I. Implementasi Pendektan CLT Di The Daffodils
I. Implementasi Pendektan CLT Di The Daffodils
Deskripsi Materi
Materi pada program ini bertujuan untuk membiasakan siswa berkomunikasi menggunakan
bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari selama di kampung Inggris Pare.
Deskripsi Materi
Materi pada program ini bertemakan “student of the night”, di mana ada salah seorang siswa
menjadi pusat perhatian karena dia akan tampil di depan umum untuk menceritakan pengalaman
atau kisah dalam hidupnya.
Speak Second sendiri ada di level sedang dimana mereka sudah memiliki modal dasar
dalam berbicara. Di program ini mereka dibikin terinspirasi dengan kehadiran seorang
tutor yang juga menjadi role model bagi siswa di kelas. Ini loh enaknya kalau kita bisa
ngomong bahasa Inggris di depan umum. Olehnya itu tutor juga harus kompenten. Kalau
yang pemula kita ngak suruh pegang kelas ini. Speak second ada direntang
tengah….interaksi lebih ke orang yang suka membaca, haus pengetahuan dari luar. Level
kemapuan tengah, modal dasar sudah memiliki. Materinya education, impromt 75 bahasa
Inggir. Mereka dibikin terinspirasi penampilan gurunya. Itu loh kalau enaknya bisa
berbicara didepan umum. Tutornya harus juga kompenten. Materinya tentang inspiring
people, education abroad, impromptu dll.1
Tujuannya dapat dilihat di brosur ya mas “to make their speaking smooth, inspired, and
open minded are the focus of this class. Student are also preparing their speaking for
interviews or prefession. 75% English”.2
Ya itu tadi mas. Materinya tentang inspiring people, education abroad, impromptu dll.
Impromptu itu kemampuan mereka mengembangkan ide secara spontan. Jadi mereka
disuguhi topik dan diminta untuk mengeskplorasi ide-ide yang mereka miliki dalam
aktivitas debat dan presentasi. Jadi yang terpenting bagi kami mas, Guru itu harus
menarik yang mampu memahami psikologi belajar.Sehingga jika bebicara materi sifatnya
kondisional, materi bisa saja berubah menyesuaikan dengan suasana kelas. Tapi kita tetap
punya guiding. Ada suatu kondisi dimana kita memberikan pelatihan kepada seorang
tutur untuk dapat mengampu kelas yang berbeda.3
2 minggu. 10x pertemuan. Dalam perjalannya kita sudah banyak melakukan evaluasi
terhadap berbagai program yang sudah pernah kita buka dalam range waktu yang
bervariasi, hingga sampai hari ini kita punya program 2 mingguan, 1 bualanan, dan 2
bulanan. Orang yang pergi kepare itu semakin bervariasi mas kalau mau back to 15 years
ago, orang belajar di sini itu lama minimal 3 bulan. Tapi sekarang karena yang datang
macem-macem, seperti ada yang hanya cuti kerja Cuma 2 minggu trus ngambil program
di kampung Inggris Pare. kan kasian kalu disuruh ngambil program yang lama-lama, toh
mereka hanya bisa masuk 2 minggu dan mereka membayar dengan mahah. Persoalan 2
minggu dapat apa? Alhamdullilah mas di daffodils mereka rata yang datang sudah bisa
ngomong. Kami bikin kelas yang dasar mulai dari nol selalu gagal mas. di program
stepping stone yang kita anggap paling dasar aja, yang masuk rata-rata udah pada bisa.
Kerena publik mempersepsikan daffodil itu level program speakingnya sudah tinggi.
Sehingga tutor selalu dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, mampu memproduksi
suara baru dan wawasan baru di luar dari modul yang dibagikan. Kita memang sangat
informal di sini mas. kita pernah didatangi pemerintah untuk diuji standar pelayanan
pendidikannya, tetapi paradoknya adalah sudah 40 tahun kita memperbaiki kegagalan
bahasa Inggris dari sabang sampai merake tapi kenapa kita masih dituntut untuk
sempurna. Kalau dipikir yang masuk kriteriakan sekolah-sekolah yang sudah diuji
pemerintah tapi toh gagal semua maka datang kesini.4
90 menit, yang terbagi atas aktivitas guru menyampaikan materi, siswa praktik dan guru
mengevaluasi. Untuk porsi totor yang mengaturnya seperti apa. Kami hanya memberikan
batas waktu maksimal yang umumnya diacu di kampung Inggris Pare.5
Selain yang pernah saya sebutkan sebelumnya. Mayoritas tutor daffodils itu memiliki
kesamaan mas “seneng guyon mas”. jadi rata-rata mereka humoris sehingga bawa santai
tapi tetap fokus. Kalau bahasa Inggrisnya bagus itu sudah pasti mas, dan tambahannya
berkepribadian baik.6
Secara tertulis kami tidak ada mas. standarnya itu ya dari tutor itu aja. kalau tutornya oke,
programnya dibawa juga oke. Jika ada permasahan dalam program tutor langsung
konsultasi dengan para senior dan kami. Untuk standar penilaian kami adalah tertimoni
yang diberikan oleh para alumni, yang sudah berhasil mendapatkan pekerjaan yang
mereka inginkan.7
Jadi di kampung Inggris pare ini setiap tempat kursus memiliki spesifikasi tersendiri ya
mas. ibarat kuliah mereka kampusnya banyak, jadi bisa ngambil sks di kampus mana aja.
kami pernah buka program listening mas, ngak laku mas.8
Aktivitas belajar di kelas speaking yang saya pegang berupa discovery atau Inquiry. Jadi
seperti detektif gitu mas, mereka saya perhadapkan dengan sebuah kasus, dan saya minta
untuk menemukan jawaban dan menyelesaikan persoalan. “tomorrow we will be
discussing about my question, my question is way jumlah perceraian semakin meningkat?
Pikirkan dirumah anda datang kesini sudah dengan solusinya. Saya juga memberikan
tantangan kepada siswa berupa aktivitas berpikir yang ditunjukan melalui pernyataan atau
pertanyaan yang mereka buat. Jadi kalau pertanyaan mereka nyambung berati mereka
fokus pada persoalan.10
Kalau listening paling juga pake speaker, kelas tertentu yang harus melihat visual
contohnya paling juga pake slide. Video pembelajaran, dan modul.11
Guide line secara tertulis tidak ada mas, sudah saya sampaikan di awal tadi kami ini
sangat nonformal. Sepenuhnya kita percayakan kepada tutor kami. Tutor kami kasih
materi ini, silahkan berkreasi, jika ada masalah hubungi kami. Sehingga kami sangat
selektif juga memilih tutor pada program-program tertentu mas.12
Belajar bahasa itu lebih baik sejak usia dini dibandingkan sejak usia dewasa. Usia dini itu
menyerap, dia akan ngomong seperti pemilik bahasannya sedangkan kita karena logika
sudah main, maunya ngomongnya terumuskan, apa dan mengetahui ciri-cirinya begitu
kita ngomong ngak alami sama sekali. Jadi kalau idealnya apa ya dari anak-anak itu.
Pertanyaannya kemudian mengapa anak Indonesia bahasa Inggrisnya sampai hari ini
belum membaik, meski bahasa Inggris sudah diajarkan sejak SD? Karena pengajarnya
menggunakan metode mengajar seperti orang berlogika. Grammar itu diajarkan jika
logika seseorang sudah baik. Artinya bahwa guru bahasa Inggris hari ini kompetensinya
rendah, kurang inovatif dan mereka hanya ngeplek dengan apa yang ada di buku. Dan
mereka mengajarnya cara dia sebagai seorang dewasa untuk ngajarin anak-anak yang
pola pikirnya belum seperti dia. Dalam belajar bahas unsur komunikasi adalah
endingnya. Mau itu belajar grammar atau reading itu nanti ujung bisa ngomong.13
Menjalin hubungan emosional yang baik dengan siswa dan pintar memposisikan diri
sebagai orang yang mengayomi dan mendidik mereka. Saya lebih memposisikan diri
sebagai orang tua mereka. Tutor tutor yang muda membangun komunikasinya seperti
teman atau sahabat mereka sedangkan kami yang emak-emak ini seperti model
ngasuhnya ke anak gitu.14
Komitemen bersama tentunya untuk terus memperbaiki diri. Tidak usah kemudian
melakukan hal-hal yang aneh-aneh untuk bersaing dan menjatuhkan yang lain. Yo wes
poke’e istiqomah ae lah mas. Dan membangun kordinasi dan komunikasi yang baik antar
lini.15
Jadi karena ini adalah program speaking mr. jadi secara otomatis pendekatan yang
kita gunakan adalah pendekatan yang membuat mereka aktif berkomunikasi.
Berkomunikasi dalam kemampuan untuk memaknai sesuatu bukan menghafal, atau
mengingat. Jadi diupayakan komunikasi terjadi secara natural. Dengan mereka
menguasai banyak topik dalam bahasa Inggris mereka akan mampu
mengkomunikasikannya dengan baik.1
Aktivitas belajar yang menyenangkan, friendly, dan humble. Dan kita harus memiliki
pertimbangan tentang program 2 mingguan ini yang sangat singkat, juga perbedaan
latar belakang mereka yang beragam dari pendidikan, usia, pengalaman, etnis budaya
dll..untuk dapat secara cepat menemukan ritme belajar yang positif. Karena sedikit
banyak mereka juga belajar ngomong dari teman-teman kelasnya. Kemistri harus
cepat terbangun dalam program yang sangat singkat ini.2
Kebetulan dalam program ini kita sudah tetapkan aturan menggunakan bahasa
Inggris dengan presentase 75% jadi saya rasa sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan belajar mereka. Karena pertama, sebagian besar dari mereka memiliki
modal dasar dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. mereka udah biasa
ngomong Inggris sebelum masuk di program ini, jadi tutor hanya membenahi
beberapa kesalahan yang menjadi kebiasaan yang kurang baik bagi perkembangan
kemampuan mereka.4
Untuk desian dalam bentuk RPP dan Silabus secara tertulis kami tidak ada. Tetapi
garis besar pelaksanaan program ini ada, itupun secara lisan disampaikan oleh
CEO/owner melalui forum-forum kelembagaan. Tutor diberikan otoritas penuh untuk
mengkreasikan kelas berdasarkan kreativitas dan gaya masing dengan catatan tidak
keluar dari konten materi, dan tujuan ditiap pertemuan. Olehnya itu penting bagi
setiap tutor di sini untuk melakukan self assessment dan intropeksi diri dalam upaya
peningkatan kualitas mengajar mereka, dengan cara melihat respon dan gejala-gejala
yang tidak menyenangkan yang timbul dari siswa. Ukurannya ada pada kualitas
pelayanan pembelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa. Jika mereka jarang
masuk dan hasil belajar di bawah rata-rata itu berarti ada yang salah dengan tutornya.
Itu aja sih mr.5
Komponen yang paling utama adalah modul. Itu yang pertama kali saya kuasai setiap
topiknya. Karena tujuan pembelajaran melekat dalam setiap judul-judul pembahasan
pada modul tersebut. dan juga saya biasanya menambahkan beberapa referensi bahan
dari luar modul itu untuk memperkaya pengatahuan saya ketika ada pertanyaan dari
siswa nantinya.6
Karena yang dipelajari mereka adalah bahasa international jadi harapanya mereka
lebih terampil dal9am berkomunikasi yang ditunjukan melalui sikap percaya diri dan
keterbukaan pemikiran ketika bergaul dengan komunitas global.8
Untuk program ini kami tidak banyak menggunakan media selain apa yang sudah
disediakan dalam kelas seperti papan tulis.10
Saya kurang begitu mengetahui, sepertinya lebih tepat jika ditanyakan langsung
kepada CEO (owner-nya).11
Jadi keterampilan yang paling utama untuk kita asah adalah speaking, keterampilan
reading dan listening sifatnya hanya mendukung kemampuan komunikasi mereka.
Listening mereka dapat dari mendengarkan ketika ada teman yang sedang berbicara
melalui aktivitas presentasi, converstation, tanya jawab, dll. dan keterampilan
readingnya dari sumber referensi bacaan yang saya minta untuk mencari dari luar,
sebagai bahan untuk berdiskusi. Writing kami tidak integrasikan dalam program
ini.13
Kalau saya sendiri lebih jadi asisten atau guide nya mereka, karena bagi saya guru
dan siswa harus memiliki kedekatan emosional yang baik agar siswa merasa lebih
terbuka dalam menceritakan masalah-masalah yang dialami selama belajar.14
Selain tanya jawab, diskusi, presentasi, dan conversation yang kita lakukan diluar
kelas. Kita juga terkadang melakukan aktivitas belajar di luar kelas atau jam belajar
seperti, Hang out bareng. Semata-mata hanya bertujuan untuk mendekatkan
hubungan emosional dan membuat mereka merasa tanpa beban dalam belajar. Saya
justru beranggapan bahwa belajar diluar kelas/jam belajar, lebih menyenangkan bagi
mereka.15
Yang pasti Presentasi, diskusi atau tanya jawab. Untuk dilevel program ini lebih
berat didiskusi dan presentasi, untuk permainan dikurangi. Ada momen-momen
tertentu mereka saya ajak bermain, ketika kelas betul-betul garing, mereka terlihat
bad mood dan kurang bersemangat dalam belajar. Saya gunakan ice breaking untuk
mencairkan suasana dan memotivasi semangat belajar mereka lagi.16
Kalau dari saya sendiri, dulu yang menjadi kendala saya adalah minim kreatifitas,
sehingga kelas yang saya bawa kurang hidup. Saya menyakini bahwa guru punya
andil besar dalam keberhasilan belajar siswa. Jadi ketika ada masalah yang dalam
proses pembelajaran yang patut untuk bercermin adalah guru itu sendiri. Guru harus
memiliki varian metode yang cukup untuk digunakan sebagai sarana untuk membuat
siswa belajar.17
Tentu dengan menambah wawasan dan belajar banyak dari tutor yang sudah senior
supaya kita lebih kreatif lagi, dan lebih bisa memahami kondisi dan karakteristik
belajar siswanya. Itu sih,18
Untuk porsinya berkomunikasi mereka kurang lebih 60 menit dari total 90 menit jam
belajar per pertemuan. Untuk dalam bahasa Inggrisnya kami tetapkan 75% spoken
English dan 25% spoken bahasa. Sebisa mungkin mereka harus bebahasa Inggris
ketika dalam kelas sesuai dengan strandar yang kami tentukan.20
Penugasan yang sering saya berikan bersifat praktik dan berkelompok. Jadi tugas
mereka ketika diluar kelas adalah mencari data dan menghafal. Karena ketika dalam
kelas mereka hanya saya bolehkan membawa poin bukan skrips. Untuk skrip boleh
hanya untuk reminder. Tugas jenis projek juga kami biasa berikan tetapi itu sifatnya
kondisional melihat karakteristik dari siswanya, kalau cenderung bisa diajak main,
saya bisa memberika projek yang bisa ngimprof speaking mereka seperti membuat
video wawancara dengan orang yang tidak dikenal, dll.21
Reference 20 - 1.86% Coverage
Untuk toleransi yang saya berikan tidak banyak. Bahkan ketika ada kesalahan saya
justru memberikan mereka hukuman yang sifatnya positif untuk memotivasi mereka.
Accent saja yang saya beri toleransi mengingat ada logat bawaan yang melekat pada
tiap-tiap induvidu dan bagi saya itu wajar sepanjang mereka tidak berlebihan dan
pengucapannya masih terdengar dan berbentuk.22
Dari daily activity yang mereka lakukan dalam kelas, karena untuk keterampilan
speaking sepertinya cukup mudah. Kalau diakhir program sendiri yang saya gunakan
adalah interview secara public. Maju satu persatu menjawab pertanyaan saya dan
yang menjadi acuan penilaian ya rubrib itu tadi. Dan untuk penilaian hariannya saya
lihat dari aktivitas mereka dalam kelas, karena untuk speaking yang dasarnya adalah
sebuah keterampilan sepertinya cukup mudah untuk melakukan penilaian karena
sangat terlihat dan dapat diamati, mana yang sudah baik, cukup baik dan kurang
baik.23
Setiap ada aktivitas induvidu, di mana mereka dapat dilihat dan diamati kemampuan
berkomunikasinya, di saat itulah saya melakukan penilaian. Dalam hal akurasi
pengucapan dan grammar. Dan tentunya diakhir program.24
Kita punya rubrik khusus untuk menilai keberhasilan belajar siswa yang kita sebut “
successful speaking students”. Yang tidak hanya mengukur kelancaran dan akurasi
tetapi juga kepercayaan diri mereka berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.
dan juga 3 element dasar yang menopang empat keterampilan bahasa masuk dalam
penilaian kita seperti, grammar, vocabularies, dan pronunciation.25
Untuk menilai keberhasilan belajar mereka kita melaksanakan test diakhir pertemuan
melalui proses tanya jawab seputar materi yang sebelumnya sudah diajarkan dengan
fokus pada kriteria penilaian yang sebelumnya, yakni fluency nya, vocabnya dan
akurasinya.26
Materi yang diajarkan dalam program ini cukup relavan dengan kompetensi komunkatif, terutama pada
kemampuan wacana, kemampuan strategis dan aksional.
Tidak ada media, sumber dan bahan yang digunakan selain modul, kamus dan falitas yang tersedia di
kelas seperti papan tulis, spidol dan meja belajar. Tidak terdapat media, sumber, dan bahan
ajar yang secara spesifik disiapkan untuk program ini.
Kelancaran siswa dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris menjadi prioritas dalam penilaian
seorang tutor, olehnya itu tutor sering kali memberikan koreksi terhadap tatabahasa, dan menyuplai
kosakata-kosakata yang berkaitan dengan topik pembahasan. Sesekali tutor memberikan koreksi terkait
dengan pengucapan dan pelafalan yang sesuai dengan kaidan pengucapannya.
Secara keseluruhan pelaksanaan pembelajaran pada program ini berfokus pada proses. Hal
Meskipun demikian, ada saat-saat di mana tutor memfokuskan pembelajaran pada apa yang dihasilkan
siswa. Seperti apa yang terjadi di pertemuan ke-10, di mana di pertemuan tersebut tutor tidak hanya
menilai performa/penampilan mereka tetapi juga ide dan pemikiran yang unik dari topik yang diangkat
untuk menjadi bahan presentasi.
Materi
kompetensi wacana, seperti, Ice Breaker, Finlandia Schools, Television, Stress Sign and Symptoms, dan
Inspiring People.
Tutor melakukan persiapan dengan baik di setiap pertemuan. Tutor selalu memastikan spidol yang akan
digunakan sudah terisi, papan tulis yang akan digunakan bersih, materi pembahasan dipastikan telah
dikuasai dengan baik, dan rencana pembelajaran akan seperti apa dalam kelas.
Warming up baru dilakukan di pertemuan ke-2. Sebab di pertemuan pertama tutor bersama dengan
siswa membuat kesepakatan untuk memulai pembelajaran di pertemuan-petemuan selanjutnya dengan
penampilan siswa di depan kelas menceritakan pengalamannya selama kurang lebih 3 menit.
Apersepsi dilakukan oleh tutor sebelum masuk pada pembasan inti, dengan menjelaskan apa yang akan
siswa pelajari
Selama 10x pertemuan tutor hanya melakukan apersepsi 2x yakni dipertemuan ke-8 dan ke-9.
Dalam program ini penyampaian materi oleh tutor dilakukan baik secara deduktif maupun deduktif. Materi
yang disampaikan secara deduktif adalah materi-materi yang tertulis di papan dan berada dalam paper
yang dibagikan, sedangankan materi-materi yang disampaikan secara induktif adalah materi-materi yang
terdapat di luar modul yang sifatnya tambahan dan pendukung.
Setiap materi dan topik pembahasan dalam program ini dikuasai oleh tutor. Tutor mampu menjawab
pertanyaan- pertanyaan kosakata yang sampaikan oleh siswa, tutor mampu menjadi moderator yang
mengalirkan alur diskusi dengan baik, dan tutor menyediakan bahan/ide- ide sensitif yang menarik untuk
dibahas ditiap petemuan.
Insturksi dan arahan yang diberikan oleh tutor dalam setiap aktivitas pembelajaran cukup jelas. Dan
didukung dengan siswa yang kooperatif, sehingga semua yang berkaitan dengan aktivitas belajar
berjalan dengan baik.
Tutor melakukan tugasnya sebagai seorang fasilitator ketika proses diskusi, debab,
monitor ketika
memperhatikan penampilan siswa, dan krektor ketika memberikan penilaian kepada siswa
Tutor memberikan toleransi terhadap logat/accent siswa dalam berbicara, materi grammar, vocab,
pronunciation yang belum pernah diajarkan, dan gaya berkomunikasi siswa.
Antusias dan motivasi siswa cukup konsiten dalam kategori baik, bagi siswa yang memiliki raport
kehadiran di atas 70%.
Jika bertolak dari laporan kehadiran siswa, dalam 10x pertemuan kehadiran rata-rata di tiap pertemuan
adalah 13 orang siswa dari total 18 orang siswa. Dan di 5 pertemuan terkahir mulai terlihat konsitensi
jumlah kehadiran siswa yang rata – rata 13 orang. Dan dari data itu dapat dilihat 13 orang itulah yang
antusias dan motiviasi belajarnya lebih baik dari pada yang lain yang jarang masuk ataupun tidak penah
masuk sama sekali. Antusias mereka diwujudkan dalam keterlibatan dan partisipasi aktif mereka dalam
proses pembelajaran.
Secara konsisten siswa selalu aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran. kondisi tersebut tidak lepas
dari metode pembelajaran yang digunakan oleh tutor untuk membuat siswa aktif dalam kelas. Semua
siswa terlibat dalam aktivitas komunikatif
seperti, percakapan
berpasangan, diskusi, presentasi, debat dan pidato. Ketika tutor dalam mode ceramah atau menjelaskan
materi, siswa juga aktif menanyakan hal belum mereka ketahui, ataupun menjawab pertanyaan-
pertanyaan tutor.
Secara umum komunikasi dijalin dengan menjunjung asas belajar menggunakan bahasa Inggris secara
bersama, dalam berbagai keterbatasan.
Strategi komunikasi yang digunakan oleh siswa pada program ini umumnya terbagi menjadi dua jenis
yakni, strategi komuniksi verbal dan strategi komunikasi non-verbal. Strategi komunikasi verbal adalah
cara siswa dalam mensiasati hal- hal yang tidak dinginkan oleh siswa selama
berlangsungnya proses
komunikasi, yang mana strategi tersebut diwujudkan dalam ucapan secara lisan. Contoh strategi
komunikasi verbal yang digunakan oleh siswa adalah, 1) Word Coinage: mendeskripsikan ciri-ciri khusus
benda/objek yang terlupa atau belum diketahui arti atau makna dri koskata atau peristiwa, 2) Literal
Translation: menerjemahkan bahasa sumber ke bahasa target atau sebaliknya, 3) Code Switch (alih
kode), mencampur bahasa Indonesia ke dalam bahasa Inggris atau sebaliknya. Untuk tetap menjaga
kelangsungan berkomunikasi. Dan 4)
Strategi komunikasi non-verbal adalah segala bentuk siasat yang siswa miliki untuk berkomunikasi
menggunakan selain dari aktivitas yang sifatnya oral seperti melalui gestur tubuh, mimik, symbol-simbol
tangan, dan gerakan- gerakan tangan untuk mengatur ritme berbicara.
References 30-31 - 0.40% Coverage
Dalam program ini, antara kegiatan komunikatif dan pra-komunikatif yang dilaksanakan oleh tutor cukup
berimbang. Dengan pola setelah kajian topik pembahsan kemudian baru praktik dalam format diskusi,
presentasi ataupun percakapan.
Secara keseluruhan
dalam 10x
pertemuan, aktivitas belajar siswa tergolong bermakna sebab orientasi mengajar
diarahkan untuk
mengembangkan sikap, minat, dan potensi belajar siswa, topik-topik pembahasan yang dipilih relavan
dan populer dalam kehidupan sehari-hari siswa, metode mengajar yang digunakan oleh tutor juga
melibatkan siswa untuk berpartisipasi secara langsung dan menyenangkan, bahan ajar yang digunakan
kongkrit sepeti modul, dan penilaian tutor tidak ditetakankan pada aspek kognitif saja tetapi juga aspek
psikomotorik dan afektif.
Dalam program ini, tutor memberikan tugas di pertemuan ke-1, 2, 4, 6, dan 9. Di pertemuan ke-1 tutor
memberikan tugas kepada siswa melengkap daftar pertanyaan yang sengaja dikosongkan untuk
kemudian diisi oleh siswa dan besok dikoreksi oleh tutor dan jika sudah dibenarkan, pertayaan akan
ditanyakan ke teman lawan bicara. Di pertemuan ke-2, tutor memberikan tugas untuk mencari mencari
bahan diskusi terkait materi tentang Ice Breaker. Pertemuan ke-4 juga sama yakni mencari bahan untuk
aktivitas dikusi esok hari terkait topik “Filandia’s Schools”. Di pertemuan ke-6 tutor memberikan siswa
tugas induvidu, yakni menyiapkan bahan presentasi tekait dengan orang yang sangat mengispirasi
hidupmu. Dan esok harinya satu persatu siswa mendapat giliran untuk maju menceritakan orang
tersebut. Terakhir di pertemuan ke-9, semua siswa diminta untuk mengambil kertas undian yang mana
tertulis di dalam topik yang akan dipresentasikan esok hari pada ujian final. Ada dua topik yang
ditawarkan untuk dijadikan bahasa bercerita yakni education and Stress-Sign & Symptoms. Dan semua
siswa harus sudah siap di esok harinya dengan topiknya masing- masing.
Kita bikin patokan itu sering ngak kepake misal,e. jadi kan siswa itu kadang ngak bisa
ditebak. Kita sudah siapkan otline dengan menetukan standar ngomong Inggris sekian
persen, tapi ternyata siswa yang masuk lebih (penguasaan bahasa Inggrisnya) dari itu.
Jadi gurunya mau ngak mau harus bermanuver. Saya itu menangkapnya kok gini ya, jadi
sistem kursusan khususnya speaking, kalau dibakukan seperti sekolah itu sepertinya
kesulitan,e. sisi lainnya memang kita kasual banget. Kita mengakui kalu kita ngak formal
seperti sekolah gitu lo. Secara personal kita sendiri bertiga itu orangnya kasual. Jadi
ibarat orang itu misalnya ada orang yang harus ada persiapan.
Ya memang arahan kita begitu karena itu tadi dinamis banget gitu loh. Kita ketemu
segerombolan anak dari pondok nanti bawainnya beda karena modelnya anak pondok
topiknya beda. Nanti anak – anak datangnya dari kota ngomongnya sudah beda. Yang
jadi pikiran mereka beda. Kayak gitu loh situasinya. Jadi memang kalau kita bertiga itu
kalau kita lagi meeting kalau bahas tentang hal seperti itu atau memberikan semacam
kayak training untuk menjadi tutor yang kadang berkala kita lakukan. Apa lagi kalau ada
tutor baru, itu salah satunya memang kita bahas untuk itu, di mana siap – siap saja dengan
jangan terlalu pakem karena anak anak moodnya beda, ya setiap pertemuan itu unik ada.
saya pikir beda di pare sama di formal itu. Jadi kita itu disini inovasi on the spot itu lo
kayaknya.
