TINJAUAN PUSTAKA
A.1. Pengertian
A.2. Epidemiologi
A.3. Etiologi
Penyebab penyakit Dengue adalah Arthrophod borne virus, famili
Flaviviridae, genus flavivirus. Virus berukuran kecil (50 nm) ini memiliki
single standard RNA. Virion-nya terdiri dari nucleocapsid dengan bentuk
kubus simetris dan terbungkus dalam amplop lipoprotein.Genome (rangkaian
kromosom) virus Dengue berukuran panjang sekitar 11.000 dan terbentuk dari
tiga gen protein struktural yaitu nucleocapsid atau protein core (C), membrane-
associated protein (M) dan suatu protein envelope (E) serta gen protein non
struktural (NS).
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang
semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue.
Keempat serotipe ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype
terbanyak distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue -4.(IPD
jilid I edisi VI)
Terinfeksinya seseorang dengan salah satu serotipe tersebut diatas,
akan menyebabkan kekebalan seumur hidup terhadap serotipe virus yang
bersangkutan. Meskipun keempat serotipe virus tersebut mempunyai daya
antigenis yang sama namun mereka berbeda dalam menimbulkan proteksi
silang meski baru beberapa bulan terjadi infeksi dengan salah satu dari mereka.
PENGENDALIAN DEMAM BERDARAH DENGUE KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN
PENYEHATAN LINGKUNGAN 2011
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.p
df
A.4. Vektor Penular
Setelah masa istirahat selesai namuk itu akan meletakkan telurnya pada
dinding bak mandi/WC, tempayan, drum, kaleng bekas, ban bekas dan lain-
lain. Telur biasanya diletakkan sedikit diatas permukaan air, dan selanjutnya
nyamuk akan mencari mangasanya (menghisap darah) lagi dan seterusnya.
Penyakit ini ditularkan oleh orang yang dalam darahnya terdapat virus
dengue. Orang ini bisa menunjukkan gejala sakit, tetapi bisa juga tidak sakit,
yaitu jika mempunyai kekebalan yang cukup terhadap virus dengue. Jika orang
digigit nyamuk Aedes aegypti maka virus dengue masuk bersama darah yang
diisapnya. Didalam tubuh nyamuk itu, virus dengue akan berkembang biak
dengan cara membelah diri dan menyebar di seluruh bagian tubuh nyamuk.
Sebagian besar virus itu berada dalam kelenjar liur nyamuk. Dalam tempo 1
minggu jumlahnya dapat mencapai puluhan atau bahkan ratusan ribu sehingga
siap untuk ditularkan kepada orang lain. Selanjutnya pada waktu nyamuk
menggigit orang lain, maka setelah probosis menemukan kapiler darah,
sebelum darah dihisap, terlebih dahulu dikeluarkan air liur dari kelenjar liurny
agar darah yang dihisap tidak membeku.
A.6. Patogenesis
Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa mekanisme
imunopatologis berperan dalam terjadinya demam berdarah dengue dan
sindrom renjatan dengue.
Gambar
http://apps.searo.who.int/pds_docs/B4751.pdf
Selama fase rawatan, pada saat temperatur tubuh turun menjadi ≤ 37,5 -
38o C dan bertahan pada suhu tersebut, terjadi pada hari ke 3-7, meningkatnya
permeabilitas kapiler bersamaan dengan meningkatnya kadar hematokrit dapat
terjadi. Ini merupakan tanda awal fase kritis. Leukopenia yang progresif diikuti
dengan menurunnya jumlah trombosit mengiindikasikan kebocoran plasma.
Efusi pleura dan asites dapat terdeteksi tergantung dari derajat kebocoran
plasma dan volume dari terapi cairan. Foto thorax dan ultrasonografi abdomen
dapat digunakan untuk mendiagnosa efusi pleura dan asites. Shok dapat terjadi
didahului oleh timbulnya tanda bahaya (warning sign). Temperatur tubuh dapat
subnormal saat shok terjadi. Shok yang memanjang, terjadi hipoperfusi organ
yang dapat mengakibatkan kegagalan organ, metabolik asidosis dan
disseminated intravascular coagulation (DIC). Hepatitis akut yang berat,
ensefalitis, miokarditis dan atau terjadi perdarahan Universitas Sumatera Utara
yang masif dapat terjadi. Pasien yang membaik dalam fase ini disebut sebagai
nonsevere dengue. Pasien yang memburuk akan menunjukkan tanda bahaya.
Pasien ini bisa membaik dengan rehidrasi intravena atau memburuk kembali
yang disebut severe dengue.
Severe dengue didefinisikan bila didapati satu atau lebih hal-hal berikut
ini (WHO,2009) :
Bila pasien telah melewati 24-48 jam fase kritis, reabsorpsi cairan dari
kompartemen extravaskular terjadi dalam 48-72 jam. Keadaan umum
membaik, kembalinya nafsu makan, berkurangnya gejala gastrointestinal,
hemodinamik stabil dan cukup diuresis. Bradikardia dan perubahan EKG dapat
terjadi pada fase ini. Hematokrit kembali normal atau lebih rendah karena efek
dilusi cairan yang diberikan. Leukosit kembali meningkat disusul dengan
meningkatnya trombosit. (WHO, 2009).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42933/4/Chapter%20II.pdf
Merupakan Penyakit demam aku selama 2-7 hari, ditandai dengan dua
atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
Nyeri kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia
Atralgia
Ruam kulit
Manifestasi pedarahan (petekie atau uji bendung positif)
Leukopenia (leuko < 5000)
Trombosit < 150.000
Hematokrit naik 5-10%
Demam atau riwyat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik.
Terdapat minimal satu dari maifestasi perdarahan berikut :
- Uji bendung positif
- Petekie, ekomosis, atau purpura.
- Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi), atau
perdarahan dari tempat lain.
- Hematemesis atau melena.
Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000/ul).
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma)
sebagai berikut :
- Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan
umur dan jenis kelamin.
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya.
Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites atau hipoproteinemia.
Dari keterangan diatas terlihat bahwa perbedaan utama antara DD dan DBD
adalah ditemukan kebocoran plasma pada DBD. (IPD)
Dengue Shock Syndrome
Vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus dan obat untuk penyakit
DB/DBD belum ada an masih dalam proses penelitian, sehingga
pengendaliannya terutama ditujukan untuk memutus rantai penularan, yaitu
dengan pengendalian vektornya. Pengendalian vektor DBD dihampir semua
negara dan daerah endemis tidak tepat sasaran, tidak berkesinambungan dan
belum mampu memutus rantai penularan. Hal ini disebabkan metode yang
diterapkan belum mengacu kepada informasi tentang vektor, disamping itu
masih mengandalkan kepada penggunaan insektisida dengan cara
penyemprotan dan larvasidasi.
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
dbd.pdf buletin pengendalian vektor demam berdarah dengue
Menggunakan kelambu.
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf
Predator
Predator larva dialam cukup banyak, namun yang bisa digunakan untuk
pengendalian larva vektor DBD tidak banyak jenisnya, dan yang paling mudah
didapat dan dikembangkan masyarakat serta murah adalah ikan pemakan
jentik. Di Indonesia ada beberapa ikan yang berkembang biak secara alami dan
bisa digunakan adalah ikan kepala timah dan ikan cetul. Namun ikan pemakan
jentik yang efektif dan telah digunakan untuk pengendalian larva DBD adala
ikan cupang.
Jenis predator lainnya yang dalam penelitian mampu mengendalikan
larva DBD adalah dari kelompok Copepoda atau cyclops, jenis ini sebenarnya
jenis Crustacea dengan ukuran mikro, jenis ini mampu memakan larva vektor
DBD.
Bakteri
agen biologis yang sudah dibuat secara komersial dan digunakan untuk
larvasidasi dan efektif untuk pengendalian larva vektor adalah kelompok
bakteri. Dua spesies bakteri yang sporanya mengandung endotoksin dan
mampu mebunuh larva adalah Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt. H-14)
dan B. spaericus (BS). Endotoksin merupakan racun perut bagi larva, sehingga
spora harus masuk kedalam saluran pencernaan larva.
Sukowati, S., 2010, Masalah Vektor Demam Berdarah Dengue dan
Pengendaliannya di Indonesia, Buletin Jendela Epidemiologi, 2:31-34.
Tersedia di:
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-
dbd.pdf buletin pengendalian vektor demam berdarah dengue
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf