Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.

6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

PENGARUH PASANG SURUT TERHADAP TINGGI MUKA AIR


DI MUARA SUNGAI BAILANG
Maria Gloria Raco
Tommy Jansen, Liany A. Hendratta
Fakultas Teknik, Jurusan Sipil, Universitas Sam Ratulangi Manado
email: mariagloriaraco@gmail.com

ABSTRAK
Sungai Bailang merupakan salah satu sungai di Kota Manado yang pernah meluap dan membanjiri
beberapa daerah yang dilewati oleh sungai Bailang. Terkait hal tersebut maka penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah pada saat banjir bersamaan dengan air pasang yang tinggi terjadi kenaikan
muka air banjir di penampang sungai Bailang.
Analisis dilakukan dengan mencari frekuensi hujan dengan metode Log Pearson III. Adapun data hujan
yang digunakan berasal dari 3 pos hujan yaitu: pos hujan Tikala-Sawangan, pos hujan Talawaan, dan
pos hujan Tikala. Data curah hujan yang digunakan adalah data curah hujan harian maksimum dari
tahun 2008 s/d 2017. Dilakukan kalibrasi parameter HSS SCS sebelum melakukan simulasi debit banjir
dengan menggunakan program komputer HEC-HMS. Untuk batasan setiap parameter disesuaikan
dengan nilai standar pada program komputer HEC-HMS. Hasil kalibrasi menunjukan nilai Nash
Sutchliffe Efficiency yang memenuhi yaitu 0,707. Kemudian dilakukan analisis debit banjir dengan
parameter terkalibrasi menggunakan program komputer HEC-HMS. Dalam penelitian ini digunakan
perangkat lunak HEC-RAS untuk melakukan penelusuran aliran dengan pemodelan aliran permanen
(steady flow) dengan menggunakan debit banjir kala ulang 5, 10, 25, 50 dan 100 tahun sebagai
Boundary condition di sebelah hulu dan Boundary condition sebelah hilir adalah tinggi muka air
pasang tertinggi.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa penampang sungai Bailang yang ditinjau pada kondisi tanpa
pasang surut kala ulang 5 tahun, 10 tahun dan 25 tahun penampang STA 0+0, STA 0+25, STA 0+50,
STA 0+75, STA 0+95, STA 0+125 dan STA 0+200 sudah tidak mampu menampung debit banjir yang
terjadi. Sedangkan untuk kala ulang 50 tahun dan 100 tahun semua penampang sudah tidak mampu
menampung debit banjir yang terjadi. Hasil simulasi pada kondisi dengan pasang surut kala ulang kala
ulang 5 tahun, 10 tahun, 25 tahun, 50 tahun dan 100 tahun semua penampang sudah tidak mampu
menampung debit banjir yang terjadi. Tinggi muka air tertinggi dengan kenaikan muka air banjir
(luapan) berkisar 0.71-1.25 m untuk kondisi dengan pengaruh pasang surut.
Kata kunci: Banjir, Tinggi Muka Air, Pasang Surut, HEC-HMS, HEC-RAS.

PENDAHULUAN Berdasarkan latar belakang di atas, maka


perlu dilakukan analisis kapasitas penampang
Latar Belakang dengan pengaruh pasang surut di muara sungai
Sungai Bailang, yang terletak di Kecamatan Bailang terhadap berbagai kala ulang banjir.
Bunaken kota Manado merupakan sungai dengan Dengan diketahuinya hal tersebut dapat
DAS yang cukup luas. Sungai Bailang pernah digunakan sebagai acuan perencanaan
meluap dan membanjiri beberapa daerah yang penanggulangan banjir di bantaran sungai
dilewati oleh sungai Bailang yang mengakibatkan Bailang.
kerugian bagi warga yang tinggal disekitar sungai
maupun pengguna jalan raya. Kenaikan muka air Rumusan Masalah
mengakibatkan saluran-saluran pembuangan yang Bencana banjir yang terjadi mengakibatkan
ada tidak dapat membuang air buangan ke dalam kerugian bagi masyarakat di sekitar sungai,
aliran alur sungai. Pada waktu banjir bersamaan sehingga perlu diketahui pengaruh pasang surut
dengan air pasang yang tinggi maka tinggi muka dan besarnya debit banjir terhadap tinggi muka air
air banjir di penampang sungai menjadi besar sebagai acuan untuk melakukan pengendalian
karena terjadi aliran balik (back water). banjir di muara sungai Bailang

