PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asesment yang dilakukan PISA, menunjukkan kemampauan literasi
matematika Indonesia pada tahun 2009 menempatkan Indonesia pada per ingkat
61 dari 65 negara yang diukur, dengan skor 371 berada 129 poin dibawah skor
kemampuan literasi matematika yang dikur oleh PISA yaitu mengidentifikasi dan
sangatlah rendah.
Kenyataan ini memberikan penyadaran kepada guru matematika bahwa
pembelajaran kurang memberikan efek pada daya nalar, kritis pada peserta didik.
Observasi awal yang penulis lakukan terhadap guru-guru dalam lingkup sekolah
pembelajaran berlangsung.
1
Permasalahan lain yang dihadapi peneliti dalam proses belajar mengajar
belajar siswa kurang aktif. Siswa banyak yang bersifat pasif salah satu faktornya
karena jumlah mereka dalam satu kelas cukup banyak yaitu 32 orang, sehingga
guru kesulitan atau dengan kata lain memiliki keterbatasan dalam mengontrol dan
disebabkan karena perasaan sungkan mereka untuk bertanya kepada guru. Mereka
cenderung lebih mudah mengeluarkan pendapat atau pikiran dan kesulitan belajar
materi yang mereka anggap mudah dan sudah dikuasai. Keadaan ini sebenarnya
belum paham, maka siswa-siswa yang sudah paham itu akan terlepas secara
mental dari kegiatan pembelajaran. Ia akan melakukan apa saja, dari sekedar pasif
sampai aktif membuat keributan atau gangguan. Di sisi lain bila guru tidak
melanjutkan penjelasan itu, maka siswa-siswa dengan potensi belajar rendah akan
yang meneliti penerapan tutor sebaya untuk meningkatkan minat dan prestasi
2
belajar siswa (jurnal fkip.uns.ac.id), nurmiati dkk telah menguji efektifitas
“Tutor Sebaya”. Strategi ini dilakukan dengan cara memberdayakan siswa yang
semua siswa akan aktif. Siswa yang tadinya tidak aktif akan aktif karena tidak
malu lagi untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat secara bebas, karena yang
menjadi tutor adalah teman mereka sendiri. Dengan keaktifan siswa dalam proses
pada hasil belajarnya. Hasil belajar diharapkan dapat meningkat. Untuk itu
Rangas Mamuju” menjadi layak untuk dilakukan di kelas yang peneliti ajar.
B. Rumusan Masalah
adalah:
diskusi kelompok terbimbing oleh tutor sebaya pada siswa kelas X SMKN 1
sebaya pada siswa kelas X SMKN 1 Rangas Mamuju tahun ajaran 2019/2020?
3
3. Apakah hasil belajar Matematika siswa dapat
meningkat melalui diskusi kelompok terbimbing oleh tutor sebaya pada siswa
C. Tujuan Penelitian
melalui diskusi kelompok terbimbing oleh tutor sebaya pada siswa kelas X
melalui diskusi kelompok terbimbing oleh tutor sebaya pada siswa kelas X
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis :
4
b. Menjadi salah satu acuan bagi guru untuk menyelesaikan
masalah Matematika
pembelajaran Matematika.
2. Manfaat praktis
kepada siswa.
persoalan Matematika
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang
dan berlangsung seumur hidup. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar
adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku
5
Menurut Ernest R. Hilgard (Zainal Aqib. 2002: 42) dalam bukunya Theories
akan berubah daripada sebelum itu. Jadi belajar tidak hanya mengenai bidang
Menurut pengertian ini, belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan
suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas
daripada itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil
Beberapa pendapat ahli tentang defenisi belajar dalam Sudrajat (2009) antara
a. Moh. Surya (1997) menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai suatu proses
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
6
c. Crow & Crow (1958) menyatakan bahwa belajar adalah diperolehnya
d. Hilgard (1962) menyatakan bahwa belajar adalah proses dimana suatu perilaku
proses perubahan di dalam diri manusia. Menurut Oemar Hamalik (2001: 30),
bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, yang sebelumnya tidak ada atau tingkah lakunya
masih lemah atau kurang. Tingkah laku memiliki unsur objektif dan unsur
subjektif. Unsur objektif adalah unsur motorik atau unsur jaSMKniah, sedangkan
unsur subjektif tidak tampak kecuali berdasarkan tingkah laku yang tampak itu.
Tingkah laku manusia terdiri dari sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada
hubungan sosial, jaSMKni, budi pekerti (etika), sikap dan lain-lain. Kalau
seseorang telah melakukan perbuatan belajar, maka terjadi perubahan pada salah
2. Interaksi Belajar
mengajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan bertujuan.
Dalam interaksi pembelajaran unsur guru dan siswa harus aktif, karena tidak
7
mungkin terjadi proses interaksi bila hanya satu unsur yang aktif. Aktif dalam
keterampilan proses, siswa harus lebih aktif daripada guru. Guru hanya bertindak
sebagai fasilitator dan pembimbing. Inilah yang disebut dengan interaksi edukatif
gambaran hubungan aktif dua arah antara guru dan anak didik yang berlangsung
Ada tiga pola komunikasi antara guru dan anak didik dalam proses
sebagai pemberi aksi dan anak didik sebagai penerima aksi. Guru aktif, dan
pelajaran.
sebagai pemberi aksi atau penerima aksi. Demikian pula halnya anak didik,
bisa sebagai penerima aksi, bisa pula sebagai pemberi aksi. Antara guru dan
hanya terjadi antara guru dan anak didik. Anak didik dituntut lebih aktif
daripada guru, seperti halnya guru, dapat berfungsi sebagai sumber belajar
8
Penggunaan variasi pola interaksi mutlak dilakukan oleh guru. Hal ini
tujuan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (Tim penyusun kamus pusat bahasa
diskusi biasanya membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di mana
biasanya membahas satu topik yang menjadi perhatian umum di mana masing-
sebagai metode partisipatif. Selain itu Metode diskusi ialah suatu cara
penyampaian bahan pelajaran bagi guru, dan guru memberi kesempatan kepada
guru hendak:
9
1. Memanfaatkan berbagai kemampuan yang ada pada siswa.
5. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun
teman-teman.
problem bersama-sama.
10
h. Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis.
luas.
a. Tidak semua topik dapat dijadikan metode diskusi hanya hal-hal yang
c. Sulit untuk menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi.
dan telah biasa berbicara. Siswa pemalu dan pendiam tidak akan
kelompok lain atau menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah,
4. Tutor Sebaya
11
Peer Tutoring atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah
tutor sebaya. Sudah ada beberapa ahli yang meneliti masalah ini diantaranya,
menyebutkan pengertian tutor sebaya adalah sebagai berikut: Tutor sebaya adalah
sebuah prsedur siswa mengajar siswa lainnya. Tipe pertama adalah pengajar dan
pembelajar dari usia yang sama. Tipe kedua adalah pengajar yang lebih tua
usianya dari pembelajar. Tipe yang lain kadang dimunculkan pertukaran usia
pengajar.
sebagai tukang atau pelaksana mengajar, cara mengajarnya telah disiapkan secara
khusus dan terperinci. Fungsi lainnya adalah dengan adanya tutor sebaya siswa
yang kurang aktif menjadi aktif karena tidak malu lagi untuk bertanya dan
mereka dapat mewujudkan apa yang terpendam dalam hatinya, dan khayalannya.
Jadi, sistem pengajaran dengan tutor sebaya akan membantu siswa yang
kurang mampu atau kurang cepat menerima pelajaran dari gurunya. Kegiatan
tutor sebaya bagi siswa merupakan kegiatan yang kaya akan pengalaman yang
mendapat pengalaman, sedang yang ditutori akan lebih kreatif dalam menerima
pelajaran.
12
Strategi ini dilakukan dengan cara memberdayakan kemampuan siswa
yang memiliki daya serap yang tinggi, siswa tersebut mengajarkan materi/latihan
kepada teman-temannya yang belum faham. Metode ini banyak sekali manfaatnya
baik dari sisi siswa yang berperan sebagai tutor maupun bagi siswa yang
peserta didik. Hal ini bisa terjadi ketika peserta didik yang lebih mampu
yang kurang mampu. Alternatifnya, waktu khusus tiap harinya harus dialokasikan
agar peserta didik saling membantu dalam belajar baik satu-satu atau dalam
kelompok kecil.
saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja
bersama.
kelompok diskusi dengan bimbingan guru mata pelajaran dibantu oleh tutor
sebaya. Tutor sebaya adalah siswa di kelas tertentu yang memiliki kemampuan di
atas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota
diharapkan setiap anggota lebih mudah dan leluasa dalam menyampaikan masalah
13
yang dihadapi sehingga siswa yang bersangkutan terpacu semangatnya untuk
dipacu untuk menjadi kelompok yang terbaik. Oleh karena itu, selain aktivitas
anggota kelompok, peran ketua kelompok atau tutor sangat besar pengaruhnya
Siswa secara demokratis dapat memilih tutor yang diinginkan dengan catatan
dalam satu kelompok belajar jelas anggotanya dimana Tutor dan pembagian
memiliki kemampuan akademis di atas rata-rata siswa satu kelas; (2) mampu
menjalin kerja sama dengan sesama siswa; (3) memiliki motivasi tinggi untuk
meraih prestasi akademis yang baik; (4) memiliki sikap toleransi dan tenggang
rasa dengan sesama; (5) memiliki motivasi tinggi untuk menjadikan kelompok
diskusinya sebagai yang terbaik; (6) bersikap rendah hati, pemberani, dan
kesulitan.
Tutor atau ketua kelompok memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai
berikut: (1) memberikan tutorial kepada anggota terhadap materi ajar yang sedang
dipelajari; (2) mengkoordinir proses diskusi agar berlangsung kreatif dan dinamis;
ajar yang belum dikuasai; (4) menyusun jadwal diskusi bersama anggota
kelompok, baik pada saat tatap muka di kelas maupun di luar kelas, secara rutin
14
dan insidental untuk memecahkan masalah yang dihadapi; (4) melaporkan
sebaya hanyalah sebagai fasilitator dan pembimbing terbatas. Artinya, guru hanya
terbimbing oleh tutor sebaya adalah suatu metode pembelajaran diskusi yang
dipimpin oleh tutor sebaya yaitu siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam
memiliki kemampuan yang kurang atau yang belum memahami materi pelajaran.
5. Motivasi Belajar
baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik)
Motivasi tersebut perlu dimiliki oleh para siswa dan guru untuk
15
merupakan faktor yang sangat besar pengaruhnya. Tanpa adanya motivasi, maka
proses belajar siswa akan sulit berjalan lancar. Dalam konsep pembelajaran,
motivasi berarti seni mendorong peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar
siswa untuk belajar dengan penuh semangat dan vitalitas yang tinggi dinamakan
memberi motivasi. Banyak bakat anak tidak berkembang, hal ini dikarenakan
tidak diperolehnya motivasi yang tepat. Jika seseorang mendapat motivasi yang
tepat. maka lepaslah tenaga yang luar biasa, sehingga tercapai hasil-hasil yang
semula tidak terduga. Dalam proses pembelajaran para guru perlu mendesain
motivasi yang tepat terhadap anak didik agar para anak didik itu belajar dan
maksimal.
adanya motivasi pada diri siswa dapat diketahui dari pengamatan terhadap
perilakunya dalam kegiatan belajar. Adapun ciri-ciri siswa yang termotivasi dalam
16
3. Cenderung mengerjakan soal-soal yang menantang tetapi tidak
diberikan kepadanya.
Karena pentingnya motivasi bagi siswa, maka guru harus berusaha untuk
memulai kegiatan belajar mengajar dengan memperjelas tujuan yang ingin dicapai
sehingga siswa mengetahui dengan jelas apa yang harus dicapai dalam kegiatan
belajar mengajar, memberikan waktu tertentu bagi siswa untuk mengerjakan tugas
serta menilai setiap tugas siswa dan memberikan komentar secara tertulis.
17
Menurut Sriyono dalam Azis Wahab (2007 : 7) menyatakan bahwa
siswa lebih giat belajar. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan
pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan adalah salah satu bentuk
6. Hasil Belajar
itu sendiri merupakan hasil belajar itu biasanya dinyatakan dengan nilai. Menurut
Winarno Surahmad “Hasil belajar adalah hasil dimana guru melihat bentuk akhir
tingkah laku”.
Dapat diartikan bahwa hasil belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau
Perubahan diri seseorang yang dinyatakan dengan cara bertingkah laku baru
analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat
18
b. Ranah afektif, berkenaan dengan aspek yang terdiri dari lima aspek
Hasil belajar merupakan hasil dari proses kompleks. Hal ini disebabkan
banyak Faktor yang terkandung di dalamnya baik yang berasal dari faktor internal
maupun faktor eksternal. Adapun faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar
yaitu:
kognitif.
E. Kerangka Pikir
merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam menentukan efektif
tidaknya suatu pembelajaran. Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
19
menyebabkan perbedaan prestasi belajar antar siswa. Oleh karena itu diperlukan
konsep yang sulit karena adanya bantuan dari orang yang lebih kompeten, dalam
Melalui pembelajaran dengan tutor sebaya, siswa akan lebih berani untuk
oleh tutor sebaya akan memancing siswa untuk belajar mandiri setelah
pengawasan dan bimbingan dari guru. Diharapkan dengan metode ini hasil belajar
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Variabel Penelitian
20
Variabel Input : - Materi Persamaan linear memuat nilai mutlak
ajaran 2019/2010
C. Defenisi Konseptual
pembelajaran diskusi yang dipimpin oleh tutor sebaya yaitu beberapa siswa yang
kepada teman-temannya yang memiliki kemampuan yang kurang atau yang belum
materi dan latihan kepada temannya, tutor sebaya juga bertugas mengaktifkan
a. Motivasi belajar adalah skor total yang diperoleh siswa setelah mengikuti
21
memperoleh pujian dari apa yang dikerjakannya, bekerja dengan harapan ingin
b. Hasil belajar adalah skor yang dicapai siswa setelah memperoleh pengalaman
sebaya. Hasil belajar ini diukur dengan menggunakan instrumen/ tes hasil
F. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMKN 1 Rangas Negeri
tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 31 orang yang terdiri dari 10 orang
G. Prosedur Penelitian
dicapai tujuan dalam penelitian, tetapi dalam laporan penelitian ini dilakukan
dalam dua siklus. Yaitu siklus I dan siklus II, dimana siklus I dan siklus II
22
Hasil
( Suharsimi Arikunto. 2007: 16)
1. Siklus I
a. Perencanaan
23
3. Membuat rancangan pembelajaran untuk 2 kali
pertemuan.
b. Pelaksanaan tindakan
lebih aktif dan komunikasi tidak bersifat satu arah sehingga siswa termotivasi
kelas.
24
c. Observasi
pelajaran Matematika) dalam tahap ini adalah aktivitas siswa, tutor dan guru
mengerjakan soal di papan tulis, dan hal-hal lain yang dapat menunjang
25
d. Refleksi Hasil Kegiatan
Hasil yang diperoleh setelah dilakukan observasi dan evaluasi tes hasil
dari hasil belajar maupun catatan guru dari lembar observasi yang diambil selama
proses belajar mengajar berlangsung. Hal-hal yang masih kurang, perlu diperbaiki
Selain itu pembagian anggota kelompok yang tidak merata antara siswa
yang memiliki kemampuan berfikir tinggi, sedang dan kurang sehingga ada
kemampuan berfikir tinggi dan ada pula kelompok yang di dalamnya lebih banyak
terfokus pada materi. Hal ini nampak pada banyaknya siswa yang mengajukan
rendah.
26
2. Siklus II
dari hasil siklus I. Pelaksanaan Siklus II dilakukan dalam 3 kali pertemuan atau
telah meningkatkan hasil belajar Matematika siswa. Namun masih terdapat hal-hal
langkah yang ditempuh kurang lebih sama dengan siklus I. Inti dari pelaksanaan
a. Perencanaan
akan dipecahkan.
lurus beraturan.
27
4. Membuat rancangan pembelajaran untuk 3 kali
pertemuan.
b. Pelaksanaan tindakan
lebih aktif dan komunikasi tidak bersifat satu arah sehingga siswa termotivasi
kelas
c. Observasi
28
1. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran
pelajaran Matematika) dalam tahap ini adalah aktivitas siswa dan guru
mengerjakan soal di papan tulis, dan hal-hal lain yang dapat menunjang
antara anggota dan tutornya semakin akrab, Siswa tidak segan lagi bertanya
29
d. Refleksi Hasil Kegiatan
Dari hasil yang didapat pada tahap observasi, diperoleh bahwa motivasi
1. Data kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari angket motivasi dan tes hasil belajar di akhir
siklus. Angket motivasi berupa angket yang berisi pernyataan tentang kondisi
belajar setiap siswa sedangkan tes hasil belajar berupa tes kemampuan
2. Data kualitatif
Data kualitatif diperoleh dari kondisi fisik siswa di setiap pertemuan selama
I. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar
dalam bentuk pilihan ganda dan angket motivasi belajar yang berupa angket
30
Untuk mengolah data hasil belajar dalam penelitian, digunakan analisis
2. Membuat tabel distribusi data tes hasil belajar yang meliputi subyek
penelitian, nilai tertinggi, nilai terendah, nilai rata-rata dan standar deviasi.
Mengingat nilai yang diperoleh siswa dari hasil pemeriksaan lembar jawaban
masih dalam bentuk skor mentah, maka terlebih dahulu dilakukan konversi
Nilai Kategori
≥ 70,00 Tuntas
Matematika dalam kategori tuntas atau tidak tuntas didasarkan pada acuan KKM
a. Seorang siswa dikatakan tuntas dalam belajar Matematika jika nilai yang
b. Seorang siswa dikatakan tidak tuntas dalam belajar jika nilai yang
4. Membuat diagram batang berdasarkan distribusi nilai hasil belajar siswa dan
31
5. Berdasarkan hasil klasifikasi ketuntasan belajar, maka penarikan kesimpulan
akhir apakah siswa kelas X. SMKN 1 Rangas Mamuju dinyatakan tuntas atau
Sangat
Sangat Kurang Tidak
Pernyataan sikap setuju tidak
setuju setuju setuju
setuju
Positif 5 4 3 2 1
Negatif 1 2 3 4 5
meliputi subyek penelitian, skor tertinggi, skor terendah, skor rata-rata dan
standar deviasi.
dalam kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi.
32
Adapun kriteria secara deskriptif yang digunakan dalam menentukan
K. Indikator Keberhasilan
dilihat dengan tercapainya skor rata-rata motivasi siswa 80% yang dijaring
melalui angket motivasi diakhir siklus.. Motivasi siswa juga dapat dilihat
dengan tercapainya 80% siswa yang mencapai skor minimal 70 untuk tes
33
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Rineka Cipta
Jakarta.
Akhmad Sudrajat. 2009. Hakikat Belajar. http:// akhmadsudrajat. Wordpress.
com. Diakses tanggal 30 Juni 2009
Arikunto, S. 2003. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Arikunto, S. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.
Azis Wahab. 2007. Metode dan Model-model Mengajar IP. Alfabeta. Jakarta.
Foster, Bob. 2005. 1001 Plus Soal dan Pembahasan. Erlangga. Jakarta.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Refika
Aditama. Bandung.
Purwanto, Budi. 2004. Fisika Dasar Teori dan implementasinya. Tiga Serangkai.
Solo
Sadiman, dkk. 2008. Media Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
34
Sardiman A.M. 2005. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Rajawali pers. Jakarta
35