitas saraf simpatis
menurun, setelah itu akan menyebabkan kecepatan denyut jantung menurun,
volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena penurunan ini
mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total,
sehingga terjadinya penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).
D. Manfaat
- Menurunkan tekanan darah
- Melemaskan pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun
- Aktifitas syaraf dan hormon tertentu menurun

E. Prosedure Senam Hipertensi

A.) Persiapan
a. Persiapan Klien
1.) Klien diberi tahu tindakan yang akan dilakukan
2.) Klien dalam posisi berdiri
3.) Klien di ukur tekanan darah
b. Persiapan Lingkungan
1.) Ruangan yang tenang dan kondusif
2.) Ruangan yang cukup luas
3.) Pelaksanaan Simulasi senam hipertensi dengan tahapan:
B.) Pelaksanaan
a. Gerakan Pemanasan
1) Tekuk kepala ke samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang sama
dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan
sisi lain.
2) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lemaskan dan relaksasikan tangan
dengan menggetarkannya.
3) Jalan ditempat selama 2x 8 hitungan
b. Gerakan Inti
1) Menepuk kedua telapak tangan sebanyak 2x 8 hitungan
2) Menyilangkan jari-jari tangan kanan dengan kiri sebanyak 2x 8 hitungan
3) Membenturkan ujung jari-jari tangan kanan dengan kiri sebanyak 2x 8
hitungan
4) Menepuk jari kelingking kanan dengan kiri dengan telapak tangan
menghadap keatas sebanyak 2x 8 hitungan
5) Menepuk ibu jari kanan dengan kiri dengan telapak tangan menghadap
bawah sebanyak 2x 8 hitungan
6) Menepuk nadi pergelangan sampai ke nadi lipatan siku sebanyak 2x 8
naik turun, tangan kanan dan kiri
7) Menepuk lengan atas sebanyak 2x 8 hitungan
8) Menepuk lengan bawah sebanyak 2x 8 hitungan
9) Salam kedepan
10) Tangan didepan dan meremas jari (mengepal) sebanyak 2x 8 hitungan
11) Menepuk perut sebanyak 2x 8 hitungan
12) Menepuk pinggang sebanyak 2x 8 hitungan
13) Menepuk paha sebanyak 2x 8 hitungan
14) Menepuk betis sebanyak 2x 8 hitungan
15) Berjinjit 2x 8 hitungan
c. Pendinginan
1) Kedua kaki dibuka selebar bahu, lemaskan dan relaksasikan tangan
dengan menggetarkannya.
2) Jalan ditempat selama 2x 8 hitungan
3.) Terminasi
C. Evaluasi
1) Menanyakan perasaan klien setelah mengikuti senam hipertensi.
2) Memberi pujian atas keberhasilan klien.
3) Mengukur tekanan darah klien.
D. Rencana tindak lanjut
Menganjurkan klien melaksanakan senam hipertensi minimal 30 menit dan
dilakukan seminggu tiga kali.

F. Plan of Action
Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/tempat
keberhasilan
Pusing Setelah dilakukan Senam Lansia Lansia di Minggu 25
(hipertensi kegiatan senam hipertensi peserta dapat UPTD Agustus 2019
hipertensi selama melakukan Griya
2x, maka lansia senam Werdha Tempat di
dengan hipertensi hipertensi Jambangan lapangan dan
dapat melakukan secara dengan ruang makan
senam hipertensi mandiri hipertensi griya wredha
secara mandiri jambangan
dengan hasil
menurunkan
tekanan darah
secara non
farmakologis

G. Rencana strategis
Melakukan senam hipertensi
H. Tindakan
- Berkoordinasi dan bekerjasama dengan Sie Kesehatan dan Kepala pantidalam
rencana pelaksanaan kegiatan
- Menyiapkan peralatan dan tempat
- Pelaksanaan kegiatan
I. Evaluasi
a. Pengorganisasian kelompok
PJ umum : Yeane Fiorola Ire
Fasilitator : Seluruh mahasiswa P3N FKp Unair periode IV
b. Sasaran
Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan yang tekanan darahnya tinggi
c. Metode
Demonstrasi senam hipertensi
SIE KESEHATAN
TERAPI MODALITAS LANSIA
MENANAM TANAMAN HIDROPONIK
Hari/tanggal : Sabtu 24 Agustus 2019 sd selesai
Tempat : Taman Graha Werdha Jambangan
Waktu : Shift pagi dan sore
Kegiatan : Menanam tanaman hidroponik
A. Latar belakang