627
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

Batasan Penelitian kemarau kelihatannya daur berhenti


Masalah yang akan diteliti dibatasi pada hal– sedangkan di musim hujan daur berjalan
hal sebagai berikut: kembali.
1. Data hujan yang digunakan adalah data hujan 3. Intensitas dan frekuensi daur tergantung
harian maksimum. pada keadaan geografis dan iklim, yang
2. Data debit yang digunakan adalah data debit mana hal ini merupakan akibat adanya
terukur dilapangan. perubahan letak bumi terhadap matahari
3. Kala ulang rencana dibatasi pada 5, 10, 25, sepanjang tahun.
50 dan 100 tahun. 4. Berbagai bagian daur dapat menjadi sungai
4. Data pasang tertinggi. kompleks, sehingga kita hanya dapat
5. Analisis dihitung dengan bantuan program mengamati bagian akhirnya saja dari suatu
komputer yaitu hujan yang jatuh di atas permukaan tanah
Hydrologic Engineering Center-The dan kemudian mencari jalannya untuk
Hydrologic Modeling System (HEC-HMS) kembali ke laut.
untuk analisis hidrologi dan Hydrologic
Engineering Center-River Analysis System Daerah Aliran Sungai (DAS)
(HEC-RAS) untuk analisis hidraulika. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah daerah
4. Penampang melintang sungai yang ditinjau di mana semua airnya mengalir ke dalam suatu
adalah sepanjang 200 meter menuju hulu dari sungai yang dimaksudkan. Daerah ini umumnya
titik awal pengukuran yaitu di sekitar dibatasi oleh batas topografi yang berarti
pelelangan ikan tumumpa yang terbagi atas 8 ditetapkan berdasarkan pada aliran permukaan,
segmen. dan bukan ditetapkan berdasar pada air bawah
tanah karena permukaan air tanah selalu berubah
Tujuan Penelitian sesuai dengan musim dan tingkat pemakaian.
1. Mengetahui kapasitas tampung penampang Untuk menentukan batas DAS sangat
di sungai Bailang dengan pengaruh pasang diperlukan peta topografi. Peta topografi adalah
surut dan tanpa pengaruh pasang surut peta yang memuat semua keterangan tentang
terhadap berbagai kala ulang banjir. suatu wilayah tertentu, baik jalan, kota, desa,
2. Menganalisis tinggi muka air Sungai Bailang sungai, jenis tumbuh–tumbuhan, tata guna lahan
yang diakibatkan banjir dan pasang surut air lengkap dengan garis–garis kontur dengan skala
laut. 1:50.000. Dari peta yang dimiliki, ditetapkan titik
– titik tertinggi di sekeliling sungai utama (main
Manfaat Penelitian stream) yang dimaksudkan, masing-masing titik
Dengan adanya penelitian ini manfaat yang tersebut dihubungkan satu dengan lainnya
diharapkan yaitu menjadi bahan informasi untuk sehingga membentuk garis utuh yang bertemu
instansi terkait yang berwenang dalam melakukan ujung pangkalnya. Garis tersebut merupakan
penanggulangan masalah banjir di muara sungai batas DAS di titik kontrol tertentu.
Bailang.
Analisis Curah Hujan
Untuk mendapatkan perkiraan besar banjir
LANDASAN TEORI yang terjadi di suatu penampang sungai tertentu,
maka kedalaman hujan yang terjadi harus
Daur Hidrologi diketahui pula. Yang diperlukan adalah besaran
Daur hidrologi adalah gerakan air laut ke kedalaman hujan yang terjadi di seluruh DAS.
udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah Jadi tidak hanya besaran hujan yang terjadi di
lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, dan suatu stasiun pengukuran hujan, melainkan data
akhirnya mengalir ke laut kembali. Susunan kedalaman hujan dari beberapa stasiun hujan yang
secara siklus peristiwa tersebut tidaklah tersebar di seluruh DAS.
sederhana: Curah hujan rata–rata dari hasil pengukuran
1. Daur tersebut dapat berupa daur pendek, hujan di beberapa stasiun pengukuran dapat
yaitu hujan yang jatuh di laut, danau atau dihitung dengan metode Polygon Thiessen.
sungai yang segera dapat mengalir kembali Metode ini dipandang cukup baik karena
ke laut. memberikan koreksi terhadap kedalaman hujan
2. Tidak adanya keseragaman waktu yang sebagai fungsi luas daerah yang dianggap
diperlukan oleh suatu daur. Pada musim mewakili.

628
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

Analisis Frekuensi purnama, karena bulan dapat dilihat penuh dari


Dalam sistem hidrologi, ada waktu–waktu bumi, dan memberikan akibat pada
terjadinya kejadian ekstrim seperti hujan badai, pembangkitan pasang yang sama dengan
banjir, dan kekeringan. Besarnya kejadian ekstrim posisi pertama. Akibat posisi tersebut terjadi
berbanding terbalik dengan frekuensi pasang. Pasang seperti ini dikenal sebagai
kejadiannya. Bencana yang sangat parah pasang purnama.
cenderung jarang terjadi dibandingkan dengan 3. Bulan terletak menyiku (membentuk sudut
bencana yang tidak terlalu parah. Tujuan Analisis 90º) dari sumbu bersama matahari-bumi. Pada
frekuensi adalah untuk mengetahui besarnya posisi semacam ini, maka gaya tarik bulan
suatu kejadian dan frekuensi atau periode ulang akan diperkecil oleh gaya tarik matahari
kejadian tersebut dengan menggunakan distribusi terhadap massa air di bumi. Hasilnya terjadi
probabilitas. pasang yang kecil yang disebut pasang
perbani.
Parameter Statistik
Parameter statistik yang digunakan dalam Tipe Pasang Surut
analisis data hidrologi yaitu: rata–rata hitung Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak
(mean), simpangan baku (standar deviasi), sama. Di suatu daerah dalam satu hari dapat
koefisien variasi, kemencengan (koefisien terjadi satu kali atau dua kali pasang surut. Secara
skewness) dan koefisien kurtosis. umum pasang surut di berbagai daerah dapat
dibedakan dalam empat tipe dengan
Pemilihan Tipe Distribusi menggunakan angka pasang surut “F” (tide form
Tipe distribusi yang sesuai dapat diketahui number “Formzahl”), yaitu:
berdasarkan parameter-parameter statistik data 1. Pasang Surut Harian Ganda (semi diurnal
pengamatan. Hal ini dilakukan dengan melakukan tide) : 0 < F ≤ 0.25
tinjauan terhadap syarat batas parameter statistik 2. Pasang Surut Harian Tunggal (diurnal tide) :
tiap distribusi dengan parameter data pengamatan. F>3
Secara teoritis, langkah awal penentuan tipe 3. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian
distribusi dapat dilihat dari parameter-parameter Ganda (mixed tide prevailling semi diurnal) :
statistik data pengamatan lapangan yaitu CS, CV, 0.25 < F < 1.5
dan CK. 4. Pasang Surut Campuran Condong ke Harian
Tunggal (mixed tide prevealling diurnal) :
Pasang Surut 1.5 < F ≤ 3
Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik
yang selalu berulang dengan periode tertentu dan Debit Banjir Rencana
pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk Debit banjir rencana adalah debit maksimum
kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut pada suatu sungai dengan periode ulang tertentu.
merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek Data yang dibutuhkan untuk menentukan debit
sentrifugal. Angin, pasang surut dan efek debit banjir rencana antara lain data curah hujan, luas
sungai secara luas menyebabkan terjadinya arus catchment area dan data penutup lahan. Debit
pantai. (Jansen, 2018). banjir rencana biasa didapatkan dengan beberapa
metode, antara lain metode empiris yaitu
Pasang Surut Purnama dan Perbani hidrograf satuan.
Beberapa posisi yang penting untuk
diketahui: HSS-SCS
1. Matahari-bulan-bumi terletak pada satu sumbu Hidrograf tidak berdimensi SCS (Soil
yang berupa garis lurus. Pada posisi ini bumi Consevation Services) adalah hidrograf satuan
menghadapi sisi bulan yang tidak kena sinar sintetis dimana debit dinyatakan sebagai nisbah
matahari (sisi gelap), jadi bulan tidak dapat debit q terhadap debit puncak qp dan waktu dalam
dilihat dari bumi. Karenanya keadaan tersebut nisbah waktu t terhadap waktu naik dari hidrograf
disebut bulan mati. Posisi seperti ini akan satuan Tp .
mengakibatkan adanya gaya tarik bulan dan Jika debit puncak dan waktu keterlambatan
matahari terhadap bumi yang saling dari suatu durasi hujan efektif (Lag Time)
menguatkan. diketahui, maka hidrograf satuan dapat diestimasi
2. Matahari-bumi-bulan terletak pada satu sumbu dari UH sintesis SCS.
garis lurus. Pada posisi kedua ini, bulan sedang Lag Time (tp) = 0,6 x Tc (1)

