1
Hasil ini menunjukkan bahwa, antara anak-anak yang
terkena bencana alam, anak-anak muda dan mereka
dengan orang tua yang menderita distress yang
berhubungan dengan trauma sangat rentan terhadap
timbulnya gangguan mental yang pediatrik.
A. Konten/Isi Jurnal
2
sedikit strategi coping untuk menghadapi situasi stres dari pada anak-
anak non pengungsi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan oleh:
1) menilai kesehatan mental anak-anak sekolah dasar dan
menengah yang tinggal di dalam prefektur Fukushima Jepang, dan
2) mengidentifikasi faktor risiko dan pelindung yang dikaitkan
dengan skor kesehatan mental anak-anak.
Metode
Variabel paparan para siswa dibagi menjadi tiga kategori anak terlantar
yaitu : anak-anak non-pengungsi, dan kontrol untuk membedakan efek
dari gempa, relokasi, dan tumpahan radiasi (variabel paparan) pada
kesehatan mental anak-anak (hasil variabel). Pusat gempa itu terletak
sekitar 80 km sebelah timur dari pantai Jepang, 200 km sebelah timur dari
Koriyama, 375 km sebelah timur laut dari Komoro, dan 400 km timur laut
Tokyo. Anak-anak yang terletak di Koriyama dan sepanjang pantai timur
terkena getaran lebih kuat dari anak-anak yang tinggal di daerah kontrol
dari Nagano dan Tokyo. Oleh karena itu, anak-anak yang tinggal di
Koriyama dan sepanjang pantai timur Fukushima juga terkena tingkat
radiasi jauh lebih tinggi dari pada anak-anak yang tinggal di prefektur
control Tokyo dan Nagano. Selama bulan Februari dan Maret 2012, para
peneliti didistribusikan 3.650 paket survei untuk sembilan sekolah di
seluruh Jepang. Dari jumlah tersebut, 3.000 dibagikan kepada tiga
sekolah dasar dan empat sekolah menengah di Koriyama, Fukushima
prefektur (kategori I dan II), 250 dibagikan ke salah satu sekolah dasar di
Tachikawa, Prefektur Tokyo (kategori III), dan 400 dibagikan ke satu
tengah sekolah di Komoro, prefektur Nagano (kategori III). Karena para
peneliti tidak dapat mengidentifikasi anak-anak pengungsi dan keluarga
mereka di Koriyama menggunakan catatan pemerintah, survei dibagikan
kepada semua 3.000 anak di kota dengan harapan menerima survei
selesai dari setidaknya 45 keluarga pengungsi ambang yang diperlukan
untuk mencapai signifikan secara statistik efek.
3
2. Hasil dan Kesimpulan
Kehadiran gangguan mental ditandai dengan skor SDQ dari 17 atau lebih
besar seperti yang ditentukan oleh pengembangan SDQ Robert
Goodman pada tahun 2011. Dengan menggunakan cut-off langkah -
langkah, prevalensi gangguan mental yang bertekad untuk menjadi 20%
di kalangan mahasiswa direlokasi (kategori I ), 14% di kalangan
mahasiswa asli Koriyama (kategori II), dan 7% di kalangan mahasiswa di
luar Fukushima (kategori III). Setelah menilai prevalensi gangguan mental
di kalangan tiga kelompok, para peneliti kemudian dilakukan regresi
sederhana dan multivariat berkaitan SDQ Jumlah Kesulitan skor untuk
variabel seperti paparan kekerasan, perpindahan dari rumah seseorang,
trauma orang tua, jenis kelamin, dan usia. Distribusi variabel-variabel ini
berdasarkan kategori. Sayangnya, karena keterbatasan ditempatkan
pada peneliti oleh dewan sekolah dari Tokyo dan Nagano prefektur,
Peneliti tidak dapat mendistribusikan kuesioner IES-R kepada orang tua
anak-anak kontrol.Oleh karena itu, trauma orang tua hanya dinilai sebagai
faktor risiko potensial antara populasi direlokasi dan asli. Dalam rangka
untuk mengidentifikasi risiko dan faktor pelindung secara signifikan terkait
dengan status kesehatan mental anak-anak, para peneliti pertama
dilakukan regresi linier sederhana dengan menggunakan masing-masing
dari lima variabel sebagai prediktor SDQ Jumlah Kesulitan skor.
SDQ Jumlah Kesulitan skor menggunakan regresi linier sederhana:
paparan kekerasan ( β = 2,46, p = 0,011), perpindahan dari
rumah seseorang ( β = 2.22, p = 0,020), trauma orangtua ( β = 0,144, p =
0,000), dan usia ( β = - 0,722, p = 0,000). Setelah menyelesaikan lima
regresi linier sederhana, para peneliti kemudian mulai melihat masing-
masing dari empat variabel yang tersisa pada gilirannya, menggunakan
regresi multivariat . Hasil ini menunjukkan bahwa, antara anak-anak yang
terkena bencana alam, anak-anak muda dan mereka dengan orang tua
yang menderita distress yang berhubungan dengan trauma sangat rentan
terhadap timbulnya gangguan mental yang pediatrik.
4
Analisa Jurnal (PICO)
5
untuk menilai trauma di orang tua anak-
anak (salah satu variable prediktor). SDQ
mencakup 25 pertanyaan yang terbagi
antara lima skala lima item masing-masing:
Perilaku Masalah, kekurangan perhatian
Hyperactivity, Gejala emosional, Masalah
Teman sebaya, dan prososial Perilaku.
Kelima subscores kemudian dijumlahkan
bersama-sama untuk menghasilkan
mencetak Jumlah
Kesulitan 0-40.
6
langkah, prevalensi gangguanmental yang
bertekad untuk menjadi 20% di kalangan
mahasiswa direlokasi (kategori I ), 14% di
kalangan mahasiswa asli Koriyama
(kategori II), dan 7% di kalangan
mahasiswa di luar Fukushima (kategori III).
SDQ Jumlah Kesulitan skor untuk variabel
seperti paparankekerasan, perpindahan
dari rumah seseorang, trauma orangtua,
jenis kelamin, dan usia.Menunjukkan
distribusivariabel-variabel ini berdasarkan
kategori. Sayangnya, karena keterbatasan
ditempatkan pada peneliti oleh dewan
sekolahdari Tokyo dan Nagano prefektur,
kami tidak dapat mendistribusikan
kuesioner IES-R kepada orang tua anak-
anak control Satu-satunyafaktor yang tidak
memiliki hubungan yang signifikan secara
statistik dengan SDQ skor menggunakan
regresi linier sederhanaadalah jenis
kelamin ( β = - 0,032, p = 0,629).
Visualisasi hasil regresi linier yang
berkaitan skor SDQ anak-anak denganIES-
R skor orang tua.Setelah menyelesaikan
lima regresi linier sederhana, para peneliti
kemudian mulai melihat masing-masing
dari empat variabel yangtersisa pada
gilirannya, menggunakan regresi multivariat
untuk memperhitungkan kemungkinan
pembaur. Hasil ini menunjukkan bahwa,
antara anak-anak yang terkena bencana
alam, anak-anak muda dan mereka dengan
orang tuayang menderita distress yang
7
berhubungan dengan trauma sangat rentan
terhadap timbulnya gangguan mental yang
pediatric.
B. Kritikal Jurnal
1. Subtansi
a. Kelebihan
Kelebihan dari jurnal ini adalah dibagi menjadi tiga kategori variabel
yaitu : anak terlantar, anak non-pengungsi, dan kontrol untuk
membedakan efek dari trauma bencana alam .
b. Kekurangan
Para peneliti ada mengalami kesulitan karena keterbatasan tempat
penelitian yang diberikan oleh pihak sekolah dari Tokyo dan Nagano,
jadi ada hasil penelitian yang belum terselesaikan yaitu pengisian
kousioner dari orang tua yang menderita trauma pasca bencana alam.
2. Metodelogi
a. Kelebihan
Menggunakan metode SDQ untuk mengukur mental pada anak anak
dan IESR untuk mengukur tingkat trauma pada orang tua
b. Kekurangan
Jurnal ini memiliki kendala etika logistic maka itu kami tidak menerima
ijin yang diperlukan untuk mengevaluasi anak anak secara langsung
dan metode IESR belum terlaksana.
a. Kelebihan
Penyajian data sudah disertakan tabel.
b. Kekurangan
Tabel yang tidak dibuat secara terpisah dari masing-masing variabel
sehingga kita sedikit kesulitan dalam mengetahui hasil penelitian serta
tidak ada keterangan yang menjelaskan dari isi setiap tabel.
C. Kesimpulan
Hasil ini menunjukkan bahwa, antara anak-anak yang terkena bencana
alam, anak-anak muda dan mereka dengan orang tua
yang menderita distress yang berhubungan dengan trauma sangat rentan
terhadap timbulnya gangguan mental yang pediatrik.
D. Implementasi Keperawatan
1. Hasil penelitian dalam jurnal ini dapat berkontibusi dalam keperawatan
terutama keperawatan disaster atau bencana terhadap kesehtan mental
8
anak anak maupun traumatik pasca bencana alam dengan penggunaan
metode SDQ dan IESR, Adapun implementasi berdasarkan jurnal ini
yang dapat diterapkan:
a. mengidentifikasi tingkat kecemasan yang dialami anak anak maupun
orangtua yang terkena bencana.
b. Menggunakan pendekatan yang menenangkan untuk mendapatkan
informasi dari para anak anak dan orangtua yang terkena bencana.
c. Dorong pasien untuk menungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi
terhadap dampak pasca bencana
d. Berikan aktivitas fisik dan mental yang tidak melebihi kemampuan
pasien (misalnya membaca, menonton tv, makan bersama, bermain
bersama, perkumpulan sosial atau bersosialisasi, dan olahraga)
e. Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan
masa lalu saat ini.
f. Menggunakan komunikasi untuk membangun kepercayaan dan terapi
empatik peduli
g. Mengajari metode relaksasi,mediasi,citra dan memberinya petunjuk
9
REVIEW JURNAL
Assessing the Mental Health Impact of the 2011 Great Japan Earthquake,
Tsunami, and Radiation Disaster on Elementary and Middle School
Children in the Fukushima Prefecture of Japan
OLEH KELOMPOK 2 :
10