Disusn Oleh:
ABDULATIF
DIAH FATMIANI
SOPIAN EFENDI
TEGUH MUSLIM
YANG HARSI RAHMAT
2017
1
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 38
3.1 Kesimpulan ............................................................................... 38
3.2 Saran .......................................................................................... 38
Daftar Pustaka ................................................................................................... 39
iv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
seperti ini dapat terjadi mengingatkarakteristik akuntansi sebagai teknologi.
Teknologi yang diterapkan harus dipilih dan dirancang dengan baik dan tidak
selayaknyalah kalau akuntansi dibiarkan berkembang secara alamiah atau bahkan
liar tanpa haluan yang jelas.
Oleh karena itu, pelaporan keuangan nasional harus direkayasa secara
saksama untuk pengendalian alokasi sumber daya secara automatis melalui
mekanisme sistem ekonomik yang berlaku. Dalam pelaporan keuangan,
pengendalian secara automatis dicapai dengan ditetapkannya suatu pedoman
pelaporan keuangan yaitu prinsip akuntansi berterima umum/ PABU (generally
accepted accounting principles/GAAP) termasuk di dalamnya standar akuntansi
(accounting standards). PABU akhirnya menentukan bentuk, isi, dan susunan
laporan atau statemen keuangan sebagai suatu medium utama atau ciri sentral (a
central feature) pelaporan keuangan.
Bila PABU telah ditetapkan, mekanisme selanutnya adalah menerapkan
PABU dalam lingkup mikro yaitu perusahaan secara individual. PABU merupakan
cara tertentu (a certain manner) untuk melaporkan kejadian ekonomik yang
berkaitan dengan suatu perusahaan. PABU akan mewarnai praktik akuntansi dalam
suatu negara. Dengan demikian, pada tingkat mikro (perusahaan), akuntansi dapat
didefinisikan secara sempit sebagai proses atau praktik yaitu:
Proses pengidentifikasian, pengukuran, pengakuan dan penyajian suatu
objek pelaporan keuangan dengan cara tertentu untuk menyediakan
informasi relevan kepada pihak yang berkepentingan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan ekonomik.
Cara tertentu (PABU) harus ditetapkan atas dasar suatu “kostitusi” agar
akuntansi efektif sebagai teknologi untuk mencapai tujuan ekonomik negara. Oleh
karena itu, perekayasan akuntansi harus memperhatikan faktor lingkungan sosial,
politik, ekonomi dan budaya negara tempat akuntansi akan diterapkan. Jadi,
perekayasan akuntansi dilakukan pada tingkat (level) nasional dengan hasil berupa
rerangka konseptual yang berfungsi sebagai semacam konstitusi. Rerangka
konseptual tersebut memuat konsep-konsep pemikiran untuk dijadikan basis dalam
menetapkan PABU (terutama standar akuntansi) yang harus dilaksanakan pada
tingkat perusahaan (mikro).
2
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu berkaitan dengan teori
akuntansi perekayasaan laporan keuangan. Adapun rumusan masalah ini dapat
diuraikan sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Akuntansi
serta dengan adanya rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka dengan
membaca makalah ini kita dapat mengetahui:
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Gambar 2.1
Proses Perekayasaan Pelaporan Keuangan
Rerangka konseptual
Dijabarkan dalam standar akuntansi dan acuan
lainnya sehingga membentuk prinsip akuntansi berterima
umum (PABU)
Informasi Akuntansi
5
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan perekayasaan (kotak ketiga dari atas
melibatkan pertimbangan dan pemeliharaan berbagai gagasan tentang ideology
filsofi, paridigma, dan konsep dasar untuk menjamin agar tujuan pelaporan tercapai 5.
Proses perekayasaan ini pada dasarmya adalah proses untuk menjawab pertanyaan
mendasar yaitu bagaimana suatau kegiatan operasi perusahaan disimbolkan dalam
bentuk ststmen keuanggan sehingga orang yang dituju dapat membayangkan
perusahaan secara financial tanpa harus menyaksikan secara fasis operasi perusahaan
(misalnya mengunjngi kantor/pabrik).
Sesuai dengan teori komunikasi (auntansi sebagai bahasa bisnis),
penyimbolan kegiatan fisis adalah menentukan objek-objek fisis yang dianggap
penting bagi yang dituju statemen dan menyimbolkannya dalam bentuk elemen-
elemen statemen keuangan beserta pengukurannya. Proses ini dapat menyimbolkan
kondisi fisis suatu wilayah geografis dalam bentuk peta (misalnya peta jalan atau
road map) sehingga orang yang belum pernah melewati wilayah tersebut dapat
memperoleh gambaran yang meyakinkan mengenai wilayah tersebut hanya dengan
melihat peta jalan. Tentu saja, agar peta tidak menyesatkan pemakai, dia harus dapat
dipercaya (reliable) dan dapat diuji kebenarannya (verifiable). Artinya, apa yang
termuat dalam peta tersebut menyatakan keadaan senyatanya jalan-jalan di wilayah
yang dipetakan. Oleh karena itu, teori dan konsep atau rerangka pembuatan peta
yang baik harus diikuti.
Analogi lain adalah pembuatan undang-undang dasar suatu negara. Proses
pemikiran dan pertimbangan dalam pembuatan undang-undang dasar atau konstitusi
dapat disebut sebagai perekayasaan. Pembuatan undang-undang dasar melibatkan
pertanyaan-pertanyaan mendasar seperti apa ideologi dan tujuan negara, apa bentuk
pemerintaha, apa syarat untuk menjadi kepala pemerintah, siapa pemegang
kedaulatna rakyat, apa sistem ekonomi yang dianut, dan sebagainya.
6
Sebagai penalaran dedukatif-normatif, Hendriksen (1982) menguraikan
aspek-aspek yang harus dipertimbangkan dalam proses perekayasaan untuk
menghasilkan rerangka teoretis akutansi (theoretical framework for accounting)
yaitu:
(1) Pernyataan postulat yang menggambarkan karakteristik unit-unit usaha (entitas
pelapor ) dan lingkugannya.
(2) Pernyataan tentang tujuan pelaporan keuangan yang diturunkan dari pernyataan
postulat.
(3) Evaluasi tentang kebutuhan informasi oleh pihak yang dituju (pemakai) dan
kemampuan pemakai untuk memahami, menginterpretasi, dan menganalisis
informasi yang disajikan.
(4) Penentuan atau pemilihan tentang apa yang harus dilaporkan.
(5) Evaluasi tentang pengukuran dan proses penyajian untu mengkomunikasi
informasi tentang perusahaan dan lingkugannya.
(6) Penentuan dan evaluasi terhadap kendala-kendala pengukuran dan deskripsi unit
usaha beserta lingkungannya.
(7) Pengembangan dan penyusunan pernyataan umum (general proposisition) yang
dituangkan dalam bentuk suatu dokumen resmi yang menjadi pedoman umum
dalam menyususn standar akutansui.
(8) Perancang bagunan struktur dan system informasi akutansi (produser, metoda,
dan teknik) untuk menciptakan, menangkap, mengolah, meringkas, dan
menyajikan informasi desuai dengan standar atau prinsip akutansi berterima
umum.
7
Idealnya, badan legislatif membentuk komite atau tim khusus yang ada di
bawah kendalinya untuk perekayasaan di tingkat nasional seperti misalnya Securities
and Exchaange Comiisison (SEC) yang ada di bawah Kongres Amerika. Walaupun
dalam kenyataannya perekayasaan di tingkat nasional secara teknis diserahkan oleh
badan legislatif kepada profesi atau badan khusus untuk tujuan itu (sepeerti Badan
Pengawas Pasar Modal/BAPEPAM), tetapi badan legislatif mempunyai kekuatan
yuridis dan politis untuk menentukan hasil akhir perekayasaan (dalam bentuk hak
veto atau amandemen).
Gambar 2.2
Proses Semantik dalam Perekayasaan
8
B. Penyimbolan dalam Bentuk Elemen-elemen Statemen Keuangan
bahan tenaga
baku mesin kerja
kas produk
bahan
lain gedung utang
mesin
kos kos kos
kos kos
Kas Produk C
Bahan Baku
Mesin Produk B
Bahan Lain
Gedung Produk A
Utang
Rp 1.500.000
Modal Rp 7.500.000
Tenaga Kerja
Rp 3.500.000
Statemen Keuangan
Aset, Kewajiban, Ekuitas, Pendapatan, Biaya, Untung, Rugi, Investasi, Distribusi, dan Laba
9
diperlukan mengingat dokumen yang dihasilkan akan mempunyai status sebagai
pernyataan resmi atau statemen (statements) yang mempunyai tingkat keautoritatifan
tinggi. Prosedur ini berlaku dalam penyusunan baik rerangka konseptual maupun
standar akuntansi yang berstatus statemen. Berikut ini adalah proses-proses saksama
(due process) yang dilaksanakan FASB dalam menyusun pernyataan resmi.
a. Mengevaluasi masalah (preliminary evaluation). Dalam tahap ini FASB
mengidentifikasi masalah akuntansi dan pelaporan.
b. Mengadakan riset dan analisis. Tugas ini biasanya dilakukan oleh staf teknis
FASB dan satuan tugas (task force) yang terdiri atas ahli di luar FASB yang
ditunjuk atau dikomisi oleh FASB. Hasil analisis diterbitkan dalam bentuk
laporan Riset (Research Reports).
c. Menyusun dan mendistribusi Memorandum Diskusi (Discussion Memorandum)
kepada setiap pihak yang berkepentingan. Memorandum ini berisi analisis
terinci semua aspek masalah yang telah disidangkan pada tingkat awal (early
deliberation).
d. Mengadakan dengar pendapat umum (public hearing) untuk membahas masalah
yang diungkapkan dalam Memorandum Diskusi.
e. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan public atas Memorandum
Diskusi (baik dari dengar pendapat maupun dari tanggapan tertulis).
f. Menerbitkan draf awal standar yang diusulkan yang dikenal dengan nama
Exposure Draft (ED) untuk mendapatkan tanggapan tertulis dalam waktu 30 hari
setelah penerbitan.
g. Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis terhadap ED.
h. Memutuskan apakah jadi menerbitkan suatu statemen atua tidak. Statemen dapat
diterbitkan kalau mayoritas anggota menyetujui.
i. Menerbitkan statemen yang bersangkutan.
10
2.6 Konsep Informasi Akuntansi
Nilai informasi adalah kemampuan informasi untuk meningkatkan
pengetahuan dan keyakinan pemakai dalam pengambilan keputusan. Simbol-simbol
(elemen-elemen) yang termuat dalam seperangkat statemen keuangan sebenarnya
tidak mempunyai makna kalau tiap elemen diinterpretasi sebagai objek yang berdiri
sendiri. Artinya, satu elemen dan jumlah rupiahnya belum memberikan informasi
kalau tidak dihubungkan dengan elemen lainnya. Semua elemen harus diinterptretasi
sebagai satu kesatuan. Dalam teori komunikasi, informasi semantiklah yang
sebenarnya ingin disampaikan kepada pemakai sehingga akan terjadi efek
pemengaruhan. Ibarat sebuah kalimat, statemen keuangan berisi rangkaian elemen-
elemen (kata-kata) yang baru ditangkap maknya kalau bentuk, isi dan susunan
statemen diartikan secara kontekstual dengan pedoman yang disepakati. Dalam
akuntansi, pedoman yang dimaksud adalah prinsip akuntansi berterima umum
(PABU) terutama standar akuntansi. Informasi semantik ini harus ditangkap secara
ontekstual melalui tiga komponen sebagai satu kesatuan yaitu elemen atau objek
(objects), ukuran dalam unit moneter (size), dan hubungan (relationship)
antarelemen.
11
menurut selera sendiri tanpa suatu haluan yang jelas sehingga ada kemungkinan
“ganti dewan ganti standar.” Akibatnya, standar akuntansi yang diterbitkan tidak
pernah konsisten.
Menurut Kam (1990) manfaat-manfaat rerangka konseptual sebagai berikut:
a. Memberikan pengarahan atau pedoman kepada badan yang bertanggungjawab
dalam penyusunan/penetapan standar akuntansi.
b. Menjadi acuan dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang dijumpai
dalam praktik yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman
spesifik.
c. Menentukan batas-batas pertimbangan (bounds of judgment) dalam penyusunan
statemen keuangan.
d. Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
e. Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antarperusahaan.
2.8 Model
Salah satu model yang banyak dikenal saat ini adalah rerangka konseptual
yang dikembangkan oleh FASB yang memuat empat komponen konsep penting
yaitu :
a) Tujuan pelaporan keuangan
b) Kriteria kualitas informasi
c) Elemen-elemen statemen keuangan
d) Pengukuran dan pengakuan
Komponen (a) dituangkan secara resmi dalam bentuk SFAC No. 1 dan No.
4. Dimasukannya tujuan untuk organisasi nonbisnis dalam rerangka konseptual
memberi isyarat bahwa FASB bermaksud merancang rerangka konseptual yang luas
mencakupi operasi kedua jenis organisasi tersebut. Komponen (b) dituangkan dalam
SFAC No. 2. Komponen (c) dituangkan dalam SFAC No. 3 yang telah diganti
dengan SFAC No. 6. Penggantian ini dilakukan mengingat SFAC No. 3 belum
mencakup elemen-elemen statemen keuangan untuk organisasi-organisasi non bisnis
tetapi hanya mencakup elemen-elemen untuk entitas bisnis. Oleh karena itu, nama
konsep untuk SFAC No. 6 diperluas menjadi Elements of Finansial Statements
bukan lagi Elements of Financial Statement of Bisnis Enterprises. Komponen (d)
dicakupi dalam SFAC No. 5 5 dan No. 7. Rerangka konseptual model FASB
dilukiskan dalam gambar berikut :
Gambar 2.3
Rerangka Konseptual Versi FASB
Tujuan Pelaporan Keuangan
(SFAC No. 1 dan SFAC No. 4)
Memenuhi
krtiteria
pengukuran
13
Elemen-Elemen Statemen
Keuangan: (SFAC No. 6)
(SFAC No. 5 dan SFAC No. 7)
Informasi Lain-lain
Media
Pelaporan Sistem Keuangan Informasi
Keuangan (a central feature) Pelengkap
lainnya
Penjelasan/Catatan
Statemen Keuangan
14
Statements dan diterjemahkan oleh IAI sebagai Rerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan, mempunyai komponen konsep yang mirip dengan
komponen konsep versi FASB yaitu :
The Objective of Financial Statements
Underlying Assumptions
Qualitative Characteristics of Financial Statement
The Elemens of Financial Statements
Recognition of The Elements of Financial Statement
Measurement of The Elements of Financial Statement
Concepts of Capital Maintenance and The Determination of Profit.
15
Asumsi pelandas (underlying assumptions) dan konsep pemertahanan
kapital (conscepts of capital maintenqance) tidak disajikan dalam FASB sebagai
komponen yang digunakan FASB didalam penjelasan, argument, dan penalaran yang
menyertai tiap komponen konsep. Misalnya konsep pemertahanan capital digunakan
sebagai konsep dasar dalam SFAC No. 5 (prg 45-48) dan SAFC No. 6 (prg 70-72).
Asas akrual (accrual basis) dijadikan penjelasan dan penalaran dalam SFAC No. 6
(Prg. 134-145).
... knowledge of the objectives and concepts the Board will use in
developing standards should also enable those who are affected by or
interested in financial accounting standardfs to understand better the
purpose, content, and characteristics of information provided by financial
accounting and reporting. That knowledge is expect to enhance the
usefulness of and confidence in financial accounting and reporting.
16
Di bidang akademik, rerangka konseptual merupakan materi yang sangat
berharga dalam pengajaran teori akuntansi yang mempunyai dampak dalam
perbaikan atau pemajuan praktik. Dengan memahami proses perekayaan dan
rerangka konseptual, mahasiswa akan selalau dapat menjelaskan mengapa standar
akuntansi yang sekarang berjalan dipilih dan bukan yang lain. Lebih dari itu pada
saat belajar atau setelah lulus mahasiswa akan mampu untuk mengevaluasi
keefektifan praktik akuntansi dalam pencapaian tujuan pelaporan keuangan.
Pemahaman akuntansi melalui model seperti yang dijelaskan diatas akan
membuat mahasiswa selalu mempunyai perseptikf yang luas dan jangka panjang.
Perspektif yang luas ini diperlukan agar mereka yang akhirnya bergerak dalam
profesi akuntansi akan selalu dapat memahami perkembangna baru dalam akuntansi
dan akan berkurang resistence to changenya. Pandangan yang luas ini akan
membentuk sikap proaktif dalam mengantisipasi perubahan atau gagasan baru dan
bukan sikap reaktif dan defensive terhadap perubahan atau gagasan baru. Sikap
semacam ini sangat diperlukan dalam pengembangan akuntansi disuatu negara
tertentu.
Sebagai alat akuntansi dan rerangka konseptualnya bukan merupakan
sesuatu yang steril terhadap perubahan. Rerangka konseptual sebagai hasil
perekayasaan harus selalau dievaluasi keefektifannya sebagai alat untuk mencapai
tujuan. Oleh karena itu, perubahan dan modifikasi selalu harus dilakukan bila
perubahan tersebut memang menempatkan akuntansi menjadi lebih efektif sebagai
alat. Perubahan dapat terjadi pada rerangka konseptual atau standar akuntansi yang
telah diterbitkan. Kebutuhan untuk evaluasi ini akan banyak memicu penelitian (baik
akademik maupun professional) dibidang akuntansi untuk menguji apakah tujuan
pelaporan keuangan benar-benar telah tercapai dengan adanya stndar akuntansi
tertentu. Dengan mengacu pada rerangka konseptual, penelitian dalam bidang
akuntansi dapat diarahkan untuk menemukan prinsip, metode dan prosedur baru
dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang timbul. Penelitian semacam ini
akan banyak membuahkan gagasan-gagasan baru yang pada gilirannya akan
menunjang pengembangan praktik dan profesi akuntansi di suatu wilayah (negara)
tertentu. Aspek kependidikan dan pembelajaran atau pembelajaran (learning) seperti
inilah yang menjadi fokus penulisan buku ini.
17
2.11 Prinsip Akuntansi Berterima Umum
Rerangka konseptual yang berfungsi semacam konstitusi hanya memuat
konsep-konsep umum yang secara keseluruhan dapat dianggap sebagai “Konstitusi
Akuntansi“ disuatu negara. Sebagaimana dilukiskan dalam gambar di bawah ini
konstitusi tersebut harus dijabarkan dalam bentuk ketentuan atau pedoman
operasional, teknik atau praktis agar mempunyai pengaruh langsung terhadap praktik
dan perilaku. Pedoman dapat ditentukan secara resmi oleh badan yang berwenang
dalam bentuk standar akuntansi (accounting standards) atau dapat juga pedoman-
pedoman yang baik dan telah banyak dipraktikan (sound accounting practices) dapat
digunakan sebagai acuan bila hal tersebut tidak bertentangan dengan rerangka
konseptual atau didukung berlakunya secara autoritatif (mempunyai authoritative
support). Kedua pedoman tersebut secara keseluruhan membentuk rerangka
pedoman operasional yang disebut generally accepted accounting principles /GAAP
(Prinsip akuntansi berterima umum/PABU).
Sebagai pedoman operasional PABU akhirnya akan menjadi kriteria untuk
menentukan apakah statemen keuangan sebagai media pelaporan keuangan telah
menyajikan informasi keuangan dengan baik, benar dan jujur yang secara teknis
disebut menyajikan secara wajar (present fairly). Standar akuntansi hanya
merupakan salah satu kriteria (meskipun utama) untuk menentukan kewajaran. Itulah
sebabnya laporan auditor standar tidak menggunakan frasa “standar akuntansi” untuk
menegaskan adanya kewajaran tetapi frasa “prinsip akuntnasi berterima umum”
Auditing Standards Board (ASB) misalnya memberi contoh ungkapan paragraph
pendapat dalam laporan audit standar sebagai berikut :
18
kasnya untuk tahun yang terakhir pada tanggal tersebut, sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum.
19
prinsip akuntansi berterima umum. Makna rerangka pedoman sebagai kriteria
kewajaran ini sejalan dengan apa yang dikemukakan AICPA berikut dalam standar
profesionalnya.
20
dalam bentuk dokumen resmi guna mencapai tujuan pelaporan keuangan negara
tersebut. Standar akuntansi ditetapkan untuk menjadi pedoman utama dalam
memperlakuan (pendefinisian, pengukuran, pengakuan, penilaian dan penyajian
suatu objek, elemen, atau pos pelaporan.
PABU adalah suatu rerangka pedoman yang terjadi atas standar akuntansi
dan sumber-sumber ain yang didukung berlakunya secara resmi (yuridis) teoritis dan
praktis Accounting Principes Board (APB) menyatakan :
21
rerm). Oleh kaena itu pengindonesiaannya juga harus didasarkan pada makna teknis
yang melekat pada istilah tersebut.
Beberapa penyimpangan makna terjadi dalam istilah “yang berlaku umum di
Indonesia”. Pertama, penggunaan kata “yang” menjadikan istilah tersebut sebagai
ungkapan atau frasa umum dan bukan lagi istilah teknis yang generic. Misalnya
pengertian “Isteri saya yang cantik” sangat berbeda dengan pengertian “isteri cantik
saya”. Penggunaan kata y”yang “ mempunyai konotasi bahwa ada pasangan “yang
tidak” padahal maksud generally accepted yang generic tidak harus mempunyai
komplemen atau pasangan generally unaccepted atau not generally accepted.
Kedua, penambahan kata “di” untuk menunjukkan bahwa GAAP tersebut
adalah bersifat atau untuk Indonesia juga tidak tepat secara makna. Sebagai istilah
teknis yang generic, penulisan generally accepted accounting principles tidak pernah
memakai huruf besar kecualisebagai singkatan (yaitu GAAP). GAAP memang lahir
di Amerika sehingga kalau istilah tersebut berdiri sendiri tanpa pengawas, istilah
tersebut sering diasosiasi dengan GAAP Amerika (US-GAAP). Kata Amerika (US)
disini secara bahasa adalah kata sifat yang mewatasi GAAP sehingga GAAP yang
dimaksud berkarakteristik, bersifat atau berkaitan dengan Amerika. Makna yang
sama berlaku untuk Japan GAAP, Canadian GAAP, atau Indonesia GAAP sehingga
kalau istilah-istilah ini diindonesiakan, istilah yang semestinya adalah PABU di
Kanada dan PABu di Indonesia. Yang jelas “US Dollar” atau “Australian Dollar”
yang harus diartikan “Dollar Amerika” atau “Dollar Australia” tidak sama maknanya
dengan “dollar Amereika” atau “dollar Australia”.
Barangkali penambahan di terpaksa dilakukan dalam SPAP karena terlanjur
terjadi kesalahan penggunaan kata yang sehingga akan terjadi kejanggalan kalau
digunakan istilah “Prinsip Akuntansi yang berlaku umum Indonesia” untuk
Indonesia GAAP. Akhirnya digunakanlah istilah prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia” yang kalau maknanya di inggriskan akan menjadi accounting
principles (that are) generally accepted in Indonesia yang menjadikan GAAP bukan
lagi sebagai satu kesatuan istilah teknis dan generic.
Ketiga, makna berlakunya juga berbentuk dengan berterima. Berlaku
mengandung makna efektif atau secara yuridis ditetapkan padahal makna generally
acceted adalah mewatas bahwa rerangka pedoman meliputi pula konvensi,
kebiasaan, praktik yang dianggap atau disepakati sebagai prnsip yang baik dan
bermanfaat (misalnya praktik industri/industry practices). Rerangka pedoman tidak
22
hanya berisi ketentuan-ketentuan yang diturunkan secara resmi oleh badan penyusun
standar. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh APB berikut.
Oleh karena itu, makna “berlaku” jelas tidak tepat kalau digunakan sebagai
padan kata accepted dalam konteks GAAP. Berterima berarti “dalam keadaan
diterima dan dipakai”. Berbeda dengan “diterima” yang bermakna proses atau
kejadian pada saat tertentu, kata “berterima” mempunyai makna sebagai keadaan
menerima atau menyetujui. Bila orang menyatakan “berterima kasih’ berarti bahwa
orang itu menyatakan dia dalam keadaan menerima kasih itu (berupa pemberian
bantuan atau lainnya sebagai tanda kasih atau kepedulian). Sebagi contoh lain,
seandainya undang-undang pemakaiannya helm dicabut dan ternyata banyak orang
tetap memakai helm maka dapat dikatakan pemakaian helm tersebut telah
“berterima” bukannya “diterima “ apalagi “berlaku”.
Jadi pemaknaan yang paling tepat untuk GAAP adalah prinsip akuntansi
berterima umum (PABU) GAAP merupakan jargon penting dan strategik sehingga
penerjemahannya harus benar-benar tepat. Bila harus diberi pewatas lingkup
penerapan (misalnya Indonesia) istilah yang tepat adalah prinsip akuntansi berterima
umum Indonesia (PABU).
23
2.15 PABU Versi APB
APB sebenarnya telah meletakkan dasar-dasar penting penyusunan
dokumen yang sekarang dikenal dalam rerangka konseptual. APB menyebutnya
sebagai Basic Concepts and Accounting Principles Underlyng Financial Statements
of Business Enterprise. Dokumen ini (APB Statement No. 4) dapat dipandang
sebagai embrio rerangka konseptual PABU yang didefinisi APB merupakan bagian
dari okumen tersebut. PABU versi APB dilukiskan dalam gambar berikut ini.
Gambar 2.4
Rerangka PABU Versi APB
Prinsip Terinci
(Detailed Principles)
24
gambar. Komponen konsep penting dalam gambar 2.4 adalah tujuan akuntansi
keuangan dan elemen dasar statemen keuangan. Kedua komponen ini pada dasarnya
berisi hal yang sama dengan komponen dalam rerangka konseptual FASB.
Komponen karakteristik kualitatif informasi dalam rerangka konseptual disebut
sebagai tujuan kualitatif (qualitative objective). Komponen pengukuran dan
pengakuan dalam rerangka konseptual FASB dimuat dalam prinsip mendasar
(pervasif) dan operasi umum dalam APB Statement No. 4. Sementara itu, ciri dasar
yang dikemukakan dalam APB Statement No. 4 tersebar dalam bebrabagi
komponen konsep versi FASB sebagai basis penalaran, penjelasan dan argumen.
Ditinjau dari proses perekayasaan yang dilukiskan dalam gambar GAAP
versi APB dalam gambar sebenarnya merupakan sasaran atau jembatan untuk
menjabakan atau mengoperasionalkan konsep-konsep diatasnya agar secara langsung
mempengaruhi bentuk, isi dan jenis statement keuangan. Dengan kara lain GAAP
versi APB merupakan pedoman operasional dalam praktis akuntansi.
Prinsip mendasar berisi prinsip tentang pengukuran dan pengakuan suatu
elemen statemen keuangan atau objek pelaporan lainnya. Misalnya didalam kategori
ini dideskripsi secara umum kapan suatu objek harus diukur, bagaimana
menentukan unit pengukur, kapan hasil pengukuran harus dicatat, apa kriteria
pengakuan pendapatan atau biaya dan bagaimana pendapatan diasosiasi dengan
biaya dalam rangka menentukan laba serta dalam kondisi bagaimana penerapan
prinsip dapat dikecualikan.
Prinsip operasi umum merupakan penjabaran lebih lanjut penerapan prinsip
mendasar untuk elemen atau pos-pos statemen keuangan. Dengan kata lain kategori
ini mendeskripsi tentang perlakuan akuntansi untuk tiap elemen atau pos pelaporanm
keuangan. Perlakuan akuntansi meliputi pengertian elemen/pos keuangan beserta
pengungkapan (disclosures) yang diperlukan. Ketentuan tentang perlakuan akuntansi
biasanya dituangkan dalam bentuk standar akuntansi.
Prinsip terinci berisi pedoman teknis untuk menjalankan prinsip mendasar
dan prinsi operasi umum. Pedoman ata petunjuk teknis ini berisi teknis dan prosedur
untuk mencatat, mengklasifikasi, meringkas dan menjanjikan transaksi atau kejadian
finansial secara spesifik untuk suatu perusahaan. Kategori ini meliputi persyaratan-
persyaratan penyajian statement keuangan yang harus diserahkan ke badan
pengawas (misalnya SEC), buku pedoman akuntansi industri (misalnya manual
akuntasi pabrik gula), buletin teknis yang dikeluarkan profesi, prinsip-prinsip atau
25
teknis-teknis akuntasi yang dibahas dalam buku teknis akuntansi dan prinsip-prinsip
dari sumber yang tidak secara khusus ditentukan dalam standar akuntasi. Karena
landasan konseptual melandasi penurunan atau penjabaran GAAP, seluruh
komponen dalam gambar 2.4 sebenarnya membentuk GAAP dalam arti luas. Bagian
atas dapat disebut landasan konseptual dan GAAP disebut landasan operasional atau
praktik.
26
Dengan adanya dua badan penyusun standar tersebut, lingkup GAAP
sebagai rerangka pedoman perlu direvisi dan diperluas SAS No. 43 belum
memisahkan sumber-sumber prinsip yang berlaku bagi entitas nonkepemerintahan
dan kepemerintahan. Pengumuman resmi (pronouncement) dari FASB dapat
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi atau mengubah GAAP entitas
kepemerintahan kecuali kalau GASB menegasinya (mengeluarkan apa yang sering
disebut “negative standards”). Hal ini sangat merepotkan GASB dan
membingungkan para praktisi yang berkecimpung dalam entitas kepemerintahan.
Untuk mengatasi hal diatas, Financial Accounting Foundation (FAF), yaitu
badan yang membawakan FASB dan GASB, meminta untuk mengubah hierarki
GAAP sehingga FASB dan GASB masing-masing mempunyai tanggungjawab
utama dalam penyusunan standar untuk entitas yang berada di bawah yurisdiksinya.
Dengan pemisahan tanggung jawab ini, suatu entitas yang berada di bawah yrisdiksi
GASB tidak harus mengubah prinsip pelaporannya sebagai akibat dari standar yang
dikeluarkan oleh badan yang lain (FASB), demikian pula sebaliknya. Tuntutan ini
melahirkan SAS No.69 (pengganti SAS No.43) yang mendeskripsi GAAP sebagai
dua hierarki parallel, satu untuk entitas nonkepemerintahan dan yang lain untuk
entitas kepemerintahan.
27
PABU hanya dibatasi untuk entitas nonkepemerintahan sehingga ukuran kewajaran
penyajian statemen keuangan untuk entitas kepemerintahan belum jelas. Artinya,
belum jelas apakah frasa “menyajikan secara waja. Sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum Indonesia” masih dapat dipakai.
Pedoman Tingkat I telah dilayani oleh IAI dalam bentuk pengumuman
resmi (pronouncements) berupa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
dan Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) yang dikodifikasi dalam
Standar Akuntansi Keuangan. Isi dan bentuk penerbitan untuk pedoman pada tingkat
2 dan 3 dapat dijelaskan sebagai berikut :
Buletin Teknis. Karena standar hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok,
hal-hal yang bersifat teknis pencatatan biasanya diserahkan kepada praktisi untuk
menentukan sendiri berdasarkan pertimbangan profesionalnya. Buletin ini dapat
berisi petunjuk teknis yang diberikan oleh penyusunan standar atau badan autoratif
lainnya (yang beranggotakan ahli akuntansi) untuk tujuan menjawab pertanyaan dari
praktisi atau untuk tujuan memberi contoh pelaksanaan teknis yang dianggap
bermanfaat. Penerbitan IAI berupa buletin teknis sampai saat ini belum ada tetapi
tampaknya hal ini sudah diantisipasi dalam rerangka PABU di atas.
Peraturan Pemerintah. Banyak peraturan pemerintah yang mempengaruhi
atau bahkan harus dijalankan dalam kaitannya dengan penyusunan laporan keuangan
dan penyampaian informasi suatu industri tertentu. Misalnya peraturan pemerintah
mengenai BUMN, asuransi, dan perbankan; Keppres tentang Pelaksanaan APBN;
dan Undang-Undang Perbendaharaan Negara untuk pengauditan unit pemerintah.
Karena harus dipenuhi dalam pelaporan keuangan, sumber-sumber tersebut jelas
merupakan bagian dari rerangka pedoman. Hal ini relevan hanya bila rerangka
PABU di atas mencakupi entitas kepemerintahan. Bila SAS No.69 diadopsi secara
penuh, sumber ini akan dimasukkan dalam kelompok state and local governments.
Pedoman / Praktik Akuntansi Industri. Karena kebutuhan atau karena kepraktisan,
dalam industri tertentu berkembang praktik akuntansi yang banyak digunakan dalam
industri tersebut. Untuk kepentingan industri, badan yang berwenang dalam suatu
industri tidak jarang mengeluarkan pedoman akuntansi tertentu yang khusus berlaku
dalam industri tersebut. Karena pedoman tersebut berlaku umum dalam industri dan
sudah dikenal secara luas maka sumber ini jelas merupakan bagian dari rerangka
kerja PABU. Misalnya saja pedoman akuntansi (accounting manuals) untuk industri
28
pabrik gula, pedoman akuntansi untuk industri perbankan, dan pedoman akuntansi
untuk suatu unit pemerintah (daerah).
Simpulan Riset Akuntansi. Temuan para ahli mengenai perlakuan akuntansi
yang dianggap baik dan infomatif dapat dijadikan basis untuk mengungkapkan
informasi keuangan dan dapat dijadikan basis untuk menentukan kelayakan
perlakuan akuntansi tertentu yang mungkin kejadiannya sangat khusus. Sumber ini
juga menjadi bagian dari Rerangka kerja PABUI. Tentu saja auditor harus
menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menentukan kelayakan perlakuan
yang disarankan dalam sumber ini terhadap kondisi yang dihadapinya. Praktik riset
akuntansi yang sehat. Praktik, konvensi, dan kebiasaan akuntansi/pelaporan yang
dianggap baik dan sehat dapat juga dijadikan acuan untuk menentukan kelayakan
perlakuan akuntansi tertentu.
Sumber lain. Dalam hal ini kejadian yang sangat khusus atua yang masih
baru dalam dunia akuntansi (misalnya masalah off balance sheet financing) yang
perlakuannya tidak dapat dicari dalam berbagai sumber sebelumnya, akuntan dapat
mendasarkan diri pada prinsip-prinsip akuntansi (termasuk metode dan teknik) yang
dibahas dalam buku teks atau yang disarankan para ahli dalam artikel ilmiah atau
akademik. Tentu saja kelayakan perlakuan harus dinilai atas dasar rerangkan
konseptual dan dipertimbangkan secara professional.
2.19.1 Definisi
PABU memberi batasan atau definisi (definition) berbagai elemen, pos, atau
objek statemen keuangan atau istilah yang digunakan dalam pelaporan keuangan
agar tidak terjadi kesalahan klasifikasi oleh penyusun dan kesalahan interpretasi oleh
pemakai. Definisi akan sangat kritis untuk elemen atau pos statemen keuangan.
Batasan tersebut diperlukan karena laporan keuangan banyak menggunakan istilah
atau nama-nama yang digunakan sehari-hari yang sudah terlanjur mempunyai arti
umum. Hal ini sering menimbulkan salah arti di pihak pemakai karena pemakai
cenderung mengartikan istilah dengan pengertian umum yang acapkali berbeda
dengan arti yang dimaksudkan dalam laporan keuangan.
29
Dengan pendefinisian elemen, pos, atau istilah dengan cermat, diharapkan
pemakai laporan mengartikan symbol-simbol tersebut sesuai dengan pengertian yang
didefinisi dalam standar akuntansi. Sebagai contoh, PABU mendefinisi asset sebagai
“manfaat masa datang yang cukup pasti, dikuasai suatu entitas, dan timbul akibat
transaksi yang telah terjadi” Demikian juga, pos kas didefinisi sebagai “uang tunai
atau alat-alat lain yang disamakan dengan uang tunai” Pengertian ini berbeda dengan
pengertian umum kas yang disamakan dengan uang tunai. Dengan definisi tersebut
dapat ditentukan apakah suatu objek dapat diklasifikasi sebagai elemen asset atau
pos kas.
2.19.2 Pengukuran/Penilaian
Pengukuran (measurement) adalah penentuan jumlah rupiah yang harus
dilekatkan pada suatu objek yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan. Jumlah
rupiah ini akan dicatat untuk dijadikan data dasar dalam penyusunan statemen
keuangan. Pengukuran lebih berhubungan dengan masalah penentuan jumlah rupiah
(kos) yang dicatat pertama kali pada saat sutau transaksi terjadi. Berkaitan dengan
hal ini misalnya bahwa kos asset tetap adalah semua pengeluaran dalam rangka
memperoleh aset tetap tersebut sampai siap digunakan.
Pengukuran sering pula disebut penilaian (valuation). Akan tetapi, penilaian
lebih ditujukan untuuk penentuan jumlah rupiah yang harus dilekatkan pada sutau
elemen atau pos pada saat dilaporkan dalam statemen keuangan. Penilaian berkaitan
dengan masalah apakah misalnya sediaan dilaporkan sebesar kos atau harga pasar.
Teori akuntansi menawarkan beberapa pendekatan penilaian antara lain : kos
historis, kos pengganti, kos likuidasi, harga masukan, harga keluaran, dan daya beli
konstan yang akan dibahas di bab lain buku ini.
2.19.3 Pengakuan
Pengakuan (recognition) ialah pencatatan suatu jumlah rupiah (kos) ke
dalam system akuntansi sehingga jumlah tersebut akan mempengaruhi suatu pos dan
terefleksi dalam laporan keuangan. Jadi, pengakuan berhubungan dengan masalah
apakah suatu transaksi dicatat (dijurnal) atau tidak. PABU memberi pedoman
tentang pengakuan ini dengan menetapkan beberapa kriteria pengakuan agar suatu
jumlah rupiah (kos) suatu objek transaksi dapat diakui serta saat pengakuanya.
30
Misalnya, PABU (dalam rerangka konseptual) memberi pedoman tentang kriteria
yang harus dipenuhi untuk mengakui pendapatan atau biaya.
31
yang ada dibawah AICPA untuk merumuskan standar akuntansi. Penerbitan APB
sering diangap bias dan menguntungkan auditor dan kliennya karena tidak ada wakil
dari pemakai laporan yang duduk dalam keanggotaan APB. Kemudian badan
tersebut diganti dengan Financial Accounting Standards Board (FASB) yang tidak
berada di bawah AICPA sehingga kedudukannya lebih netral. Sebelum ada standar
atau pengumuman resmi yang mengganti penerbitan badan sebelumnya standar atau
pengumuman resmi yang mengganti penerbitan badan sebelumnya maka penerbitan-
penerbitan pedoman oleh badan-badan sebelumnya tetap berlaku sehingga terdapat
beberapa macam standar yang sama-sama berlaku. Hal ini banyak menimbulkan
inkonsistensi dan konflik antarstandar karena ketiadaan landasan konseptual versi
FASB dikembangkan dalam rangka mengatasi masalah tersebut.
Karena Rerangka konseptual dirancang untuk perbaikan masa depan,
penyusunannya tidak memperhatikan standar akuntansi yang telah diberlakukan.
Jadi, dapat diantisipasi bahwa akan banyak standar akuntansi yang tidak sesuai lagi
dengan diberlakukannya rerangka konseptual. Oleh karena itu, kedudukan atau
autoritas rerangka konseptual ditetapkan dengan sangat hati-hati oleh FASB dalam
tiap pengantar pernyataan konsep sebagai berikut :
32
FASB menyatakan dalam pengantar SFAC No. 2 bahwa SFAC tidak dengan
sendirinya :
33
disclosure. Nothing in this framework overrides any specific
International Accounting Standard.
03 The Board of IASC recognize that in a limited number of cases there
may ne a conflict between the framework and an international
accounting standard. In this case where there is a conflict, the
requirements of the International Accounting Standard prevail over
those of the framework. As, a however, the Board of IASC will be
guided by the framework in the development of future standards and
in its review of existing Standards, the number of cases of conflict
between the framework and International Accounting Standards will
diminish through time.
34
pihak-pihak dan sarana-sarana yang terlibat dalam dan terpengaruh oleh
perekayasaan informasi keuangan dan saling hubungan antara berbagai pihak dan
sarana tersebut. Walaupun tidak semuanya tampak dalam gambar, pihak yang
terlibat meliputi individual dan institusi misalnya penyusunan standar, profesi,
pemerintah, badan Pembina pasar modal, perusahaan sebagai entitas, analis, manajer,
akuntan publik, dan pemakai laporan. Sarana-sarana yang membentuk struktur
akuntansi meliputi misalnya peraturan pemerintah, standar akuntansi, laporan
keuangan, dan konvensi laporan. Struktur tersebut dapat dipandang menggambarkan
pengertian pelaporan keuangan sebagai mekanisme tentang bagaimana pihak-pihak
dan sarana-sarana pelaporan bekerja dan saling berinteraksi sehingga dihasilkan
informasi keuanggan yang diwujudkan dalam bentu statement keuangan termasuk
fungsi auditor untuk menentukan kewajaran statement keuangan.
Untuk menjelaskan pengertian akuntansi, struktur tersebut menggambarkan
luas lingkup (scope) akuntansi sebagai seperangkat pengetahuan sekaligus
mengaitkannya dengan pengertian akuntansi sebagai praktik dan profesi. Proses dan
kegiatan yang dilukiskan diatas PABU merupakan proses dan kegiatan perekayasaan
yang melibatkan pengetahuan teori akuntansi sebagai penalaran logis. Tensu saja
proses ini tidak berhenti bila rerangka konseptual telah tersusun. Rerangkan
konseptual harus terbuka untuk dievaluasi dan diperbaiki (amended) sesuai dengan
perkembangan ekonomi dan bisnis. Kegiatan di bawah PABU meluskikan praktik
akuntansi termasuk fungsi auditor dalam system pelaporan keuangan dengan standar
pengauditan berterima umum (StaPBU) sebagai rerangka pedoman pelaksanaan
audit.
Jadi, proses dan kegiatan di bawah PABU merupakan praktik pelaksanaan hasil
perekayasaan di tingkat perusahaan. Proses ini lebih berkepentingan dengan
bagaimana entitas pelapor (reporting entities) yang berada dalam suatu wilayah
negara menyediakan dan menyampaikan informasi keuangan dengan cara tertentu
sesuai PABU. Oleh karena itu, bagian ini sebenarnya menggambarkan definisi
akuntansi secara sempit sebagai “suatu proses dengan cara tertentu” cara tertentu
tersebut tidak lain adalah PABU sebagai suatu rerangka pedoman.
Selain menggambarkan pengertian akuntansi dalam arti luas dan sempit,
struktur di atas juga mempunyai beberapa manfaat untuk menunjukkan bidang-
bidang studi yang membentuk seperangkat pengetahuan akuntansi, bidang-bidang
35
pekerjaan (profesi) yang ditawarkan akuntansi, dan fungsi auditor (akuntan publik)
dalam praktik akuntansi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Dalam penyusunan makalah ini, banyak hal yang perlu adanya perbaikan-
perbaikan untuk lebik baik lagi. Tak ada gading yang tak retak. Untuk itu penyusun
menyadari atas kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Antara lain masih
36
banyaknya penulisan ejaan yang tidak sesuai, bahasa yang terlalu kasar, banyak
menyinggung orang lain, dan banyak yang bukan dari pemikiran pribadi tertuang
dalam penyusunan makalah ini. Harap dijadikan maklum dan kritik serta saran yang
membangun dan sangat saya harapkan untuk perbaikan-perbaikan selanjutnya. Akhir
kata dengan kerendahan hati mohon maaf yang sebesar-besarnya dan disampaikan
terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
37
38