Anda di halaman 1dari 13

ORLI Vol. 43 No.1.

Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

Laporan Penelitian

Hubungan otitis media supuratif kronis disertai kolesteatom


dengan gangguan pengecapan
Lusiana Herawati Yammin, Joseph Bambang Soemantri, Lukmantya
Laboratorium Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya - Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar
Malang

ABSTRAK
Latar belakang: Nervus korda timpani berjalan melalui telinga tengah di antara prosesus longus inkus dan
manubrium malei. Nervus korda timpani mempersarafi pengecapan dua pertiga depan lidah. Banyak penelitian tentang
perubahan pengecapan akibat operasi telinga tengah, tetapi sedikit penelitian tentang perubahan pengecapan pada
penderita otitis media supuratif kronis (OMSK) sebelum operasi. Tujuan: Mengetahui ada tidaknya penderita OMSK
dengan kolesteatom yang mengalami gangguan pengecapan, adanya hubungan antara OMSK dengan kolesteatom
(tingkat kolesteatom), gangguan pengecapan (tingkat pengecapan) dan ada tidaknya perubahan pengecapan pada
penderita OMSK dengan kolesteatom sebelum dan setelah operasi mastoidektomi. Metode: Penelitian merupakan
penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik
accidental sampling melibatkan 18 penderita OMSK dengan kolesteatom. Pemeriksaan fungsi pengecapan dilakukan
sebelum dan setelah operasi menggunakan tes strip pengecapan. Analisis statistik menggunakan uji korelasi Spearman
dan uji Repeated ANOVA. Hasil: Penderita OMSK dengan kolesteatom secara subjektif tidak mempunyai keluhan
perubahan pengecapan, meskipun secara objektif penderita ada yang mengalami gangguan pengecapan. Hipogeusia
menempati proporsi terbanyak (55,56%) diikuti oleh ageusia (22,22%) dan pengecapan normal (22,22%). Hasil uji
korelasi Spearman antara OMSK dengan kolesteatom (tingkat kolesteatom) terhadap gangguan pengecapan (tingkat
pengecapan) yaitu p < 0,05 dan r = -0,543. Hasil uji Repeated ANOVA pengecapan penderita OMSK dengan
kolesteatom sebelum dan setelah operasi mastoidektomi yaitu p>0,05. Kesimpulan: Sebagian besar penderita OMSK
dengan kolesteatom telah mengalami penurunan pengecapan. Didapatkan hubungan bermakna antara tingkat
kolesteatom dan tingkat (gangguan) pengecapan. Semakin tinggi tingkat kolesteatom pada penderita OMSK semakin
menurun tingkat pengecapan. Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna perubahan pengecapan penderita sebelum
dan setelah operasi.
Kata kunci: OMSK dengan kolesteatom, pengecapan, operasi.

ABSTRACT
Background: Chorda tympanic nerve runs through the middle ear between the long crus of the incus and
manubrium of the mallei. Chorda tympanic nerve supplies the front two-thirds of the tongue taste. Many studies
had reported about gustatory alteration caused by ear surgery, but there were only small numbers of study about
this alteration in chronic otitis media (COM) patients prior to surgical treatment. Purpose: To find out whether the
COM patient with cholesteatoma have taste alteration or not, to investigate the relationship between COM with
cholesteatoma (cholesteatoma level) to gustatory disorder (gustatory level) and the taste alteration in COM
patients with cholesteatoma before and after mastoidectomy surgery. Method: This was an analytic observational
study with cross sectional design. Sampling method was accidental sampling that involved 18 patients. Gustatory
function before and after surgery was examined using a taste strip test. Statistical analysis used in this study was
Spearman correlation test and Repeated ANOVA test. Results: Subjectively there was no taste disorder complaint
among these patients, although objectively there were patients that had taste disorder. The highest taste disorders
found in this study was hipogeusia (55,56%) followed by ageusia (22,22%) and normal taste (22,22%). Spearman
correlation test between COM with cholesteatoma (cholesteatoma level) to gustatory disorder (gustatory level) was
p<0,05 and r=-0,543. Repeated ANOVA test taste alteration in COM patients with cholesteatoma before and after
mastoidectomy surgery was p >0,05. Conclusion: Most of COM patients with cholesteatoma had alteration of taste
prior to surgery. There was significant correlation between cholesteatoma level to gustatory disorder and the
higher cholesteatoma level,the lower the gustatory level. Statistically there was no significant differences gustatory
function in COM patients with cholesteatoma before and after surgery.

Keywords: COM patient with cholesteatoma, gustatory, surgery.


Alamat korespondensi: Lusiana Herawati Yammin. e-mail: lusianaherawati@ymail.com

1
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

PENDAHULUAN

Fungsi pengecapan berperan dalam me- kolesteatom pada 25 orang dan granulasi
nikmati makanan dan minuman. Gangguan pada 3 orang.4
pengecapan dapat menyebabkan perubahan OMSK dibagi menjadi 2 yaitu OMSK
kebiasaan makan dan menurunkan kualitas tipe aman (tipe mukosa/benigna/tubotimpani)
hidup. Persepsi pengecapan diperantarai dan dikenal juga sebagai OMSK tanpa koles-
dominasi oleh 2 pasang nervus kranial yaitu teatom dan OMSK dengan kolesteatom (tipe
cabang n.VII nervus korda timpani (chorda tulang/maligna/atikoantral) dikenal juga se-
tympanic nerve/CTN) yang bergabung dengan bagai OMSK dengan kolesteatom. Koles-
nervus lingualis yang mempersarafi peng- teatom diklasifikasikan menjadi dua yaitu
ecapan dua pertiga depan lidah, serta n.IX kolesteatom kongenital dan kolesteatom
(cabang lingual nervus glosofaring yang didapat.5,6
mempersarafi bagian belakang lidah). CTN Banyak penelitian tentang perubahan
berjalan melalui telinga tengah di antara pengecapan disebabkan oleh operasi telinga
crus longus inkus dan manubrium malei tengah, tetapi hanya sedikit penelitian tentang
dekat bagian atas membran timpani.1 perubahan pengecapan pada penderita dengan
Prevalensi otitis media supuratif kronis otitis media supuratif kronis sebelum operasi.7
(OMSK) di Indonesia secara umum adalah Landis yang dikutip oleh Felix et al,7 me-
3,9%. Penderita OMSK merupakan 25% dari laporkan evaluasi pengecapan sebelum operasi
penderita-penderita yang berobat ke poliklinik telinga tengah untuk kepentingan medikolegal
THT RS Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta dan pada penelitiannya dilaporkan sensasi
2
pada tahun 2001. Data catatan medik RSUD pengecapan pada OMSK dengan kolesteatom
dr. Saiful Anwar Malang didapatkan kasus memburuk. Kolesteatom dapat menyebabkan
baru OMSK suspek tipe bahaya 25 penderita kerusakan tulang dan kelumpuhan nervus VII,
3
pada tahun 2009, dan 38 penderita pada tahun maka nervus korda timpani dapat terpengaruh
4
2010. Penderita yang dicurigai OMSK pada penderita dengan kolesteatom. Dysgeusia
dengan kolesteatom yang menjalani operasi pada beberapa penderita setelah operasi telinga
telinga tengah pada tahun 2009 sebanyak tengah tidak membaik dan pilihan terapi yang
14 orang dan pada tahun 2010 sebanyak 28 ada saat ini masih terbatas. Studi double blind
3,4
orang. Pada tahun 2009 dari 14 penderita placebo controlled oleh Hechman et al8 me-
suspek OMSK dengan kolesteatom didapat- laporkan zinc glukonat dengan dosis 140
kan kolesteatom 12 orang dan granulasi 2 mg/hari selama 3 bulan dapat memperbaiki
3
orang. Pada tahun 2010 dari 28 penderita pengecapan pada disgeusia idiopatik, walau-
OMSK suspek tipe bahaya didapatkan pun mekanismenya belum jelas.

2
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

Saat mengangkat anulus didapatkan korda METODE


timpani sering rusak karena tertarik, tersentuh Penelitian ini merupakan penelitian obser-
atau terpotong pada waktu operasi. Ke- vasional analitik dengan pendekatan cross
banyakan operator menganggap perkembang- sectional. Penderita OMSK dengan kole-
an pendengaran paling penting sebagai hasil steatom dan atau kecurigaan kolesteatom
operasi sedangkan gangguan pengecapan yang setuju dioperasi sesuai dengan indikasi
9
jarang diperhatikan selama 5 dekade terakhir. operasi mastoidektomi, diperiksa pengecapan
Peneliti selama pendidikan mendapatkan 3 dengan menggunakan strip pengecapan satu
orang penderita datang ke poli THT RSSA hari sebelum operasi. Kemudian penderita
dengan keluhan gangguan pengecapan. Dari menjalani operasi dan bila didapati ada
tiga orang penderita tersebut, satu orang kolesteatom ditentukan tingkat kolesteatom.
dengan diagnosis otitis media akut, satu Kolesteatom ditegakkan berdasarkan pemerik-
orang dengan diagnosis pascaoperasi mastoi- saan patologi anatomi. Selanjutnya dilakukan
dektomi radikal karena OMSK dengan pemeriksaan pengecapan hari 1 setelah operasi
kolesteatom dan satu orang penderita dengan dan hari ke 15 setelah operasi.
diagnosis pascaoperasi timpanoplasti tipe I Penelitian dilakukan di RSUD dr.
karena perforasi kering membran timpani. Saiful Anwar Malang dan dilaksanakan mulai
Penjelasan mengenai risiko putusnya korda bulan Januari 2012-Juli 2012. Populasi adalah
timpani sering terlupakan pada penderita penderita OMSK dengan kolesteatom.
yang akan menjalani operasi telinga tengah Populasi terjangkau adalah penderita OMSK
dibandingkan dengan penjelasan mengenai dengan kolesteatom dan atau kecurigaan

risiko kehilangan pendengaran dan putusnya kolesteatom yang akan menjalani operasi

nervus VII, sehingga peneliti tertarik untuk mastoidetomi di RSUD dr. Saiful Anwar
Malang. Sampel adalah populasi terjangkau
melakukan penelitian ini.
yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria
Penelitian ini bertujuan untuk menge-
eksklusi. Kriteria inklusi adalah penderita
tahui ada tidaknya penderita OMSK dengan
OMSK dengan kolesteatom di RSUD dr.
kolesteatom yang mengalami gangguan pe-
Saiful Anwar Malang yang menjalani operasi
ngecapan, hubungan antara OMSK dengan
mastoidektomi dan konfirmasi patologi
kolesteatom (tingkat kolesteatom) dan
anatomi sesuai dengan gambaran matrik
gangguan pengecapan (tingkat kolesteatom)
kolesteatom, penderita bersedia diikutkan
serta mengetahui ada tidaknya perubahan
dalam penelitian dengan menandatangani
pengecapan pada penderita OMSK dengan
pernyataan bersedia ikut serta dalam pene-
kolesteatom sebelum dan setelah operasi
litian setelah mendapat penjelasan (informed
mastoidektomi.
concent) dan penderita OMSK dengan koles-

3
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

teatom yang tidak menyelesaikan penelitian. satu atau lebih. Tingkat 3 adalah kolesteatom
Kriteria eksklusi adalah: durante operasi tidak ditemukan di dalam rongga timpani dan
didapatkan kolesteatom serta pada konfirmasi mastoid, tanpa adanya kerusakan tulang pen-
patologi anatomi tidak sesuai dengan dengaran. Tingkat 4 adalah sama dengan
gambaran matriks kolesteatom pada penderita tingkat 3, tetapi disertai kerusakan satu atau
dengan kecurigaan OMSK dengan koles- lebih tulang pendengaran. Tingkat 5 adalah
teatom; penderita dengan komplikasi paresis kolesteatom yang meluas pada rongga
wajah bukan disebabkan oleh penyakit timpani, rongga mastoid dan bagian lain dari
OMSK; penderita OMSK yang mengguna- tulang temporal, dimana perluasan kole-
kan obat-obatan yang dapat menyebabkan statom tersebut tidak memungkinkan untuk
perubahan pengecapan. Obat-obat tersebut diangkat seluruhnya pada saat pembedahan
antara lain obat epilepsi (karbamazepin, (misalnya pada bagian medial dari labirin),
fenitoin, lamotrigine), obat spastik (baklofen), dengan terlibatnya satu atau lebih tulang
obat Parkinson (levodopa), asetazolamid, pendengaran. Fistula labirin bisa ada atau
obat migrain (triptan), obat diabetes melitus tidak. Tingkat 6 adalah sama dengan tingkat
(glipizide) dan obat hipertensi (captopril dan 5, tetapi kolesteatom meluas melewati tulang
potasium losartan); penderita OMSK yang temporal.10
sebelumnya telah menjalani operasi telinga Tingkat pengecapan adalah total jumlah
tengah; penderita OMSK dengan penyakit angka benar dari penderita dalam mendes-
pada lidah dengan riwayat stroke, epilepsi. kripsikan rasa manis, asam, asin, pahit setelah
Penderita OMSK dengan keluhan parestesia strip pengecapan diletakkan pada 2/3 lidah
di belakang telinga ipsilateral dan dengan anterior ipsilateral dengan telinga yang sakit,
riwayat diabetes melitus. dilakukan penilaian sebagai berikut: normal
Variabel pada penelitian ini meliputi 9-16, hipogeusia (pengecapan menurun se-
variabel bebas yaitu tingkat kolesteatom bagian) < 8 dan ageusia (pengecapan hilang
dan variabel tergantung yaitu tingkat penge- seluruhnya) = 0.
capan. Tingkat kolesteatom menurut Blue- Prosedur pemeriksaan pengecapan ada-
stone adalah pembagian tingkat kolesteatom lah penderita tidak boleh makan atau minum
berdasarkan lokasi, perluasan kolesteatom (kecuali air) minimal satu jam sebelum
dan kerusakan tulang pendengaran sebagai pemeriksaan atau merokok pada hari peme-
berikut: tingkat 1 adalah kolesteatom di- riksaan. Pada sisi lidah sesuai dengan sisi
temukan di dalam rongga timpani, tanpa telinga yang sehat akan kami perkenalkan rasa
adanya kerusakan tulang-tulang pendengaran. (manis, asin, pahit, asam) dengan mengguna-
Tingkat 2 adalah sama dengan tingkat 1, kan strip pengecapan. Strip pengecapan di-
tetapi terdapat kerusakan tulang pendengaran letakkan 1,5 cm dari ujung lidah pada sisi

4
ORLI Vol. 43
4 No.1. Tahun 2013
2 Hubbungan otitis media supuratif kroonis dengan ganggguan pengecapan

ipsilateraal dengan teelinga yang mengalami ANOV


VA untuk mengetahu
ui perubahaan
OMSK. Pemeriksaan
n pengecappan diawali pengeccapan sebellum dan seetelah operaasi
rasa denggan konsenttrasi rendahh. Penderita pada penderita OM
MSK dengan kolesteatom
m.
diberikann tabel limaa pilihan (aasin, asam,
manis, pahit,
p tidak ada rasa). Kemudian L
HASIL
penderita menunjuk di
d antara 5 piilihan sesuai Peenelitian ini awalnya melibatkan
m 2
21
yang diraasakan oleh penderita.
p Seetelah diberi penderrita, tetapi yang memeenuhi kriterria
strip penngecapan, liddah dicuci dengan
d air. inklusii dan kriteriaa eksklusi seebagai samppel
Di antaraa setiap strip pengecapan
n, air diberi- didapaatkan pada 18 penderita. Karakteristtik
kan kepaada penderita sehingga kita meng- penderrita merupakaan data yang
g melekat padda
hapus seeluruh sisa pengecapann terakhir. penderrita terlepas dari konddisi klinisnyya
1,7,11
Penilaiann 1 untuk jaw
waban yang betul.
b seperti data mengennai jenis kelam
min dan umuur.
Dataa dianalisa dengan ujji korelasi Dari 18 penderitaa yang diteliiti didapatkaan
Spearman
n dan uji Repeated
R AN
NOVA. Uji distribuusi laki-laki dan peremppuan tidak adda
korelasi Spearman
S unttuk mengetahhui hubung- perbeddaan. Penderrita pada keelompok ussia
an OMS
SK dengan kolesteatom
m (tingkat 11-20 tahun dan 21-30 tahuun menempaati
kolesteatoom) dan gangguan
g p
pengecapan proporrsi terbanyakk (38,9%) diikuti
d dengaan
(tingkat kolesteatom
m) dan Ujii Repeated kelomp
pok usia 41--50 tahun dan 51-60 tahuun
menem
mpati proporsi terkecil (1
11,1%).

5
tingkat 1

4
tingkat 3
3

tingkat 4
2

1 tingkat 5

0
tingkat 6
ageusia hipogeusiia normal

Diagram 1. Hasil peru


ubahan pengeecapan pada penderita OMSK dengan
n kolesteatom
m berdasarkaan
tingkat kolesteatom

5
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

16

14

12 ageusia
10
hipogeusia
8

6 normal
4

0
1 hari sebelum operasi 1 hari setelah operasi hari ke 15 setelah operasi

Diagram 2. Hasil pemeriksaan pengecapan penderita OMSK dengan kolesteatom satu hari sebelum
operasi, satu hari setelah operasi dan hari ke 15 setelah operasi.

Uji normalitas data dilakukan pada data Smirnov menunjukkan bahwa data tersebut
tingkat kolesteatom dan data hasil pemerik- mempunyai distribusi normal sehingga bisa
saan pengecapan. Hasil uji Kolmogorov- dilakukan uji Spearman dan uji Repeated
Smirnov menunjukkan hasil bahwa tingkat ANOVA.
kolesteatom (p=1,199), hasil pemeriksaan Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa
pengecapan pada satu hari sebelum operasi hubungan OMSK dengan kolesteatom (tingkat
(p=0,714), hari pertama setelah operasi kolesteatom) dan gangguan pengecapan
(p=1,329) dan hari ke lima belas setelah (tingkat pengecapan) menunjukkan nilai
operasi (p=0,693) memiliki distribusi normal signifikan: 0,020 (p <0,05) sehingga Ho
dengan p>0,05. Hasil uji Kolmogorov- ditolak dan nilai r sebesar – 0,543.

Tabel 1. Hasil uji korelasi Spearman tingkat kolesteatom dengan tingkat pengecapan sebelum operasi.

Tingkat pengecapan sebelum


operasi
Spearman’s rho tingkat kolesteatom Correlation Coefficient - 0,543*
Sig. (2-tailed) 0,020
N 18
* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed)

Berdasarkan kondisi korda timpani yang analisa kemungkinan yang terjadi di korda
diidentifikasi saat operasi dengan hasil peme- timpani pada penderita OMSK dengan
riksaan pengecapan, peneliti melakukan kolesteatom adalah sebagai berikut: korda

6
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

timpani rusak sebagian karena patologi karena operasi didapatkan pada 3 penderita,
OMSK terjadi pada 8 penderita, korda korda timpani rusak sebagian karena
timpani putus karena patologi OMSK ter- patologi OMSK dan korda timpani terputus
jadi pada 1 penderita, korda timpani ter- karena operasi didapatkan pada 1 penderita.
sentuh/tertarik karena operasi didapatkan Berdasarkan tabel 2 menunjukkan
pada 4 penderita, korda timpani terputus pengecapan sebelum dan setelah operasi
karena operasi didapatkan pada 1 penderita, mastoidektomi diperoleh nilai signifikan:
korda timpani rusak sebagian karena patologi 0,190 (p> 0,05).
OMSK dan korda timpani tersentuh/tertarik

Tabel 2. Hasil uji Repeated ANOVA pengecapan sebelum dan setelah operasi mastoidektomi
Multivariate Tests b

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.


a
Waktu Pillai’s Trace 0.187 1,844 2,000 16,000 0,190
a
Wilks’ Lambda 0,813 1,844 2,000 16,000 0,190
a
Hotelling’s Trace 0,231 1,844 2,000 16,000 0,190
a
Roy’s Largest Root 0,231 1,844 2,000 16,000 0,190
a. Exact statistic
b. Design: Intercept
Within subjects design : waktu

Hasil pairwise comparison adalah per- Karakteristik penderita disajikan me-


bandingan hasil pemeriksaan pengecapan satu nurut usia dan jenis kelamin. Pada penelitian
hari sebelum operasi dengan satu hari ini rasio subjek laki-laki dan perempuan tidak
setelah operasi (p=0,322). Hasil pemeriksaan ada perbedaan. Loy et al12 mendapatkan tidak
pengecapan satu hari sebelum operasi dengan ada perbedaan rasio dan jenis kelamin sedang-
15 hari setelah operasi (p=0,116), dan hasil kan Martin et al13 dalam penelitiannya men-
pemeriksaan pengecapan hari pertama se- dapatkan rasio jenis kelamin laki-laki ter-
banyak. Hal tersebut tidak berbeda dengan
telah operasi dengan 15 hari setelah operasi
penelitian oleh Baig et al14 rasio jenis kelamin
(p=0,075). Didapatkan nilai signifikan untuk
terbanyak adalah laki-laki.
setiap perbandingan adalah p>0.05.

Penderita terbanyak adalah kelompok


DISKUSI
usia 11-20 tahun dan 21-30 tahun (38,9%)

7
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

sedangkan kelompok usia 41-50 dan 51-60 belum operasi pada penderita OMSK dengan
tahun lebih sedikit (11,1%). Memon et al15 kolesteatom (diagram 2) didapatkan 10 orang
mendapatkan OMSK dengan kolesteatom atau setengah jumlah penderita (55,56%)
pada penderita otore didapatkan sekitar 50% dengan hasil pemeriksaan pengecapan hipo-
pada kelompok usia 10-30 tahun. Penelitian geusia, diikuti masing-masing 4 orang
13
oleh Martin et al didapatkan usia terbanyak (22,22%) dengan hasil pengecapan ageusia
10-30 tahun (55%) dan penelitian oleh Baig dan normal. Hasil pemeriksaan pengecapan
14
et al kelompok usia 10-30 tahun (65%). satu hari setelah operasi didapatkan 15 orang
12
Berbeda dengan penelitian oleh Loy et al (83,3%) atau lima perenam jumlah penderita
usia terbanyak penderita infeksi telinga tengah OMSK dengan kolesteatom dengan hasil
adalah 31-41 tahun (23,3%). pemeriksaan pengecapan hipogeusia, 2 orang
Penderita yang mengalami hipogeusia (11,1%) dengan hasil pemeriksaan penge-
(diagram 1) terbanyak pada OMSK dengan capan normal, dan 1 orang (5,56%) dengan
kolesteatom dengan tingkat kolesteatom 4 hasil pemeriksaan pengecapan ageusia. Hasil
(27,78%) diikuti dengan penderita OMSK pemeriksaan pengecapan 15 hari setelah
dengan kolesteatom dengan tingkat koles- operasi pada penderita OMSK dengan
teatom 6 (11,11%) dan penderita yang meng- kolesteatom didapatkan 15 orang (83,3%)
alami hipogeusia terkecil pada OMSK dengan atau duapertiga jumlah penderita OMSK
kolesteatom dengan tingkat kolesteatom 1, dengan kolesteatom dengan hasil pemeriksaan
tingkat kolesteatom 3 dan tingkat kolesteatom pengecapan hipogeusia dan 3 orang (16,67%)
5 (5,56%). Penderita yang mengalami ageusia dengan hasil pemeriksaan pengecapan ageusia.
pada OMSK dengan kolesteatom dengan Otitis media akut atau otitis media kronis
kolesteatom tingkat 6 (11,11%) diikuti merupakan patologi umum di telinga tengah,
dengan OMSK dengan kolesteatom dengan pada abad 19 patologi di telinga tengah
kolesteatom tingkat 4 dan kolesteatom tingkat merupakan sumber gangguan pengecapan.
5 (5,56%). Penderita dengan pengecapan Hal tersebut baru saja diakui sebagai sumber
normal pada OMSK dengan kolesteatom kerusakan sistem rasa.16 Korda timpani me-
dengan kolesteatom tingkat 4 (22,22%). rupakan cabang sensorik dari nervus fasial
Peneliti menemukan secara anamnesis di mastoid, paralisis fasial terjadi pada otitis
tidak didapatkan penderita OMSK dengan media akut yang memanjang (lebih dari 2
kolesteatom yang memberikan keluhan peru- minggu) atau otitis media kronis biasanya
bahan pengecapan satu hari sebelum operasi, disebabkan oleh erosi tulang karena infeksi
satu hari setelah operasi dan 15 hari setelah atau kolesteatom. Akibat proses infeksi atau
operasi, namun secara objektif berdasarkan kolesteatom terjadi kompresi nervus fasial se-
hasil pemeriksaan pengecapan satu hari se- hingga menyebabkan nodus Ranvier invagi-

8
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

nasi dan demielinasi segmental di daerah memburuk setelah operasi. Pada penderita
kompresi saraf tersebut. Proses ini mengurangi OMSK dengan kolesteatom, fungsi
pertahanan membran akson saraf untuk me- pengecapannya membaik setelah operasi
regang kemudian terjadi degenerasi saraf didapatkan pada 3 orang, dimana kondisi
17
sehingga menyebabkan disfungsi saraf. korda timpani saat operasi didapatkan
Jaringan granulasi dapat menyebabkan iritasi, putus. Hal ini mungkin sebagai akibat
18
edema dan disfungsi saraf. dekompresi pada korda timpani, sehingga
19
Goyan et al yang dikutip oleh Lee me- fungsi pengecapan membaik. Penderita
laporkan studi histopatologi yang meng- OMSK dengan kolesteatom dengan fungsi
ungkapkan banyak perubahan degeneratif pengecapan tetap setelah operasi mastoi-
nervus korda timpani pada telinga dengan dektomi didapatkan pada 10 orang. Sepuluh
otitis media supuratif kronis, termasuk ke- orang penderita OMSK dengan kolesteatom
hilangan serat unmyelinated, atrofi selubung dimana kondisi korda timpani yang di-
mielin, serta meningkatkan substansi endo- identifikasi saat operasi utuh pada 3 orang
neural kolagen dan jaringan ikat. Uygur et dan korda timpani putus pada 7 orang. Fungsi
20
al yang dikutip oleh Galindo et al meneliti pengecapan menetap sebelum dan setelah
analisis ultrastruktur nervus korda timpani operasi.
pada otitis media supuratif kronis melapor- Studi elektrogustometri oleh Sakagami9
kan inflamasi kronis pada otitis media kronis melaporkan regenerasi korda timpani terjadi
menyebabkan kerusakan histologis saraf pre- lebih cepat pada penderita usia muda yang
operasi, terjadi penebalan perineurium dan menjalani operasi stapedektomi. Regenerasi
epineurium, degenerasi vakuolar sel Schwann, korda timpani karena trauma merupakan
serat amielin hilang, edema dan deposit proses yang berlangsung terus menerus.21
kolagen pada selubung saraf. Korda timpani dapat mengalami regenerasi
Penderita OMSK dengan kolesteatom bila ujung saraf disambung kembali atau di-
(diagram 2) dengan fungsi pengecapan mem- letakkan sedekat mungkin setelah korda
buruk setelah operasi mastoidektomi didapat- timpani terpotong.9 Studi elektrogustometri
kan pada 5 orang. Lima orang penderita oleh Sakagami9 melaporkan kelompok pen-
OMSK dengan kolesteatom dimana kondisi derita non-inflamasi mempunyai kemampu-
korda timpani yang diidentifikasi saat operasi an regenerasi korda timpani lebih rendah
putus pada 3 orang, korda timpani utuh dibanding kelompok penderita OMSK
pada 1 orang dan satu orang dengan kondisi dengan kolesteatom. Gurung21 melaporkan
korda timpani yang sulit diidentifikasi. Hal perubahan simptom penderita terjadi dalam
ini mungkin akibat trauma korda timpani waktu 6 bulan sampai lebih dari 2 tahun
saat operasi sehingga pengecapan setelah operasi telinga tengah. Saito et al

9
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

dikutip oleh Gurung21 menyarankan pemu- lateral. Operasi telinga tengah atau mastoid
lihan fungsi pengecapan membutuhkan follow khususnya bila resesus fasial terpapar dapat
up lama. Pemulihan fungsi pengecapan menghasilkan kehilangan pengecapan semen-
setelah saraf terpotong tidak jelas apakah tara atau pemanen.16 Pada penelitian ini
karena kompensasi atau regenerasi. pengecapan penderita OMSK dengan kole-
Pada penelitian ini hasil uji korelasi steatom sebelum operasi sebagian besar
Spearman adalah: dapat dikatakan bahwa sudah mengalami penurunan sehingga trauma
terdapat hubungan secara signifikan dengan saraf korda timpani setelah operasi ke-
taraf kepercayaan 95% antara tingkat kole- jadiannya kurang.
steatom dengan tingkat pengecapan penderita Penelitian oleh Gurung21 mengenai
OMSK dengan kolesteatom. Tingkat kole- gangguan pengecapan setelah operasi telinga
steatom dengan tingkat pengecapan mem- tengah didapatkan frekuensi gangguan peng-
punyai hubungan negatif bermakna pada ecapan yang dialami penderita pascaoperasi
penderita OMSK dengan kolesteatom. Hasil lebih banyak pada kelompok timpanotomi dan
ini mengindikasikan semakin tinggi tingkat kelompok stapedektomi dibandingkan dengan
kolesteatom, semakin menurun tingkat penge- kelompok mastoidektomi dan kelompok
capan penderita OMSK dengan kolesteatom. miringoplasti. Penderita pascaoperasi yang
7
Felix et al melaporkan penderita mengalami gangguan pengecapan lebih
dengan otitis media supuratif kronis unilateral rendah pada kelompok mastoidektomi oleh
mengalami penurunan pengecapan di dua- karena penyakit OMSK dengan kolesteatom
pertiga lidah ipsilateral. Hal ini dapat secara alami merusak nervus korda timpani
dijelaskan karena persepsi pengecapan pada sehingga sensasi pengecapan menurun secara
mulut pada umumnya tidak hanya sektoral. bertahap. Trauma nervus korda timpani pasca-
Pengecapan terletak pada titik-titik yang ber- operasi mastoidektomi dilaporkan kejadian-
beda pada rongga mulut. Sensasi pengecapan nya sedikit karena sebelumnya sudah terjadi
diangkut oleh saraf yang berbeda dan bertemu penurunan pengecapan.
dengan nukleus solitarius di batang otak. Bila seorang penderita dengan OMSK
Hasil uji Repeated ANOVA didapatkan tidak mengeluh dysgeusia, ini tidak berarti
pengecapan sebelum dan setelah operasi pen- bahwa tidak ada kegagalan fungsi penge-
derita OMSK dengan kolesteatom berbeda capan.7,22 Kerja nervus glosofaring normal
secara tidak bermakna. Putusnya korda dihambat oleh korda timpani dalam penge-
timpani akibat operasi telinga tengah merupa- capan. Hambatan ini hilang bila korda timpani
kan salah satu komplikasi yang bisa terjadi rusak sehingga kerja nervus glosofaring ber-
sehingga dapat menyebabkan perubahan fungsi sebagai mekanisme kompensasi dan
pengecapan pada 2/3 anterior lidah ipsi- bila terjadi cedera dari salah satu saraf ini

10
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

tidak mungkin menyebabkan hilangnya pengecapan sebelum operasi. Terdapat


pengecapan permanen. Struktur anatomi lidah hubungan bermakna antara tingkat koles-
manusia simetris dan umumnya fungsinya teatom terhadap tingkat (gangguan) penge-
22
dianggap setara pada kedua sisi. capan, semakin tinggi tingkat kolesteatom
Kveton dan Bartoshuk dikutip oleh pada penderita OMSK semakin menurun
1
Mueller et al melaporkan kehilangan penge- tingkat pengecapan. Fungsi pengecapan
capan ipsilateral tidak terdeteksi karena penderita membaik setelah operasi didapat-
proses inhibisi lateral. Aferen pengecapan kan pada 3 orang. Didapatkan 5 orang meng-
masuk dari nervus fasialis dan nervus alami penurunan fungsi pengecapan setelah
glosofaring terbukti dapat menghambat satu operasi. Secara statistik tidak ada perbedaan
sama lain di pusat, akibatnya hilangnya bermakna perubahan pengecapan penderita
inhibisi menyebabkan kepekaaan pengecapan sebelum dan setelah operasi.
pada sisi lain meningkat. Peneliti menyarankan hendaknya diberi-
19,23
Gopalan et al dikutip oleh Lee kan penjelasan kepada penderita OMSK
meringkas beberapa alasan sebagai berikut: dengan kolesteatom yang akan menjalani
1) Jaringan saraf kompleks antara korda operasi mastoidektomi tentang risiko terjadi-
timpani, nervus petrosus superfisialis mayor, nya gangguan pengecapan akibat cedera/
cabang lingual nervus glosofaring dan putusnya korda timpani, selain risiko ke-
beberapa serabut faring nervus vagus dapat hilangan pendengaran dan cedera/putusnya
mencegah gangguan pengecapan permanen nervus fasialis akibat operasi mastoidektomi.
sebagai akibat dari cedera pada salah satu Selain itu peneliti juga menyarankan laporan
saraf; 2) Korda timpani yang terputus bisa operasi mastoidektomi dibuat sejelas mungkin
mengalami regenerasi; 3) Kerja nervus gloso- khususnya mengenai putusnya korda timpani,
faring normal dihambat oleh korda timpani diakibatkan oleh patologi penyakit atau
pada pengecapan. Bila korda timpani rusak dampak operasi.
hambatan hilang sehingga nervus glosofaring
bekerja sebagai mekanisme kompensasi; 4) DAFTAR PUSTAKA
Inervasi silang korda timpani kontralateral 1. Mueller C, Khatib S, Naka S, Temmel A,
Hummel T. Clinical assessment of gustatory
serta nervus glosofaring ipsilateral untuk function before and after middle ear surgery: a
prospective study with a two year follow up
pemulihan fungsi pengecapan; 5) Kehilangan period. Ann Otol Rhinol Laryngol 2008;
fungsi pengecapan dapat terjadi sekunder 117:769 -73.
2. Helmi. Otitis media supuratif kronis. Jakarta:
akibat patologi kronis telinga tengah. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2005.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa 3. Laporan Tahunan SMF IK THT-KL RS dr.
sebagian besar penderita OMSK dengan Saiful Anwar Malang. 2009.
4. Laporan Tahunan SMF IK THT-KL RS dr.
kolesteatom telah mengalami penurunan Saiful Anwar Malang. 2010.

11
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

5. Djaafar Z, Helmi, Restuti R. Kelainan telinga 14. Baig M, Ajmal M, Saeed I, Fatima S.
tengah. Dalam: Soepardi E, Iskandar N, Prevalence of cholesteatoma and its compli-
Bashiruddin J, Restuti R, editors. Buku Ajar Ilmu cations in patients of chronic suppurative otitis
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan media. J Rawal Med Coll 2011; 15(1):16-17.
Leher. VI ed. Jakarta: Gaya Baru; 2007. p. 69-74. 15. Memon M, Matiullah S, Ahmed Z, Marfani M.
6. Meyer T, Strunk C, Lambert P. Cholesteatoma. Frequency of un-safe chronic suppurative otitis
In: Bailey B, Johnson J, Newlands S, editors. media in patients with discharging ear. J
Head and neck surgery otolaryngology. Liaquat Uni Med Health 2008:102-5.
Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins; 16. Kveton J, Barthoshuk L. Taste. In: Bailey B,
2006. p. 2081-91. Johnson J, Newlands S, editors. Head and neck
7. Felix F, Tomita S, Pereira B, Cordeiro J, surgery otolaryngology. Philadelphia: Lippincott
Carleti G, Barros F, et al. Gustatory alteration Williams and Wilkins; 2006. p. 567-77.
evaluation in patients with chronic otitis media. 17. Darrow D, Derkay C. Otitis media. In:
Braz J Otorhinolaryngol 2009; 75:550-5. Josephson G, Wohl D, editors. Complication in
8. Heckmann S, Hujoel P, Habiger S, Friess W, pediatric otolaryngology. America: Taylor and
Wichmann M, Heckmann J, et al. Zinc Francis Group; 2005. p. 452-59.
gluconate in the treatment of dysgeusia - a 18. Samy R, Gantz B. Surgery of the facial nerve.
randomized clinical trial. Int Am Assoc Dent In: Glasscock M, Gulya A, editors. Surgery of
Res 2003; 84:35-38. the ear. 5th ed. Spanyol: WB Saunder Company;
9. Sakagami M. Taste disorder after middle ear 2003. p. 615-29.
surgery. J Int Adv Otol 2009; 5(3):382-90. 19. Lee D. Chorda tympani in chronic inflammatory
10. Bluestone C. Mastoidectomy and choles- middle ear disease. Otolaryngol Head Neck
teatoma. In: Bluestone C, Rosenfeld R, editors. Surg 2009; 141:432-3.
Surgical atlas of pediatric otolaryngology. 20. Galindo J, Lasaletta L, Casas P, Carrion S,
Kanada: Bc Decker Inc; 2002. p. 100-22. Melcon E, Gavilan J. Clinical implications of
11. Mueller C, Kallert S, Renner B, Stiassny K, iatrogenic lesion in the chorda tympani nerve
Temmel A, Hummel T, et al. Quantitative during otosclerosis surgery. Acta Otorrino-
assessment of gustatory function in a clinical laringongologia Esp 2008; 60:104-8.
context using impregnated "taste strips". 21. Gurung, HB, RP S. Taste disturbance
Rhinology 2002; 41:2-6 following middle ear surgery. J Institute Med
12. Loy A, Tan A, Lu P. Microbiology of chronic 2010; 32:18-23.
suppurative otitis media in Singapore. Singapore 22. Sham EH, Prepageran N, Raman R, Quek K.
Med J 2002; 43(6):296-99. Chorda tympani nerve function after
13. Martin G, Hausen M, Tsuji R, Neto R, Bento myringoplasty. Med J Malaysia 2007; 62:361-3.
R. Description of 34 patients with complicated 23. Bluestone C, Klein J. Otitis media in infants
cholesteatomatous chronic otitis media. Intl and children. W.B. Sounders Company; 2001.
Arch Otorhinolaryngol 2008; 12:370-6.

12
ORLI Vol. 43 No.1. Tahun 2013 Hubungan otitis media supuratif kronis dengan gangguan pengecapan

13

Anda mungkin juga menyukai