Anda di halaman 1dari 15

Makalah Kimia Koloid

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem koloid merupakan bentuk campuran dari dua atau lebih suatu bentuk campuran dua atau
lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm),
sehingga terkena efek Tyndall ( efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar).

Bersifat homogen berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain
yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan. Sifat homogen ini juga dimiliki oleh
larutan, namun tidak dimiliki oleh campuran biasa (suspensi).

Koloid mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan merupakan
contoh-contoh koloid yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga
merupakan sistem koloid. Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatasa dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa itu koloid ?
2. Apa saja jenis-jenis koloid ?
3. Apa saja sifat-sifat dari koliod ?
4. Bagaimana cara pembuatan koloid ?
5. Dimana saja koloid itu dipergunakan ?

1.3 Tujuan
1. Agar kita mengetahui apa itu koloid beserta jenis-jenisnya .
2. Agar kita mengetahui sifat-sifat dari koloid .
3. Agar kita mengetahui cara-cara pembuatan koloid.
4. Agar kita mengetahui cara penggunaan koloid .
5. Agar kita mengetahui aplikasi-aplikasi dari koloid.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KOLOID, LARUTAN, SUSPENSI

Nama koloid untuk pertama kali diberikan oleh Thomas Graham pada tahun 1861. Istilah koloid
berasal dari bahasa Yunani, yaitu kolla yang berarti lem dan oid yang berarti seperti. Secara harfiah, koloid
dapat diartikan seperti lem. Karena, koloid diibaratkan seperti lem dalam hal kemampuan difusinya.Nilai
difusi koloid sama rendahnya dengan lem. Koloidadalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara
dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang dipecah)
tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/ pemecah). Dimana di antara campuran
homogen dan heterogen terdapat sistem pencampuran yaitu koloid, atau bisa juga disebut bentuk (fase)
peralihan homogen menjadi heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang memiliki sifat sama
pada setiap bagian campuran tersebut, contohnya larutan gula dan hujan. Sedangkan campuran heterogen
sendiri adalah campuran yeng memiliki sifat tidak sama pada setiap bagian campuran, contohnya air dan
minyak, kemudian pasir dan semen.
Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud dapat berupa diameter, panjang,
lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari
serbuk-serbuk warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem koloid yang
lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.

Larutan adalah campuran homogen antara zat terlarut dan pelarut. Zat terlarut dinamakan juga
dengan fasa terdispersi atau solut, sedangkan zat pelarut disebut dengan fasa pendispersi atau solvent.
Contohnya larutan gula atau larutan garam.

Suspensi adalah campuran heterogen yang terdiri dari partikel – partikel kecil padat atau cair yang
terdispersi dalam zat cair atau gas. Misalnya, tepung beras dilarutkan dalam air dan dikocok dengan kuat;
Apabila campuran tersebut dibiarkan beberapa saat, campuran tersebut akan mengendap ke bawah.

Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi


Perbedaan yang mencolok antara larutan, koloid, dan suspensi disajikan dalam tabel 1.1 berikut:
Tabel 1 Perbedaan Larutan, Koloid , Suspensi

Aspek yang Sistem Dispersi


dibedakan
Larutan Koloid Suspensi

Bentuk campuran Homogen Homogen Heterogen

Bentuk dispersi Dispersi molekul Dispersi padatan Dispersi padatan

Penulisan X(aq) X(s) X(s)

Ukuran Partikel < 1 nm 1 nm – 100 nm >100 nm

Fase Homogen Heterogen Heterogen

Penyaringan Tidak dapat disaring Tidak dapat disaring dengan Dapat disaring
dengan kertas saring kertas saring biasa, tapi dapat dengan kertas
maupun saringan disaring dengan saringan saring biasa
permeable pemeable

Pemeriksaan Tidak dapat diamati Dapat diamati dengan Dapat diamati


dengan microscope biasa, microscope ultra. dengan
tapi teramati dengan microscope biasa.
microscope elektron

Jika Didiamkan Tidak memisah Tidak memisah Memisah

Warna Jernih Jernih sampai keruh Keruh

Contoh Dispersi Gula dalam air Air susu Pasir dalam air

2.2 JENIS-JENIS KOLOID

Sistem koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium pendispersi. Fase
terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat, cair, dan gas.
- Zat terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
- Zat pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid

Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi 4, yaitu:

A. Koloid Sol
Seperti yang telah dijelaskan, sol merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya merupakan
zat padat. Berdasarkan medium pendispersinya, sol dapat dibagi menjadi:

1. Sol Padat

Sol padat merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah paduan logam, gelas
berwarna, dan intan hitam.

2. Sol Cair (Sol)

Sol cair merupakan sol di dalam medium pendispersi cair. Contohnya adalah cat, tinta, tepung dalam air,
tanah liat, dll.

3. Sol Gas (Aerosol Padat)

Sol gas merupakan sol di dalam medium pendispersi padat. Contohnya adalah debu di udara, asap
pembakaran, dll

B. Koloid Emulsi

Seperti yang telah dijelaskan, emulsi merupakan jenis koloid dimana fase terdispersinya
merupakan zat cair. Kemudian, berdasarkan medium pendispersinya, emulsi dapat dibagi menjadi:

1. Emulsi Gas (Aerosol Cair)

Emulsi gas merupakan emulsi di dalam medium pendispersi gas. Aerosol cair seperti hairspray dan
baygon, dapat membentuk system koloid dengan bantuan bahan pendorong seperti CFC. Selain itu juga
mempunyai sifat seperti sol liofob yaitu efek Tyndall, gerak Brown.

2. Emulsi Cair

Emulsi cair merupakan emulsi di dalam medium pendispersi cair. Emulsi cair melibatkan campuran dua
zat cair yang tidak dapat saling melarutkan jika dicampurkan yaitu zat cair polar dan zat cair non-polar.
Biasanya salah satu zat cair ini adalah air dan zat lainnya seperti minyak.

Sifat emulsi cair yang penting ialah:

a. Demulsifikasi

Kestabilan emulsi cair dapat rusak akibat pemanasan, pendinginan, proses sentrifugasi, penambahan
elektrolit, dan perusakan zat pengelmusi.
b. Pengenceran

Emulsi dapat diencerkan dengan penambahan sejumlah medium pendispersinya.

C. Emulsi Padat atau Gel

Gel merupakan emulsi didalam medium pendispersi zat padat. Gel dapat dianggap terbentuk
akibat penggumpalan sebagian sol cair. Pada penggumpalan ini, partikel-partikel sol akan bergabung
membentuk suatu rantai panjang. Rantai ini kemudian akan saling bertaut sehingga terbentuk suatu
struktur padatan di mana medium pendispersi cair terperangkap dalam lubung-lubang struktur tersebut.

Berdasarkan sifat keelastisitasnya, gel dapat dibagi menjadi:

1. Gel elastic

Gel yang bersifat elastis, yaitu dapat berubah bentuk jika diberi gaya dan kembali ke bentuk awal jika
gaya ditiadakan. Contoh adalah sabun dan gelatin.

2. Gel non-elastis

Contoh adalah gel silica.

D. Koloid Buih

Buih merupakan koloid dimana fase terdispersinya merupakan gas. Kemudian, berdasarkan
medium pendispersinya, buih dapat dibagi menjadi:

1. Buih Cair (Buih)

Buih cair adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi zat cair.
Biasanya fase terdispersi gas berupa udara atau CO2. Kestabilan buih diperoleh karena adanya zat
pembuih (surfaktan). Zat ini teradsorpsi ke daerah antar fase dan mengikat gelembung-gelembung gas
sehingga diperoleh kestabilan. Contohnya adalah buih yang dihasilkan alat pemadam kebakaran dan
kocokan putih telur.

Sifat-sifat buih cair ialah:


a. Struktur buih cair berubah dengan waktu karena drainase (pemisahan medium pendispersi) akibat
kerapatan fas dan zat cair yang jauh berbeda, rusaknya film antara dua gelembung gas, dan ukuran
gelembung gas menjadi lebih besar akibat difusi.

b. Struktur buih cair dapat berubah jika diberi gaya dari luar

2. Buih Padat

Buih padat adalah sistem koloid dengan fase terdispersi gas dan medium pendispersi

zat padat. Kestabilan buih padat diperoleh dari zat pembuih (surfaktan). Beberapa buih padat yang kita
kenal adalah roti, styrofoam, batu apung,dll

Sebagai catatan, tidak terdapat buih gas, dimana medium pendispersi dan fase terdispersi sama-sama
berupa gas. Hal itu karena campuran dari keduanya tergolong sebagai larutan.
Secara garis besar, kedelapan jenis sistem koloid tersebut dapat ditunjukkan pada Tabel 1.2 berikut ini.
Tabel 2 Jenis Sistem Koloid dan Contoh-contohnya

Fase Medium
No. Nama Koloid Contoh
Terdispersi Pendispersi

Sol emas, agar-agar, jelly, cat,


1. Padat Cair Sol
tinta, air sungai

2. Padat Gas Aerosol padat Asap, debu padat

3. Padat Padat Sol padat Paduan logam, kaca berwarna

4. Cair Gas Aerosol Kabut, awan

Santan, susu, es krim, krim,


5 Cair Cair Emulsi
lotion, mayonaise

6. Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega, mutiara

7. Gas Cair Buih, busa Busa sabun

8. Gas Padat Busa padat Karet busa, batu apung

2.3 SIFAT-SIFAT KOLOID

Efek Tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal
ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek tyndall ini ditemukan oleh John
Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat larutan sejati
(gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan
pada sistem koloid (gambar kanan), cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid
mempunyai partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut. Sebaliknya,
pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga hamburan yang terjadi hanya sedikit dan
sangat sulit diamati. Dalam realitasnya efek Tyndall dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya :
1) Sorot lampu proyektor di gedung bioskop akan tampak jelas ketika ada asap rokok sengga gambar film yang
ada di layar menjadi tidak jelas.
2) Sorot lampu mobil pada malam hari yang berdebu, berasap, atau berkabut akan tampak jelas.
3) Berkas sinar matahari yang melalui celah daun pepohonan pada pagi hari yang berkabut akan tampak jelas.

Gerak Brown

Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak
menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah mikroskop ultra, maka kita akan
melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini
dinamakan gerak Brown, Sesuai dengan nama penemunya Robert Brown.Partikel-partikel suatu zat
senantiasa bergerak.

Gerakan tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya bervibrasi di tempat
seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-
partikel akan menghasilkan tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah.

Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang.
Sehingga terdapat suatu resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown
terjadi.

Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi.
Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat
(suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system koloid, maka semakin
besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari
partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu system
koloid, maka gerak Brown semakin lambat.

Muatan Koloid
1. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik Apabila ke dalam sistem
koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel
koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya.Koloid bermuatan negatif
akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katoda
(elektrode negatif). Dengan demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan
koloid.

2. Adsorpsi
Bagaimanakah partikel koloid mendapatkan muatan listrik? Partikel koloid memiliki kemampuan
menyerap ion atau muatan listrik pada permukaannya. Oleh karena itu, partikel koloid menjadi bermuatan
listrik. Penyerapan pada permukaan ini disebut adsorpsi (jika penyerapan sampai ke bawah permukaan
disebut absorpsi).
Sebagai contoh, penyerapan air oleh kapur tulis). Sol Fe(OH)3 dalam air mengadsorpsi ion positif
sehingga bermuatan positif, sedangkan sol As2S3 mengadsorpsi ion negatif sehingga bermuatan negatif
Muatan koloid juga merupakan faktor yang menstabilkan koloid, di samping gerak Brown. Oleh karena
bermuatan sejenis maka partikel-partikel koloid saling tolak-menolak, sehingga terhindar dari
pengelompokan antarsesama partikel koloid itu (jika partikel koloid itu saling bertumbukan dan kemudian
bersatu, maka lama-kelamaan dapat terbentuk partikel yang cukup besar dan akhirnya mengendap).
Sifat adsorpsi koloid ini telah dipergunakan dalam bidang lain, misalnya pada proses pemurnian gula tebu,
pembuatan obat norit, dan proses penjernihan air minum.

Koagulasi koloid
Koagulasi adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat terjadi secara fisik seperti
pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran
koloid yang berbeda muatan.Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari dan industri sebagai
berikut:
Pembentukan delta di muara sungai terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami
koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.
Lumpur koloidal dalam sungai dapat digumpalkan dengan menambahkan tawas. Sol tanah liat dalam air
sungai biasanya bermuatan negatif, sehingga akan digumpalkan oleh ion Al3+ dari tawas (aluminium
sulfat).
Asap atau debu dari pabrik dan industri dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik dari Cottrel.

Koloid Pelindung
Pada beberapa proses, suatu koloid harus dipecahkan. Misalnya, koagulasi lateks. Di lain pihak,
koloid perlu dijaga supaya tidak rusak.Suatu koloid dapat distabilkan dengan menambahkan koloid lain
yang disebut koloid pelindung. Koloid pelindung ini akan membungkus partikel zat terdispersi, sehingga
tidak dapat lagi mengelompok.

Contoh:
1. Pada pembuatan es krim digunakan gelatin untuk mencegah pembentukan kristal besar es
atau gula.
2. Cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan suatu koloid pelindung.
3. Zat-zat pengemulsi, seperti sabun dan detergen, juga tergolong koloid pelindung.
Dialisis
Dialisis ialah pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis. Pada pembuatan suatu koloid, sering kali terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan
koloid tersebut. Ion-ion pengganggu ini dapat dihilangkan dengan suatu proses yang disebut dialisis. Dalam
proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid, lalu kantong koloid itu dimasukkan
ke dalam bejana yang berisi air mengalir.Kantong koloid terbuat dari selaput semipermiabel, yaitu selaput
yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion-ion atau molekul sederhana, tetapi menahan
koloid. Dengan demikian, ion-ion keluar dari kantong dan hanyut bersama air.

Koloid Liofil dan Koloid Liofob


Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob.Suatu koloid disebut koloid liofil apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat
terdispersi dengan mediumnya. Liofil berarti suka cairan (Yunani: lio = cairan, philia = suka).Sebaliknya,
suatu koloid disebut koloid liofob jika gaya tarik-menarik tersebut tidak ada atau sangat
lemah. Liofob berarti tidak suka cairan (Yunani: lio = cairan, phobia = takut atau
benci).Jika medium dispersi yang dipakai adalah air, maka kedua jenis koloid di atas masing-masing
disebut koloid hidrofil dan koloid hidrofob.
Contoh:
-Koloid hidrofil: sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin.
-Koloid hidrofob: sol belerang, sol Fe(OH)3, sol-sol sulfida, dan sol-sol logam.
Perbandingan Sifat Sol Hidrofil dan Sol Hidrofob Dapat dilihat di tabel 1.3 berikut :
Tabel 3 Perbedaan sol Hidrofil dan Sol Hidrofob

Sel Hidrofil Sel Hidrofob

Mengadsorbsi mediumnya Tidak mengadsorbsi mediumnya

Dapat dibuat dengan konsentrasi yang relatif besar Hanya stabil pada konsentrasi kecil

Tidak mudah menggumpal pada penambahan Mudah menggumpal pada penambahan elektrolit
elektrolit

Viskositas lebih besar daripada mediumnya Viskositas hampir sama dengan mediumnya

Bersifat reversible Tidak reversible

Efek tyndall lemah Efek tyndall lebih jelas

Koloid organic Umumnya koloid anorganik

Gerak Brown tidak jelas Gerak Brown jelas

2.4 PEMBUATAN SISTEM KOLOID

Ukuran partikel koloid terletak antara partikel larutan sejati dan partikel suspensi. Oleh karena itu,
sistem koloid dapat dibuat dengan mengelompokkan (agregasi) partikel larutan sejati atau menghaluskan
bahan dalam bentuk kasar kemudian didispersikan kedalam medium pendispersi

- Metode kondensasi yang merupakan metode bergabungnya partikel-partikel kecil larutan sejati yang
membentuk partikel-partikel berukuran koloid.
- Metode dispersi yang merupakan metode dipecahnya partikel-partikel besar sehingga menjadi partikel-
partikel berukuran koloid.

1. CARA KONDENSASI
Dengan cara kondensasi partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid. Cara
ini dapat diliakukan melalui reaksi-reaksi kimia, seperti reaksi redoks, hidrolisis, dekomposisi rangkap,
atau dengan pergantian pelarut.
a. Reaksi Redoks
Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi.
Contoh : pembuatan sol belerang dari reaksi kimia antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang
dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S kedalam larutan SO2.

2H2S + SO2 2H2O + 3S (koloid)

Misalnya:
- Sol emas atau sol Au dapat dibuat dengan mereduksi larutan garamnya dengan melarutkan AuCl3 dalam
pereduksi organik formaldehida HCOH;
2AuCl3 (aq) + HCOH(aq) + 3H2O(l) 2Au(s) + HCOOH(aq) + 6HCl(aq)
- Sol belerang dapat dibuat dengan mereduksi SO2 yang terlarut dalam air dengan mengalirnya gas H2S:
2H2S(g) + SO2 (aq) 3S(s) + 2H2O(l)
b. Hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air.
Contoh : pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. apabila ke dalam air mendidih ditambahkan
larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3 + 3H2O Fe(OH)3 (koloid) + 3HCl
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Misalnya:
- Sol Fe(OH3) dapat dibuat dengan hidrolisis larutan FeCl3 dengan memanaskan larutan FeCl3 atau
reaksi hidrolisis garam Fe dalam air mendidih;
FeCl3 (aq) + 3H2O(l) Fe(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
(Koloid Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+)
- Sol Al(OH)3 dapat diperoleh dari reaksi hidrolisis garam Al dalam air mendidih;
AlCl3 (aq) + 3H2O(l) Al(OH) 3 (koloid) + 3HCl(aq)
c. Dekomposisi Rangkap
Sol As2S3 dapat dibuat dari reaksi antara larutan H3AsO3 dengan larutan H2S
2H3AsO3 + 3H2S As2S3 (koloid) + 6H2O
Misalnya:
- Sol As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin
sampai terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3 (aq) + 3H2S(g) As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
(Koloid As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
- Sol AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl encer;
AgNO3 (ag) + HCl(aq) AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
d. Penggati Pelarut
Cara ini dilakukan dengan mengganti medium pendispersi sehingga fasa terdispersi yang semulal arut
setelah diganti pelarutanya menjadi berukuran koloid.
2. CARA DISPERSI
Dengan cara dispersi, partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid. Cara dispersi dapat
dilakukan secara mekanik, peptisasi, atau dengan loncatan bunga listrik (cara busur Bredig).

A. Cara Mekanik
Cara mekanik adalah penghalusan partikel-partikel kasar zat padat dengan proses penggilingan
untuk dapat membentuk partikel-partikel berukuran koloid. Alat yang digunakan untuk cara ini biasa
disebut penggilingan koloid, yang biasa digunakan dalam:
- industri makanan untuk membuat jus buah, selai, krim, es krim,dsb.
- Industri kimia rumah tangga untuk membuat pasta gigi, semir sepatu, deterjen, dsb.
- Industri kimia untuk membuat pelumas padat, cat dan zat pewarna.
- Industri-industri lainnya seperti industri plastik, farmasi, tekstil, dan kertas.
B. Cara Busur Bredig

Cara busur Bredig ini biasanya digunakan untuk membuat sol-sol logam, sperti Ag, Au, dan Pt.
Dalam cara ini, logam yang akan diubah menjadi partikel-partikel kolid akan digunakan sebagai elektrode.
Kemudian kedua logam dicelupkan ke dalam medium pendispersinya (air suling dingin) sampai kedua
ujungnya saling berdekatan. Kemudian, kedua elektrode akan diberi loncatan listrik. Panas yang timbul
akan menyebabkan logam menguap, uapnya kemudian akan terkondensasi dalam medium pendispersi
dingin, sehingga hasil kondensasi tersebut berupa pertikel-pertikel kolid. Karena logam diubah jadi partikel
kolid dengan proses uap logam, maka metode ini dikategorikan sebagai metode dispersi.
C. Cara Peptisasi
Cara peptisasi adalah pembuatan koloid dari butir-butir kasar atau dari suatu endapan dengan
bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi memecahkan butir-butir kasar menjadi butir-
butir koloid. Istilah peptisasi dikaitkan dengan peptonisasi, yaitu proses pemecahan protein (polipeptida)
yang dikatalisis oleh enzim peptin.
Contoh : agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lain-lain. Endapan
NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.
D. Koloid Asosiasi
Koloid asosiasi adalah sistem koloid yang terbentuk ketika partikel atau molekul terdispersi
mengadakan asosiasi dengan medium pendispersinya.
F. Koloid dan Polusi
Kabut merupakan dispersi partikel air dalam udara. Kabut terjadi jika udara panas yang
mengandung uap air tiba-tiba mengalami pendinginan sehingga sebagian uap air mengalami kondensasi.
Jika asap bergabung dengan kabut maka terbentuklah asbut (asap kabut/smog). Asbut berbagai jenis gas
yang terbentuk dari serentetan reaksi fotokimia, diantaranya ozon, aldehida dan peroksiasetil nitrat
(PAN=CH3-COOONO2).
2.5 KEGUNAAN KOLOID

Sistem koloid banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu dapat digunakan untuk mencampur
zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala
besar.

Berikut ini adalah tabel 1.4 aplikasi koloid:

Jenis industri Contoh aplikasi

Industri makanan Keju, mentega, susu, saus salad

Industri kosmetika dan perawatan tubuh Krim, pasta gigi, sabun

Industri cat Cat

Industri kebutuhan rumah tangga Sabun, deterjen

Industri pertanian Peptisida dan insektisida

Industri farmasi Minyak ikan, pensilin untuk suntikan

Berikut ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid:


Pemutihan Gula
Dengan melarutkan gula ke dalam air, kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae
atau karbon, partikel-partikel koloid kemudian akan mengadsorbsi zat warna tersebut. Sehingga gula tebu
yang masih berwarna dapat diputihkan.

Penggumpalan Darah
Darah mengandung sejumlah kolid protein yangbermuatan negative. Jika terdapat luka kecil, maka luka
tersebut dapat doibati dengan pensil stiptik atau tawas yang mengandung ion-ion Al3+dan Fe3+, dimana ion-
ion tersebut akan membantu menetralkan muatan-muatan partikel koloid protein danmembnatu
penggumpalan darah.

Pembentukan Delta di Muara Sungai


Air sungai mengandung partikel-partikel koloid pasir dan tanah liat yang bermuatan negatif. Sedangkan air
laut mengandung ion-ion Na+, Mg2+, dan Ca2+yang bermuatan positif. Ketika air sungai bertemu di laut,
maka ion-ion positif dari air laut akanmenetralkan muatan pasir dan tanah liat. Sehingga, terjadi koagulasi
yang akan membentuk suatu delta.

Pengambilan Endapan Pengotor


Gas atau udara yang dialirkan ke dalam suatu proses industri seringkali mangandung zat-zat pengotor
berupa partikel-partikel koloid. Untukmemisahkan pengotor ini, digunakan alat pengendap elektrostatik
yang pelat logamnya yang bermuatan akan digunakan untuk menarik partikel-partikel koloid.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang kami telah jelaskan diatas, maka kami dapat mengambil kesimpulan
sebagai berikut :

Contoh dari sistem koloid tidak hanya dapat kita temukan dengan melakukan percobaan terlebih
dahulu, tetapi sangat banyak dilingkungan sekitar kita dan sering kita jumpai.
Dari berbagai macam sistem koloid tersebut, kita dapat membedakannya berdasarkan jenis-jenis
koloidnya, sehingga kita dapat mengetahui benda tersebut termasuk kedalam katagori kolid apa.
3.2 Saran

- Sebaiknya kita perlu mengetahui macam-macam serta bentuk-bentuk koloid


- Mempelajari manfaat dari bebrbagai bentuk koloid
- Serta menerapkan didalam kehidupan sehari-hari

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_koloid

http://sistemkoloid.tripod.com/kegunaan.htm
http://nabilahfairest.multiply.com/journal/item/38/koloid

http://user.cbn.net.id/johanoni/koloid.htm

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas_x/koloid/

Parning, dkk. 2006. Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.

http://susigoonshy.blogspot.com/2011/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://aridhoprahasti.blogspot.com/2013/05/perbedaan-lengkap-sol-hidrofil-dan-sol.html
http://mariyam1chemist.wordpress.com/2010/05/23/koloid-liofil-dan-liofob/
http://alfikimia.wordpress.com/kelas-xi/sistem-koloid/sifat-sifat-koloid/
http://tugasgw.wordpress.com/2009/07/24/pembuatan-sistem-koloid/

Anda mungkin juga menyukai