Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2016) pengetahuan adalah kepandaian yang berkenaan dengan

suatu hal. Pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu kejadian

tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan manusia

diperoleh melalui mata dan telinga melalui proses penglihatan serta pendengaran

dan melalui proses pengalaman dan proses hidup secara formal maupun informal

(Effendy, ferry & Mukhfudli, 2009).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan di dalam Domain Kognitif

Notoatmodjo (2012) menjelaskan bahwa pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu : Tahu (Know), memahami

(comprehension ), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis, evaluasi

(evaluation).

Tahu (Know) diartikan sebagai suatu proses mengulang kembali hal yang

sudah diketahui atau sudah diamati sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara


Tahu disebut juga sebagai mengingat kembali (recall) memori atau ingatan yang

sudah tersimpan sebelumnya setelah memperhatikan dan mempersepsikan

sesuatu.

Memahami (comprehension)adalah proses menginterprestasikan dengan

benar tentang suatu objek yang sudah diketahui. Memahami tidak hanya tahu

untuk menyebutkan suatu objek tertentu tetapi mampu menjelaskan dengan benar

objek yang diketahui.

Aplikasi (application) adalah suatu proses dimana seseorang dituntut tidak

hanya tahu dan memahami tetapi mampu mengaplikasikan atau menerapkan apa

yang sudah diketahui dan dipahami ke dalam bentuk situasi yang lain. Analisis

(analysis) adalah kemampuan untuk memisahkan komponen yang terdapat di

dalam suatu masalah dan mencari hubungan antar komponen tersebut sehingga

seseorang mampu membedakan, memisahkan atau mengelompokkan objek

tertentu.

Sintesis adalah suatu tahap dimana seseorang mampu merangkum dan

membuat menjadi suatu kesatuan yang logis sehingga muncul bentuk yang baru

dari dari bentuk yang sudah ada sebelumnya. Evaluasi (evaluation) adalah

kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek

berdasarkan suatu kriteria yang ditetapkan oleh diri sendiri atau norma-norma

yang berlaku di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara


2.1.3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Budiman & Agus (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi pengetahuan sebagai berikut : Pendidikan, informasi/ media

massa, sosial, budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman dan usia.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan baik formal maupun informal dan berlangsung seumur hidup.

Pendidikan mempengaruhi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan

kearah yang lebih dewasa, lebih baik pada diri individu, kelompok atau

masyarakat.

Informasi/ media massadapat diperoleh baik dari pendidikan formal maupun

nonformal yang dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediateimpact)

sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Semakin

majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat

mempengaruhi pengetahuan masyarakat. Sarana komunikasi dalam bentuk media

massa, seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain yang mempunyai

pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang karena

media massa menyampaikan pesan-pesan dan sugesti yang dapat mengarahkan

opini seseorang.

Sosial, budaya, dan ekonomi adalah kebiasaan atau tradisi yang dilakukan oleh

seseorang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

Dengan demikian, pengetahuan seseorang akan bertambah walaupun tidak

Universitas Sumatera Utara


melakukan. Status ekonomi seseorang juga menentukan tersedianya suatu fasilitas

yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehinnga status sosial ekonomi ini akan

mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang yang ada disekitar individu, baik

lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Di dalam lingkungan terjadi interaksi

timbal balik, sehingga berpengaruh terhadap pengetahuan individu.

Pengalamanmerupakan sesuatu yang dirasakan terhadap sesuatu yang diketahui

ataupun yang dikerjakan yang tertangkap oleh indera manusia. Pengalaman

sebagai sumber pengetahuan, karena pengalaman yang berulang-ulang dapat

menyebabkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman juga merupakan suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan

masalah yang dihadapi masa lalu.

Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Pada usia madya

individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta

lebih banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua, namun beberapa teori berpendapat bahwa seseorang akan

mengalami fisik dan mental sejalan dengan bertambahnya usia tua.

Universitas Sumatera Utara


2.2 Perawatan Paliatif

2.2.1 Defenisi perawatan paliatif

Ungkapan palliative berasal dari bahasa latin yaitu “ pallium” yang artinya

adalah menutupi atau menyembuhkan. Perawatan paliatif ditujukan untuk

menutupi atau menyembunyikan keluhan pasien dan memberikan kenyamanan

ketika tujuan penatalaksanaan tidak mungkin disembuhkan (Muckaden, 2011).

Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kulitas hidup

pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa,dengan

cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan

fisik, psikososial dan spiritual yang dimulai sejak ditegakkannya diagnosa hingga

akhir kehidupan pasien (World Health Organization, 2016). Perawatan paliatif

adalah filosofi dan organisasi perawatan, sistem yang terstruktur dalam

memberikan perawatan pada individu dan keluarga. Tujuan perawatan paliatif

adalah melindungi atau mengatasi keluhan dan memaksimalkan kualitas hidup

individu dan dukungan pada anggota keluarganya ( Coyle & Fereel, 2010).

Perawatan paliatif merupakan perawatan yang dicapai dengan efektif

dengan mengelola rasa sakit dan hal lainnya yang membuat tidak nyaman seperti

kelelahan, dyspnea, mual, muntah, gelisah, sembelit, anoreksia, depresi,

kebingungan, serta psikologis dan perawatan spiritual dari awal di diagnosis.

Universitas Sumatera Utara


Perawatan paliatif tidak berfokus untuk menunda kematian tetapi berusaha untuk

membuat keputusn yang dapat memaksimalkan kualitas hidup mereka (Palliative

Care Australia, 2014).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perawatan paliatif

adalah suatu pendekatan aktif yang diberikan untuk mengatasi keluhan baik

secara fisik, emosi maupun spiritual sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup

pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa.

2.2.2. Tujuan perawatan paliatif

Tujuan akhir dari perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi

penderitaan serta memberikan bantun untuk memperoleh kualitas kehidupan

terbaik bagi pasien dan keluarga tanpa memperhatikan stadium atau kebutuhan

terapi lainnya, denan demikian perawatan palitif dapat diberikan secara bersamaan

dengan perawatan yang memperpanjang kehidupan atau sebagai focus

keperawatan (Campbell, 2009).

The National Institute For clinical Excelence (NICE) menyatakan bahwa

tujuan perawatan paliatif adalah : Meningkatkan kualitas hidup, menganggap

kematian sebagai suatu hal yang normal, menjaga kesinambungan psikologis dan

spiritualitas, menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menggangu,

mengusahakan agar penderita tetap aktif sampai akhir hayatnya,

Universitas Sumatera Utara


tidak mempercepat atau menunda kematian dan membantu untuk mengatasi

suasana dukacita kepada keluarga dengan memberi sistem dukungan.

2.2.2. Prinsip dasar pemberian perawatan paliatif

Dalam memberikan perawatan paliatif sangat penting memperhatikan

prinsip-prinsipnya. Becker (2009) menyatakan bahwa prinsip-prinsi dasar dalam

memberikan perawatan paliatif adalah : (a) Menghormati dan menghargai pasien

serta keluarga. Dalam memberikan perawatan paliatif, perawat harus

menghormati dan menghargai pasien dan keluarga, sesuai dengan prinsip

menghormati maka segala informasi perawatan harus dikonsultasikan dengan

pasien dan keluarga dimulai sejak awal diagnosa ditegakkan sampai tahap

pengobatan, (b) Kesempatan atau hak untuk mendapatkan kepuasan dan

perawatan paliatif yang pantas. Pada kondisi untuk menghilangkan nyeri dan

keluhan fisik lainnya maka petugas kesehatan harus memberikan kesempatan

pengobatan yang sesuai untuk meningkatkan kualitas hidup. Terapi tersebut

meliputi : dukungan teman sebaya, terapi musik, dukungan spiritual kepada

keluarga, perawatan menjelang ajal.

(c) Mendukung pemberian perawatan (caregiver) yaitupelayanan perawatan yang

profesional harus didukung oleh tim perawatan paliatif, rekan kerjanya, dan

institusi untuk penanganan proses berduka dan kematian, seperti : dukungan dari

institusi yaitu penyuluhan secara rutin dari ahli psikologis,

Universitas Sumatera Utara


(d) Pengembangan profesi dan dukungan sosial untuk perawatan paliatif,faktor-

faktor yang yang menghambat keluarga untuk mendapatkan kesempatan untuk

layanan perawat paliatif adalah; pengetahuan, ekonomi, dan peraturan, sehingga

tenaga professional perlu melakukan penyuluhan kepada masyarakat untuk

medorong kesadaran perlunya perawatan paliatif.

2.2.4 Tim perawatan paliatif

Perawatan paliatif melibatkan multidisiplin yang masing-masing terlibat

berdasarkan masalah yang dihadapi penderita. Multidisiplin yang terlibat

mencakup dokter, perawat, tokoh agama, fisioterapi, ahli psikologis.

Setiap tim perawatan paliatif dapat memberikan perawatan sesuai dengan

keahliannya (Hill, K & Coyne, I, 2012). Menurut Craig (2007) bahwa seluruh

anggota tim perawatan paliatif harus memenuhi kriteria dan kesadaran akan tugas

dan tanggung jawabnya yaitu akan memberikan perawatan kepada pasien dan

keluarga sesuai dengan nilai, harapan, dan kepercayaan.

2.2.5 Tempat perawatan paliatif

Menurut Muckaden (2011) perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa

ditegakkan dan diberikan selama merasakan rasa sakit dan dukungan untuk

berduka. Tempat perawatan paliatif dapat dilaksanakan di rumah sakit, di

hospice, atau dirumah pasien.

Universitas Sumatera Utara


Rumah sakit merupakan salah satu tempat perawatan paliatif. Perawatan

paliatif dapat dilaksanakan di rumah sakit jika pasien harus memerlukan

perawatan yang intensif. Dalam memberikan perawatan harus memperhatikan

kepentingan pasien dan keluarga, sehingga perlu melibatkan keluarga dalam

melaksanakan tindakan.

Hospice merupakan pelayanan kesehatan yang menggabungkan filosofi hospice

care dengan perawatan paliatif. Filosofi hospice care menganggap kematian

sebagai proses yang alami dan perawatan pasien yang sekarat termasuk

pengelolaan fisik, psikologis, sosial, dan spiritual penderita serta keluarga

Layanan hospice care menyediakan home visit dan kunjungan dari pekerja sosial,

ahli agama, dokter, perawat. Segala pengobatan dan perawatan sudah

dikordinasikan dengan pihak rumah sakit. Perawatan hospice bagi pasien yang

sakit memiliki filosofi yang sama dengan perawatan palitif bagaimanapun

“semua perawatan hospice adalah perawatan paliatif namun tidak semua

perawatan paliatif adalah perawatan hospice (Campbell, 2009). Perawatan

paliatif sebaiknya ditawarkan kepada pasien yang membutuhkan beberapaa

pelayanan, tetapi perawatan hospice diatur dan seorang pasien harus memiliki

setidaknya harapan hidup.

Rumah juga merupakan salah tempat pelaksanaan perawatan paliatif.

Pelaksanaan paliatif dapat dilaksanakan dirumah jika penderita tidak

memerlukan peralatan ataupun perawatan khusus.

Universitas Sumatera Utara


Dalam perawatan ini peran keluarga lebih menonjol sehingga keluarga sebagai

caregiver diberikan keterampilan keperawatan dasar.

2.2.6 Peran perawat di perawatan paliatif

Perawat memiliki peranan penting dalam memberikan dukungan bagi penderita

kanker dalam mengatasi gejala yang di alami (Mackenzie & Mac Callam, 2009).

Menurut Matzo & Sherman (2014) peran perawat dalam perawatan paliatif

meliputi sebagai praktik di klinik, pendidik, peneliti, bekerjasama

(Collaborator), penasihat.

Perawat sebagai salah satu petugas praktik di klinik memiliki kemampuan

untuk memahami dan mengevaluasi nyeri beserta keluhan dari nyeri yang

dialami pasien. Perawat dapat berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam

mengembangkan dan menerapkan perencanaan perawatan yang komprehensif.

Perawat mengidentifikasi pendekatan baru dalam mengatasi nyeri dan

dikembangkan sesuai dengan standar rumah sakit sehingga dapat dipraktekkan

sesuai denga aturan di rumah sakit.

Perawat sebagai pendidik memfasilitasi filosofi yang kompleks, etik dan

diskusi tentang penatalaksanaan di klinik sehingga semua tim dapat mencapai

hasil yang positif. Perawat memperlihatkan dasar keilmuannya yang meliputi :

mengatasi nyeri neuropatik, berperan mengatasi konflik profesi, mencegah

dukacita dan resiko kehilangan.

Universitas Sumatera Utara


Perawat pendidik dengan tim lainnya, seperti komite dan ahli farmasi,

berdasarkan pedoman dan tim perawatan paliatif, maka memberikan perawatan

yang berbeda dan khusus dalam menggunaan obat-obatan intravena untuk

mengatasi nyeri neuropatik yang tidak mudah di atasi.

