Anda di halaman 1dari 15

Dampak Pendirian Agentschap .

…(Aziza Fajar Safitri) 475

DAMPAK PENDIRIAN AGENTSCHAP VAN DE JAVASCHE BANK TE


DJOKDJAKARTA TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI YOGYAKARTA
TAHUN 1880-1940

Oleh: Aziza Fajar Safitri, Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas
IlmuSosial, Universitas Negeri Yogyakarta, azizafs96@gmail.com

Abstrak

Pendirian Agentschap Van De Javasche Bank Te Djokdjakarta memberikan


banyak pengaruh secara tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan sosial masyarakat di Yogyakarta. Dengan mulai diperkenalkannya sistem
sewa tanah sedikit demi sedikit mata uang mulai dikenal dan dipergunakan dalam
kegiatan perekonomian masyarakat. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
perkembangan sosial ekonomi Yogyakarta pada awal abad ke-19, Agentschap Van De
Javasche Bank te Djokdjakarta didirikan dan perkembangannya di Yogyakarta serta
dampaknya bagi social masyarakat Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode
sejarah kritis. Tahap penelitian yang dilakukan pertama adalah heuristik, kedua adalah
kritik sumber, ketiga interpretasi, keempat historiografi atau penulisan sejarah. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa dengan berdirinya Agentschap Van De Javasche Bank
te Djokdjakarta tahun 1880-1940 menjadikan Yogyakarta sebagai suatu wilayah yang
mumpuni dalam hal fasilitas dan perkembangan ekonomi.

Kata kunci: Agentschap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta, Sosial Ekonomi,


Yogyakarta.

Abstract

The establishment of Agentschap Van De Javasche Bank Te Djokdjakarta has


many indirect effects on economic growth and social development in Yogyakarta. The
currency began to be known and used in the economic activities of the community by the
time land rent system is introduced. The main of research to examine the socio-economic
development of Yogyakarta in the early 19th century, Agentschap Van De Javsche Bank
te Djokdjakarta wasestablised and its impact on the socio-economic Yogyakarta. This
research using critical historical methods. The first stage of this research is heuristics, the
second is source criticism, the third interpretation, the fourth historiography or historical
writing. The results of this research indicate that by the establishment of Agentschap Van
De Javasche Bank te Djokdjakarta in 1880-1940 made Yogyakarta as a region that is
qualified in terms of facilities and economic development.

Key word: Agentschap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta, Socio-Economic,


Yogyakarta.
476 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018

I. PENDAHULUAN
Pada awal abad ke-19, di Eropa Barat persen, yaitu f 2 juta, dan apabila modal telah disetor
temasuk Negeri Belanda mulai berlangsung Revolusi telah tercapai 25 persen, yaitu sekitar f 1 juta, bank
Industri yang ditandai dengan berkembangnya dapat dinyatakan berdiri dan memulai usaha.
kegiatan di bidang industri. Berbagai barang hasil Karena itu pemerintah segera melemparkan
industri khususnya dari Negeri Belanda, saat itu sulit saham bank ke pasaran, terutama kepada para
untuk dipasarkan ke Hindia Belanda karena berbagai pengusaha atau pejabat pemerintah. Meskipun awalnya
faktor. Salah satunya pada saat itu di Hindia Belanda tidak berjalan dengan lancar, pada 16 Januari 1828
sistem barter dalam dunia perdagangan masih sangat pihak bank telah melaporkan kepada pemerintah bahwa
kental meskipun uang sudah dikenal. Hal ini telah terjual 2.019 lembar saham atau senilai f
menyebabkan pihak Belanda harus melakukan 1.009.500 yang berarti saat itu telah tercapai 25 persen
eksport perak dengan berbagai hasil bumi. dari modal keseluruhan.3 Beberapa pemilik saham De
Dengan semakin banyaknya hasil industri Javasche Bank saat itu antara lain: pemerintah Hindia
terutama logam yang dijual-belikan secara barter Belanda dengan 1.000 saham, Nederlandsche Handel
dengan hasil bumi Hindia Belanda dan berbagai Maatschappij (NHM)4 300 saham, serta beberapa
kasus penyimpangan moneter Pemerintah Belanda pejabat pemerintah, termasuk Komisaris Jendral Du
mengalami defisit. Selain defisit kondisi keuangan Bus de Gisignies, juga turut membeli antara 10 dan 50
juga carut marut. Untuk memperbaiki hal tersebut lembar saham. Pembentukan De Javasche Bank
dibutuhkan suatu lembaga perbankan untuk dilakukan oleh Komisaris Jendral Hindia Belanda yang
memulihkan keuangan dan sumber permodalan bagi bernama Leonard Pierre Joseph Burgraaf Du Bus de
kegiatan industri perdagangan di Hindia Belanda. Gisignies. Fungsi dan peranan De Javasche Bank
Atas berbagai usulan dan rapat maka pada tanggal 24 sebagai bank sirkulasi berkembang secara gradual
Januari 1828 didirikan sebuah bank yang diberi nama berdasarkan octroi yang dikeluarkan dari waktu ke
De Javasche Bank yang saat itu telah diberi hak waktu.5
octroi pada tahun 1827 sebagai bank sirkulasi. Menjelang abad ke-20 di seluruh Hindia
De Javasche Bank berdiri atas tindak lanjut Belanda, De Javasche Bank baru mempunyai 7
dari gagasan 18161 tentang pendirian bank sirkulasi kantor cabang, yaitu Semarang (1829), Surabaya
untuk Hindia Belanda. Pada 29 Desember 1826 Raja (1829), Padang (1864), Makassar (1864), Cirebon
Willem I mengirimkan surat kuasa No. 85 kepada (1866), Solo (1867), Yogyakarta (1879). Pembukaan
Komisaris Jenderal Hindia Belanda untuk segera kantor cabang ketiga dari De Javasche Bank cabang
berunding dengan Pemerintah Hindia Belanda Padang pada 29 Agustus 1864 membuat pembukaan
tentang pembentukan suatu bank di Jawa berdasarkan kantor cabang di daerah-daerah lainnya di Nusantara
octroi, yaitu pemberian wewenang dan hak tunggal semakin ditingkatkan. 21 Desember 1864 kemudian
dari Pemerintah dengan jangka waktu modal saat itu f De Javasche Bank Makassar resmi dibuka,
4 juta yang terbagi dalam 8.000 lembar saham, pembukaan kantor cabang Padang dan Makassar ini
masing-masing bernilai f 500.2 Nilai itu harus
dipenuhi dalam bentuk emas dan perak. Modal
disetor untuk tahap pertama diisyaratkan sebesar 50 3
Ibid., hlm. 4.
4
Anne Booth dan William J-0 'Malley. 1988.
1 Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES: NHM
Muncul gagasan untuk pendirian bank
sirkulasi di Hindia Belanda yang terjadi saat upacara (Nederlandsche Handel Maatschapij adalah sebuah
penyerahan kembali Hindia Belanda dari Inggris di perusahaan dagang milik orang Belanda. Perusahaan
Negeri Belanda, gagasan pendirian bank sirkulasi ini pada awalnya bergerak di bidang perniagaan,
untuk wilayah koloni ini kemudian menjadi industri, pertanian, pemancingan ikan, pelayaran
pembicaraan hangat antara pejabat Belanda. Pada saat nasional serta memperbanyak perhubungan dagang
yang sama di Hindia Belanda muncul desakan kuat Nederland. Barulah berdasarkan perubahan peraturan
dari kalangan para pengusaha agar segera didirikan dasarnya pada tahun 1874, kemudian dimasukkan
lembaga bank guna memenuhi kepentingan bisnis pekerjaan bank dalam daftar usahannya, tetapi
mereka dan menfasilitasi pendanaan serta pekerjaan bank ini baru dikerjakan dalam tahun
perdagangan luar negeri dalam Erwin Kusuma, Dari 1883; Aidil. 1997. “Latar Belakang dan Kondisi
De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia (Jakarta: Awal De Javasche Bank Cabang Padang (Abad XIX
Komunitas Bambu, 2014), hlm. 12. Sampai Awal Abad XX)”. Lihat pula Ketut Rinjin.
Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan
2
Adjie Mulawarman, Kilasan Sejarah dan Bukan Bank. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Peranan Bank Indonesia Yogyakarta,(Yogyakarta: 2003) mengungkap hal yang sama.
Bank Indonesia Yogyakarta, TT) hlm. 3 5
Ibid., hlm. 5.
Dampak Pendirian Agentschap .…(Aziza Fajar Safitri) 477

adalah pembukaan kantor cabang pertama di luar yang benar-benar teruji. Dalam tahap verifikasi
Jawa. obyektivitas seorang sejarah juga sangat diperlukan.
Pembukaan kantor cabang Yogyakarta Seorang sejarawan dalam menulis sebuah karya
sendiri muncul akibat dari perjalanan dinas yang sejarah diharapkan menulis secara obyektif.
dilakukan ke beberapa wilayah oleh Presiden De
Javasche Bank yang saat itu dijabat oleh N.P van den 3.Interpretasi
Berg yang dilakukan pada bulan Agustus hingga Interpretasi atau penafsiran sering disebut
September 1878. Pada saat melakukan perjalanan ini sebagai penafsiran dari fakta sejarah yang diperoleh
kemudian muncul gagasan untuk mendirikan sebuah dari sumber sejarah. Interpretasi digunakan untuk
Kantor Cabang Yogyakarta yang muncul dari mencari berbagai hal yang saling berkaitan antara
berbagai pihak termasuk saat itu perusahaan- satu fakta dengan fakta yang lain sehingga menjadi
perusahaan Belanda seperti Firma Dorrepal dan Co, sebuah rangkain fakta yang logis dan mempunyai
yang mempunyai kepentingan usaha di Yogyakarta. makna. Keterkaitan antara fakta sejarah tersebut yang
Gagasan ini kemudian disampaikan kepada Mr. N.P nantinya akan memudahkan peneliti pada tahap
van den Berg yang saat itu merupakan President De selanjutnya yaitu tahap penulisan sejarah atau
Javasche Bank ketujuh. historiografi.

II. METODE PENELITIAN 4.Historiografi


Metode sejarah merupakan proses menguji Historiografi adalah penyampaian sintesis
dan menganalisa secara kritis dokumen, rekaman dan yang diperoleh melalui penelitian, setelah melakukan
peninggala masa lampau yang otentik dan dapat analisis data dan kemudian akan dihasilkan sintesis
dipercaya, serta membuat interpretasi dan sintesis hasil penelitian yang diwujudkan dalam bentuk karya
atas fakta-fakta yang kemudian akan menjadi kisah tulis sejarah. Historiografi adalah tahapan terakhir
seharah yang dapat dipercaya. Metode merupakan sejarawan dalam melakukan penelitiannya. Adapun
cara untuk mengerjakan sesuatu dalam sistem yang hasil akhir adalah menghasilkan sintesis dari seluruh
terencana dan teratur. Metode sejarah mengenalkan penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu
cara-cara penelitian dan penulisan sejarah. Dalam penulisan utuh yang disebut dengan historiografi.
setiap penelitian pasti mempunyai metode tersendiri
sebagai prosedur untuk menganalisis secara kritis III. PEMBAHASAN
dari objek penelitian. Menurut pengertiannya, metode A. KONDISI YOGYAKARTA AWAL ABAD
sejarah adalah proses menganalisis dan menguji KE-19
secara kritis rekaman-rekaman dan peninggalan masa 1. Kondisi Geografis & Demografis
lampau.6 Metode sejarah juga akan mempermudah Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebuah
para sejarawan untuk menulis karya sejarah karena provinsi yang berdasarkan wilayah Kasultanan
analisa yang kritis. Yogyakarta Hadiningrat dan Kadipaten Pakualaman.
Selain itu ditambah dengan bekas wilayah
1.Heuristik Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Praja
Heuristik adalah kemampuan dalam Mangkunegaran yang sebelumnya merupakan
menentukan dan menghimpun data-data atau sumber enklave7 di Yogyakarta. Kota Yogyakarta
yang diperlukan dalam sebuah penulisan karya berkedudukan sebagai ibukota Provinsi Daerah
sejarah. Dalam tahap ini peneliti harus mencari dan Istimewa Yogyakarta dan merupakan satu-satunya
menemukan dokumen yang sekiranya relevan dengan daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4
apa yang akan peneliti tulis. Seorang sejarawan daerah lain yang berstatus kabupaten. Batas dengan
sebelum melakukan penelitian, mereka terlebih Provinsi Jawa Tengah meliput; Kabupaten Wonogiri
dahulu harus mencari sumber sejarah untuk dikaji. dibagian tenggara; Kabupaten Klaten di bagian timur
Kajian mengenai sumber sejarah inilah yang laut; Kabupaten Magelang di bagian barat laut;
merupakan ilmu-ilmu tersendiri yang disebut dengan Kabupaten Purworejo di bagian barat.
heuristik. Pengumpulan sumber primer dilakukan di Kasultanan Yogyakarta pada mulanya
Jakarta, Surabaya, serta Yogyakarta. memiliki daerah kekuasaan yang luas, yaitu meliputi
Banyumas, Kedu, Mojokerto, Bojonegoro, Madiun,
2.Verifikasi Grobogan dan Blora. Sesudah Perang Diponegoro
Verifikasi sering disebut sebagai kritik berakhir kemudian ditandatangani perjanjian pada
sumber adalah tahap kedua setelah sumber sejarah
didapatkan. Hal ini dilakukan untuk menguji 7
Enklave adalah negara atau bagian negara
kebenaran dari fakta yang sudah ada. Seorang
sejarawan perlu suatu kepekaan yang tajam dalam yang dikelilingi oleh wilayah negara lain atau
menguji sumber sejarah agar didapatkan data sejarah disebutkan pula daerah (budaya) yang terdapat dalam
suatu wilayah budaya lain. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia disusun oleh Tim Penyusun Pusat
6 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah,
Kamus, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007),hlm. 37.
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2013), hlm. 64.
478 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018

tahun 1831 antara Sri Sultan Hamengkubuwono VI


dengan pemerintah Hindia Belanda yang diperintah berusaha mengeruk kekayaan daerah jajahan
langsung oleh Belanda. Oleh karena itu pemerintah sedalam-dalamnya. Bahkan Menteri Jajahan pada
Hindia Belanda diharuskan membayar ganti rugi waktu itu mengibaratkan “Java sebagai gabus tempat
tahunan berupa uang kepada Sultan.8 Nederland berapung”. Maksudnya Jawa merupakan
Dengan adanya perjanjian pada tahun 1831 sumber kehidupan bagi Nederland.10
tersebut, wilayah Kasultanan Yogyakarta semakin Sejalan dengan hal itu kepentingan pokok
sempit, sehingga diadakanlah perubahan kekuasaan dari pemerintahan kolonial adalah mengadakan
Kasultanan Yogyakarta pada tahun 1903 dibagi eksploitasi daerah jajahan untuk memberikan hasil
menjadi beberapa afdeeling oleh Pemerintah Hindia dan keuntungan pada negeri induk. Namun pada
Belanda yaitu pertama, afdeeling Mataram di bawah kenyataannya pelaksanaannya dalam kurun waktu
asisten residen dengan ibukota Yogyakarta yang dari tahun 1800 sampai tahun 1816 ternyata tetap
terdiri atas Yogyakarta, Sleman, Kalasan, dan tanah- meneruskan cara lama yang dilakukan oleh VOC.
tanah susuhunan, Pasar Gedhe, Imogiri dan Bantul. Dengan demikian sistem dagang dengan pengerahan
Daerah Mataram, yaitu kekuasaan di tengah negara paksa serta Contingenten11 seperti yang dijalankan
yang terbentang antara sungai progo di sebelah barat oleh VOC dilanjutkan.
dan sungai Opak di sebelah timur. Daerah ini Sebagaimana diketahui sekitar awal abad ke-
digunakan sebagai tempat tinggal patuh, sehingga 19 kehidupan ekonomi di Jawa termasuk pula
daerah Mataram ini dapat disamakan dengan wilayah Yogyakarta, terdapat suatu kehidupan ekonomi desa
Negara Agung. yang masih sederhana di mana penduduk tani
Kedua Afdeeling Kulon Progo di bawah menghasilkan barang untuk memenuhi dan
asisten residen dengan ibukota Wates yang terdiri mencukupi kebutuhannya sendiri.12Adapun alat
atas kabupaten Nanggulan, Kalibawang, dan Sentolo. organisasi kehidupan ekonomi yang terdiri atas
Wates merupakan tanah Sultan sedangkan kabupaten hubungan kekuasaan dan ketaatan yang timbul dari
Adikarto milik Pakulaman. Wilayah Kulon Progo kekuasaan raja-raja dan bupati-bupati juga pejabat-
adalah daerah di sebelah barat kali progo dan di pejabat yang termasuk dalam lingkungan kerajaan
sebelah timur daerah Bagelen. Daerah ini menjadi serta kabupaten atau setidak tidaknya yang berada
bagian dari wilayah Sultan yang khusus, hanya putra lebih tinggi daripada lingkungan desa. Hubungan
mahkota yang tanah lungguh-nya terletak di daerah kekuasaan dan ketaatan yang demikian itu disebut
ini, oleh karena itu daerah ini disebut pengasih. ikatan feodal.13 Berbagai modal asing juga mulai
muncul dan masuk pada dekade 1850-1860.
2. Kehidupan Sosial Ekonomi Yogyakarta pada Masuknya berbagai modal asing dibarengi dengan
Masa Kolonial. tekanan dari pihak swasta kepada Pemerintah
Menjelang awal abad ke-19 pertumbuhan Kolonial agar membuka wilayahnya. Akhirnya
penduduk di kota Yogyakarta mulai meningkat. Pemerintah Kolonial mengizinkan pihak Eropa untuk
Terdapat berbagai etnis, kelompok pribumi menanamkan modalnya di Vorstenlanden meski
menduduki jumlah terbesar, terdapat pula kelompok orang Tionghoa dilarang untuk menyewa tanah
orang Eropa dan Timur Asing. Sebagian besar orang disana. Perubahan dengan segera terjadi di
Eropa adalah para pejabat Pemerintahan Hindia Vorstenlanden.
Belanda, pengusaha perkebunan dan pengusaha Pada tahun 1855 diwilayah Surakarta
lainnya. Orang Timur Asing yang ada di wilayah kota sebanyak 33.000 bau lahan disewa oleh pengusaha
Yogyakarta sebagian besar berprofesi sebagai perkebunan Eropa. Jumlah tanah yang disewa tahun
pedagang. Pada tahun 1860 jumlah lahan yang disewa menjadi
Kehidupan sosial ekonomi yang terjadi tidak
terlepas dari politik kolonial pada masa itu.
Sebagaimana diketahui dengan dibubarkannya VOC
10
pada tahun 1799 dan mulai berkuasanya Pemerintah Sirashi Takashi, Zaman Bergerak,
Hindia Belanda, maka pada saat itu mulai berlaku Radikalisme rakyat di Jawa, (Jakarta: Grafiti, 1912).,
perubahan mendasar di dalam masyarakat. Perubahan hlm. 52.
yang terjadi itu misalnya dalam sistem nilai, struktur 11
Contingenten adalah kewajiban
masyarakat, relasi interpersonal dan ekonomi.9 menyerahkan pajak berupa hasil bumi kepada
Khususnya dalam masalah ekonomi, maka pemerintah Belanda guna menjaga uang kas
pemerintah Hindia Belanda pada awal abad 19 itu pemerintah Hindia Belanda dalam Kamus Besar
tetap berpegang pada politik eksploitasi, yaitu Bahasa Indonesia.
12
Soedarisman Poerwokoesoemo, Daerah
8
Depdikbud, Sejarah Daerah Istimewa Istimewa Yogaykarta, (Yogyakarta : UGM Press,
Yogyakarta, (Yogyakarta: Depdikbud, 1977), hlm. 1984),. hlm. 14.
31. 13
Margana S, Kraton Surakarta dan
9
Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa Di Yogyakarta 1769-1874 (Yogyakarta: Pustaka
Jawa, (Jakarta: LP3ES, 2003)., hlm. 303-305. Pelajar)., hlm. 32.
Dampak Pendirian Agentschap .…(Aziza Fajar Safitri) 479

