ANGINA LUDWIG
DISUSUN OLEH :
Rahma Luthfa Annisa G99172137
PEMBIMBING :
Dr. drg. Risya Cilmiaty AR, M.Si, Sp.KG
ANGINA LUDWIG
1
BAB I
PENDAHULUAN
Angina Ludwig paling banyak diderita oleh pasien berumur 20-60 tahun,
dengan dominansi pada laki-lakiyaitu 3:1 hingga 4:1. Tingkat mortalitas Angina
Ludwig sebelum dikenalnya antibiotik dapat mencapai angka 50% dari seluruh
kasus yang dilaporkan, seiring dengan perkembangan antibiotik, perawatan yang
lebih baik, serta tindakan yang lebih cepat dan tepat, saat ini angka kematiannya
hanya 8%.4
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Gambar 1. Ruang submaksilar dibatasi oleh m. mylohyoid, m. hyoglossus,
dan m.styloglossus.8
4
Gambar 2. Anatomi dari ruang submandibular 8
B. Definisi
Angina Ludwig atau yang biasa disebut dengan Angina Ludovici
merupakan suatu selulitis difusa akut yang parah dan menyebar dengan
cepat ke jaringan sekitar, sehingga mengakibatkan suatu kegawatan dan
berpotensi menyebabkan kematian. Angina Ludwig melibatkan ruang
submandibula, sublingual, dan submentalis secara bilateral. Umumnya
infeksi Angina Ludwig berasal dari infeksi gigi yang tidak ditangani dengan
baik, paling sering disebabkan oleh bakteri Streptococcus viridans dan
Staphylococcus aureus, juga kelompok bakteri anaerob lainnya.1, 2
Angina Ludwig pertama kali dikenalkan oleh Wilhelm Fredrick von
Ludwig pada tahun 1836 sebagai selulitis gangrene yang progresif yang
berasal dari area submandibular.2
C. Epidemiologi
Kebanyakan kasus Angina Ludwig terjadi pada individu yang sehat.
Kondisiyang menjadi faktor risiko yaitu diabetes mellitus, neutropenia,
alkoholisme, anemiaaplastik, glomerulonefritis, dermatomiositis, dan lupus
eritematosus sistemik. Umunya, pasien berusia antara 20-60 tahun, tetapi
ada yang melaporkan kasus initerjadi pada rentang usia 12 hari sampai 84
tahun.5
Angina Ludwig paling banyak diderita oleh pasien berumur 20-60
tahun, dengan dominansi pada laki-lakiyaitu 3:1 hingga 4:1. Tingkat
5
mortalitas Angina Ludwig sebelum dikenalnya antibiotik dapat mencapai
angka 50% dari seluruh kasus yang dilaporkan, seiring dengan
perkembangan antibiotik, perawatan yang lebih baik, serta tindakan yang
lebih cepat dan tepat, saat ini angka kematiannya hanya 8%.4
D. Etiologi
Penyebab paling umum adalah penyakit gigi di geraham bawah,
terutama yang kedua dan ketiga yang menyumbang lebih dari 90% kasus.
Setiap infeksi atau cedera yang baru terjadi di daerah tersebut dapat
menyebabkan pasien menderita angina Ludwig. Beberapa etiologi yang
umum meliputi cedera atau laserasi pada dasar mulut, fraktur mandibula,
cedera lidah, penindikan mulut, osteomielitis, intubasi traumatis, abses
peritonsillar, sialadenitis submandibular, dan kista tiroglosus yang
terinfeksi. Faktor predisposisi meliputi diabetes, keganasan oral, karies gigi,
alkoholisme, malnutrisi, dan status immunokompromis.