Penuaan adalah apa yang membuat "tua tidak sebaik baru" dan ketika laju
kegagalan meningkat bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit,
lemah, dan kadang sekarat (Gavrilov, 2004). Aging atau penuaan secara praktis
dapat dilihat sebagai suatu pemurunan fungsi biologik dari usia kronolog. Aging
tidak dapat dihmdarkan dan berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dani
susunan genetik sescorang, lingkingan dan gaya hidup, sehingga agingdapat
terjadi lebih dini atau lambat terganfung kesehatan masimg masing individu
(Fowler, 2003).
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan
kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan
fisiologik (kehilangan fimgsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan
penyakit (Fowler, 2003). Semakin tua usia seseorang, semakin menurun pula
kualitas hidup mereka. Mulai dari tampilan fisik, kemampuan fungsi tubuh,
semakin mudah terpapar penyakit, hingga berkurangnya kemampuan untuk
berktivitas secara maksiımal. Kecanyakan para lansia (manusia lanjut usia)
menghabiskan sisa umunya wn tuk betsantai menkmati hidup berkumpul dengan
keluarga tercmta. Namun tidak sedikit pula lansia yang menghabiskan sisa umur
mereka di tempat penampungan para lansia (Panti Wardha).

Menurut Darmadjo dam Martono (1999), panti werdha adalah sebuah


intitusi hunian bersama untuk para lanjut usia, yang secara fisik masih dan
kesehatan masih bisa mandiri, dimana kebutuhan para penghuni panti disiapkan
oleh pengurus panti. Hidup di sebuah panti werdha bagi setiap orang mempunyai
kesan yang berbeda-beda, ada yang berpendapat bahwa tinggal di panti werdha
serasa unggal dinumah, pendapat lain mengatakan tinggal di panti werdha sepert
di penjara, keluarga jarang menjenguk, dan hidup sendirian. Berdasarkan
pemyataan diatas, kelompok akan melakukan kegiatan terapi modalitas berkebun
lansia. Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakoukan untuk mengisi waktu
luang bagi lansia teruiama pada lansia yang merasa kesepian di pari werdha. Pada
kali ini penulis akan melakuan terapi modalitas dengan terapi berkebun pada
lansia. Kegiatan ini dilakukan untuk mengisi waktu luang lansia serta
menangkatkan kerja sama antara lansia dipanti werdha.

B. Tujuan

Setelah dilakukan kegiatan terapi modalitas menanam tanaman hidroponik,


diharapkan dapat meningkatkan kognitif lansia dan mengurangi nyamuk di area
graha wredha jambangan.

C. Manfaat tanaman Hidroponik


Hidroponik adalah lahan budidaya pertanian tanpa menggunakan
media tanah, seingga hidroponik merupakan aktivitas pertanian yang
dijalankan dengan menggunakan air sebagai medium untuk menggantikan
tanah. Sehingga sistem bercocok tanam secara hidroponik dapat
memanfaatkan lahan yang sempit.

D. Plan of Action
Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/tempat
keberhasilan
Sindroma Setelah dilakukan Menanam Lansia Lansia di Sabtu 24
lansia kegiatan terapi tanaman mampu UPTD Agustus 2019 sd
modalitas berkebun hidroponi melakukan Griya selesai
diharapkan lansia k kegiatan Werdha
dapat meningkatkan terapi Jambangan Tempat di
kognitif modalitas dengan taman griya
sampai tuntas status wredha
mandiri jambangan
dan
mampu

E. Rencana strategis
- Menanam tanaman hidroponik
F. Tindakan
- Menanam tanaman hidroponik
G. Evaluasi
a. Pengorganisasian kelompok
PJ umum : Zahrotul Fitria Suryawan
Fasilitator : Seluruh mahasiswa P3N FKp Unair periode IV
b. Sasaran
Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan yang mandiri dan mampu
c. Media
Bak dari plastik, bibit sayur, air, nutrisi
d. Metode
Terapi modalitas berkebun pada lansia dengan didampingi mahasiswa
SIE KESEHATAN
ROM DAN KOMPRES AIR HANGAT PADA KLIEN BEDREST DAN
KAKU SENDI

Hari/tanggal : Senin 19 Agustus 2019 sd Kamis 29 Agustus 2019


Tempat : Lapangan Graha Werdha Jambangan
Waktu : 07.00-09.00 WIB
Kegiatan : ROM dan kompres air hangat lansia bedrest dan kaku sendi

