XII A2 / 20
SUB KD 3.2.2
PERAN POLRI
Kemudian wilayah di tingkat provinsi disebut dengan Kepolisian Daerah yang biasa disebut
dengan Polda yang dipimpin oleh Kapolda yang bertanggung jawab kepada Kapolri.
Di tingkat kabupaten disebut dengan kepolisian resot atau yang biasa disebut dengan Polres
yang dipimpin oleh Kapolres yang bertanggung jawab kepada Kapolda.
Dan di tingkat kecamatan terdapat kepolisian sektor yang biasa disebut dengan polsek yang
di pimpin oleh Kapolsek yang bertanggung jawab kepada Kapolres. Serta di tingkat desa atau
Kelurahan ada pos polisi yang dipimpin oleh seorang Brigadir Polsisi atau sesuai situasi dan
kondisi daerahnya.
5. UU yang khusus mengatur tentang POLRI yaitu pasal 16 Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun
2002 tentang Kepolisian RI.
6. 3 tugas pokok POLRI:
Pasal 13: Tugas Pokok Kepolisian Negara Rrepublik Indonesia dalam UU No.2 tahun 2002
adalah sebagai berikut:
a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Menegakkan hukum
Halaman 1|8
P Jansen C
XII A2 / 20
7. Wewenang POLRI :
Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan.
Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki TKP untuk kepentingan
penyidikan.
Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidikan.
Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri.
Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat.
Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara.
Mengadakan penghentian penyidikan.
Menyerahkan bekas perkara kepada penuntut umum.
Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang
ditempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk
mencegah orang yang disangka melakukan tindak pidana.
Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil
serta menerima hasil penyidikan penyidik pegawai negeri sipil untuk diserahkan
kepada penuntut umum.
Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab, yaitu tindakan
penyelidikan dan penyidikan yang dilaksanakan dengan syarat sbb:
1.) Tidak menentang aturan hukum
2.) Selaras dengan kewajiban hukum yang mengharuskan tindakan tersebut
dilakukan
3.) Harus patut, masuk akal, dan termasuk dalam lingkungan jabtannya
4.) Pertimbangan yang layak berdasar keadaan yang memaksa
5.) Menghormati ham
8. Fungsi POLRI:
Pasal 2 :” Fungsi Kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan Negara di bidang
pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, perlindungan,
pengayoman dan pelayanan masyarakat”. Sedangkan Pasal 3: “(1) Pengemban fungsi
Kepolisian adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh : a. kepolisian
khusus, b. pegawai negri sipil dan/atau c. bentuk-bentuk pengamanan swakarsa. (2)
Pengemban fungsi Kepolisian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a,b, dan c,
melaksanakan fungsi Kepolisian sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang menjadi
dasar hukum masing-masing.
Halaman 2|8
P Jansen C
XII A2 / 20
PERAN KEJAKSAAN RI
Halaman 3|8
P Jansen C
XII A2 / 20
5. Pernah di Bandung
1. Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik di dalam maupun di luar
pengadilan. Jasa hukum yang diberikan berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan
hukum, menjalankan kuasa, mewakili, membela, mendampingi, dan melakukan tindakan
hukum.
2. UU yang khusus mengatur tentang advokat yaitu UU RI Nomor 18 Tahun 2003 tentang
Advokat.
3. Syarat untuk menjadi advokat sesuai UU :
a. Warga NRI
b. Bertempat tinggal di Indonesia
c. Tidak berstatus sebagai pegawai negeri atau pejabat negara
d. Berusia sekurang-kurangnya 25 tahun
e. Berijazah sarjana yang berlatar belakang pendidikan tinggi hukum
f. Lulus ujian yang diadakan oleh Organisasi Advokat
g. Magang sekurang-kurangnya 2 tahun terus menerus pada kantor advokat
h. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam
dengan pidana 5 tahun atau lebih
i. Berperilaku baik, jujur, bertanggungjawab, adil, dan mempunyaiintegritas yang tinggi
4. Tugas khusus advokat yaitu membuat dan mengajukan gugatan, jawaban, tangkisan,
sangkalan, memberi pembuktian, mendesak segera disidangkan atau diputuskan perkaranya,
dsb.
5. Hak Advokat Menurut UU No 18 Tahun 2003 ttg Advokat :
Pasal 14
Advokat bebas mengeluarkan pendapat atau pernyataan dalam membela perkara yang
menjadi tanggung jawabnya di dalam sidang pengadilan dengan tetap berpegang pada kode
etik profesi dan peraturan perundang-undangan.
Pasal 15
Advokad bebas dalam menjalankan tugas profesinya untuk membela perkara yang tanggung
jawabnya dengan tetap berpegang pada kode etik profesi dan peraturan perundang-
undangan.
Halaman 5|8
P Jansen C
XII A2 / 20
Pasal 16
Advokat tidak dapat di tuntut, baik secara perdata maupun pidana dalam menjalankan tugas
profesinya dengan iktikad baik kepentingan pembelaan Klien dalam sidang pengadilan.
Penjelasannya yang di maksud "iktikat baik" adalah menjalankan tugas profesi demi tegaknya
keadilan berdasarkan hukum untuk membela kepentingan Kliennya.
Yang di maksud degan " sidang pengadilan" adalash sidang pengadilan dalam setiap tingkat
pengadilan di semua lingkungan perdilan
Pasal 17
Dalam menjalankan profesinya, Advokat berhak memperoleh informasi, data, dan dokumen
lainnya, baik dari instansi Pemerintah maupun pihak lain yang berkaitan dengan kepentingan
tersebut yang diperlakukan untuk pembelaan kepentingan Kliennya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 18
Advokat tidak dapat di identikkan dengan Kliennya dalam membela perkara Klien oleh
pihak yang berwenang dan/atau masyarakat.
Pasal 19
Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien Termaksud perlindungan atas
berkas dan dokumennya terhadap penyitaan atau pemeriksaan dan perlindungan terhadap
penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat.
Pasal 18
Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya
karena hubungan profesinya, kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
Pasal 20
Halaman 6|8
P Jansen C
XII A2 / 20
PERAN KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat KPK) adalah lembaga
negara yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya
pemberantasan tindak pidana korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan
mana pun dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.[1] Komisi ini didirikan berdasarkan kepada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi.[2] Dalam pelaksanaan tugasnya, KPK berpedoman kepada lima asas, yaitu: kepastian
hukum, keterbukaan, akuntabilitas, kepentingan umum, dan proporsionalitas. KPK bertanggung jawab
kepada publik dan menyampaikan laporannya secara terbuka dan berkala kepada Presiden, DPR, dan
BPK.[1]
a. Kepastian hukum;
Asas Kepastian Hukum merupakan asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan
peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan Penyelenggara
Negara.
Halaman 7|8
P Jansen C
XII A2 / 20
b. Keterbukaan;
Asas Keterbukaan adalah asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh
informasi yang benar, jujur, dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan negara dengan tetap
memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
c. Akuntabilitas;
Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan
Penyelenggara Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
d. Kepentingan umum;
Asas Kepentingan Umum adalah asas yang mendahulukan kesejahteraan umum dengan cara
yang aspiratif, akomodatif, dan selektif.
e. proporsionalitas
Asas Proporsionalitas adalah asas yang mengutamakan keseimbangan antara hak dan kewajiban
Penyelenggara Negara.
Halaman 8|8