Perawat sebagai penelitimenghasilkan ilmu pengetahuan baru melalui

pertanyaan-pertanyaan penelitian dan memulai pendekatan baru yang ditujukan

pada pertanyaan-pertanyaan. Perawat dapat meneliti dan terintegrasi pada

penelitian perawatan paliatif.

Perawat sebagai salah satu tim pelayanan kesehatan akan bekerjasama

(Collaborator) melakukan pengkajian dalam mengkaji bio-psiko-sosial-spiritual

serta penatalaksananya. Perawat membangun dan mempertahankan kolaborasi

dengan tim perawatan paliatif. Perawat memfasilitasi dalam mengembangkan

anggota dalam pelayanan, perawat bekerjasama dengan tim perawatan paliatif

dalam rangka mempersiapkan pelayanan dengan hasil yang terbaik.

Perawat sebagai penasihat ( concultant) akan bekerjasama dan berdiskusi

dengan dokter, tim perawatan paliatif dan komite untuk menentukan strategi

pengobatan yang tepat untuk menetukan tindakan dan memenuhi kebutuhan

pasien dan keluarga.

Universitas Sumatera Utara


2.3. Kanker

2.3.1 Defenisi dan epidemologi kanker

Kanker merupakan sekumpulan penyakit yang terjadi melalui proses

pembelahan dan penyebaran sel yang tidak terkendali yang dapat mempengaruhi

tubuh. Sel-sel kanker terus membelah sehingga menciptakan lebih banyak sel.

Proses ini disebut dengan metstasis, Jika proses metastasis tidak terkontrol dengan

baik, maka dapat menyebabkan kematian (American Cancer Society, 2016).

Terdapat lebih dari 100 jenis kanker dan setiap klasifikasi berdasarkan jenis sel

yang terlibat. Sejalan dengan pertumbuhan dan kembang biaknya, sel-sel kanker

membentuk suatu massa dan jaringan ganas yang menyusup ke jaringan sehat di

sekitarnya yang dikenal sebagai invasif . Di samping itu, sel kanker dapat

menyebar (metastasis) ke organ tubuh lainnya.

Organisasi Penanggulangan Kanker Dunia (UICC) maupun Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa diperkirakan angka kejadian kanker

di dunia meningkat 300 persen pada tahun 2030, terutama di negara-negara

berkembang, seperti Indonesia (KOMPAS 2009). Di Indonesia, kanker

menduduki peringkat keenam sebagai penyebab kematian dan sekitar 800.000

orang Indonesia terserang kanker setiap tahunnya.

Universitas Sumatera Utara


WHO menyatakan bahwa sepertiga sampai setengah dari semua jenis kanker

dapat dicegah, sepertiga dapat disembuhkan bila ditemukan pada stadium dini.

Oleh karena itu, upaya mencegah kanker dengan menekan kanker pada stadium

dini merupakan upaya yang penting karena disamping membebaskan masyarakat

dari penderitaan juga akan mengurangi angka kejadian penyakit kanker.

2.3.2. Tanda dan Gejala kanker

Menurut America Cancer Society (2013) tanda dan gejala penyakit kanker yaitu:

demam, kelelahan, nyeri, perubahan kulit, perubahan pola buang air besar,

perubahan fungsi kandung kemih, luka yang tidak kunjung sembuh, benjolan.

Demam adalah kejadian yang sangat umum pada pasien kanker. Hampir

semua pasien yang menderita penyakit kanker akan mengalami demam pada

beberapa waktu, terutama jika kanker atau pengobatan mempengaruhi sistem

kekebalan tubuh hal ini dapat membuat lebih sulit bagi tubuh untuk melawan

infeksi. Demam merupakan tanda awal kanker seperti kanker darah, leukemia,

limfoma.

Kelelahan merupakan gejala awal akibat pertumbuhan kanker. Hal ini terjadi

lebih awal dalam beberapa kanker seperti leukemia. Beberapa kanker kolon atau

lambung dapat menyebabkan kehilangan darah, hal inilah yang dapat

menyebabkan kelelahan, bintik-bintik putih di lidah dan mulut, perdarahan,

benjolan.

Universitas Sumatera Utara


Nyerimerupakan gejala awal beberapa kanker seperti kanker tulang atau

kanker testis. Sakit kepala yang tidak hilang atau menjadi lebih baik dengan

pengobatan merupakan gejala dari tumor otak. Nyeri punggung dapat merupakan

gejala dari kanker usus besar, rectum atau ovarium. Paling sering nyeri akibat

kanker telah menyebar atau bermestatasis.

Perubahan kulit pada penderita kanker dapat berupa kulit tampak gelap

(hiperpigmetasi), kulit dan mata berwarna kekuningan (jaundice), kulit tampak

kemerahan ( eritema), gatal (pluritus), dan pertumbuhan rambut yang berlebihan.

Perubahan pola buang air besar atau fungsi kandung kemih pada penderita

kanker dapat berupa sembelit jangka panjang, diare, atau perubahan ukuran tinja

mungkin merupakan tanda dari kanker usus besar. Nyeri saat buang air kecil, darah

dalam urin, atau perubahan fungsi kandung kemih, seperti perlu buang besar lebih

sering dari biasanya dapat dikaitkan dengan kandung kemih atau kanker prostat.

Bintik-bintik putih di lidah dan mulut merupakan gejala leukoplasia. Leukoplaksia

adalah daerah pra-kanker yang disebakan oleh merokok atau penggunaan tembakau

lainnya. Orang yang merokok pipa atau menggunakan tembakau beresiko tiinggi

untuk leukoplaksia jika tidak diobati dapat menjadi kanker mulut.

Perdarahan yang tidak biasa bisa terjadi pada kanker dini atau lanjut. Batuk

darah di sputum merupakan tanda dari kanker paru-paru. Darah dalam tinja yang

dapat terlihat seperti tinja sangat gelap dan hitam bisa menjadi tanda dari usus

Universitas Sumatera Utara


besaratau kanker rektum. Kanker serviks atau endometrium dapat menyebabkan

perdarahan vagina abnormal. Darah yang keluar dari putting merupakan tanda

kanker payudara.

Sebuah benjolan atau penebalan merupakan tanda awal atau akhir dari

kanker. Kanker payudara muncul dengan kulit merah atau menebal serta adannya

tonjolan.Benjolan kanker dapat dirasakan melalui kulit, tanda ini kebanyakan

terjadi pada payudara, testis, kelenjar getah bening, dan jaringan lunak tubuh.

2.3.3.Terapi kanker

Hinkle dan Cheever (2013) menyatakan bahwa terapi kanker tergantung

pada jenis kanker, stadium kanker, usia, status kesehatan, dan karakteristik pribadi

tambahan. Tidak ada pengobatan tunggal untuk kanker dan pasien sering

menerima kombinasi terapi dan perawatan paliatif. Terapi yang biasanya

diberikan pada pasien kanker antara lain; kemoterapi, terapi radiasi, dan

perawatan paliatif.

Kemoterapi merupakan pengobatan kanker dengan menghentikan

pertumbuhan dengan cara menghancurkan sel-sel kanker. Tujuan kemoterapi

adalah untuk penyembuhan dan mengontrol pebelahan sel yang tidak normal.

Kemoterapi terkadang merupakan pilihan pertama untuk menangani kanker.

Kemoterapi dapat menjangkau sel-sel kanker yang sudah menyebar kebagian

tubuh lainnya. Tingkat keberhasilan kemoterapi tergantung kepada jenis kanker.

Universitas Sumatera Utara


Terapi radiasi merupakan salah satu pengobatan kanker dengan cara memberikan

sinar dengan kekuatan tinggi seperti sinar X, elektro, dan gamma. Sinar yang

diberikan dengan cepat dapat menghancurkan pertumbuhan sel seperti kanker.

Radiasi dapat digunakan dengan sendiri atau bahkan dikombinasikan dengan

terapi lain.

Perawatan paliatif adalah perawatan yang penuh pengertian dan pendekatan

menyeluruh kepada individu dengan penyakit serius. Perawatan ini mendukung

individu dan keluarga dengan mengatasi gejala fisik seperi menolong secara

emosional, sosial, dan aspek spiritual.

2.4. Perawatan paliatif pada pasien kanker

Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat

mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Kanker terjadi karena pertumbuhan dan

pembelahan sel yang tidak normal yang kemudian menyerang organ tubuh lainnya

(WHO, 2016). Pengobatan yang diberikan bersifat suportif, dan mempertahankan

fungsi tubuh. Tujuan keperawatan pada pasien kanker adalah meningkatkan

kualitas hidup dan menghantarkan pasien dengan kondisi End of life dengan

tenang. Hal ini sesuai dengan tujuan dari perawatan paliatif.