A. Latar belakang

Penuaan adalah apa yang membuat "tua tidak sebaik baru" dan ketika laju
kegagalan meningkat bersamaan dengan peningkatan usia, orang menjadi sakit,
lemah, dan kadang sekarat (Gavrilov, 2004). Aging atau penuaan secara praktis
dapat dilihat sebagai suatu pemurunan fungsi biologik dari usia . Aging tidak
dapat dihindarkan dan berjalan dengan kecepatan berbeda, tergantung dani
susunan genetik sescorang, lingkingan dan gaya hidup, sehingga agingdapat
terjadi lebih dini atau lambat terganfung kesehatan masimg masing individu
(Fowler, 2003).
Lansia tua ditandai salah satunya adalah kaku sendi yang merupakan
penyakit yang umum terjadi pada masyarakat dari kelompok lansia. Selain faktor
usia, banyak hal yang mempengaruhi percepatannya, nyeri sendi muncul karena
banyaknya lansia yang tidak bisa mengontrol gaya hidupnya (Kurnia, 2015).
Masalah umum yang dialami oleh lansia adalah perilaku dalam mencegah
terjadinya kaku sendi. Banyak lansia yang menganggap kaku sendi adalah hal
yang sepele. Mereka tidak memperhatikan gaya hidupnya, seperti pola makan,
latihan fisik yang tepat atau rutin melakukan olah raga dan menjaga berat badan
agar tetap ideal, bahkan kebanyakan lansia khususnya laki-laki masih banyak
yang merokok, sehingga banyak dari mereka mengalami kaku sendi (Sapnudin,
2015). Penyakit ini dikatakan dapat terjadi pada siapa saja, namun kemunculan
dan keparahan masih bisa dicegah dengan beberapa langkah perubahan pada gaya
hidup, diantaranya perubahan pada gaya hidup tanpa olahraga, dan penyakit
stroke yang berkelamaan dan usia yang sudah sangat tua (Kurnia, 2015).
Data terbaru dari hasil screening oleh mahasiswa P3N Fakultas
Keperawatan Universitas Airlangga di Graha Wredha Jambangan, didapatkan data
yaitu terdapat 19 lansia yang mengalami bedrest total, 16 diantaranya mengalami
kontraktur dan kelemahan ekstremitas. Oleh karena itu, kelompok mengambil
intervensi kegiatan Range of Motion (ROM) dan kompres air hangat pada
persendian lansia tersebut.
Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk
mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan massa
otot dan tonus otot (Potter & Perry, 2006). ROM Aktif yaitu gerakan yang
dilakukan oleh seseorang (pasien) dengan menggunakan energi sendiri.
Selain itu salah satu terapi komplementer yang digunakan untuk mengurangi
nyeri dan kaku sendir adalah dengan teknik relaksasi dan distraksi. Selain itu juga
ada cara lain yaitu dengan kompres hangat dan dingin yang bertujuan untuk
menstimulasi permukaan kulit yang mengontrol nyeri (Prasetyo, 2010). Kompres
hangat dan dingin dapat menghilangkan nyeri dan meningkatkan proses
penyembuhan panas lembab menghilangkan kekakuan pada pagi hari akibat
arthritis, tetapi kompres dingin mengurangi nyeri akut dan sendi dan kaku sendi
yang mengalami peradangan akibat penyakit tersebut (Potter & Perry, 2005).
Pada dasarnya, kompres hangat memberikan rasa hangat untuk memenuhi
kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau
mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.
Kompres hangat dapat digunakan untuk mengurangi maupun meredakan rangsang
pada ujung saraf atau memblokir arah berjalanya impuls nyeri menuju ke otak
meradang (Tamsuri & Hareni, 2011). Kompres hangat sebagai metode yang
sangat efektif untuk mengurangi kaku otot, ligamen maupun tendon. Panas dapat
disalurkan melaui konduksi (bantalan panas). Panas dapat melebarkan pembuluh
darah dan dapat meningkatkan aliran darah dan merilekskan otot dan ligamen
(Potter & Perry, 2005).
B. Tujuan
Setelah dilakukan ROM dan kompres hangat, diharapkan lansia yang
mengalami bedrest total dan kontraktur & kelemahan ekstremitas dapat di gerakan
sesuai arah gerak sendi dengan lancar dan tidak nyeri.
1) Plan of Action
Masalah Tujuan Kegiatan Indikator Sasaran Waktu/tempat
keberhasilan
Berdrest Setelah dilakukan ROM Sendi dan Lansia di Senin 19
total ROM dan kompres pasif dan ekstremitas UPTD Agustus 2019 sd
disertai hangat, diharapkan kompres dapat Griya Kamis 29
kontraktur lansia yang hangat digerakan Werdha Agustus 2019
dan mengalami bedrest dengan baik Jambangan
kelemahan total dan kontraktur tanpa adanya dengan Tempat di
sendi dan & kelemahan nyeri sendi status lapangan griya
ekstremitas ekstremitas dapat di bedrest wredha
gerakan sesuai arah total dan jambangan
gerak sendi dengan kaku
lancar dan tidak persendian
nyeri.

2) Rencana strategis
- Mengeluarkan lansia dari wisma agar rileks
- Melakukan ROM pasif
- Melakukan kompres hangat pada persendian
3) Tindakan
- Melakukan ROM pasif
- Melakukan kompres hangat pada persendian
4) Evaluasi
a. Pengorganisasian kelompok
PJ umum : Choirina Nur Azizah
Fasilitator : Seluruh mahasiswa P3N FKp Unair periode IV
b. Sasaran
Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan yang bedrest total disertai
kontraktur dan kelemahan ekstremitas.
c. Media
Handscoon, air hangat 38-40oC, baskom, perlak, washlap

d. Metode
Aplikasi kegiatan ROM pasif dan kompres air hangat

Anda mungkin juga menyukai