Bab 1
Bab 1
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 14056035
SEMARANG
2018
BAB I
0
PENDAHULUAN
1
Berpikir tingkat tinggi (high order thinking) merupakan gabungan dari berpikir kritis,
berpikir kreatif, dan berpikir pengetahuan dasar. Berpikir kritis merupakan salah satu perwujudan
berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut karena kemampuan berpikir tersebut merupakan kompetensi
kognitif tertinggi yang perlu dikuasai oleh siswa di kelas. (Kurniasih,2013)
Kemampuan berpikir kritis matematis merupakan satu kemampuan dasar matematis yang
esensial dan perlu dimiliki oleh siswa yang belajar matematika. Terdapat beberapa alasan yang
mendasari pernyataan tersebut. Pertama, kemampuan berpikir kritis matematis termuat dalam
kurikulum dan tujuan pembelajaran matematika, antara lain: melatih berpikir logis,sistematis,
kritis, kreatif, dan cermat serta berpikir objektif, terbuka untuk memghadapi masa depan yang
selalu berubah. Kedua, dalam berpikir kritis, seseorang tidak dengan mudah menerima sesuatu
untuk diterimanya, tanpa mengetahui asalnya, namun ia dapat mempertanggungjawabkan
pendapatnya disertai dengan alasan logis. ( Hendriana, Rohaeti, Sumarmo,2017)
Kemampuan berpikir kritis siswa dapat dilatih dengan pembelajaran yang menuntut siswa
untuk melakukan eksplorasi, inkuiri, penemuan dan memecahkan masalah serta melalui belajar
dalam kelompok kecil dengan menerapkan pendekatan scaffolding kemudian tugas yang menuntut
strategi kognitif dan metakognitif siswa. Sehingga pada dasarnya selama pembelajaran, siswa
dituntut untuk aktif. Namun beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa cenderung hanya
menerima pengetahuan dari guru, demikian pula guru pada saat kegiatan pembelajaran hanya
sekedar menyampaikan informasi pengetahuan tanpa melibatkan siswa secara aktif untuk
menggunakan kemampuan berpikir kritis matematiknya. Dengan demikian menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis matematik siswa belum terlatih secara optimal. (Sunaryo,2014)
Salah satu pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran matematika adalah
pembelajaran guide inquiry. Inquiry artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah fakta hasil
dari mengingat, tetapi hasil dari proses menemukan sendiri belajar pada dasarnya merupakan
proses mental yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses mental inilah, diharapkan siswa
berkembang secara utuh, baik intelektual, mental, emosi maupun pribadinya. Oleh karena itu,
dalam proses perencanaan pembelajaran, guru bukanlah mempersiapkan sejumlah materi yang
harus dihapal, tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat menemukan
sendiri materi yang harus dipahami. Pembelajaran adalah proses memfasilitasi kegiatan penemuan
(inquiry) agar siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui penemuannya sendiri
(bukan hasil mengingat sejumlah fakta). (Hamdayama,2014)
Pembelajaran guide inquiry sangat dipengaruhi oleh keaktifan siswa untuk menemukan
suatu konsep. Langkah-langkah pembelajaran guide inquiry menurut Trianto (2011) yaitu : (1)
orientasi, (2) merumuskan masalah, (3) merumuskan hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5)
2
menguji hipotesis, (6) merumuskan kesimpulan. Setiap langkah yang dilalui membutuhkan
kemampuan berpikir siswa. Salah satu bentuk kemampuan berpikir siswa adalah kemampuan
berpikir kritis, dengan demikian, setiap langkah yang dilalui dalam pembelajaran inquiry akan
memberikan kesempatan untuk kemampuan berpikir kritis siswa berkembang sehingga
kemampuan berpikir kritis siswa dan model inquiry sangat berkaitan satu sama lain dalam
melewati langkah-langkah pembelajaran inquiry (Suprihatiningsih,2013)
Model pembelajaran guide inquiry dapat didukung dengan penggunaan media
pembelajaran berupa bahan ajar modul dengan basis guide inquiry. Tujuan menggunakan bahan
ajar modul berbasis guide inquiry adalah untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis,
khususnya pada mata pelajaran matematika yang diperlukan kemapuan berpikir kritis dalam
pembelajarannya.
Berdasarkan wawancara kepada salah satu guru di SMP Negeri 1 yaitu Ibu Nur Wachid,
S.Pd Brangsong pada tanggal 16 November 2017 menyatakan bahwa SMP Negeri 1 Brangsong
termasuk salah satu sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 sejak pertama kali
diterapkannya kurikulum 2013 oleh pemerintah. Namun, dalam pembelajaran yang sebenarnya
SMP Negeri 1 Brangsong belum sepenuhnya menggunakan prinsip kurikulum 2013. Di SMP Negeri
1 Brangsong juga belum tersedia media pembelajaran berupa bahan ajar yang dapat memfasilitasi
kemampuan berpikir tingakt tinggi/ high order thinking siswa yang sesuai dengan implementasi
dari kurikulum 2013. Sehingga kemampuan berpikir tingkat tinggi (high order thinking) siswa
masih cukup rendah. Hal ini sesuai dengan hasil ulangan harian materi bangun ruang sisi datar
yang menggunakan soal sesuai dengan penilaian kognitif menurut Bloom tingkatan C4
(menganalisis) pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 2016/2017, yang sebagian besar siswa masih
mendapatkan nilai di bawah KKM.
Paparan diatas menjadi salah satu landasan peneliti yang digunakan untuk dilakukannya
pengembangan modul berbasis guide inquiry. Selain kajian pembelajaran yang telah dipaparkan di
atas, berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Estri Ridha Hidayah dalam
penelitiannya yang berjudul “ Pengembangan Modul Matematika Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada
Materi Persamaan Linier Satu variabel (PLSV) Untuk Siswa SMP/MTs Kelas VII” menunjukan
bahawa dengan menerapkan pembelajaran guide inquiry atau inkuiri terbimbing dalam sebuah
modul matematika hasilnya adalah menghasilkan produk modul matematika yang valid atau layak
dan efektif digunakan.
Modul ini dikembangkan bertujuan agar siswa dapat mengembangkan konsep yang
mereka pelajari dan mengajak mereka berpikir kontruktif. Modul matematika berbasis guide
inquiry ini diharapkan dapat membantu siswa dalam belajar, mendorong siswa untuk berpikir dan
3
bernalar, meningkatkan ketertarikan siswa dengan mata pelajaran matematika, dan menjadikan
proses pembelajaran matematika di kelas menjadi menyenangkan.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melaksanakan penelitiaan dengan judul
“Pengembangan Modul Matematika Berbasis Guide Inquiry untuk Meningkatkan Kempuan
Berpikir Kritis”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah
bagaimana modul matematika berbasis guide inquiry menjadi produk yang valid, praktis dan
efektif?
C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menghasilkan produk modul matematika berbasis guide inquiry menjadi produk yang valid,
praktis dan efektif.
4
2. Modul matematika ini mengambil KI dan KD yang sesuai dengan Permendikbud nomer 24
tahun 2016. Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar yang diambil dalam pembuatan modul
matematika ini tersaji dalam tabel berikut :
Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar
3. Modul matematika pada materi bangun ruang sisi datar ini dikembangkan dengan berbasis
guide inquiry yang memiliki emam prinsip yaitu orientasi, merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan
kesimpulan.
4. Modul matematika ini terdiri dari dua bagian yaitu bagian pendahuluan dan isi.
a. Bagian pendahuluan terdiri dari halaman depan (cover), kata pengantar, daftar isi,
kompetensi inti dan kompetensi dasar, indikator dan tujuan pembelajaran, serta sajian isi
buku.
5
b. Bagian isi terdiri dari empat sub bab yaitu sub bab bangun kubus, sub bab bangun balok,
sub bab bangun prisma dan sub bab bangun limas, rangkuman, uji kompetensi bab, dan
kunci jawaban uji kompetensi.
1) Sub bab kubus terdiri dari apresepsi dan motivasi belajar kubus; menjelaskan sifat
kubus ditinjau dari rusuk, sisi, sudut, dan diagonalnya; menemukan rumus luas
permukaan dan volume kubus; contoh soal dan pembahasan; latihan soal.
2) Sub bab balok terdiri dari apresepsi dan motivasi belajar balok; menjelaskan sifat
balok ditinjau dari rusuk, sisi, sudut, dan diagonalnya; menemukan rumus luas
permukaan dan volume balok; contoh soal dan pembahasan; latihan soal.
3) Sub bab prisma terdiri dari apresepsi dan motivasi belajar limas; menjelaskan jenis
dan sifat prisma ditinjau dari rusuk, sisi, sudut, dan diagonalnya; menemukan rumus
luas permukaan dan volume prisma; contoh soal dan pembahasan; latihan soal.
4) Sub bab limas terdiri dari apresepsi dan motivasi belajar limas; menjelaskan jenis dan
sifat limas ditinjau dari rusuk, sisi, sudut, dan diagonalnya; menemukan rumus luas
permukaan dan volume limas; contoh soal dan pembahasan; latihan soal.
c. Bagian penutup terdiri dari daftar pustaka dan profil penulis.
F. Asumsi Pengembangan
Asumsi pengembangan bahan ajar modul yang dikembangkan ini adalah sebagai
berikut :
1. Modul pembelajaran ini hanya berisi materi pokok bangun ruang sisi datar didasarkan
pada standar Kurikulum 2013 revisi 2016.
2. Modul pembelajaran ini hanya diujicobakan pada peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1
Brangsong.
3. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian dan pengembangan dengan model
ADDIE. Model ini terdiri dari lima fase atau tahapan utama, yaitu (A)nalysis, (D)esign,
(D)evelopment, (I)mplementation, dan (E)valuation.
4. Validator modul yang dikembangkan adalah pakar matematika dan guru matematika.
5. Butir penilaian dalam lembar validasi modul menggambarkan penilaian yang menyeluruh
(komprehensif).
6. Validasi yang dilakukan mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan tanpa rekayasa,
paksaan ataupun pengaruh dari siapapun.
6
DAFTAR PUSTAKA
Hamdayama, Jumanta. 2014. Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Penerbit
Ghalia Indonesia
Kurniasih, A. W., 2013. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dalam Mengembangkan Keterampilan
Mengajar Mahasiswa Calon Guru. Prosiding Seminar Nasional Matematika 2013. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
Mulyasa.2014. Guru dalam Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya