Anda di halaman 1dari 17

PROSEDURAL KEPERAWATAN DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN

PASIEN DENGAN GANGGUAN KEBUTUHAN OKSIGEN


Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar
Dosen Pengampu : Ermawati Dalami S.Kep, M.Kep

Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Agustian Rudiyanto P27901118002
2. Anggie Ramadanty P27901118004
3. Asri Yulianita P27901118006
4. Ayu Kemas Dwi A P27901118008
5. Berlian Septiana A P27901118010
6. Dea Rindia Wulantika P27901118012

Regular/Semester :
A/Semester 2

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANTEN
JURUSAN KEPERAWATAN
TANGERANG
Jl. Dr. Sitanala-Tangerang Telp. 021 5522250, 021 55733740 Fax. 021 5522
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Segala puji bagi Allah SWT Tuhan seluruh alam, atas rahmat dan hidayah-
Nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Prosedural
Keperawatan Dan Memenuhi Kebutuhan Pasien”. Penyusunan makalah ini dapat
terwujud tidak lepas dari bimbingan pengarahan dan bantuan dari dosen
pembimbing. Kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Een Sukaedah, Skm, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes
Banten
2. Ibu Kusniawati, S.Kep, Ners, M.Kep selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Tangerang
3. Ibu Lailatul Fadilah S.Kep, Ners, M.Kep selaku Ketua Program Studi D3
Keperawatan Tangerang
4. Seluruh Dosen Polteknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Banten
5. Dra. Hj. Tuti Resnawati, M.Pd & Tim selaku Koordinator Mata Kuliah
Keperawatan Dasar
6. Ermawati Dalami, S.Kp, M.Kep selaku Dosen Mata Kuliah Keperawatan
Dasar
7. Orang tua yang senantiasa mendoakan dan memotivasi
8. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan makalah
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena
keterbatasan kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi memperbaiki kekurangan
ataupun kekeliruan yang ada. Harap kami semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para mahasiswa keperawatan untuk menambah wawasan dalam bidang
kesehatan.

Tangerang, 27 Januari 2019

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 1
1.3 Tujuan ........................................................................................... 1
BAB 2 Landasan Teori
2.1 Konsep Kebutuhan Cairan ........................................................... 2
2.2 Prosedural Keperawatan dalam Memenuhi Kebutuhan Pasien
Berhubungan dengan Gangguan Kebutuhan Oksigenisasi .......... 6
BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan .......................................................................................... 13
3.2 Saran .................................................................................................... 13
Daftar Pustaka ................................................................................................. iii

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O2). Kebutuhan
fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4
menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan
otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep kebutuhan oksigen?
2. Apa saja prosedural keperawatan dalam memenuhi kebutuhan pasien
berhubungan dengan gangguan kebutuhan oksigen?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana konsep kebutuhan oksigen.
2. Untuk mengetahui prosedural keperawatan dalam kebutuhan pasien
berhubungan dengan gangguan kebutuhan oksigen.

1
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Kebutuhan Oksigen


2.1.1 Sistem Respirasi/pernapasan
Sistem respirasi terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru
dan sebuah pompa ventilasi yang terdiri atas didinding dada, otot-otot
pernafasan, diafragma, isi abdomen, dinding abdomen dan pusat
pernafasan di otak. Pada keadaan istirahat frekuensi pernafasan antara
12-15 kali per menit.
Ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, perfusi
paru dan difusi :
a. Ventilasi
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke pariu-
paru, jumlahnya sekitar 500 ml. udara masuk dan keluar karena
adanya perbedaan tekanan antar intrapleura dengan tekanan
atmosfer, di mana pada saat inspirasi tekanan intrapleural lebih
negatif (752 mmhg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHg)
sehingga udara masuk ke alveoli.
b. Perfusi paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk
di oksigenasi, di mana pada sirkulasi paru adalah darah
deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonalis dari ventrikel
kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan
ikut serta dalam proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida di
kapiler dan alveolus.
c. Difusi
Oksigen terus menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke
aliran darah dan karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah
ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan molekul dari area
dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah.

2
2.1.2 Sistem kardiovaskular
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh
fungsi jantung untuk memompa darah sebagai transpor oksigen. Darah
masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris. Aliran darah keluar dari
ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Kemudian dari aorta
darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistematik melalui arteri, arteriol
dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian
dialirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan
masuk dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis kemudian
keluar ke arteri pulmonaris melalui katup pulmonalis untuk kemudian
dialirkan ke paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir
di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri dan bersikulasi secara
sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik berdampak pada
kemampuan transpor gas dan karbon dioksida.

2.1.3 Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru paru ke jaringan dan
arbon dioksida dari jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam
darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan hemoglobin dan
oksigen 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah
mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat
molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen
membentuk oksihemoglobin (HbO2).
2.1.4 Faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
a. Faktor Fisiologi
 Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
 Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada
obstruktif saluran napas bagian atas.
 Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
mengakibatkan transpor O2 terganggu.

3
 Meningkatkan metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
ibu hamil, luka dan lain-lain.
 Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang
abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
b. Faktor Perkembangan
 Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
 Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernafasan
akut.
 Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran
pernapasan dan merokok.
 Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat ,
kurang aktivitas, stres yang mengakibatkan penyakit
jantung dan paru paru.
 Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan
kemungkinan arterios, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
c. Faktor perilaku
 Nutrisi: misalknya pada obesitas mengakibatkan penurunan
ekspansi paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga
daya ikat oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak
menimbulkan arteriosklerosis.
 Exercise: exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
 Merokok: nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh
darah perifer dan koroner.
 Substance abuse (alkohol dan obat obatan): menyebabkan
intake nutrisi/Fe menurun mengakibatka penurunan
hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi pusat
pernapasan.
 Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.

4
d. Faktor Lingkungan
 Tempatt kerja (polusi)
 Suhu lingkungan
 Ketinggian tempat dari permukaan laut
2.1.5 Perubahan Fungsi Pernafasan
a. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumalh O2 dalam
paru-paru agar dapat pernapasan lebih cepat dan dalam.
Hiperventilasi disebabkan karena :
 Kecemasan
 Infeksi/sepsis
 Keracunan obat-obatan.
 Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis
metabolik.
Tanda dan gejala hiperventilasi adalah takiradia, napas pendek,
nyeri dada (chest pain), menurunnya konsentrasi , disorientasi,
tinnitus.
b. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat
untuk memenuhi penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan
CO2 dengan cukup. Biasanya terjadi pada keadaan atelektasis
(kolaps paru).
Tanda – tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah
nyeri kepala, penurunan kesadaran, disoreintasi, kardiakdisritmia,
ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan kardiakarrets.
c. Hipoksia
Tidak adekuatnya pemenuhan O2 seluler akibat dari devisiensi
O2 yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan O2 pada tingkat
seluler. Hipoksia dapat disebabkan oleh menurunnya hemoglobin
kerusakan gangguan ventilasi menurunnya perfusi jaringan seperti

5
pada syok dan ketidakmampuan jaringan mengikat O2 sperti
keracunan pada sianida.

2.2 Prosedur Keperawatan dalam Memenuhi Kebutuhan Pasien


Berhubungan dengan Gangguan Kebutuhan Oksigen
2.2.1 Pemeriksaan Pernafasan
Definisi :
Nilai pemeriksaan pernapasan merupakan salah satu indikator untuk
mengetahui fungsi sistem pernapasan yang terdiri dari mempertahankan
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam paru dan pengaturan
keseimbangan.
Tujuan :
1. Mengetahui frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan.
2. Menilai kemampuan fungsi pernapasan.
Alat dan Bahan :
1. Arlogi (Jam) atau Stopwatch.
2. Buku catatan
3. Pena
Prosedur kerja :
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Atur posisi pasien
4. Hitung frekuensi dan irama pernapasan selama 1 menit. Perhatikan
irama dan kedalaman
5. Catat hasil
6. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
2.2.2 Mengatur Posisi Pasien Fowler/Semi Fowler
Posisi fowler/semi fowler adalah posisi dengan tubuh setengah
duduk atau duduk. Pemberian posisi pasien ditempat tidur memerlukan
persiapan sebagai berikut, perawat perlu mengkaji kesejajaran tubuh
dan tingkat kenyamanan pasien, perwat harus menyiapkan alat dan

6
bahan ( bantal, papan kaki, bantal pasir, reistrein, pagar tempat tidur,
dll). Bila perawat memerlukan bantuan, harus menyiapkan sejawatnya
untuk membantu, perawat juga harus menginformasikan tindakan
kepada pasien, memberikan privasi kepada pasien.
Tujuan :
1. Mempertahankan kenyamanan
2. Memfasilitasi pernafasan
Alat dan bahan :
1. Penompang atau bantal
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan seperti disebut di atas
3. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60 derajat (jika tempat tidur
disetting secara otomatis)
4. Tompangkan kepala di atas tempat tidur / bantalan kecil untuk
mencegah kontraktur servical vertebrae.
5. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien
tidak dapat mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat
menggunakan tangan dan lengan. Hal ini untuk mencegah dislokasi
bahu dari efek lengan yang tidak suport/ditopang, meninggikan
sirkulasi dan mencegah kontraktur penggelangan tangan dan
lengan.
6. Tempatkan bantal tipis di bawah pinggang untuk menompang
lumbar vertebrae dan menurunkan fleksinya bagian vertebrae.
7. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha untuk
mencegah hiperekstensi paha dan penyumbatan arteri politeal dari
tekanan akibat berat badan.
8. Tempatkan bantal kecil atau gulungan di bawah pergelangan kaki
9. Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien untuk
memantapkan posisi dorsifleksi dan mencegah foot-drop.
10. Turunkan tempat tidur

7
11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyaman, dan titik
potensi tekanan.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
13. Catat prosedur termasuk posisi yang di tetapkan, kondisi kulit,
gerakan sendi, kemampuan pasien membantu bergerak dan
kenyaman pasien.
2.2.3 Mengumpulkan Sputum Untuk Pemeriksaan
Definisi :
Sediaan sputum adalah preparat sediaan sputum pada kaca yang telah
difiksasi dan diwarnai untuk menemukan bakteri tahan asam.
Pengambilan sampel sputum pada saluran pernapasan pasien yang
dicurigai mengandung kuman Mycobacterium Tuberculosa dengan cara
dibatukkan. Sputum adalah lendir dan materi lainnya yang dibawa dari
paru-paru, bronkus dan trakea yang mungkin dibatukkan dan
dimuntahkan atau ditelan. Kata “sputum” yang dipinjam langsung dari
bahasa Latin “meludah,” disebut juga dahak (Kamus Kesehatan, 2011)
Tujuan :
1. Menenmukan adanya basil tahan asam pada sputum penderita.
2. Untuk mengetahui apakah didalam sputum pasien terdapat kuman
Mycobacterium Tuberculosa
3. Untuk menegakkan diagnosis TB Paru dan pemberian OAT
Alat dan bahan :
1. Tempat pot sputum sebanyak tiga buah yg telah diberikan etiket
pada sisi luarnya (jangan pada tutupnya)
2. Blanko permintaan pemeriksaan sputum BTA disertai dengan
blanko TB 05
3. Tissue
4. Tempat khusus penempatan pot sputum yang sudah diambil
5. Blanko permintaan pemeriksaan sputum BTA
6. Air minum.