Penyebab lain dari angina Ludwig adalah odontogenik. Lebih
khususnya infeksi molar kedua dan ketiga bagian bawah karena akarnya
membentang di bawah otot mylohyoid. Abses periapikal dari gigi ini
menghasilkan penetrasi kortikal lingual dengan infeksi submandibular
berikutnya. Angina Ludwig, ketika ditinjau secara kritis menggunakan
diagnostik modern dan teknik pencitraan, kultur anaerob, dan protokol
manajemen pasien kontemporer, tidak berbeda dari infeksi ruang lainnya.
Faktanya, ini adalah penyebaran infeksi yang luas ke seluruh dasar mulut
dan leher yang disebabkan oleh organisme yang sama yang bertanggung
jawab untuk infeksi kepala dan leher yang tidak terlalu parah.9
E. Patofisiologi
Nekrosis pulpa yang merupakan infeksi gigi akibat dari karies profunda
yang tidak terawat dan deep periodontal pocket. Hal ini menjadi jalan bagi
bakteri untuk mencapai jaringan periapikal. Peningkatan jumlah bakteri
akan membuat infeksi menyebar ke tulang spongiosa sampai tulang kortikal.
6
Jika tulang ini tipis, maka infeksi akan menembus dan masuk ke jaringan
lunak. Daya tahan jaringan tubuh mempengaruhi penyebaran infeksi.5,11,12
Penyebaran infeksi odontogen dapat melalui jaringan ikat
(perkontinuitatum), pembuluh darah (hematogen), dan pembuluh limfe
(limfogen). Kejadian yang paling sering terjadi adalah penjalaran secara
perkontinuitatum karena adanya celah/ruang di antara jaringan yang
berpotensi sebagai tempat berkumpulnya pus.5,11,12
Penjalaran infeksi pada rahang atas dapat membentuk abses palatal,
abses submukosa, abses gingiva, trombosis sinus kavernosus, abses labial
dan abses fasial. Penjalaran infeksi pada rahang bawah dapat membentuk
abses sublingual, abses submental, abses submandibular, abses submaseter
dan angina Ludwig.12 Ujung akar molar kedua dan ketiga terletak di
belakang bawah linea mylohyoidea (tempat melekatnya m. mylohyoideus)
dalam ruang submandibula, menyebabkan infeksi yang terjadi pada gigi
tersebut dapat membentuk abses dan pusnya menyebar ke ruang
submandibular, bahkan meluas hingga ruang parafaringeal. Persebaran
abses pada akar gigi ke ruang submandibula akan menimbulkan
ketidaknyamanan pada gigi berupa nyeri jika terjadi ketegangan antara
tulang.5,11,12
Angina Ludwig yang disebabkan oleh infeksi odontogenik, berasal dari
gigi molar kedua atau ketiga bawah. Gigi ini mempunyai akar yang berada
di atas otot milohioid, dan abses di lokasi ini dapat menyebar ke ruang
submandibular. Infeksi yang menyebar diluar akar gigi yang berasal dari
gigi premolar pada umumnya terletak dalam sublingual pertama, sedangkan
infeksi diluar akar gigi yang berasal dari gigi molar umunya berada dalam
ruang submandibular.12,13
Infeksi dapat cepat menyebar dari ruang submandibula, sublingual dan
submental. Hal ini menyebabkan pembengkakan dan elevasi lidah dan
indurasi berotot dari dasar mulut. Bagian yang berpotensi terjadi peradangan
selulitis atau Angina Ludwig adalah ruang suprahiod yang berada antara
otot-otot yang melekatkan lidah pada tulang hiod dan otot milohiodeus,
peradangan pada ruang ini menyebabkan kekerasan yang berlebihan pada
7
jaringan dasar mulut dan mendorong lidah keatas dan belakang dan dengan
demikian dapat menyebabkan obstruksi jalan napas secara potensial.10
Infeksi pada ruang submental biasanya terbatas karena ada kesatuan
yang keras dari fascia cervikal profunda dengan m. digastricus anterior dan
os hyoid. Edema dagu dapat terbentuk dengan jelas. Infeksi pada ruang
submaksilar biasanya terbatas di dalam ruang itu sendiri, tetapi dapat pula
menyusuri sepanjang duktus submaksilaris Whartoni dan mengikuti struktur
kelenjar menuju ruang sublingual, atau dapat juga meluas ke bawah
sepanjang m. hyoglossus menuju ruang-ruang fascia leher. Infeksi yang
terjadi di ruang sublingual, edema terdapat pada daerah terlemah di bagian
superior dan posterior sehingga mendorong supraglotic larynx dan lidah ke
belakang, yang berakibat mempersempit saluran dan menghambat jalan
nafas. Penyebaran infeksi berakhir di bagian anterior yaitu mandibula dan di
bagian inferior yaitu m. mylohyoid. Proses infeksi kemudian berjalan di
bagian superior dan posterior, meluas ke dasar lantai mulut dan lidah.