629
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

𝑡𝑟 Wilayah Sungai Sulawesi-I. Sehingga diperoleh


Waktu Naik (Tp) = 2
+ tp (2)
luas DAS Bailang sebesar 99,176 km2.
Time base (tb) = 5 x Tp (3)
𝐶𝐴
qp = 𝑇𝑝 (4)

Analisis Hidrolika
Aliran dikatakan langgeng (steady) jika
kecepatan tidak berubah selama selang waktu
tertentu.
Aliran alami umumnya bersifat tidak tetap,
ini disebabkan karena bentuk geometris
hidroliknya saluran, sungai–sungai di lapangan
tidak teratur, adanya tanaman pada tebing saluran,
adanya bangunan air, perubahan dasar saluran, Gambar 2. Gambar DAS Bailang
dan lainnya. Komponen pada model ini digunakan Sumber: Global Mapper, Data SIG BWSS-I.
untuk menghitung profil muka air pada kondisi
aliran langgeng (steady). Komponen pada steady
flow dapat memodelkan profil muka air pada Analisis Curah Hujan
kondisi aliran subkritis, superkritis dan sistem Analisis curah hujan di DAS Bailang
gabungan. dilakukan dengan menggunakan data curah hujan
harian maksimum yang bersumber dari Balai
Wilayah Sungai Sulawesi I dengan periode
METODOLOGI PENELITIAN pencatatan tahun 2008 sampai dengan tahun 2017.
Tahapan pelaksanaan penelitian: Pos hujan yang digunakan sebanyak 3 Pos Hujan,
yaitu: MRG Talawaan, MRG Tikala-Sawangan
dan MRG Tikala. Berikut merupakan data hujan
harian maksimum dari tahun 2008 sampai 2017.

Tabel 1. Curah Hujan Harian Maksimum


Tahun Curah Hujan Curah Hujan Curah Hujan
Harian Harian Harian
Maksimum Maksimum Maksimum
(mm) (mm) (mm)
MRG Tikala- MRG MRG Tikala
Sawangan Talawaan
2008 130,8 161 70
2009 100,3 106 50,3
2010 123 110 175,5
2011 120,3 141,5 57
2012 110 118 90,2
2013 180,4 94 80,6
2014 170,7 94 177
2015 90 131 105
2016 90,7 151 478
Gambar 1. Bagan Alir Penelitian 2017 180 183 149
Sumber: BWSS-1.

ANALISIS, HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dilakukan menggunakan rumus


curah hujan rata-rata dengan cara Polygon
Analisis Daerah Aliran Sungai Thiessen dengan persamaan berikut:
Analisis daerah aliran sungai (DAS)
dilakukan untuk mengetahui luas DAS Bailang.
Perhitungan luas DAS dilakukan dengan bantuan
̅ = A1 R1 +A2 R2 +⋯+An Rn
R
A1 +A2 +⋯+An
program komputer Global Mapper dengan
(20,718x130,8) + (72,622x161) + (5,836x70)
menggunakan data SIG yang bersumber dari Balai ̅ 2008 =
R
20,718 + 72,622 + 5,836

630
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

1 1
dimana: Kn = (-3,62201) + ( 6,28446 𝑛4 ) – ( 2,49835𝑛2 ) +
̅ = Curah hujan rata–rata
R 3
A1 = Luas Daerah mewakili MRG Tikala ( 0,491436 𝑛4 ) – (0,037911 n )
Sawangan (km2)
Kemudian dilakukan uji outlier pada data
A2 = Luas Daerah mewakili MRG Talawaan
curah hujan 3 MRG tersebut. Hasil uji outlier
(km2)
mendapatkan bahwa data-data curah hujan
A3 = Luas Daerah mewakili MRG Tikala
tersebut tidak menyimpang.
(km2)
R1 = Curah hujan harian maksimum MRG Penentuan Tipe Distribusi Hujan
Tikala Sawangan (mm) Jenis sebaran hujan bergantung pada nilai
R2 = Curah hujan harian maksimum MRG parameter statistik yaitu rata–rata hitung atau
Talawaan (mm) mean (X ̅), simpangan baku (S) koefisien
R 3 = Curah hujan harian maksimum MRG kemencengan (Cs), koefisien variasi (Cv) dan
Tikala (mm) koefisien kurtosis (Ck).

Tabel 2. Curah Hujan Rerata Tabel 3. Penentuan Jenis Sebaran Data


Curah Hujan Harian
Tahun Maksimum (mm) Parameter
Tipe Statistik
3 MRG Sebaran
Syarat Parameter Statistik
Data
Keterangan
Pengamatan
2008 149,3362951
2009 101,5316024 Tidak
Cs = 0 1,06058
2010 116,5700573 Normal
Memenuhi
Tidak
Ck = 3 4,21145
2011 132,0988989 Memenuhi
Cs = Cv3 + 3 . Cv Tidak
2012 114,6929015 = 0,8392
1,06058
Memenuhi
Log
2013 111,260555 Normal
Ck =
Cv + 6Cv + 15Cv4 + 16Cv2 + 3
8 6 Tidak
4,2114
Memenuhi
2014 114,9068585 = 4,2778
Tidak
2015 120,9050778 Cs = 1.14 1,06058
Memenuhi
Gumbel
2016 157,6455251 Ck = 5.40 4,2114
Tidak
Memenuhi
2017 180,37257 Log Bila tidak ada parameter statistik yang
Pearson sesuai dengan ketentuan distribusi - Memenuhi
III sebelumnya
Uji Data Outlier
Data outlier adalah data yang menyimpang Analisis Curah Hujan Rencana
terlalu tinggi ataupun terlalu rendah dari Analisis curah hujan rencana dengan tipe
sekumpulan data. Uji outlier dilakukan untuk sebaran Log Pearson tipe III.
mengoreksi data sehingga baik untuk digunakan Perhitungan dilakukan dengan terlebih
pada analisis selanjutnya. (Sukarno, 2017) dahulu menghitung parameter statistik sebagai
Uji data outlier mempunyai 3 syarat, yaitu: berikut:
1. Jika Cslog ≥ 0,4 maka: uji outlier tinggi,
koreksi data, uji outlier rendah, koreksi data. Tabel 4. Parameter Statistik Log Pearson-III
Log X
2. Jika Cslog ≤ -0,4 maka: uji outlier rendah, Ranking R=X
(Y)
(Y - Y̅) (Y - Y̅)2 (Y - Y̅)3

koreksi data, uji outlier tinggi, koreksi data. 1


2
101,532
111,261
2,0066
2,04634
-0,1005
-0,0607
0,01009544
0,00368887
-0,00101435
-0,00022405
3. Jika -0,4 < Cslog < 0,4 maka : uji outlier tinggi 3 114,693 2,05954 -0,0475 0,00226013 -0,00010745
4 114,907 2,06035 -0,0467 0,00218382 -0,00010205
atau rendah, koreksi data.Pengujian data 5 116,57 2,06659 -0,0405 0,00163947 -6,6382E-05
outlier dimulai dengan menghitung nilai-nilai 6
7
120,905
132,099
2,08244
2,1209
-0,0246
0,01382
0,00060677
0,00019104
-1,4947E-05
2,6406E-06
parameter statistik, nilai rata-rata, standar 8 149,336 2,17417 0,06709 0,00450081 0,00030195
9 157,646 2,19768 0,0906 0,00820914 0,00074378
deviasi, dan koefisien kemencengan 10 180,373 2,25617 0,14909 0,02222877 0,00331416
Σ 21,0708 8,9E-16 0,05560427 0,0028333
(Skewness) dari data yang ada dan data
pengamatan diubah dalam nilai log.
Untuk nilai Cslog lebih dari 0,4: Rata – rata hitung:
1 1
Kn = (-0,62201) + ( 6,28446 𝑛 ) – ( 2,49835𝑛 ) +
4 2 ̅ = 1 ∑ni=1 log X i = 2,10708
Y
3 n
( 0,491436 𝑛 ) – (0,037911 n )
4
Simpangan Baku:
Untuk nilai Cslog kurang dari -0,4: ∑n ̅ 2
i=1(log Xi −log X)
Slog X = √ n−1
= 0,0786

631
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

Tempat terbuka,
Koefisien Skewness (Kemencengan): halaman rumput,
lapangan
n 3
CSlog X = (n−1)(n−2) ∑ni−1(log Xi − ̅̅̅̅̅̅
log X) golf,kuburan,dsb 13,634 13,747 69 9,4856
. (Slog X )3 (kondisi sedang:rumput
menutup 50%-75%
luasan)
= 0,81033 (Kemencengan Positif) Tanah yang diolah dan
ditanami 58,660
59,148 71 41,9949
(tanpa konservasi) 4
Faktor frekuensi K untuk tiap kala ulang Kebun Campuran

terdapat pada tabel nilai K T untuk kemencengan Total 99,176 100 69,4358

positif yang ditentukan dengan menggunakan


nilai CSlog X dan kala ulang dalam tahun. Nilai CN rata–rata untuk DAS Bailang adalah
Nilai 𝐾 untuk tiap kala ulang adalah sebagai 69,4358.
berikut:
5 Tahun : 0,77886 Analisis Pasang Surut
10 Tahun : 1,33631 Analisis pasang surut di muara sungai
25 Tahun : 1,99558 Bailang dilakukan dengan menggunakan data
50 Tahun : 2,45765 pasang surut beserta komponen pasang surut
100 Tahun : 2,897818 tahun 2013.
Tabel 8. Data Pasang Surut Bulan Mei 2013
Tabel 5. Hujan Rencana Tiap Kala Ulang
Kala Ulang
Log XTR XTR
(TR)
5 Tahun 2,1683 147,332 mm

10 Tahun 2,21211 162,972 mm


25 Tahun 2,26393 183,626 mm

50 Tahun 2,30025 199,643 mm

100 Tahun 2,33485 216,198 mm

Pola Distribusi Hujan Jam-jaman Sumber: LANTAMAL VIII.


Distribusi hujan jam – jaman merupakan
pembagian intensitas hujan berdasarkan pola Komponen Pasang Surut Tahun 2013
hujan suatu daerah. Dalam penelitian ini Hitungan untuk tipe pasang surut di lokasi
digunakan pola hujan dari daerah sekitar yaitu pengukuran, berdasarkan data pasang surut adalah
pola hujan daerah Manado dan sekitarnya. sebagai berikut:
Tabel 6. Distribusi Hujan Rencana Tabel 9. Komponen Pasang Surut Tahun 2013
Kala Ulang 5 Tahun Tetapan yang digunakan M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4 S0
Amplitudo dalam cm 56 35 9 10 16 16 6 - - 120
360° g 202 158 215 163 98 139 92 - -
Jam ke - 1 2 3 4 5 6 7 8

%
Sumber: LANTAMAL VIII.
distribus 54 22 8 6 3 1 3 3
i hujan

P (mm) 79,56 32,41 11,78 8,84 4,42 1.47 4,42 4,42 Penentuan Tipe Pasang Surut
Berdasarkan komponen pasang surut maka
Perhitungan Nilai SCS Curve Number dapat ditentukan tipe pasang surut sebagai
Perhitungan Nilai SCS Curve Number berikut:
dirangkum pada Tabel 7 berikut. 𝐴(𝐾1) + 𝐴(𝑂1) 16 + 16
𝐹= = = 0,351648
𝐴(𝑀2) + 𝐴(𝑆2) 56 + 35
Tabel 7. Perhitungan nilai CN DAS Bailang
CN dimana:
Luas Persentase
Jenis Tutup Lahan
(km2) (%)
Tiap
Lahan
CN
F (Formzahl) = Angka Pasang Surut (tide
Pemukiman
8,6554 8,727 72 6,2837
form number)
(38% kedap air)
Tanah yang diolah dan A(K1) = Amplitudo dari konstanta pasut K1
ditanami
(tanpa konservasi)
9,694 9,775 71 6,9399 A(O1) = Amplitudo dari konstanta pasut O1
Ladang
Hutan
A(M2) = Amplitudo dari konstanta pasut M2
8,5322 8,603 55 4,7317
(penutupan baik) A(S2) = Amplitudo dari konstanta pasut S2

632
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

Elevasi Muka Air Tertingi


Tabel 10. Komponen Pasang Surut Tahun 2013
Elevasi Muka Air Satuan Data Satuan Data
HHWL cm 250 m 2.5
LLWL cm 10 m 0.1
MSL cm 120 m 1.2
Keterangan:
(HHWL) : Muka air tertinggi
(LLWL) : Muka air terendah
(MSL) : Muka air rata-rata

Analisis Debit Banjir Rencana


Pemodelan hujan aliran pada program Gambar 4. Parameter Teroptimasi Hasil Kalibrasi
DAS Bailang
komputer HEC-HMS akan menggunakan metode
HSS Soil Conservation Services, dan untuk
kehilangan air dengan SCS Curve Number (𝐶𝑁).
Untuk aliran dasar (baseflow) akan menggunakan
metode recession.
Pertama, akan dihitung asumsi lag time awal
dari DAS Bailang dengan data parameter DAS
sebagai berikut: L = 99,176 km; s = 0,017428
Gambar 5. Grafik Perbandingan Debit Hasil
m/m; dan n = 0,076, diperoleh: Perhitungan dan Debit Terukur
0,606(L.n)0,467
Tc = = 3,393842 jam Simulasi Debit Banjir dengan Program
S0,234
Komputer HEC-HMS
Tl = 0,6 . Tc = 2,036305 jam
Semua parameter terkalibrasi akan
Kalibrasi Parameter HSS SCS digunakan sebagai parameter pada komponen
Kalibrasi merupakan suatu proses dimana sub-DAS untuk perhitungan debit banjir.
nilai hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai Dengan data hujan rencana jam-jaman yang
hasil observasi lapangan. Kalibrasi Parameter telah dihitung maka diperoleh hasil simulasi
HSS SCS perlu dilakukan untuk mencari nilai program komputer HEC-HMS sebagai berikut:
parameter HSS SCS teroptimasi dengan
membandingkan hasil simulasi HEC–HMS
dengan data debit terukur.
Kalibrasi dilakukan pada DAS lokasi
penelitian dengan data debit terukur dilapangan.
Data hujan dan data debit dimasukkan ke
komponen Time-Series Data. Data hujan dan data
debit yang digunakan adalah data tahun 2013,
dengan waktu mulai pada 18 April 2013 dan
waktu selesai 28 April 2013. Data debit yang
digunakan adalah data debit sungai Bailang.
Gambar 6. Summary Result Kala Ulang 5 Tahun

Gambar 3. Rangkuman Hasil Kalibrasi Gambar 7. Summary Result Kala Ulang 10 Tahun

633
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

Gambar 12. Pengisian Data Debit

Gambar 8. Summary Result Kala Ulang 25 Tahun

Gambar 13. Pengisian Reach Boundary Conditions

Gambar 9. Summary Result Kala Ulang 50 Tahun

Gambar 14. Pengisian Known Ws Tanpa dan Dengan


Pengaruh Pasang Surut

Simulasi Tinggi Muka Air Dengan Program


Komputer HEC-RAS
Gambar 10. Summary Result Kala Ulang 100 Tahun
Hasil simulasi menunjukkan bahwa semua
Analisis Tinggi Muka Air penampang sungai Bailang yang ditinjau, sudah
Analisis tinggi muka air menggunakan tidak mampu menampung debit banjir yang
program komputer HEC-RAS membutuhkan data terjadi untuk kala ulang 5 tahun, 10 tahun, 25
masukan yaitu penampang sungai, karakteristik tahun, 50 tahun, dan 100 tahun.
saluran untuk nilai koefisien n Manning, dan data
debit banjir untuk perhitungan aliran langgeng
(Steady Flow).

Gambar 15. Rangkuman Tinggi Muka Air Potongan


Memanjang Sungai Bailang Tanpa Pengaruh
Pasang Surut
Gambar 11. Memasukkan Data Penampang Sungai

634
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

2. Pada kondisi tanpa pasang surut kala ulang 5


tahun, 10 tahun dan 25 tahun penampang STA
0+0, STA 0+25, STA 0+50, STA 0+75, STA
0+95, STA 0+125 dan STA 0+200 sudah tidak
mampu menampung debit banjir yang terjadi.
Sedangkan untuk kala ulang 50 tahun dan 100
tahun semua penampang sudah tidak mampu
menampung debit banjir yang terjadi.
3. Pada kondisi dengan menggunakan pasang
surut pada kala ulang 5 tahun,10 tahun, 25
Gambar 16. Rangkuman Tinggi Muka Air Potongan
tahun, 50 tahun dan 100 tahun semua
Memanjang Sungai Bailang Dengan Pengaruh
Pasang Surut penampang sudah tidak mampu menampung
debit banjir yang terjadi.
4. Kenaikan muka air banjir Sungai Bailang
PENUTUP akibat pasang surut bervariasi mulai dari yang
terendah 0.71 meter dan tertinggi mencapai
Kesimpulan 1.25 meter.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal Saran
sebagai berikut: Pengkajian ulang dan peninjauan secara lebih
1. Besarnya debit puncak Sungai Bailang pada detail terhadap usaha yang dilakukan untuk
kala ulang 5 tahun =313,9 m³/dtk, kala ulang penanggulangan dan pengendalian banjir di
10 tahun = 374,8 m³/dtk, kala ulang 25 tahun = Sungai Bailang akibat debit banjir rencana perlu
458,5 m³/dtk, kala ulang 50 tahun = 531,1 dilakukan melalui beberapa upaya seperti
m³/dtk dan kala ulang 100 tahun = 608,4 pembuatan/ peninggian tanggul banjir dan
m³/dtk. normalisasi alur.

DAFTAR PUSTAKA

_________.Data Hujan Harian Pos Hujan Talawaan. Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1, Manado.
_________.Data Hujan Harian Pos Hujan Tikala. Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1, Manado.
_________.Data Hujan Harian Pos Hujan Tikala-Sawangan. Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1,
Manado.
_________.Data Debit Harian Sungai Bailang. Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1, Manado.
_________.Global Mapper. Data GIS Balai Wilayah Sungai Sulawesi 1, Manado.
Anandhita, T., & Hambali, R. 2018. Analisis Pengaruh Backwater (Air Balik) terhadap Banjir Sungai
Rangkui Kota Pangkalpinang. Jurnal Fropil Vol 03 No 2 Juli-Desember 2015, Universitas
Bangka Belitung, Pangkalpinang.
Jansen, Tommy., 2018. Tinjauan Pengaruh Pasang Surut Terhadap Pola Arus Di Teluk Amurang,
Sulawesi Utara. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Kamase, Melinda., Liany A. Hendratta, Jeffry S. F. Sumarauw. 2017. Analisis Debit Dan Tinggi Muka
Air Sungai Tondano Di Jembatan Desa Kuwil Kecamatan Kalawat. Jurnal Sipil Statik
Vol.5 No.4 Juni 2017 (175-185) ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Liunsanda, Moses., Jeffry D. Mamoto, Ariestides K. T. Dundu. 2017. Perencanaan Bangunan
Pengaman Pantai Di Pantai Pal Kabupaten Minahasa Utara. Jurnal Sipil Statik Vol.5
No.9 November 2017 (613-623) ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

635
Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.6 Juni 2019 (627-636) ISSN: 2337-6732

Meruntu, Philips A., Jeffry S. F. Sumarauw, Tiny Mananoma. 2017. Analisis Kapasitas Penampang
Sungai Tingkulu di Kecamatan Tikala Kota Manado. Jurnal Sipil Statik Vol.7 No.4 April
2019 (379-388) ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Salem, Haniedo P., Jeffry S. F. Sumarauw, E. M. Wuisan. 2016. Pola Distribusi Hujan Jam – Jaman
Di Kota Manado Dan Sekitarnya. Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.3 Maret 2016 (203-210)
ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Samuel., Irdam Adil, Dwi Wisayantono, 2017. Penentuan Chart Datum Pada Sungai yang Dipengaruhi
Pasang Surut (Studi Kasus: Teluk Sangkulirang, Kalimantan Timur). Institut Teknologi
Bandung.
Sukarno, Liany, A Hendratta & Hanny Tangkudung. 2017. Studi Aliran Banjir Pada Pertemuan Muara
Sungai Tondano dan Sungai Sawangan. Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.10 Desember 2017
(711-716) ISSN: 2337-6732, Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Triatmodjo, Bambang., 1999. Teknik Pantai. Betta Offset, Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang., 2008. Hidrologi Terapan. Betta Offset, Yogyakarta.
Triatmodjo, Bambang., 2012. Perencanaan Bangunan Pantai. Betta Offset, Yogyakarta.

636

Anda mungkin juga menyukai