Oleh: Aziza Fajar Safitri, Prodi Ilmu Sejarah, Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas
IlmuSosial, Universitas Negeri Yogyakarta, azizafs96@gmail.com
Abstrak
Abstract
I. PENDAHULUAN
Pada awal abad ke-19, di Eropa Barat persen, yaitu f 2 juta, dan apabila modal telah disetor
temasuk Negeri Belanda mulai berlangsung Revolusi telah tercapai 25 persen, yaitu sekitar f 1 juta, bank
Industri yang ditandai dengan berkembangnya dapat dinyatakan berdiri dan memulai usaha.
kegiatan di bidang industri. Berbagai barang hasil Karena itu pemerintah segera melemparkan
industri khususnya dari Negeri Belanda, saat itu sulit saham bank ke pasaran, terutama kepada para
untuk dipasarkan ke Hindia Belanda karena berbagai pengusaha atau pejabat pemerintah. Meskipun awalnya
faktor. Salah satunya pada saat itu di Hindia Belanda tidak berjalan dengan lancar, pada 16 Januari 1828
sistem barter dalam dunia perdagangan masih sangat pihak bank telah melaporkan kepada pemerintah bahwa
kental meskipun uang sudah dikenal. Hal ini telah terjual 2.019 lembar saham atau senilai f
menyebabkan pihak Belanda harus melakukan 1.009.500 yang berarti saat itu telah tercapai 25 persen
eksport perak dengan berbagai hasil bumi. dari modal keseluruhan.3 Beberapa pemilik saham De
Dengan semakin banyaknya hasil industri Javasche Bank saat itu antara lain: pemerintah Hindia
terutama logam yang dijual-belikan secara barter Belanda dengan 1.000 saham, Nederlandsche Handel
dengan hasil bumi Hindia Belanda dan berbagai Maatschappij (NHM)4 300 saham, serta beberapa
kasus penyimpangan moneter Pemerintah Belanda pejabat pemerintah, termasuk Komisaris Jendral Du
mengalami defisit. Selain defisit kondisi keuangan Bus de Gisignies, juga turut membeli antara 10 dan 50
juga carut marut. Untuk memperbaiki hal tersebut lembar saham. Pembentukan De Javasche Bank
dibutuhkan suatu lembaga perbankan untuk dilakukan oleh Komisaris Jendral Hindia Belanda yang
memulihkan keuangan dan sumber permodalan bagi bernama Leonard Pierre Joseph Burgraaf Du Bus de
kegiatan industri perdagangan di Hindia Belanda. Gisignies. Fungsi dan peranan De Javasche Bank
Atas berbagai usulan dan rapat maka pada tanggal 24 sebagai bank sirkulasi berkembang secara gradual
Januari 1828 didirikan sebuah bank yang diberi nama berdasarkan octroi yang dikeluarkan dari waktu ke
De Javasche Bank yang saat itu telah diberi hak waktu.5
octroi pada tahun 1827 sebagai bank sirkulasi. Menjelang abad ke-20 di seluruh Hindia
De Javasche Bank berdiri atas tindak lanjut Belanda, De Javasche Bank baru mempunyai 7
dari gagasan 18161 tentang pendirian bank sirkulasi kantor cabang, yaitu Semarang (1829), Surabaya
untuk Hindia Belanda. Pada 29 Desember 1826 Raja (1829), Padang (1864), Makassar (1864), Cirebon
Willem I mengirimkan surat kuasa No. 85 kepada (1866), Solo (1867), Yogyakarta (1879). Pembukaan
Komisaris Jenderal Hindia Belanda untuk segera kantor cabang ketiga dari De Javasche Bank cabang
berunding dengan Pemerintah Hindia Belanda Padang pada 29 Agustus 1864 membuat pembukaan
tentang pembentukan suatu bank di Jawa berdasarkan kantor cabang di daerah-daerah lainnya di Nusantara
octroi, yaitu pemberian wewenang dan hak tunggal semakin ditingkatkan. 21 Desember 1864 kemudian
dari Pemerintah dengan jangka waktu modal saat itu f De Javasche Bank Makassar resmi dibuka,
4 juta yang terbagi dalam 8.000 lembar saham, pembukaan kantor cabang Padang dan Makassar ini
masing-masing bernilai f 500.2 Nilai itu harus
dipenuhi dalam bentuk emas dan perak. Modal
disetor untuk tahap pertama diisyaratkan sebesar 50 3
Ibid., hlm. 4.
4
Anne Booth dan William J-0 'Malley. 1988.
1 Sejarah Ekonomi Indonesia. Jakarta: LP3ES: NHM
Muncul gagasan untuk pendirian bank
sirkulasi di Hindia Belanda yang terjadi saat upacara (Nederlandsche Handel Maatschapij adalah sebuah
penyerahan kembali Hindia Belanda dari Inggris di perusahaan dagang milik orang Belanda. Perusahaan
Negeri Belanda, gagasan pendirian bank sirkulasi ini pada awalnya bergerak di bidang perniagaan,
untuk wilayah koloni ini kemudian menjadi industri, pertanian, pemancingan ikan, pelayaran
pembicaraan hangat antara pejabat Belanda. Pada saat nasional serta memperbanyak perhubungan dagang
yang sama di Hindia Belanda muncul desakan kuat Nederland. Barulah berdasarkan perubahan peraturan
dari kalangan para pengusaha agar segera didirikan dasarnya pada tahun 1874, kemudian dimasukkan
lembaga bank guna memenuhi kepentingan bisnis pekerjaan bank dalam daftar usahannya, tetapi
mereka dan menfasilitasi pendanaan serta pekerjaan bank ini baru dikerjakan dalam tahun
perdagangan luar negeri dalam Erwin Kusuma, Dari 1883; Aidil. 1997. “Latar Belakang dan Kondisi
De Javasche Bank Menjadi Bank Indonesia (Jakarta: Awal De Javasche Bank Cabang Padang (Abad XIX
Komunitas Bambu, 2014), hlm. 12. Sampai Awal Abad XX)”. Lihat pula Ketut Rinjin.
Pengantar Perbankan dan Lembaga Keuangan
2
Adjie Mulawarman, Kilasan Sejarah dan Bukan Bank. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
Peranan Bank Indonesia Yogyakarta,(Yogyakarta: 2003) mengungkap hal yang sama.
Bank Indonesia Yogyakarta, TT) hlm. 3 5
Ibid., hlm. 5.
Dampak Pendirian Agentschap .…(Aziza Fajar Safitri) 477
adalah pembukaan kantor cabang pertama di luar yang benar-benar teruji. Dalam tahap verifikasi
Jawa. obyektivitas seorang sejarah juga sangat diperlukan.
Pembukaan kantor cabang Yogyakarta Seorang sejarawan dalam menulis sebuah karya
sendiri muncul akibat dari perjalanan dinas yang sejarah diharapkan menulis secara obyektif.
dilakukan ke beberapa wilayah oleh Presiden De
Javasche Bank yang saat itu dijabat oleh N.P van den 3.Interpretasi
Berg yang dilakukan pada bulan Agustus hingga Interpretasi atau penafsiran sering disebut
September 1878. Pada saat melakukan perjalanan ini sebagai penafsiran dari fakta sejarah yang diperoleh
kemudian muncul gagasan untuk mendirikan sebuah dari sumber sejarah. Interpretasi digunakan untuk
Kantor Cabang Yogyakarta yang muncul dari mencari berbagai hal yang saling berkaitan antara
berbagai pihak termasuk saat itu perusahaan- satu fakta dengan fakta yang lain sehingga menjadi
perusahaan Belanda seperti Firma Dorrepal dan Co, sebuah rangkain fakta yang logis dan mempunyai
yang mempunyai kepentingan usaha di Yogyakarta. makna. Keterkaitan antara fakta sejarah tersebut yang
Gagasan ini kemudian disampaikan kepada Mr. N.P nantinya akan memudahkan peneliti pada tahap
van den Berg yang saat itu merupakan President De selanjutnya yaitu tahap penulisan sejarah atau
Javasche Bank ketujuh. historiografi.
160.000 bau, dan kemudian mencapai 200.000 bau di ditetapkan pula bahwa tanah yang bukan milik
tahun 1864.14 perseorangan penduduk merupakan tanah milik
negara (pemerintah atau tanah domein).
Tabel 2 Meski para pemilik perkebunan itu telah
Tanah yang disewakan di Yogyakarta dan Solo menggantikan kedudukan para elite lokal sebagai
pada tahun 1862 – 1920 (dalam bau) patron, ikatan sosial dan ekonomi antara sikep atau
buruh tani tidak hilang begitu saja. Selain itu, biarpun
jumlah lahan yang disewa para investor swasta terus
Tahun Solo Yogyakarta bertambah dari tahun ke tahun, masih terdapat jumlah
sikep yang besar. Hal ini menggambarkan masih
1862 ............. 46.000 banyaknya hak pengusaan atas tanah yang cukup besar
pada para raja, adipati, dan kerabatnya, paling tidak
1864 200.000 ............... sampai tahun 1870. Sementara jumlah buruh tani yang
tidak menguasai tanah menjadi semakin besar dan
monetisasi menjadi ciri penting dalam ekonomi desa.
1875 248.000 78.000 Namun tetap saja perkembangan penyewaan tanah di
wilayah Yogyakarta lebih lambat jika dibandingkan
1880 301.000 88.000 dengan Solo.
Handel-Maatschappij (NHM). Perusahaan ini 4 juta ini juga tidak serta merta disetor secara utuh
dibangun dengan modal yang ukurannya sangat besar dikarenakan kondisi ekonomi yang saat itu sangat
pada saat itu, yaitu f 37 juta.18 Dengan modal sebesar sulit. Modal ini berupa saham yang terbagi atas 8000
itu NHM juga bertindak sebagai bank, terutama lembar.
untuk membiayai investasi di bidang perkebunan De Javasche Bank merupakan bank swasta
besar. Meskipun begitu, kebutuhan masih sangat pertama yang didirikan di Hindia Belanda pada 24
dirasakan kurang, terutama kebutuhan akan lembaga Januari 1828, yang didasari atas surat perintah dari
perbankan murni, juga untuk keperluan sirkulasi Raja Willem I bertanggal 29 Desember 1826. Modal
uang. awal De Javasche Bank jauh lebih kecil dari pada
Dalam rangka memenuhi kebutuhan akan NHM, hanya f 4 juta yang terdiri dari 8000 lembar
lembaga perbankan Hindia Belanda, Raja Willem I, saham.20 Pembentukan De Javasche Bank itu
tanggal 29 Desember 1826, mengeluarkan surat dilakukan oleh Komisaris Jendral Hindia Belanda,
perintah yang isinya adalah persiapan pendirian Leonard Pierre Joseph Burgraaf Du Bus de
sebuah lembaga perbankan di Hindia Belanda, yang Gisiegnies yang mengeluarkan octroi sebagai
kemudian di beri nama De Javasche Bank. Konsepsi undang-undang untuk bank tersebut tanggal 11
tentang perbankan ini ditandatangani oleh J.C. Baud, Desember 1827.21 Kebijakan perbankan yang
Direktur Daerah Jajahan dan Schimmelpennick, diterapkan oleh De Javasche Bank tidak lepas dari
Direktur Urusan Hindia Belanda dari Nederlansche hak octroi22 yang dimilikinya yang berasal dari Raja
Handel-Maatschappij (NHM). Usulan Raja Willem I Willem I. Meskipun dalam octroi tidak disebutkan
yang pada saat itu memerintah di Kerajaan Belanda secara eksplisit bahwa De Javasche Bank adalah
adalah agar di Jawa didirikan sebuah bank yang bank sirkulasi, octroi tersebut telah memberikan
mempunyai wewenang dalam mencetak uang dan wewenang bagi De Javasche Bank untuk
mengatur sirkulasinya. Pendirian lembaga perbankan mengeluarkan uang kertas. Dapat dikatakan bahwa,
ini dilakukan karena kebutuhan di Kerajaan Belanda, sebelum berkembang menjalankan fungsi bank
pemerintah Hindia Belanda dan juga pedagang- sentral, De Javasche Bank adalah bank komersial
pedagang di Hindia Belanda dalam menjalankan roda yang menjalankan fungsi sirkulasi. Hak octrooi
perekonomiannya serta untuk mengisi kas kerajaan berlaku dalam kurun waktu sepuluh tahun dan terus
dan mengisi kekurangan persediaan mata uang yang diperpanjang serta terus dipebaharui dan
beredar. Usulan dari Raja Willem I ini juga tidak dikembangkan sesuai dengan kebutuhan pemerintah
lepas dari fakta yang ada, yaitu Belanda baru selesai kolonial saat itu.
berperang dan kehilangan Belgia yang merupakan Hingga tahun 1850-an, De Javasche Bank
salah satu wilayah sumber pendapatan bagi kerajaan masih merupakan satu-satunya lembaga bank yang
dan pemerintah kolonial Hindia Belanda. Disamping memberikan kredit kepada pedagang yang terikat
itu Belanda juga benar-benar mengalami kesulitan kebijakan culturstelsel.23 Pada saat itu, beberapa
ekonomi dikarenakan sedang berperang dengan
Kaum Padri di Pantai Barat Sumatera dan juga
dengan Pangeran Diponegoro, tahun 1825-1830 di 20
wilayah-wilayah Jawa Tengah. Kehilangan wilayah Pieter Creutzberg dan J.T.M Van Lannen,
yang menjadi penyokong kegiatan perekonomian di ed., Sejarah Statistik Ekonomi Indonesia (Jakarta:
Belanda dan mengalami dua peperangan yang Yayasan Obor Indonesia, 1987), hlm. 307.
panjang di Hindia Belanda benar-benar menyulitkan 21
Handono Adam Sukhajat, “Dinamika Bank
perekonomian mereka.
Sentral Indonesia 1946-1968”, Skripsi (Yogyakarta:
Berbagai perusahaan milik Pemerintah Fakultas Ilmu Sosial Program Studi Ilmu Sejarah
Hindia Belanda mengalami kesulitan peminjaman UNY, 2009), hlm. 31.
modal usaha. Akhirnya dengan berbagai
pertimbangan Pemerintah Hindia Belanda berencana 22
mendirikan suatu lembaga perbankan untuk Hendra Esmara, Teori Ekonomi dan
mengatasi kesulitan pinjaman uang. Dengan berbagai Kebijaksanaan Pembangunan Kumpulan Esai Untuk
pertimbangan dan kondisi ini De Javasche Bank Menghormati Sumitro Djojohadikusumo, (Jakarta:
didirikan di Hindia Belanda dengan modal yang PT Gramedia, 1987), hlm.181. Hak octroi adalah
sangat terbatas yaitu hanya f4 juta.19 Modal sebesar f pemberian wewenang dan hak tunggal dari
pemerintah atau raja dalam waktu tertentu. Di dalam
18
Hendra Asmara, Teori Ekonomi dan octroi diterapkan berbagai aturan De Javasche Bank
Kebijaksanaan Pembangunan Kumpulan Esai Untuk antara lain : aturan pendirian De Javasche Bank,
Menghormati Sumitro Djojohadikusumo, (Jakarta: aturan tentang permodalan bank, kepengurusan bank,
PT Gramedia, 1987),., hlm 180. jenis kegiatan bank, dan wewenang bank di Hindia
Belanda.
19
Erwin Kusuma, Dari De Javasche Bank
23
Menjadi Bank Indonesia (Jakarta, Komunitas Bambu, Soetatwo Hadiwigeno dan Faried Wijaya,
2014), hlm. 16. Lembaga-LembagaKeuangandanBank,
482 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018
seperti orang Belanda. Pada jabatan tertentu orang perusahaan asing di Yogyakarta semakin tumbuh dan
golonga Timur Asing juga bisa menempati posisi berkembang dengan pesat. Setelah berdiri dan mulai
lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang pribumi. beroperasi Agentschap Van De Javasche Bank te
Masyarakat dari golongan pribumi hanya akan Djokdjakarta kemudian melakukan berbagai tugas
menduduki posisi sebagai pesuruh atau bahkan kuli. dan perannya sesuai dengan peraturan dan ketetapan
Pekerjaan yang jauh beebeda dengan orang Belanda yang telah tertuang dalam octroi.
yang akan menduduki jabatan penting. Hal ini Tugas utama De Javasche Bank kantor
memang telah diberlakukan pihak Pemerintah cabang ini tidak jauh berbeda jika dibandingkan
Kolonial Belanda bukan tanpa maksud dan tujuan dengan kantor pusat De Javasche Bank yang berada
lain, melainkan untuk tetap menjaga dan di Batavia. Kantor cabang harus menyetorkan bukti
memakmurkan golongan mreka dibandingkan laporan secara berkala kepada kantor pusat di
dengan masyarakat pribui ataupun Timu Asing. Batavia. Laporan pembukuan ini harus disetorkan
setiap tahunnya yang disusun dalam catatan
3. Perkembangan Agentschap van De Javasche pembukuan De Javasche Bank. Tugas utama dari
Bank te Djokdjakarta Agentschap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta
Setelah berdiri dan mulai beroperasi De antara lain:
Javasche Bank cabang Yogyakarta ini kemudian 1) Mengeluarkan uang kertas. Menawarkan
melakukan berbagai tugas dan perannya sesuai kepada masyarakat pelayanan dalam pengiriman
dengan peraturan dan ketetapan yang telah tertuang uang, pembukaan rekening giro, menerima deposito
dalam octroi.28 Tugas utama De Javasche Bank berjangka, dan semacamnnya;
kantor cabang ini tidak jauh berbeda jika 2) Melakukan negosiasi dalam wesel luar negri,
dibandingkan dengan kantor pusat De Javasche Bank memperdagangkan logam mulia dan alat-alat
yang berada di Batavia. Kantor cabang harus pembayaran luar negri;
menyetorkan bukti laporan secara berkala kepada 3) Memberikan kredit kepada perusahaan dan
kantor pusat di Batavia. Laporan pembukuan ini perorangan, melakukan diskonto terhadap wesel-
harus disetorkan setiap tahunnya yang disusun dalam wesel luar negeri,memberikan pinjaman dan uang
catatan pembukuan De Javasche Bank. muka dengan jaminan surat-surat berharga atau
Agentschap Van De Javasche Bank te barang-barang dagangan;
Djokdjakarta selaku kantor cabang De Javasche 4) Bertindak sebagai kasir pemerintah dan
Bank juga mempunyai ketentuan selayaknya octrooi memberikan uang muka jangka panjang pendek
yaitu mengeluarkan uang kertas untuk memperlancar kepada pemerintah Hindia Belanda, dan;
arus ekonomi di wilayah operasionalnya. Pada saat 5) Menyelenggarakan kliring di antara bank-
ekonomi uang berusaha diterapkan oleh pihak bank.
kolonial Yogyakarta merupakan wilayah yang Selain berbagai aturan yang sama dengan De
masyarakatnya belum secara penuh menggunakan Javasche Bank pusat di Batavia kebijakan kantor
uang dalam kehidupan ekonominya, ekonomi pasar cabang juga sama dengan kantor pusat yang tidak
masih didominasi akan sistem barter. Kemudian memperbolehkan De Javasche Bank untuk
dengan merebaknya sewa tanah dan terjadi buru melakukan penyertaan modal kepada perusahaan-
secara upah uang dikenal dan menjadi kebutuhan perusahaan, memberikan kredit tanpa agunan yang
wajib. Agentschap mengedarkan uangnya melallui mecukupi serta menjual dan membeli saham-
berbagai perusahaan yang melakukan pinjaman dana sahamnya sendiri. Agentschap van De Javasche Bank
di lembaganya yang kemudian perusahaan akan te Djokdjakarta ini merupakan cabang kedelapan dari
menggunaan uang bank untuk biaya operasioanlnya De Javasche Bank . Octroi ini masih terus menjadi
termasuk dalam hal upah kerja buruh.29 undang-undang pokok bagi keberlangsungan De
Perekonomian Yogyakarta sudah bergeser Javasche Bank hingga tahun 1922.
dengan semakin banyaknya praktek sewa tanah yang Berbagai pinjaman kredit kemudian
mengundang pihak asing untuk melakuka sewa tanah diberikan kepada berbagai perusahaan swata. Pihak
dan membuka perkebunan swasta. Politik ekonomi terbesar yang mempunyai pengaruh dan banyak
juga telah banyak berubah. Banyak perushaan swasta simpanan maupun kredit di De Javasche Bank adalah
yang mempekerjakan rakyat untuk hal perkebunan. Firma Dorrepal & Co . Perusahaan ini bergerak pada
Dari perkebunan ini kemudian uang didapat oleh para bidang perkebunan dan termasuk perusahaan terbesar
buruh ini dan uang kemudian menjadi hal yang di Hindia Belanda hingga ia mempunyai pengaruh
semakin menjadi kewajiban pada masyarakat di yang besarBerbagai pinjaman berupa kredit ini
Yogyakarta. Dengan lahirnya cabang De Javasche dituangkan dalam surat obligasi yang mempunyai
Bank di Yogyakarta kemudian para pengusaha dan aturan kredit berjangka pada setiap peminjamnya.
