Oleh:
D-IV Keperawatan Tingkat III A Semester VI
Annisa Pratiwi (P07120216031)
Ketut Yuni Handayani (P07120216032)
Ida Ayu Putu Gayatri P (P07120216033)
Made Ayu Sista Utami (P07120216035)
Ni Putu Ayu Krisnayanti (P07120216036)
Putu Ayu Widyaningsih (P07120216037)
Ribka Oktafia Katiningrum (P07120216038)
I.A. Putu Mirah Kencanawati (P07120216039)
Gusti Ayu Triana Utari (P07120216040)
Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena atas
segala rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Proses
Manajemen Risiko Bencana Pariwisata”. Meskipun banyak tantangan dan
hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tetapi kami berhasil
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
meluruskan penulisan makalah ini, baik dosen maupun teman-teman yang secara
langsung maupun tidak langsung memberikan kontribusi positif dalam proses
pengerjaannya.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena
itu, diharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah kami ini
untuk ke depannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi peningkatan proses
belajar mengajar dan menambah pengetahuan kita bersama. Akhir kata kami
mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah agar pembaca
mengetahui, memahami, dan menambah wawasan mengenai Peran
Industri Pariwisata dalam Kesiapsiagaan Bencana.
F. TIM BENCANA
Tim bencana merupakan orang-orang yang mengkoordinir atau memiliki
tanggung jawab terhadap manajemen bencana. Tim bencana yang biasanya
digunakan di hotel biasanya adalah Emergency Responsible Team dan Fire
Brigade, sedangkan menurut BPBD Kota Denpasar beberapa jenis tim
bencana adalah Publict Save Community (PSC), Barisan Relawan Bencana
(BALANA), dan Search and Rescue (SAR). Adapun jenis - jenis tim
bencana tersebut adalah sebagai berikut:
1. Emergency Responsible Team
Emergency Responsible Team (ERT) didefinisikan oleh
Georgetown University (2014) sebagai berikut, ”The Emergency
Responsible Team (ERT) is responsible team for coordinating the
response to crises affecting the safety and operation of some
disaster. They will be called to assist inthe management of the
emergency situation”. Tim ini merupakan tim khusus yang
menangani masalah bencana, tim ini selain dibentuk oleh
Georgetown University juga dibentuk oleh berbagai organisasi
termasuk hotel.
2. Fire Brigade
Fire Brigade didefinisikan sebagai berikut “Fire Brigade is a private
or temporary organization of individual equipped to fight fires”.
Fire Brigade tersebut merupakan organisasi yang bertugas untuk
menanggulangi segala jenis bencana yang berhubungan dengan
kebakaran. Selain dari pemerintah, tim ini biasanya juga dibentuk
oleh hotel - hotel.
3. Public Save Community (PSC)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Public Save Community
merupakan petugas yang memberikan pelayanan kedaruratan
kepada masyarakat kota, dioperasikan oleh petugas khusus yang
dilengkapi dengan tiga mobil ambulance, dan siaga 24 jam di setiap
pos jaga. Petugas PSC bergerak mengikuti pergerakan mobil
pemadam pada saat terjadi kebakaran dan PSC setiap saat bertugas
mengevakuasi korban kecelakaan lalu lintas dan bencana lainya.
4. Search and Rescue (SAR)
Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 Tahun
2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Perhubungan,
Searh and Rescue (SAR) memiliki pengertian yaitu badan yang
berfungsi melaksanakan pembinaan, pengkoordinasian dan
pengendalian potensi Search and Rescue (SAR) dalam kegiatan
SAR terhadap orang dan material yang hilang atau dikhawatirkan
hilang, atau menghadapi bahaya dalam pelayaran dan atau
penerbangan, serta memberikan bantuan SAR dalam
penanggulangan bencana dan musibah lainnya sesuai dengan
peraturan SAR Nasional dan Internasional.
5. Barisan Relawan Bencana (BALANA)
Menurut BPBD Kota Denpasar, Barisan Relawan Bencana
(BALANA) merupakan barisan relawan bencana yang direkrut dari
pegawai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dilingkungan
Pemerintah Kota Denpasar yang ditugaskan ikut serta menangani
bencana.
4) Pendekatan kultural
Pendekatan kultural diperlukan untuk meningkatkan kesadaran
mengenai bencana. Melalui pendekatan kultural, pencegahan
bencana disesuaikan dengan kearifan masyarakat lokal yang telah
mebudaya sejak lama.
2. Saat Bencana
Tahapan paling krusial dalam sistem manajemen bencana adalah saat
bencana sesungguhnya terjadi. Mungkin telah melalui proses peringatan
dini, maupun tanpa peringatan atau terjadi secara tiba-tba. Oleh karena
itu diperlukan langkah-langkah seperti tanggap darurat untuk dapat
mengatasi dampak bencana dengan cepat dan tepat agar jumlah korban
atau kerugian dapat diminimalkan.
a. Tanggap darurat
Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk
menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan
penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan
kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi,
penyelamatan, serta pemulihan sarana prasarana. Tindakan ini
dilakukan oleh Tim penanggulangan bencana yang dibentuk
dimasing-masing daerah atau organisasi.
Menurut PP No. 11, langkah-langkah yang dilakukan dalam kondisi
tanggap darurat antara lain:
1) Pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan,
dan sumberdaya, sehingga dapat diketahui dan diperkirakan
magnitude bencana, luas area yang terkena dan perkiraan tingkat
kerusakannya.
2) Penentuan status keadaan darurat bencana.
3) Berdasarkan penilaian awal dapat diperkirakan tingkat bencana
sehingga dapat pula ditentukan status keadaan darurat. Jika
tingkat bencana terlalu besar dan berdampak luas, mungkin
bencana tersebut dapat digolongkan sebagai bencana nasional.
4) Penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana.
b. Penanggulangan bencana
Selama kegiatan tanggap darurat, upaya yang dilakukan
adalah menanggulangi bencana yang terjadi sesuai dengan sifat dan
jenisnya. Penanggulangan bencana memerlukan keahlian dan
pendekatan khusus menurut kondisi dan skala kejadian.
Tim tanggap darurat diharapkan mampu menangani segala
bentuk bencana. Oleh karena itu Tim tanggap darurat harus
diorganisisr dan dirancang untuk dapat menangani berbagai jenis
bencana.
Contoh aktivitas pada fase ini :
1) Evakuasi dan pengungsi (Evacuation and migration) Melakukan
evakuasi dan pengungsi ketempat evakuasi yang aman.
2) Pencarian dan Penyelamatan (Search and rescue – SAR)
Malakukan pencaharian baik korban yang meninggal dan korban
yang hilang.
3) Penilaian paska bencana (Post-disaster assessment) Melakukan
penilaian terhadap bencana yang terjadi
4) Respon dan Pemulihan (Response and relief) Memberikan
respond an pemulihan terhadap korban bencana
5) Logistik dan suplai (Logistics and supply) Manyalurkan bantuan
logistik kepada korban bencana
6) Manajemen Komunikasi dan Informasi (Communication and
information management) Memberikan informasi dan
komunikasi kepada media massa mengenai jumlah kerugian
korban bencana
7) Respon dan pengaturan orang selamat (Survivor response and
coping)
Melakukan mendata jumlah korban bencana yang selamat baik.
Ibu Hamil, anak-anak dan orang Manula
8) Keamanan (Security) Mamberikan pelayanan keamanan
terhadap korban jiwa, baik itu harta benda dan yang lain.
9) Manajemen pengoperasian emergensi (Emergency operations
management) Melakukan manajemen pengoperasian emergenci
pada saat terjadinya bencana.
3. Pasca Bencana
Setelah bencana terjadi dan setelah proses tanggap darurat dilewati,
maka langkah berikutnya adalah melakukan rehabilitasi dan
rekonstruksi.
a. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan semua aspek
pelayanan public atau masyarakat sampai tingkat yang memadai
pada wilayah pasca bencana dengan sasaran utama untuk
normalisasi atau berjalannya secara wajarsemua aspek
pemerintahan dan kehidupan masyarakat pada wilayah
pascabencana.
b. Rekonstruksi
Rekonstruksi adalah pembangunan kembali semua prasarana dan
sarana, kelembagaan pada wilayah pascabencana, baik pada tingkat
pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh
dan berkembangnya kegiatan perekonomian, social, dan budaya,
tegaknya hukum, dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta
masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada
wilayah pasca bencana.
1. jumlah korban;
2. kerugian harta benda;
3. kerusakan prasarana dan sarana;
4. cakupan luas wilayah yang terkena bencana; dan
5. dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan,
Maka, jika dampak ini pun diberi bobot sebagai berikut:
3.1 Simpulan
Industri pariwisata merupakan industri yang dikembangkan dan
diandalkan sebagai salah satu sektor pendorong pertumbuhan ekonomi,
dikarenakan sektor pariwsiata berpengaruh signifikan terhadap perekonomian
masyarakat. Pariwisata ini merupakan industri yang rentan terhadap berbagai
peristiwa bencana. Ia bisa menjadi “yang terdampak” dari kemunculan
bencana atau memicu kemunculan bencana itu sendiri. Bencana sendiri
merupakan suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat,
sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia baik
dari segi materi, ekonomi atau lingkungan.
Oleh karena industri pariwisata sangat rentan terhadap berbagai
peristiwa bencana, maka diperlukan suatu manajemen untuk menghadapi
resiko dari terjadinya bencana itu sendiri. Tahapan proses manajemen resiko
bencana pariwisata antara lain meliputi pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
aksi tanggap (response), dan pemulihan. Pencegahan terhadap bencana dengan
menggunakan tahapan tersebut dilakukan dengan kolaborasi seluruh pihak
baik pihak pemerintah, swasta, masyarakat, pemilik industri pariwisata dan
juga BNPB maupun BPBD setempat.
Untuk mendapatkan sertifikasi kesiapsiagaan dalam industri
pariwisata, terdapat beberapa aspek yang akan dinilai. Aspek – aspek tersebut
meliputi pengetahuan mengenai kebencanaan, partisipasi dari pengusaha di
bidang pariwisata dalam mengikuti kegiatan kebencanaan, mitigasi struktural
dan non struktural dari perusahaan, kesiapsiagaan dan kapasitas respon yang
dimiliki untuk menghadapi bencana serta persiapan dan pengorganisasian yang
ada.
3.2 Saran
Bencana merupakan suatu peristiwa yang dapat terjadi kapan saja dan
dimana saja, oleh karena itu penulis menyarankan agar para masyarakat pada
umumnya dan pemilik industri pariwisata khususnya agar tetap bersiaga
terhadap bahaya bencana untuk mengurangi resiko dampak yang akan
ditimbulkan. Kesiapsiagaan dapat dilakukan dengan cara mengadakan
sosialisasi mengenai pendidikan kebencanaan kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat mengetahui langkah-langkah penanggulangan bencana dan
diharapkan dengan pendidikan yang telah di dapat, masyarakat dapat
mengurangi ancaman, mengurangi dampak, menyiapkan diri secara tepat
apabila terjadi bencana, dapat memulihkan diri, dan memperbaiki kerusakan
yang terjadi akibat adanya bencana.
DAFTAR PUSTAKA