Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Kolesterol merupakan lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural


esensial yang membentuk membran sel serta lapisan eksterna lipoprotein plasma.
Lebih dari separuh jumlah kolesterol tubuh berasal dari sintesis (sekitar 700
mg/hari), dan sisanya berasal dari makanan sehari-hari. Pada manusia, hati
menghasilkan kurang lebih 10% dari total sintesis, sementara usus sekitar 10%
lainnya (Murray et al, 2003). Terdapat dua sumber kolesterol untuk tubuh : asupan
kolesterol melalui makanan, dengan produk-produk hewani, misalnya kuning telur,
daging merah, dan mentega sebagai sumber utama lipid ini (lemak hewani
mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati tidak), dan pembentukan
kolesterol oleh banyak organ terutama hati (Sherwood, 2001).

Gambar 1. Strukur kimia kolesterol (Anonim, 2015)

Seperti yang digambarkan oleh formula kolesterol, struktur dasarnya adalah


inti sterol. Inti sterol seluruhnya dibentuk dari molekul asetil-KoA. Sebaliknya, inti
sterol dapat dimodifikasi dengan berbagai rantai samping untuk membentuk : (a)
kolesterol, (b) asam kolat, yang merupakan dasar dari asam empedu, dan (c)
beberapa hormon steroid yang penting yang disekresi oleh korteks adrenal, ovarium
dan testis (Guyton dan Hall, 2007).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap yaitu : (Murray, et al,
2003)
1. Asetil-KoA membentuk HMGKoA dan mevalonat.

1
2. Mevalonat mengalami fosforilasi oleh ATP untuk membentuk beberapa
intermediat terfosforilasi aktif. Dengan cara dekarboksilasi terbentuk unit
isoprenoid aktif, yaitu isopentenyl difosfat.
3. Enam unit Isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk Skualen.
4. Skualen dikonversi menjadi lanosterol.
5. Lanosterol dikonversi menjadi kolesterol.
Sekitar 1 gram kolesterol dieliminasi dari tubuh setiap harinya. Kurang lebih
separuhnya dieskresikan ke dalam feses setelah dikonversi menjadi asam empedu.
Sisanya akan diekskresikan ke dalam empedu akan direabsorpsi. Koprostanol
merupakan sterol utama di dalam feses, senyawa ini dibentuk dari kolesterol oleh
bakteri yang ada di usus besar. Sejumlah besar ekskresi garam empedu akan
direabsorpsi kembali ke dalam hati. Peristiwa ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik. Garam empedu yang tidak direabsorpsi, ataupun derivatnya,
dieskresikan ke dalam feses (Guyton dan Hall, 2007).
Faktor- faktor yang mempengaruhi konsentrasi kolesterol plasma adalah
sebagai berikut :
1. Peningkatan jumlah kolesterol yang dicerna setiap hari sedikit
meningkatkan kosentrasi plasma.
2. Diet lemak yang sangat jenuh meningkatkan konsentrasi kolesterol
darah 15 sampai 25 persen.
3. Kekurangan insulin atau hormon tiroid meningkatkan konsentrasi
kolesterol darah, sedangkan kelebihan hormon tiroid menurunkan
konsentrasi kolesterol darah (Guyton dan Hall, 2001).
Dalam plasma, kolesterol diangkut oleh lipoprotein, membentuk kompleks
lipid-apolipoproteins. Ada empat macam lipoprotein : lipoprotein densitas tinggi
(HDL), lipoprotein densitas rendah (LDL), lipoprotein densitas sangat rendah
(VLDL) dan kilomikron. LDL berfungsi untuk membawa kolesterol menuju sel
perifer, sedangkan HDL bertanggung jawab terhadap ambilan kolesterol dari sel
tubuh (Rifai et al, 2007).
Penentuan kadar kolesterol total digunakan untuk tujuan skrining sedangkan
untuk penilaian risiko penyakit jantung koroner yang lebih baik diperlukan

2
pengukuran HDL-C dan LDLC. Faktor risiko utama penyakit jantung koroner
diantaranya adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan suatu kondisi dimana
terjadi abnormalitas kadar lipid di dalam darah, diantaranya peningkatan kadar
kolesterol total, LDL, dan kadar trigliserida, serta penurunan kadar HDL (Adam,
John, 2007).
Tabel 1.Klasifikasi target kolesterol total, HDL dan LDL sesuai NCEP ATP III
(U.S. Department of Health and Human Services, 2001)

Tabel 2. Klasifikasi target nilai trigliserida sesuai NCEP ATP III (U.S.
Department of Health and Human Services, 2001)

Pengelolaan dislipidemia terdiri atas non farmakologis dan farmakologis.


Penatalaksanaan non farmakologis berupa perubahan gaya hidup yaitu terapi nutrisi
medis, aktifitas fisik, serta beberapa upaya yang lain seperti merokok, menurunkan
berat badan yang gemuk dan mengurangi asupan alkohol. Penatalaksanaan
farmakologis menurut NCEP ATP III menganjurkan obat pilihan pertama adalah
golongan HMG-CoA reductase inhibitor. Bila trigliserida juga meningkat maka
pengobatan dikombinasi dengan golongan derivat asam fibrat (Adam, John, 2007).

3
Pemeriksaan kolesterol secara kuantitatif dapat dilakukan menggunakan
dua metode yaitu kimiawi non enzimatis dan kimiawi secara enzimatis. Metode
kimiawi Abell-Kendall, kolesteril ester dihidrolisis menggunakan kalium hidoksida
(KOH) dan menggunakan petroleum eter kemudian diukur menggunakan reagen
Liebermann-Burchad (James et al, 2011). Banyak penelitian dan fakta di lapangan
mengukur kadar kolesterol total dengan metode enzimatis karena tidak
menggunakan zat korosif dan penggunaannya yang lebih mudah (Srisawasdi, et al,
2007).
Enzim adalah protein biologis spesifik yang mengkatalisis reaksi biokimia
tanpa mengubah titik ekuilibrium reaksi. Zat lain dalam reaksi diubah menjadi
sebuah produk. Tingkat enzim plasma atau serum seringkali bermanfaat dalam
diagnosis penyakit tertentu atau kelainan fisiologis. Hubungan antara enzim (E),
substrat (S), dan produk (P) dapat direpresentasikan sebagai berikut :
E + S  ES  E + P
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi enzimatis adalah konsentrasi
substrat, konsentrasi enzim, pH, temperatur, kofaktor dan inhibitor (Kaplan dan
Pesce, 2010).
Metode pengukuran secara enzimatis sendiri dibagi menjadi 2 yaitu end
point dan kinetik. Metode enzimatis end point dimana sampel diinkubasi untuk
periode tertentu dan di akhir reaksi dihitung berupa penyerapan warna pada
gelombang yang sudah ditentukan oleh spektofotometer seperti terlihat pada grafik
1 (Mody, 1999).

Grafik 1. Metode enzimatis secara End point (Kamelska, 2015)

4
Metode enzimatis kinetik, pengukuran reaksi penyerapan warna diukur rata-
rata sepanjang reaksi hingga gelombang tertentu (Mody, 1999). Rata-rata
perubahan absorbansi per menit digambarkan pada grafik 2.

Grafik 2. Metode enzimatis secara kinetik (Kaplan dan Pesce, 2010)


Kelebihan dari pengukuran kolesterol dengan metode enzimatis secara
kinetik adalah waktu yang dibutuhkan untuk menganalisis sampel lebih singkat
serta interferen yang minimal. Kerugiannya adalah metode enzimatis secara kinetik
membutuhkan biaya yang besar untuk reagen serta mempunyai presisi > 3%.
Kelebihan dari pengukuran kolesterol dengan metode enzimatis secara end point
adalah mempunyai presisi yang lebih baik dan membutuhkan biaya reagen yang
lebih sedikit. Kerugian metode enzimatis secara end point adalah pemeriksaan
membutuhkan waktu yang lama (Srisawasdi, et al, 2007).
Instalasi laboratorium RSUD DR. Moewardi mempunyai 4 alat yang
digunakan dalam pemeriksaan kadar kolesterol total serum, yaitu Siemens Advia
1200 Chemistry Analyzer, Siemens Advia 1800 Chemistry Analyzer, Intrumentation
Laboratory (ILab) 650 Chemistry Analizer dan TMS 24 i metode yang digunakan
adalah enzimatis end point.
Dalam makalah ini selanjutnya akan membahas mengenai perbandingan
pemeriksaan kolesterol total dengan metode enzimatis end point dan kinetik
menggunakan alat Vitalab Selectra Analyzer (E Merck, Darmstadt, Germany).

5
BAB II
PERBANDINGAN PEMERIKSAAN KOLESTEROL TOTAL METODE
ENZIMATIS SECARA END POINT DAN KINETIK

A. Pra Analitik

1. Tujuan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar
kolesterol total dengan metode enzimatis secara end point dan kinetik.

2. Alat dan Bahan


a. Alat
Alat yang digunakan dalam metode enzimatis end point dan kinetik
adalah Vitalab Selectra Analyzer (E. Merck Darmastadt, Germany)

Gambar 2. Alat Vitalab Selectra Chemical Analyzer (Anonim, 2004)

6
b. Bahan
1) Reagen
Tabel 3. Reagen metede End Point (Srisawasdi et al, 2007)
Komponen Konsentrasi
Cholesterol oxidase (Streptomyces) 200 U/L
Cholesterol esterase (bovine pancreas) 200 U/L
Peroxidase 10.000 U/L
Sodium cholate 3 mmol/L
4-aminophenazone 0.5 mmol/L
Phenol 20 mmol/L
Trixton X-100 2 ml/L
In phosphate buffer 0,1 mol/L Ph 7.0

Tabel 4. Reagen metode Kinetik (Srisawasdi et al, 2007)


Komponen Konsentrasi
Cholesterol oxidase (Streptomyces) 1000 U/L
Cholesterol esterase (Pseudomonas 400 U/L
fluorescens)
Peroxidase 10.000 U/L
Sodium cholate 3 mmol/L
4-aminophenazone 0.5 mmol/L
Phenol 20 mmol/L
Brij 35 4,5 g/L
In phosphate buffer 0,1 mol/L Ph 7.0
Setelah pemakaian harian, tutup dan simpan botol reagen
pada suhu 2-8 0C (Srisawasdi et al, 2007).
Perbedaan reagen metode kinetik dan end point adalah
jumlah konsentrasi Cholesterol oxidase (Streptomyces) dan
Cholesterol esterase pada reagen kinetik lebih besar dibanding
reagen End point.

7
2) Sampel
Sampel pada pemeriksaan ini menggunakan serum atau
plasma dalam heparin atau EDTA.
Cara persiapan sampel :
a) Ambil darah vena pasien yang akan diperiksa sebanyak 3 cc
lalu tempatkan dalam vacuette.
b) Diamkan sampel selama 15-30 menit.
c) Sentrifus sampel dengan kecepatan 1000-2000 RPM selama
10 menit.
d) Ambil serum pasien dan tempatkan dalam tabung reaksi
yang telah ditempelkan identitas sampel.
e) Sesuaikan sampel dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.
f) Diperlukan 100 µl serum sampel untuk pemeriksaan ini.
Pada sampel serum yang sudah diambil, maka stabilitas
kadar kolesterol total dapat dilihat pada tabel 1. Seperti
pemeriksaan enzimatik lainnya, kadar enzim dapat mengalami
penurunan dengan perubahan suhu dan lama waktu penyimpanan
serum (Anonim, 2014).
Tabel 5. Stabilitas Kolesterol dalam serum (Anonim, 2014).
Suhu Maksimal penyimpanan
0
20 - 25 C 7 hari
4 - 80C 7 hari
- 200C 3 bulan

3. Persiapan
a. Persiapan pasien
Sampel diperoleh dari pasien dengan persiapan puasa 12 jam.
Tanyakan pada pasien tentang riwayat penggunaan obat-obat tertentu
seperti anti kolesterol karena obat-obat ini dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan.

8
b. Persiapan alat
1) Kalibrasi
Kalibrasi dilakukan minimal 60 hari sekali atau bila terdapat
perubahan LOT pada reagen.
2) Kontrol Kualitas
Dianjurkan untuk melakukan kualitas kontrol setiap hari sebelum
alat digunakan. Bila nilai kontrol diluar rentang normal, periksalah
instrumen dan reagen yang digunakan.

B. Analitik
1. Prinsip Kerja
Pada tahun 1980an, ditemukan bahwa rendahnya kadar kolesterol
total dapat menurunakan kejadian penyakit jantung koroner. Kolesterol
berhubungan dengan berbagai macam penyakit dari hiperlipidemia dan
dislipoproteinemia. Penentuan kadar kolesterol diukur setelah hidrolisis
enzimatik dan oksidasi. Indikator kolorimetri adalah yang dihasilkan
quinoneimine dari dan oleh hidrogen peroksida dalam kerja 4-
aminoantipyrine phenol katalitik dari peroksidase. Quinoneimine yang
dihasilkan akan berwarna merah. Intensitas warna produk yang dihasilkan
berbanding lurus dengan konsentrasi kolesterol yang diukur melalui
peningkatan absorbansi pada 500-550 nm (Artiss, 1997). Penyerapan dari
kompleks ini diukur secara kinetik dan end point pada 505nm.

9
Tabel 6. Perbandingan lama waktu reaksi kinetik dan end point (Srisawasdi et al,
2007).

2. Cara Kerja
Instrumen Vitalab Selectra Chemical Analyzer merupakan instrumen
otomatis. Setelah sampel dimasukkan ke dalam alat, maka alat akan
memproses sampel tersebut dan hasil akan ditampilkan pada komputer.
Urutan pengoperasian alat adalah sebagai berikut :
a. Serum yang akan diperiksa diletakkan di rak pemeriksaan sesuai
urutan atau nomor rak yang akan digunakan.
b. Masukkan identitas atau nomor sampel serum pada komputer.
c. Klik pemeriksaan yang akan dilakukan.
d. Klik tekan enter.
e. Klik start kemudian tekan ok.

Maka secara otomatis mesin akan melakukan pemeriksaan yang diminta.


Untuk melihat hasil pemeriksaan, klik nomor sampel yang diperiksa,
maka hasil akan muncul pada monitor.

10
C. Paska Analitik
1. Nilai Rujukan
Tabel 7. Nilai rujukan kolesterol total (Srisawasdi et al, 2007).

2. Presisi
Tabel 8. Perbandingan Coefficien of Variation reaksi enzimtis kinetik
dan end point (Srisawasdi et al, 2007).
Coefficient of Variation (%)
Within Run (n= 20) Between Run (n= 20)
Kinetic End point Kinetic End point
Vitalab Selectra
Low 2,88 2,15 5,70 2,78
Moderate 1,71 1,20 5,80 2,44
High 1,44 0,96 5,04 2,56

3. Limit Deteksi
Range pemeriksaan deteksi kolesterol total pada alat Vitalab Selectra
Chemical Analyzer adalah 0 – 800 mg/dl.

4. Bias error

11
5. Interferensi
Interferensi pada alat Vitalab Selectra Chemical Analyzer adalah
Hemolisis (hemoglobin, 0-15.0 g/L) dan Ikterik (bilirubin 0-80 mg/dl)
(Srisawasdi et al, 2007).