Sebelumnya ada serangkaian kita ngelihat dlu. Bagimana caranya dia menyatu,
bagaimana caranya dia mbawa orang, berteman, omonganna gimana, jokenya gimana.
Kita mengenal itu dulu. Trus kalau ada orang ngelamar di daffodils itu, biasa kita
bingung gimana kita aja ngak kenal dia. Jadi kebanyakan tutor daffodils itu yang pernah
tinggal sama di camp atau gimana kita tau dia punya kemampuan lebih gitu. Tentu saja
yang berikutnya adalah bahasa Inggrisnya, tidak harus yang wah atau gimana. Di mana
ada kelas yang tidak butuh bahasa Inggris yang terlalu tinggi, karena terlalu faseh juga
orang kesulitan, karena untuk yang baru saja belajar iya toh. Nanti kalau sudah terbiasa
ngomong bahasa Inggris timbah dengan guru yang pronunciationnya lebih bagus itu nanti
beda lagi urusannya. Tentunya yang berikutnya adalah kelebihaan apa yang bisa dia bawa
di kelas gitu loh (kemampuan mengajar) entah kesabarannya, entah dia punya skill yang
lain, entah dia pandai bercerita entah kayak gitu.
Ada jadi kita minta mereka kayak main main drama (micro teaching). Luwesnya dia,
gimana dia membawa kelas, mati gaya opo ngak kadang vocab gaya itu kurang lo
beberapa orang. La wong yang dihadapi macem – macem lo jadi ngak boleh mati gaya.
Pedomannya gini loh mas kita itu dalang dalang ngak boleh kehilangan lakon. Gitu aja.
jadi kalau di kelas itu harus begitu, jadi harus inovatif segera jangan mati gaya.
Oh iya kalau buat nilai sertifikat itu memang kita ambilnya dari absensi, keaktifan dia di
kelas, presentasinya gimana, kemampuan bahasa Inggrisnya di kelas, terus apa namanya
cara berkomunikasi dikelas. Terus yang terakhir ya ini dari ujiannya tapi ujiannya juga
tidak mempengaruhi banyak gitu loh. Kedisiplinan itu paling penting kalau di kelas.
kalau mau dibandingkan ya fifty – fifty lah sama nilai ujian cara ngintungnya. Tapi
paling saya ambil adalah di keaktifan kelasnya.
Kalau absensi kalau kelas dua minggu itu maksimal 2. Tapi kita pertimbangkan lagi dia
ngak masuknya karena apa, kalau karena sebab yang jelas kita toleransi.
Kalau saya menilainya bukan dari induvidu. Kita lihat anak ini memang tipenya.
Memang cara pendekatan setiap murid ngak sama, ngak boleh dipukul rata jadi anak dari
awal masuk sudah saya analisis secara pribadi, oh anak ini aktif ni, oh anak ini pendiem
nih, oh anak ini..ee..bisa kelihatan sekali sih ketika di kelas, ni anak ketika saya
ngejelasin, anak ini main atau anak ini apa kayak gitu, kita cara ngatasinya beda – beda.
Kalau berkomunikasi ya saya lebih ke ini sih mr. apa namanya ehmm kaya tanya jawab
gitu
Dari segi itu memang iya. jadi itu aspek – aspeknya sih mr.
Kalau saya kelancaran itu dari pecaya diri dulu. Yang lancar dalam kelas berbicara dia tau
cara penyampaiannya, dia tau ternyata oh bahasa Inggris susunan kalimatnya seperti ini,
cara mengucapkannya seperti ini. Tapi ngak harus bener loh ya, karena memangkan
mereka butuh proses. Trus cara dia membawa dirinya untuk diposisi itu gimana gitu.
Lebih ke praktik gitu sih.
Yang pasti mengamati, tanya jawab sama mereka. Listening juga iya kadang dengan
permainanan.
Kalau kita dari awal kita ngajar itu pasti ada yang namanya silabus. Kita bisa melenceng
dari silabus tergantung dari kondisi lapangan. Gitu karena kita ngak harus berpacu sama
materi terus – terusan. Tapi silabus itu tidak tertulis.