160.000 bau, dan kemudian mencapai 200.000 bau di ditetapkan pula bahwa tanah yang bukan milik
tahun 1864.14 perseorangan penduduk merupakan tanah milik
negara (pemerintah atau tanah domein).
Tabel 2 Meski para pemilik perkebunan itu telah
Tanah yang disewakan di Yogyakarta dan Solo menggantikan kedudukan para elite lokal sebagai
pada tahun 1862 – 1920 (dalam bau) patron, ikatan sosial dan ekonomi antara sikep atau
buruh tani tidak hilang begitu saja. Selain itu, biarpun
jumlah lahan yang disewa para investor swasta terus
Tahun Solo Yogyakarta bertambah dari tahun ke tahun, masih terdapat jumlah
sikep yang besar. Hal ini menggambarkan masih
1862 ............. 46.000 banyaknya hak pengusaan atas tanah yang cukup besar
pada para raja, adipati, dan kerabatnya, paling tidak
1864 200.000 ............... sampai tahun 1870. Sementara jumlah buruh tani yang
tidak menguasai tanah menjadi semakin besar dan
monetisasi menjadi ciri penting dalam ekonomi desa.
1875 248.000 78.000 Namun tetap saja perkembangan penyewaan tanah di
wilayah Yogyakarta lebih lambat jika dibandingkan
1880 301.000 88.000 dengan Solo.

1890 259.000 93.000 3. Monetisasi di Yogyakarta


Pada awal abad ke-19 model petani di
Yogyakarta masih bersifat tradisional dengan sistem
1895 273.000 93.000 ekonomi desa yang sangat sederhana. Proses
pemenuhan kebutuhan masih dilakukan dengan
1900 246.000 89.000 sistem saling bertukar hasil pertanian begitu pula
untuk hal jasa mereka masih menggunakan metode
1905 245.000 85.000 sederhana. Disamping pertanian dengan cara
sederhana di daerah Yogyakarta telah sejak lama
bergulir perdagangan hal ini membuat mata uang
1910 235.000 95.000 telah dipakai meskipun masih dalam kalangan
terbatas.15 Dengan berlangsungnya praktek sewa
1915 214.000 97.000 tanah di Yogyakarta membuat sistem pengenalan
mata uang semakin meningkat hal ini dikarenakan
1920 183.000 102.000 lalu lintas ekonomi semakin ramai dengan adanya
sewa tanah di wilayah Yogyakarta.
Sumber: Ferry Warjiyo, Sejarah dan Heritage Dari sewa tanah para pengusaha akan
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo mempekerjakan para buruh untuk mengelola
(Surakarta: Pusat Riset dan Edukasi Bank lahannya. Dari sewa tanah didapatkan upah kerja
Sentral, TT), hlm. 34. untuk para buruh dan upah sewa dari sewa tanah
kepada pemilik tanah meskipun jumlah yang ada
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah tanah masih sangat kecil hal ini tetap membawa dampak
yang disewakan di Surakarta dan Yogyakarta sangat yang cukup besar untuk peredaran uang di wilayah
berbeda jauh. Hal ini karena Surakarta terlebih Yogyakarta. Peredaran uang semakin meningkat
dahulu menjadi wilayah dengan ekonomi yang lebih tajam akibat dari pembayaran secara tunai terhadap
strategis dengan dekatnya Surakarta dan Semarang para buruh pekerja harian bersama-sama dengan
selain itu, Surakarta sudah dibangun lembaga kewajiban-kewajiban melakukan kerja bakti
penyedia permodalan milik Pemerintah Kolonial penanaman, bekerja di perusahaan-perusahaan
pada tahun 1867. Pada tahun 1870 kemudian muncul pertanian dan mengangkut barang ke pesisir. Selain
sebuah undang-undang yang dinamakan sebagai itu uang juga masuk melalui upah sewa yang
Agrarische Wet (Undang-undang Agraria). Undang- dibayarkan kepada orang-orang Jawa yang
undang ini pada pokoknya menetapkan tentang memegang tanah lungguh dan juga dalam bentuk
prinsip dasar dari Politik tanah. Hal penting dari kompensasi ekstra yang dibayarkan kepada para
Undang-undang ini adalah bahwa para pengusaha pemegang tanah lungguh atas jasa layanan yang
dapat menyewa tanah dari pemerintah untuk masa 75 seharusnya adalah hak mereka. Selain hal ini raja
tahun. Disamping itu penduduk pribumi dijamin hak- juga mendapat uang atas pajak stempel untuk tiap
hak miliknya atas tanah menurut hukum adat dan
15
14 Tim Penulis LP3ES, Bank Indonesia
Purnawan Basundoro, Kota Lama Kota Dalam Kilasan Sejarah Bangsa,(Jakarta: Pustaka
Baru Sejarah Kota di Indonesia, (Yogyakarta : LP3ES Indonesia, 1996), hlm. 33.
Indonesia Acros Olders , 2010),. hlm. 22.
480 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018

kontrak sewa yang disetujui. Pada tahun 1830-1870


terjadi banjir mata uang logam tembaga di daerah untuk memperluas wilayah penjajahan di berbagai
Jawa akibat dari proses sewa tanah. Diketahui dari belahan dunia., termasuk di Asia khususnya
berbagai perhitungan pers kolonial tentang Nusantara. Spanyol dan Portugis adalah pelopor
pendapatan moneter per keluarga per tahun di penjelajahan yang kemudian diikuti oleh Belanda,
Yogyakarta adalah f 31,50 pertahun.16 Hal ini Inggris, dan Prancis sejak jatuhnya Konstantinopel ke
mengindikasikan bahwa upah sebesar 20 duit perhari tangan kekuasaan Turki Usmani (1453). Seiring
dengan total 157,5 hingga 176 hari kerja dilakukan dengan berlangsungnya revolusi industri di Eropa
per tahunnya per keluarga. Hal ini telah diindikasikan kegiatan ekspor bahan baku baik dari wilayah Asia
sebelumnya bahwa seorang kuli berpenghasilan maupun Amerika berkembang pesat yang akhirnya
sekitar 20 duit. Sebelum tahun 1846 satu duit setara memicu tumbuhnya lembaga pemberi ajasa keuangan
dengan seperdua puluh gulden perak perhari. Namun, yang merupakan cikal bakal lembaga perbankan
tidak ada angka-angka yang pasti mengenai jumlah modern, antara lain seperti Bank van Leening di
penduduk yang melakukan buruh harian maupun Belanda, Bank of England (1773), Riskbank (1809),
buruh yang disewa secara tetap. Di Yogyakarta angka serta Bank of France (1800) .
untuk buruh tetap adalah 25.891 dan buruh tidak tetap Pada tahun 1602 di Belanda berdiri suatu
atau harian sebesar 3.470. Dengan rata-rata 150 hari perusahaan dagang bernama Vereenigde Indische
per tahun berarti pengusaha sudah membayar mereka Company (VOC) dengan tujuan untuk memudahkan
0,8 juta per tahun. monopoli perdagangan dan menghindari persaingan
Pada tahun 1891 pada periode liberal saat antara sesama perusahaan Belanda. Pada masa VOC ini,
kerja paksa dihapuskan semakin banyak perusahaan didirikanlah sebuah lembaga perbankan pertama di
swasta yang mempunyai perkebunan ataupun Nusantara. Ketika dipimpin oleh Gubernur Jendral van
menyewa lahan di wilayah Yogyakarta yang Imhoff, Bataviasche Bank van Leening atau biasa
membutuhkan tenaga lepas untuk digunakan disebut Bank van Leening, berdiri tanggal 20 Agustus
tenaganya. Para pekerja bebas ini akan diberikan 1746. Pada periode tersebut, tugas dari lembaga
upah dimuka yang kemudian akan dipotong di akhir perbankan lebih mirip dengan rumah pegadaian yang
terdapat juga buruh dengan model harian. Hal ini memberikan pinjaman dengan jaminan barang-barang
mengakibatkan semakin beredarnya uang di berupa emas, perak, batu permata, dan atau barang-
Yogyakarta. Dengan adanya monetisasi atau sistem barang dagangan yang laku di pasaran pada masa itu.
penggunaan mata uang merubah gaya hidup Dalam perkembangannya, Bank Van Leening
masyakarat desa yang awalnya menggunakan metode mengalami kesulitan mengembangkan modalnya
pertanian sederhana dengan ikatan komunal yang dikarenakan hampir seluruh pegawai VOC melakukan
kuat, kemudian bergeser menjadi masyakarat dengan kegiatan-kegiatan yang merugikan bank. Misalnya, para
sistem kontrak dan pandangan ekonomi yang telah pegawai bank tersebut sering meminjamkan uang
bebas.17 kepada orang-orang yang membutuhkan dan
mengenakan bunga yang tinggi. Menghadapi kenyataan
B. BERDIRINYA AGENTSCHAP VAN DE bahwa Bank van Leening tidak berjalan dengan
JAVASCHE BANK TE DJOKDJAKARTA 1879. semestinya, VOC kemudian mendirikan satu lembaga
baru yaitu Bank Courant.
Rencana pendirian Bank Courant dilakukan
1. Berdirinya De Javasche Bank tanpa terlebih dahulu menutup Bank van Leening,
Ramainya perdagangan di Asia terutama yang kemudian Bank Courant digabung dengan Bank
pada awal abad ke-15 telah menjadi daya tarik van Leening. Bank Courant didirikan tanggal 1
tersendiri bagi bangsa-bangsa Eropa untuk September 1752 yang didasari atas rapat para dewan
melakukan ekspedisi perdagangan ke Nusantara. yang diadakan tanggal 2 Juni 1752. Selanjutnya
Dampak dari ekspedisi ini adalah semakin berdasarkan kesepakatan tanggal 5 September 1752
beragamnya jenis mata uang yang beredar di Bank Courant digabung dengan Bank van Leening
Nusantara yang digunakan sebagai alat pembayaran. dan kemudian menjadi Bank Courant en Bank van
Pada abad tersebut bangsa-bangsa Eropa berupaya Leening tidak jauh berbeda jauh degan Bank van
Leening. Bank ini tidak berkembang dengan baik,
dan ada kesan didiamkan oleh VOC. Akhinya. Pada
16 tahun 1790 terungkap adanya kekurangan uang
Vincent Houbent, Keraton dan Kompeni: dalam kas bank sebesar 63.000 ringgit, sehingga
Surakarta dan Yogyakarta 183-1870, (Yogyakarta: VOC menilai bahwa hal itu tidak dapat dibiarkan.
Bentang Budaya, 2012),hlm.663. Maka, melalui keputusan tanggal 5 April 1794, bank
dinyatakan ditutup. Korupsilah yang nyata
17
Ririn Darini, “Bisnis Peminjaman Uang menenggelamkan bank ini. Pada tahun 1799, VOC
Informal di Pedesaan Jawa Dalam Sejarah Indonesia juga dibubarkan karena mengalami kerugian akibat
Masa Kolonial”, Jurnal, Informasi no 1 th XXXIII korupsi.Pada tahun 1824, empat tahun sebelum
2017,hlm.62. berdirinya De Javasche Bank, berdiri sebuah
perusahaan dagang yang bernama Nederlandsche
Dampak Pendirian Agentschap .…(Aziza Fajar Safitri) 481

Handel-Maatschappij (NHM). Perusahaan ini 4 juta ini juga tidak serta merta disetor secara utuh
dibangun dengan modal yang ukurannya sangat besar dikarenakan kondisi ekonomi yang saat itu sangat
pada saat itu, yaitu f 37 juta.18 Dengan modal sebesar sulit. Modal ini berupa saham yang terbagi atas 8000
itu NHM juga bertindak sebagai bank, terutama lembar.
untuk membiayai investasi di bidang perkebunan De Javasche Bank merupakan bank swasta
besar. Meskipun begitu, kebutuhan masih sangat pertama yang didirikan di Hindia Belanda pada 24
dirasakan kurang, terutama kebutuhan akan lembaga Januari 1828, yang didasari atas surat perintah dari
perbankan murni, juga untuk keperluan sirkulasi Raja Willem I bertanggal 29 Desember 1826. Modal
uang. awal De Javasche Bank jauh lebih kecil dari pada
Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan NHM, hanya f 4 juta yang terdiri dari 8000 lembar
lembaga perbankan Hindia Belanda, Raja Willem I, saham.20 Pembentukan De Javasche Bank itu
tanggal 29 Desember 1826, mengeluarkan surat dilakukan oleh Komisaris Jendral Hindia Belanda,
perintah yang isinya adalah persiapan pendirian Leonard Pierre Joseph Burgraaf Du Bus de
sebuah lembaga perbankan di Hindia Belanda, yang Gisiegnies yang mengeluarkan octroi sebagai
kemudian di beri nama De Javasche Bank. Konsepsi undang-undang untuk bank tersebut tanggal 11
tentang perbankan ini ditandatangani oleh J.C. Baud, Desember 1827.21 Kebijakan perbankan yang
Direktur Daerah Jajahan dan Schimmelpennick, diterapkan oleh De Javasche Bank tidak lepas dari
Direktur Urusan Hindia Belanda dari Nederlansche hak octroi22 yang dimilikinya yang berasal dari Raja
Handel-Maatschappij (NHM). Usulan Raja Willem I Willem I. Meskipun dalam octroi tidak disebutkan
yang pada saat itu memerintah di Kerajaan Belanda secara eksplisit bahwa De Javasche Bank adalah
adalah agar di Jawa didirikan sebuah bank yang bank sirkulasi, octroi tersebut telah memberikan
mempunyai wewenang dalam mencetak uang dan wewenang bagi De Javasche Bank untuk
mengatur sirkulasinya. Pendirian lembaga perbankan mengeluarkan uang kertas. Dapat dikatakan bahwa,
ini dilakukan karena kebutuhan di Kerajaan Belanda, sebelum berkembang menjalankan fungsi bank
pemerintah Hindia Belanda dan juga pedagang- sentral, De Javasche Bank adalah bank komersial
pedagang di Hindia Belanda dalam menjalankan roda yang menjalankan fungsi sirkulasi. Hak octrooi
perekonomiannya serta untuk mengisi kas kerajaan berlaku dalam kurun waktu sepuluh tahun dan terus
dan mengisi kekurangan persediaan mata uang yang diperpanjang serta terus dipebaharui dan
beredar. Usulan dari Raja Willem I ini juga tidak dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pemerintah
lepas dari fakta yang ada, yaitu Belanda baru selesai kolonial saat itu.
berperang dan kehilangan Belgia yang merupakan Hingga tahun 1850-an, De Javasche Bank
salah satu wilayah sumber pendapatan bagi kerajaan masih merupakan satu-satunya lembaga bank yang
dan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Disamping memberikan kredit kepada pedagang yang terikat
itu Belanda juga benar-benar mengalami kesulitan kebijakan culturstelsel.23 Pada saat itu, beberapa
ekonomi dikarenakan sedang berperang dengan
Kaum Padri di Pantai Barat Sumatera dan juga
dengan Pangeran Diponegoro, tahun 1825-1830 di 20
wilayah-wilayah Jawa Tengah. Kehilangan wilayah Pieter Creutzberg dan J.T.M Van Lannen,
yang menjadi penyokong kegiatan perekonomian di ed., Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia (Jakarta:
Belanda dan mengalami dua peperangan yang Yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm. 307.
panjang di Hindia Belanda benar-benar menyulitkan 21
Handono Adam Sukhajat, “Dinamika Bank
perekonomian mereka.
Sentral Indonesia 1946-1968”, Skripsi (Yogyakarta:
Berbagai perusahaan milik Pemerintah Fakultas Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Sejarah
Hindia Belanda mengalami kesulitan peminjaman UNY, 2009), hlm. 31.
modal usaha. Akhirnya dengan berbagai
pertimbangan Pemerintah Hindia Belanda berencana 22
mendirikan suatu lembaga perbankan untuk Hendra Esmara, Teori Ekonomi dan
mengatasi kesulitan pinjaman uang. Dengan berbagai Kebijaksanaan Pembangunan Kumpulan Esai Untuk
pertimbangan dan kondisi ini De Javasche Bank Menghormati Sumitro Djojohadikusumo, (Jakarta:
didirikan di Hindia Belanda dengan modal yang PT Gramedia, 1987), hlm.181. Hak octroi adalah
sangat terbatas yaitu hanya f4 juta.19 Modal sebesar f pemberian wewenang dan hak tunggal dari
pemerintah atau raja dalam waktu tertentu. Di dalam
18
Hendra Asmara, Teori Ekonomi dan octroi diterapkan berbagai aturan De Javasche Bank
Kebijaksanaan Pembangunan Kumpulan Esai Untuk antara lain : aturan pendirian De Javasche Bank,
Menghormati Sumitro Djojohadikusumo, (Jakarta: aturan tentang permodalan bank, kepengurusan bank,
PT Gramedia, 1987),., hlm 180. jenis kegiatan bank, dan wewenang bank di Hindia
Belanda.
19
Erwin Kusuma, Dari De Javasche Bank
23
Menjadi Bank Indonesia (Jakarta, Komunitas Bambu, Soetatwo Hadiwigeno dan Faried Wijaya,
2014), hlm. 16. Lembaga-LembagaKeuangandanBank,
482 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018

perusahaan yang memberikan kredit kepada


perusahaan-perusahaan pertanian tidak menggunakan penjelasan, Dewan kemudian menyetujui gagasan
modal sendiri, melainkan sekadar meneruskan kredit yang dimaksud dan melalui surat No. 493 tanggal 31
yang diperoleh dari De Javasche Bank. Meskipun Oktober 1878 disampaikan permohonan pembukaan
dengan kekuatan modalnya memungkinkan untuk De kantor cabang kepada Gubernur Jendral Hindia
Javasche Bank untuk mempunyai peranan penting Belanda, yang kemudian mendapat persetujuan
dalam perkreditan dalam besar, ditambah dengan hak Gubernur Jendral dengan melalui surat keputusan
untuk mengedarkan uang kertasnya sendiri. No.7 tanggal 20 Desember 1878. Dalam rapat direksi
pada tanggal 10 Maret 1879, maka dicapai suatu
2. Berdirinya Agentschap van De Javasche Bank keputusan untuk membuka Kantor Cabang
te Djokdjakarta. Yogyakarta setelah Tahun Buku ke-51. Kantor
Gagasan untuk mendirikan kantor cabang cabang ini diberi nama Agentschap van De Javasche
Yogyakarta datang dari berbagai pihak termasuk Bank te Djokdjakarta.27
perusahaan-perusahaan Belanda seperti Firma
Dorrepaal & Co yang pada saat itu mempunyai Tabel 3
kepentingan usaha di Yogyakarta. Firma Dorrepaal Gaji Pegawai De Javasche Bank Yogyakarta
& Co ini diketahui sebagai salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang perkebunan yang Jabatan Jumlah Gaji per Tahun
mempunyai pengaruh yang sangat besar.24 Pemegang Buku
Perusahaan ini mempunyai banyak cabang di 1 F 7.500
berbagai daerah dengan hasil yang sangat besar. Merangkap Kasir
Gagasan ini kemudian disampaikan kepada Mr.N.P Pemegang Buku
1 F 3.600
van den Ber. Mr.N.P van den Berg adalah President Pembantu
De Javasche Bank ketujuh.25 Pada saat Mr.N.P van Kepala Tata Usaha 1 F 2.400
den Berg ini melakukan perjalanan dinasnya atau Pegawai Tata
inspeksi ke berbagai kantor cabang di Pulau Jawa 2 F 1.200
Usaha
maka gagasan mengenai usulan pembukaan kantor
Kasir 2 F 1.200
cabang Yogyakarta disampaikan.
Gagasan yang disampaikan mengenai hal Penghitung Uang 2 F 360
tersebut kemudian mendapat banyak dukungan Mandor 2 F 300
terutama dari Pemimpin Cabang Semarang. Pada saat
gagasan ini mulai disampaikan diketahui bahwa Pesuruh Kantor 2 F 144
angka perdagangan di Yogyakarta menunjukkan Kuli 6 F 120
perkembangan yang sangat baik. Dilihat bahwa
perkembangan perekonomian Yogyakarta akan Sumber: Tim Penulis LP3ES, Bank Indonesia Dalam
memperlihatkan masa depan yang cerah dikemudian Kilasan Sejarah Bangsa (Jakarta: Pustaka
hari. Hal ini tidak semata hanya sebuah pendapat saja LP3ES Indonesia, 1996), hlm. 36.
tetapi dibuktikan dengan jumlah transer ke
Yogyakarta melalui cabang Surakarta mencapai f. 2- Para pegawai De Javasche Bank cabang
3,5 juta dan produksi gula daerah sebesar 2.580 Yogyakarta ini didominasi dari kalangan orang
ton/tahun.26 Belanda. Pada masa ini sistem nepotisme masih
Dengan melihat kenyataan tersebut, maka sangat sering dilakukan. Sehingga tidak jarang orang
gagasan yang diajukan mendapat tanggapan yang yang bekerja di Bank in tidak terlalu tahu akan
sangat postif dari President dan anggota Direksi De perbankan. Pada perkembangan selanjutnya gedung
Javasche Bank. Setelah Dewan Komisaris mendapat ini akan mengalami pasang surut seiring dengan
perkembangan yang ada. De Javasche Bank Cabang
Yogyakarta dibuka pada tanggal 1 April 1879
Perkembangan, Teori dan Kebijaksanaan Edisi 1, sebagai kantor cabang kedelapan, yaitu setelah kantor
(Yogyakarta: BPFE UGM,1982), hlm 229. cabang Semarang pada 1 Maret 1829, Surabaya pada
14 September 1829, Padang pada 29 Agustus 1864,
24 Makassar 21 Desember 1864, Cirebon pada 21 Juli
Ferry Warjiyo, Sejarah dan Heritage
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo, (Bank 1866, Surakarta 21 November 1867 dan Pasuruan
Indonesia: Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral), pada 27 November 1867 namun cabang Pasuruan ini
hlm. 12. kemudian ditutup pada 31 maret Meskipun terdapat
orang pribumi namun hanya dari kalangan tertentu
25 yang dekat dengan orang Belanda. Posisi pribumi ini
Adjie Mulawarman, Kilasan Sejarah dan
Peranan Bank Indonesia Yogyakarta, (Yogyakarta: juga hanya sebagai pekerja kelas bawah saja tidak
Bank Indonesia Yogyakarta, TT), hlm. 3.
27
26 Erwin Kusuma, Dari De Javasche Bank
Ibid,. hlm. 4-5.
Menjadi Bank Indonesia, (Jakarta: Kompas, 2014),
hlm. 36-37.
Dampak Pendirian Agentschap .…(Aziza Fajar Safitri) 483

seperti orang Belanda. Pada jabatan tertentu orang perusahaan asing di Yogyakarta semakin tumbuh dan
golonga Timur Asing juga bisa menempati posisi berkembang dengan pesat. Setelah berdiri dan mulai
lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang pribumi. beroperasi Agentschap Van De Javasche Bank te
Masyarakat dari golongan pribumi hanya akan Djokdjakarta kemudian melakukan berbagai tugas
menduduki posisi sebagai pesuruh atau bahkan kuli. dan perannya sesuai dengan peraturan dan ketetapan
Pekerjaan yang jauh beebeda dengan orang Belanda yang telah tertuang dalam octroi.
yang akan menduduki jabatan penting. Hal ini Tugas utama De Javasche Bank kantor
memang telah diberlakukan pihak Pemerintah cabang ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan
Kolonial Belanda bukan tanpa maksud dan tujuan dengan kantor pusat De Javasche Bank yang berada
lain, melainkan untuk tetap menjaga dan di Batavia. Kantor cabang harus menyetorkan bukti
memakmurkan golongan mreka dibandingkan laporan secara berkala kepada kantor pusat di
dengan masyarakat pribui ataupun Timu Asing. Batavia. Laporan pembukuan ini harus disetorkan
setiap tahunnya yang disusun dalam catatan
3. Perkembangan Agentschap van De Javasche pembukuan De Javasche Bank. Tugas utama dari
Bank te Djokdjakarta Agentschap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta
Setelah berdiri dan mulai beroperasi De antara lain:
Javasche Bank cabang Yogyakarta ini kemudian 1) Mengeluarkan uang kertas. Menawarkan
melakukan berbagai tugas dan perannya sesuai kepada masyarakat pelayanan dalam pengiriman
dengan peraturan dan ketetapan yang telah tertuang uang, pembukaan rekening giro, menerima deposito
dalam octroi.28 Tugas utama De Javasche Bank berjangka, dan semacamnnya;
kantor cabang ini tidak jauh berbeda jika 2) Melakukan negosiasi dalam wesel luar negri,
dibandingkan dengan kantor pusat De Javasche Bank memperdagangkan logam mulia dan alat-alat
yang berada di Batavia. Kantor cabang harus pembayaran luar negri;
menyetorkan bukti laporan secara berkala kepada 3) Memberikan kredit kepada perusahaan dan
kantor pusat di Batavia. Laporan pembukuan ini perorangan, melakukan diskonto terhadap wesel-
harus disetorkan setiap tahunnya yang disusun dalam wesel luar negeri,memberikan pinjaman dan uang
catatan pembukuan De Javasche Bank. muka dengan jaminan surat-surat berharga atau
Agentschap Van De Javasche Bank te barang-barang dagangan;
Djokdjakarta selaku kantor cabang De Javasche 4) Bertindak sebagai kasir pemerintah dan
Bank juga mempunyai ketentuan selayaknya octrooi memberikan uang muka jangka panjang pendek
yaitu mengeluarkan uang kertas untuk memperlancar kepada pemerintah Hindia Belanda, dan;
arus ekonomi di wilayah operasionalnya. Pada saat 5) Menyelenggarakan kliring di antara bank-
ekonomi uang berusaha diterapkan oleh pihak bank.
kolonial Yogyakarta merupakan wilayah yang Selain berbagai aturan yang sama dengan De
masyarakatnya belum secara penuh menggunakan Javasche Bank pusat di Batavia kebijakan kantor
uang dalam kehidupan ekonominya, ekonomi pasar cabang juga sama dengan kantor pusat yang tidak
masih didominasi akan sistem barter. Kemudian memperbolehkan De Javasche Bank untuk
dengan merebaknya sewa tanah dan terjadi buru melakukan penyertaan modal kepada perusahaan-
secara upah uang dikenal dan menjadi kebutuhan perusahaan, memberikan kredit tanpa agunan yang
wajib. Agentschap mengedarkan uangnya melallui mecukupi serta menjual dan membeli saham-
berbagai perusahaan yang melakukan pinjaman dana sahamnya sendiri. Agentschap van De Javasche Bank
di lembaganya yang kemudian perusahaan akan te Djokdjakarta ini merupakan cabang kedelapan dari
menggunaan uang bank untuk biaya operasioanlnya De Javasche Bank . Octroi ini masih terus menjadi
termasuk dalam hal upah kerja buruh.29 undang-undang pokok bagi keberlangsungan De
Perekonomian Yogyakarta sudah bergeser Javasche Bank hingga tahun 1922.
dengan semakin banyaknya praktek sewa tanah yang Berbagai pinjaman kredit kemudian
mengundang pihak asing untuk melakuka sewa tanah diberikan kepada berbagai perusahaan swata. Pihak
dan membuka perkebunan swasta. Politik ekonomi terbesar yang mempunyai pengaruh dan banyak
juga telah banyak berubah. Banyak perushaan swasta simpanan maupun kredit di De Javasche Bank adalah
yang mempekerjakan rakyat untuk hal perkebunan. Firma Dorrepal & Co . Perusahaan ini bergerak pada
Dari perkebunan ini kemudian uang didapat oleh para bidang perkebunan dan termasuk perusahaan terbesar
buruh ini dan uang kemudian menjadi hal yang di Hindia Belanda hingga ia mempunyai pengaruh
semakin menjadi kewajiban pada masyarakat di yang besarBerbagai pinjaman berupa kredit ini
Yogyakarta. Dengan lahirnya cabang De Javasche dituangkan dalam surat obligasi yang mempunyai
Bank di Yogyakarta kemudian para pengusaha dan aturan kredit berjangka pada setiap peminjamnya.
Pada setiap kredit yang diberikan memiliki aturan
yang sama dengan kewajiban untuk membayarkan
28 Erwin Kusuma, op.cit., hlm. 19. angsuran pada bulan yang telah disepakati oleh kedua
29 belah pihak pada setiap tahunnya. Untuk taksiran
De Javasche Bank, Verslag Over Het pinjaman yang diberikan kepada pihak pengusaha
Bookjaar 1936-1937.(Sa Batavia, 1937), hlm. 12.
484 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018

atau asosiasi perusahaan tertentu mendapat suatu


peraturan dengan ketentuan setiap aset perusahaan Sendangpitu, Kedaton Pleret, Pundong, Kalasan,
harus dilaporkan kepada dua anggota De Javasche Randugunting, dan Wonocatur.31 Tingginya produksi
Bank yang bersangkutan untuk ditaksir dan gula di Yogyakarta ini kemudian menjadi salah satu
dipertimbangkan nilainya. Kemudian perusahaan atau faktor pertimbangan lain untuk pendirian Agentschap
pemohon dana pinjaman akan mendapatkan sebuah Van De Javasche Bank te Djokdjakarta.
kupon atau surat obligasi dari pihak bank yang kupon Selayaknya fungsi bank sirkulasi Agentschap
atau surat obligasi tersebut kemudian dapat Van De Javasche Bank te Djokdjakarta menjalankan
ditukarkan pada pihak De Javasche Bank pada bulan kredit dan permodalan namun disisi lain dengan
tertentu setelah penarikan yang pertama dilakukan ketetapan octroi yang diberikan maka De Javasche
sesuai dengan kesepakatan yang disepakati di awal Bank memiliki kewenangan untuk mencetak uangnya
perjanjian. sendiri. Pencetakan uang kertas yang dilakukan oleh
Penebusan surat berharga dilakukan di kantor De Javasche Bank ini tertuang dalam octroi
De Javasche Bank pusat atau bisa dilakukan di kedelapan. Disebutkan dalam octroi kedelapan
Agentschap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta. bahwa “ Bank dapat mengeluarkan uang kertas bank
Pada saat penebusan ini akan dicantumkan angka sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai tidak
yang telah disepakati antara pihak kreditur dari lebih rendah dari 5 gulden”. Hal ini menunjukkan
obligasi yang telah diterbitkan dan belum bahwa fungsi dan peranan Agentschap Van De
terbayarkan. Obligasi akan dibebani sebuah bunga Javasche Bank te Djokdjakarta sebagai otoritas
yang bunga tersebut akan mendapatkan masa jatuh pengedar uang di Yogyakarta.
tempo pada waktu tertentu. Apabila bunga tidak Sebagai cabang dari De Javasche Bank di
ditebus atau ditukarkan setelah jangka waktu tertentu Batavia maka Agentschap Van De Javasche Bank te
sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan antara Djokdjakarta juga menyelenggarakan kliringnya
pihak peminjam dan bank maka bunga akan setelah De Javasche Bank Batavia.. Kliring ini adalah
dibebankan di akhir kepada pihak peminjam. Dengan salah satu cara penghitungan warkat yang
kemudahan kredit modal yang diberikan banyak diselenggarakan oleh suatu perbankan untuk
perusahaan asing tumbuh dan berkembang di memperluas dan memperlancar lalu lintas
Yogyakarta hal ini yang telah dimulai sejak sistem pembayaran. Warkat atau pembayaran yang
sewa tanah muncul. diperhitungkan antara lain adalah cek bilyet atau
Sistem ekonomi di Yogyakarta mengalami giro, wesel bank, maupun bukti transfer.
banyak perubahan bagi beberapa kalangan dengan Penyelenggaraan kliring ini telah dilakukan oleh De
meningkatnya praktek sewa tanah yang mengundang Javasche Bank pusat di Batavia pada 15 Februari
pihak asing untuk melakukan sewa tanah dan 1909. Kliring itu diikuti oleh beberapa perusahaan
membuka perkebunan swasta.30 Politik ekonomi juga dan bank asing anatara lain: Nederlandsche Handel
telah banyak berubah. Banyak perusahaan swasta Maatschappij, Factorij Batavia, Chartered Bank of
yang mempekerjakan rakyat untuk perkebunan. Dari India, Australia dan China, Hongkong & Shanghai
perkebunan ini kemudian uang didapat oleh para Banking Corporation, Nederlandsh Indische
buruh ini dan uang kemudian menjadi hal yang Handelsbank, dan De Javasche Bank itu sendiri.
semakin menjadi kewajiban pada masyarakat di Kemunculan Agentschap Van De Javasche
Yogyakarta. Dengan lahirnya Agentschap Van De Bank te Djokdjakarta kemudian menumbuhkan
Javasche Bank te Djokdjakarta para pengusaha dan perkreditan desa yang pada tahun 1904 muncul Bank
perusahaan asing di Yogyakarta semakin Desa.32 Kemunculan Bank Desa ini adalah cara
berkembang dengan pesat. pemerintah Kolonial untuk menarik uang masyarakat.
Berkembangnya perusahaan asing di Bank Desa yang muncul pada tahun 1904 ini juga harus
Yogyakarta dibarengi dengan banyak tumbuhnya melapor dan diawasi oleh Agentschap Van De Javasche
perkebunan sebagai usaha yang sangat Bank te Djokdjakarta sebagai wakil dari De Javasche
menguntungkan bagi para pengusaha asing. Salah Bank pusat yang berada di Batavia. Padasaat berdirinya
satu perusahaan yang sangat berkembang pesat salah Agentschap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta
satunya adalah pabrik gula dikarenakan tebu yang mengucurkan dana sekitar fl 495.951,03 untuk
dihasilkan perkebunan juga mengalami kondisi yang keperluan kredit. Dana itu tidak
sangat baik, oleh sebab itu produksi gula tinggi.
Bahkan tercatat di Yogyakarta pada tahun ini
31 Soetatwo Hadiwigeno, Lembaga-Lembaga
memiliki 19 pabrik gula antara lain; Pabrik Gula
Medari, Beran, Cebongan, Sewugalur, Gesikan, Keuangan dan Bank, (Yogyakarta: Liberty, 1982),
Bantul, Gondanglipuro, Barongan, Padokan, hlm. 213.
32
Arif Akhyat, Dualisme Ekonomi Pada
30 Dawam Raharjo dkk, Bank Indonesia Kredit Rakyat Di Yogyakarta Pada Tahun 1912-
Dalam Kilasan Sejarah Bangsa, (Jakarta: LP3ES, 1990, Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Ilmu Budaya
1995), hlm. 10. Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta, 2015), hlm. 254.
Dampak Pendirian Agentschap .…(Aziza Fajar Safitri) 485

sepenuhnya untuk penyaluran kredit, tetapi juga wilayah Hindia Belanda pacsa kebangkrutan dari
cadangan dana. Pada 1933 banyak bank kemudian VOC kekuasaan Belanda bahkan merambah dalam
muncul di Yogyakarta. Sebanyak 147 Bank Desa dan masalah internal dua kerajaan yang masuk dalam
147 Lumbung desa tersebar di 149 desa di berbagai wilayah Vorstenlanden yaitu Surakarta dan
wilayah Yogyakarta namun tetap dalam pengawasan Yogyakarta. Kekuasaan politik ini dapat dilihat misal
Agentschap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta. saja pengaturan mengenai pengangkatan raja yang
terjadi di Yogyakarta semenjak Sultan Hamengku
C. DAMPAK AGENTSCHAP VAN DE Buwono III ketika menggantikan ayahnya. Tidak
JAVASCHE BANK TE DJOKDJAKARTA 1880- hanya sebatas itu, Belanda juga menempatkan
1940. seorang residen untuk mengawasi kehidupan politik
kerajaan dan membatasi kekuatan militer kerajaan.35
1. Dampak Sosial Dengan berbagai kebijakan tersebut, secara tidak
Yogyakarta adalah daerah Vorstenlanden langsung Belanda mengganggap dua kerajaan itu
yang artinya seluruh kegiatannya dibawah merupakan negara bagian dalam wilayah kedaulatan
pengawasan langsung dari Negeri Belanda dan juga Hindia Belanda.
sebagai satu wilayah yang mempunyai kedaulatannya 1) Pengembangan wilayah
sendiri. Semakin lamanya Belanda berkuasa di Dengan adanya kepentingan politik di
wilayah Hindia Belanda pacsa kebangkrutan dari Yogyakarta maka pemerintah kolonial Belanda mulai
VOC kekuasaan Belanda bahkan merambah dalam melakukan perencanan dan pengembangan wilayah
masalah internal dua kerajaan yang masuk dalam di daerah Yogyakarta. Berbagai pengembangan
wilayah Vorstenlanden yaitu Surakarta dan wilayah yang terjadi di Yogyakarta membawa
Yogyakarta. Kekuasaan politik ini dapat dilihat misal dampak yang baik. Perencanan dan pengembangan
saja pengaturan mengenai pengangkatan raja yang wilayah kota ini tentu saja dengan satu tujuan politik
terjadi di Yogyakarta semenjak Sultan Hamengku dari Pemerintah Kolonial Belanda. Dengan semakin
Buwono III ketika menggantikan ayahnya. Tidak kuatnya pengaruh Belanda di Yogyakarta akan
hanya sebatas itu, Belanda juga menempatkan memiliki dampak pada perencanan dan
seorang residen untuk mengawasi kehidupan politik pengembangan wilayah kota Yogayakarta. Wilayah
kerajaan dan membatasi kekuatan militer kerajaan.33 permukiman awal orang-orang Belanda terletak di
Dengan berbagai kebijakan tersebut, secara tidak daerah sebelah utara Keraton Yogyakarta yang dulu
langsung Belanda mengganggap dua kerajaan itu dikenal sebagai Loji Kecil, yaitu suatu kawasan di
merupakan negara bagian dalam wilayah kedaulatan sekitar Ford Rustenburg yang sekarang lebih dikenal
Hindia Belanda. dengan nama Benteng Vredeburg.36 Kemudian,
Dengan adanya kepentingan politik di untuk rumah tinggal residen dibangunkan
Yogyakarta maka pemerintah kolonial Belanda mulai Residentiehuis pada tahun 1824 yang sekarang
melakukan perencanan dan pengembangan wilayah tempat itu menjadi Gedung Agung
di daerah Yogyakarta. Perencanan dan Seiring dengan bertambahnya jumlah orang
pengembangan wilayah kota ini tentu saja dengan Belanda yang menetap di Yogyakarta, kemudian
satu tujuan politik dari Pemerintah Kolonial Belanda. dibangunlah berbagai sarana perkantoran untuk
Dengan semakin kuatnya pengaruh Belanda di memenuhi kebutuhan warganya yang berlokasi di
Yogyakarta akan memiliki dampak pada perencanan sepanjang Ngabean dan Kampamensstraat. Dengan
dan pengembangan wilayah kota Yogayakarta. kemajuan dan perkembangan ekonomi Yogyakarta
Wilayah permukiman awal orang-orang Belanda yang semakin hari semakin menunjukkan
terletak di daerah sebelah utara Keraton Yogyakarta perkembangan yang sangat baik kemudian dibangun
yang dulu dikenal sebagai Loji Kecil, yaitu suatu pula cabang dari De Javasche Bank atas usulan dari
kawasan di sekitar Ford Rustenburg yang sekarang salah satu perusahaan perkebunan yang mempunyai
lebih dikenal dengan nama Benteng Vredeburg.34 cabangnya di Yogyakarta.37 Usulan ini kemudian
Kemudian, untuk rumah tinggal residen dibangunkan
Residentiehuis pada tahun 1824 yang sekarang
tempat itu menjadi Gedung Agung 35 Vincent J.H Houben, Keraton dan
Yogyakarta adalah daerah Vorstenlanden Kompeni, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2002),
yang artinya seluruh kegiatannya dibawah hlm. 391.
pengawasan langsung dari Negeri Belanda dan juga
sebagai satu wilayah yang mempunyai kedaulatannya
Abdurachman Surjomihardjo, Kota
36
sendiri. Semakin lamanya Belanda berkuasa di
Yogyakarta Tempo Doeloe: Sejarah Sosial
1880-1930, (Jakarta : Komunitas Bambu, 2008),
33
Vincent Houben, op.cit, hlm. 391. hlm.21.
34
Abdurachman Surjomihardjo, Kota Ferri Warjiyo, Sejarah Dan Heritage
37
Yogyakarta Tempo Doeloe: Sejarah Sosial 1880-
1930, (Jakarta : Komunitas Bambu, 2008), hlm.21.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo,
486 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018

segera mendapat petimbangan dari Dewan Direksi De


Javasche Bank yang pada waktu itu melakukan mulai banyak bermunculan kredit pedesaan yang
perjalanan dinasnya untuk meninjau kondisi Jawa dan tentu saja diawasi oleh De Javasche Bank.
dilihat bahwa Yogyakarta merupakan wilayah yang
memiliki masa depan perekonomian yang sangat 3) Semakin berkuasanya Pemerintah Kolonial di
bagus. Yogyakarta.
Dengan berbagai perusahaan yang semakin
tumbuh dan menggunakan jasa Agentschap Van De
2. Dampak Politik Javasche Bank te Djodjakarta kekuasaan Pemerintah
1) Kerja sama politik yang semakin kuat Kolonial di Yogyakarta tidak diragunkan lagi.
pengusaha asing dan Pemerintah Kolonial. Berbagai perusahaan milik swasta Belanda semakin
Pendirian Agentschap Van De Javasche Bank tumbuh besar dan mempekerjakan banyak buruh
te Djokdjakarta memberikan pengaruh yang besar pribumi Yogyakarta. Masyarakat semakin
terhadap keberlangsungan dan perkembangan bergantung akan usaha milik swasta sebagai buruh.
perusahaan dan perkebunan swasta milik Belanda di Disisi lain pihak Pemerintah Kolonial semakin
Yogyakarta kemunculan berbagai bank kredit gencar melakukan berbagai pembagunan fasiltas
pedesaan yang dananya juga merupakan dari De untuk mempermudah usahanya di Yogyakarta.
Javasche Bank juga sebetulnya hanya merupakan Banyak pula orang-orang Belanda yang kemudian
suatu siasat politik Belanda untuk meningkatkan daya berada di Yogyakarta dan menduduki posisi sebagai
ekonomi masyarakat pedesaan. Dibangunnya pegawai dengan jabatan yang tinggi di wilayah
berbagai fasilitas pendukung di Yogyakarta juga Yogyakarta.penguasaha daerah setempat dan juga
merupakan politk Belanda guna memudahkan usaha Agentschap Van De Javasche Bank ini dengan
mereka semata dan bukan untuk kepentingan perkembangan dan kemajuannya yang pesat
masyarakat Yogyakarta. kemudian muncul berbagai bank milik asing dan
mulai banyak bermunculan kredit pedesaan yang
2) Meredupkan wibawa Sultan dan Keraton. tentu saja diawasi oleh De Javasche Bank.
Dibangunnya berbagai bangunan megah di
Pusat Yogyakarta juga bertujuan lain untuk 3. Dampak Ekonomi
meredupkan wibawa keraton Yogyakarta pada saat 1) Semakin banyak bermunculan perusahaan
itu. Agentschap Van De Javasche Bank te asing milik Belanda.
Djokdjakarta ini juga membawa banyak keuntungan Berdirinya Agentschap Van De Javasche Bank te
bagi pemerintah Belanda maupun berbagai pihak Djokdjakarta membawa angin segar terhadap geliat
perusahaan swasta yang berada di Yogyakarta hal ini ekonomi Yogyakarta. Hal ini merujuk pada semakin
dikarenakan pengiriman uang tidak lagi harus jauh banyaknya bermunculan perusahaan asing tidak
melalui cabang De Javasche Bank Surakarta.38 hanya dalam bidang perkebunan saja melainkan
Dengan adanya Agentschap Van De Javasche bank te berbagai jenis perusahaan lain mulai bermunculan
Djokdjakta ini pula berbagai perusahan dan dan berkembang. Hal ini dikarenakan De Javasche
pengusaha Yogyakarta dapat dengan mudah mencari Bank selain sebagai kasir Pemerintah Belanda juga
dan mendapat kredit atas perusahaan dan usaha melakukan tugas sebagai bank penyedia jasa kredit
perkebunan yang mereka jalani. Hal ini menjadi suatu terhadap berbagai perusahaan swasta milik Belanda.
posisi yang saling menguntungkan antara dua belah Karena berbagai kemudahan dalam segi permodalan
pihak dimana para pengusaha dan perusahaan asing ini maka mulai banyak bermunculan cabang usaha
dimudahkan dalam mengurus permodalan dan milik orang Belanda di Yogyakarta. Kondisi ini juga
perkreditan sementara di sisi lain pihak kolonial tidak lepas dari berdirinya Agentschap Van De
mendapat banyak keuntungan dengan semakin Javasche Bank te Djokdjakarta, Yogyakarta
banyak pula uang yang mereka dapat dari De dianggap sebagai suatu wilayah yang memenuhi
Javasche Bank. Agentschap Van De Javasche Bank syarat lengkap mendirikan cabang usahanya.39 Pada
ini juga tidak hanya melakukan kerjasama dengan saat itu setoran melalui Agentschap De Javasche
dengan perusahaan dan penguasaha asing saja tetapi Bank te Djokdjakarta terus mengalami peningkatan.
juga dengan berbagai penguasaha daerah setempat Hal ini menunjukkan kemajuan ekonomi untuk para
dan juga Agentschap Van De Javasche Bank ini pengusaha asing dan bukan berarti kemajuan untuk
dengan perkembangan dan kemajuannya yang pesat tingkat ekonomi masyarakat pribumi. Agentschap De
kemudian muncul berbagai bank milik asing dan Javasche Bank te Djokdjakarta pada kenyataannya
tidak memberikan dampak kesejahteraan untuk
masyarakat pribumi.
(Jakarta: Bank Indonesia Pusat Riset dan
Edukasi Bank Sentral, 2014), hlm. 22.

38 Ferry Warjiyo, op.cit., hlm. 16. 39 Djojohadikoesoemo, Kredit Rakyat di Masa


Depresi, (Jakarta: LP3ES, 1989), hlm. 33.
Dampak Pendirian Agentschap .…(Aziza Fajar Safitri) 487

2) Beralihnya kehidupan ekonomi masyarakat secara tidak langsung terhadap pertumbuhan


menjadi Ekonomi Uang. ekonomi dan perkembangan sosial masyarakat di
Pada awalnya Kehidupan ekonomi masyarakat yang Yogyakarta. Pasalnya Yogyakarta sebelum
belum mengenal uang kemudian sedikit demi sedikit didirikannya De Javasche Bank dan terpengaruh dari
berubah dengan banyaknya aturan baru dimana uang adanya sistem sewa tanah adalah sebuah wilayah
mulai mencari celah dan tempat dalam ekonomi kerajaan dengan pola ekonomi sederhana dan sistem
masyarakat. Banyak pengusaha asing mulai kekuasaan feodal yang sangat kental. Lalu lintas
menerapkan buruh upah untuk lahan perkebunannya. ekonomi masih didominasi akan sistem ekonomi
Sedikit demi sedikit uang mulai dikenal dan beredar sederhana dimana uang belum mempunyai peranan
di masyarakat. Hal ini dipercepat dengan kemajuan yang berarti. Dengan mulai diperkenalkannya sistem
perusahaan perkebuann yang sangat mudah untuk sewa tanah sedikit demi sedikit mata uang muai
mendapat pinjaman modal diakibatkan berdirinya dikenal dan dipergunakan dalam kegiatan
Agentchap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta. perekonomian masyarakat. Para pihak penyewa tanah
Pengusaha dan perusahaan asing tidak perlu pula ini akan menyewa tanah tanah lungguh dari para
untuk jauh mendistribusikan atau mengirim uangnya penguasa tanah. Kondisi Yogyakarta yang subur dan
melalui Cabang De Javasche Bank di Surakarta bebagai faktor geografis yang sangat mendukung
karena di Yogyakarta sudah ada.40 Semakin kemudian menjadikan Yogyakarta sebagai suatu
berkembang perusahaan maka semakin banyak pula wilayah yang cocok untuk menjadi sasaran sewa
buruh yang dipekerjakan, semakin cepat pula tanah para pengusaha asing. Yogyakarta sebagai
peredaran uang dimasyarakat. Meskipun uang wilayah Vorstenlanden juga memiliki tarif sewa
dikenal dan banyak digunakan namun tetap saja tanah yang jauh lebih murah jika dibandingkan
kondisi eonomi masyarakat pribumi masih saja dengan Surakarta.
bertahan pada kondisi yang semula dikarenakan Dengan semakin meningkatnya praktek sewa
mereka juga terbebani dengan berbagai pajak yang tanah di Yogyakarta berbagai fasilitas pendukung
diterapkan pihak Pemerintah Kolonial. Pasar yang akhirnya dibangun oleh pihak Pemerintah Kolonial
semula menggunakan metode barter kemudian Belanda atas berbagai pertimbangan guna
berubah menjadi menggunakan uang sebagai memperlancar usaha mereka. Untuk memperlancar
pembayarannya dikarenakan tuntutan keadaan bahwa usahanya dibangunlah jalur kereta api yang akan
uang telah dikenal dan sebagai ganti atas suatu menghubungkan Semarang dengan Yogyakarta pada
barang. 1872. Dengan dibangunnya jalur kereta api ini
praktek sewa tanah di Yogyakarta semakin
3) Bermunculan Kredit Rakyat dengan dana meningkat begitu juga dengan harga sewa tanah di
Agentschap Van De Javasche Bank te Yogyakarta jauh lebih tinggi jika di bandingkan
Djokdjakarta. dengan Surakarta.
Peredaran uang menjadi sangat banyak dan cepat di Saat mulai berakirnya octroi kedelapan cabang
masyarakat karena kemudian banyak aturan baru kedelapan De Javasche Bank dibuka di Yogyakarta
dalam masyarakat yang mengharuskan penggunaan pada 1 April 1879. Dengan dibukanya lembaga yang
uang seperti membayar pajak yang pertama hanya akan mengurusi dan memberikan kredit bagi para
berupa hasil bumi kemudian menjadi menggunakan pengusaha swasta milik Belanda ini keadaan
uang. Pola ekonomi dalam masyarakat juga mulai Yogyakarta semakin dipenuhi dengan berbagai
berubah dari ekonomi sederhana berubah menjadi perusahaan dan perkebunan milik swasta yang
ekonomi liberal dengan digunakannya uang dalam tanahnya berstatus sewa. Makin maraknya
kehidupan mereka. Pendirian Agentschap Van De perusahaan maka memperbanyak jumlah buruh upah
Javasche Bank te Djokdjakarta membawa banyak yang dipekerjakan, uang menjadi suatu kebutuhan
dampak terhadap ekonomi desa dalam hal ini adalah dan kewajiban untuk kegiatan ekonomi masyarakat.
sektor perkreditan dan pertanian dimana pada tahun Monetisasi terjadi di Yogyakarta dengan sangat
1917 berdiri suatu Bank Desa yang bertugas cepat. Uang tidak hanya beredar melalui upah yang
memberikan pinjaman kredit kepada para petani didapat sebagai buruh.
dibawah pengawasan Agentschap Van De Javasche
Bank te Djokdjakarta.41 E. DAFTAR PUSTAKA

D. KESIMPULAN Arsip Nasional Republik Indonesia “ Boukundig


Pendirian Agentschap Van De Javasche Bank Bereau Sistsen en Louzada Gevestigd te
Te Djokdjakarta memberikan banyak pengaruh Djogjkarta 5 Februari 1920”, no 99.

Abdullah Ali, Liku-Liku Sejarah Perbankan


40 Bank Indonesia, Sejarah Bank Indonesia Indonesia, Jakarta: PT Gramedia , 1995.
Jilid I, (Jakarta: Bank Indonesia, 2006), hlm. 107.
41 Djojohadikoesoemo, op.cit, hlm. 37.
488 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018

Adjie Mulawarman Hasan, Kilasan Sejarah dan


Peranan Bank Indonesia Yogyakarta, Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial Dalam
Yogyakarta: Bank Indonesia Yogyakarta, TT. Metodologi Sejarah, Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama, 1992.
Bank Indonesia, Sejarah Bank Indonsia Jilid 1,
Jakarta: Bank Indonesia, 2006. Sirashi Takashi, Zaman Bergerak, Radikalisme
Rakyat di Jawa, Jakarta: Grafiti, 1912.
Creutberg P and J.T.M Van lannen, Changging
Economic in Indonesia: Money and Banking Soedarisman Poerwokoesoemo, Daerah Istimewa
1816-1940, The Hague: Martinus Nijhoof, Yogaykarta, (Yogyakarta : UGM Press,
1980. 1984),. hlm. 14.

Dawam Raharjo dkk, Bank Indonesia Dalam Kilasan Soetatwo Hadiwiegeno, Lembaga-Lembaga
Sejarah Bangsa, Jakarta: LP3ES, 1995. Keuangan dan Bank, Yogyakarta: Liberty,
1982.
De Javasche Bank, Verslag Over Het Bookjaar 1936-
1937, Sa Batavia, TT, 1937.
Tim penulis LP3ES, Bank Indonesia Dalam Kilasan
Depdikbud, Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta, Sejarah Bangsa, Jakarta: PT Pusataka
(Yogyakarta: Depdikbud, 1977), hlm. 31. LP3ES Indonesia, 1995.

Djojohadikoesoemo, Kredit Rakyat di Masa Depresi, VincentJ.H Houben, Keraton dan Kompeni:
Jakarta, LP3ES, 1989. Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870,
Yogyakarta: Bentang Budaya, 2012.
Erwien Kusuma, Dari De Javasche Bank Menjadi
Bank Indonesia Fragmen Sejarah Bank Skripsi
Sentral Di Indonesia, Jakarta : Kompas,
2014. Arif Akhyat, Dualisme Ekonomi Pada Kredit Rakyat
di Yogyakarta Pada Tahun 1912-1990, Skripsi,
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah: Historical Fakultas Ilmu Budaya Jurusan
Expalanition, Yogyakarta: Tiara Wacana, Sejarah, Universitas Gadjah Mada
2008. Yogyakarta, 2015.

Ia Solihah, “ Bank Indonesia Tahun 1968 – 1991”,


Leo Suryadinata, Dilema Minoritas Tionghoa, Fakultas Ilmu Budaya, Skripsi, Universitas
Jakarta: Grafiti Prees, 1984. Gadjah Mada Yogyakarta, 2009.

Margana S, Kraton Surakarta dan Yogyakarta 1769- Handono Adam Sukhajat, “Dinamika Bank Sentral di
1874, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Indonesia 1946-1968”, Skripsi, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015
Murbyanto, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan:
Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Aditya
Media, 1992.

Purnawan Basundoro, Kota Lama Kota Baru Sejarah


Kota di Indonesia, Yogyakarta : Indonesia
Acros Olders , 2010.

Pieter Creutzberg dan J.T.M Van Lannen, ed.,


Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia (Jakarta:
Yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm. 307.

Ririn Darini, “Bisnis Peminjaman Uang Informal di


Pedesaan Jawa Dalam Sejarah Indonesia
Masa Kolonial”, Jurnal, Informasi no 1 th
XXXIII 2007.

Robert van Niel, Sistem Tanam Paksa Di Jawa,


(Jakarta: LP3ES, 2003)., hlm. 303-305.
Dampak Pendirian Agentschap .…(Aziza Fajar Safitri) 489

Anda mungkin juga menyukai