Pada setiap kredit yang diberikan memiliki aturan
yang sama dengan kewajiban untuk membayarkan
28 Erwin Kusuma, op.cit., hlm. 19. angsuran pada bulan yang telah disepakati oleh kedua
29 belah pihak pada setiap tahunnya. Untuk taksiran
De Javasche Bank, Verslag Over Het pinjaman yang diberikan kepada pihak pengusaha
Bookjaar 1936-1937.(Sa Batavia, 1937), hlm. 12.
484 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018
sepenuhnya untuk penyaluran kredit, tetapi juga wilayah Hindia Belanda pacsa kebangkrutan dari
cadangan dana. Pada 1933 banyak bank kemudian VOC kekuasaan Belanda bahkan merambah dalam
muncul di Yogyakarta. Sebanyak 147 Bank Desa dan masalah internal dua kerajaan yang masuk dalam
147 Lumbung desa tersebar di 149 desa di berbagai wilayah Vorstenlanden yaitu Surakarta dan
wilayah Yogyakarta namun tetap dalam pengawasan Yogyakarta. Kekuasaan politik ini dapat dilihat misal
Agentschap Van De Javasche Bank te Djokdjakarta. saja pengaturan mengenai pengangkatan raja yang
terjadi di Yogyakarta semenjak Sultan Hamengku
C. DAMPAK AGENTSCHAP VAN DE Buwono III ketika menggantikan ayahnya. Tidak
JAVASCHE BANK TE DJOKDJAKARTA 1880- hanya sebatas itu, Belanda juga menempatkan
1940. seorang residen untuk mengawasi kehidupan politik
kerajaan dan membatasi kekuatan militer kerajaan.35
1. Dampak Sosial Dengan berbagai kebijakan tersebut, secara tidak
Yogyakarta adalah daerah Vorstenlanden langsung Belanda mengganggap dua kerajaan itu
yang artinya seluruh kegiatannya dibawah merupakan negara bagian dalam wilayah kedaulatan
pengawasan langsung dari Negeri Belanda dan juga Hindia Belanda.
sebagai satu wilayah yang mempunyai kedaulatannya 1) Pengembangan wilayah
sendiri. Semakin lamanya Belanda berkuasa di Dengan adanya kepentingan politik di
wilayah Hindia Belanda pacsa kebangkrutan dari Yogyakarta maka pemerintah kolonial Belanda mulai
VOC kekuasaan Belanda bahkan merambah dalam melakukan perencanan dan pengembangan wilayah
masalah internal dua kerajaan yang masuk dalam di daerah Yogyakarta. Berbagai pengembangan
wilayah Vorstenlanden yaitu Surakarta dan wilayah yang terjadi di Yogyakarta membawa
Yogyakarta. Kekuasaan politik ini dapat dilihat misal dampak yang baik. Perencanan dan pengembangan
saja pengaturan mengenai pengangkatan raja yang wilayah kota ini tentu saja dengan satu tujuan politik
terjadi di Yogyakarta semenjak Sultan Hamengku dari Pemerintah Kolonial Belanda. Dengan semakin
Buwono III ketika menggantikan ayahnya. Tidak kuatnya pengaruh Belanda di Yogyakarta akan
hanya sebatas itu, Belanda juga menempatkan memiliki dampak pada perencanan dan
seorang residen untuk mengawasi kehidupan politik pengembangan wilayah kota Yogayakarta. Wilayah
kerajaan dan membatasi kekuatan militer kerajaan.33 permukiman awal orang-orang Belanda terletak di
Dengan berbagai kebijakan tersebut, secara tidak daerah sebelah utara Keraton Yogyakarta yang dulu
langsung Belanda mengganggap dua kerajaan itu dikenal sebagai Loji Kecil, yaitu suatu kawasan di
merupakan negara bagian dalam wilayah kedaulatan sekitar Ford Rustenburg yang sekarang lebih dikenal
Hindia Belanda. dengan nama Benteng Vredeburg.36 Kemudian,
Dengan adanya kepentingan politik di untuk rumah tinggal residen dibangunkan
Yogyakarta maka pemerintah kolonial Belanda mulai Residentiehuis pada tahun 1824 yang sekarang
melakukan perencanan dan pengembangan wilayah tempat itu menjadi Gedung Agung
di daerah Yogyakarta. Perencanan dan Seiring dengan bertambahnya jumlah orang
pengembangan wilayah kota ini tentu saja dengan Belanda yang menetap di Yogyakarta, kemudian
satu tujuan politik dari Pemerintah Kolonial Belanda. dibangunlah berbagai sarana perkantoran untuk
Dengan semakin kuatnya pengaruh Belanda di memenuhi kebutuhan warganya yang berlokasi di
Yogyakarta akan memiliki dampak pada perencanan sepanjang Ngabean dan Kampamensstraat. Dengan
dan pengembangan wilayah kota Yogayakarta. kemajuan dan perkembangan ekonomi Yogyakarta
Wilayah permukiman awal orang-orang Belanda yang semakin hari semakin menunjukkan
terletak di daerah sebelah utara Keraton Yogyakarta perkembangan yang sangat baik kemudian dibangun
yang dulu dikenal sebagai Loji Kecil, yaitu suatu pula cabang dari De Javasche Bank atas usulan dari
kawasan di sekitar Ford Rustenburg yang sekarang salah satu perusahaan perkebunan yang mempunyai
lebih dikenal dengan nama Benteng Vredeburg.34 cabangnya di Yogyakarta.37 Usulan ini kemudian
Kemudian, untuk rumah tinggal residen dibangunkan
Residentiehuis pada tahun 1824 yang sekarang
tempat itu menjadi Gedung Agung 35 Vincent J.H Houben, Keraton dan
Yogyakarta adalah daerah Vorstenlanden Kompeni, (Yogyakarta: Bentang Budaya, 2002),
yang artinya seluruh kegiatannya dibawah hlm. 391.
pengawasan langsung dari Negeri Belanda dan juga
sebagai satu wilayah yang mempunyai kedaulatannya
Abdurachman Surjomihardjo, Kota
36
sendiri. Semakin lamanya Belanda berkuasa di
Yogyakarta Tempo Doeloe: Sejarah Sosial
1880-1930, (Jakarta : Komunitas Bambu, 2008),
33
Vincent Houben, op.cit, hlm. 391. hlm.21.
34
Abdurachman Surjomihardjo, Kota Ferri Warjiyo, Sejarah Dan Heritage
37
Yogyakarta Tempo Doeloe: Sejarah Sosial 1880-
1930, (Jakarta : Komunitas Bambu, 2008), hlm.21.
Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo,
486 Jurnal Prodi Ilmu Sejarah Vol. 3 No. 4 Tahun 2018
Dawam Raharjo dkk, Bank Indonesia Dalam Kilasan Soetatwo Hadiwiegeno, Lembaga-Lembaga
Sejarah Bangsa, Jakarta: LP3ES, 1995. Keuangan dan Bank, Yogyakarta: Liberty,
1982.
De Javasche Bank, Verslag Over Het Bookjaar 1936-
1937, Sa Batavia, TT, 1937.
Tim penulis LP3ES, Bank Indonesia Dalam Kilasan
Depdikbud, Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta, Sejarah Bangsa, Jakarta: PT Pusataka
(Yogyakarta: Depdikbud, 1977), hlm. 31. LP3ES Indonesia, 1995.
Djojohadikoesoemo, Kredit Rakyat di Masa Depresi, VincentJ.H Houben, Keraton dan Kompeni:
Jakarta, LP3ES, 1989. Surakarta dan Yogyakarta 1830-1870,
Yogyakarta: Bentang Budaya, 2012.
Erwien Kusuma, Dari De Javasche Bank Menjadi
Bank Indonesia Fragmen Sejarah Bank Skripsi
Sentral Di Indonesia, Jakarta : Kompas,
2014. Arif Akhyat, Dualisme Ekonomi Pada Kredit Rakyat
di Yogyakarta Pada Tahun 1912-1990, Skripsi,
Kuntowijoyo, Penjelasan Sejarah: Historical Fakultas Ilmu Budaya Jurusan
Expalanition, Yogyakarta: Tiara Wacana, Sejarah, Universitas Gadjah Mada
2008. Yogyakarta, 2015.
Margana S, Kraton Surakarta dan Yogyakarta 1769- Handono Adam Sukhajat, “Dinamika Bank Sentral di
1874, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001. Indonesia 1946-1968”, Skripsi, Fakultas Ilmu
Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015
Murbyanto, Tanah dan Tenaga Kerja Perkebunan:
Kajian Sosial Ekonomi, Yogyakarta: Aditya
Media, 1992.