Anda di halaman 1dari 125

RINGKASAN EKSEKUTIF

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang (RPHJP) KPHL Model


Sijunjung ini disusun dengan tujuan (1) Menentukan arah dan pedoman
pelaksanaan pengelolaan hutan dalam jangka panjang di bawah KPHL Model
Sijunjung; (2) Menyediakan panduan dalam melakukan sinergi dan koordinasi
dengan pihak lainnya dalam pengelolaan hutan KPHL Model Sijunjung; (3)
Melandasi pengawasan dan evaluasi pengelolaan KPHL Sijunjung dalam jangka
panjang. Sasaran yang hendak dicapai adalah tersedianya dokumen RPHJP yang
akan menjadi pedoman dalam menyusun kegiatan jangka pendek.
Adapun Visi-nya adalah: “Terwujudnya KPHL Model Mandiri di Kabupaten
Sijunjung”. Untuk mencapai visi tersebut, maka misi, tujuan dan kegiatan KPHL
Model Sijunjung yang disusun dalam Rencana Pengelolaan selama 2014-2023
adalah sebagai berikut:
Misi 1. Membangun kelembagaan pengelolaan hutan pada tingkat tapak yang
serasi antara hukum negara dan hukum adat masyarakat Kabupaten
Sijunjung.
Tujuan yang ingin dicapai dari misi ini adalah terbentuknya kelembagaan
KPHL Model Sijunjung yang mandiri sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dengan melibatkan masyarakat secara aktif.
Kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan ini adalah:
a. Memasukkan kelembagaan masyarakat sebagai bagian yang integral
dalam Kelembagaan KPHL Model Sijunjung yang permanen;
b. Pembentukan kelembagaan KPHL Model Sijunjung yang permanen
kedalam Prolegda;
c. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait;
d. Sosialisasi KPHL Model Sijunjung ke masyarakat luas.
Misi 2. Mengembangkan dan memelihara kelestarian hutan melalui pengelolaan
terpadu yang memperhitungkan aspek biofisik, sosial budaya, ekonomi dan
dinamika politik masyarakat.
Ada dua tujuan yang ingin dicapai dari misi kedua ini. Pertama adalah
menjaga kelestarian hutan lindung dalam kawasan KPHL Model Sijunjung
sesuai dengan fungsi. Kegiatan yang akan dilakukan adalah:
a. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Perencanaan dan Penataan
Hutan
b. Perlidungan dan Konservasi Alam
c. Perlindungan dan Pengamanan Hutan
d. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran
e. Pencegahan Perburuan Liar dan Pencurian Hasil Hutan
Tujuan kedua adalah konflik tenurial kehutanan di kawasan KPHL Model
Sijunjung berkurang. Kegiatannya adalah:
a. Penyuluhan Kepada Masyarakat
b. Pemberdayaan Masyarakat
c. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Ijin
d. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHL Model
Sijunjung yang Telah Ada Ijin Pemanfaatan maupun Penggunaan
Kawasan Hutan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page ii
Misi 3. Memberdayakan masyarakat di sekitar dan kawasan hutan dalam
mengelola hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan yang hendak dicapai adalah masyarakat terlibat aktif dalam
mengelola hutan dengan memanfaatkan kearifan lokal, sehingga
kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat
Kegiatan yang akan dilakukan adalah:
a. Pengembangan usaha masyarakat dibawah tegakan hutan dengan
dukungan dinas instansi terkait
b. Kajian inventarisasi dan finansial pengembangan usaha dibawah
tegakan hutan untuk kegiatan ekonomi masyarakat
c. Pengembangan usaha HHBK melalui kerjasama KPHL Model
Sijunjung dan Kelompok Tani, dan Nagari
Misi 4. Membuka peluang dan mendorong investasi kehutanan dan pemanfaatan
jasa lingkungan hutan guna meningkatkan penerimaan daerah dengan
tetap melindungi dan memelihara kelestarian hutan sesuai dengan fungsi
dan peruntukannya.
Ada dua tujuan yang akan dicapai dari misi ini. Pertama adalah
menciptakan investasi dalam pemanfaatan dan pengembangan jasa
lingkungan berbasis kehutanan. Kegiatannya:
a. Memfasilitasi dan mendorong investasi swasta pada usaha wood pellet
dan industri air kemasan
b. Inventarisasi dan kajian finansial jasa lingkungan yang memiliki potensi
investasi
c. Mempromosikan potensi investasi dalam kawasan KPHL Model
Sijunjung
Kedua adalah meningkatkan Penerimaan Asli Daerah (PAD) dari
pemanfaatan jasa lingkungan hutan meningkat. Kegiatannya:
a. Pengembangan Pengelolaan Penyadapan Getah pinus
b. Pengelolaan Penerimaan terkait pengembangan SPAM Batang Karimo
Misi 5. Merehabilitasi hutan yang rusak melalui reboisasi pola penuh maupun
pengkayaan dengan kombinasi tanaman kayu-kayuan dan tanaman
kehidupan/MPTS.
Tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatkan tutupan hutan dan
menurunkan luasan lahan kritis menurun. Kegiatannya adalah:
a. Rehabilitasi dan reboisasi hutan yang rusak
b. Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi di dalam areal
yang berizin
Misi 6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM kehutanan dalam perencanaan,
pelembagaan, pelaksanaan dan pengendalian tata kelola kawasan.
Ada dua tujuan dari misi keenam ini. Pertama adalah terpenuhinya jumlah
dan kualitas SDM yang diperlukan dalam pengelolaan KPHL Model
Sijunjung. Kegiatannya adalah:
a. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM
b. Mengikuti seminar dan event yang terkait dengan REDD+
c. Menjadi anggota dalam jaringan REDD+
d. Meningkatkan kapabilitas SDM KPHL Model Sijunjung dalam melakukan
monitoring, reporting and verification (MRV) dalam kerangka REDD +
Kedua adalah KPHL Model Sijunjung terkelola dengan baik. Kegiatannya
adalah:

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page iii
a. Pengembangan Database
b. Rasionalisasi Wilayah Kelola
c. Review Rencana Pengelolaan
Pembinaan Pengawasan dan Evaluasi KPHL Model Sijunjung tiga tahun
pertama dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung, tahun-tahun
berikutnya langsung oleh Bupati Sijunjung selaku Kepala Daerah. Dalam
pembinaan dapat meminta bantuan instansi teknis vertikal terkait, seperti Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Barat dan Kementerian Kehutanan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page iv
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
RINGKASAN EKSEKUTIF ii
DAFTAR ISI v
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xii

BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Tujuan 2
1.3. Sasaran 2
1.4. Ruang Lingkup 2
1.5. Dasar Hukum 3
1.5.1. Umum 3
1.5.2. Khusus 3
1.5.3. Teknis 3
1.5.4. Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi 3
1.5.5. Penetapan Wilayah KPHL Model Sijunjung 4
1.5.6. Orientasi KPHL Model Sijunjung 4
1.6. Batasan Pengertian 4

BAB. II DESKRIPSI KAWASAN 7


2.1. Deskripsi Kawasan 7
2.1.1. Wilayah Kabupaten Sijunjung 7
2.1.2. Penduduk Kabupaten Sijunjung 8
2.1.3. Kawasan Hutan Kabupaten Sijunjung 9
2.1.4. Letak, Luas dan Iklim Wilayah KPHL Model
Sijunjung 10
2.1.5. Pembagian Blok dan Petak 13
2.1.6. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan KPHL Model
Sijunjung 15
2.1.7. Aksesibilitas Kawasan 21
2.1.8. Sejarah Pembentukan KPHL Model Sijunjung 23
2.2. Potensi Wilayah KPH 27
2.2.1. Penutupan Vegetasi 27
2.2.2. Potensi Kayu/ Non Kayu ( HHBK ) 27
2.2.3. Keberadan Flora dan Fauna 30
2.2.4. Potensi jasa lingkungan 32
2.3. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat 42
2.3.1. Sosial Budaya Masyarakat 42
2.3.2. Sosial Ekonomi Masyarakat 43
2.4. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan 47
2.4.1. Ijin – ijin Pemanfaatan Kawasan Hutan
2.4.2. Ijin Penggunaan Kawasan Hutan 48
2.4.3. Kegiatan Pembangunan Kehutanan yang telah
dilakukan 49

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page v
2.5. Posisi Areal Kerja dalam Tata Ruang Wilayah dan
Pembangungan Daerah 49
2.5.1. Aspek Pembangunan Daerah 49
2.5.2. Posisi Kelembagaan KPH dalam Organisasi
Pemerintah 51
2.5.3. Organisasi KPHL Model Sijunjung 52
2.5.4. Manajemen Sumberdaya Manusia Oganisasi
KPHL Model Sijunjung 54
2.6. Isu Strategis, Kendala, Permasalahan 54
2.6.1. Isu Strategis 54
2.6.2. Kendala 55
2.6.3. Permasalahan 55

BAB. III VISI, MISI DAN TUJUAN 56


3.1. Visi KPHL Model Sijunjung 56
3.2. Misi dan Tujuan KPHL Model Sijunjung 56

BAB. IV ANALISIS DAN PROYEKSI 58


4.1. Analisa Data dan Informasi 58
4.1.1. Kelembagaan dan Organisasi KPHL Model
Sijunjung 58
4.1.2. Kondisi hutan 58
4.1.3. Potensi Jasa Lingkungan 58
4.1.4. Adat dan budaya masyarakat 59
4.1.5. Kegiatan ekonomi masyarakat dan
ketergantungan pada hutan 59
4.1.6. Potensi keragaman hayati kawasan KPHL Model
Sijunjung 60
4.2. Proyeksi Kondisi Wilayah 60
4.2.1. Keserasian Pembangunan KPHL Model
Sijunjung dengan Pembangunan daerah 60
4.2.2. Kebijakan Pembangunan Kehutanan Nasional 61
4.2.3. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat 62
4.2.4. Perdagangan Karbon 64
4.3. Analisa Strategi Pengembangan KPHL Model
Sijunjung 64
4.3.1. Strategi Memakai Kekuatan untuk
Memanfaatkan Peluang. 64
4.3.2. Strategi Menanggulangi Kendala/ Kelemahan
dengan Memanfaatkan Peluang 67
4.3.3. Strategi Memakai Kekuatan untuk Mengatasi
Tantangan/ Ancaman 67
4.3.4. Strategi Memperkecil Kelemahan dan Mengatasi
Tantangan/ Ancaman 68

BAB V RENCANA KEGIATAN 69


5.1. Rencana Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola
serta Perencanaan dan Penataan Hutan 69
5.1.1. Inventarisasi 69
5.1.2. Tata batas 70

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page vi
5.1.3. Pemetaan 72
5.1.4. Tata Hutan 72
5.2. Pemanfaatan Hutan Pada Wilayah Tertentu 74
5.2.1. Pengembangan Pengelolaan Penyadapan
Getah pinus 77
5.2.2. Pengelolaan Penerimaan terkait pengembangan
SPAM Batang Karimo 78
5.2.3. Kerjasama investasi pada usaha Wood pellet 78
5.2.4. Investasi pada industri air kemasan 81
5.3. Program Pemberdayaan Masyarakat 81
5.4. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) Pada
Areal KPHL Model Sijunjung yang Telah Ada Ijin
Pemanfaatan Maupun Penggunaan Kawasan
Hutan 83
5.5. Rehabilitasi dan Reboisasi Pada Areal Kerja diluar
Ijin 84
5.6. Pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan
reklamasi di dalam areal yang berijin 87
5.7. Penyelenggaraan perlindungan hutan dan
konservasi alam 88
5.7.1. Perlidungan dan Konservasi Alam 88
5.7.2. Perlindungan dan Pengamanan Hutan 89
5.7.3. Penyuluhan Kepada Masyarakat 89
5.7.4. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran 90
5.7.5. Perburuan Liar dan Pencurian Hasil Hutan 91
5.8. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi
antar Pemegang Ijin 92
5.9. Koordinasi dan sinergi dengan instansi dan
stakeholder terkait 93
5.10. Rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas
SDM 93
5.10.1. Memasukkan kelembagaan masyarakat sebagai
bagian yang integral dalam Kelembagaan KPHL
Model Sijunjung yang permanen 94
5.10.2. Memasukkan Pembentukan Kelembagaan KPHL
Model Sijunjung yang permanen kedalam
Prolegda. 94
5.10.3. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM 94
5.10.4. Sosialisasi KPHL Model Sijunjung 96
5.10.5. Mengikuti seminar dan even yang terkait dengan
REDD+ 96
5.10.6. Menjadi anggota dalam jaringan REDD+ 96
5.10.7. Meningkatkan kapabilitas SDM KPHL Model
Sijunjung dalam melakukan monitoring, reporting
and verification (MRV) dalam kerangka REDD+ 96
5.11. Penyediaan Pendanaan 97
5.12. Pengembangan Database 97
5.13. Rasionalisasi Wilayah Kelola 98
5.14. Review Rencana Pengelolaan 100
5.15. Pengembangan Investasi 101

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page vii
5.15.1. Inventarisasi dan kajian finansial jasa lingkungan
yang memiliki potensi investasi 101
5.15.2. Mempromosikan potensi investasi dalam
kawasan KPHL Model Sijunjung 102
5.15.3. Kajian inventarisasi dan finansial pengembangan
usaha dibawah tegakan hutan untuk kegiatan
ekonomi masyarakat 104
5.15.4. Pengembangan usaha HHBK melalui kerjasama
KPHL Model Sijunjung dan Kelompok Tani, dan
Nagari 104
5.15.5. Pengembangan usaha masyarakat dibawah
tegakan hutan dengan dukungan dinas instansi
terkait 104
5.15.6. Penangkaran hewan dan tumbuhan langka 105

BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN 106


6.1 Pembinaan 106
6.2 Pengawasan 106
6.3 Pengendalian 108

BAB. VII. PEMANTAUAN EVALUASI DAN PELAPORAN 109


7.1. Pemantauan 109
7.2. Evaluasi 109
7.3. Pelaporan 110

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page viii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari Kabupaten Sijunjung 7


Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut
Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2011 8
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut
Kelompok Umur Tahun 2011 8
Tabel 2.4. Jumlah Angkatan Kerja Menurut Kecamatan Tahun 2011 9
Tabel 2.5. Perubahan SK.422/Menhut-II/2009 menjadi
SK.35/Menhut-II/2013 9
Tabel 2.6. Hari Hujan dan Curah Hujan Rata-Rata bulanan
Kabupaten Sijunjung Tahun 2010 13
Tabel 2.7. Pembagian Blok dan Petak KPHL Model Sijunjung 13
Tabel 2.8. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Lisun 15
Tabel 2.9. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Kariang 15
Tabel 2.10. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Binuang 17
Tabel 2.11. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Sumpur 18
Tabel 2.12. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Sukam 19
Tabel 2.13. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Palangki 20
Tabel 2.14. Nama Jalan di sekitar dan dalam Kawasan
KPHL Model Sijunjung 21
Tabel 2.15. Penutupan Lahan KPHL Model Sijunjung 27
Tabel 2.16. Potensi volume kayu dalam KPHL Model Sijunjung 28
Tabel 2.17. Luas Tanaman Karet Menurut Kecamatan
di Kabupaten Sijunjung 29
Tabel 2.18. Produksi Karet dan Kelapa Sawit Kabupaten Sijunjung 30
Tabel 2.19. Flora dalam KPHL Model Sijunjung 31
Tabel 2.20. Jenis Paku-Pakuan di dalam KPHL Model Sijunjung 31
Tabel 2.21. Jenis hewan yang terdapat di KPHL Model Sijunjung 32
Tabel 2.22. Daftar Ngalau dalam Wilayah KPHL Model Sijunjung 34
Tabel 2.23. Potensi Sumberdaya Air dalam Wilayah
KPHL Model Sijunjung 37
Tabel 2.24.Objek Wisata Bentang Alam Khas dalam Wilayah
KPHL Model Sijunjung 40
Tabel 2.25. Penduduk Kabupaten Sijunjung yang Bekerja Menurut
Lapangan Usaha 43
Tabel 2.26. Luas Sawah Menurut Jenis Irigasi 44
Tabel 2.27. Luas Panen dan Produksi Padi 44
Tabel 2.28. Jumlah Ternak Menurut Jenis Ternak 45
Tabel 2.29. Perusahaan Tambang yang Ada di Kabupaten Sijunjung 46
Tabel 2.30. Banyaknya Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan
Produksi Industri di Kabupaten Sijunjung 47
Tabel 2.31. Pelaksanaan Kegiatan RHL Kabupaten Sijunjung
Tahun 2010 - 2012 49
Tabel 4.1. Analisis SWOT (Strength, Weaknees, Opportunities
and Threat ) 65
Tabel 5.1. Pelaksanaan Inventarisasi Perencanaan dan
Penataan Hutan 74
Tabel 5.2. Jadwal Pelaksanaan Inventarisasi Perencanaan dan
Penataan Hutan KPHL Model Sijunjung 74
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung
Tahun 2014 - 2023 Page ix
Tabel 5.3. Luas Pemanfaatan dan Penggunaan Hutan dan Luas
Wilayah Tertentu dalam KPHL Model Sijunjung 75
Tabel 5.4. Lokasi dan Luas Kegiatan yang akan Dilakukan dalam
Wilayah Tertentu KPHL Model Sijunjung 76
Tabel 5.5. Lokasi dan Luas Target Kegiatan Pengembangan dan
Pengelolaan Getah Pinus 77
Tabel 5.6. Lokasi dan Luas Pencadangan Lahan untuk Bahan Baku
Industri Wood Pellet di dalam Kawasan KPHL Model
Sijunjung 79
Tabel 5.7. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat 81
Tabel 5.8. Lokasi RPH dan Nomor Petak Pelaksanaan Program
Pemberdayaan Masyarakat 82
Tabel 5.9. Pelaksanaan Program Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan 85
Tabel 5.10. Lokasi Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reboisasi pada
Areal Kerja diluar Ijin KPHL Model Sijunjung 86
Tabel 5.11. Luas Kawasan Hutan dalam KPHL Model Sijunjung yang
Sudah Dibebani Ijin 87
Tabel 5.12. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan dan
Pengendalian Kebakaran Hutan 91
Tabel 5.13. Lokasi Pelaksanaan Pemantuan Perburuan Liar dan
Pencurian Hasil Hutan di RPH Batang Lisun 91
Tabel 5.14. Perkiraan Sumber Pembiayaan (%) Pengelolaan KPHL
Model Sijunjung 2014-2023 97
Tabel 5.15. Lokasi dan Luas Target Kegiatan Inventarisasi dan
Kajian Finansial Jasa Lingkungan yang Memiliki Potensi
Investasi 101

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Peta Kawasan Hutan Wilayah Kabupaten Sijunjung 10


Gambar 2.2. Peta Keputusan Menteri Kehutanan
Nomor SK.331/Menhut-II/2010 11
Gambar 2.3. Peta Wilayah Kerja KPHL Model Sijunjung 12
Gambar 2.4. Pembagian Blok dan Petan KPHL Model Sijunjung 14
Gambar 2.5. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Lisun 15
Gambar 2.6. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan
Batang Kariang 16
Gambar 2.7. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan
Batang Binuang 17
Gambar 2.8. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan
Batang Sumpur 18
Gambar 2.9. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang
Sukam 19
Gambar 2.10. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang
Palangki 20
Gambar 2.11. Peta Jalan di sekitar dan di dalam Kawasan KPHL
Model Sijunjung 23
Gambar 2.12. Perjalanan Sejarah Pembangunan dan Pengelolaan
Hutan Kabupaten Sijunjung 23
Gambar 2.13. Potensi Tegakan Pinus dan Potensi Tegakan Karet 30
Gambar 2.14. Beberapa Gambar Lokasi Wisata Musiduga (Muaro
Silokek dan Durian Gadang) di Resort Batang Sumpur
Kecamatan Sijunjung 41
Gambar 2.15. Posisi KPH dalam Penyelenggaraan Pengurusan
Kehutanan dan Kaitan dengan Dinas Kehutanan
Kabupaten dan Propinsi 51
Gambar 5.1. Blok dan Petak KPHL Model Sijunjung 72
Gambar 5.2. Peta Rencana Tata Batas Luar Kawasan Hutan 73
Gambar 5.3. Peta Wilayah Pemanfaatan dan Penggunaan serta
Wilayah Tertentu KPHL Model Sijunjung 80
Gambar 5.4. Peta RPH Batang Sukam dan Batang Lisun KPHL
Model Sijunjung Lokasi Bahan Baku Industri Wood
Pellet 80
Gambar 5.5. Peta Lokasi Pemberdayaan Masyarakat dalam KPHL
Model Sijunjung 83
Gambar 5.6. Peta Pembagian Resort KPHL Model Sijunjung, yang
Akan Dirasionalisasikan 100

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page xi
DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta Wilayah KPHL Model Sijunjung


2. Peta Penutupan Lahan KPHL Model Sijunjung
3. Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) KPHL Model Sijunjung
4. Peta Aksessibilitas KPHL Model Sijunjung
5. Peta Penataan Hutan (Zonasi, Blok, Petak)
6. Peta Penggunaan Lahan KPHL Model Sijunjung
7. Peta Keberadaan Ijin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
KPHL Model Sijunjung
8. Peta Jenis Tanah KPHL Model Sijunjung
9. Geologi KPHL Model Sijunjung
10. Peta Blok Pemanfaatan KPHL Model Sijunjung
11. Peta Wilayah Tertentu KPHL Model Sijunjung
12. Peta Tematik Lahan Kritis KPHL Model Sijunjung
13. Peta Rencana Kerja Kehutanan Nasional di KPHL Model Sijunjung
14. Peta Tematik Kelerengan KPHL Model Sijunjung
15. Peta Resort (6 Resort) KPHL Model Sijunjung

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page xii
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung
Tahun 2014 - 2023 Page xiii
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pemerintah melalui PP Nomor : 6 Tahun 2007 berketetapan hati untuk


mengelola setiap jengkal kawasan hutan sesuai yang diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor : 41/1999 tentang kehutanan. Pengelolaan yang dimaksud selain
dilakukan untuk mencapai kelestarian juga untuk mendorong kesejahteraan
masyarakat yang hidup di dalam dan disekitar hutan. Untuk itu, kawasan hutan yang
ada akan dibagi habis kedalam sejumlah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Di
Sumatera Barat telah ditetapkan sebelas unit KPH berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK.798/Menhut-II/2009. Salah satunya adalah Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Sijunjung (Unit V).
KPHL Model Sijunjung sudah ditetapkan wilayah kelolanya melalui
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.331/Menhut-II/2010. Organisasi
pengelolaannya juga sudah ditetapkan melalui SK Bupati Nomor : 18/2011 yang
membentuk UPTD KPHL Model Sijunjung di bawah Dinas Kehutanan Kabupaten
Sijunjung. Untuk dapat terlaksananya pengelolaan hutan di wilayah kelola KPHL
Model Sijunjung tersebut, diperlukan Rencana Pengelolaan, sebagai panduan dalam
mengambil keputusan dan tindakan manajemen. Dokumen rencana pengelolaan ini
merupakan rencana pengelolaan jangka panjang yang akan menjadi pedoman
dalam pengelolaan hutan di wilayah kelola KPHL Model Sijunjung.
Operasionalisasi KPHL Model Sijunjung dilaksanakan setelah terbit SK
Menhut Nomor : SK.331/Menhut-II/2010, melaui berbagai kegiatan diantaranya:
a. Kegiatan prakondisi pengelolaan hutan: 1) Pengadaan sarana dan prasarana,
2) Tata Hutan, 3) Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan (RPH), yang
difasilitasi oleh BPKH Wilayah I Medan
b. Konvergensi kegiatan teknis dari UPT Kemenhut, Dinas Kehutanan Provinsi
Sumatera Barat dan Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung
c. Mengingat pedoman pengesahan baru terbit pada tahun 2013 melalui Permenhut
No. P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan
Hutan Jangka Panjang KPHL dan KPHP, dan hasil diskusi dengan para Kepala
KPH lingkup Regional Sumatera telah disepakati periode tahun RPHJP adalah
2014 – 2023, maka periode RPHJP KPHL Model Sijunjung adalah Tahun 2014 –
2023.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 1
1.2. Tujuan

Adapun tujuan disusunnya Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang


(RPHJP) KPHL Model Sijunjung adalah sebagai berikut:
1. Menentukan arah dan pedoman pelaksanaan pengelolaan hutan jangka panjang
KPHL Model Sijunjung
2. Menyediakan panduan dalam melakukan sinergi dan koordinasi dengan pihak
lainnya dalam pengelolaan hutan KPHL Model Sijunjung
3. Melandasi pengawasan dan evaluasi pengelolaan KPHL Model Sijunjung dalam
jangka panjang

1.3. Sasaran

Sasaran dari penyusunan RPHJP KPHL Model Sijunjung adalah


tersedianya dokumen Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang yang akan
menjadi pedoman dalam menyusun kegiatan jangka pendek.

1.4. Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup dari RPHJP KPHL Model Sijunjung adalah:


1. Perencanaan pengembangan kelembagaan KPHL Model Sijunjung melalui
penguatan dan pelibatan masyarakat Kabupaten Sijunjung yang tinggal dan
berusaha di dalam dan sekitar kawasan hutan wilayah KPHL secara melembaga
2. Perencanaan pengembangan sumberdaya manusia kelembagaan KPHL Model
Sijunjung
3. Perencanaan pengembangan infrastruktur pendukung operasionalisasi KPHL
Model Sijunjung.
4. Perencanaan pengembangan investasi dan pemanfaatan jasa lingkungan hutan
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan penerimaan daerah.
5. Perencanaan rehabilitasi hutan dan lahan dalam wilayah kerja KPHL Model
Sijunjung.
6. Perencanaan penataan batas dan pendataan KPHL Model Sijunjung
7. Perencanaan perlindungan dan konservasi kawasan hutan dalam wilayah KPHL
Model Sijunjung

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 2
1.5. Dasar Hukum

1.5.1. Umum
- Undang-Undang RI Nomor : 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam
Hayati dan Ekosistemnya
- Undang-Undang RINomor : 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan
- Undang-Undang RI Nomor : 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
- Peraturan Pemerintah Nomor : 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan
- Peraturan Pemerintah Nomor : 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemda Prov dan Pemda Kab/ Kot
- Peraturan Pemerintah Nomor : 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah
1.5.2. Khusus
- Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 jo PP Nomor : 3 Tahun 2008
tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta
Pemanfaatan Hutan.

1.5.3. Teknis
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.6/Menhut-II/2009 tentang Pembentukan
Wilayah KPH
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.6/Menhut-II/2010 tentang NSPK
Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 61 tahun 2010 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.41/Menhut-II/2011 jo. P.54.Menhut-
II/2011 tentang Standar Fasilitasi Sarpras pada KPHL dan KPHP Model
- Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.42/Menhut-II/2011 tentang Kompetensi
Teknik Bidang Kehutanan pada KPHL dan KPHP.
- Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor : P.5/VII-WP3H/2011
tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan Pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP).
1.5.4. Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi

- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 798/Menhut-VII/2009 tanggal 7


Desember 2009 7 Unit KPHL (483.915 Ha) dan 4 unit KPHP (1.195.649 Ha);
Total 1.679.564 Ha.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 3
1.5.5. Penetapan Wilayah KPHL Model Sijunjung

- Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 331/Menhut-II/2010 tanggal 25


Mei 2010 tentang Peta Penetapan Wilayah KPHL Model Sijunjung Provinsi
Sumatera Barat seluas ±150.492 Ha

1.5.6. Orientasi KPHL Model Sijunjung

- Peraturan Bupati Sijunjung Nomor : 18 tahun 2011 tanggal 8 Agustus 2011


tentang Organisasi dan Tata Kerja UPTD KPHL Model Kabupaten Sijunjung Tipe
B; Kepala KPH (Eselon IVa), Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IVb),
Kelompok Jabatan Fungsional, dan Kepala Resort Pengelolaan Hutan (RPH).

1.6. Batasan Pengertian

1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi


sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
dan lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.

2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan/atau ditetapkan oleh
pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.

3. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan;
rehabilitasi dan reklamasi hutan; perlindungan hutan dan konservasi alam.

4. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,


memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.

5. Penggunaan kawasan hutan merupakan penggunaan untuk kepentingan


pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok
kawasan hutan.

6. Rehabilitasi hutan dan lahan adalah upaya untuk memulihkan, mempertahankan,


dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas
dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga.

7. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali


lahan dan vegetasi hutan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal sesuai
dengan peruntukannya.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 4
8. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan
hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia,
ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan
dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan
hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan
pengelolaan hutan.

9. Tata Batas dalam wilayah KPH adalah melakukan penataan batas dalam wilayah
kelola KPH berdasarkan pembagian blok dan petak.

10. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk


mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara
lengkap.

11. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan.

12. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang
sama.

13. Kesatuan Pengelolaan Hutan selanjutnya disebut KPH adalah wilayah


pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola
secara efisien dan lestari.

14. Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung selanjutnya disebut KPHL adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
lindung.

15. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH
yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan
produksi.

16. Wilayah Tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum
menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan usaha pemanfaatannya.

17. Hasil Hutan Bukan Kayu yang selanjutnya disingkat HHBK adalah hasil hutan
hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya kecuali
kayu yang berasal dari hutan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 5
18. Pemanfaatan Jasa Lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi
jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi
utamanya.

19. Ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan
dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan
kesejahteraan penduduk setempat.

20. Ijin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Rakyat yang
selanjutnya disingkat IUPHHK-HTR adalah izin usaha yang diberikan untuk
memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dalam hutan tanaman pada hutan
produksi yang dibangun oleh perorangan atau koperasi untuk meningkatkan
potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka
menjamin kelestarian sumber daya hutan.

21. Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya


ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat.
22. Pemberdayaan Masyarakat setempat adalah upaya untuk meningkatkan
kemampuan dan kemandirian masyarakat setempat untuk mendapatkan manfaat
sumberdaya hutan secara optimal dan adil melalui pengembangan kapasitas dan
pemberian akses dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat
setempat.
23. Ijin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IUPHHK
adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu
dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan atau
penebangan,pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran.

24. Menteri Kehutanan adalah Menteri yang diserahi tugas dan bertanggung jawab di
bidang kehutanan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 6
BAB. II DESKRIPSI KAWASAN

2.1. Deskripsi Kawasan


2.1.1. Wilayah Kabupaten Sijunjung

Kabupaten Sijunjung berada pada koordinat 00 18’ 43” - 10 41’ 46” LS dan
1000 37’ 40” - 1010 30’ 52” BT. Luas wilayah Kabupaten Sijunjung adalah 3.130,80
Km2 (313.080 Ha) berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Indragiri Rokan. Letak
geografis Kabupaten Sijunjung tersebar pada dataran landai sampai dengan sangat
curam pada ketinggian 118 – 1.335 meter dari permukaan laut.
Kabupaten Sijunjung merupakan daerah otonom yang berada pada bagian
tenggara Propinsi Sumatera Barat yang sebagian daerahnya berbatasan dengan
Propinsi Riau. Batas Kabupaten Sijunjung adalah, sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Solok dan Kota Sawahlunto, sebelah timur berbatasan dengan Propinsi
Riau, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya.
Kabupaten ini terbagi dalam 8 kecamatan dan 45 nagari. Kecamatan Kamang
Baru dan Sijunjung merupakan kecamatan yang luasanya mencapai setengah luas
kabupaten tersebut. Sedangkan Kecamatan Kupitan dan IV Nagari merupakan
kecamatan yang memiliki luas yang sangat kecil dibandingkan dengan kecamatan
lain. Luas dan jumlah nagari masing-masing kecamatan disajikan dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Luas Kecamatan dan Jumlah Nagari Kabupaten Sijunjung
Jumlah
No Kecamatan Luas (Ha)
Nagari

1 Kamang Baru 837.80 5

2 Tanjung Gadang 459.79 6

3 Sijunjung 748.00 9

4 Lubuk Tarok 187.60 3

5 IV Nagari 96.30 5

6 Kupitan 82.01 4

7 Koto VII 143.90 5

8 Sumpur Kudus 575.40 8

JU M L A H 3,130.80 45

Sumber : BPS Kabupaten Sijunjung Tahun 2011

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 7
2.1.2. Penduduk Kabupaten Sijunjung

Jumlah penduduk Kabupaten Sijunjung pada tahun 2011 mencapai


199.878 jiwa yang terdiri atas 98.486 laki-laki dan 101.392 perempuan dengan rasio
kelamin 97,13 persen.Dengan jumlah penduduk itu berarti kepadatan penduduk
64 jiwa per km2. Tabel 2.2. memperlihatkan jumlah penduduk menurut kecamatan
yang ada di Kabupaten Sijunjung.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut Kecamatan dan Jenis
Kelamin Tahun 2011

Penduduk (Jiwa)
No Kecamatan Jumlah Sex Ratio
Laki-laki Perempuan
1 Kamang Baru 19,365 19,683 39,048 98.38
2 Tanjung Gadang 11,422 11,680 23,102 97.79
3 Sijunjung 19,784 20,276 40,060 97.57
4 Lubuk Tarok 6,730 6,996 13,726 96.20
5 IV Nagari 6,203 6,488 12,691 95.61
6 Kupitan 6,119 6,330 12,449 96.67
7 Koto VII 15,547 16,089 31,636 96.63
8 Sumpur Kudus 13,316 13,850 27,166 96.14
JUM LAH 98,486 101,392 199,878 97.13

Sumber : BPS Kabupaten Sijunjung Tahun 2011

Menurut data, lebih dari 62% penduduk Kabupaten Sijunjung berada pada
usia produktif. Tabel 2.3 memperlihatkan komposisi penduduk Kabupaten Sijunjung
menurut kategori kelompok umur.
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Kabupaten Sijunjung Menurut Kelompok Umur
Tahun 2011
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio
0-4 12,067 11,737 23,804 102.81
5-9 11,173 11,061 22,234 101.01
10-14 10,077 10,137 20,214 99.41
15-19 9,583 9,927 19,510 96.53
20-24 8,616 8,988 17,604 95.86
25-29 8,385 8,689 17,074 96.50
30-34 7,418 7,733 15,151 95.93
35-39 6,696 7,069 13,765 94.72
40-44 5,996 6,263 12,259 95.74
45-49 5,287 5,538 10,825 95.47
50-54 4,051 4,261 8,312 95.07
55-59 2,408 2,549 4,957 94.47
60-64 2,368 2,529 4,897 93.63
65+ 4,362 4,910 9,272 88.84
JUM LAH 98,487 101,391 199,878 97.14

Sumber : BPS Kabupaten Sijunjung Tahun 2011

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 8
Dari jumlah penduduk yang berusia 15 tahun ke atas, 62, % merupakan
angkatan kerja dengan jumlah penduduk bekerja sebanyak 75.271 jiwa dan
penduduk yang masih mencari pekerjaan sebanyak 8.520 jiwa. Tabel 2.4
mendeskripsikan jumlah angkatan kerja menurut kecamatan.
Tabel 2.4. Jumlah Angkatan Kerja Menurut Kecamatan Tahun 2011
AngkatanKerja Bukan Angkatan Kerja
No Kecamatan Jumlah
Bekerja Cari Kerja Sekolah Lainnya

1 Ke mang Baru 16,335 1,291 1,622 6,855 26,103


2 Tanjung Gadang 8,453 1,107 972 4,912 15,444
3 Sijunjung 14,945 1,531 3,275 7,031 26,782
4 Lubuak Tarok 5,106 573 691 2,807 9,177
5 IV Nagari 4,663 440 1,041 2,340 8,484
6 Kupitan 4,025 672 1,009 2,616 8,322
7 Koto VII 12,129 1,666 1,934 5,422 21,151
8 Sumpur Kudus 9,615 1,240 1,169 6,139 18,163
JUM LAH 75,271 8,520 11,713 38,122 133,626

Sumber : BPS Kabupaten Sijunjung Tahun 2011

2.1.3. Kawasan Hutan Kabupaten Sijunjung


Kawasan hutan menurut UU RI Nomor : 41 tahun 1999 di wilayah Kabupaten
Sijunjung terbagi menjadi Kawasan Konservasi (KK), Kawasan Hutan Lindung (HL),
Kawasan Hutan Produksi (HP), Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan
Produksi Konservasi (HPK) sebagaimana pada Tabel 2.5., berdasarkan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK. 35/Menhut-II/2013 tentang Peta Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan di
Provinsi Sumatera Barat yang merupakan perubahan dari Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor : SK.422/Kpts-II/1999 tentang Penunjukan Peta Kawasan Hutan
Provinsi Sumatera Barat seluas 4.229.730 Ha, luas kawasan hutan di Kabupaten
Sijunjung mencapai 221.191,77 Ha.
Tabel 2.5. Perubahan SK.422/Menhut-II/2009 menjadi SK.35/Menhut-II/2013

No. Fungsi Kawasan Hutan Luas Kawasan Hutan Luas Kawasan Hutan
(SK.422/Menhut-II/2009) (SK.35/Menhut-II/2013)

1. Kawasan Konservasi 40.461, 57 Ha 40.204,27 Ha


2. Hutan Lindung (HL) 85.677,78 Ha 78.690,39 Ha

3. Hutan Produksi (HP) 39.611,76 Ha 30.239,11 Ha

4. Hutan Produksi Terbatas (HPt) 25.124,06 Ha 21.649,30 Ha

5. Hutan Produksi Konversi (HPK) 30.316,60 Ha 15.735,44 Ha

Total Luas 221.191,77 Ha 186.518,51 Ha

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 9
Gambar 2.1. Peta Kawasan Hutan Wilayah Kabupaten Sijunjung

Kawasan Konservasi (Hutan Suaka Alam dan Wisata) yang ada di Kabupaten
Sijunjung adalah Cagar Alam Pangean II. Sedangkan Kawasan Hutan Lindung yang
ada di Kabupaten Sijunjung terdapat HL Sumpur Lisun, HL Sijunjung, HL Sijunjung.
Gambar 2.1 di atas memaparkan peta kawasan hutan di wilayah Kabupaten
Sijunjung.

2.1.4. Letak, Luas dan Iklim Wilayah KPHL Model Sijunjung


Luas wilayah KPHL Model Sijunjung Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera
Barat berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 331/Menhut-II/2011
tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model
Sijunjung, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat seluas ±150.492 (seratus
lima puluh ribu empat ratus Sembilan puluh dua) hektar yang letaknya terlihat dalam
Gambar 2.2. , dengan rincian :
- Hutan Lindung (HL) seluas 83.952 Ha
- Hutan Produksi terbatas (HPT) seluas 25.755 Ha
- Hutan Produksi (HP) seluas 40.785 Ha

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 10
Gambar 2.2. Peta Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.331/Menhut-II/2010

Kondisi batas kawasan hutan secara geografis berada pada 1000 47’ 20” –
1010 27’ 41” BT dan 00 18’ 29” – 00 56’ 28” LS. Batas kawasan hutan antara lain
sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Tanah Datar, selatan berbatas dengan
Kabupaten Dharmasraya, timur berbatas dengan Provinsi Riau dan Barat berbatas
dengan Kabupaten Solok dan Kota Sawahlunto.
Dengan telah ditetapkannya KPHL Model Sijunjung berdasarkan Peraturan
Bupati Sijunjung Nomor : 18 Tahun 2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja UPTD
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Kabupaten Sijunjung,
ditindaklanjuti dengan telah dibentuknya 6 Resort Pengelolaan Hutan (RPH) dibawah
kelolaan UPTD KPHL Model Sijunjung dengan Surat Keputusan Bupati Sijunjung
Nomor : 188.45/849/Kpts/Bpt-2012 tanggal 3 September 2012 tentang Penetapan
Wilayah Resort KPHL Model Sijunjung sebagaimana terlihat dalam Gambar 2.3.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 11
Gambar 2.3. Peta Wilayah Kerja KPHL Model Sijunjung

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson dan data curah hujan


tahun 2010, Kabupaten Sijunjung tergolong tipe A dengan curah hujan per bulan
rata-rata 231,8 mm. Berdasarkan hasil dari stasiun pemantauan, Sungai Lansek
merupakan daerah dengan rata-rata curah hujan tertinggi yakni mencapai 320 mm
rata-rata selama tahun 2010. Tabel 2.6. menyajikan curah hujan setiap bulannya
selama tahun 2010.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 12
Tabel 2.6 Hari Hujan dan Curah Hujan Rata-Rata Bulanan Kabupaten Sijunjung
Tahun 2010

Hari Hujan Curah Hujan Intensitas


No Bulan
(hari) (mm) (mm/hari)

1 Januari 20.67 431 20.85


2 Februari 21.5 338.5 15.74
3 Maret 10.17 98.83 9.72
4 April 16.67 337 20.22
5 Mei 12.17 205.17 16.86
6 Juni 5.67 92.33 16.28
7 Juli 9.5 156 16.42
8 Agustus 8.83 103.17 11.68
9 September 13.33 267.33 20.05
10 Oktober 13.67 207.5 15.18
11 November 13.83 177.67 12.85
12 Desember 17.33 367.17 21.19
Sumber : BPS Kabupaten Sijunjung Tahun 2010

2.1.5. Pembagian Blok dan Petak


Kawasan KPHL Model Sijunjung terbagi atas 7 Blok dan 752 petak,
sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.7.. RPH Batang Lisun adalah RPH yang memiliki
petak paling banyak, sementara RPH Batang Binuang adalah RPH yang jumlah
petaknya paling sedikit. Blok dan petak tersebut dipetakan dalam Gambar 2.4.

Tabel 2.7. Pembagian Blok dan Petak KPHL Model Sijunjung

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 13
Gambar 2.4. Pembagian Blok dan Petan KPHL Model Sijunjung

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 14
2.1.6. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan KPHL Model Sijunjung
2.1.6.1. Resort Batang Lisun
Luas kawasan hutan : 37.908 Ha
- Hutan Lindung (HL) seluas 16.287 Ha
- Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 17.379 Ha
- Hutan Produksi (HP) seluas 4.241 Ha
Tabel 2.8. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Lisun
No Kecamatan Nagari Ket.
1. Sijunjung  Durian Gadang
 Silokek
2. Sumpur Kudus  Unggan
 Mangganti
 Silantai
 Sumpur Kudus
 Sumpur Kudus
Selatan
3. Kamang Baru  Padang Tarok

Gambar 2.5. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Lisun

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 15
2.1.6.2. Resort Batang Kariang
Luas kawasan hutan : 24.025 Ha
- Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas 8.900 Ha
- Hutan Produksi Konservasi (HPK) seluas 15.125 Ha
Tabel 2.9. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Kariang
No Kecamatan Nagari Ket.
1. Kamang Baru  Padang Tarok
 Aia Amo
 Tanjung Keling
 Kamang
 Sungai Betung

Gambar 2.6. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Kariang

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 16
2.1.6.3. Resort Batang Binuang
Luas kawasan hutan : 18.804 Ha
- Hutan LIndung (HL) seluas 17.028 Ha
- Hutan Produksi (HP) seluas 1.761 Ha

Tabel 2.10. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Binuang


No Kecamatan Nagari Ket.
1. Sijunjung  Paru
2. Tanjung Gadang  Tanjung Lolo
3. Kamang Baru  Sungai Betung
 Air Amo
 Kunang Parik Rantang
 Siaur
 Muaro Takung
 Sei Lansek
 Lubuk Tarantang
 Maloro
 Kamang

Gambar 2.7.Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Binuang

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 17
2.1.6.4. Resort Batang Sumpur
Luas kawasan hutan : 26.169 Ha
- Hutan Lindung (HL) seluas 14.344 Ha
- Hutan Produksi (HP) seluas 7.822 Ha

Tabel 2.11. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Sumpur


No Kecamatan Nagari Ket.
1. Sumpur Kudus  Unggan
 Silantai
 Sumpur Kudus
 Sumpur Kudus Selatan
 Manganti
 Sisawah
 Tanpa Rungo
 Tanjung Labuh
 Tanjung Bonai Aur
 Kumanis
2. Koto VII  Padang Laweh

Gambar 2.8. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Sumpur

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 18
2.1.6.5. Resort Batang Sukam
Luas kawasan hutan : 22.167 Ha
- Hutan Lindung (HL) seluas 14.345 Ha
- Hutan Produksi (HP) seluas 7.822 Ha

Tabel 2.12. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Sukam


No Kecamatan Nagari Ket.
1. Sijunjung  Aia Anggek
 Sijunjung
 Muaro
 Solok Amba
2. Lubuk Tarok  Buluh Kasok
 Lalan
 Latang
 Silongo
3. Tanjung Gadang  Timbulun
 Tarak Baru
 Pulasan
 Sinyamu

Gambar 2.9. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Sukam

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 19
2.1.6.6. Resort Batang Palangki
Luas kawasan hutan : 17.003 Ha
- Hutan Lindung (HL) seluas 8.887 Ha
- Hutan ProduksiTerbatas (HPT) seluas 5.023 Ha
- Hutan Produksi (HP) seluas 3.093 Ha

Tabel 2.13. Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Palangki


No Kecamatan Nagari Ket.
1. Sijunjung  Kandang Baru
2. Kupitan  Pamuatan
 Padang Sibusuk
 Batu Manjulur
3. Koto VII  Bukit Bual
 Palaluar
4. IV Nagari  Mundam Sakti
 Koto Baru
5. Lubuk Tarok  Lalan
 Lubuk Tarok
 Kampung Dalam
 Buluh Kasok
6. Tanjung Gadang  Sibakur
 Langki

Gambar 2.10. Peta Wilayah Resort Pengelolaan Hutan Batang Palangki

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 20
2.1.7. Aksesibilitas Kawasan

Aksesibilitas kawasan di Kabupaten Sijunjung sudah ada sejak jaman


penjajahan Belanda diantaranya melalui jalur darat dan air. Jalan di dalam kawasan
hutan yang dibuat oleh Belanda sebagai jalur transportasi sampai saat ini masih
dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar kawasan sebagai jalur transportasi. Begitupun
aksesbilitas yang terdapat pada masing-masing wilayah Resort Pengelolaan Hutan
(RPH) di Kabupaten Sijunjung. Sehingga untuk akses pengelolaan hutan sebagian
sudah ada dan dapat dimanfaatkan sebagi jalur transportasi yang nantinya
mempermudah kegiatan pengamanan dan pengawasan untuk masing-masing
wilayah RPH.
Adapun aksesibilitas jalan di sekitar dan di dalam kawasan KPHL Model
Sijunjung terlihat dalam Tabel 2.14 dan dipetakan di dalam Gambar 2.11.

Tabel 2.14. Nama Jalan di sekitar dan dalam Kawasan KPHL Model Sijunjung
Panjang Kondisi
No Nama Jalan Tipe Kelas
(m)
1 Jalan bts Pdg data-Kpl Koto Tanah Jl. Desa 5,098.00 Rsk sdg
2 Jalan ke sumber air bersih Tanah Jl. Desa 8.00 Rsk Brt
3 Jalan ke Muaro Anggai Setapak Jl. Desa 1,899.00 Rsk Brt
4 HPK Aie Amo-Tj Kaliang Tanah Jl. Desa 2,665.00 Rsk
5 Batang Kariang – Bj. Tangah Aspal Jl. Kab. 5,632.00 Rsk
6 Sijunjung - Aie Angek Aspal Jl. Kab. 7,499.00 Baik
7 Sei Betung - Pintu Batu Aspal Jl. Kab. 6,825.00 Baik
8 Patung - Sei Betung Aspal Jl. Kab. 841.00 Baik
9 Lintas batas Swl - Sijunjung Aspal Jl. Negara 1,934.00 Baik
10 Lintas Sumatera Tj. Gadang Aspal Jl. Negara 2,192.00 Baik
11 Tj. Gdg-Slk Amba-Aie Angek Aspal, R.Beton Jl. Kab. 10,561.00 Rsk
12 Jalan Sungai Duo Rigid Beton Jl. Desa 383.00 Baik
13 Jalan Kulampi - Aie Angek Aspal Jl. Desa 6.00 Baik
14 Sijunjung - Aie Angek Aspal Jl. Kab. 3,991.00 Baik
15 Renc. Jalan ke Padang Doto Tanah Jl. Desa 1,289.00 Rsk Brt
16 Sijunjung - Aie Angek Aspal Jl. Kab. 15.00 Baik
17 Aie Angek - Paru Aspal Jl. Kab. 6,321.00 Baik
18 Jalan ke Bukik Kunyik Setapak Jl. Desa 96.00 Rsk Brt
19 Muaro - Durian Gadang Aspal Jl. Kab. 1,471.00 Baik
20 HP Tanah Badantuang Tanah Jl. Desa 8,050.00 Rsk
21 HP Timbulun Tanah Jl. Desa 2,267.00 Rsk
22 Timbulun - Bt. Calau Tanah Jl. Desa 2,529.00 Rsk
23 Ranah Sigading - Kabun Tanah Jl. Desa 9,531.00 Rsk
24 Bukik Suluah Sibolin Tanah Jl. Desa 2,871.00 Rsk
25 Sungai Gemuruh Tanah Jl. Desa 97.00 Rsk
26 Tanggalo - Sisawah Tanah Jl. Desa 1,295.00 Rsk
27 Bt. Gadang Tanah Jl. Desa 2,783.00 Rsk
28 Tanparungo – Spr. Selatan R.Beton, Kerikil Jl. Desa 4,880.00 Baik
29 Mangganti Sisawah Tanah Jl. Desa 1,889.00 Rsk
30 HP Mangganti Tanah Jl. Desa 3,137.00 Rsk
31 Mangganti - Silukah Tanah Jl. Kab. 68.00 Rsk
32 Paru - Silukah Aspal Jl. Desa 6,560.00 Rsk
33 Tanjung Kaliang Tanah Jl. Desa 1,634.00 Rsk

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 21
Panjang Kondisi
No Nama Jalan Tipe Kelas
(m)
34 Jalan Ktr. Wali Solok Amba R.Beton Jl. Desa 527.00 Rsk
35 Kandang Gajah Tanah Jl. Desa 401.00 Rsk
36 Batu Manjulur Tanah Jl. Desa 8,837.00 Rsk
37 Jalan Kampung Pinang Tanah Jl. Desa 6,373.00 Rsk
38 Pamatang Bancah Tanah Jl. Desa 7,651.00 Rsk
39 HP Sikaladi Tanah Jl. Desa 49.00 Rsk
40 Bt. Pilubang Tanah Jl. Desa 349.00 Rsk
41 Bt. Talago Tanah Jl. Desa 1,209.00 Rsk
42 Bt. Gadang Tanah Jl. Desa 1,941.00 Rsk
43 Beringin - Sei Duo Tanah Jl. Desa 3,407.00 Rsk
44 HL Tanjung Gadang Tanah Jl. Desa 398.00 Rsk
45 Bt. Putuih Tanah Jl. Desa 4,615.00 Rsk
46 Banjar Tangah – Tj. Kaliang Kerikil Jl. Kab. 6,910.00 Rsk
47 Banjar Tengah – Lb. Kapiek Tanah Jl. Kab. 14,816.00 Rsk
48 HSAW Tanjung Lolo Tanah Jl. Desa 328.00 Rsk
49 HL Tanjung Lolo Tanah Jl. Desa 783.00 Rsk
50 HSAW Bt. Sirakiang Tanah Jl. Desa 4,976.00 Rsk
51 HPT Banjar Tengah - Langan Tanah Jl. Desa 11,526.00 Rsk
52 Jl. Lintas Kabupaten Sjj - Riau Aspal Jl. Negara 5,224.00 Rsk Rgn
53 Jalan BRM Tanah kerikil Jl. Desa 3,170.00 Rsk
54 Pg. Sirangkiang-Pg. Kapau Tanah Jl. Kab. 5,787.00 Rsk
55 Aie Dingin Bt. Sasapan Tanah Jl. Desa 2,447.00 Rsk
56 HPK Banjar Tangah Tanah Jl. Desa 1,869.00 Rsk
57 Bt. Mandar Tanah Jl. Desa 323.00 Rsk
58 Bt. Sangkar Puyuh Tanah Jl. Desa 743.00 Rsk
59 Bt. Sigai Tanah Jl. Desa 1,041.00 Rsk
60 Aie Amo - Maloro Tanah Jl. Desa 485.00 Rsk
61 HP - Padang Sibusuk Tanah Jl. Desa 6,642.00 Rsk
62 Pamuatan - Padang Sibusuak Tanah Jl. Desa 3,566.00 Rsk
63 Jalan Sawit tambang Tanah Jl. Desa 6,281.00 Rsk
64 Renc. Jalan ke Padang Doto Tanah Jl. Desa 635.00 Rsk
65 Sijunjung - Aie Angek Aspal Jl. Kab. 118.00 Baik
66 Kumanis - Tanparungo Aspal Jl. Kab. 4,320.00 Baik
67 Tanparungo - Sumpur Aspal Jl. Kab. 5,138.00 Baik
68 Lintas Sumatera Sibisir Aspal Jl. Negara 517.00 Baik
Jumlah 229,719.00

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 22
Gambar 2.11. Peta Jalan di Sekitar dan di Dalam Kawasan KPHL Model Sijunjung

2.1.8. Sejarah Pembentukan KPHL Model Sijunjung

Sejarah pembentukan KPHL Model Sijunjung merupakan bagian sejarah yang


tidak bisa dipisahkan dari sejarah pembangunan dan pengelolaan kehutanan
nasional dan Kabupaten Sijunjung. Gambar 2.12. memperlihatkan perjalanan sejarah
pembangunan dan pengelolaan hutan di Kabupaten Sijunjung. Pada setiap tahapan
perjalanan sejarah tersebut, diawali dengan perubahan politik pembangunan dan
pengelolaan hutan nasional yang tertuang dalam perundangan-undangan yang
melandasinya secara hukum.

Gambar 2.12. Perjalanan Sejarah Pembangunan dan Pengelolaan Hutan Kabupaten Sijunjung

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 23
Kawasan hutan di Kabupaten Sijunjung Provinsi Sumatera Barat dari jaman
Belanda sampai tahun 1980 terkenal sebagai hutan register yang mengacu pada UU
Nomor 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan. Bedasarkan
Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 623/Kpts/Um/8/1982 tanggal 25 Agustus 1982
tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan dengan mengacu pada UU Nomor : 5 tahun
1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Ekosistemnya. Tahun 1992 sampai
1999 adanya padu serasi RTRWP dengan tata guna hutan kesepakatan yang
ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Sumatera Barat Nomor : 522.13.338/1996
sampai tahun 1996 yang mengacu pada UU Nomor : 24 tahun 1992 tentang
Penataan Ruang. Pada tahun 1999 padu serasi RTRWP dengan TGHK diganti
dengan Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan Propinsi Sumatera Barat lampiran
Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 422/Kpts-II/1999 tanggal
15 Juni 1999 yang mengacu pada UU Nomor : 41 tahun 1999 tentang Kehutanan.
Tahun 2004 sampai 2007 dilakukan review RTRWP dan RTRWK yang
mempedomani UU Nomor : 32 tahun 2004 dan UU Nomor : 26 tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, namun sebagai dasar pengelolaan hutan tetap mengacu pada
peta Lampiran Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.422/Menhut-II/1999
tentang Penunjukan Kawasan Hutan dan Perairan di Wilayah Propinsi Daerah
Tingkat I Sumatera Barat seluas 2.600.286 (dua juta enam ratus ribu dua ratus
delapan puluh enam) hektar.
Sekarang, kawasan hutan Kabupaten Sijunjung berpedoman pada Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK. 304/Menhut-II/2011 tentang Peta Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan dan Perairan Menjadi Bukan Kawasan Hutan,
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan Menjadi
Kawasan Hutan di Provinsi Sumatera Barat yang merupakan perubahan dari
Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 422/Kpts-II/1999 tentang Penunjukan
Peta Kawasan Hutan Provinsi Sumatera Barat seluas 4.229.730 ha. Tahun 2011
dengan mempedomani Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 jo. Peraturan
Pemerintah Nomor : 3 tahun 2008 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan.
Keputusan Menteri Kehutanan melalui Nomor : SK.331/Menhut-II/2010
tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model
Sijunjung Kabupaten Sijunjung Propinsi Sumatera Barat seluas ±150.492 Ha menjadi
landasan hukum pengelolaan KPHL Model Sijunjung. Lahirnya SK.331/Menhut-
II/2010 tersebut merupakan perintah dari PP Nomor : 6 Tahun 2007. PP ini

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 24
dikeluarkan karena mandat yang ditegaskan dalam UU Nomor : 41/1999 tentang
Kehutanan.
Pada prinsipnya, pembentukan KPHL Model Sijunjung telah diawali sejak
tahun 2007 dengan dilakukan kajian oleh Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat
mengenai Formulasi Kebijakan SDM Kesatuan Pengelolaan Hutan Propinsi
Sumatera Barat. Kemudian, pada tahun yang sama dilakukan pula penyusunan
rencana aksi (action plan) pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan di Propinsi
Sumatera Barat.
Dua dokumen kajian ini dilaporkan kepada Gubernur Sumatera Barat pada
tahun 2008. Berdasarkan dua dokumen ini dan informasi lainnya, Gubernur Propinsi
Sumatera Barat menyurati Kementerian Kehutanan perihal penetapan wilayah KPH
di Propinsi Sumatera Barat. Adapun detail perjalanan pembentukan KPHL Model
Sijunjung yang dilandasi secara formal melalui surat menyurat dan Keputusan dan
Peraturan Menteri, dengan runutan sebagai berikut:
- Surat Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung Nomor : 050/595/Dishut-2008
Tanggal 9 Desember 2008 kepada Gubernur Sumatera Barat tentang rencana
pembentukan KPH di Propinsi Sumatera Barat sesuai dengan hasil kajian dan
action plan.
- Surat Gubernur Sumatera Barat Nomor : 522.1/948/Dishut-2009 Tanggal 21 Juli
2009 Perihal Usulan Penetapan Wilayah KPH di Propinsi Sumbar kepada Menteri
Kehutanan RI.
- Keputusan Menteri Kehutanan RI Nomor : SK. 798/Menhut-II/2009 tanggal
7 Desember 2009 Tentang Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Propinsi
Sumatera Barat.
- Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 331/Menhut-II/2010 tanggal 25 Mei
2010 tentang Penetapan Wilayah KPHL Model Sijunjung Kabupaten Sijunjung
Propinsi Sumatera Barat.
- Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 61 Tahun 2010 tentang pedoman
organisasi dan tata kerja KPHL dan KPHP di Daerah
- Peraturan Bupati Sijunjung Nomor : 18 Tahun 2011 Tentang Organisasi dan Tata
Kerja UPTD KPHL Model Sijunjung pada Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung
- Keputusan Bupati Sijunjung Nomor : 821.23/55/BKD-2012 Tanggal 29 Agustus
2012 tentang struktur organisasi KPHL Model Sijunjung dan personilnya.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 25
Untuk menopang pembentukan KPHL Model Sijunjung ini, terdapat pula
kegiatan-kegiatan untuk penguatan kelembagaan KPHL Model Sijunjung. Ada lima
bentuk kegiatan dan dukungan yang diberikan untuk memperkuat kelembagaan
KPHL Model Sijunjung. Pertama adalah Kajian Akademis Kelembagaan KPHL Model
Sijunjung yang dilakukan pada tahun 2011. Kegiatan ini dimaksudkan untuk
memfasilitasi penyusunan organisasi dan penempatan SDM pada organisasi KPHL
Model Sijunjung. Kegiatan ini dilakukan oleh Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera
Barat
Kedua adalah penyediaan sarana dan prasarana yang terdiri dari pengadaan
kantor, kendaraan, meubiler dan peralatan pekerjaan. Kegiatan pengadaan ini
dilakukan oleh BPKH Medan dalam tahun anggaran 2012. Dengan fasilitasi ini,
KPHL Model Sijunjung telah memiliki sarana dan prasarana yang memadai untuk
menopang pelaksanaan pekerjaan.
Ketiga, pengadaan prasarana ini juga di topang oleh pemerintah Kabupaten
Sijunjung pada tahun 2012 melalui hibah lahan untuk lokasi kantor, pembangunan
rumah dinas di dekat kantor KPHL Model Sijunjung, penambahan kendaraan dan
pengadaan GPS. Dukungan dari Pemerintah Kabupaten Sijunjung ini membuat
KPHL Model Sijunjung semakin kuat ketersediaan sarana dan prasarananya.
Keempat, penguatan SDM pengelola KPHL Model Sijunjung dilakukan dalam
dua hal. Pertama adalah melalui pelatihan yang dilakukan oleh Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Kementerian Kehutanan di Bogor bagi calon Kepala dan dua orang
staf KPHL Model Sijunjung. Pelatihan ini dilaksanakan pada tahun 2012 dan awal
tahun 2013. Selain itu, penguatan SDM juga dilakukan dengan menyediakan
tambahan tenaga pengelola KPHL Model Sijunjung melalui penempatan empat
orang lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan untuk bekerja pada
organisasi KPHL Model Sijunjung. Keempat staf ini telah bekerja dengan baik
terhitung sejak bulan Juni 2013.
Kelima, pendampingan tenaga ahli dari perguruan tinggi untuk yang telah
dilakukan sejak tahun 2011. Tenaga ahli memberikan dampingan dalam bentuk
membantu menyusun perencanaan dan konsultasi dalam pengambilan kebijakan
oleh kepala KPHL.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 26
2.2. Potensi Wilayah KPH
Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Sumatera
Barat yang memiliki kekayaan sumber daya alam. Namun potensi tersebut belum
dapat dikembangkan dengan baik. Beberapa potensi yang dimiliki oleh Kabupaten
Sijunjung adalah sebagai berikut :

2.2.1. Penutupan Vegetasi

Berdasarkan data yang disampaikan dari Direktorat Jenderal Planologi


Kehutanan melalui Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal
Pemanfaatan Kawasan Hutan dengan Surat Nomor : S.368/WP3H-4/2012 tanggal
10 Agustus 2012 perihal Profil KPHL Model Sijunjung Propinsi Sumatera Barat, data
tutupan lahan yang merupakan hasil penelaahan citra landsat tahun 2009
sebagaimana Tabel 2.15 berikut :

Tabel 2.15. Penutupan Lahan KPHL Model Sijunjung


No Penutupan Lahan Luas +/-( Ha )
1 Hutan lahan Kering Primer 2.895,659
2 Hutan Lahan Kering Sekunder 78.872,380
3 Pemukiman 200.668
4 Perkebunan 13.160,550
5 Pertanian Lahan Kering 14.702,412
6 Pertanian Lahan Kering Bercampur Semak 29.851,654
7 Sawah 5.082,071
8 Semak/Belukar 5.640,760
9 Tanah Terbuka 35,089
Jumlah 150.441,243
Sumber: Citra Landsat 2009
Hasil inventarisasi hutan wilayah KPHL Model Sijunjung yang dilakukan oleh
Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) Wilayah I Medan tahun 2012
menemukan sebanyak 107 species pohon. Sebanyak 21 spesies diantaranya
memiliki nilai komersial. Selain itu, ditemukan pula sebanyak 44 species fauna dalam
kawasan KPHL Model Sijunjung, lima species diantaranya adalah spesies yang
dilindungi.

2.2.2. Potensi Kayu/ Non Kayu ( HHBK )

2.2.2.1. Potensi Kayu


BPKH Wilayah I Medan telah menghitung volume kayu dalam kawasan KPHL
Model Sijunjung pada tahun 2012, hasilnya sebagaimana Tabel 2.16.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 27
Tabel 2.16. Potensi volume kayu dalam KPHL Model Sijunjung, 2012.
No Kelompok Luas (ha) Volume (m3) Jumlah Batang
1 HL Hutan Lahan Kering 49,434.42 3,905,319.18 5,734,392.72
Sekunder
2 HPT Hutan Lahan Kering 2,884.71 255,008.36 400,974.69
Primer
3 HPT Hutan Lahan Kering 18,280.65 1,358,983.52 1,846,348.65
Sekunder
4 HP Hutan Lahan Kering 4,879.55 491,761.05 595,305.10
Sekunder
5 Tanpa Pengelompokan 72,594.62 5,999,945.34 8,493,336.54
Jumlah 148,073.95 12,011,017.45 17,070,357.70
Sumber: BPKH Wilayah I Medan, 2012
Potensi kayu dalam kawasan HPT telah terdapat pemanfaatan Ijin Usaha
Pengelolaan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam (IUPHHK-HA) PT. Multi Karya Lisun
Prima yang telah melakukan crusing namun data belum ada pada Dinas Kehutanan
Kabupaten Sijunjung maupun KPHL Model Sijunjung.

2.2.2.2. Potensi Non Kayu


Potensi non kayu pada wilayah kawasan hutan Kabupaten Sijunjung meliputi
jenis tanaman kayu pinus, gaharu, karet, lebah madu, sarang burung walet dan jasa
lingkungan air, wisata dan kekayaan hayati. Dalam rangka pemberdayaan
masyarakat di kawasan hutan juga dikembangkan tanaman sela dengan
pemanfaatan ruang tumbuh melalui budidaya rotan, lebah madu, dan kapulaga
dengan melibatkan kelompok tani hutan di sekitar hutan.

a. Potensi Pinus
Potensi tanaman pinus terdapat seluas 137,5 Ha yang berada pada KPHL
Model Sijunjung, terdapat pada Resort Batang Sumpur di Nagari Tanjung Labuh
Seluas 43 Ha dan Nagari Tanjung Bonai Aur seluas 18,5 Ha dan pada RPH Batang
Palangki berda di Nagari Batu Manjulur dengan luas 56 Ha.
Pinus ini ditanam pada Hutan Lindung pada tahun 1980, awalnya hal yang
melatarbelakangi penanaman pinus ini adalah untuk tujuan konservasi namun pada
tahun 2010, mulai dikembangkan pemanfaatan getah pinus dengan memberdayakan
masyarakat sekitar hutan sebagai tenaga penyadap. Pelaksanaan pemanfaatan
getah pinus ini dilakukan Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung dengan Kelompok
Tani Sungai Tuo dengan ijin yang dikeluarkan oleh Bupati Sijunjung dengan
Keputusan Bupati Sijunjung Nomor : 522/01/Dishut-2012 sebagai pengelola dalam
pelaksanaan penyadapan getah pinus. Sesuai Keputusan Bupati tersebut berakhir
pada tanggal 1 Januari 2013.
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung
Tahun 2014 - 2023 Page 28
Selain getah pinus Kabupaten Sijunjung memiliki potensi penghasil HHBK
yang cukup banyak diantaranya rotan, sarang walet, madu, dan gaharu.
Untuk saat ini baru dilakukan penyadapan getah pinus yang melibatkan peran
serta masyarakat dalam pengelolaannya. Masih minimnya anggaran dan
keterbatasan peralatan pendukung masih manjadi hambatan dalam pengembangan
potensi HHBK di Kabupaten Sijunjung, diharapkan dengan adanya KPHL Model
Sijunjung semua potensi yang ada dapat dikembangkan dan memberikan pengaruh
positif bagi masyarakat dan pemerintah daerah Kabupaten Sijunjung

b. Potensi Karet
Selain pertanian tanaman pangan, masyarakat juga banyak mengembangkan
tanaman perkebunan seperti karet, kopi, kelapa, kulit manis, gambir, pinang, nilam,
kakao, kemiri dan kelapa sawit. Namun, komoditi perkebunan yang banyak digemari
masyarakat adalah karet. Tabel 2.17. menerangkan luas tanaman karet menurut
kecamatan yang sebagian besar dalam kawasan hutan.

Tabel 2.17. Luas Tanaman Karet Menurut Kecamatan di Kabupaten Sijunjung

No Kecamatan Lu as Lahan (ha)

1 Kamang Baru 13,473.00

2 Tanjung Gadang 4,205.00

3 Sijunjung 3,351.00

4 Lubuak Tarok 2,153.00

5 I V N agari 2,533.00

6 Kupitan 2,014.00

7 Koto VI I 5,372.00

8 Sumpur Kudus 4,028.00

J U M L A H 37,129.00

Sumbe r : BPS Kabupate n Sijunjung Tahun 2011

Disamping itu banyak perusahaan dan masyarakat juga mengembangkan


kelapa sawit dengan total luasan mencapai 6.849 Ha. Total produksi karet dan
kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel 2.18.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 29
Tabel 2.18. Produksi Karet dan Kelapa Sawit Kabupaten Sijunjung
Produksi (Kg )
No Kecamatan
Karet Kelapa Sawit

1 Kamang Baru 19,424.00 52,772.00

2 Tanjung Gadang 5,428.00 -

3 Sijunjung 7,308.00 8.00

4 Lubuak Tarok 4,404.00 164.00

5 IV Nagari 4,672.00 -

6 Kupitan 3,576.00 315.00

7 Koto VII 11,988.00 40.00

8 Sumpur Kudus 6,432.00 262.00

JUM LAH 63,232.00 53,561.00

Sumber : BPS Kabupaten Sijunjung Tahun 2011

Gambar 2.13. Potensi Tegakan Pinus dan Potensi Tegakan Karet

2.2.3. Keberadan Flora dan Fauna

2.2.3.1. Flora
Dijumpai banyak sekali jenis tumbuhan di hutan hutan dalam kawasan KPHL
Model Sijunjung yang mempunyai nilai untuk dimanfaatkan termasuk untuk
pemanfaatan kayu. Namun, dalam kaitan dengan jasa lingkungan beberapa jenis
pohon yang dijumpai di hutan Nagari Paru dapat dimanfaatkan untuk wisata
pendidikan seperti wisata ethnobotani. Banyak nama pohon yang ada di hutan
tersebut yang tidak lagi diketahui lagi secara umum morfologinya namun merupakan
nama nagari yang sering didengar. Nama nagari seperti Bintungan, Kuranji, Pulai,

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 30
Binuang, Tarok dan Surian sesungguhnya berasal dari nama tumbuhan. Bila orang
ingin mengetahui lebih jauh sejarah nama nagari tersebut akan sangat menarik untuk
mengenal tentang tumbuhannya sendiri secara langsung.
Beberapa jenis tumbuhan yang sempat di ketahui dari perjalanan di sekitar
hutan larangan Nagari Paru, Durian Gadang dan Silokek adalah sebagaimana
terlihat dalam tabel 5.19.

Tabel 5.19. Flora dalam KPHL Model Sijunjung


No. Genus Familia Nama Daerah
1 Palaquium Sapotaceae Balam
2 Scorodocarpus borneensis Olacaceae Kulim
3 Engelhardtia spicata Juglandaceae Marsawa
4 Shorea Dipterocarpaceae Meranti
5 Actinodaphne Lauraceae Madang
6 Dialium indum Leguminosae Kuranji
7 Bischofia javanica Euphorbiaceae Bintungan
8 Koompasia malaccensis Leguminosae Kampeh
9 Alstonia scholaris Apocynaceae Pulai
10 Octomeles sumatranus Datiscaceae Binuang
11 Schmidelia littoralis Sapindaceae Kalampaian
12 Shorea Dipterocarpaceae Banio
13 Toona sureni Meliaceae Surian
14 Artocarpus Moraceae Tarok
15 Ficus (?) Moraceae Sigalapuang
16 Eugenia Myrtaceae Salam
17 Eugenia filiformis Myrtaceae Kalek api
18 Swietenia mahogani Meliaceae Mahoni
19 Symplocos Symplocaceae Jirak
20 Aleurites moluccana Euphorbiacea Dama/Kemiri

Selain jenis jenis diatas dijumpai pula jenis paku-pakuan yang dapat
dikategorikan pula sebagai kelompok tumbuhan yang memilki potensi untuk
dikembangkan sebagai komponen jasa lingkungan. Tabel 2.20. memaparkan jenis-
paku-pakuan tersebut.

Tabel 2.20. Jenis Paku-Pakuan di Dalam KPHL Model Sijunjung


No. Genus/ Species Familia Nama daerah
1 Asplenium nidus Aspleniace Sakek
2 Cyathea Cyatheaceae Paku tiang
3 Drynaria quercifolia Polypodiaceae Sakek
4 Drynaria rigidula Polypodiaceae Sakek
5 Drymoglossum Polypodiacea Pitih-pitih
6 Diplazium esculentum Polypodiaceae Paku sayua
7 Gleichenia linearis Gleicheniaceae Rasam
8 Lygodium circinatum Lygodiaceae Paku kawek
9 Stechnolaena palustris Aka pakih
10 Pyrosia Polipodiaceae Paku

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 31
2.2.3.2. Fauna
Dari pengamatan lapangan di daerah Silokek, Durian Gadang, Hutan Nagari
Paru, dan Sisawah serta informasi lisan dari masyarakat diketahui keberadaan jenis
hewan sebagaimana terlihat dalam tabel 5.21.

Tabel 5.21. Jenis Hewan yang Terdapat Di KPHL Model Sijunjung


No. Genus/ Spesies Ordo Nama Daerah Keterangan
1. Presbytis melalophos Cercopithecidae simpai bunyi
2 Hylobates agilis Hylobatidae ungko suara
3 Hylobates syndactilus Hylobatidae Siamang suara
4 Macaca fascicularis Cercopithecidae Karo terlihat
5 Macaca nemestrina Cercopithecidaer Baruak terlihat
6 Pteropus edulis Pteropodidae Kalalawa terlihat
7 Arctitis binturong Viveridae binturuang info
8 Tapirus indicus Tapiridae Cipan/tanuak info
9 Muntiacus muntjak Cervidae kijang info
10 Callosciurus notatus Sciuridaer tupai terlihat
11 Nycticebus coucang Lorisidae Pukang info
12 Tragulus javanicus Tragulidae Kancia info
13 Argusianus argus Phasianidae Kuau info
14 Sus scrova Suidae Babi hutan jejak
15 Capricornus Bovidae Kambing hutan info
16 Panthera tigris Felidae Harimau Info
17 Helarctos malayanus ursidae Biruang madu info
18 Manis javanica Manidae Tanggiliang info
19 Lutra sumatrana Mustelidae Barang-barang info

Sebagian besar dari fauna yang hidup dalam kawasan KPHL Model Sijunjung
adalah hewan yang langka, yang perlu mendapatkan perlindungan. Hewan langka
tersebut adalah siamang, ungko, beruk, harimau Sumatera, kijang, rusa, tapir,
kambing hutan, burung enggang, dan ayam hutan. Dengan demikian, keberadaan
KPHL Model Sijunjung merupakan asset untuk menjadi perlindungan bagi hewan-
hewan langka tersebut.
Keberadaan fauna diatas jelas merupakan potensi jasa lingkungan yang
keberadaannya perlu dipertahankan. Keberadaan hewan di atas yang relatif jarang
terlihat, dapat dimanfaatkan sebagai salah satu objek wisata alam.

2.2.4. Potensi Jasa Lingkungan

KPHL Model Sijunjung memiliki potensi yang besar dalam menyediakan jasa
lingkungan, seperti sumber air bersih, penyerapan karbon, wisata alam, lokasi
penelitian dan pendidikan. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan
Propinsi Sumatera Barat tahun 2012, ditemui beragam potensi jasa lingkungan
tersebut. Identifikasi masih dilakukan secara terbatas, yakni pada jasa wisata alam

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 32
dan air bersih saja, belum dilakukan identifikasi jasa lainnya dan belum pula dihitung
potensi jasa sequesrasi karbon. Adapun potensi jasa lingkungan hutan lindung
dalam wilayah KPHL Model Sijunjung diuraikan sebagai berikut.

2.2.4.1. Wisata Alam Ngalau


Pada berbagai tempat dalam kawasan KPHL Model Sijujujung terdiri dari bukit
kapur dengan formasi karst. Formasi ini memberikan peluang terbentuknya goa-goa
yang dalam bahasa setempat dan dalam Bahasa Minang umumnya disebut ngalau.
Inventarisasi menemukan lebih dari 7 buah ngalau di dalam wilayah KPHL Model
Sijunjung dengan panjang dan dalam yang bervariasi. Ngalau ini berpontensi untuk
wisata alam. Sebagian besar potensi ngalau ini belum terkembangkan berhubung
aksesibilitas yang belum memadai. Deskripsi singkat beberapa ngalau yang terdapat
di dalam KPHL Model Sijunjung adalah sebagaimana terlihat dalam tabel 2.22.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 33
Tabel 2.22. Daftar Ngalau pada Wilayah KPHL Model Sijunjung
No Nama Ngalau Lokasi Titik Ketinggian Hubungan Karakteristik Potensi Aksesibilitas Sarana
Koordinat DPL dengan Prasarana
(altitude) kawasan Pendukung
(m) hutan
1 Laguang/Ngalau Nagari Aia 101º05’32” ± 310 Mulut gua Terdapat stalaktit, Sebagai jasa Dipinggir jalan Sudah dibangun
Aia Angek Angek, Kec. BT dan 00º masih terletak stalakmit, tangga- lingkungan, nagari (±10 m dari gazebo, MCK dan
Sijunjung 40’48” LS dalam APL, tangga dan sungai pemanfaatan aliran air jalan nagari) sarana
badan gua yang airnya sangat dan wisata alam pemandian oleh
terdapat jernih. Ngalau ini berupa penyedian Dinas Pariwisata
kawasan HL mempunyai panjang sarana tirta sarana Seni Budaya
dengan ± 4 sampai 5 km dan petualangan dan Pemuda Olah
kelerengan tembus sampai ke arena perkemahan Raga Kabupaten
lahan 15% Nagari Solok Amba Sijunjung
sampai 80%. yang ada dibalik
Nagari Aia Angek
2 Ngalau Basurek Jorong Batu 101º07’40” 231 berada di Jasa lingkungan Jarak dari ibu kota -
(Goa Basurek) Ranjau, BT dan areal APL wisata alam kecamatan ±30 km
Nagari Paru, 00º38’57” LS berupa jalan aspal
Kecamatan dan dilanjutkan
Sijunjung dengan jalan
tanah ±2 km ke
lokasi
3 Ngalau Mesiu Nagari Paru, 101º 09’ Berada di - Tinggi goa + 75 m Jasa lingkungan Jalan Setapak -
Kecamatan 49,5” BT dan areal APL dan lebar + 4 m wisata alam. ±0,5 Km dari
Sijunjung 0º 40’ 45,3” - Tempat pinggir jalan nagari
LS bersarangnya
burung walet
4 Ngalau Batang Jorong Batu 101º07’34” 197 Mulut gua Panjang ±1-2 km Jasa lingkungan Jarak dari ibu kota
Lansek Ranjau BT dan terletak pada dan tembus ke pemanfaatan aliran air kecamatan ±30 km
Nagari Paru 00º38’53” LS Areal Nagari Selembang. dan wisata alam berupa jalan aspal
Kecamatan Penggunaan Dalam gua mengalir dan dilanjutkan
Sijunjung Lain (APL). sungai Batang dengan jalan
badan gua Lansek. tanah ± 2,1 km ke
ada dalam HL lokasi

5 Ngalau Tuah Jorong Tuah 100° 51´ Berada dalam Potensi wisata berupa Dapat ditempuh
Datar Datar 39,5” BT dan kawasan gua dengan akses ±1,5 jam
Kecamatan 00° 26´ Hutan Lindung lokasi dekat berkendaraan dari
Sumpur 06,00” LS (HL). jalan/pinggir jalan raya pusat Kecamatan
Kudus Sumpur Kudus.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 34
No Nama Ngalau Lokasi Titik Ketinggian Hubungan Karakteristik Potensi Aksesibilitas Sarana
Koordinat DPL dengan Prasarana
(altitude) kawasan Pendukung
(m) hutan
6 Ngalau Batu Jorong 00° 34´ 49,1” Berada dalam Potensi wisata berupa Ditempuh dengan Akses ke lokasi
Aguang Subalin LS, 100° 54´ kawasan terowongan jalan sepeda motor ±25 dapat yang
Nagari 58,0” BT Hutan Lindung serta tebing yang menit dari kantor melewati jalan
Sisawah (HL) terdapat stalaktit. walinagari pengerasan
Kecamatan Sisawah dipinggir tebing
Sumpur dan sungai
Kudus
7 Ngalau Air Jorong Koto 00° 34´ 33,7” Berada dalam Sekitar lokasi ini Wisata air dari dalam Akses kelokasi Jalan pengerasan
Tuo LS, 100° 55´ kawasan telah ada bangunan gua/untuk pemandian ditempuh dengan hanya dapat
Nagari 37,4” BT Hutan Lindung irigasi yang jalan kaki ±15 dikendarai dengan
Sisawah (HL) . dibangun sejak 15 menit dari jalan sepeda motor
Kecamatan tahun lalu. pengerasan yang berjarak
Sumpur ±10 menit dari
Kudus kantor walinagari
8 Ngalau Talago Nagari Dalam Jasa lingkungan Jarak dari ibu kota
Silokek Kawasan HL pemanfaatan aliran air kecamatan ±15 km
dan wisata alam berupa jalan aspal
dan dilanjutkan
0
9 Ngalau Jorong 00 34’ 16” Berada dalam Dalam goa banyak Wisata hiking, arena Akses ke lokasi -
0
Sipungguak Silukah LS dan 101 Kawasan ditemui binatang petualangan dan ditempuh dengan
Nagari 03’ 59” BT Hutan Lindung “Sipungguak” lokasi penangkaran jalan kaki ±15
Durian (HL). “Sipungguak” menit dari jalan
Gadang penghasil pupuk dan nagari
Kecamatan bahan pangan
Sijunjung (protein).

10 Ngalau Siriah Sisawah S 00° 34´ Dalam HL Wisata aliran air dari
59,6”, E dalam gua
100°
54´36,7”
0
11 Ngalau Sei Durian 0 35’ 03” LS Kawasan Hiking
0
Landai Gadang dan 101 64’ Hutan Lindung
52” BT (HL).
Sumber : Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat, 2013

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 35
2.2.4.2. Potensi Sumberdaya Air
Wilayah KPHL Model Sijunjung kaya pula dengan sumberdaya air yang berasal
dari kawasan hutan lindung, potensi sumberdaya air ini berupa air terjun, yang selain
untuk dijadikan objek wisata juga berpotensi sebagai sumber energi. Lokasi berbagai
potensi sumberdaya air itu disajikan dalam Tabel 2.23. Secara umum, potensi
sumberdaya air belum dikembangkan dan aksebilitas masih belum memadai, akan
tetapi tampak potensi besar walaupun data kuantitatif belum dikumpulkan.
Sumberdaya air ini mengandung beberapa potensi;
1. Potensi wisata air terjun dari aliran sungai pegunungan
2. Objek wisata minat khusus, arena petualangan dan hiking serta arena pemandian
3. Intake PDAM
4. Wisata minat khusus, arena petualangan dan hiking,out bond dan wisata berkuda.
5. Intake PDAM karena debit airnya diperkirakan dapat memenuhi kebutuhan air
masyarakat di Nagari Durian Gadang.
6. Sebagai masa air untuk kebutuhan minum, pertanian,
7. Sebagai sumber energi untuk pembangkit listrik;
- Estetika pariwisata
- Olah raga air,
- Budidaya ikan
Permasalahan utama sumberdaya air di dalam wilayah KPHL Model Sijunjung
adalah tingginya sedimentasi akibat aktifitas tambang dan kegiatan perladangan dan
perkebunan yang mencemari air dan menurunkan kualitas air secara nyata. Akibatnya
potensi sumberdaya air itu akan terus berkurang.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 36
Tabel 2.23 Potensi sumberdaya air dalam wilayah KPHL Model Sijunjung
Ketinggian Hubungan
DPL dengan Sarana prasarana
No Nama Objek Lokasi Titik Koordinat Karakteristik Potensi Aksesibilitas
(altitude) Kawasan pendukung
(m) Hutan
1 Air Terjun Jorong Ujung 00° 26´ 16,8”LS dan Berada dalam Ketinggian air Potensi wisata Jalan setapak yang Ini terdapat
Lubuak Luhak 100° 55´ 20,0” BT kawasan terjun ±100m air terjun dari hanya dapat bangunan bak
Pandakian Hutan aliran sungai ditempuh jalan kaki intag PDAM dan
Lindung pegunungan ±1 jam dari jalan bak penampungan
pengerasan PDAM serta irigasi
Ujung Luhak
0
2 Air Terjun Jorong Tanjung - 00 35’ 56,4” LS Berada dalam Air terjun Objek wisata Jalan setapak yang Berada dalam
0
Tujuh Medan Nagari dan 101 00’56,4” Kawasan bertingkat, masing- minat khusus, hanya dapat lokasi HTR
Tingkek Paru BT (Tingkat II dan Hutan masing tingkat arena ditempuh jalan kaki kelompok tani
Kecamatan III) dan Produksi mempunyai petualangan ± 1/2 jam dari jalan Minang Saiyo
0
Sijunjung - 00 35 ’56” LS ketinggian yang dan hiking nagari
0
dan 101 00’ 59” berbeda serta arena
BT (Tingkat I). pemandian
0
3 Bak Jorong Tanjung 00 35’ 56” LS dan Kawasan Airnya dapat Intake PDAM Jalan setapak yang Bak penampungan
0
Penampung Medan 101 00’ 59” BT Hutan memenuhi hanya dapat ini berukuran
an Sumber NagariSilokekK Produksi kebutuhan air ditempuh jalan kaki 3x4x3,5 m
Air Batang ecamatan (HP). masyarakat di ±1/2 jam dari jalan dibangun pada
Taye Sijunjung Jorong Tanjung nagari tahun 2002
Medan dan Jorong dengan nama
Sangkiamo lebih kegiatan weslik
kurang sebanyak (Pamsimas)
180 KK.
0
4 Air terjun Jorong Tanjung 00 36’ 18,7” LS dan Berada dalam Tinggi ±15 m Wisata minat Jalan setapak yang
0
Palangeh Sangkiamo 101 00’ 47” BT, Kawasan khusus, arena hanya dapat
Nagari Silokek Hutan petualangan ditempuh jalan kaki
Kecamatan Produksi dan hiking ±1 km dari jalan
Sijunjung (HP). serta arena nagari
pemandian
0
5 Air Terjun Jorong Sungai 00 51’ 01,07” LS Berada pada Air terjun memiliki Lokasi hanya dapat
0
Murai Lansek Nagari dan 101 18’ 21,10” HSAW dua tingkat dengan ditempuh dengan
Berangin Sungai Lansek BT ketinggian masing- berjalan kaki melalui
Kecamatan masing 5 meter jalan setapak
Kamang Baru dan 2 meter. (rintisan dilanjutkan
menyusuri aliran
sungai yang
memakan waktu ±4
jam (PP).

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 37
Ketinggian Hubungan
DPL dengan Sarana prasarana
No Nama Objek Lokasi Titik Koordinat Karakteristik Potensi Aksesibilitas
(altitude) Kawasan pendukung
(m) Hutan
0
6 Air Terjun Jorong Koto - 00 35’ 13” LS dan Berada pada Sudah dikelola oleh Sebagai objek Ditempuh dengan Telah dibangun
0
Pelukahan Mudik Nagari 101 01’ 25” BT Kawasan masyarakat dengan wisata minat berjalan kaki melalui dam yang
0
Batang Tano Durian Gadang - 00 35’ 20” LS dan Hutan membuat parkir khusus, hiking, jalan setapak ±500 m dijadikan lokasi
0
Kecamatan 101 01’ 44” BT Produksi sepeda motor di arena dari jalan nagari pemandian
Sijunjung (HP). jalan masuk lokasi petualangan, pengunjung.
arena
pemandian,
out bond dan
wisata
berkuda.
0
7 Bak Jorong Koto 00 35’ 13” LS dan Berada pada Bak penampungan Intake PDAM Ditempuh dengan Bak penampungan
0
Penampung Mudik Nagari 101 01’ 25” BT Kawasan air minum untuk karena debit berjalan kaki melalui dan pipa untuk
an di Lokasi Durian Gadang Hutan memenuhi airnya jalan setapak ±500 mengalirkan air ke
Air Terjun Kecamatan Produksi kebutuhan air diperkirakan dari jalan nagari rumah masyarakat
Batang Tano Sijunjung (HP). minum masyarakat dapat di Jorong Koto
yang berdomisili di memenuhi Hilir dan Koto
Jorong Koto Hilir kebutuhan air Mudik Nagari
dan Koto Mudik. masyarakat di Durian Gadang
Setiap pelanggan Nagari Durian Kecamatan
dikenakan retribusi Gadang. Sijunjung
Rp. 5. 000/KK.

0
8 Danau Air Amo 0 45’ 26,24” LS dan Hutan Wisata
0
Sopan 101 22’ 47,88” BT Produksi yang memancing
dapat
Dikonversi
(HPK)
Sumber : Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat, 2013

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 38
2.2.4.3. Bentang Alam Khas
Selain itu, terdapat bentang alam spesifik sehingga menarik untuk dikunjungi.
Bentang alam khusus ini menawarkan jasa lingkungan berupa keindahan alam untuk
wisata. Adapun bentangan alam khusus yang terdapat dalam KPHL Model Sijunjung
terangkum dalam tabel 2.24.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 39
Tabel 2.24. Objek Wisata Bentang Alam Khas pada Wilayah KPHL Model Sijunjung
Hubungan
Ketinggian Sarana
dengan
No. Nama Objek Lokasi Titik koordinat DPL Karakteristik Potensi Aksesibilitas Prasarana
Kawasan
(altitude) (m) Pendukung
Hutan
0
Jorong Pasir Putih 00 37’ 35,3” LS Pada Terletak di Lokasi 12 km dari Muaro Lapangan olah
0
1 Pulau Andam Nagari Silokek dan 101 59’ 59,8” Kawasan tengah dan di penangkaran dapat ditempuh raga dan tempat
Dewi dan KecamatanSijunjun BT Hutan pinggir Sungai satwa dan arena dengan kendaraan duduk yang
Pantai Pasir g Lindung (HL). Batang bermain. roda 4 dibangun oleh
Putih Kuantan Pemkab Sijunjung
0
Jorong Koto 00 36’ 26” LS dan Pada Wisata Dapat ditempuh
0
2 Tabek Padang Laweh 100 64’ 22” BT Kawasan pemancingan dengan kendaraan
Gadang Nagari Padang Hutan atau untuk roda empat
(Telaga Biru) Laweh Lindung (HL). usaha keramba dilanjutkan
apung berjalan kali
selama 10 menit
Nagari Paru Pada Tutupan hutan Berpotensi Dapat ditempuh -
3 Kanopi Hutan Kecamatan Kawasan primer yang untuk dengan kendaraan
Nagari Paru Sijunjung Hutan dapat dilihat pengembangan roda empat
Lindung (HL). dari dua bukit jembatan
gantung di atas
kanopi
Hiking
4 Wisata Bukik
Sula
Sumber : Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat, 2013

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 40
Gambar 2.14. Beberapa Gambar Lokasi Wisata Musiduga (Muaro Silokek dan Durian
Gadang) di Resort Batang Sumpur Kecamatan Sijunjung

2.2.4.4. Bodiversitas
Selain sumberdaya air dan bentang alam, KPHL Model Sijunjung juga kaya
dengan fauna. Saat ini sudah ada usaha. Kekayaan flora dan fauna sebagaimana
diuraikan diatas memiliki jasa lingkungan, seperti:
- Bahan obat
- Pestisida alami
- Tanaman hias
- Tanaman aromatik
- Tanaman buah-buahan
- Tumbuhan penghasil bahan pewarna
- Makanan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 41
- Tanaman penunjang upacara budaya
- Hewan/ insekta penghasil madu.
- Hewan langka untuk objek wisata.

2.3. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat

2.3.1. Sosial Budaya Masyarakat


Sosial budaya masyarakat pada wilayah KPHL Model Sijunjung sebagian
besar Suku Minangkabau dengan budaya matrilineal, budaya matrilineal
memberikan tempat yang kuat kaum wanita dalam sistem social. Keturunan
didasarkan garis keturunan ibu, lebih dari itu sistem sosial matrilineal ini terkait erat
dengan penguasaan sumber daya alam, terutama lahan.
Penguasaan lahan terbagi atas empat bentuk yakni tanah ulayat yakni tanah
ulayat nagari, ulayat suku, ulayat kaum dan tanah pribadi. Tanah ulayat nagari,
status penguasaannya ada pada nagari. Kerapatan Adat Nagari (KAN) sebagai
kumpulan dari datuak penghulu dan perangkatnya merupakan organisasai adat yang
memiliki otoritas dan pengelolaan tanah ulayat nagari. Tanah ulayat suku dan tanah
ulayat kaum adalah tanah yang dikuasai oleh satu suku atau satu kaum di dalam
nagari. Menurut adat matrilineal, penguasaan tanah oleh suku, penggunaannya
dikelola sedemikian rupa dimana datuk penghulu suku adalah pemimpin yang
mengatur pembagian penggunaannya sesuai kesepakatan di dalam suku dan
kaumnya masing masing.
Dengan kondisi tersebut pada umumnya masyarakat di Kabupaten Sijunjung
merupakan masyarakat agraris dengan aktifitas seperti pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan dan perikanan. Pertanian tanaman pangan yang dominan
dilakukan adalah padi dan jenis palawija lainnya. Masyarakat sekitar hutan
bermatapencaharian sebagai buruh tani, peladang, penambang dan lain-lain dengan
tingkatan pendapatan ekonomi masih rendah dan tingkat pendidikan masyarakat
juga masih rendah. Keterampilan masyarakat sekitar adalah keterampilan dalam
menakiak (mengambil getah karet) dan kegiatan penambangan (tambang emas).
Kondisi sosial budaya serta kearifan lokal masyarakat kawasan hutan yang
sudah berlangsung di sekitar hutan perlu diakomodir untuk menghindari konflik
kepentingan. Rencana pengelolaan KPH dengan inovasi dan teknologi baru
cenderung menimbulkan resistensi apabila tidak dilakukan secara akomodatif. Oleh

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 42
karena itu, arah kebijakan pengelolaan hutan KPHL Model Sijunjung perlu
mempertimbangkan :
- Adat istiadat masyarakat sekitar hutan terutama menyangkut hubungan sosial
masyarakat dengan sumberdaya hutan meliputi upacara adat dan penghormatan
terhadap nilai-nilai setempat;
- Hutan larangan, hutan adat dan hak ulayat masyarakat setempat yang sudah
ada;
- Kelembagaan masyarakat yang sudah ada seperti kelompok tani hutan,
kelompok pencinta lingkungan dan kelembagaan yang lain.

2.3.2. Sosial Ekonomi Masyarakat

2.3.2.1. Aktifitas Ekonomi

a. Pertanian
Pada umumnya, masyarakat Kabupaten Sijunjung merupakan masyarakat
agraris dengan aktifitas ekonomi seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, dan perikanan. Tanaman pangan yang dominan adalah padi dan jenis
tanaman palawija lainnya. Sekitar 64,31% penduduk bekerja di kabupaten tersebut
bekerja di sektor pertanian. Tabel 2.25. menggambarkan jumlah penduduk bekerja
menurut lapangan usahanya.

Tabel 2.25. Penduduk Kabupaten Sijunjung yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2011

No. Lapangan Usaha Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Pertanian/ Agriculture 33,958 14,449 48,407


Tanaman Pangan 24,618 12,089 36,707
Perkebunan 5,000 939 5,939
Perikanan 126 23 149
Peternakan 405 106 511
Pertanian lainnya 3,809 1,292 5,101
2 Industri Pengolahan 1,951 59 2,010
3 Perdagangan, Hotel dan Restoran3,664 864 4,528
4 Jasa-jasa/ Services 4,781 378 5,159
5 Transportasi & Komunikasi 1,534 9 1,543
6 Lainnya/ Others 4,086 9,538 13,624
Jumlah 49,974 25,297 75,271
Sumber : BPS Kabupaten Sijunjung Tahun 2011

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 43
Luas lahan pertanian padi di Kabupaten Sijunjung mencapai 12.473 ha yang
sebagian besar merupakan lahan tadah hujan. Luas sawah menurut jenis irigasi
pada tiap-tiap kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.26.

Tabel 2.26. Luas Sawah Menurut Jenis Irigasi Tahun 2011


Jenis Irigasi/ Type oif Irrigation
No Kecamatan Teknis Setengah Teknis Sederhana Non PU Tadah Hujan Jumlah
Sub District Tech Semi Tech Simple Non Gov Irrigation Rain Feed Total

1 Kamang Baru - 783.00 325.00 462.00 221.00 1,791.00


2 Tanjung Gadang - - 327.00 711.00 424.00 1,462.00
3 Sijunjung - - 417.00 473.00 1,348.00 2,238.00
4 Lubuak Tarok - 50.00 320.00 214.00 511.00 1,095.00
5 IV Nagari - - 248.00 216.00 831.00 1,295.00
6 Kupitan - 315.00 30.00 241.00 519.00 1,105.00
7 Koto VII - 40.00 - 322.00 1,713.00 2,075.00
8 Sumpur Kudus - 262.00 539.00 349.00 262.00 1,412.00

JUMLAH - 1,450.00 2,206.00 2,988.00 5,829.00 12,473.00


Sumber : BPS Kabupaten Sijunjung Tahun 2011
Dari luas sawah tersebut, rata-rata produksi padi setiap hektarnya mencapai
4,87 ton/ha dengan total produksi tahun 2011 mencapai 91.470 ton. Jumlah produksi
padi menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.27.
Tabel 2.27. Luas Panen dan Produksi Padi Tahun 2011
Rata-rata
Luas Panen Produksi
No. Kecamatan Produksi
(ha) (ton)
(ton/ha)
1 Kamang Baru 3,041.00 4,77 14,499.00
2 Tanjung Gadang 3,003.00 4,74 14,228.00
3 Sijunjung 3,496.00 4,95 17,318.00
4 Lubuak Tarok 1,384.00 4,73 6,548.00
5 IV Nagari 1,371.00 4,88 6,686.00
6 Kupitan 1,662.00 4,76 7,914.00
7 Koto VII 2,297.00 5,02 11,531.00
8 Sumpur Kudus 2,512.00 5,07 12,746.00
JUM LAH 18,766.00 4.87 91,470.00
Sumber : BP S Kabupaten Sijunjung T ahun 2011

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 44
b. Perkebunan

Selain pertanian tanaman pangan, masyarakat juga banyak mengembangkan


tanaman perkebunan seperti karet, kopi, kelapa, kulit manis, gambir, pinang, nilam,
kakao, kemiri dan kelapa sawit. Namun, komoditi perkebunan yang banyak digemari
masyarakat adalah karet.
Disamping itu banyak perusahaan dan masyarakat juga mengembangkan
kelapa sawit dengan total luasan mencapai 6.849 ha.

c. Peternakan

Salah satu kegiatan ekonomi masyarakat Kabupaten Sijunjung yang cukup


penting adalah peternakan. Kegiatan peternakan ini tentunya membutuhkan sumber
pakan dan lahan untuk penggembalaan ternak, khususnya untuk jenis sapi, kerbau,
kuda, kambing/domba. Tabel 2.28 memperlihatkan jumlah ternak yang dimiliki di
Kabupaten Sijunjung.

Tabel 2.28. Jumlah Ternak Menurut Jenis Ternak Tahun 2011


Kambing/
No Kecamatan Sapi Kerbau Kuda
Domba

1 Kamang Baru 1,956 2,405 - 2,229


2 Tanjung Gadang 1,130 2,108 - 3,001
3 Sijunjung 2,858 4,061 - 4,325
4 Lubuak Tarok 1,634 1,724 - 1,789
5 IV Nagari 1,381 1,208 - 713
6 Kupitan 986 758 - 995
7 Koto VII 3,467 3,027 - 4,542
8 Sumpur Kudus 2,203 2,356 - 2,759

JUMLAH 15,615 17,647 - 20,353


Sumber : BP S Kabupaten Sijunjung T ahun 2011

d. Pertambangan dan Energi

Kabupaten Sijunjung memiliki berbagai potensi pertambangan. Potensi


pertambangan terbagi atas bahan tambang golongan A yaitu batubara yang tersebar
di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Tanjung Gadang. Bahan tambang
golongan B, emas tersebar di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Tanjung
Gadang, Lubuk Tarok dan Sumpur Kudus dan bahan tambang golongan C seperti
marmer, dolomite, oker, granit, kaolin dan sirtukil tersebar di seluruh kecamatan.
Tabel 2.29. merangkum perusahaan tambang yang ada di Kabupaten Sijunjung.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 45
Tabel 2.29. Perusahaan Tambang yang Ada di Kabupaten Sijunjung
Produksi
No Nama Perusahaan Jenis Bahan Lokasi Luas (Ha)
(Ton/Tahun)

1 PT. BA UPO Batubara Kupitan 1,000.00 -


2 PT. A.I.C Batubara Bukit Bual 747.10 -
3 PT. Karbindo Abesyapradhi Batubara Batang Sukam 357.73 57,419.59
4 PT. Trisigma Batubara Sijunjung 900.00 -
5 KUD Kunangan Batubara Kunangan 107.27 -
6 PT. Karya Hasil Utama Batubara Kabun 300.00 -
7 CV. Dian Purnama Batubara Sisawah 100.00 -
8 PT. Thomas Jaya Batubara Koto Baru 1,925.27 -

JUM LAH 5,437.37 57,419.59

Sumber : BP S Kabupaten Sijunjung T ahun 2011

e. Industri

Sektor yang terdapat di Kabupaten Sijunjung meliputi industri hasil pertanian


dan kehutanan, industri logam, mesin dan kimia, industri aneka. Dari ketiga sub
sektor industri tersebut industri hasil pertanian dan kehutanan merupakan cabang
sektor industri yang mendukung perkembangan pembangunan dan banyak
menyerap tenaga kerja di Kabupaten Sijunjung. Produksi sektor industri pertanian
dan kehutanan tertinggi Tahun 2008 berada di Kecamatan Sijunjung sebesar
Rp. 7.610.571.000,- yang menyerap tenaga kerja sebesar 245 orang. Produksi
terendah berada di Kecamatan Lubuk Tarok sebesar Rp. 367.839.000,- dengan
tenaga kerja 23 orang. Tabel 2.30. menunjukan banyaknya unit usaha, tenaga kerja,
investasi dan produksi industri berijin menurut cabang di Kabupaten Sijunjung.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 46
Tabel 2.30. Banyaknya Unit Usaha, Tenaga Kerja, Investasi dan Produksi Industri di
Kabupaten Sijunjung tahun 2011
Kecamatan/ Uni t Tenaga Investasi Produksi Bahan Baku
No.
Cabang Industri Usaha Kerja (Rp) (Rp) (Rp)
1 Kamang Baru
a. Industri Hasil P ertanian dan Kehutanan 19 122 227,785 4,417,264 1,501,686
b. Industri Logam, Mesin dan Kimia 4 15 100,447 829,074 349,518
c. Industri Aneka 6 22 49,422 367,529 242,411
2 T anjung Gadang
a. Industri Hasil P ertanian dan Kehutanan 15 100 303,700 3,081,850 918,101
b. Industri Logam, Mesin dan Kimia 4 14 54,000 680,984 364,400
c. Industri Aneka 3 18 23,150 38,100 22,415
3 Sijunjung
a. Industri Hasil P ertanian dan Kehutanan 48 245 895,047 7,610,571 3,727,461
b. Industri Logam, Mesin dan Kimia 18 100 263,900 2,501,733 1,115,280
c. Industri Aneka 25 99 102,735 3,479,431 1,811,933
4 Lubuk T arok
a. Industri Hasil P ertanian dan Kehutanan 4 17 55,250 367,839 113,096
b. Industri Logam, Mesin dan Kimia 1 9 17,000 514,123 245,500
c. Industri Aneka 2 21 85,575 36,000 18,000
5 IV Nagari
a. Industri Hasil P ertanian dan Kehutanan 5 29 56,000 1,395,044 769,292
b. Industri Logam, Mesin dan Kimia 2 11 12,750 410,750 172,396
c. Industri Aneka 1 8 10,000 200,966 86,192
6 Kupitan
a. Industri Hasil P ertanian dan Kehutanan 4 25 51,000 1,646,790 653,398
b. Industri Logam, Mesin dan Kimia 4 13 58,250 1,246,799 693,397
c. Industri Aneka 12 58 91,750 225,070 106,943
7 Koto VII
a. Industri Hasil P ertanian dan Kehutanan 26 168 351,005 5,935,330 1,825,202
b. Industri Logam, Mesin dan Kimia 20 81 246,880 2,641,100 966,710
c. Industri Aneka 21 132 111,190 2,036,472 1,453,686
8 Sumpur Kudus
a. Industri Hasil P ertanian dan Kehutanan 7 45 80,645 1,823,225 1,102,880
b. Industri Logam, Mesin dan Kimia 7 34 79,900 578,859 1,077,710
c. Industri Aneka 1 3 4,950 10,800 8,040
JUM L A H 259 1,389 3,332,331 42,075,703 19,345,647
Sumber : BP S Kabupaten Sijunjung T ahun 2011

2.4. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Sampai saat ini telah ada ijin-ijin atau kegiatan pengelolaan hutan di dalam
wilayah kelola KPHL Model Sijunjung diantaranya :

2.4.1. Ijin – ijin Pemanfaatan Kawasan Hutan

1. Keputusan Bupati Sijunjung Nomor : 522/01.a/Dishut-2012 tentang Ijin


Pemungutan Hasil Hutan Bukan Kayu Berupa getah pinus . Nama pemegang ijin
Kelompok Tani Sungai Tuo dengan lokasi di Nagari Tamparungo Kecamatan
Sumpur Kudus seluas ± 43 Ha dan Nagari Batu Manjulur Kecamatan Kupitan
seluas ± 56 Ha. Jumlah produksi 50 ton/tahun, ijin berlaku sejak tanggal
2 Januari 2012 s/d 1 Januari 2013.
2. Pemanfaatan jasa lingkungan berupa pembangunan SPAM Batang Karimo
sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. S 537/Menhut-
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung
Tahun 2014 - 2023 Page 47
VII/2011 tanggal 11 Oktober 2012 tentang persetujuan kerjasama untuk
pembangunan intake dan jalur transmisi SPAM Batang Karimo seluas ± 0.42 Ha
an. Bupati Sijunjung. Perjanjian kerjasama dapat dilakukan dengan Kepala Dinas
Kehutanan Propinsi Sumatera Barat atau dengan Kepala KPHL Model Sijunjung.
3. IUPHHK-HA PT. Multi Karya Lisun Prima dengan luas ± 28.885 Ha di Hutan
Produksi Terbatas dan Hutan Produksi Konversi sesuai dengan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK.347/Menhut-II/2011 tanggal 30 Juni 2011.
4. Pelaksanaan Kegiatan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) sesuai dengan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor : SK. 356/Menhut-II/2009 tanggal 18 Juni 2009
tentang pencadangan areal pembangunan Hutan Tanaman Rakyat seluas
± 2.550 Ha di Kabupaten Sijunjung, Propinsi Sumatera Barat.
5. Pemanfaatan jasa lingkungan berupa pembangunan bak penampungan air
berdasarkan surat Menteri Kehutanan Nomor : S.109/Menhut-VII/2012 tanggal
22 Februari 2012 perihal Persetujuan Kerjasama untuk Pembangunan Bak
Penampungan Air seluas 0.042 Ha di Kabupaten Sijunjung, Propinsi Sumatera
Barat.
6. Survey potensi ekowisata yang dilakukan pada tahun 2010 yang berlokasi di
pada kawasan ekowisata Muaro Sijunjung, Silokek dan Kenagarian Durian
Gadang yang berada pada kawasan hutan produksi dan Hutan lindung.
7. Survey potensi walet yang berada pada wilayah UPTD KPHL Model Sijunjung
sekitar 70 goa yang diketahui berpotensi sebagai sarang burung walet.

2.4.2. Ijin Penggunaan Kawasan Hutan


1. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.698/Menhut-II/2011 tanggal
12 Desember 2011 tentang Pelepasan Kawasan Hutan Produksi yang dapat
dikonversi untuk pemukiman transmigrasi Padang Tarok SP 1 di Kecamatan
Kamang Baru Kabupaten Sijunjung dengan luas ± 749.80 Ha.
2. PT. Karya Hasil Utama kegiatan tambang batu bara masih dalam proses pinjam
pakai kawasan hutan ke Kementrian Kehutanan, apabila ijin pinjam pakai disetujui
maka sesuai dengan ketentuan pihak perusahaan harus membayar nilai tegakan
yang disetorkan ke negara melalui rekening Kementerian Kehutanan terhadap
luas yang diberikan ijin, kontribusi berupa Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui
Dinas pertambangan, sedangkan kontribusi melalui KPH belum dapat dipungut
karena belum ada peraturan yang berkaitan dengan kontribusi melalui sektor
kehutanan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 48
2.4.3. Kegiatan Pembangunan Kehutanan yang Telah Dilakukan
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang telah dilaksanakan di Kabupaten
Sijunjung dari tahun 2010 sampai dengan 2012 pada kawasan Hutan Lindung
dengan luas total 1.371 Ha dengan rincian sebagaimana Tabel 2.3.

Tabel 2.31. Pelaksanaan Kegiatan RHL Kabupaten Sijunjung Tahun 2010 - 2012

Lokasi Luas
No Tahun Wilayah Kerja
Kecamatan Nagari (Ha)
1. 2010 Sijunjung Durian Gadang 100 RPH Batang Lisun
Sumpur Kudus Tamparungo 400 RPH Batang Sumpur
2. 2011 Sumpur Kudus Unggan 246 RPH Batang Sumpur
3. 2012 Tanjung Gadang Tanjung Gadang 125 RPH Batang Sukam
Sumpur Kudus Manganti 100 RPH Batang Sumpur
Sumpur Kudus Sumpur Kudus 100 RPH Batang Sumpur
Selatan
Sumpur Kudus Sumpur Kudus 200 RPH Batang Sumpur
Sijunjung Pinang 100 RPH Batang Lisun
JUMLAH 1.371
Sumber: Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung 2012.

2.5. Posisi Areal Kerja dalam Tata Ruang Wilayah dan Pembangungan
Daerah

2.5.1. Aspek Pembangunan Daerah

Dalam pembangnan daerah, peranan KPHL Model Sijunjung cukup besar


dalam mendukung tercapainya target pembangunan baik yang ditetapkan dalam
Rencana Jangka Panjang (RJP) dan Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD)
khususnya dalam pengentasan kemiskinan, pembukaan lapangan kerja dan
pengurangan pengangguran, serta memberikan konstribusi dalam pendapatan
daerah.
Kondisi KPHL Model Sijunjung dalam Indikasi program untuk mewujudkan
pola ruang daerah sebagaimana dimaksud pada Pasal 54 ayat (3) huruf a Peraturan
Daerah Kabupaten Sijunjung Nomor : 5 Tahun 2012 berbunyi indikasi program
utama untuk mewujudkan pengelolaan kawasan lindung di daerah, sedangkan Pasal
66 mengisyaratkan pemanfaatan ruang dalam rangka perwujudan pola ruang untuk
kawasan lindung sebagaimana Pasal 54 ayat (1) huruf a, meliputi :

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 49
1. Rencana perwujudan Hutan Lindung
2. Rencana perwujudan kawasan hutan yang memberikan perlindungan terhadap
kawasan di bawahnya
3. Rencana perwujudan Suaka Alam dan Cagar Budaya,
4. Rencana perwujudan Mitigasi Kawasan Rawan Bencana
Peraturan Daerah Kabupaten Sijunjung Nomor : 5 Tahun 2012 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sijunjung tahun 2011-2031, pasal 67
merupakan penjelasan pasal 66 huruf a, yaitu arahan pemanfaatan ruang dalam
rangka perwujudan pola ruang untuk kawasan lindung antara lain dilakukan dengan :
1. Meningkatkan dan mengembangkan cakupan kawasan program Hutan
Kemasyarakatan (HKm) pada kawasan hutan lindung yang rusak/alih fungsi non
kehutanan,
2. Melakukan reboisasi pada lahan lahan kritis melalui kerjasama dengan berbagai
lembaga peduli hutan,lintas instansi pemerintah dan masayarakat setempat.
3. Langkah-langkah pengelolaan Hutan Lindung yang akan dilaksanakan adalah:
a. Penguatan menajemen KPH dan pemantapan blok lindung pada kawasan
hutan untuk mendukung kawasan konservasi diatasnya.
b. Penegakan hukum bagi kegiatan illegal logging dengan penanganan
(represif, persuasif, dan preventif ) secara kontinyu.
c. Kegiatan rehabilitasi dan redeliniasi tata batas kawasan hutan.
d. Inventarisasi kawasan hutan yang rusak untuk mencegah perambahan yang
ada di blok lindung/dalam kawasan hutan untuk mendapatkan ijin HKm, Ijin
Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Hutan Alam (IUPHHK-HA), dan Ijin Usaha
pengelolaan Hutan Tanaman Rakyat ( IUPHHK-HTR) pada areal yang sudah
direncanakan.
Pada penjelasan Peraturan Daerah Kabupaten Sijunjung Nomor : 5 Tahun
2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sijunjung, pasal 67 huruf c
angka 1 yang dimaksud dengan Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung adalah
sebuah lembaga yang akan didirikan tahun 2011 di Kabupaten Sijunjung yang
merupakan perangkat pemerintah yang langsung akan menangani masalah
pemanfaatan dan penjagaan potensi hutan yang terdapat di Kabupaten Sijunjung
dan berada pada naungan Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung.
Keberadaan KPHL Model Sijunjung diharapkan dapat memberikan solusi
pengelolaan kawasan hutan tingkat tapak di Kabupaten Sijunjung tentunya dengan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 50
dukungan dari semua pihak terkait. Bentuk dukungan yang diharapkan dapat berupa
bentuk kerjasama dalam pengelolaan kawasan hutan yang tetap memperhatikan
kelembagaan masyarakat yang ada sebagai bukti keterlibatan masyarakat dalam
pengelolaan pada tingkat tapak. Dengan pengelolaan yang baik, diharapkan dapat
menjadi sumber pendapatan darerah Kabupaten Sijunjung yang nantinya secara
langsung dapat membantu peningkatan perekonomian masyarakat sekitar kawasan
hutan dengan pengelolaan hutan yang lestari.

2.5.2. Posisi Kelembagaan KPH dalam Organisasi Pemerintah

Dalam kaitannya dengan posisi dan kaitannya dengan pembangunan daerah,


posisi kelembagaan KPH juga mempengaruhi terhadap akses dan kemandirian KPH
dalam pengelolaan hutan yang dikelola. Kelembagaan KPHL Model Sijunjung saat
ini ditetapkan melalui Peraturan Bupati Nomor : 18 tahun 2011 dalam bentuk Unit
Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dari Dinas Kehutanan Kondisi ini membutuhkan
percermatan khusus dalam tata hubungan kerja antara UPTD KPHL Model
Sijunjung, Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung dengan unit kerja lainnya baik
kehutanan maupun non kehutanan yang terkait, lihat Gambar 2.15.

Gambar 2.15. Posisi KPH dalam Penyelenggaraan Pengurusan Kehutanan dan Kaitan
dengan Dinas Kehutanan Kabupaten dan Propinsi

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 51
Prinsip pokok dalam tata hubungan kerja ini akan menempatkan KPHL Model
Sijunjung sebagai fungsi manajemen unit pengelolaan hutan dan fungsi koordinasi,
sinkronisasi dan integrasi yang dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten
Sijunjung. Sejalan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 61 tahun 2010
tentang kelembagaan KPH, maka kelembagaan KPH ini perlu disempurnakan dan
dimantapkan, baik dalam tugas, fungsi dan kedudukannya dalam organisasi di
Kabupaten Sijunjung.

2.5.3. Organisasi KPHL Model Sijunjung

Organisasi Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Model Sijunjung


saat ini masih setingkat Esalon IV, yakni UPTD KPHL Model Sijunjung dibawah
Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung yang dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati
Nomor : 18 Tahun 2011.
Organisasi KPHL dan KPHP sebagaimana yang diatur dalam Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor : 61 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
KPHL dan KPHP adalah dalam bentuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang
berdiri sendiri baik itu tipe A ataupun Tipe B. Oleh karena itu, UPTD KPHL Model
Sijunjung kedepan ditingkatkan menjadi SKPD tersendiri tidak dalam bentuk UPTD
sebagaimana Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2010 dimaksud.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 3 Tahun 2008 menjelaskan
bahwa Menteri Kehutanan menetapkan organisasi KPH, yang mempunyai bentuk:
1. Sebuah organisasi pengelolan hutan yang :
a. Mampu menyelenggarakan pengelolaan yang dapat menghasilkan ekonomi dan
pemanfaatan hutan dalam keseimbangan dengan fungsi konservasi,
perlindungan dan sosial dari hutan;
b. Mampu mengembangkan investasi dan menggerakkan lapangan kerja;
c. Mempunyai kompetensi menyusun perencanaan dan monitoring/evaluasi
berbasis spasial; mempunyai kompetensi untuk melindungi kepentingan hutan
(termasuk kepentingan publik dari hutan);
d. Mampu menjawab jangkauan dampak pengelolaan hutan yang bersifat lokal,
nasional dan sekaligus global (misal; peran hutan dalam mitigasi perubahan
iklim global/climate change); dan
e. Berbasis pada profesionalisme kehutanan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 52
2. Organisasi yang merupakan cerminan integrasi (kolaborasi/sinergi) dari pusat,
propinsi dan kabupaten/kota.
3. Pembentukan organisasi KPH tetap menghormati keberadaan unit-unit (ijin-
ijin) pemanfaatan hutan yang telah ada.
4. Struktur organisasi dan rincian tugas dan fungsinya memberikan jaminan
dapat memfasilitasi terselenggaranya pengelolaan hutan secara lestari.
5. Organisasi yang mempunyai kelenturan (fleksibel) untuk menyesuaikan
dengan kondisi/tipologi setempat serta perubahan lingkungan strategis yang
berpengaruh terhadap pengelolaan hutan. Dalam memberikan pertimbangan
teknis dan mengusulkan penetapan organisasi KPH, khususnya yang
berkaitan dengan sumberdaya manusia, Pemerintah Propinsi harus
memperhatikan antara lain syarat kompetansi kerja yang diterbitkan oleh
lembaga sertifikasi profesi di bidang kehutanan atau pengakuan oleh menteri.
6. Dalam memberikan pertimbangan teknis dan mengusulkan penetapan
organisasi KPH, khususnya yang berkaitan dengan sumberdaya manusia,
Pemerintah Kabupaten/Kota harus memperhatikan antara lain, syarat
kompetensi kerja yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi profesi di bidang
kehutanan atau pengakuan oleh menteri.

Menurut pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 jo. Peraturan


Pemerintah Nomor : 3 Tahun 2008, tugas dan fungsi organisasi KPH adalah :
1. Menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi: tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan; pemanfaatan hutan; penggunaan kawasan hutan;
rehabilitasi hutan dan reklamasi; dan perlindungan hutan dan konservasi alam
2. Menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, propinsi dan kabupaten/kota bidang
kehutanan dan diimplementasikan.
3. Melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan serta pengendalian.
4. Melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan
pengelolaan hutan di wilayahnya.
5. Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan
hutan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 53
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 3 Tahun 2008 menjelaskan
bahwa tugas dari Kepala KPH adalah menyusun perencanaan pengelolaan hutan.
Penyusunan rencana pengelolaan hutan dilakukan dengan mengacu pada rencana
kehutanan nasional, propinsi, maupun kabupaten/kota, dan memperhatikan aspirasi,
nilai budaya masyarakat setempat.

2.5.4. Menajemen Sumberdaya Manusia Oganisasi KPHL Model Sijunjung

Untuk mewujudkan pengelolaan KPHL Model yang baik sesuai dengan tugas
dan fungsi KPH dalm Peraturan Pemerintah Nomor : 3 Tahun 2008, maka diperlukan
sumberdaya manusia yang terampil, kreatif, profesional dan berpengalaman. Oleh
sebab itu, individu yang akan duduk pada tingkat atau jenjang organisasi KPHL
Model perlu memenuhi persyaratan–persyaratan formal untuk struktur organisasi
KPHL, antara lain ;

2.6. Isu Strategis, Kendala, Permasalahan

2.6.1. Isu Strategis


Ada beberapa ancaman dalam pengelolaan hutan dan pengelolaan KPHL
Model Sijunjung ini, diantaranya adalah:
1. Pencurian dan perdagangan hasil hutan ilegal. Masih ditemui beberapa kasus
pencurian dan perdagangan hasil hutan secara ilegal dari dalam kawasan KPHL
Model Sijunjung.
2. Penduduk di dalam dan di sekitar hutan yang masih miskin. Sebagian besar
rumah tangga ini menggantungkan hidupnya pada hasil hutan.
3. Konflik horizontal dan vertikal dalam pengelolaan KPHL.
4. Perluasan perkebunan yang tidak terkoordinasi. Banyak masyarakat memperluas
perkebunan di dalam kawasan hutan produksi. Hal ini terjadi karena adanya
konflik tenurial antara klaim tanah ulayat dan hutan negara.
5. Lemahnya koordinasi antar instansi pemerintah dalam pembangunan kehutanan.
Lemahnya koordinasi ini terlihat dari kegiatan dinas instansi terkait yang tidak
sinkron dengan kebijakan kehutanan. Ada beberapa kegiatan untuk mendorong
perluasan lahan perkebunan dan pertanian lainnya yang sudah masuk dalam
kawasan hutan.
6. Pemahaman terhadap KPH yang belum sama antara staf dan pimpinan di Dinas
Kehutanan dan dinas instansi lainnya yang terkait.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 54
7. KPH belum dikenal masyarakat luas
8. Lahan kritis dan sangat kritis yang cukup luas dalam kawasan
Sungguhpun demikian, ada peluang besar bagi tumbuh dan berkembangnya
KPHL Model Sijunjung, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Komitmen dan dukungan Pemerintah Daerah dan Kementerian Kehutanan untuk
mewujudkan pengelolaan hutan berbasis KPH;
2. Minat investasi dan pemanfaatan jasa lingkungan hutan;
3. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kayu bakar dan kayu bangunan;
4. Adat dan budaya masyarakat yang dapat mendukung pengelolaan hutan dalam
kawasan KPHL;
5. Perdagangan karbon; dan
6. Usaha perkebunan yang sudah dikelola masyarakat

2.6.2. Kendala

1. Jumlah dan kualitas SDM pengelola KPHL Model Sijunjung yang masih sangat
rendah
2. Organisasi KPHL yang masih berbentuk UPTD dibawah Dinas Kehutanan

2.6.3. Permasalahan

1. Belum tersedia sumber pembiayaan yang jelas.


2. Belum tegas batasan kewenangan antara KPH dengan lembaga instansi lain.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 55
BAB. III VISI, MISI DAN TUJUAN

3.1. Visi KPHL Model Sijunjung

Sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh KPHL Model Sijunjung, visi dan
misi pembangunan Kabupaten Sijunjung, maka visi pengelolaan hutan oleh KPHL
Model Sijunjung adalah:

“Terwujudnya KPHL Model Mandiri di Kabupaten Sijunjung”

Dalam visi ini, yang dimaksudkan dengan mandiri terdiri atas dua hal.
Pertama adalah mandiri secara finansial, yaitu kemampuan KPHL Model Sijunjung
menghasilkan penerimaan yang mana penerimaan tersebut sama dengan atau lebih
besar dari biaya yang diperlukan untuk melaksanakan semua kegiatan KPHL Model
Sijunjung. Kemandirian ini ingin dicapai pada tahun 2020, dan setelah itu, KPHL
Model Sijunjung akan memberikan kontribusi positif bagi penerimaan Pemerintah
Kabupaten Sijunjung. Upaya untuk mendapatkan penerimaan tersebut dilakukan
dengan cara-cara yang tidak melanggar ketentuan pengelolaan hutan yang lestari
dan dengan melibatkan masyarakat di sekitar kawasan hutan. Kedua adalah mandiri
secara sumberdaya manusia (SDM), yakni SDM KPHL Model Sijunjung yang secara
manajerial dan teknis mampu melakukan pengelolaan hutan yang efisien dan efektif.

3.2. Misi dan Tujuan KPHL Model Sijunjung

Untuk mencapai visi diatas, maka misi KPHL Model Sijunjung adalah:

1. Membangun kelembagaan pengelolaan hutan pada tingkat tapak yang serasi


antara hukum negara dan hukum adat masyarakat kabupaten Sijunjung. Tujuan
yang ingin dicapai dari misi ini adalah terbentuknya kelembagaan KPHL Model
Sijunjung yang mandiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan melibatkan
masyarakat secara aktif.
2. Mengembangkan dan memelihara kelestarian hutan melalui pengelolaan terpadu
yang memperhitungkan aspek biofisik, sosial budaya, ekonomi dan dinamika
politik masyarakat. Ada dua tujuan yang ingin dicapai dari misi kedua ini. Pertama,
menjaga kelestarian hutan lindung dalam kawasan KPHL Model Sijunjung sesuai
dengan fungsi. Kedua adalah konflik tenurial kehutanan di kawasan KPHL Model
Sijunjung berkurang.
3. Memberdayakan masyarakat di sekitar dan kawasan hutan dalam mengelola
hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tujuan yang hendak
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung
Tahun 2014 - 2023 Page 56
dicapai adalah masyarakat terlibat aktif dalam mengelola hutan dengan
memanfaatkan kearifan lokal, sehingga kesempatan kerja dan pendapatan
masyarakat meningkat.
4. Membuka peluang dan mendorong investasi kehutanan dan pemanfaatan jasa
lingkungan hutan guna meningkatkan penerimaan daerah dengan tetap
melindungi dan memelihara kelestarian hutan sesuai dengan fungsi dan
peruntukannya. Ada dua tujuan yang akan dicapai dari misi ini. Pertama adalah
menciptakan investasi dalam pemanfaatan dan pengembangan jasa lingkungan
berbasis kehutanan. Kedua adalah meningkatkan Penerimaan Asli Daerah (PAD)
dari pemanfaatan jasa lingkungan hutan meningkat.
5. Merehabilitasi hutan yang rusak melalui reboisasi pola penuh maupun
pengkayaan dengan kombinasi tanaman kayu-kayuan dan tanaman
kehidupan/MPTS. Tujuan yang hendak dicapai adalah meningkatkan tutupan
hutan dan menurunkan luasan lahan kritis menurun.
6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM kehutanan dalam perencanaan,
pelembagaan, pelaksanaan dan pengendalian tata kelola kawasan. Ada dua
tujuan dari misi ke-enam ini. Pertama adalah terpenuhinya jumlah dan kualitas
SDM yang diperlukan dalam pengelolaan KPHL Model Sijunjung. Kedua, KPHL
Model Sijunjung terkelola dengan baik.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 57
BAB IV ANALISIS DAN PROYEKSI

4.1. Analisa Data dan Informasi


Data dan informasi yang sudah diuraikan dalam bab-bab terdahulu dianalisis
dalam Bab IV ini dengan menggunakan pendekatan SWOT. Dari analisis ini
ditentukan strategi apa yang akan diambil dalam pengelolaan KHPL Model Sijunjung,
yang selanjutnya dituangkan dalam rencana kegiatan.

4.1.1. Kelembagaan dan Organisasi KPHL Model Sijunjung

KPHL Model Sijunjung secara administratif mendapatkan dukungan yang


cukup kuat dari Pemerintah Kabupaten Sijunjung. Melalui Peraturan Bupati Nomor :
18 Tahun 2011 tentang Pembentukan UPTD Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) Model Sijunjung di bawah Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung. Kemudian
dikeluarkan Keputusan Bupati Sijunjung Nomor : 821.23/55/BKD-2012 untuk
penetapan personilnya. Ini memperlihatkan bahwa Pemerintah Kabupaten Sijunjung
memberikan dukungan penuh bagi terbangunnya kelembagaan KPHL ini kedepan.
Pada tahun 2012 dan 2013, dukungan tersebut dilakukan dalam bentuk bantuan
pengadaan fasilitas, kendaraan dan peralatan kerja KPHL Model Sijunjung. Ini
memperlihatkan bahwa dukungan Pemerintah Kabupaten sangat kuat.

4.1.2. Kondisi hutan

Namun demikian, data-data dari Bab II memperlihatkan bahwa pada


beberapa bagian kondisi hutan dalam kawasan KPHL Model Sijunjung sudah kritis.
Ini merupakan tantangan bagi KPHL untuk mengembalikan kondisi hutan ke kondisi
semula. Sesuai dengan misi dan tujuan pengelolaan KPHL yang ingin mencapai
pengelolaan hutan yang lestari, maka upaya untuk mengembalikan kondisi hutan,
baik melalui rehabilitasi maupun reboisasi hutan rusak akan menjadi kegiatan
penting bagi KPHL Model Sijunjung

4.1.3. Potensi Jasa Lingkungan

KPHL Model Sijunjung juga memiliki potensi jasa lingkungan yang besar.
Sebagaimana diuraikan dalam Bab II, potensi jasa lingkungan tersebut terdiri atas
jasa ekowisata, air bersih, serapan karbon, hydropower, dan keragaman hayati.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 58
Potensi jasa lingkungan ini merupakan cadangan yang dapat dikembangkan menjadi
kegiatan-kegiatan usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang nantinya menjadi
sumber penerimaan bagi KPHL Model Sijunjung.

4.1.4. Adat dan budaya masyarakat

Adat dan budaya masyarakat yang bermukim di dalam dan luar kawasan
hutan merupakan potensi imaterial yang besar. Masyarakat dengan budaya
matrilineal Minangkabau pada satu sisi dapat didayagunakan untuk pengelolaan
hutan yang lestari karena dua alasan. Pertama masyarakat matrilineal hidup dalam
sistem komunal, kaum dan suku, yang mana masing-masing kaum dan suku tersebut
menguasai lahan secara komunal yang pemanfaatannya sesuai dengan
kesepakatan di dalam suku dan kaumnya masing-masing. Dengan demikian,
pemanfaatan lahan yang lestari oleh anak kemenakan di dalam nagari dapat
dilakukan dengan relatif mudah, dibandng dengan pemanfaatan lahan secara
individual. Kedua, nagari sebagai sebuah unit politik, secara informal dipimpin oleh
setiap datuak penghulu masing-masing suku. Dengan demikian, mendorong
partisipasi masyarakat dalam kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan hutan secara
lestari dan perlindungan hutan dapat dilakukan dengan pelibatan datuak penghulu.

Namun disisi lain, penguasaan lahan dengan sistem komunal ini juga bisa
menimbulkan tumpang tindih klaim kepemilikan lahan, terutama antara kawasan
lindungan dengan lahan komunal masyarakat. Kondisi ini, dapat menimbulkan
konflik. Untuk itu, pemetaan kawasan yang tumpang tindih klaim antara masyarakat
adat dengan klaim hutan negara menjadi kegiatan yang mesti dilakukan oleh KPHL
Model Sijunjung

4.1.5. Kegiatan Ekonomi Masyarakat dan Ketergantungan pada Hutan

Masyarakat yang bermukim di dalam dan sekitar kawasan KPHL Model


Sijunjung sebagian besar menggantungkan hidupnya dari sumber daya kehutanan,
baik yang mengambil hasil hutan, baik kayu maupun non kayu, juga masyarakat
yang menggunakan lahan kawasan untuk brcocok tanam. Kondisi ini pada satu sisi
merupakan ancaman bagi kelestarian hutan dalam kawasan KPHL Model Sijunjung,
namun di sisi lain keberadaan masyarakat juga merupakan ujung tombak dalam
pengelolaan hutan di masa depan bila kegiatan mereka dalam kelolaan dan
pengawasan yang baik.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 59
4.1.6. Potensi keragaman hayati kawasan KPHL Model Sijunjung

Sebagaimana diuraikan dalam Bab II, KPHL Model Sijunjung memiliki


keragaman hayati yang tinggi baik flora maupun fauna. Banyak species flora yang
memiliki nilai komersial yang tinggi. Sementara itu, banyak pula fauna yang hidup
dalam kawasan KPHL Model Sijunjung merupakan hewan yang dilindungi karena
sudah langka.

4.2. Proyeksi Kondisi Wilayah


4.2.1. Keserasian Pembangunan KPHL Model Sijunjung dengan Pembangunan
Daerah
Rencana pembangunan Kabupaten Sijunjung tertuang dalam dua dokumen,
yakni RPJMD dan RTRW. Dua dokumen ini menjadi dasar dalam melakukan analisis
dan proyeksi kaitan pembangunan daerah sekaitan dengan pengelolaan hutan. Dari
RPJMD Kabupaten Sijunjung 2010-2015, ditentukan arah pembangunan Kabupaten
Sijunjung sesuai dengan visi “Terwujudnya Nagari Madani yang Berkualitas yang
Sejahtera dan Merata”. Visi tersebut diturunkan dalam misi pembangunan daerah
sebagai berikut:
1. Mewujudkan penataan dan penguatan ekonomi masyarakat
2. Meningkatkan kecerdasan, keterampilan dan kesehatan serta iman dan taqwa
SDM anak nagari
3. Meningkatkan kualitas dan kuantitas infrastruktur serta prasarana dasar nagari
4. Manfaatkan SDA untuk kesejahteraan rakyat dan masyarakat Sijunjung
5. Mengentaskan kemiskinan dan ketertinggalan
6. Mewujudkan pemerintah yang bersih, adil, peduli dan berwibawa
7. Meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
8. Revitalisasi adat dan seni budaya anak nagari

Dari visi dan misi tersebut, terlihat dengan jelas kaitan antara arah
pembangunan daerah dengan arah pembangunan KPHL Model Sijunjung. Dari
delapan misi pembangunan daerah, misi ke 1, 4, 5, 7 dan 8 terkait langsung dengan
pengelolaan hutan melalui KPHL. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kebijakan pembangunan daerah merupakan peluang bagi penguatan peran KPHL
Model Sijunjung dalam pembangunan daerah.

Hal ini juga didukung dengan dokumen RTRW yang sudah membagi dengan
jelas antara kawasan budidaya dan kawasan lindung. Dalam kawasan budidaya,

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 60
diarahkan penggunaan pada pengembangan pusat pelayanan dan pusat
pertumbuhan ekonomi. Akan tetapi, pusat layanan dan pusat pertumbuhan yang
dirancang di dalam RTRW masih tersedia lahan yang luas dan terletak jauh dari
kawasan KPHL Model Sijunjung. Akan tetapi, dalam jangka waktu menengah akan
dibangun infrastruktur jalan dari Nagari Durian Gadang, Padan Tarok menuju
Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau. Jalan ini akan melewati kawasan KPHL
Model Sijunjung. Dari sisi pengelolaan hutan, ketersediaan akses jalan memudahkan
pengelola KPHL Model Sijunjung melakukan monitoring dan pengamanan hutan.
Namun di sisi lain, terbukanya akses jalan akan memudahkan terjadinya illegal
logging dan perambahan hutan. Dengan demikian, pembangunan jalan dapat
menjadi peluang, sekaligus ancaman bagi pengelolaan hutan kedepan.

Selain itu, di Nagari Padang Tarok, rencananya akan dibangun PLTA dan
genangannya sampai nagari Durian Gadang yang berada di dekat Batang Kuantan.
Ini merupakan peluang bagi KPHL Model Sijunjung untuk meningkatkan pendapatan
jasa lingkungan air permukaan yang berada dalam kawasan hutan lindung. Ini
merupakan imbalan dari upaya KPHL Model Sijunjung dalam mempertahankan
tutupan hutan dalam kawasan.

Dengan arah pembangunan daerah yang demikian, Pemerintah Kabupaten


Sijunjung, melalui Bupati, sangat mendukung pembangunan KPHL Model Sijunjung
dengan dikeluarkannya Peraturan Bupati Nomor : 18 Tahun 2011 tentang Organisasi
dan Tata Kerja UPTD KPHL Model Sijunjung. Kemudian ditindaklanjuti dengan
penunjukan personilnya melalui SK Nomor : 821.23/55/BKD-2012 tanggal
29 Agustus 2012. Serta diikuti pula dengan SK pembagian wilayah resort KPHL
Model Sijunjung Nomor : 188/45/498/Kpts-Bpt/2011. Ini menggambarkan bahwa
Pemerintah Kabupaten Sijunjung memberikan dukungan yang kuat bagi
pembangunan KPHL Model Sijunjung.

4.2.2. Kebijakan Pembangunan Kehutanan Nasional

Kebijakan pembangunan kehutanan nasional menempatkan pembangunan


KPH sebagai kebijakan utama pembangunan kehutanan dalam jangka panjang dan
menengah. Sesuai dengan Renstra Kementerian Kehutanan 2010-2014 yang
memiliki visi “Hutan Lestari untuk Kesejahteraan Masyarakat yang Berkeadilan”.
Visi ini memberikan arahan kepada kebijakan kehutanan yang menekankan pada
pengelolaan hutan pada tingkat tapak dengan memberikan akses yang sebesar-

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 61
besarnya kepada masyarakat lokal untuk mengelola dan menikmati manfaat dari
sumber daya hutan. Melalui KPH, visi Kementerian Kehutanan ini dapat diwujudkan.
Selain itu, Kementerian Kehutanan memberikan alokasi anggaran yang cukup
signifikan pada kegiatan pembangunan KPH. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa kebijakan kehutanan yang demikian merupakan peluang yang strategis bagi
pembangunan dan penguatan KPHL Model Sijunjung di masa yang akan datang.

4.2.3. Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat


Dari sisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat, ada tiga hal yang sangat
terkait dengan pembangunan dan pengelolaan KPHL Model Sijunjung. Pertama
adalah perkembangan jumlah penduduk. Jumlah penduduk memiliki kaitan dengan
pengelolaan hutan dalam hal tekanan langsung pada hutan baik untuk kegiatan
sosial maupun ekonomi. Sesuai dengan penjelasan dalam Bab II, bahwa sebagian
besar nagari di Kabupaten Sijunjung berada di dalam dan di sekitar wilayah KPHL
Model Sijunjung, maka perkembangan jumlah penduduk dapat diproyeksikan akan
memberikan tekanan langsung pada hutan, baik tekanan untuk memanfaatkan hasil
hutan maupun pengunaan lahan untuk kegiatan pertanian dan kegiatan lainnya.
Kedua, kegiatan ekonomi masyarakat baik yang terkait langsung dengan kawasan
hutan maupun yang terkait tidak langsung.
Laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Sijunjung adalah 1,91% per tahun
selama sepuluh tahun terakhir (BPS Sijunjung, 2011). Laju pertumbuhan penduduk
ini di atas rata-rata pertumbuhan penduduk Sumatera Barat. Ini mengindikasikan ada
potensi tekanan penduduk dimasa yang akan datang pada kawasan hutan KPHL
Model Sijunjung. Tekanan ini akan semakin besar bila dilihat distribusi penduduk
menurut kecamatan. Dimana tiga kecamatan memiliki laju pertumbuhan penduduk
diatas 2%, yakni Kecamatan Kamang Baru, IV Nagari dan Koto VII. Tiga kecamatan
ini, memiliki luas kawasan hutan yang masuk dalam wilayah KPHL Model Sijunjung.
Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk merupakan ancaman dalam
pengelolaan hutan dalam wilayah KPHL Model Sijunjung.

Kedua, kegiatan ekonomi masyarakat. Sebagian besar masyarakat


Kabupaten Sijunjung menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian,
sebagaimana diuraikan dalam Bab II. Kegiatan ekonomi utama adalah perkebunan
karet, kopi, kakao dan kelapa sawit. Pada satu sisi perkembangan kedua kegiatan
ekonomi ini memberikan tekanan langsung pada hutan, karena sifatnya yang
memerlukan lahan yang luas. Luas lahan perkebunan di Kabupaten Sijunjung terus

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 62
meningkat, terutama kelapa sawit, dan coklat karena adanya program pemerintah
yang mendukung pengembangan dua komoditi ini, selain permintaan pasar yang
cukup baik. Gambaran ini menjelaskan bahwa rendahnya koordinasi antar instansi
pemerintah dalam pembangunan sektor pertanian dan perkebunan.

Akan tetapi disisi lain, perkembangan perkebunan merupakan peluang bagi


pengelolaan lahan dalam kawasan KPHL Model Sijunjung menuju peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Dimana penanaman dan penghijauan lahan kritis dan
potensial kritis dalam kawasan hutan produksi dapat memilih tanaman perkebunan.
Artinya, pengembangan tanaman perkebunan dalam kawasan KPHL Model
Sijunjung dapat menjadi pilihan, tentunya dengan melibatkan masyarakat. Dengan
demikian, perkembangan perkebunan merupakan peluang bagi pengembangan
KPHL Model Sijunjung kedepan.

Ketiga adalah potensi konflik baik horizontal maupun vertikal. Konflik


horizontal mungkin terjadi antara masyarakat dengan pengelola KPHL Model
Sijunjung. Konflik ini timbul apabila terjadi kesalahpahaman masyarakat terkait
dengan pengelolaan hutan oleh KPHL Model Sijunjung, terutama menyangkut status
hak milik atas tanah yang selama ini sudah digarap oleh masyarakat. Pada sebagian
besar hutan produksi dalam kawasan KPHL Model Sijunjung, masyarakat sudah
mengembangkan perkebunan sejak lama. Ketika pengelola KPHL Model Sijunjung
akan mengelola kawasan hutan produksi berpotensi akan menimbulkan
kesalahpahaman masyarakat. Untuk itu, keadaan ini merupakan ancaman bagi
pengeloalaan KHPL Model Sijunjung.

Konflik horizontal juga dapat diproyeksikan terjadi, karena ketidakjelasan


batas lahan antara masyarakat selama ini berpotensi menimbulkan konflik ketika
KPHL Model Sijunjung akan mengembangkan kegiatan pemanfaatan lahan dan jasa
lingkungan hutan. Konflik horizontal juga bisa terjadi antara antara masyarakat di
tingkat nagari dengan pihak luar yang akan memanfaatkan hasil hutan dan
sumberdaya alam lainnya dalam kawasan hutan. Ini merupakan ancaman bagi
pengelolaan KPHL Model Sijunjung. Akan tetapi, jika masyarakat melalui sistem
hukum adatnya dan kearifan lokal dimasukkan atau diakomodasi di dalam
pengelolaan hutan dalam kawasan KPHL Model Sijunjung, maka potensi konflik
dapat dibelokkan menjadi kerjasama dengan masyarakat.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 63
Keempat adalah budaya masyarakat yang berbasis matrilineal Minangkabau
yang menuntut perlunya pengelolaan sumberdaya alam secara lestari. Adat budaya
Minangkabau telah memiliki aturan tentang pemanfaatan dan pengelolaan hutan.
Dalam hal ini, penguasaan tanah dan lahan ada dalam sistem ulayat suku dan kaum.
Selama ini, hak masyarakat adat ini belum mendapatkan pengakuan yang kuat oleh
pemerintah. Akan tetapi, keberadaan mereka yang kuat di tengah masyarakat dapat
menjadi potensi untuk melibatkan mereka secara aktif dalam pengelolaan hutan
dibawah KPHL Model Sijunjung. Ini merupakan peluang bagi KPHL Model Sijunjung.

4.2.4. Perdagangan Karbon


Kesepakatan internasional dalam perdagangan karbon sudah ditindaklanjuti
oleh masyarakat di kawasan KPHL Model Sijunjung dengan membuat kesepakatan
segenap masyarakat yang diwakili oleh pemuka adat untuk memelihara hutan dalam
wilayah nagarinya masing-masing agar dapat ditawarkan dalam perdagangan
karbon. Ini merupakan peluang besar bagi KPHL Model Sijunjung untuk
menindaklanjutinya menjadi perdagangan yang efektif di kemudian hari. Peluang ini
semakin besar saat mana Pusat Standardisasi Lingkungan Kementerian Kehutanan
memfasilitasi Pembuatan Sampel Permanen (PSP) penghitungan karbon hutan di
KPHL Model Sijunjung.

4.3. Analisa Strategi Pengembangan KPHL Model Sijunjung


Untuk analisa lingkungan strategis dan faktor penentu keberhasilan, meliputi
faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal sebagai berikut :

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 64
Tabel 4.1. Analisis SWOT ( Strength, Weaknees, Opportunities and Threat )

KEKUATAN (S): KENDALA / KELEMAHAN (W):


FAKTOR INTERNAL
1. Legalitas formal kelembagaan KPHL Sijunjung dan 1. Jumlah dan kualitas SDM pengelola KPHL Model
kawasan hutan . Sijunjung yang masih sangat rendah
2. Sarana dan prasarana kantor cukup memadai; 2. Belum tersedia sumber pembiayaan yang jelas.
3. Potensi kawasan KPHL Sijunjung dengan 3. Belum tegas batasan kewenangan antara KPH
keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. dengan lembaga instansi lain
4. Organisasi KPHL yang masih berbentuk UPTD
FAKTOR EKSTERNAL
dibawah Dinas Kehutanan
PELUANG (O):
STRATEGI MEMAKAI KEKUATAN UNTUK STRATEGI MENANGGULANGI KENDALA/
1. Komitmen dan dukungan Pemerintah Daerah dan
MEMANFAATKAN PELUANG. KELEMAHAN DENGAN MEMANFAATKAN
Kementerian Kehutanan untuk mewujudkan
1. Mengembangkan kegiatan kehutanan yang didukung PELUANG
pengelolaan hutan berbasis KPH;
oleh pembiayaan dari pemerintah pusat (S1 dan S2 1. Mengelola kegiatan KPHL pada titik yang paling
2. Minat investasi dan pemanfaatan jasa lingkungan
dengan O1) strategis dengan mengelola kegiatan
hutan.
2. Memasarkan potensi investasi bidang kehutanan dan pemanfaatan hasil hutan yang sudah
3. Meningkatnya permintaan masyarakat terhadap kayu
pemanfaatan jasa lingkungan (S3 dengan O2 dan O3) berkembang dan menghasilkan penerimaan
bakar dan kayu bangunan;
3. Mengembangkan kerjasama dengan masyarakat dalam waktu cepat (W1 dan W2; O1 dan O6)
4. Adat dan budaya masyarakat yang dapat mendukung
dalam mengelola lahan dan hasil hutan (S3 dan O4) 2. Memperkuat kelembagaan KPHL Model
pengelolaan hutan dalam kawasan KPHL
4. Membangun network untuk menindaklanjuti Sijunjung menjadi kelembagaan SKPD yang
5. Perdagangan karbon
perdagangan karbon (S3 dengan O5) mandiri (W3 dan W4; O1)
6. Usaha perkebunan yang sudah dikelola masyarakat
TANTANGAN / ANCAMAN (T): STRATEGI MEMAKAI KEKUATAN UNTUK STRATEGI MEMPERKECIL KELEMAHAN DAN
1. Pencurian dan perdagangan hasil hutan ilegal. MENGATASI TANTANGAN/ ANCAMAN MENGATASI TANTANGAN/ ANCAMAN
2. Penduduk di dalam dan disekitar hutan yang masih 1. Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan 1. Mengembang insentif bagi masyarakat untuk
miskin. kawasan KPHL Model Sijunjung (T1,2; S3) merehabilitasi lahan dan hutan (T7;W1)
3. Konflik horizontal dan vertikal dalam pengelolaan 2. Meningkatkan pengawasan hutan (T1; S2)
KPHL 3. Melakukan sosialisasi KPHL Model Sijunjung ke
4. Perluasan perkebunan yang tidak terkoordinasi masyarakat luas (T6,7;S1)
5. Lemahnya koordinasi antar instansi pemerintah
dalam pembangunan kehutanan
6. Pemahaman terhadap KPH yang belum sama antara
staf dan pimpinan di Dinas Kehutanan
7. KPH belum dikenal masyarakat luas
8. Lahan kritis dan sangat kritis yang cukup luas dalam
kawasan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 65
Dengan demikian, strategi KPHL Model Sijunjung yang menjadi landasan dalam
menyusun perencanaan kegiatan ke depannya adalah sebagai berikut:

4.3.1. Strategi Memakai Kekuatan untuk Memanfaatkan Peluang.

1. Mengembangkan kegiatan kehutanan yang didukung oleh pembiayaan dari


Pemerintah Pusat (S1 dan S2 dengan O1)
Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
a. Rehabilitasi dan reboisasi hutan yang rusak
b. Penangkaran hewan dan tumbuhan langka
c. Pengembangan usaha masyarakat dibawah tegakan hutan dengan dukungan
Dinas/instansi terkait

2. Memasarkan potensi investasi bidang kehutanan dan pemanfaatan jasa


lingkungan (S3 dengan O2 dan O3)
Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
a. Inventarisasi dan kajian finansial jasa lingkungan yang memiliki potensi
investasi
b. Mempromosikan potensi investasi dalam kawasan KPHL Model Sijunjung

3. Mengembangkan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola lahan dan


hasil hutan (S3 dan O4)
Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
a. Kajian inventarisasi dan finansial pengembangan usaha dibawah tegakan
hutan untuk kegiatan ekonomi masyarakat
b. Pengembangan usaha HHBK melalui kerjasama KPHL Model Sijunjung dan
Kelompok Tani, dan Nagari

4. Membangun network untuk menindaklanjuti perdagangan karbon (S3 dengan O5)


Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
a. Mengikuti seminar dan even yang terkait dengan REDD+
b. Menjadi anggota dalam jaringan REDD+
c. Meningkatkan kapabilitas SDM KPHL Model Sijunjung dalam melakukan
Monitoring, Reporting and Verification (MRV) dalam kerangka REDD+

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 66
4.3.2. Strategi Menanggulangi Kendala/ Kelemahan dengan Memanfaatkan
Peluang

1. Mengelola kegiatan KPHL pada titik yang paling strategis dengan mengelola
kegiatan pemanfaatan hasil hutan yang sudah berkembang dan menghasilkan
penerimaan dalam waktu cepat (W1 dan W2; O1 dan O6)
Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
a. Pengembangan pengelolaan penyadapan getah pinus
b. Pengelolaan penerimaan terkait pengembangan SPAM Batang Karimo
c. Memfasilitasi dan mendorong investasi swasta pada usaha wood pellet

2. Memperkuat kelembagaan KPHL Model Sijunjung menjadi kelembagaan SKPD


yang mandiri (W3 dan W4; O1)
Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
a. Memasukkan kelembagaan masyarakat sebagai bagian yang integral dalam
kelembagaan KPHL Model Sijunjung yang permanen
b. Memasukkan pembentukan kelembagaan KPHL Model Sijunjung yang
permanen kedalam Prolegda.
c. Penguatan kelembagaan dan pengelolaan KPHL Model Sijunjung

4.3.3. Strategi Memakai Kekuatan untuk Mengatasi Tantangan/ Ancaman

1. Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan kawasan KPHL Model Sijunjung


(T1,2; S3)
Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
- Program pemberdayaan masyarakat

2. Meningkatkan pengawasan hutan (T1; S2)


Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
a. Operasional perlindungan hutan dan pengamanan hutan
b. Penyuluhan kepada masyarakat
c. Pencegahan dan pengendalian kebakaran
d. Perburuan liar dan pencurian hasil hutan
e. Pemantauan hama penyakit hutan
f. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHL Model Sijunjung
yang telah ada ijin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung
Tahun 2014 - 2023 Page 67
g. Penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin
h. Program inventarisasi berkala wilayah kelola serta perencanaan dan penataan
hutan

3. Melakukan sosialisasi KPHL Model Sijunjung ke masyarakat luas (T6,7;S1)


Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
- Sosialisasi KPHL Model Sijunjung

4.3.4. Strategi Memperkecil Kelemahan dan Mengatasi Tantangan/Ancaman

1. Mengembang insentif bagi masyarakat untuk merehabilitasi lahan dan hutan


(T7;W1)
Kegiatan yang dapat dilaksanakan:
- Pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu

Kegiatan-kegiatan yang telah disusun berdasarkan strategi-strategi tersebut,


disusun kembali sesuai dengan urutan yang tercantum dalam Petunjuk Teknis
Penyusunan Rencana Pengelolaan KPHL. Kegiatan tersebut dijelaskan lebih detail
pada Bab V.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 68
BAB V RENCANA KEGIATAN

5.1. Rencana Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Perencanaan dan


Penataan Hutan

5.1.1. Inventarisasi
Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk
mengetahui keadaan dan potensi sumberdaya hutan serta lingkungannya,
merupakan upaya untuk mendukung perhitungan aset potensi hutan pada kawasan
hutan yang dilakukan setiap tahun atau secara periodik (berkala).

Inventarisasi hutan diarahkan untuk mendapatkan data dan informasi yang


berkenaan dengan potensi sumberdaya hutan antara lain:

1. status, penggunaan, dan penutupan lahan;


2. Jenis tanah, kelerengan lapangan/topografi;
3. Iklim;
4. Hidrologi/tata air, bentang alam dan gejala-gejala alam;
5. Kondisi sumberdaya manusia dan demografi;
6. Jenis, potensi dan sebaran flora;
7. Jenis, populasi dan habitat fauna;
8. Kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat;
9. Potensi tegakan hutan alam maupun hutan tanaman;
10. Potensi tumbuhan tanaman obat;
11. Potensi jasa lingkungan;
12. Potensi ekowisata;
13. Potensi lebah madu;
14. Potensi sarang wallet;
15. Potensi gaharu; dan
16. Potensi lainnya
Kegiatan pembagian blok dan petak adalah kegiatan membagi-bagi wilayah
KPHL menjadi unit-unit pengelolaan dengan maksud untuk meningkatkan efektifitas
dan efisiensi pengelolaan. Pembagian blok dilaksanakan dengan memperhatikan :

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 69
1. Karakteristik biofisik lapangan;
2. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar;
3. Potensi sumberdaya alam; dan
4. Keberadaan hak-hak atau ijin usaha pemanfaatan hutan dan penggunaan
kawasan hutan.
Inventarisasi dilakukan secara bertahap. Setiap tahunnya mulai tahun 2014,
akan dilakukan inventarisasi. Sehingga pada akhir tahun 2023, semua wilayah dalam
kawasan KPHL Model Sijunjung sudah terinventarisasi dengan baik. Diharapkan
pembiayaan pelaksanaan kegiatan ini mendapatkan dukungan dari Kementerian
Kehutanan. KPHL Model Sijunjung diprediksikan akan mampu membiayai sendiri
kegiatan ini pada tahun 2021.

5.1.2. Tata batas

Seiring dengan inventarisasi, KPHL Model Sijunjung juga melakukan


pengukuran tata batas. Masalah tata batas fungsi kawasan hutan menjadi sangat
penting ketika intensitas penggunaan kawasan hutan sudah tinggi. Terlebih dengan
adanya desakan/tekanan masyarakat akan lahan terus semakin tinggi, kepastian
hukum tentang lahan menjadi sangat penting. Sumber daya hutan dan ekosistemnya
yang bersifat dinamik, dan pengelolaan hutan juga berkembang sesuai dengan
perkembangan hukum dan paradigma pembangunan kehutanan, maka landasan
hukum dan atau penentuan tata batas dengan seharusnya menjadi dasar kegiatan
pengelolaan.

Tata batas kawasan yang menyangkut posisi pal batas harus disepakati
bersama oleh semua pihak yang terlibat, termasuk masyarakat sekitar, sedang
sebagai landasan dasar posisi tata batas didasarkan pada Peraturan Pemerintah
yang berwenang, serta disosialisasikan ke semua pihak yang terlibat tersebut untuk
menghindari konflik. Surat Keputusan Kepala Daerah maupun Surat Keputuan
Menteri merupakan acuan yang dapat dipatuhi bersama sebagai instrumen
pemerintah dalam pengelolaan dan manajemen fungsi kawasan. Rekonstruksi batas
kawasan dapat dilakukan setiap waktu tertentu, misalnya 5 (lima)/10 (sepuluh) tahun
sekali untuk melakukan perluasan batas kawasan sesuai dengan proses
berlangsungnya kejadian alam yang dapat membahayakan masyarakat sekitar.
Untuk memastikan posisi tata batas digunakan instrumen yang dapat
dipertanggungjawabkan dan disepati bersama oleh semua pihak yang berkompeten,

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 70
misalnya menggunakan alat Global Positioning System (GPS) dengan akurasi yang
tinggi.

Tata batas kawasan tersebut sedapat mungkin dapat terlihat jelas di lapangan
dan mudah diakses dan diidentifikasi apabila digunakan sebagai acuan pengukuran
petak ataupun observasi batas kepemilikan. Rekonstruksi batas kawasan
pengusahaan hutan yang dilaksanakan dengan GPS dan harus dilengkapi dengan
pengecekan di lapangan. Batas alam yang mudah dikenali seperti sungai, lembah,
gunung, dan vegetasi dan tanda-tanda fisik buatan manusia seperti jalan, trail, pagar,
dan batas tata guna lahan dipergunakan sebagai acuan batas dengan pertimbangan
tanda-tanda fisik tersebut dapat dengan mudah diidentifikasi termasuk jika harus
dipasang pal batas. Namun demikian, jalur dan pal batas memerlukan pemeliharaan
dan pengamanan secara teratur oleh petugas lapangan.

Sasaran tata batas luar yang akan dilakukan pada KPHL Model Sijunjung
mengacu pada peta lampiran SK Menteri Kehutanan RI Nomor : 304/Menhut-II/2011
tanggal 9 Juni 2011 tentang Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan
Kawasan Hutan, Perubahan Fungsi Kawasan Hutan dan Penunjukan Bukan
Kawasan Hutan Menjadi Kawasan Hutan di Propinsi Sumatera Barat.

Rekonstruksi batas dilaksanakan pada seluruh kawasan hutan terutama pada


kawasan pal batas luar yang berdampingan dengan lahan masyarakat dan tata batas
luar pada batas-batas yang rusak dan hilang.

Pada wilayah KPHL Model Sijunjung dilaksanakan dalam rangka memperoleh


kepastian batas blok dan petak. Tahapan-tahapan pelaksanaan tata batas tersebut
meliputi:

1. Persiapan penataan batas berdasarkan hasil pembagian blok dan petak;


2. Penyiapan trayek-trayek batas;
3. Pelaksanaan penataan batas berdasarkan trayek batas;
4. Penyajian peta hasil tata hutan
Kegiatan penataan batas ini dilakukan mulai tahun 2014, dan akan dilakukan
setiap tahunnnya pada semua wilayah KPHL Model Sijunjung. Diharapkan pada
akhir tahun 2019, tata batas hutan kawasan KPHL Model Sijunjung sudah jelas dan
diakui oleh semua stakeholders. Sebagaimana inventarisasi, penataan batas ini juga
diharapkan pembiayaannya dari Kementerian Kehutanan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 71
Gambar 5.1. Blok dan Petak KPHL Model Sijunjung

5.1.3. Pemetaan

Pemetaan hutan pada lokasi KPHL Model Sijunjung masih belum lengkap,
tahapan pemetaan hutan, potensi dan sebaran tanaman masayarakat, potensi dan
sebaran tanaman hasil rehabilitasi, peta penutupan lahan dan peta tematik lainnya
perlu dilakukan untuk memberikan informasi pembangunan kehutanan secara
lengkap dan merupakan pendukung untuk perencanaan pembangunan pengelolaan
hutan.

Kegiatan pemetaan dalam kawasan KPHL Model Sijunjung dilakukan mulai


tahun 2014 dan kemudian setiap tahunnya terus dilakukan.

5.1.4. Tata Hutan

Tata hutan dilaksanakan untuk memastikan pemanfaatan dan penggunaan


sumberdaya hutan secara terencana berdasarkan informasi sumberdaya hutan,
ekonomi, sosial budaya dan lingkungan dalam rangka pengelolaan hutan yang lebih
intensif, untuk memperoleh manfaat yang lebih optimal dan lestari, meliputi
pembagian kawasan hutan dalam blok-blok berdasarkan ekosistem, tipe, fungsi dan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 72
rencana pemanfaatan, blok-blok dibagi ada petak petak berdasarkan intensitas dan
efesiensi pengelolaan.

Hasil kegiatan tata hutan berupa penataan hutan yang disusun dalam bentuk
buku dan peta penataan KPHL Model Sijunjung. Pelaksanaan program Inventarisasi,
perencanaan dan penataan hutan dalam periode perencanaan selama 10 tahun
(2014 – 2023) disajikan pada Tabel 5.1. Lokasi pelaksanaan digambarkan dalam
Gambar 5.2.

Tabel 5.1. Pelaksanaan Inventarisasi Perencanaan dan Penataan Hutan

No. Uraian Kegiatan Target Anggaran


1. Penataan batas, pengukuhan, dan penatagunaan 6 rph Pm
2 Inventarisasi :
- Inventarisasi citra 146.000 Pm
- Inventarisasi teristris 146.000 Pm
- Inventarisasi sosial, ekonomi, budaya 62 nag Pm
3. Penataan hutan :
- Pembagian blok dan petak 6 rph Pm
- Tata batas hutan 542 km Pm
- Pemetaan 6 rph Pm
4. Inventarisasi berkala dan operasional :
- Inventarisasi Berkala Lima Tahun 12 x Pm
- Inventarisasi pada blok dan petak operasional Pm Pm
5. Penyusunan risalah hutan 10 x Pm
6. Penyusunan neraca sumberdaya hutan 10 x Pm

Gambar 5.2. Peta Rencana Tata Batas Luar Kawasan Hutan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 73
Kegiataan tata hutan ini juga sudah dimulai sejak tahun 2014 ini, dan akan terus
dilanjutkan setiap tahunnya sampai tahun 2023, sebagaimana terlihat dalam
Tabel 5.2. Diharapkan dengan kegiatan ini, hutan dalam kawasan KPHL Model
Sijunjung sudah tertata sedemikian rupa untuk pengelolaan hutan kemudian hari
menjadi lebih serasi antara tata hutan dalam peta dengan realitas lapangan.

Tabel 5.2. Jadwal Pelaksanaan Inventarisasi Perencanaan dan Penataan Hutan


KPHL Model Sijunjung

TAHUN PELAKSANAAN DAN PERKIRAAN SUMBER PEMBIAYAAN


No Kegiatan
2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023
5.1. Program Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola serta Perencanaan dan Penataan
Hutan
Inventarisasi
Tata batas
Pemetaan
Tata Hutan

5.2. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu


Wilayah tertentu sebagaimana dimaksudkan dalam Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013 adalah wilayah yang belum dibebenai ijin.
Dengan demikian, sebagaimana terlihat dalam Tabel 5.3., luas wilayah tertentu
KPHL Model Sijunjung 89.580 ha yang tersebar pada semua RPH, sebagaimana
terlihat dalam Gambar 5.3. Mempedomani Peraturan Menteri Kehutanan Nomor:
P.47/Menhut-II/2013 tentang pedoman, kriteria dan standar pemanfatan hutan di
wilayah tertentu pada kesatuan pengelolaan hutan lindung (KPHL) dan kesatuan
pengelolaan hutan produksi (KPHP), maka semua kegiatan pemanfaatan hutan,
pemanfaatan jasa lingkungan dan kegiatan investasi berlokasi dalam wilayah
tertentu tersebut, serta bentuk kegiatan investasinya sesuai dengan Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor: P.47/Menhut-II/2013 tersebut.
Tabel 5.3. Luas Pemanfaatan dan Penggunaan Hutan dan Luas Wilayah Tertentu
dalam KPHL Model Sijunjung

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 74
Gambar 5.3. Peta Wilayah Pemanfaatan dan Penggunaan serta Wilayah Tertentu
KPHL Model Sijunjung

Pemanfaatan wilayah tertentu baik dalam kawasan hutan lindung maupun


dalam kawasan hutan produksi, diluar kawasan yang sudah dibebani ijin,
sepenuhnya dibawah pengelolaan KPHL Model Sijunjung. Prioritas pengembangan
adalah untuk bisnis utama (core-bussines) KPHL Model Sijunjung sesuai dengan
potensi pada setiap blok dan petak yang masuk dalam wilayah tertentu tersebut.
Adapun lokasi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan dalam wilayah tertentu
KPHL Model Sijunjung tersebut terlihat dalam tabel 5.4. Akan tetapi, banyaknya
kegiatan yang sangat potensial dikembangkan dalam wilayah tertentu, maka untuk
10 tahun ke depan dipilih tiga kegiatan sebagai prioritas. Pertama adalah
pengembangan wood pellet. Kegiatan pemanfaatan wilayah tertentu ini dilakukan
mulai tahun 2015, dan akan terus dilakukan sampai tahun 2023.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 75
Tabel 5.4. Lokasi dan Luas Kegiatan yang Akan Dilakukan dalam Wilayah Tertentu
KPHL Model Sijunjung

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 76
5.2.1. Pengembangan Pengelolaan Penyadapan Getah pinus

Penyadapan getah pinus sebenarnya telah dilakukan oleh masyarakat dengan


memberikan bagian penerimaan melalui Dinas Kehutanan. Kegiatan pengembangan
pengelolaan penyadapan getah pinus ini dilakukan dalam dua langkah. Langkah
pertama adalah mengalihkan pengelolaan penyadapan getah pinus dari Dinas
Kehutanan ke KPHL Model Sijunjung. Dengan demikian, penerimaan yang selama
ini disetorkan melalui Dinas Kehutanan, diserahkan ke KPHL Model Sijunjung.
Berikutnya, KPHL Model Sijunjung menilai dan menata kembali sistem dan
mekanisme penyadapan, penjualan dan pembayaran untuk tiga maksud. Maksud
pertama adalah meningkatkan hasil penyadapan getah pinus, merasionalisasi harga
jual getah pinus yang selama ini dinilai terlalu rendah, dan ketiga adalah untuk
menekan kebocoran penerimaan negara dari penyadapan getah pinus di Sijunjung
selama ini.

Selama ini, pelaksanaan pemanfaatan getah pinus ini dilakukan Dinas


Kehutanan dengan Kelompok Tani Sungai Tuo dengan ijin yang dikeluarkan oleh
Bupati Sijunjung dengan Nomor : 522/01/Dishut-2012. Ijin penyadapan getah pinus
tersebut berakhir pada tanggal 1 Januari 2013. Ijin berikutnya akan melewati KPHL
Model Sijunjung, yang diperkirakan dapat dilaksanakan pada akhir tahun 2014.
Kemudian mulai tahun 2015, KPHL Model Sijunjung menilai dan menata kembali
pengelolaan penyadapan Pinus tersebut. Tahun-tahun berikutnya, pengelolaan
penyadapan ini menjadi pekerjaan rutin KPHL Model Sijunjung.

Lokasi penyadapan getah pinus ini berada dalam wilayah tertentu, dengan
nomor petak sebagaimana terlihat dalam Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Lokasi dan Luas Target Kegiatan Pengembangan dan Pengelolaan Getah
Pinus

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 77
5.2.2. Pengelolaan Penerimaan Terkait Pengembangan SPAM Batang Karimo

Pemanfaatan jasa lingkungan hutan kawasan KPHL Model Sijunjung yang


tengah dikembangkan adalah pembangunan SPAM Batang Karimo yang merupakan
pemanfaatan air bersih dalam kawasan HL SPAM Batang Karimo dikelola oleh
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Sijunjung. Sesuai dengan surat persetujuan
Kementrian Kehutanan Nomor : S.537/Menhut-VII/2011, maka pengelola SPAM
Batang Karimo harus melakukan kerjasama dengan KPHL Model Sijunjung. Dalam
hal ini, KPHL Model Sijunjung akan melakukan negosiasi dalam menentukan nilai
penerimaan bagi setiap kubik air yang dimanfaatkan oleh SPAM Batang Karimo
tersebut.

Kegiatan ini akan dilaksanakan daam selama tahun 2014 dan 2016. Setelah itu,
KPHL Model Sijunjung hanya memantau, sebagai kegiatan rutin, pemanfaatan jasa
air tersebut.

5.2.3. Kerjasama Investasi pada Usaha Wood Pellet

Saat ini sedang dijajaki rencana pembangunan Hutan Tanaman sebagai


sumber bahan baku wood pellet sebagai alternatif pengganti batubara (KPH sebagai
“Pemilik Lahan”) dengan investor dari joint venture Singapura-Kanada. Investor
tersebut sudah meninjau lokasi KPHL Model Sijunjung dan sudah berdiskusi dengan
pejabat terkait di Sumatera Barat dan Sijunjung. KPHL Model Sijunjung akan
menindaklanjuti kesepahaman kerjasama ini dengan menentukan alokasi lahan yang
akan dimanfaatkan dan akan ditanami, bekerjasama dengan masyarakat, untuk
memenuhi kebutuhan pabrik wood pellet tersebut. Adapun lokasi dalam kawasan
hutan produksi wilayah KPHL Model Sijunjung yang akan dijadikan lokasi untuk
menghasilkan kayu sebagai bahan baku wood pellet tersebut adalah terlihat dalam
tabel 5.6.

Kegiatan untuk memfasilitasi investasi industri wood pellet ini sudah


dilaksanakan sejak tahun 2013. Diharapkan pada tahun 2015, kegiatan konstruksi
sudah dilaksanakan, dan tahun 2016 industri tersebut sudah beroperasi. Kawasan
yang saat ini dicadangkan untuk sumber bahan baku, pada tahapan berikutnya akan
disediakan sebagai kawasan HTI bagi industri wood pellet tersebut. Pengeloaan HTI
dilakukan secara bersama antara masyarakat, industri wood pellet dan KPHL Model
Sijunjung.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 78
Tabel 5.6. Lokasi dan Luas Pencadangan Lahan untuk Bahan Baku Industri Wood
Pellet di Dalam Kawasan KPHL Model Sijunjung

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 79
Gambar 5.4. Peta RPH Batang Sukam dan Batang Lisun KPHL Model Sijunjung, Lokasi
Bahan Baku Industri Wood Pellet

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 80
5.2.4. Investasi pada Industri Air Kemasan

KPHL Model Sijunjung memiliki potensi yang besar dalam sumber air bersih.
Sementara disisi permintan terhadap air bersih semakin besar seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan akan air bersih yang berkualitas dan juga
rusaknya sumber-sumber air bersih lain. Sehingga air bersih dari hutan alam dalam
wilayah kelola KPHL Model Sijunjung sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam
bentuk air kemasan sebagai salah satu unit bisnis KPHL Model Sijunjung

5.3. Program Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan dalam rangka pemanfaatan sumberdaya hutan secara optimal


dapat dilakukan melalui pengembangan kapasitas maupun pemberian akses
pemanfaatan sumberdaya hutan untuk peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar
hutan. Program pemberdayaan masyarakat dapat memanfaatkan skema-skema
Hutan Desa (HD), Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
dan kemitraan.

Pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat dalam periode perencanaan


selama 10 tahun (2014 – 2023) disajikan dalam Tabel 5.7. berikut:

Tabel 5.7. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat

No. Uraian Kegiatan Target (ha) Anggaran

1. Pengembangan Hutan Desa 3000 Pm

2. Pengembangan Hutan Kemasyarakatan 5000 Pm

3. Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat 2.550 Pm

Adapun lokasi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat tersebut


adalah terlihat dalam tabel. Terlihat bahwa pada semua wilayah RPH dilakukan
pemberdayaan masyarakat dengan total luas mencapai 14.934 ha. Dari Tabel 5.6
terlihat bahwa RPH Batang Palangki memiliki luas wilayah terbesar untuk
pemberdayaan masyarakat. Sementara yang terkecil adalah RPH Batang Lisun.

Kegiatan pemberdayaan masyarakat ini mulai dilaksanakan pada tahun 2015


dan akan terus dilakukan sampai tahun 2023 secara tahunan. Adapun lokasi

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 81
pelaksanaannya terlihat dalam Tabel 5.8. dan lokasinya dalam peta terlihat dalam
gambar 5.5.

Tabel 5.8. Lokasi RPH dan Nomor Petak Pelaksanaan Program Pemberdayaan
Masyarakat

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 82
Gambar 5.5. Peta Lokasi Pemberdayaan Masyarakat dalam KPHL Model Sijunjung

5.4. Pembinaan dan Pemantauan (Controlling) pada Areal KPHL Model


Sijunjung yang Telah Ada Ijin Pemanfaatan Maupun Penggunaan
Kawasan Hutan

Pembinaan dan pemantauan pada areal KPH yang telah ada ijin dilakukan
dengan periode tertentu bisa satu kali sebulan atau satu kali tiga bulan atau satu kali
enam bulan dengan kata lain minimal satu tahun sekali, pembinaan dan pemantauan
merupakan keharusan terhadap pemegang ijin hal ini agar tidak terjadi
penyalahgunaan ijin yang diberikan. Sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan rutin
KPHL Model Sijunjung. Oleh karena itu, mulai tahun 2015, KPHL Model Sijunjung
akan melaksanakan pembinaan dan pemantuan ini secara mandiri.

Peranan KPHL sangatlah penting didalam melakukan pembinaan dan


pemantaun sehingga dari pemegang ijin dalam melakukan kegiatannya dapat
dipantau dan terkendali sesuai dengan rencana kerja umum, ataupun rencana kerja
tahunan yang dibuat oleh pemegang ijin.

Pembinaan dan pemantauan ini merupakan kontrol terhadap para pemegang


ijin yang telah diberi kewenangan untuk melaksanakan kegiatannya dalam areal

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 83
yang telah ditetapkan, sehingga pemegang ijin pemanfaatan maupun penggunaan
kawasan hutan tetap terkendali dan melaksanakan kegiatan sesuai aturan dan
prosedur yang telah disepakati dan mentaati peraturan dan perundang-undangan
yang berlaku.

Dengan pembinaan dan pemantauan maka aktifitas pemegang ijin yang berada
dalam KPHL dapat dipantau dan diketahui aktifitasnya sehingga ijin yang diberikan
benar benar dilaksanakan dan kerjakan sesuai peraturan yang berlaku.

5.5. Rehabilitasi dan Reboisasi Pada Areal Kerja diluar Ijin

Pada beberapa bagian hutan dalam kawasan KPH Model Sijunjung, hutannya
telah terdegradasi oleh berbagai sebab. Kondisi ini tentunya mengganggu fungsi
hutan tersebut, baik sebagai hutan lindung, hutan produksi dan hutan produksi
terbatas. KPHL Model Sijunjung akan merehabilitasi dan mereboisasi hutan yang
telah rusak kurang lebih 7.568 ha (sumber : BPKH Wilayah I Medan) tersebut.
Rehabilitasi dan reboisasi yang dimaksud terdiri atas dua bagian, yaitu
rehabilitasi dan reboisasi hutan rusak dalam kawasan yang sudah dibebani ijin. Ada
beberapa kawasan dalam wilayah KPHL Model Sijunjung yang sudah dibebani ijin
sebagaimana terlihat dalam Tabel 5.11. Rehabilitasi dan reboisasi hutan dalam
kawasan yang sudah dibebani ijin sepenuhnya dibebankan kepada pemegang ijin
untuk melakukan rehabilitasi dan reboisasi. Sementara KPHL Model Sijunjung
melakukan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan rehabilitasi dan reboisasi yang
dimaksud.

Sementara itu, rehabilitasi dan reboisasi hutan di luar ijin dilakukan langsung
oleh KPHL Model Sijunjung secara partisipatif dengan masyarakat melalui kelompok
tani hutan menurut masing-masing ulayatnya. Hal ini merupakan tanggung jawab
pengelola KPHL Model Sijunjung untuk melakukan rehabilitasi untuk mengembalikan
fungsi ekologi hutan agar optimal kembali yang dilaksanakan dalam bentuk kegiatan:
a. Pelaksanaan rehabilitasi pada areal di luar ijin pemanfaatan dan penggunaan
kawasan hutan.
b. Monitoring dan evaluasi rehablitasi pada aeral di luar ijin

Upaya rehabilitasi ini dilakukan dengan menanami kembali hutan yang rusak
tersebut dengan tanaman yang semula. Proses pelaksanaannya melibatkan
masyarakat secara partisipatif. KPHL Model Sijunjung dalam kegiatan rehabilitasi

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 84
dan reboisasi ini sebagai pengelola, sementara pelaksanaannya di lapangan
dilakukan oleh masyarakat melalui kelompok tani hutan yang sudah dibentuk.
Hutan yang direhabilitasi diarahkan pada lahan-lahan yang kritis dengan
menerapkan agroforestri yang membudidayakan aneka jenis tanaman yang bernilai
sosial, ekonomi dan ekologis tinggi.

Kegiatan ini direncanakan akan dilaksanakan setelah kelembagaan KPHL


Model Sijunjung yang permanen telah terbentuk dan kelompok tani hutan menurut
masing-masing ulayat sudah terbentuk. Untuk itu, diperkirakan kegiatan rehabilitasi
dan reboisasi ini bisa dilaksanakan mulai tahun 2015 dan akan terus dilaksanakan
setiap tahunnya. Selain itu, kegiatan rehabilitasi dan reboisasi ini disesuaikan pula
dengan kebijakan pembangunan kehutanan nasional.
Secara teknis, pelaksanaan program rehabilitasi dan reklamasi hutan dalam
periode perencanaan terlihat dalam Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Pelaksanaan Program Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan
No. Uraian Kegiatan Target

1 Rencana rehabilitasi hutan dan lahan :


- Penyusunan rencana teknik rehabilitasi dan reklamasi Hutan 1.750
- Penyusunan rancangan teknik rehabilitasi hutan
1.750

2. Penyiapan dan Pengadaan Bibit:

- Persemaian tanaman hutan

- Pengadaan bibit Pm

3. Kegiatan pembuatan tanaman :

- Pembuatan tanaman reboisasi Pm

- Pembuatan tanaman pengkayaan 1.750

4. Pembuatan bangunan sipil teknis konservasi Tanah 3

5. Pemeliharaan dan perlindungan tanaman rehabilitasi dan reklamasi hutan

- Pemeliharaan tanaman reboisasi 625

- Perlindungan tanaman reboisasi dan reklamasi Hutan 10

6. Kegiatan yang terkait kegiatan rehabilitasi dan Reklamasi hutan oleh


pemegan ijin :

- Pembinaan Pm

- Pemantauan Pm

- Evaluasi Pm

- Pelaporan Pm

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 85
Luas lahan dalam kawasan KPHL Model Sijunjung yang perlu mendapatkan
rehabilitasi dan reboisasi adalah seluas 7.569 ha. Adapun lokasi, luas dan tahun
pelaksanaan kegiatan Rehabilitasi dan Reboisasi pada Areal Kerja diluar Ijin terlihat
dalam Tabel 5.10.
Tabel 5.10. Lokasi Pelaksanaan Rehabilitasi dan Reboisasi Pada Areal Kerja diluar
Ijin KPHL Model Sijunjung

*)
Keterangan: Lokasi petak dapat dilihat dalam peta terlampir.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 86
5.6. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi Dan Reklamasi di Dalam Areal
yang Berijin

Sesuai dengan peraturan perundangan maka kawasan hutan yang telah


diberikan ijin usaha maka tanggung jawab kegiatan rehabilitasi diserahkan kepada
pemilik ijin usaha yang bersangkutan.
Pihak pengelola KPHL Model Sijunjung memiliki peran dalam pembinaan dan
pemantauan daiharapkan kegiatan rehabilitasi dapat berjalan sesuai dengan
perencanaan dan target pencapaian
1. Pembinaan pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi terhadap pemegag ijin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
2. Pemantauan pelaksaanaan rehabilitasi dan reklamasi terhadap pemegang ijin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan.
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang akan dilakukan oleh KPHL Model
Sijunjung. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada kawasan RPH Batang Lisun dan
Batang Kariang yang dikelola oleh PT.Multi Karya Lisun Prima. Selain itu, pembinaan
dan pemantauan jug akan dilakukan pada HTR, HKm, sebagaimana terlihat dalam
Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Luas Kawasan Hutan dalam KPHL Model Sijunjung yang Sudah
Dibebani Ijin
Luas Bentuk Ijin
No Fungsi Hutan
(Ha) HTR HKm HD IUPHHK-HA
1 2 3 5 6 7 8

1 Hutan Lindung 78.988 11.000 5.000

2 Hutan Produksi 21.912 2.550 1.000

3 Hutan Produksi Terbatas 29.704 28.000

Kegiatan ini dilaksanakan mulai tahun 2015 dan kemudian akan menjadi
pekerjaan rutin setiap tahunnya sampai tahun 2023.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 87
5.7. Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

5.7.1. Perlidungan dan Konservasi Alam

Rencana perlidungan dan konservasi sumberdaya alam terdiri dari 3 fokus


kegiatan yaitu : pengendalian kebakaran; pengendalian kawasan perlindungan
sebagai kawasan konservasi; dan pengelolaan keanekaragam hayati. Fokus
kegiatan pengendalian kebakan hutan dimaksudkan untuk mencegah,
memadamkan kebakaran hutan yang terjadi di dalam kawasan KPHL Model
Sijunjung serta melakukan tindakan pasca kebakaran hutan. Upaya dilaksanakan
secara internal maupun dengan melatih dan melibatkan masyarakat yang ada, baik
di dalam maupun di sekitar kawasan KPHL. Pengendalian kebakaran hutan dan
lahan di fokuskan pada lahan lahan yang dikuasai oleh masyarakat yang berada
didalam kawasan hutan maupun yang berbatasan dengan KPHL Model Sijunjung.

Pengelolaan konservasi alam dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan


pengelolaan KPHL Model Sijunjung yang didasarkan pada status hukum yang kuat,
pengelolaan data dan informasi yang berbasiskan kawasan, mengembangkan
pembinaan keanekaragaman hayati dan produk produk tumbuhan dan satwa liar
dimaksudkan untuk menjaga, mengawetkan dan mempercepat pemulihan jenis dan
populasi dalam kawasan.

Kegiatan perlindungan dan konservasi alam diarahkan dengan upaya :

1. Deliniasi perlindungan setempat


2. Upaya perlidungan dan pengawetan flora dan fauna
3. Upaya konservasi HCVF
4. Sosialisasi kebakaran hutan
5. Pemantauan titik api
6. Patroli pengamanan hutan
7. Inventarisasa perambahan kawasan hutan
8. Pelatihan pemadam kebaran hutan dan lahan
9. Pembentukan kelompok masyarakat pemadam kebakaran hutan

Kegiatan ini akan dimulai pada tahun 2015 dan akan terus dilakukan setiap
tahunnya.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 88
5.7.2. Perlindungan dan Pengamanan Hutan

Upaya perlindungan umum ditekankan pada kegiatan untuk memonitor dan


mengamankan adanya gangguan terhadap keutuhan kawasan hutan berikut aset
yang ada di dalamnya. Kegiatannya berupa patroli rutin dan operasi gabungan serta
koordinasi pengamanan antar instansi terkait.

1. Patroli rutin
Patroli rutin dilaksanakan oleh Jagawana di wilayah kerja masing-masing resort.
Patroli ini difokuskan pada tempat-tempat yang rawan gangguan seperti
penambangan, perambahan dan tempat lain yang rawan akan perburuan liar,
pencurian kayu dan hasil hutan lainnya.
2. Operasi gabungan dan koordinasi pengamanan.
Operasi Gabungan sebaiknya dilaksanakan jika keadaan keamanan benar-benar
membutuhkan dukungan dari unsur pengamanan lain, seperti dari TNI, dan
Pemda setempat. Dengan demikian, pelaksanaannya sesuai dengan situasi di
lapangan. Mempertimbangkan perlunya pengamanan pada kawasan hutan yang
cukup luas, perlu koordinasi yang baik tidak saja antar instansi terkait tetapi juga
dengan tokoh masyarakat sekitar kawasan. Oleh karena itu, koordinasi ini harus
terus dilakukan dari waktu ke waktu minimal setiap akan dan setelah pelaksanaan
operasi gabungan.

Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang akan dilakukan oleh KPHL Model
Sijunjung mulai tahun 2015 dan seterusnya.

5.7.3. Penyuluhan Kepada Masyarakat

Penyuluhan sebagai usaha persuasif kepada masyarakat pelaku dan


masyarakat umumnya sekitar kawasan hutan harus terus dilakukan baik melalui
anjangsana, ceramah-ceramah, maupun penyebaran informasi melalui media leaflet,
poster, media massa maupun pada even-even pameran. Untuk tetap mengingatkan
bahwa penambangan di kawasan hutan dilarang, maka petugas disarankan untuk
melakukan penyuluhan minimal sebulan sekali kepada masyarakat. Pelaksanaannya
bisa bekerjasama dengan tokoh-tokoh masyarakat baik tokoh formal maupun
informal, atau bekerjasama dengan instansi lain seperti pertanian, Pemda, Resort
Kepolisian, Resort Militer dan lain-lain. Penyuluhan PETI bisa dilaksanakan dengan

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 89
bidang-bidang lain seperti penanganan kebakaran, bina cinta alam, konservasi tanah
dan air.

Kegiatan penyuluhan ini merupakan penyampaian informasi tentang bahaya


kebakaran yang mungkin terjadi dalam kawasan hutan, cara pencegahan kebakaran,
dan cara-cara penanggulangan jika terjadi kebakaran. Penyuluhan kepada
masyarakat bisa dilakukan oleh petugas lapangan atau dari kantor Nagari – Nagari
sekitar kawasan hutan, terutama yang masyarakatnya sangat berhubungan dengan
sumber daya hutan. Teknik penyuluhannya bisa dipilih sesuai dengan kondisi yang
paling memungkinkan seperti ceramah dalam pertemuan kelompok, anjang sana,
memakai audio visual, dan lain-lain. Penyuluhan kepada masyarakat ini minimal
dilakukan dua kali setahun yaitu sebelum musim kemarau dan selama periode resiko
tinggi (musim kemarau). Cara lain adalah melalui leaflet, poster, atau booklet yang
memungkinkan dibaca oleh pengunjung dan masyarakat.

Kegiatan penyuluhan ini dilakukan secara berkala di nagari-nagari yang ada di


dalam dan di sekitar kawasan KPHL Model Sijunjung. Kegiatan ini mulai
dilaksanakan pada tahun 2015, dan dilanjutkan secara periodik setiap tahunnya
pada tahun-tahun berikutnya.

5.7.4. Pencegahan dan Pengendalian Kebakaran

Dengan pertimbangan bahwa masyarakat, khususnya masyarakat yang


memasuki kawasan hutan belum sadar akan pentingnya membuang sampah pada
tempatnya, mematikan puntung rokok, mematikan sisa memasak di areal camping
maupun hal-hal lain yang menyebabkan kebakaran hutan maka risiko kebakaran
hutan pada musim kemarau pada musim hujan akan terjadi. Oleh karena itu,
kegiatan yang harus dilakukan.

Adapun lokasi pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran


adalah terlihat dalam Tabel 5.12. Terlihat bahwa kegiatan hanya dilakukan pada 4
RPH saja, karena pada keempat RPH ini sangat rawan terjadi kebakaran hutan,
karena masyarakat banyak melakukan aktivitas perladangan di sekitarnya.
Masyarakat menggunakan api dalam kegiatan pembersihan lahan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 90
Tabel 5.12. Lokasi Pelaksanaan Kegiatan Pencegahan dan Pengendalian
Kebakaran Hutan

Sebagai kegiatan rutin, kegiatan pencegahan dan pengendalian kebakaran


mulai dilakukan pada tahun 2014, dan akan terus dilanjutkan pada tahun-tahun
berikutnya.

5.7.5. Perburuan Liar dan Pencurian Hasil Hutan

Gangguan-gangguan kawasan hutan berikut aset yang ada di dalamnya sudah


ditangani dengan berbagai cara, yaitu secara persuasif dan represif dengan hasil
yang cukup baik. Akan tetapi masih terdapat permasalahan yang sampai sekarang
masih tetap berlanjut karena adanya keterbatasan-keterbatasan pengelolaan
terutama dalam jumlah tenaga lapangan, dana, aksesibilitas, dan alasan ekonomi
kehidupan masyarakat serta keinginan politik yang kurang kuat dari instansi lain
yang terkait.

Adapun lokasi pelaksanan Pelaksanaan pemantuan perburuan liar dan


pencurian hasil hutan di RPH Batang Lisun terlihat dalam Tabel 5.13.

Tabel 5.13. Lokasi Pelaksanaan Pemantuan Perburuan Liar dan Pencurian Hasil
Hutan di RPH Batang Lisun
No No Petak Luas (ha)
1 HL-190 351.64
2 HL-177 177.48
3 HL-171 702.55
4 HP-253 121.05
5 HP-367 102.73
6 HP-257 169.12
7 HP-249 171.68
Jumlah 1,796.25

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 91
Kegiatan pengendalian perburuan liar dan pencurian hasil hutan ini difokuskan
pada RPH Batang Lisun. Hal ini karena selama ini pencurian hasil hutan dan
perburuan liar di Sijunjung hanya dilkukan di RPH ini.
Kegiatan ini juga merupakan kegiatan rutin yang mulai dilaksanakan pada
tahun 2015. Kemudian pada tahun-tahun berikutnya, kegiatan ini terus dilakukan.

5.8. Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi antar Pemegang Ijin


Koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang ijin dengan pihak KPHL Model
Sijunjung sangat diperlukan dalam peningkatan kerjasama pelaksanaan pengelolaan
potensi sumberdaya hutan yang ada. Koordinasi diharapkan dapat menjadi sarana
penghubung pengawasan dan pengendalian untuk para pemegang ijin.
Koordinasi dan sinkronisasi juga melibatkan pihak-pihak terkait diantaranya
stakeholder lain yang dilibatkan dalam pengelolaan potensi kawasan hutan sehingga
dapat menciptakan hubungan kerja yang baik dan kesamaan visi yang diinginkan.

Koordinasi lebih ditujukan untuk saling bertukar informasi dan data serta
pengelaman antara pengelola KPHL Model Sijunjung dengan stakeholder ,
Sinkronisasi antara pemegang ijin lebih diupayakan menyerasikan dan
mensinergikan semua kegiatan di dalam kawasan KPHL Model Sijunjung agar
sejalan dengan berbagai tujuan dalam kepentingan pembangunan yang lebih besar.

Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi pengelola KPHL Model Sijunjung lebih


diarahkan pada :

1. Pelaksanaan koordinasi antara pemegang ijin pemanfaatan dan penggunaan


kawasan KPHL Model Sijunjung
2. Pelaksanaan sosialisasi dan sinkronisasai kegiatan antar pemegang ijin
pemanfaatan, penggunaan kawasan KPHL Model Sijunjung.
Koordinasi dilakukan dengan melakukan pertemuan rutin dan kunjungan ke
lapangan pada lokasi pemegang ijin. Karena itu, kegiatan ini mulai dilakukan pada
tahun 2016, dan menjadi agenda rutin KPHL Model Sijunjung pada tahun-tahun
berikutnya.

5.9. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait


Koordinasi dan sinergi ini dimaksudkan untuk menyatukan langkah semua
SKPD terkait baik ditingkat Kabupaten Sijunjung maupun dengan SKPD di tingkat
propinsi dan tingkat pusat dalam melaksanakan kegiatan-kegiatanya di wilayah

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 92
KPHL Model Sijunjung. Selain itu, juga dilibatkan stakeholder terkait seperti
perusahaan swasta, LSM dan perguruan tinggi, serta masyarakat disekitar hutan.
Adapun maksud dari koordinasi dan sinergi ini adalah untuk melahirkan
kegiatan-kegiatan pembangunan yang dilakukan oleh SKPD lainnya di wilayah KPHL
Model Sijunjung. Dengan demikian sinergi ataupun konvergensi kegiatan di tingkat
kabupaten, propinsi dan tingkat pusat memberikan energi positif terhadap
perkembangan pembangunan KPHL Model Sijunjung yang mandiri. Koordinasi
dengan instansi lain ataupun dengan stakeholder terkait tentunya, yang erat
kaitannya dengan pengelolaan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat
untuk mendukung pengelolaan hutan yang lestari.

Koordinasi lebih ditujukan untk saling bertukar informasi dan data serta
pengalaman antara pengelola KPHL Model Sijunjung dengan stakeholder,
sinkronisasi lebih diupayakan menserasikan dan mensinergikan semua kegiatan di
dalam kawasan KPHL Model Sijunjung agar sejalan dengan berbagai tujuan dalam
kepentingan pembangunan yang lebih besar.

Kegiatan koordinasi dan sinkronisasi pengelola KPHL Model Sijunjung lebih


diarahkan pada :

1. Pelaksanaan koordinasi pengelola KPHL Model Sijunjung dengan instansi


maupun pihak terkait di semua tingkatan
2. Pelaksanaan sinkronisasai kegiatan di tingkat tapak antara pengelola KPHL
Model Sijunjung dengan instansi maupun pihak yang terkait di semua tingkatan.

Kegiatan ini dimulai pada tahun 2015 dan dilanjutkan secara rutin pada tahun-
tahun berikutnya.

5.10. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM


Rencana penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM pada prinsipnya seiring
dengan pengembangan dan penguatan kelembagaan KPHL Model Sijunjung. Oleh
karena itu, kegiatan ini dilakukan secara bertahap. Tahap pertama adalah penguatan
kelembagaan KPHL Model Sijunjung, tahap kedua adalah penyediaan SDM sesuai
dengan bentuk kelembagaan KPHL Model Sijunjung, tahap ketiga adalah
peningkatan kapasitas SDM yang sudah dimiliki oleh KPHL Model Sijunjung. Tahap
pertama dilakukan dengan membangun kelembagaan KPHL Model Sijunjung
menjadi SKPD yang mandiri, bukan lagi UPTD dibawah Dinas Kehutanan. Untuk itu

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 93
perlu dilakukan kajian akademis dan memasukkan rancangan Peraturan Daerah,
menjadi Prolegda Kabupate Sijunjung.

5.10.1. Memasukkan Kelembagaan Masyarakat sebagai Bagian yang Integral


dalam Kelembagaan KPHL Model Sijunjung yang Permanen

Kegiatan ini adalah pengembangan kelembagaan KPHL Model Sijunjung


dengan melibatkan kelembagaan masyarakat. Proses kegiatannya dilakukan melalui
workshop dengan wali nagari, datuak pemangku adat dan kelompok tani hutan untuk
membangun kesepakatan tentang keterlibatan mereka secara permanen dalam
KPHL Model Sijunjung.

Stakeholder dalam pengembangan kelembagaan KPHL Model Sijunjung adalah


semua pihak, baik badan hukum, organisasi, maupun individu, yang terkait sebagai
penerima manfaat, penerima dampak dan yang menaruh perhatian pada sektor
kehutanan, terutama di Kabupaten Sijunjung. Nagari, masyarakat nagari, pemerintah
Kabupaten Sijunjung, pengusaha kehutanan, pengusaha pertambangan dan pihak
lainnya. Stakeholder juga bisa pihak yang menaruh perhatian dan kehutanan seperti
perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat.

Untuk itu, pada tahun 2014 akan dilakukan kajian akademis pembentukan
kelembagaan KPHL Model Sijunjung dalam bentuk SKPD yang mandiri.

5.10.2. Memasukkan Pembentukan Kelembagaan KPHL Model Sijunjung yang


Permanen Kedalam Prolegda.

Kegiatan ini adalah membangun kesepakatan dan kerjasama dengan beberapa


SKPD terkait, terutama Biro Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Sijunjung untuk
menyusun Rancangan Peraturran Daerah (Raperda) tentang SKPD KPHL Model
Sijunjung dan mencantumkannya dalam Prolegda tahun 2015 untuk dapat dibahas
dan disahkan oleh DPRD Kabupaten Sijunjung.

5.10.3. Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas SDM

Peningkatan efektivitas pengelolaan kawasan KPHL Model Sijunjung, dapat


dilakukan dengan penambahan staf untuk mengisi kekurangan formasi yang ada.
Dengan jumlah personil yang memadai maka diharapkan pelaksanaan tugas-tugas
pun tidak akan dijabat secara rangkap, sehingga target pengelolaan dapat tercapai
dengan baik dan tepat waktu. Kegiatan makro dalam jangka panjang mencakup
penambahan formasi pegawai dan rekruitmen petugas lapangan. Sesuai prosedur
Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung
Tahun 2014 - 2023 Page 94
yang ada, pengusulan untuk penambahan formasi pegawai harus disampaikan ke
Bupati melalui Badan Kepegawaian Daerah, sedangkan rekruitmen petugas
lapangan sedapat mungkin berasal dari masyarakat di sekitar kawasan dengan
sistim penggajian sebagai tenaga upah/kontrak.

Pengelolaan kawasan hutan KPHL Model Sijunjung sangat membutuhkan


dukungan dan kemampuan personil yang memadai. Penyediaan SDM adalah
dengan perekrutan SDM sesuai dengan kebutuhan melalui mekanisme dan sistem
yang sudah ditetapkan. Pada tahun 2013, KPHL Model Sijunjung mendapatkan
tenaga kontrak dari lulusan SMK Kehutanan sebanyak 4 orang. Pada tahun
berikutnya, akan diperlukan tambahan tenaga dari Sarjana Kehutanan, Sarjana
Manajemen, Sarjana Sosiologi dan Sarjana Keuangan dan Bisnis. Kebutuhan SDM
ini disesuaikan dengan perkembangan kegiatan usaha dan kegiatan pengelolaan
yang dilakukan oleh KPHL Model Sijunjung.

Kapasitas personil menentukan berhasil tidaknya pengelolaan. Untuk itu,


diperlukan pengembangan dan peningkatan bagi personil dari segi pengetahuan
berupa pendidikan, pelatihan-pelatihan penunjang berupa keahlian pada bidang-
bidang tertentu, dan penggalian informasi dari luar yang dapat menambah
pengalaman dan wawasan.

Potensi SDM yang tersedia di KPHL Model Sijunjung pada saat sekarang
sangat terbatas, dengan demikian perlu dilakukan upaya-upaya pengembangan dan
perbaikan. Beberapa kegiatan jangka panjang dalam program peningkatan kapasitas
personil antara lain :
1. Perbaikan jenjang pendidikan
2. Pemetaan kompetensi
3. Pendidikan dan Pelatihan SDM
4. Pertukaran kunjungan staf pengelola
5. Studi perbandingan
6. Magang pegawai
Kegiatan peningkatan kapasitas SDM ini dilakukan secara periodik setiap
tahunnya dengan mengirim staf untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 95
5.10.4. Sosialisasi KPHL Model Sijunjung

Kegiatan sosialisasi adalah upaya untuk memperkenalkan KPHL Model


Sijunjung kepada masyarakat, terutama di tingkat nagari. Sosialisasi ini juga
dimaksudkan untuk menjelaskan rencana pengembangan kelembagaan KPHL
Model Sijunjung menuju lembaga yang menempatkan masyarakat adat sebagai
bagian yang permanen dari struktur organisasi KPHL Model Sijunjung. Untuk itu,
kegiatan sosialisasi ini dilakukan mulai tahun 2014 sampai akhir tahun 2015.
Kegiatan sosialisasi ini dilakukan dengan memberikan penjelasan kepada tokoh-
tokoh adat, pemuda dan bundo kanduang di tingkat nagari tentang KPHL Model
Sijunjung dan rencana pengembangannya.

5.10.5. Mengikuti Seminar dan Even yang Terkait dengan REDD+


Ada banyak kegiatan dari Kementerian Kehutanan melalui Sekretariat
Perubahan Iklim Nasional yang melakukan berbagai kegiatan seminar dan diskusi
sehubungan perencanaan dan pelaksanaan REDD+. Agar dapat mengikuti
perkembangan berkaitan dengan penerapan REDD+ ini, KPHL Model Sijunjung
hendaknya terus mengikuti kegiatan tersebut secara reguler. Kegiatan ini merupakan
kegiatan rutin yang mulai dilaksanakan.

5.10.6. Menjadi Anggota dalam Jaringan REDD+


Kegiatan ini adalah kegiatan rutin KPHL Model Sijunjung mulai tahun 2015.
Kegiatannya dimulai dengan membangun website KPHL Model Sijunjung. Kemudian
website ini dihubungkan dengan website Dewan Nasional Perubahan Iklim dan
website-website lainnya yang terkait. Selain itu, KPHL Model Sijunjung berusaha
untuk menjadi anggota asosiasi organisasi yang bergerak dalam issu perubahan
iklim dan REDD+. Melalui Sekretariat Bagian IT, KPHL Model Sijunjung terlibat
secara aktif dalam milist aosiasi tersebut.

5.10.7. Meningkatkan Kapabilitas SDM KPHL Model Sijunjung dalam Melakukan


Monitoring, Reporting and Verification (MRV) dalam Kerangka REDD+

Untuk dapat terlibat secara aktif dan mendapatkan manfaat dari skema REDD+,
KPHL Model Sijunjung perlu pula meningkatkan kemampuan SDM-nya, terutama
dalam MRV. Peningkatan kapabilitas ini dilakukan dengan mengikutsertakan staf
KPHL Model Sijunjung dalam training terkait dengan MRV tersebut. Kegiatan ini
diprediksikan akan dimulai tahun 2017 dan kemudian menjadi agenda rutin setiap
tahunnya.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 96
5.11. Penyediaan Pendanaan

Untuk penunjang operasional KPHL Model Sijunjung pada Dinas Kehutanan


Kabupaten Sijunjung, sumber pendanaan dari APBD Kabupaten Sijunjung,
sedangkan untuk kegiatan-kegiatan pembangunan kehutanan baik yang dibiayai
melalui APBN, APBD Propinsi serta sumber lain (yang telah direncanakan dan
relevan berdasarkan model yang disusun) dikonvergensikan ke wilayah kelola KPH
Model.

Secara prinsip, model sumber pembiayaan dikaitkan dengan perkembangan


pengelolaan KPHL Model Sijunjung. Dimana pada tahun-tahun awal pendirian KPHL
Model Sijunjung, sumber pembiayaan utama berasal dari program dan kegiatan
pemerintah pusat yang dijalankan dalam kawasan KPHL Model Sijunjung. Selain itu,
kontribusi Pemerintah Kabupaten pada tahun-tahun awal juga diharapkan lebih
besar. Namun, semakin lama peran pembiayaan dari Pemerintah Pusat semakin
berkurang, namun sumber dari APBD Kabupaten Sijunjung semakin besar. Sumber
penerimaan dari APBD Kabupaten Sijunjung tersebut salah satunya bersumber dari
penerimaan KPHL Model Sijunjung yang disetorkan sebagai PAD.

Perkiraan persentase sumber pembiayaan setiap tahunnya, sebagaimana


terlihat dalam Tabel 5.14, kontribusi KPHL Model Sijunjung semakin lama semakin
besar. Sesuai visi, KPHL Model Sijunjung paling lambat pada tahun 2021 sudah
mampu memenuhi sendiri semua pembiayaan yang diperlukan melalui
penerimaannya. Dengan demikian, KPHL Model Sijunjung sudah mandiri secara
finansial mulai tahun 2021. Dengan demikian, tahun-tahun setelah itu, penerimaan
KPHL Model Sijunjung sudah surplus dan menjadi PAD positif bagi pemerintah
Kabupaten Sijunjung.

Tabel 5.14. Perkiraan Sumber Pembiayaan (%) Pengelolaan KPHL Model Sijunjung
Tahun 2014-2023

No Sumber Pembiayaan 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023

1 Pemerintah Pusat 80.00 70.00 60.00 40.00 25.00 10.00 - - - -


2 Pemerintah Propinsi 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 - - - -
3 Pemerintah Kabupaten 15.00 20.00 20.00 25.00 20.00 10.00 - - - -
4 Mandiri oleh KPHL 5.00 15.00 30.00 50.00 75.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Model Sijunjung

Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 97
5.12. Pengembangan Database

Database yang lengkap dan tidak kadaluwarsa sangat berguna untuk


pengambilan keputusan dalam pengelolaan KPHL Model Sijunjung, baik pada tingkat
KPH maupun resort. Selain itu database juga bermanfaat bagi pihak luar yang
membutuhkan informasi tentang KPHL Sijunjung seperti misalnya para peneliti dari
Pergutuan Tinggi atau lembaga penelitian, LSM, instansi pemerintah dan individu.

Oleh karena itu, dalam organisasi KPHL Model Sijunjung, sebaiknya dibuat unit
khusus yang mengelola database yang bertanggung jawab dalam pengumpulan,
penyimpanan, pengolahan dan penyajian data kedalam informasi yang siap
digunakan. Data dan informasi dapat dikumpulkan dari unit-unit pengelola di
lapangan dan juga dari luar. Tentu saja tidak setiap data dapat begitu saja diberikan
untuk pihak luar. Dalam pemberian atau pertukaran data dan informasi khususnya
dengan pihak luar harus diikat oleh standar operasional prosedur.

Data yang dikumpulkan dapat berupa analog atau manual (peta, dokumen,
laporan, data penelitian dan lain-lain), juga dapat berupa data digital (dokumen-
dokumen, data GIS dan data digital lainnya). Unit yang secara khusus mengelola
database ini merupakan division support system atau pendukung sistem organisasi
KPHL Model Sijunjung, yang diperlukan untuk pengambilan keputusan dari tingkat
KPHL Model Sijunjung hingga unit terkecil. Beberapa kegiatan pendukung dalam
membangun program ini, antara lain :

1. Pelatihan staf database


2. Penyiapan perangkat database
3. Penyusunan dan pengelolaan sistem database
4. Membangun manajemen sistem pusat informasi
Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang akan dilakukan setiap tahunnya,
mulai tahun 2014.

5.13. Rasionalisasi Wilayah Kelola

Penetapan wilayah KPHL dan KPHP Provinsi Sumatera Barat adalah


berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 798/Menhut-II/2009
tanggal 7 Desember 2009 tentang Penetapan Wilayah KPHL dan KPHP Provinsi
Sumatera Barat. Sedangkan penetapan wilayah KPHL Model Sijunjung adalah
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK. 331/Menhut-II/2010

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 98
tanggal 25 Mei 2010 tentang Penetapan Wilayah KPHL Model Sijunjung Kabupaten
Sijunjung Provinsi Sumatera Barat. Luas wilayah kelola KPHL Model Sijunjung
adalah : Hutan Lindung 83.952 ha, Hutan Produksi Terbatas 25.755 ha, Hutan
Produksi Tetap 40.795 ha.

Penetapan kelembagaan KPHL Model Sijunjung menjadi UPTD KPHL Model


Sijunjung adalah berdasarkan Peraturan Bupati Sijunjung Nomor : 18 Tahun 2011
tanggal 8 Agustus 2011 tentang Organisasai dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan
Hutan Lindung (KPHL) Model Sijunjung. Struktur yang ditetapkan mengacu pada
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : P. 61/tahun 2010 tentang Pedoman
Organisasi dan Tata Kerja KPHL dan KPHP di Daerah, yaitu struktur organisasi
KPHL dan KPHP Tipe B. Struktur KPHL Model Sijunjung terdiri dari 1 orang Kepala
UPTD, 1 orang Kepala Tata Usaha dan 4 orang staf. Sarana prasarana yang
tersedia saat ini adalah satu unit kendaraan roda 4, dua unit kendaraan roda 2, satu
unit kantor dan rumah dinas serta meubeleur dan alat ukur.

Mengacu kepada luas wilayah kelola, maka dibutuhkan resort pengelolaan


sebagai unit terendah organisasi KPH yang akan menjembatani kebutuhan dan
kepentingan KPH kepada masyarakat dan pemerintah di tingkat kecamatan dan
nagari. Penetapan resort yang dilakukan di KPHL Model Sijunjung merujuk kepada
kajian Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) dan penamaannya langsung berdasarkan
nama Sub DAS. Resor KPHL Model Sijunjung ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati Sijunjung Nomor : 188.45/489/KPTS-BPT-2012 tentang Penetapan Wilayah
Kerja Resort Pengelolaan Hutan UPTD KPHL Model Sijunjung yang terdiri dari
6 resort yaitu : RPH Batang Lisun (37.915 ha), RPH Batang Kariang (24.028 ha),
RPH Batang Binuang (18,479 ha), RPH Batang Sumpur (26.155 ha), RPH Batang
Sukam (22.150 ha), RPH Batang Palangki (17.004 ha).

Berdasarkan luas dan sebaran wilayah kelola serta pendelegasian wewenang


yang mencakup semua aspek kehutanan, dibutuhkan tingkat manajemen yang lebih
tinggi untuk melaksanakan kewenangan dimaksud. Gambar 5.6. merupakan resort
yang sekarang, yang dalam perkembangannya akan dirasionalisasikan.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 99
Gambar 5.6. Peta Pembagian Resort KPHL Model Sijunjung, yang Nantinya Akan
Dirasionalisasikan

Rasionalisasi wilayah kelola diwaktu yang akan datang, selain


mempertimbangkan bentang alam, juga mempertimbangkan batas administrasi
kecamatan untuk mempermudahkan pengelolaan dan koordinasi dengan
stakeholders lainnya. Rasionalisasi wilayah kelola ini didasarkan pada hasil kegiatan
inventarisasi dan tata hutan. Selain itu, kegiatan rasionalisasi wilayah kelola ini
dilakukan setelah kegiatan penetapan kelembagaan KPHL Model Sijunjung yang
mandiri, yakni tahun 2016 dan akan direview setiap lima tahun.

5.14. Review Rencana Pengelolaan

RPHJP KPHL Model Sijunjung berlaku untuk 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak
tahun 2014 sampai dengan tahun 2023, sejalan dengan perkembangan dan
pertumbuhan penduduk serta perkembangan pembangunan di bidang kehutanan
terhadap hal yang tidak termaktub dalam rencana pengelolaan ini maka dapat
ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 3 tahun.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 100
5.15. Pengembangan Investasi

5.15.1. Inventarisasi dan Kajian Finansial Jasa Lingkungan yang Memiliki


Potensi Investasi

Inventarisasi dan kajian finansial jasa lingkungan yang potensial dimanfaatkan


dalam kawasan KPHL Model Sijunjung dilakukan dengan melibatkan tenaga pakar.
Kegiatan berupa identifikasi dan menilai potensi pengembangannya. Kemudian, jasa
lingkungan yang paling potensial untuk dikembangkan dalam waktu cepat, dilakukan
kajian finansial untuk memprediksi tingkat pengembalian investasi dan alternatif
model pengembangannya. Adapun lokasi dan luas target pelaksanaan kegiatan ini
terlihat dalam Tabel 5.15.
Tabel 5.15. Lokasi dan Luas Target Kegiatan Inventarisasi dan Kajian Finansial
Jasa Lingkungan yang Memiliki Potensi Investasi

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 101
Inventarisasi dan kajian ini dilaksanakan mulai tahun 2014 sampai 2017.
Dimana Pemerintah Propinsi Sumatera Barat melalui Dinas Kehutanan Propinsi
Sumatera Barat mengalokasikan anggaran untuk melakukan inventarisasi dan kajian
finansial jasa lingkungan dalam wilayah KPHL Model Sijunjung.

5.15.2. Mempromosikan Potensi Investasi dalam Kawasan KPHL Model


Sijunjung

Jasa lingkungan yang sudah dilakukan kajian finansialnya, ditawarkan kepada


pihak-pihak yang berminat untuk kemudian dikembangkan menjadi usaha jasa
lingkungan kehutanan. Kegiatan yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah membuat
leaflet dan memaparkan pada pameran dan forum investasi.

Menurut sumbernya, investasi dapat berasal dari program pemerintah, investasi


swasta dan dari masyarakat.

1. Investasi Melalui Program Pemerintah

Investasi melalui program pemerintah pada kawasan hutan baik dalam kawasan
hutan lindung maupun hutan produksi, investasi pada hutan lindung yaitu dengan
kegiatan seperti penanaman reboisasi, pengkayaan tanaman, wisata alam dan
pemberdayaan masyaarakat (Kelompok Tani) melalui program HKm, HD,
pengembangan tanaman non kayu seperti rotan, manau, agatis, kemiri, gaharu,
tanaman obat-obatan dan lainnya.

Sedangkan investasi pada hutan produksi dengan program rehabilitasi serta


pembuatan plot percontohan dengan tanaman yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
dan mempunyai daur yang cepat (fast growing) dengan melibatkan masyarakat
dalam dan sekitar kawasan hutan dalam pengelolaannya, selain hal tersebut,
investasi pada Hutan Produksi melalui program IUPHHK- HTR, IUPHHK HT dan
Hutan Nagari.

Selain dengan hal tersebut diatas, investasi Pemerintah bisa dilakukan dengan
cara mengajak para stakeholders yang lain untuk bekerja sama dengan
pemerintahan di tingkat bawah yaitu di Nagari dengan membentuk kelompok
Pengamanan Hutan Berbasis Nagari (PHBN) dalam pelaksanaan pengelolaan hutan
di tingkat tapak seperti kegiatan rehabilitasi di hulu sungai untuk menjaga kelestarian
dan ketersediaan air untuk irigasi pertanian dan juga untuk memberdayakan usaha

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 102
bidang perikanan maupun peternakan, pengamanan cachtment area, pembangunan
intake dan sarana air bersih, pengembangan jasa lingkungan dan ekowisata.

2. Investasi Pihak Swasta

Investasi pihak swasta di sektor kehutanan merupakan investasi dari pihak


swasta peduli terhadap pembangunan kehutanan baik itu berbentuk badan usaha
maupun perorangan, pengembangan investasi bisa saja dilakukan pada kawasan
Hutan Lindung maupun pada Hutan Produksi dengan mempedomani peraturan dan
perundangan yang berlaku. Pengembangan investasi di sektor kehutanan pada
kawasan Hutan Produksi dapat saja berupa ijin yang dikeluarkan oleh Menteri
Kehutanan seperti : IUPHHK-HA, IUHHK-HTI) dan Jasa Lingkungan; Pembuatan
pabrik wood pellet; dan industri pengolahan hasil hutan kayu dan non kayu kepada
suatu Badan Usaha Milik Swasta.

3. Investasi dari Masyarakat

Sedangkan pengembangan investasi dari perorangan ataupun kelompok


masyarakat yang telah mempunyai wadah yaitu kelompok tani hutan, ataupun
Lembaga Masayarakat Desa Hutan (LMDH) yang diberi kesempatan untuk
melakukan pengelolaan hutan pada tingkat tapak di daerahnya dengan tetap
bermitra dengan KPHL Model Sijunjung dengan mempedomani aturan dan
perundangan yang berlaku.

Dengan demikian, promosi investasi dilakukan untuk menginformasikan dan


mendorong ketiga kelompok sasaran ini melakukan investasi. Bentuk kegiatan
terbagi dua bagian. Pertama adalah pengadaan alat peraga peluang investasi seperti
leaflet, booklet, poster dan CD. Kedua adalah mengikuti pameran dan kegiatan
promosi investasi. Kegiatan pertama dilakukan setiap dua tahun, sementara kegiatan
kedua dapat dilakukan setaip tahun sesuai dengan keikutsertaan KPHL Model
Sijunjung dalam pameran. Sesuai hasil kajian tahun 2014. Kegiatan promosi ini mulai
dilakukan tahun 2015.

Semua investasi tersebut diatas, dilakukan dengan bekerjasama dengan KPHL


Model Sijunjung. Syarat dan ketentuan disesuaikan peraturan dan perundangan
yang berlaku.

B n Kajian Inventarisasi dan Finansial Pengembangan Usaha Dibawah Tegakan Hutan untuk Kegiatan
Ekonomi Masyarakat

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 103
Inventarisasi potensi adalah kegiatan menentukan jenis usaha yang dapat
dikembangkan di bawah tegakan, lokasi pengembangan, pola pengembangan dan
bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengembangan. Jenis usaha yang serta
lokasi yang ditentukan, dilanjutkan dengan melakukan kajian kelayakan
pengembangan usaha yang bersangkutan. Kajian ini dilakukan pada tahun 2015.
Hasil kajian ini menjadi landasan bagi pengembangan usaha di bawah tegakan
hutan, yang akan dikembangkan mulai tahun 2016 dan seterusnya

5.15.3. Pengembangan usaha HHBK melalui Kerjasama KPHL Model Sijunjung


dan Kelompok Tani, dan Nagari

Selain getah pinus, hasil hutan bukan kayu potensian di dalam kawasan KPHL
Model Sijunjung adalah rotan, sarang walet, madu, dan gaharu. Pengembangan
usaha ini juga sangat potensial mendatangkan penerimaan bagi KPHL Model
Sijunjung. Untuk itu, KPHL Model Sijunjung memprogramkan untuk mengembangkan
usaha pemanfaatan HHBK ini secara optimal. Kegiatan ini mulai dilaksanakan pada
tahun 2016, saat mana kelembagaan KPHL Model Sijunjung sudah terbentuk
dengan memasukkan kelembagaan masyarakat ditingkat lokal. Sehingga
pengelolaan HHBK sampai ke tingkat tapak dapat berlangsung dengan sustainable.

5.15.4. Pengembangan Usaha Masyarakat Dibawah Tegakan Hutan dengan


Dukungan Dinas/Instansi Terkait

Berbagai kegiatan usaha masyarakat dapat dikembangkan di bawah tegakan


hutan, seperti lebah madu, budidaya jamur, dan lainnya. Kegiatan ini merupakan
dukungan KPHL Model Sijunjung pada kegiatan pembangunan yang dikembangkan
oleh SKPD lainnya. Dalam hal ini, diharapkan Dinas Pertanian dan Perkebunan
membantu pengembangan usaha tani masyarakat yang lokasi lahannya berada
dalam kawasan KPHL Model Sijunjung. SKPD yang bisa melakukan kegiatan secara
koordinatif tersebut adalah Dinas Pertanian, Dinas Peternakan, Dinas UKM dan
Koperasi.

Kegiatan ini sudah direncanakan dari tahun 2014 dan operasional di lapangan
mulai tahun 2015.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 104
5.15.5. Penangkaran Hewan dan Tumbuhan Langka

Penangkaran hewan dan tumbuhan langka di KPHL Model Sijunjung dilakukan


untuk mendukung program Kementerian Kehutanan. Program ini tentunya dilakukan
dengan dukungan penuh pembiayaannya dari Kementerian Kehutanan. Program ini
dilaksanakan pada mulai tahun 2015. Kegiatan tahun pertama dari penangakaran
rusa ini adalah pengadaan. Adapun bentuk kegiatan pengadaan adalah penyediaan
lahan, penyediaan bangunan, pengadaan rusa tangkaran, dan kemudian
pemeliharaan. Sementara kegiatan tahun-tahun berikutnya menjadi kegiatan rutin,
yakni pemeliharaan rusa tangkaran yang dimaksud.

Penangkaran rusa adalah kegiatan pertama yang akan dilakukan pada


tahun 2015. Adapun lokasi pelaksanaannya adalah di RPH Batang Sumpur pada
petak Nomor HL-705 dengan luas 321.22 ha.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 105
BAB VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

6.1 . Pembinaan

Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman dalam perencanaan,


pelaksanaan, dan pengendalian agar KPHL Model Sijunjung dapat melaksanakan
tugas dan fungsinya secara berdaya guna dan berhasil guna. Pembinaan dilakukan
terhadap sumber daya manusia pelaksana pengelolaan dan masyarakat di sekitar
kawasan hutan. Dalam rangka pembinaan tersebut perlu dilakukan upaya-upaya
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kemampuan sumber daya manusia pengelola KPHL Model
Sijunjung dalam penyelenggaraan kegiatan pengelolaan kawasan, baik berupa
pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi maupun pendidikan non formal
berupa pendidikan dan pelatihan lainnya yang dapat meningkatkan penguasaan
ilmu pengetahuan dan keahlian guna mendukung jalannya pengelolaan.
b. Terbentuknya suatu kondisi yang dapat menguatkan kerangka semangat
kerjasama diantara pihak pengelola, Pemerintah Daerah, mitra dan masyarakat
dalam pelaksanaan pengelolan KPHL Model Sijunjung.
c. Pengembangan sistem informasi yang baik agar dapat menyajikan hal-hal baru
yang bermanfaat bagi semua pihak di dalam pengelolaan.
d. Pembinaan dalam rangka meningkatkan kesadaran dan pemahaman
masyarakat mengenai arti pentingnya pengelolaan kawasan KPHL Model
Sijunjung, mengingat masyarakat di sekitar kawasan hutan merupakan bagian
dari pengelolaan. Hal ini dapat dilihat dari adanya pembagian peran terhadap
masyarakat.
Untuk kontek KPHL Model Sijunjung, pembinaan pada tiga tahun pertama
dilakukan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Sijunjung, karena KPHL Model Sijunjung
adalah UPTD Dinas Kehutanan. Sementara pada tahun-tahun berikutnya,
pembinaan dilakukan langsung oleh Bupati Sijunjung, setelah KPHL Model Sijunjung
menjadi lembaga SKPD yang mandiri. Dalam pelaksanaan pembinaan tersebut, baik
Dinas Kehutanan maupun Bupati Sijunjung dapat meminta bantuan instansi teknis
vertikal terkait, seperti Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Barat dan Kementerian
Kehutanan Republik Indonesia.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 106
6.2 Pengawasan

Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap kinerja KPHL


Model Sijunjung agar dapat melaksanakan tugas dan fungsinya dengan baik.
Pengawasan terhadap pelaksanaan pengelolaan KPHL Model Sijunjung dilakukan
oleh pihak internal pengelola maupun para pihak yang berkompeten dan dilakukan
secara langsung agar pelaksanaan pengelolaan sesuai dengan perencanaan yang
dibuat. Maksud dan tujuan pengawasan adalah untuk menjamin kelancaran
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan rencana pengelolaan.

Fungsi dari pengawasan dalam hal ini adalah sebagai penghimpun informasi
yang nantinya bermanfaat dalam penilaian, sehingga dapat diketahui perubahan-
perubahan yang terjadi terhadap fungsi dan kelestarian kawasan KPHL Model
Sijunjung serta perubahan pada sosial ekonomi masyarakat. Disamping sebagai
penghimpun informasi, pengawasan juga dapat berfungsi pemeriksaan terhadap
ketepatan dan kesesuaian sasaran pengelolaan. Pada pemeriksaan dimungkinkan
dilakukannya perubahan-perubahan terhadap sasaran dan program yang tidak tepat.

Pengawasan terhadap KPHL Model Sijunjung pada tiga tahun pertama (2013-
2015) dilakukan secara internal oleh Dinas Kehutanan. Kemudian pada tahun-tahun
selanjutnya, pengawasan dilakukan oleh dua instansi yakni Inspektorat untuk
pengawasan pelaksanaan pembelanjaan dan Bappeda untuk pengawasan
implementasi program dan kegiatan. Selanjutnya pengawasan dapat juga diartikan
sebagai upaya sistematis yang diperlukan agar pemanfaatan sumber daya lebih
efisien. Untuk itu pengawasan perlu dilaksanakan dalam tahapan sebagai berikut:

1. Penyusunan Standar Kesesuaian

Kesesuaian dimaksud dapat berupa keseuaian dengan ketentuan perundangan-


undangan, kesesuaian dengan rencana, kesesuaian dengan kesepakatan antar
pihak, kesesuaian waktu dan kesesuaian dengan anggaran dan pedoman
pengelolaan keuangan.

2. Analisis Penyimpangan

Menilai kegiatan yang telah dilaksanakan dan melihat seberapa jauh pelaksanaan
kegiatan tersebut telah sesuai dengan standar yang telah disusun atau telah
tersedia.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 107
3. Pengambilan Tindakan Koreksi

Dari hasil penilaian, bila terjadi penyimpangan perlu dilakuan tindakan koreksi
sehingga pelaksanaan rencana menjamin tercapainya tujuan.

6.3. Pengendalian

Pengendalian adalah segala upaya untuk menjamin dan mengarahkan agar


kegiatan yang dilaksanakan dapat mencapai sasaran sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan. Pada instansi pemerintahan, pengaturan pengendalian terdapat
dalam Peraturan Pemerintah Nomor : 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah. Sistem Pengendalian Intern (SPI) menurut peraturan ini adalah
proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus
menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai
atas tercapainya tujuan organisasi yang efektif dan efisien, kehandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan. Sedangkan yag dimaksud dengan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara
menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintahan daerah. Unsur SPIP
terdiri dari lingkungan pengendalian, penilaian resiko, kegiatan pengendalian,
informasi dan komunikasi dan pemantauan pengendalian intern. Kegiatan
pengendalian yang diterapkan dalam suatu instansi pemerintah dapat berbeda
dengan pengendalian yang diterapkan pada instansi pemerintah lain. Perbedaan
penerapan ini antara lain disebabkan oleh perbedaan visi, misi, lingkungan, sejarah
dan latar belakang budaya dan resiko yang dihadapi oleh instansi itu sendiri.

Untuk menjadikan pengelolaan KPHL Model Sijunjung berjalan dengan baik


sesuai dengan perencanaan, tersedianya informasi yang terbuka pada tingkat
manajemen KPHL Model Sijunjung, mitra pengelolaan, Pemerintah Daerah dan
masyarakat, maka perlu dilakukan pengendalian pada unit pengelola sehingga
tujuan dari pengelolaan tercapai dan menjamin seluruh proses pengelolaan berjalan
sesuai dengan aturan yang berlaku. Lingkup pengendalian dilakukan pada tingkat
pimpinan manajemen KPHL model Sijunjung sampai kepada pelaksana di lapangan
sehingga tanggung jawab didalam pelaksanaan pengelolaan berjalan berdasarkan
prosedur operasional dan tata kerja KPHL Model Sijunjung.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 108
BAB. VII. PEMANTAUAN EVALUASI DAN PELAPORAN

Dalam pengelolaan KPHL Model Sijunjung pemantauan dan evaluasi kegiatan


merupakan hal yang sangat penting dilakukan agar seluruh kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan target yang ditetapkan. Kegiatan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan dimasudkan untuk melihat sejauh mana
tingkat pencapaian dan keberhasilan dari suatu pengelolaan yang dilaksanakan.

7.1. Pemantauan

Pemantauan adalah kegiatan pengamatan secara terus menerus terhadap


pelaksanaan suatu tugas dan fungsi satuan organisasi. Kegiatan pemantauan yang
dilanjutkan dengan evaluasi dapat dilakukan oleh unsur internal KPHL Model
Sijunjung maupun unsur eksternal baik oleh instansi pemerintah maupun
masyarakat. Pemantauan atau monitoring terhadap jalannya pengelolaan kawasan
dilaksanakan oleh KPHL Model Sijunjung bersama-sama dengan instansi terkait dan
pihak Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai mitra. Pemantauan
dilaksanakan dengan melakukan penilaian terhadap seluruh komponen pengelolaan.
Hasil yang diperoleh dari pemantauan akan dijadikan sebagai bahan pertimbangan
dalam evaluasi pengelolaan. Jangka waktu pemantauan dapat dilakukan secara
berkala.

7.2. Evaluasi

Evaluasi dilakukan pada setiap tahun dan pada setiap program yang dikerjakan.
Evaluasi dilakukan terhadap input, output dan outcome dari setiap program dan
kegiatan KPHL Model Sijunjung. Adapun maksud dilakukan evaluasi adalah untuk
mengetahui capaian pelaksanaan program dan kegiatan, permasalahan yang
dihadapi dan solusi apa yang dapat diambil dalam melaksanakan program dan
kegiatan pada tahun-tahun berikutnya.

Evaluasi dilakukan dengan melihat ukuran kuantitatif dan kualitatif yang


menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan, yang dikategorikan kedalam
kelompok masukan (inputs), keluaran (outputs) , hasil (outcomes), dan manfaat
(benefits). Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi mencakup :

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 109
1. Pemantauan dan evaluasi oleh internal KPHL.
2. Pemantauan dan evaluasi oleh institusi lain.
3. Pemantauan dan evaluasi oleh masyarakat.
4. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan.

Evaluasi keberhasilan program KPHL dapat diukur dari :

1. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan KPHL Model Sijunjung


semakin menurun.
2. Timbulnya kesadaran dan meningkatnya peran aktif masyarakat terutama yang di
sekitar kawasan untuk menjaga dan melindungi kawasan KPHL Model Sijunjung
dari gangguan keamanan kawasan serta berkembangnya nilai-nilai kearifan lokal
masyarakat dalam mendukung pengelolaan kawasan.
3. Berhasilnya program pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan sebagai
upaya alternatif dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
4. Meningkatnya pengelolaan kawasan oleh seluruh stakeholder terkait yang
memiliki kepedulian terhadap kawasan KPHL, yang dimulai dari Pemda
Kabupaten Sijunjung, UPTD KPHL dan pihak mitra pendukung.
5. Tersedianya data dan informasi mengenai potensi kawasan.

7.3. Pelaporan

Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan mulai dari


perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi. Pada instansi
pemerintah, pelaporan seluruh kegiatan yang dilaksanakan disampaikan dalam
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Pelaporan kinerja
dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja dari suatu instansi
pemerintah dalam satu tahun anggaran, yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan
dan sasarannya. Penyampaian laporan disampaikan kepada pihak yang memiliki hak
atau yang berkewenangan meminta keterangan atau pertanggungjawaban.

Pada kegiatan pelaporan, KPHL Model Sijunjung melaporkan hasil akhir dari
seluruh kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh KPHL model Sijunjung sesuai
dengan fungsi dan tugasnya secara berkala. Acuan yang digunakan dalam
pelaporan adalah berdasarkan standar prosedur operasional yang berlaku pada
lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Sijunjung dan Kementerian Kehutanan.
Pelaporan disusun dengan mengacu kepada Prosedur Kerja KPHL Model Sijunjung.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 110
Tahapan dari penyampaian laporan dimulai dari penyiapan format laporan,
penyusunan bahan laporan dan resume telaahan bahan laporan sampai ke tahap
penyusunan Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semesteran, dan
Laporan Tahunan. Seluruh laporan yang telah tersusun ditandatangani oleh Kepala
Dinas Kehutanan dan disampaikan kepada Bupati Sijunjung, dengan tembusan
kepada Direktorat Jenderal Planologi Kementerian Kehutanan di Jakarta.

Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHL Model Sijunjung


Tahun 2014 - 2023 Page 111

Anda mungkin juga menyukai