12
BAB III
KESIMPULAN

1. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di dalam


tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, dan garam empedu. Kolesterol
seluruhnya disintesis di dalam tubuh dari asetil KoA lewat sebuah lintasan
kompleks. Sintesis kolesterol di hati diatur sebagian oleh aliran masuk
kolesterol makanan dalam bentuk sisa kilomikron yang kaya kolesterol.
2. Peningkatan kadar kolesterol total berkaitan dengan dislipidemia dan
peningkatan kejadian penyakit jantung koroner. Penentuan kadar kolesterol
total digunakan untuk tujuan skrining. Beberapa uji klinis dalam beberapa
tahun terakhir menggunakan pola makan, perubahan gaya hidup dan/atau
obat yang berbeda (terutama penghambat HMG CoA reduktase [statin])
menunjukkan bahwa penurunan kadar kolesterol total dan LDL-C akan
mengurangi risiko PJK secara drastis.
3. Penatalaksanaan dislipidemia dibagi menjadi 2 yaitu terapi non
farmakologis dan terapi farmakologis. Menurut NCEP ATP III target terapi
untuk kolesterol total adalah < 200 mg/dl.
4. Pemeriksaan kolesterol secara kuantitatif dapat dilakukan menggunakan
dua metode yaitu kimiawi dan enzimatis. Banyak penelitian dan fakta di
lapangan mengukur kadar kolesterol total dengan metode enzimatis karena
tidak menggunakan zat korosif dan penggunaannya yang lebih mudah.
Metode enzimatis sendiri dibagi menjadi 2 yaitu end point dan kinetik.
Kelebihan dari metode enzimatis secara kinetik adalah waktu yang
dibutuhkan untuk menganalisis sampel lebih singkat. Kelebihan metode
enzimatis secara end point adalah mempunyai presisi yang lebih baik dan
membutuhkan biaya reagen yang lebih sedikit.

13
DAFTAR PUSTAKA

Adam, John, 2007. Dislipidemia dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi IV. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Jakarta, pp : 1928-1932

Anonim. 2004. Vitalab Selectra Chemical Analyzer.


http://www.vitaldiagnosticsinc.com/pdf_lit/selectra_e_brohcure_c1-026-
0104.pdf (Diunduh 24 April 2017)

Anonim. 2014. Cholesterol FS. PT Prodia Diagnostic Line. Jakarta. p : 1

Anonim, 2015. Cholesterol. http://www.biology-pages.info/C/Cholesterol.html


(Diunduh pada tanggal 19 April 2017)

Artiss JD, Zak B. 1997. Measurement of cholesterol concentration. In: Rifai N,


Warnick GR, Dominiczak MH, eds. Handbook of lipoprotein testing.
Washington: AACCPress, pp : 99-114.

Guyton dan Hall, 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta, pp : 1087-1089

James. Josekutty. Hussain, 2011. Lipids and Dyslipoproteinemia. In Henry’s


Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods. 22nd Eddition.
El Sevier Saunders. Philadelphia, p : 235.

Kamelska, 2015. A simplified enzymatic method for total cholesterol determination


in milk. https://www.researchgate.net/publication/280315182
_A_simplified_enzymatic_method_for_total_cholesterol_determination_in
_milk (Diunduh pada tanggal 1 Mei 2017)

Kaplan dan Pesce, 2010. Clinical Chemistry : Theory, Analisis, Correlation. Fifth
Edition. Mosby Elsevier, p : 289

Mody, 1999. Kinetic Enzyme Assay. http://www.pathoindia.com/articles/gm1.html


(Diunduh pada tanggal 26 April 2017)

Murray, Granner, Mayes, Rodwell 2003. Biokimia Harper. Edisi 25. Penerbit Buku
Kedoteran EGC. pp : 270 - 275

Rifai N, Bachorik PS, Albers JJ. 1999. Lipids, lipoproteins and apolipoproteins. In:
Burtis CA, Ashwood ER, editors. Tietz Textbook of Clinical Chemistry. 3
ed. rd Philadelphia:W.B Saunders Company; pp :809-61.

14
U.S. Department of Health and Human Services, 2001. High Blood Cholesterol
ATP III Guidelines At-A-Glance Quick Desk Reference.
https://www.nhlbi.nih. gov/files/docs/guidelines/atglance.pdf (Diunduh
pada tanggal 1 Mei 2017)

Srisawasdi., Martin., Kroll., Lolekha., 2007. Advantages and disadvantages of


Serum Cholesterol Determination by The Kinetic vs End Point Method. Am
J Clin Pathol., pp : 906-918

Sherwood, 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta, pp : 289-293

15

Anda mungkin juga menyukai