3070 - Pendahuluan Miopia
3070 - Pendahuluan Miopia
Pendahuluan
Penurunan tajam penglihatan karena kelainan refraksi yang tidak dikoreksi dapat menjadi
masalah kesehatan yang serius. Menurut kemenkes Ri tahun 2005, prevalensi gangguan
penglihatan akibat kelainan refraksi di Indonesia adalah sebesar 22,1%. Sementara 10% dari 66
juta anak usia seko9lah adalah penderita kelainan refraksi. Sampai saat ini angka pemakaian
kacamat koreksi masih rendah yaitu 12,5% dari prevalensi. Apa bila keadaan ini tidak ditangani
dengan sungguh-sungguh akan berdampak negative pada perkembangan kecerdasan anak dan
proses pembelajaran, yang selanjutnya juga mempengaruhi produktivitas angkatan kerja (15-55
tahun). Pada saatnya akan mengganggu laju pembangunan ekonomi nasional. 1
Kelainan refraksi adalah keadaan bayangan tegas tidak dibentuk pada retina. Secara
umum, terjadi ketidak seimbangan sistem penglihatan pada mata sehingga menghasilkan
bayangan yang kabur. Sinar tidak dibiaskan tepat pada retina, tetapi dapat di depan atau di
belakang retina dan tidak terletak pada satu titik fokus. Kelainan refraksi dapat diakibatkan
terjadinya kelainan kelengkungan kornea dan lensa, perubahan indeks bias, dan kelainan panjang
sumbu bola mata. Jenis kelainan refraksi diantaranya miopia, hipermetropia, presbiop dan
astigmatisma.2 Koreksi terhadap kelainan refraksi dapat dilakukan dengan penggunaan kacamata,
lensa kontak dan pada keadaan tertentu kelainan refraksi dapat diatasi dengan pembedahan pada
kornea antara lain keratotomi radial, keratektomi fotorefraktif, Laser Asissted In situ Interlamelar
Keratomilieusis (Lasik).2
Bedah refraktif laser kebanyakan digunakan untuk miopia, tetapi dapat juga mengatasi
astigmatisme atau hiperopia. Hasil penglihatan jangka panjang kurang lebih sama dengan
berbagai teknik, tetapi setiap teknik mempunyai keuntungan dan kerugiannya sendiri-sendiri.
Secara umum, PRK digunakan untuk miopia rendah (-6 PD atau kurang ) dan LASIK untuk
miopia sedang, sedangkan pengangkatan lensa jernih dianjurkan untuk miopia tinggi. LASIK
menghasilkan perbaikan yang paling cepat, baik penglihatan maupun rasa nyaman. Teknik ablasi
permukaan terutama diindikasikan pada kornea-kornea tipis dan pada pasien dengan resiko
trauma kornea. Komplikasi komplikasi bedah refraktif laser kornea, antara lain hasil refraksi
yang diluar dugaan, refraksi yang fluktuatif, astigmatisme irregular, regresi, masalah masalah
pada epitel, flap, dan pertautan, kekeruhan stroma, ektasia kornea dan infeksi. Bedah refraksi
laser kornea terdahulu menimbulkan kesulitan –kesulitan tertentu saat menentukan kekuatan
lensa intraokular pada bedah katarak. 3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
PUSTAKA:
1. Prillia T.S, et.al. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Mata Edisi Pertama. Surabaya: Airlangga
University Press. 2013
2. Sidarta Ilyas. Penuntun Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Uiversitas Indonesia. 2005
3. Vaugan DG, Asbury T, Eva P. Oftalmologi Umum, Edisi 14. Jakarta: Penerbit Widya
Medika. 2000
4. Renu Jogi. Basic Ophtalmology Edisi Empat. New Delhi : Ajanta Offset and Packagins,
2009
5. Indra M.P, Yunia I. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 4 Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius, 2014.