Rockwell-Collins WXR-350 Weather Radar S PDF
Rockwell-Collins WXR-350 Weather Radar S PDF
disusun oleh :
PENGANTAR Page i
PENGANTAR Page ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN
AGUM SUTADIPRADJA
NIK. 810143
Mengetahui :
A.n KADIV. SUMBER DAYA MANUSIA
MANAGER PENDIDIKAN & PELATIHAN
HERI KUSMAYADI
NIK. 950151
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME yang telah
memberikan berkat , rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan KERJA PRAKTEK yang berjudul “Rockwell-Collins WXR-350 Weather
Radar System pada Pesawat CN-235” di PT. Dirgantara Indonesia (IAe).
Laporan kerja praktek ini, disusun berdasarkan hasil Kerja Praktek yang telah
penulis laksanakan pada PT. Dirgantara Indonesia (IAe) mulai tanggal 1 Juli 2013
hingga 1 Agustus 2013. Pada dasarnya, kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah
wajib di program studi Elektronika dan instrumentasi Fakultas Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada. Mata kuliah “Kerja Praktek” bertujuan untuk mengenalkan
dunia kerja kepada mahasiswa , serta mengetahui aplikasi dari ilmu yang telah diperoleh
selama di bangku kuliah.
Pada kesempatan kali ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah mendukung sekaligus membantu penulis selama pelaksanaan kerja
praktek hingga penyusunan laporan. Maka dari itu, melalui pengantar ini, penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas berkat , karunia serta dampingan-Nya selama
pelaksanaan kerja praktek hingga pembuatan laporan dengan lancer.
2. Papa dan Mama yang telah memberikan doa , semangat , dukungan dan
materi selama penulis melaksanakan kerja praktek.
3. Adik-adik yang telah memberikan doa , semangat dan dukungan
terhadap penulis dalam melaksanakan kerja praktek.
4. Teman-teman seperjuangan : Dany, Exza, Juhan, Riri, Riris, Shafa, yang
telah melaksanakan kerja praktek dengan mengedepankan kebersamaan ,
saling berbagi pengetahuan dan saran / masukkan serta kritik selama
melaksanakan kerja praktek.
5. Ibu Ariesta Martiningtyas Handayani selaku dosen pembimbing kerja
praktek, yang telah banyak membantu penulis untuk dapat melaksanakan
kerja praktek di PT. Dirgantara Indonesia.
6. Ibu Illa selaku bagian HRD Balai Diklat Sumber Daya Manusia (SDM)
dan Bapak Ginanjar selaku HRD Aircraft Services (ACS) PT. Dirgantara
PENGANTAR Page iv
Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
dapat melaksanakan kerja praktek di PT. Dirgantara Indonesia.
7. Bapak Wawan Supriyatna selaku supervisor pada AEI Shop Aircraft
Services yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan kerja praktek serta membimbing penulis dalam
pelaksanaan kerja praktek di Aircraft Services (ACS).
8. Bapak Luky Ardya Gantara selaku pembimbing pada Instrumentation
Shop Aircraft Services (ACS) yang telah membimbing penulis selama
melaksanakan kerja praktek.
9. Bapak Iwan dan Mas Windy selaku tim Aircraft Services (ACS) yang
telah memperkenalkan kepada penulis mengenai test-bend helikopter dan
sistem kontrol PLC yang digunakan.
10. Bapak Heri Subiakto , Bapak Agus Djuhawan dan Bapak Irwan Isnandar
selaku pembimbing pada Avionics Shop Aircraft Services (ACS) yang
telah memberikan banyak informasi , bimbingan , dukungan , saran dan
candaan serta keramah-tamahan kepada penulis selama masa kerja
praktek di PT. Dirgantara Indonesia.
11. Serta semua pihak yang telah membantu selama kerja praktek hingga
laporan kerja praktek, yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Sekali
lagi penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
PENGANTAR Page v
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………….. 1
1.2 Batasan Masalah……………………………………………………... 2
1.3 Tujuan Kerja Praktek……………………………………………….... 2
1.4 Manfaat Kerja Praktek……………………………………………….. 3
1.5 Metodologi Penulisan………………………………………............... 3
1.6 Waktu dan Tempat Pelaksanaan……………………….. …………… 4
1.7 Sistematika Penulisan………………………………….. …………… 4
PENGANTAR Page vi
BAB III DASAR TEORI
3.1 EADS-CASA/IAe CN-235…………………………………………. 17-21
3.1.1 Sejarah ……………………………………………………. 17
3.1.2 Varian…………………………………………….............. 18
3.1.3 Spesifiikasi…………………………………… ……......... 21
3.2 ROCKWELL-COLLINS…………………………………………….. 21
3.3 RADAR (Radio Detection and Ranging)…………… ………….. 23
3.3.1 Radar Cuaca ( Weather Radar )........................................ 25
3.4 EFIS (Electronic Flight Instrument System)……………………….. 26
3.5 FREKUENSI RADIO / RADIO FREQUENCY (RF)……………... 27
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………. 49
5.2 Saran………………………………………………………………… 50
5.2.1.Saran untuk PT. Dirgantara Indonesia………………….. 50
5.2.2 Saran untuk Weather Radar System WXR-350…………. 51
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………… 53
LAMPIRAN........................................................................................... ….. 54
Gambar 2.1 GPM (Gedung Pusat Manajemen) PT. Dirgantara Indonesia (IAe). 6
Gambar 2.2 Nurtanio Pringgoadisuryo (Bapak Perintis Industri-
Pesawat Indonesia)……………………………………………...... 7
Gambar 2.3 Pintu Gerbang Utama PT. Dirgantara Indonesia (IAe)…………... 8
Gambar 2.4 Bacharuddin Jusuf Habibie (Bapak Industri Pesawat-
Modern Indonesia)................................................................... …... 10
Gambar 2.5 Skematis Tata Kerja PT Dirgantara Indonesia…………………… 16
Gambar 3.1 Merpati Nusantara Airlines (MNA) CN 235-10………………… 18
Gambar 3.2 CN 235-110 KCG (Korea Coast Guard)………………………… 19
Gambar 3.3 Pesawat CN 235-220…………………………………………….... 19
Gambar 3.4 CN 235-220 MPA (Maritime Patrol Aircraft)…………………… 20
Gambar 3.5 Markas Besar Rockwell Collins Company di
Cedar Rapids, Iowa,USA………………………………………… 23
Gambar 3.6 EFIS (Electronic Flight Instrument System) MFD....................... 27
Gambar 4.1 WXR-350 Weather Radar System……………………………….. 29
Gambar 4.2 Antena ANT-312 ………………………………………………... 33
Gambar 4.3 Waveguide………………………………………………………... 34
Gambar 4.4 Transceiver WXT-250B ………………………………………..... 35
Gambar 4.5 Weather Radar Panel WXP 85C/D ……………………………… 36
Gambar 4.6 Component Location WXP 85C/D………………………………. 37
Gambar 4.7 Weather Radar Panel WXP 85 C……………………………...... 37
Gambar 4.8 Weather Radar Panel WXP 85 D……………………………..... 37
Gambar 4.9 Multifunction Display (MFD)………………………………… .... 42
Gambar 4.10 Tampilan MFD……………………………………………… …. 44
Gambar 4.11 Blok Diagram Sistem Radar Cuaca WXR-350……………... …. 48
PENGANTAR Page ix
DAFTAR LAMPIRAN
PENGANTAR Page x
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN Page 1
Radar Cuaca / Weather Radar, dan lain-lain. Oleh karena penulis mengedepankan
sistem keselamatan terhadap cuaca di luar pesawat , maka sistem avionik yang cocok
ialah Radar Cuaca / Weather Radar.
Radar Cuaca atau biasa dikenal dengan nama weather radar merupakan suatu
sistem radar yang transceiver(transmitter-receiver) dan antenna, terpasang di bagian
nose fuselage aircraft / hidung pesawat, kemudian untuk indikator dan panel,
terpasang pada cockpit pesawat. Alat ini , berfungsi untuk menginformasikan kepada
kru penerbangan mengenai cuaca yang berada di depan pesawat dalam radius 10
hingga 300 nm (1 km = 0,00054 nm). Sehingga kru penerbangan dapat mengantisipasi
adanya cuaca buruk dan badai, bahkan radar ini juga di lengkapi alat untuk
mengetahui adanya turbulensi dan windshear di depan. Berbagai macam jenis cuaca
pada radar ini, di beri indikator berupa warna, dari hitam , hijau , kuning hingga merah
serta magenta, sesuai dengan keadaan cuaca yang sesungguhnya.
Dari penjelasan singkat tersebut , dapat diketahui bahwa radar cuaca
merupakan sistem avionik yang sangat bermanfaat dan berguna dalam suatu
penerbangan. Dengan adanya radar cuaca ini , kecelakaan dapat ditekan dan insiden
serta accident dapat diminimalisir. Sehingga , didapatkan zero accident dalam dunia
penerbangan, terutama di Indonesia, yang memiliki cuaca yang sangat cepat berubah-
ubah.
PENDAHULUAN Page 2
4. Membiasakan mahasiswa untuk dapat menyususn laporan dengan tepat ,
rapi dan sesuai.
5. Membiasakan mahasiswa dengan lingkungan dunia kerja.
6. Membuat mahasiswa semakin mengerti tentang sistem kerja radar cuaca
pada pesawat CN 235
PENDAHULUAN Page 3
Penulis mempelajari literatur dan referensi yang sudah didapatkan, sehingga
nantinya penulis dapat mengerti cara kerja sistem secara keseluruhan secara
detail.
PENDAHULUAN Page 4
BAB III : DASAR TEORI
Bab ini menjelaskan tentang pesawat buatan PT. Dirgantara
Indonesia , yaitu CN-235. Selain ini, pada bab ini dijelaskan
pula mengenai Rockwell-Collins Weather Radar Systems WXR
350 dan komponen utamanya secara umum.
BAB V : PENUTUP
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapatkan selama kerja
praktek beserta saran.
PENDAHULUAN Page 5
BAB II
PROFIL PT. DIRGANTARA INDONESIA (IAe)
http://www.indonesian-aerospace.com/images/gpm%201.jpg
Gambar 2.1 GPM (Gedung Pusat Manajemen) PT. Dirgantara Indonesia (IAe)
2. Pre-cutting
Bahan baku yang sudah diperiksa dikirim ke bagian pre-cutting
sesuai dengan permintaan bagian produksi disertai job card
yang tersedia. Proses ini dilaksanakan antara lain untuk
menghemat bahan yang diproses, memudahkan pelaksanaan dan
pengontrolan bahan. Bahan yang telah dipotong diperiksa
kembali oleh Quality Assurance dan dikirim ke Fabrikasi untuk
proses selanjutnya.
3. Fabrikasi
Bagian ini bertugas membuat komponen pesawat terbang dan
helikopter serta membuat dan menyiapkan tool dan jig sebagai
alat bantu pembuatan kompenen. Pembuatan komponen
dilakukan melalui proses permesinan maupun tidak (di machining
5. Fixed Wing
Bertugas merakit pesawat bersayap tetap dan proses perakitannya
sama seperti rotary wing. Skematis tata kerja pembuatan sebuah
pesawat selengkapnya ditunjukkan pada Gambar 1.
Rotary wing
QA
Gudang QA QA QA
Pre cutting Fabrikasi
penyimpanan
Fixed wing
3.1.1 Sejarah
CN-235 adalah sebuah pesawat angkut turboprop kelas
menengah bermesin dua. Pesawat ini dirancang bersama antara
IPTN Indonesia (sekarang PT. Dirgantara Indonesia) dan CASA
Spanyol (sekarang diakusisi oleh Airbus Military). Pesawat ini
diberi nama sandi Tetuka dan saat ini menjadi pesawat paling
sukses pemasarannya dikelasnya. Kerja sama kedua negara
dimulai sejak tahun 1980 dan purwarupa milik Spanyol pertama
kali terbang pada tanggal 11 November 1983, sedangkan
purwarupa milik Indonesia terbang pertama kali pada tanggal 30
Desember 1983. Produksi di kedua negara di mulai pada tanggal
Desember 1986. Varian pertama adalah CN-235 Series 10 dan
varian peningkatan CN-235 Seri 100/110 yang menggunakan dua
mesin General Electric CT7-9C berdaya 1750 shp (shaft
horsepower) bukan jenis CT7-7A berdaya 1700 shp (shaft
horsepower) pada model sebelumnya.
CN-235-10 :
Versi produksi awal (diproduksi 15 buah oleh masing-
masing perusahaan), menggunakan mesin GE CT7-7A.
http://www.airliners.net/photo/Merpati-Nusantara-Airlines/Airtech-CN-235-10/1661749/
CN-235-110 :
Secara umum sama dengan seri 10 tetapi menggunakan
mesin GE CT7-9C dalam nasel komposit baru ,
DASAR TEORI Page 18
mempunyai sistem kelistrikan, peringatan dan
lingkungan yang lebih maju dibanding seri 100 milik
CASA.
http://1.bp.blogspot.com/-XZufg4WroCE/USHmf9dRrlI/AAAAAAAAGSw/L-rJ4692mws/s1600/CN-235-110.jpeg
CN-235-220 :
Versi Pengembangan. Pembentukan kembali struktur
untuk bobot operasi yang lebih tinggi , pengambangan
aerodinamik pada tepi depan sayap sayap dan kemudi
belok, pengurangan panjang landasan yang dibutuhkan
dan penambahan jarak tempuh dengan beban maksimum
(MTOW=Maximum Take Off Weight)
http://assets.kompas.com/data/photo/2008/04/22/122331p.jpg
http://www.indonesian-aerospace.com/view.php?m=product&t=aircraft
Gambar 3.4 CN 235-220 MPA (Maritime Patrol Aircraft)
CN235-330Phoenix :
Modifikasi dari seri 220, ditawarkan IPTN ( dengan
avionik Honeywell baru, EW system ARL-2002 dan
16.800 kg MTOW ) kepada Royal Australian Air Force
untuk Project Air 5190 tactical airlift requirement, tapi
dibatalkan karena masalah keuangan pada tahun 1998.
Kemampuan
3.2 ROCKWELL-COLLINS
Rockwell Collins adalah pelopor dalam desain, produksi dan dukungan
untuk solusi inovatif bagi pelanggan kami dalam kedirgantaraan dan pertahanan.
Keahlian kami dalam flight-deck avionic , cabin electronics , mission
http://www.rockwellcollins.com/Our_Company.aspx
Gambar 3.5 Markas Besar Rockwell Collins Company di Cedar Rapids, Iowa USA
Ada tiga komponen utama yang tersusun di dalam sistem radar, yaitu
antena, transmitter (pemancar sinyal) dan receiver (penerima sinyal) :
1. Antena
Radio Frekuensi (RF) adalah tingkat osilasi dalam kisaran sekitar 30 kHz
sampai 30000 MHz, yang sesuai dengan frekuensi gelombang radio, dan arus
alternatif yang membawa sinyal radio. RF biasanya mengacu kepada listrik
daripada osilasi mekanik, namun sistem RF mekanik memang ada. Meskipun
frekuensi radio adalah tingkat osilasi, istilah "frekuensi radio" atau singkatan
"RF" juga digunakan sebagai sinonim untuk radio, yaitu untuk menggambarkan
penggunaan komunikasi nirkabel, sebagai lawan komunikasi melalui kabel
listrik. Arus listrik yang berosilasi pada frekuensi radio memiliki sifat khusus
yang tidak dimiliki oleh arus searah atau arus bolak-balik dari frekuensi yang
lebih rendah.
Sebagai bagian dalam masalah kenyamanan dalam komunikasi, spektrum
dibagi menjadi band frekuensi. Setiap band atau rentang frekuensi menghasilkan
efek yang berbeda dalam transmisi. Pita frekuensi radio yang terbukti paling
berguna dan saat ini digunakan adalah:
pada
PESAWAT CN-235
Tabel 4.1 Spesifikasi Radar Cuaca WXR-350 oleh FAA (Federation Aviation Administration)
http://t2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcQiklEoeA_bjxocEHZclzWojAKl_RXyCveRr9nWHWGBNe2Lg
PWR (push-switch)
berfungsi untuk menghidupkan
maupun mematikan tampilan MFD.
INT (control-knob)
berfungsi untuk mengontrol
instensitas (kecerahan) dari tampilan MFD.
RDR (Push-Button)
berfungsi untuk mengaktifkan
mode radar cuaca dan memungkinkan data
radar cuaca untuk ditampilkan. Ketika
RDR tombol tekan dan didorong untuk
kedua kalinya, format radar akan dihapus
dari format peta yang ditampilkan pada
layar.
NAV (Push-Button)
fungsi tombol NAV adalah untuk
mengaktifkan mode navigasi untuk
memungkinkan pemilihan dan
menampilkan data navigasi.
RMT (Push-Button)
fungsi RMT adalah untuk
memungkinkan kru penerbangan untuk
memilih hingga empat sumber data yang
akan digunakan oleh sistem dan
ditampilkan satu per satu.
PGE dan EMG (Push-Button)
fungsi dari dua push button ialah
untuk memungkinkan pemilihan
HALAMAN PROSEDURAL (PAGE
WXR-350 sistem adalah sistem radar cuaca digital yang terdiri dari
penerima-pemancar (rt), unit kontrol, anntena dan indikator EFIS digunakan
untuk menampilkan informasi radar cuaca. Prinsip-prinsip operasi dari sistem
radar cuaca adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Z-level , rainfall rate (curah hujan) dan tampilan warna pada WXR-350
Pada dasarnya, pesawat yang memiliki sistem avionik berupa radar cuaca
WXR-350 bukan tidak mungkin pesawat akan mengalami guncangan hebat di
udara akibat turbulensi secara tiba-tiba. Oleh karena itu sistem radar cuaca
WXR-350, dirasa masih memiliki kekurangan. Berikut kekurangan yang ada
pada sistem radar WXR-350 :
PENUTUP Page 49
4. Secara singkat, jalur transmisi gelombang elektromagnetik
(transmitting path) diawali dari transmitter – duplekser – antena
– gelombang elektromagnetik – sasaran (berupa presipitasi, petir,
badai, dsb). Kemudian untuk jalur hasil pantulan dari sasaran
(receiving path) ialah berawal dari sasaran – sinyal gema / echo
signal – antena – duplekser – receiver – display / tampilan.
5. Output radar cuaca pada display, yaitu terdiri atas 5 warna :
hitam, hijau , kuning , merah dan magenta.
6. Penggunaan layar tabung sinar katoda (CRT) pada EFIS pada
pesawat, di anggap lebih tangguh ketimbang layar LCD. Sebab
sistem EFIS menggunakan CRT, banyak digunakan hampir
semua pesawat di dunia. Kemudian jika layar LCD hanya hemat
energi.
5.2 Saran
PENUTUP Page 50
Indonesia harus bisa meyakinkan kepada investor ( terutama dalam
negeri) bahwa prospek industri pesawat terbang kedepan akan semakin
menguntungkan. Sehingga dengan adanya investor, dapat membantu
banyak dalam hal riset. Jika memang kurang efektif dalam perancangan
ulang pesawat, PT. Dirgantara Indonesia tidak perlu membuat model
pesawat baru, kita hanya perlu melanjutkan impian bapak B. J. Habibie
dengan pesawat turboprop-nya yang berkapasitas 50 – 70 penumpang,
yaitu (PA-1) N250 Gathotkaca dan (PA-2) N250 Krincingwesi .
Selain itu, ada desain pesawat jet komuter berkapasitas 80 hingga
130 penumpang bernama N – 2130. Apabila kedua impian bapak B. J.
Habibie ini tercapai, maka Indonesia akan menjadi satu-satunya
produsen pesawat di asia tenggara yang sudah bisa membuat pesawat
sendiri. Jika hal ini tercapai, pasti banyak maskapai yang saling berebut
untuk memesan kedua pesawat ini. Dengan begitu, PT. Dirgantara
Indonesia memiliki profit yang signifikan. Tetapi penulis tekankan lagi,
hal tersebut dapat terjadi selama tidak ada unsur dan pengaruh serta
intervensi politis yang ikut campur!! Jadi semuanya harus steril.
PENUTUP Page 51
otomatis sistem akan mengaktifkan audio pesawat dengan ungkapan,
misal : “CAUTION WEATHER!!” ketika masuk zona kuning (dalam
kisaran lebih dari 2 nm). Kemudian ketika masuk zona merah (dalam
kisaran kurang dari 2 nm), maka otomatis sistem akan mengaktifkan
audio, dengan ungkapan : “WEATHER , WEATHER!!! AVOID !!! ,
AVOID !!!” Secara otomatis ungkapan tersebut akan muncul ketika
kondisi cuaca berada pada Z level yaitu Z3 hingga Z6 dengan nilai dBZ
sebesar >30 hingga >60 dBZ serta dalam rata-rata curah hujan 3.81
sampai 12.7 mm/hr untuk tampilan warna kuning, hingga 127.0 sampai
203.2 mm/hr untuk tampilan warna merah serta magenta.
PENUTUP Page 52
DAFTAR PUSTAKA
http://www.indonesian-aerospace.com/view.php?m=product&t=aircraft-detil&id=6,
diakses hari jumat tanggal 12 Juli 2013, pukul 14.38
LAMPIRAN Page 54
LAMPIRAN Page 55
DATA PRIBADI PRAKTIKAN
LAMPIRAN Page 56
12. Alamat Orang Tua / Wali : Griya Taman Asri blok A-405
Donoharjo,
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
LAMPIRAN Page 57