Terjadi perubahan bentuk dan timbulgambaran “bull neck” ketikaos hyoid
membatasi proses infeksi di bagian inferior sehingga pembengkakan
menyebar ke daerah depan leher.5,11,12
F. Gambaran Klinis
Gejala klinis yang ditemukanpadapasien Angina Ludwig konsisten
dengan sepsis yaitu demam, takipnea, dan takikardi. Pasien bisa gelisah,
agitasi, dan konfusi. Gejala lainnya yaitu adanya pembengkakan yang nyeri
pada dasar mulut dan bagian anterior leher, demam, disfagia, odinofagia,
drooling, trismus, nyeri pada gigi, dan fetid breath.Selainitu, suara serak,
stridor, distress pernafasan, penurunan air movement, sianosis, dan
“sniffing” position.5
Pasien dengan Angina Ludwig biasanya memiliki riwayat ekstraksi gigi
sebelumnya atau hygiene oral yang buruk dan nyeri pada gigi. Pasien dapat
mengalami disfonia yang disebabkan oleh edema pada struktur vokalis.bau
mulut, air liur berlebihan,disfagia, odynophagia dan sulitnafas. Gejala klinis
8
ini harus diwaspadai oleh klinisi akan adanya gangguan berat pada jalan
nafas.5,12
Tanda akhir dari adanya obstruksi jalan nafas yang lamaberupastridor,
kesulitan mengeluarkan secret,kecemasan, sianosis, dan posisi duduk
merupakan indikasi untuk dipasang alat bantu pernafasan.5
G. Diagnosis
Diagnosis Angina Ludwig didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Dari anamnesis, perlu
ditanyakan untuk riwayat infeksi gigi seperti nekrosis pulpa karna karies
profunda yang tidak terawat an deep periodontal pocket, merupakan jalan
bagi bagkteri sehingga mencapai jarinan periapikal. Pasien juga biasanya
akan memiliki riwayat ekstraksi gigi sebelum atau hygiene oral yang buruk
serta rasa nyeri pada gigi.5
Pemeriksan oral dengan elevasi lidah akan ditemukan indurasi didasar
mukosa mulut dan di bagian anterior dari lidah dan pembengkakan
suprahioid. Biasanya terdapat edema submandibula yang bilateral.
Pembengkakan jaringan anterior leher diatas tulang hyoid biasa disebut
dengan bull’s neck apperarance.
9
Terdapat 4 tanda cardinal Angina Ludwig yang penting untuk diketahui
untuk meningkatkan kewaspadaan dan menentukan diagnosis dan
manajemen. 4 tanda kardinal, yaitu: 10
1. Keterlibatan bilateral atau lebih dari ruangan jaringan leher
2. Gangrene yang disertai dengan pus serosanguinuous, putrid infiltration
tetapi sedikit atau tidak ada pus
3. Keterlibatan jaringan ikat, fascia, dan muskulus tetapi tidak mengenai
struktur dari kelenjar
4. Penyebaran melalui rongga facial lebih jarang daripada melalui sistem
limfatik
Pemeriksaan foto polos regio colli anterior dan lateral sering dilakukan
untuk mengetahui adanya pembengkakan soft-tissue, adanya udara dan
adanya penyempitan jalan napas. Pemeriksaan lain sonografi telah
digunakan untuk mengidentifikasi penumpukan cairan didalam soft-tissue.