Menurut pedoman teknis pelayanan paliatif kanker (2013) perawatan paliatif

pada pasien kanker adalah pelayanan terintegrasi oleh tim paliatif untuk

meningkatkan kualitas hidup pasien dan memberikan dukungan bagi keluarga yang

menghadapi masalah yang berhubungan dengan kondisi pasien dengan mencegah

Universitas Sumatera Utara


dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini, penilaian yang seksama

serta pengobatan nyeri dan masalah lain, baik masalah fisik, psikososial dn

spiritual. Hal-hal yan terkait dalam perawatan paliatif adalah :

2.4.1 Komunikasi dan pembuatan keputusan

Komunikasi perawat dan petugas kesehatan lain dengan pasien dan keluarga

serta antara pasien dan keluarga merupakan hal penting dalam perawatan paliatif.

Pasien merupakan individu yang memiliki hak untuk mengetahui informasi

kondisi penyakitnya. Pasien juga memiliki hak untuk menentukan tindakan yang

akan dilakukan terhadapnya jika pasien masih memiliki kompetensi untuk

membuat keputusan. Pada fase end of life banyak pasien yang tidak mampu

membuat keputusan, sehingga petugas kesehatan sebaiknya membicarakan segala

informasi mengenai kondisi pasien pada saat pasien memiliki kesadaran penuh

sehingga mampu membuat keputusan. Walaupun demikian keluarga tetap dapat

berperan dalam pegambilan keputusan.

2.4.2. Manajemen gejala

Nyeri merupakan salah satu gejala yang paling banyak diderita pasien

kanker. Nyeri juga merupakan keluhan yang paling ditakuti oleh pasien dan

keluarga. Tata laksana untuk mengatasi nyeri dapat dilakukan secara medikmetosa

dan nonmedikmetosa.Pelaksanaan secara medikmetosa yaitu dengan analgetik :

NSAID, non opioid, andjuvant (Kortikosteroid, antidepresan, anti epilepsy,

relaksan otot, antispas modik). Penggunaan obat analgetik dan terapi adjuvant

untuk mengatasi nyeri harus sesuai denga STEP LADDER.

Universitas Sumatera Utara


Pelaksanaan nonmedikmetosa dapat dilakukan secara fisik dan psikologis.

Nonmedikmetosa secara fisik yaitu dengan kompres hangat, TENS, sedangkan

untuk psikologis yaitu dengan relaksasi, cognitive-behavioural terapi,

psychodynamic terapi.

2.4.3. Perawatan setelah pasien meninggal

Berduka adalah sekumpulan emosi yang menganggu yang diakibatkan oleh

perubahan atau berakhirnya pola perilaku yang ada. Hal ini biasanya terjadi

setelah seseorang kehilangan yang dapat berupa kehilangan kesehatan, fungsi,

mobilitas, potensi, harapan, dan akhirnya kehilangan kehidupan yaitu kematian

yang dapat menimbulkan rasa duka. Dua puluh persen dari rasa duka yang muncul

akibat kematian bersifat patologis, yaitu berupa gangguan kecemasan atau depresi

yang berkepanjangan atau berlebihan. Tahap berduka meliputi shock, tidak

percaya, penyangkalan, marah, menimbang-nimbang, depresi, dan penerimaan,

rasa berduka yang patologi ditandai dengan hilangnya motivasi dan munculnya

tanda-tanda depresi lain yang menetap seperti putus asa, rasa bersalah, dan

penyesalan yang berlebihan, serta keinginan untuk bunuh diri. Pada kondisi

seperti ini, pendekatan yang diperlukan adalah membantu agar mereka merasa

memiliki harga diri, percaya diri, aman. Konseling dari support group akan

bermanfaat dalam mengatasi hal tersebut.

Universitas Sumatera Utara


Tugas dari pelayanan paliatif adalah memberikan dukungan, agar rasa duka

yang timbul tidak menjadi duka yang patologis. Dukungan pada masa berkabung

dilakukan pada saat pasien meninggal dan pada saat pemakaman.

Tujuan dukungan masa berkabung adalah :

1. Membantu agar keluarga bisa menerima kenyataan bahwa pasien telah

meninggal dan tidak akan kembali ;

2. Membantu agar keluarga mampu berdaptasi dengan situasi dan kondisi

baru

3. Membantu merubah lingkungan yang memungkinkan keluarga dapat

melanjutkan hidup tanpa pasien yang meninggal

4. Mambantu keluarga agar mendapatkan kembali rasa percaya diri untuk

melanjutkan hidup

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai