Anda di halaman 1dari 21

6/15/2012

PEMBINAAN DUKUN BAYI DI KOMUNITAS

A. LATAR BELAKANG
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan. Delapan
puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di
masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih
memercayakan pertolongan persalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan
dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi.
Untuk mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan
kemitraan dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun yan
merupakan salah satu tugas dan tanggung jawabbidan. Maka dari itu tugas dan tanggung jawab bidan terhadap
dukun bayi sangat memberikan kontribusi yang cukup penting. Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang
memegang peranan penting dalam pelayanan kebidanan ialah dukun bayi atau nama lainnya dukun beranak, dukun
bersalin, dukun peraji.
Dalam lingkungan dukun bayi merupakan tenaga terpercaya dalam segala soal yang terkait dengan reproduksi
wanita. Dukun bayi biasanya seorang wanita sudah berumur ± 40 tahun ke atas. Pekerjaan ini turun temurun dalam
keluarga atau karena ia merasa mendapat panggilan tugas ini. Pengetahuan tentang fisiologis dan patologis
dalam kehamilan, persalinan, serta nifas sangat terbatas oleh karena itu apabila timbul komplikasi ia tidak mampu
untuk mengatasinya, bahkan tidak menyadari akibatnya, dukun tersebut menolong hanya berdasarkan pengalaman
dan kurang professional.
Berbagai kasus sering menimpa seorang ibu atau bayinya seperti kecacatan bayi sampai pada kematian ibu dan
anak. Dalam usaha meningkatkan pelayanan kebidanan dan kesehatan anak maka tenaga kesehatan
seperti bidan mengajak dukun untuk melakukan pelatihan dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dalam
menolong persalinan, selain itu dapat juga mengenal tanda-tanda bahaya dalam kehamilan dan persalinan dan segera
minta pertolongan pada bidan.
Dukun bayi yang ada harus ditingkatkan kemampuannya, tetapi kita tidak dapat bekerjasama dengan dukun bayi
dalam mengurangi angka kematian dan angka kesakitan (Prawirohardjo, 2005)
Tingginya angka kematian ibu dan bayi menunjukan masih rendahnya kualitas pelayanaan kesehatan.
Delapan puluh persen persalinan di masyarakat masih di tolong oleh tenaga non-kesehatan, seperti dukun. Dukun di
masyarakat masih memegang peranan penting, dukun di anggap sebagai tokoh masyarakat. Masyarakat masih
memercayakan pertolonganpersalinan oleh dukun, karena pertolongan persalinan oleh dukun di anggap murah dan
dukun tetap memberikan pendampingan pada ibu setelah melahirkan, seperti merawat dan memandikan bayi. Untuk
mengatasi permasalahan persalinan oleh dukun, pemeritah membuat suatu terobosan dengan melakukan kemitraan
dukun dan bidan. Salah satu bentuk kemitraan tersebut adalah dengan melakukan pembinaan dukun.
Pembinaan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang masyarakat pemerintah dalam rangka
meningkatkan ketrampilan dan mempersempit kewenangan sesuai dengan fungsi dan tugasnya.
Pembinaan dukun adalah suatu pelatihan yang di berikan kepada dukun bayi oleh tenaga kesehatan yang
menitik beratkan pada peningkatan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi,
yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan dan perawatan bayi baru lahir, serta pengetahuan tentang
perawatan kehamilan, deteksi dini terhadap resiko tinggi pada ibu dan bayi, KB, gizi serta pencatatan kelahiran dan
kematian. Pembinaan dukun merupakan salah satu upaya menjalin kemitraan antara tenaga kesehatan (bidan) dan
dukun dengan tujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.

DUKUN BAYI
Dukun Bayi

Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk
menolongpersalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.(Dep Kes RI. 1994 : 2)
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat kepercayaan
serta memiliki ketrampilan menolong persalinansecara tradisional dan memperoleh ketrampilan tersebut dengan cara
turun temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah penigkatan ketrampilan tersebut serta
melalui petugas kesehatan.
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang mendapat
kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan
tersebut dengan cara turun-temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan
keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. Dukun bayi adalah seorang wanita atau pria yang
menolong persalinan. Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari ibu kepada anak atau dari keluarga dekat
lainnya (Kusnada Adimihardja).
Dukun bayi adalah profesi seseorang yang dalam aktivitasnya, menolong proses persalinanseseorang,
merawat bayi mulai dari memandikan, menggendong, belajar berkomunikasi dan lain sebagainya. Dukun bayi
biasanya juga selain dilengkapi dengan keahlian atau skill, juga dibantu dengan berbagai mantra khusus yang
dipelajarinya dari pendahulu mereka. Proses pendampingan tersebut berjalan sampai dengan bayi berumur 2
tahunan. Tetapi, pendampingan yang sifatnya rutin sekitar 7 - 10 hari pasca melahirkan.
Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh masyarakat untuk
menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak sesuai kebutuhan masyarakat.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat sudah mengenal dukun bayi atau dukun beranak
sebagai tenaga pertolongan persalinan yang diwariskan secara turun temurun. Dukun bayi yaitu mereka yang
memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan kelahiran,
seperti memandikan bayi, upacara menginjak tanah, dan upacara adat serimonial lainnya. Pada kelahiran anak dukun
bayi yang biasanya adalah seorang wanita tua yang sudah berpengalaman, membantu melahirkan dan memimpin
upacara yang bersangkut paut dengan kelahiran itu (Koentjaraningrat, 1992).

Dukun mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


Ø Pada umumnya adalah seorang anggota masyarakat yang cukup dikenal di desa.
Ø Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf
Ø Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-
mimpi, dengan tujuan untuk menolong sesama
Ø Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil
sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
Ø Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-masing orang yang ditolong
sehingga besar kecil uang yang diterima tidak sama setiap waktunya.
Ø Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh yang berpengaruh, misalnya kedudukan
dukun bayi dalam masyarakat .

Menurut Sarwono Prawiroharjo (1999) ciri dukun bayi adalah :


Ø Dukun bayi biasanya seorang wanita, hanya dibali terdapat dukun bayi pria.
Ø Dukun bayi umumnya berumur 40 tahun keatas.
Ø Dukun bayi biasanya orang yang berpengaruh dalam masyarakat.
Ø Dukun bayi biasanya mempunyai banyak pengalaman dibidang sosial, perawatan diri sendiri, ekonomi, kebudayaan
dan pendidikan.
Ø Dukun bayi biasanya bersifat turun menurun.

Pembagian Dukun Bayi, Menurut Depkes RI, dukun bayi dibagi menjadi 2 yaitu :
Ø Dukun Bayi Terlatih, adalah dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan oleh tenaga kesehatan yang dinyatakan
lulus.
Ø Dukun Bayi Tidak Terlatih, adalah dukun bayi yang belum pernah terlatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi
yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Kesalahan yang sering dilakukan oleh dukun sehingga dapat mengakibatkan kematian ibu dan bayi, antara lain
:
1. Terjadinya robekan rahim karena tindakan mendorong bayi didalam rahim dari luar sewaktu melakukan
pertolongan pada ibu bersalin
2. Terjadinya perdarahan pasca bersalin yang disebabkan oleh tindakan mengurut-ngurut rahim pada waktu kala III.
3. Terjadinya partus tidak maju, karena tidak mengenal tanda kelainan partus dan tidak mau merujuk ke puskesmas
atau RS. Untuk mencegah kesalahan tindakan dukun tersebut di perlukan suatu bimbingan bagi dukun.

Fungsi Dukun Bayi


Selaras dengan keterampilannya, dukun bayi memiliki 2 macam fungsi, ialah fungsi utama dan fungsi tambahan.
Fungsi utama dukun bayi ialah melaksanakan pertolongan persalinan secara benar dan aman. Untuk mendukung
fungsi utamanya, maka fungsi tambahan dapat dikembangkan setempat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan
perkembangan pelayanan kesehatan. Dalam kerangka program KIA, fungsi dukun bayi meliputi:
1. Perawatan ibu hamil normal
2. Pengenalan dan rujukan ibu hamil dengan resiko tinggi dan penyulit kehamilan
3. Rujukan ibu hamil untuk mendapat suntikan TT
4. Persalinan yang aman
5. Perawatan masa nifas
6. Pengenalan dan rujukan ibu masa nifas dan bayi untuk diimunisasi
Agar dukun bayi dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Diharapkan mereka terlibat secara aktif di posyandu
setempat. Jenis dan derajat keterlibatan dukun bayi di posyandu diserahkan kepada dukun bayi sendiri dan
pengaturan dukun bayi di masyarakat.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat termasuk didalamnya penurunan kematian bayi dan anak, akan lebih berhasil
bila mengikutsertakan masyarakat. dukun bayi adalah salah satu warga masyarakat yang sangat potensial dalam
upaya tersebut.

Peran Dukun Bayi


1. Memberitahu ibu hamil untuk bersalin di tenaga kesehatan. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
adalah persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan diantaranya bersalin
dengan bidan karena bidan :
a. Bisa menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai dan dapat memberikan pelayanan dan pemantauan yang
memadai dengan memperhatikan kebutuhan ibu selama prosespersalinan berlangsung.
b. Dapat melakukan pertolongan persalinan yang aman.
c. Bidan melakukan pengeluaran plasenta dengan peregangan tali pusat dengan benar
d. Bidan mengenali secara tepat tanda – tanda gawat janin dan tanda bahaya dalam persalinansehingga dapat
melakukan rujukan secara tepat.
2 Mengenali tanda bahaya pada kehamilan persalinan nifas dan rujukannya
3 Pengenalan dini tetanus neonatorum BBL dan rujukanya

Kelebihan Dan Kekurangan Bersalin Pada Dukun


Peran dukun sangat sulit ditiadakan karena masih mendapat kepercayaan masyarakat. Terdapat kelebihan dan
kekurangan persalinan yang ditolong oleh dukun antara lain :
a. Kelebihan
1) Dukun merawat ibu dan bayinya sampai tali pusatnya putus.
2) Kontak ibu dan bayi lebih awal dan lama
3) Persalinan dilakukan di rumah
4) Biaya murah dan tidak ditentukan.
b. Kekurangan
1) Dukun belum mengerti teknik septic dan anti septic dalam menolong persalinan.
2) Dukun tidak mengenal keadaan patologis dan kehamilan, persainan, nifas dan bayi baru lahir.
3) Pengetahuan dukun rendah sehingga sukar ditatar dan di ikutsertakan dalam program pemerintah. (Pedoman
Supervise Dukun Bayi, 1992)

Fungsi Bidan
Fungsi Bidan di Desa adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan KIA termasuk KB,
di wilayah Desa tempat tugasnya. Dalam menjalankan fungsinya di bidan Desa, diwajibkan tinggal di Desa tempat
tugasnya dan melakukan pelayanan secara aktif sehingga tidak selalu menetap atau menunggu di suatu tempat
pelayanan namun juga melakukan kegiatan atau pelayanan keliling dan kunjungan rumah sesuai dengan kebutuhan.
Fungsi bidan di desa secara khusus berkaitan dengan fungsinya sebagai bidan, yaitu pelayanan terhadap ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu subur dan bayi. Agar fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik, maka perlu
didukung oleh pengelolaan program KIA yang baik dan penggunaan peran serta masyarakat, khususnya dukun bayi.
Tugas Pokok Bidan
Bidan di desa di prioritaskan sebagai pelaksana pelayanan KIA, khususnya dalam pelayanan ibu hamil, bersalin
dan nifas serta pelayanan kesehatan bayi baru lahir, termasuk pembinaan Dukun bayi. Dalam kaitan
tersebut, bidan di desa juga menjadi pelaksana kesehatan bayi dan keluarga berencana, yang pelaksanaannya sejalan
dengan tugas utamanya dalam pelayanan kesehatan ibu.
Salah satu tugas bidan dalam menggerakan dan meningkatan peran serta masyarakat dalam program KIA
khususnya pembinaan dukun bayi dan kader diantaranya:
a. Pertolongan persalinan 3 bersih serta kewajibannya untuk lapor pada petugas kesehatan.
b. Pengenalan kehamilan dan persalinan beresiko.
c. Perawatan bayi baru lahir, khususnya perawatan tali pusat dan pemberian ASI ekslusive.
d. Pengenalan neonatus beresiko, khususnya BBLR dan tetanus neonaturum serta pertolongan pertamanya sebelum
ditangani oleh petugas kesehatan
e. Pelaporan persalinan dan kematian ibu serta bayi
f. Penyuluhan bagi ibu hamil ( gizi, perawatan payudara, tanda bahaya) dan penyuluhan KB.
Dalam melaksanakan tugas pokonya tersebut, bidan perlu menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat
setempat, khususnya pamong setempat, tokoh masyarakat dan sasaran.
Mengingat peran dukun di masyarakat, perlu dijalin kerjasama yang baik antara dukun dengan tenaga kesehatan
sehingga dapat membantu kelancaran tugas sehari-hari dari bidan dan sekaligus membantu untuk merencanakan
tugas-tugas lainnya yang menjadi tanggung jawab bidan.

Wewenang Bidan
a. Bidan mempunyai wewenang dalam memberikan penerangan dan penyuluhan tentangkehamilan, persalinan, nifas,
menyusukan dan perawatan buah dada, keluarga berencana, perawatan bayi, perawatan anak pra sekolah, dan gizi.
b. Bidan melaksanakan bimbingan dan pembinaan tenaga kesehatan lain yang juga bekerja dalam pelayanan
kebidanan dengan kemampuan yang lebih rendah, termasuk para dukun bayi atau paraji.
c. Bidan melayani kasus ibu untuk : pengawasan kehamilan, pertolongan persalinan normal, termasuk pertolongan
letak sungsang pada multipara, episiotomi dan penjahitan luka perineum tingkat I dan tingkat II, perawatan nifas dan
menyusukan, pemberian uterotonik, pemakaian cara kontrasepsi tertentu sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah.
d. Bidan melayani bayi dan anak pra sekolah: perawatan bayi baru lahir, pengawasan pertumbuhan dan
pengembangan, pemberian imunisasi perawatan, petunjuk pemberian makanan.
e. Bidan juga mempunyai wewenang memberikan obat-obatan meskipun hanya terbatas dan roboransia, pengobatan
tertentu dibidang kebidanan, sepanjang tidak melalui suntikan, pemberian obat-obat bebas terbatas dimana
diperlukan saja.
2. Dari kelima wewenang umum ini, yang bertanggung jawab apabila terjadi hal yang tidak diinginkan yaitu
sepenuhnya pada bidan yang bersangkutan. Jadi bila terjadi tuntutan hukum pada hal hal yang
dilakukan bidan dalam batas wewenang umum, maka yang dituntut adalah bidanyang bersangkutan.

.
Supervise / pembinaan adalah Bimbingan teknis yang terus menerus danberkesinambungan untuk mencapai suatu
tujuan.

Pembinaan menjangkau 2 aspek :


a. Pembinaan ketrampilan dukun bayi.
b. Pembinaan hasil kegiatan yang dilaksanan oleh dukun bayi.

TUJUAN PEMBINAAN DUKUN BAYI

Dukun bayi merupakan tokoh kunci dalam masyarakat yang berpotensi untuk meningkatkan kesehatan ibu
dan bayi. Peran dan pengaruh dukun sangat bervariasi sesuai dengan budaya yang berlaku. Peran dukun dalam masa
perinatal sangat kecil atau dukun memiliki wewenang yang terbatas dalam pengambilan keputusan tentang cara
penatalaksanaan komplikasi kehamilan atau persalinan, sehinngga angka kematian masih tinggi.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas, yaitu untuk meningkatkan status dukun dalam pengambilan keputusan,
maka di lakukan upaya pelatihan dukun bayi agar mereka memiliki pengetahuan dan ide baru yang dapat di
sampaikan dan di terima oleh anggota masyarakat.
Beberapa program pelatihan dukun bayi memperbesar peran dukun bayi dalam program KB dan pendidikan
kesehatan di berbagai aspek kesehatan reproduksi dan kesehatan anak. Pokok dari pelatihan dukun adalah untuk
memperbaiki kegiatan-kegiatan yang sebenarnya sudah di lakukan oleh dukun, seperti memberikan saran
tentang kehamilan, melakukan persalinan bersih dan aman, serta mengatasi masalah yang mungkin muncul pada
saat persalinan, sehingga angka kematian ibu dan bayi dapat di kurangi atau di cegah sedini mungkin.

LANGKAH PEMBINAAN DUKUN BAYI


Pembinaan dukun dilakukan dengan memperhatikan kondisi, adat, dan peraturan dari masing-masing daerah
atau dukun berasal ,karena tidak mudah mengajak seseorang dukun untuk mengikuti pembinaan. Beberapa langkah
yang dapat dilakukan bidan dalam pembinaan dukun adalah sebagai berikut:
a. Fase I : Pendaftaran Dukun
1) Semua dukun yang berpraktek didaftar dan diberikan tanda terdaftar
2) Dilakukan assesment mengenai pengetahuan/ ketrampilan dan sikap mereka dalam
penanganan kehamilan dan persalinan

b. Fase II : Pelatihan
1) Dilakukan pelatihan sesuai dengan hasil assesment
2) Diberikan sertifikat
3) Diberikan penataan kembali tugas dan wewenang bidan dalam pelayanan kesehatan ibu
4) Yang tidak dapat sertifikat tidak diperkenankan praktek

c. Fase III : Pelatihan oleh tenaga terlatih


1) Persalinan hanya boleh dilakukan oleh tenaga trelatih
2) Pendidikan bidan desa diprioritaskan pada anak dan keluarga dukun

UPAYA PEMBINAAN DUKUN BAYI

Dalam praktiknya, melakukan pembinaan dukun di masyarakat tidaklah mudah. Masyarakat masih
menganggap dukun sebagai tokoh masyarakat yang patut dihormati, memiliki peran penting bagi ibu-ibu di desa.
Oleh karena itu, di butuhkan upaya agar bidan dapat melakukan pembinaan dukun. Beberapa upaya yang dapat
dilakukan bidan di antaranya adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pendekatan dengan para tokoh masyarakat setempat.
2. Melakukan pendekatan dengan para dukun.
3. Memberikan pengertian kepada para dukun tentang pentingnya persalinan yang bersih dan aman.
4. Memberi pengetahuan kepada dukun tentang komplikasi-komplikasi kehamilan dan bahaya proses persalinan.
5. Membina kemitraan dengan dukun dengan memegang asas saling menguntungkan.
6. Menganjurkan dan mengajak dukun merujuk kasus-kasus resiko tinggi kehamilan kepada tenaga kesehatan.
Pelaksana supervisi / bimbingan / pembinaan
Ø Dokter
Ø Bidan
Ø Perawat kesehatan
Ø Petugas imunisasi
Ø Petugas gizi

Tempat pelasanaan pembinaan dukun bayi


Ø Posyandu pada hari buka oleh petugas / pembina posyandu
Ø Perkumpulan dukun bayi dilaksankan di puskesmas.

Waktu pelaksanaan pembinaan dukun bayi


Ø Saat kunjungan supervisi petugas puskesmas di posyandu di desa tempat tinggal dukun.
Ø Pertemuan rutin yang telah disepakat
Ø Waktu-waktu lain saat petugas bertemu dengan dukun bayi
Ø Saat mendampingi dukun bayi waktu menolong persalinan

KLASIFIKASI PEMBINAAN DUKUN BAYI

Berikut adalah klasifikasi materi yang di berikan untuk melakukan pembinaan dukun:
1. Promosi Bidan Siaga
Salah satu cara untuk melakukan promosi bidan siaga, yaitu dengan melakukan pendekatan dengan dukun bayi yang
ada di desa untuk bekerja sama dalam pertolongan persalinan. Bidandapat memberikan imbalan jasa yang sasuai
apabila dukun menyerahkan ibu hamil untuk bersalin ke tempat bidan. Dukun bayi dapat di libatkan dalam
perawatan bayi baru lahir. Apabila cara tersebut dapat di lakukan dengan baik, maka dengan kesadaran, dukun akan
memberitaukan ibu hamil untuk melakukan persalinan di tenaga kesehatan (bidan). Ibu dan bayi selamat, derajat
kesehatan ibu dan bayi di wilayah tersebut semakin meningkat.

2. Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas, dan Rujukan


Dukun perlu mendapatkan peningkatan pengetahuan tentang perawatan pada ibu hamil, sehingga materi tentang
pengenalan terhadap ibu hamil yang beresiko tinggi, tanda bahaya kehamilan,persalinan, nifas, dan rujukan
merupakan materi yang harus di berikan, agar dukun bayi dapat melakukan deteksi dini kegawatan atau tanda
bahaya pada ibu hamil, bersalin, nifas dan segera mendapatkan rujukan cepat dan tepat.

Berikut ini adalah materi-materi dalam pelaksanaan pembinaan dukun:


a. Pengenalan golongan resiko tinggi
Ibu yang termasuk dalam golongan resiko tinggi adalah ibu dengan umur terlalu muda (kurang 16 tahun) atau terlalu
tua (lebih 35 tahun), tinggi badan kurang dari 145 cm, jarak antara kehamilan terlalu dekat (kurang dari 2 tahun)
atau terlalu lama (lebih dari 10 tahun), ibu hamil dengan anemia, dan ibu dengan riwayat persalinan buruk
(perdarahan, operasi, dan lain-lain)

b. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan


Pengenalan tanda-tanda bahaya pada kehamilan meliputi perdarahan pada kehamilan sebelum waktunya; ibu demam
tinggi; bengkak pada kaki, tangan dan wajah; sakit kepala atau kejang; keluar air ketuban sebelum waktunya;
frekuensi gerakan bayi kurang atau bayi tidak bergerak; serta ibu muntah terus menerus; dan tidak mau makan

c. Pengenalan tanda-tanda bahaya pada persalinan


Tanda-tanda bahaya pada persalinan, yaitu bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak ibu merasakan mulas, perdarahan
melalui jalan lahir, tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir, ibu tidak kuat mengejan atau mengalami
kejang, air ketuban keruh dan berbau, plasenta tidak keluar setelah bayi lahir, dan ibu gelisah atau mengalami
kesakitan yang hebat.

d. Pengenalan tanda-tanda kelainan pada nifas


Tanda-tanda kelainan pada nifas meliputi: perdarahan melalui jalan lahir; keluarnya cairan berbau dari jalan lahir;
demam lebih dari dua hari; bengkak pada muka, kaki atau tangan; sakit kepala atau kejang-kejang; payudara
bengkak disertai rasa sakit; dan ibu mengalami gangguan jiwa.

3. Pengenalan Dini Tetanus Neonatorum, BBLR, dan Rujukan


a. Tetanus neonatorum
Dari 148 ribu kelahiran bayi di indonesia, kurang lebih 9,8% mengalami tetanus neonatorum yang berkaitan pada
kematian. Pada tahun 1980 tetanus menjadi penyebab kematian pertama pada bayi usia di bawah satu bulan.
Meskipun angka kejadian tetanus neonatorum semakin mengalami penurunan, akan tetapi ancaman masih tetap ada,
sehingga perlu diatasi secara serius. Tetanus neonatorum adalah salah satu penyakit yang paling berisiko terhadap
kematian bayi baru lahir yang di sebabkan oleh basil clostridium tetani. Tetanus noenatorum menyerang bayi usia di
bawah satu bulan, penyakit ini sangat menular dan menyebabkan resiko kematian. Tetanus neonatorum di
masyarakat, kebanyakan terjadi karena penggunaan alat pemotong tali pusat yang tidak steril. Gejala tetanus di awali
dengan kejang otot rahang (trismus atau kejang mulut) bersamaan dengan timbulnya pembengkakan, rasa sakit dan
kaku di otot leher, bahu atau punggung. Kejang-kejang secara cepat merambat ke otot perut lengan atas dan paha.
Dengan diberikan pembekalan materi tetanos noenatorum di harapkan dukun dapat memperhatikan kebersihan
alat persalinan, memotivasi ibu untuk melakukan imunisasi, dan melakukan persalinan pada tenaga kesehatan,
sehingga dapat menekan angka kejadian tetanus noenatorum.

Tanda-tanda Tetanus Neonatorum :


1. Bayi baru lahir yang semula bisa menetek dengan baik tiba-tiba tidak bisa menetek.
2. Mulut mencucu seperti mulut ikan.
3. Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara dan sentuhan.
4. Kadang-kadang disertai sesak nafas dan wajah bayi membiru.

Penyebab terjadinya Tetanus Neonatorum :


1. Pemotongan tali pusat pada waktu pemotongan tidak bersih.
2. Perawatan tali pusat setelah lahir sampai saat puput tidak bersih atau diberi bermacam-macam ramuan.

4. Penyuluhan Gizi dan KB


a. Gizi pada ibu hamil.
Ø Ibu hamil makan makanan yang bergizi yang mengandung empat sehat lima sempurna.
Ø Makan satu piring lebih banyak dari sebelum hamil.
Ø Untuk menambah tenaga, makan makanan selingan pagi dan sore hari seperti kolak, kacang hijau, kue-kue dan lain-
lain.
Ø Tidak ada pantangan makan selama hamil.
Ø Minum 1 tablet tambah darah selama hamil dan nifas.
b. Gizi pada bayi
1) Usia 0-6 bulan
Ø Beri ASI setiap kali bayi menginginkan sedikitnya 8 kali sehari, pagi, siang, sore maupun malam.
Ø Jangan beikan makanan atau minuman lain selain ASI (ASI eksklusif).
Ø Susui/teteki bayi dengan payudara kanan dan kiri secara bergantian
2) Usia 6-9 bulan
Selain ASI dikenalkan makanan pendamping ASI dalam bentukm lumat dimulai dari bubur susu sampai nasi tim
lumat
3) Usia 9-12 bulan.
Ø Selain ASI diberi MP-ASI yang lebih padat dan kasar seperti bubur nasi, nasi tim dan nasi lembik.
Ø Pada makanan pendamping ASI ditambahkan telur ayam, ikan, tahu, tempe, daging sapi, wortel, bayam atau minyak.
Ø Beri makanan selingan 2 kali sehari diantara waktu makan seperti bubur kacang hijau, pisang, biskuit, nagasari dan
lain- lain.
Ø Beri buah-buahan atau sari buah seperti air jeruk manis, air tomat saring

Penyuluhan KB
Pentingnya ikut program KB setelah persalinan agar Ibu punya waktu untuk menyusui dan merawat bayi, menjaga
kesehatan ibu serta mengurus keluarga, Mengatur jarak kehamilantidak terlalu dekat yaitu lebih dari 2 tahun
Macam alat kontrasepsi
1) Untuk suami : Kondom dan Vasektomi
2) Untuk istri : pil, suntik, spiral, implant, spiral, tubektomi.

5. Pencatatan kelahiran dan kematian


Dukun bayi melakukan pencatatan dan pelaporan dari persalinan yang ditolongnya kepada Puskesmas atau Desa dan
Kelurahan.

HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM PEMBINAAN DUKUN


Hambatan – hambatan yang sering di jumpai dalam melakukan pembinaan dukun di masyarakat di antaranya adalah
sebagai berikut :
a. Sikap dukun yang kurang kooperatif
b. Kultur yang kuat
c. Sosial ekonomi
d. Tingkat pendidikan

a. Sikap Dukun yang Kurang Kooperatif


Faktor yang menyebabkan sikap dukun tidak kooperatif adalah adanya perasaan malu apabila di latih oleh bidan,
dukun merasa tersaingi oleh bidan, dan dukun terlalu idealis dengan cara pertolongan persalinan yang di lakukan.
Solusi :
Informasikan dan tekankan kepada dukun bahwa pembinaan yang di lakukan bukan untuk melakukan
perubahan metode atau kebiasaan yang di lakukan oleh dukun dalam melakukan pertolongan persalinan atau untuk
bersaing. Akan tetapi, pembinaan yang di lakukan bertujuan untuk memberikan suatu pemahaman baru dalam
pelayanan kebidanan. Bidan harus mengajak dukun untuk bekerja sama dengan cara memberikan imbalan sebagai
ucapan terima kasih. Libatkan dukun dalam perawatan bayi baru lahir, misalnya memandikan bayi.
b. Kultur yang Kuat
Sosial budaya mengenai dukun yang merupakan hambatan dalam upaya pembinaan dukun adalah sebagai berikut :
· Dukun bayi biasanya adalah orang yang di kenal masyarakat setempat.
· Kepercayaan masyarakat terhadap dukun di peroleh secara turun temurun.
· Dukun bayi masih memiliki peranan penting bagi perempuan di pedesaan.
· Biaya pertolongan persalinan dukun jauh lebih murah daripada tenaga kesehatan.
· Pelayanan dukun di lakukan sampai ibu selesai masa nifas.
· Masyarakat masih terbiasa dengan cara – cara tradisional.
Solusi :
Lakukan berbagai metode pendekatan dengan tokoh – tokoh masyarakat, misalnya pamong desa, para petua
– petua desa, tokoh agama yang sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat dengan memberikan penjelasan
pentingnya pembinaan dukun, sehingga tokoh – tokoh masyarakat dapat melakukan advokasi kepada masyarakat,
dan dapat memperbaiki kebudayaan yang melekat pada diri masyarakat yang dapat merugikan kesehatan terutama
kesehatan ibu dan bayi.
c. Sosial Ekonomi
Masyarakat denagn sosial ekonomi rendah atau miskin dengan pendidikan yang rendah cenderung mencari
pertolongan persalinan pada dukun. Masyarakat yang demikian beranggapan bahwa dukun adalah seorang
pahlawan, karena melahirkan di dukun lebih murah, dukun bersedia di bayar dengan barang, dan pembayarannya
dapat di angsur.
Solusi :
Sosialisasikan atau apabila di butuhkan musyawarahkan dengan masyarakat tentang biaya persalinan di
tenaga kesehatan (bidan). Bidan harus dapat bekerja sama dengan masyarakat mengenai persalinan, berdayakan
masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan bayi dengan pertolongan persalinan di tenaga
kesehatan. Bidan dapat bekerja sama dengan masyarakat untuk melakukan pemetaan ibu hamil, membentuk
tabungan ibu bersalin (Tabulin), donor darah berjalan, dan ambulans desa.
d. Tingkat pendidikan
Kebanyakan di masyarakat, dukun adalah orang tua yang harus di hormati dan mempunyai latar belakang
pendidikan rendah. Oleh karena dukun memliki latar belakang pendidikan rendah, sehingga tidak jarang dukun sulit
untuk menerima pemahaman dan pengetahuan baru.
Solusi :
Bidan harus memiliki ketrampilan komunikasi interpersonal dan memahami tradisi setempat untuk
melakukan pendekatan dan pembinaan ke dukun – dukun. Lakukan pendekatan sesuai dengan tingkat pendidikan
dukun, sehingga mereka dapat memahami dan menerima pengetahuan serta pemahaman baru khususnya mengenai
kahamilan, persalinan, nifas, dan bayi baru lahir.
(Rita Yulifah, Tri Johan Agus Y. 2009 : 136 - 138)

Diharapkan bahwa sudah tidak ada lagi bibit penerus dukun bayi, dan untuk dukun bayi yang sudah lama
ditargetkan bahwa seluruhnya sudah dilakukan pembinaan dan kemitraan.

Referensi lain :
Dep Kes RI.1994.”Pedoman Supervisi Dukun Bayi
Syafrudin, SKM, M. Kes, dkk. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Yulifah, Rita. 2009. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
Share22
Posted By : Bid. Diah Widyatun, S.ST on 6/15/2012 01:50:00 PM
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Label: Askeb V (Komunitas)
Posts Terkait:

Post a Comment
Newer PostOlder PostHome

Subscribe to: Post Comments (Atom)


PENIKMAT PENGETAHUAN

CARI ARTIKEL DI SINI...

 Blog
 About Me
 Disclaimer
 Contact Me
 Berminat Jadi Penulis Tamu di Blog ini ?

PERSONALITY

Bid. Diah Widyatun, S.ST


Semarang, Indonesia
. Dosen kebidanan POLITEKNIK Banjarnegara . Bidan praktisi . Mahasiswa S2 BIOMEDIK Fakultas
Kedokteran UNISSULA Contact : diiediahwidy@gmail.com
View my complete profile

Masukkan alamat email anda untuk berlangganan blog ini dan menerima pemberitahuan postingan terbaru via
email anda. Bergabunglah dengan pengikut lainnya.

E - LIBRARY CATEGORIES

 ► 2015 (6)  Anatomi dan


 ► 2014 (5) Fisiologi
 ► 2013 (23)  Askeb I
 ▼ 2012 (438) (Kehamilan)
o ► November (11)  Askeb II
(Persalinan)
o ► October (2)
 Askeb III
o ► September (3)
(Nifas)
o ► July (93)
 Askeb IV
o ▼ June (75) (Patologis)
 Latihan soal Menopause untuk  Askeb V
OSCA knowledge part 1... (Komunitas)
 Reportase Investigasi Otak-  Asuhan
otak ikan busuk Neonatus Bayi dan
 Pengertian Persalinan dan Anak
Tujuan Asuhan Persalinan...  Catatan
 CHECKLIST PENKES Diriku
CARA MENYUSUI YANG
BENAR
 Checklist pendidikan  Catatan Dunia
kesehatan (Penkes) Tentang Medis
Ke...  Catatan
 Reportase Investigasi Sayuran Investigasi
ku Berbahaya  Checklist
 Reportase Investigasi  DIII
Brownies dan Bolu Kukus Kebidanan
Berb...
 Diseases
 Pencatatan dan Pelaporan di
 DIV
Komunitas
Kebidanan
 KOHORT IBU DAN
 Dokumentasi
BALITA
 Etika Profesi
 MTBS (Manajemen Terpadu
Balita Sakit) Hukum Kesehatan
 Evaluasi
 Pelayanan Kesehatan Pada
Wanita Sepanjang Daur Keh... Pendidikan
 PEMBINAAN PERAN  HASIL
SERTA MASYARAKAT DI EVALUASI
KOMUNITAS  Healty Living
 PEMBINAAN KADER Di  Intermezzo
KOMUNITAS  KB
 AMBULANCE DESA DI  KDPK
KOMUNITAS  KESPRO
 DONOR DARAH  KIA
BERJALAN DI
 Konsep
KOMUNITAS
Kebidanan
 TABULIN (Tabungan Ibu
 Micro
Bersalin) di Komunitas
Teaching
 DASA WISMA DALAM
 Obstetri
KOMUNITAS
Ginekologi
 PENIPUAN LEWAT EMAIL
 Organisasi
DARI LUAR NEGRI Modus
Warisan... Manajemen dan
Mutu YanKeb
 KB-KIA Dalam
Pengembangan Forum PSM di  Soal Ujian
Komunitas  un
 BIDAN PRAKTEK SWASTA categorized
 POLINDES (Pondok Bersalin | [tutup]
Desa) : Artikel Lengkap
OTHER WEB
 PEMBINAAN DUKUN
BAYI DI KOMUNITAS
 Pengembangan Wahana/
Forum PSM (Peran Serta
Masyar...
 PWS (Pemantauan Wilayah
Setempat) KIA/ KB :
Pengum...
 SISTEM RUJUKAN DI
KOMUNITAS
 Pertolongan pertama kegawat
daruratan obstetrik da...
 IMUNISASI dan Jadwal
Imunisasi Terbaru 2011-2012
R...
 Pelayanan Kesehatan Pada
Bayi Dan Balita
 ASUHAN BAYI BARU
LAHIR DAN NEONATUS
 ASUHAN POST PARTUM
PADA IBU : ARTIKEL
LENGKAP
 MANFAAT AIR KELAPA
MUDA BAGI IBU HAMIL
DAN KESEHAT...
 ASUHAN INTRANATAL
 ASUHAN ANTENATAL DI
KOMUNITAS
 Kewenangan Bidan di
Komunitas
 STANDAR ASUHAN
KEBIDANAN
 KODE ETIK BIDAN
 RUANG LINGKUP
STANDAR PELAYANAN
KEBIDANAN
 Bidan Delima dan Arti Logo
Bidan Delima
 Tugas dan Tanggung Jawab
Bidan di Komunitas
 STRATEGI PELAYANAN
KEBIDANAN DI
KOMUNITAS
 Mengidentifikasi Masalah
Kebidanan Komunitas
 Perilaku dan sosial budaya
yang berpengaruh pada p...
 Masalah Kebidanan
Komunitas Pertolongan
Persalinan...
 BBLR (Bayi Baru Lahir
Rendah) di Masalah
Kebidanan...
 Reportase Investigasi Permen
Manis Kenyal Dimulut ...
 Masalah kebidanan komunitas
Unsafe Abortion
 Masalah Kebidanan
Komunitas Kehamilan Remaja
 Masalah Kebidanan
Komunitas Kematian Ibu dan
Bayi
 PERAN DAN FUNGSI
BIDAN dalam pelayanan
kesehatan d...
 Manajemen Kebidanan
Komunitas
 Visi Indonesia Sehat 2010
digantikan Visi dan Misi...
 Jaringan Kerja Kebidanan
Komunitas
 Peran Dan Fungsi Bidan
Bekerja di Komunitas
 Tujuan Asuhan Kebidanan
Komunitas
 FOKUS DAN SASARAN
PELAYANAN KEBIDANAN
KOMUNITAS
 SEJARAH DAN RIWAYAT
KEBIDANAN KOMUNITAS
DI INDONES...
 Pengertian atau Definisi Bidan
Komunitas
 KONSEP DASAR
KEBIDANAN KOMUNITAS
 Filosofi Bunga Teratai
 Reportase Investigasi
Manisnya Kecap Berbahaya
Pem...
 Reportase Investigasi Obat
Pelangsing Berborak
 Reportase investigasi Pangsit
ku renyah Pangsitku ...
 11 Metode dan Cara
mendapatkan jenis kelamin
anak ...
 Latihan soal nifas fisiologi
untuk OSCA knowledge ...
 Latihan soal Komunitas
(Askeb V) untuk OSCA
knowle...
 Latihan soal Persalinan
fisiologis untuk OSCA know...
 Latihan soal nifas patologis
utnuk osca knowledge
 Latihan soal Persalinan
patologi untuk OSCA
knowle...
 Latihan soal KB untuk OSCA
knowledge part 1
 Latihan soal asuhan Neonatus,
Bayi dan Balita untu...
 Latihan soal asuhan Neonatus,
Bayi dan Balita untu...
 EVIDENCE BASED Pada
Asuhan Neonatus, Bayi dan
Bali...
 Latihan Soal Gangguan
Kesehatan Sistem Reproduksi
...
 Latihan soal kehamilan
patologi untuk OSCA
knowled...
 Peraturan Bidan NOMOR
HK.02.02/MENKES/149/2010
ten...
o ► May (62)
o ► April (192)
WELCOME FOR LIKE.. NEW LIVE
RELEASE TRAFFIC
RECENT COMENT FEED
HISTORY

JBD. Powered by Blogger.

Search Engine Submission - AddMe


Hal-hal yang bisa dicoba:
 Telusuri jurnalbidandiah.blogspot.com:

Anda mungkin juga menyukai