Foto panoramic dari mandibula menunjukkan focus infeksi pada gigi.5
10
Gambar 5 . Foto Polos yang menunjukkan adanya pembengkakan
supraglotis5
H. Diagnosis banding
Diagnosis banding termasuk abses peritonsil, abses retrofaring, abses
submandibula, epiglotitis, karsinoma oral, angioedema, hematom
submandibula, dan difteri. Bagaimanapun Angina Ludwig’s adalah
diagnosis klinis, ini dapat menjadi susah dibedakan dengan penyakit lain
pada awalnya. Pemeriksaan pencitraan mungkin dapat membantu mengenali
11
Angina Ludwig dan juga menghilangkan penyebab lain sesuai dengan gejala
yang dirasakan pasien.5
I. Tatalaksana
Terdapat beberapa tatalaksana pada pasien dengan Angina Ludwig.
Yang pertama dilakukan adalah tatalaksana jalan napas, lalu terapi
medikamentosa berupa pemberian antibiotik, dan terapi bedah seperti
aspirasi, insisi, dan drainase.
b. Terapi Medikamentosa
12
minggu dengan melakukan pengawasan melalui jumlah sel darah putih
dan demam.18,19
c. Terapi Bedah
J. Komplikasi
Karena terjadi obstruksi jalan napaS pada kasus Angina Ludwig, maka
perlu dilakukan intervensi yang memadai. Monitoring ketat perlu dilakukan
untuk mencegah perluasan selulitis ke daerah sekitarnya.21 Angina Ludwig
juga dapat mengakibatkan mediastinitis atau necrotizing cellulitis pada
leher, serta pneumonia aspirasi. Komplikasi yang paling serius dari angina
Ludwig yaitu asfiksia yangdisebabkan oleh edema pada soft-tissue leher.16,17
K. Prognosis
Karena komplikasi yang mengancam jiwa dari obstruksi Angina
Ludwig, angka mortalitas mencapai 50% tanpa pemberian antibiotik.
Namun dengan terapi antibiotik yang tepat dan modalitas radiologi serta
teknik bedah, angka mortallitas dapat menurun hingga menjadi 8%.17,19
13
BAB III
PENUTUP
14
DAFTAR PUSTAKA
15
15. Moreland LW, Corey J, McKenzie R. Ludwig's angina. Report of a case and
review of the literature. Arch. Intern. Med. 1988 Feb;148(2):461-6. [PubMed]
16. Bansal A, Miskoff J, Lis RJ. Otolaryngologic critical care. Crit Care
Clin. 2003 Jan;19(1):55-72. [PubMed]
17. Quinn FB. Ludwig angina. Arch. Otolaryngol. Head Neck Surg. 1999
May;125(5):599. [PubMed]
18. Crespo AN, Chone CT, Fonseca AS, Montenegro MC, Pereira R, Milani JA.
Clinical versus computed tomography evaluation in the diagnosis and
management of deep neck infection. Sao Paulo Med J. 2004 Nov
04;122(6):259-63. [PubMed]
19. Wolfe MM, Davis JW, Parks SN. Is surgical airway necessary for airway
management in deep neck infections and Ludwig angina? J Crit Care. 2011
Feb;26(1):11-4. [PubMed]
20. Spitalnic SJ, Sucov A. Ludwig's angina: case report and review. J Emerg
Med. 1995 Jul-Aug;13(4):499-503.[PubMed]
21. Simsek M, Yildiz E, Aras MH Ludwig ’ s Angina : A Case Report. JBR
Journal of Interdisciplinary Medicine and Dental Science. 2014; 2(4):8-11
16