8
Prosedur kerja :
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Jaga privasi klien
4. Sebelum mengeluarkan sputum, pasien disuruh berkumur-kumur
dengan air, lepaskan gigi palsu jika ada.
5. Pasien dipersilakan ke tempat khusus pengambilan sputum
6. Sputum diambil dari batukkan yang pertama
7. Ajarkan cara batuk efektif.
8. Cara membatukkan sputum dengan menarik napas dalam dan kuat
(pernapasan dada) kemudian batukkan sputum dari bronchus
trakea mulut pot penampung
9. Bila sudah, periksa sputum yang dibatukkan, bila ternyata yang
dibatukkan adalah air liur (saliva), maka pasien harus mengulang
membatukkan sputum
10. Sebaiknya pilih sputum yang mengandung unsur-unsur khusus
seperti butir keju, darah dan unsur-unsur lain
11. Bila sputum susah keluar, dapat diberikan obat glyseril gulaykolat
(ekspektoran) 200 mg atau dengan minum ait teh manis saat
malam sebelum pengambilan sputum
12. Pot penampung sputum diletakkan ditempat khusus yang telah
ditentukan, dilengkapi data-datanya dan siap dikirim ke
laboratorium untuk dilakukan pemeriksaan.
2.2.4 Memberikan Oksigen Kanula Nasal
Definisi :
Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen ke dalam paru paru
melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui tiga cara yaitu melalui
kateter nasal, kanua nasal dan masker oksigen.
Tujuan :
1. Memenuhi kebutuhan oksigen

9
2. Mencegah terjadinya hipoksia
Alat dan bahan:
1. Tabung oksigen lengkap dengan flow meter dan humidifier
2. Kanula nasal
3. Vaselin/jeli
Prosedur kerja:
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan
2. Cuci tangan
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang di
butuhkan,biasanya 1-6 liter/menit. Kemudian observasi
humidifire pada tabung dengan adanya gelembung air.
4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien.
5. Periksalah kanula setiap 6-8 jam
6. Kaji cuping, septum dan mukosa hidung serta periksa kecepatan
aliran oksigen tiap 6-8 jam
7. Catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian dan respons klien
8. Cuci tangan setelah prosedur di lakukan
2.2.5 Melatih Nafas Dalam dan Batuk Efektif
Definisi:
Nafas dalam adalah suatu tindakan keperawatan dimana perawat akan
mengajarkan/melatih klien agar mampu dan mau melakukan nafas
secara efektif sehingga kapasitas vital dan ventilasi paru meningkat.
Batuk efektif adalah proses mengeluarkan udara atau benda asing dari
paru secara kuat, baik di lakukan dengan sengaja atu tidak
sengaja(akibat reseptor batuk terstimulas benda asing seperti sekret,
darah dan lain lain). Pada indikasi tertentu biasanya nafas dalam dan
batuk efektif di lakukan secara bersamaan dalam 1 periode.
Tujuan:
1. Membersihkan jalan nafas
2. Mencegah komplikasi: infeksi saluran nafas, pneumonia

10
3. Mengurangi kelelahan
Alat dan Bahan :
1. Bantal/penyangga
2. Air minum
3. Tissue
4. Sputum pot
5. Bengkok
Indikasi:
1. Intoleransi aktifitas
2. Pola nafas tidak efektif
3. Kecemasan
4. Gangguan/kerusakan pertukaran gas
5. Nyeri
6. Hipoksia
7. Fatique
Prosedur Kerja :
1. Jelaskan prosedur pada klien
2. Cuci tangan
3. Jaga privasi pasien
4. Anjurkan klien untuk meletakan kedua telapak tangan di atas
abdomen sisi bawah iga
5. Anjurkan klien untuk menarik nafas dalam perlahan-lahan melalui
hidung dan mengeluarkan melalui mulut sebanyak 3 kali
6. Anjurkan klien untuk menahan nafas selama 2-3 detik setelah
nafas dalam terakhir
7. Anjurkan klien untuk batuk efektif dengan kuat menggunakan
perut dan otot bantu pernafasan
8. Siapkan sputum pot, anjurkan klien untuk membuang sputum
pada tempat yang disediakan, bersihkan mulut klien dengan tissue
9. Anjurkan klien istirahat sebentar
10. Anjurkan klien untuk mengulai prosedur 4-7 (lakukan ± 3 kali)

11
11. Bila prosedur telah selesai berikan minuman hangat pada klien
12. Rapihkan alat dan pasien
13. Cuci tangan
14. Dokumentasi
Hal yang perlu di perhatikan:
1. Evaluasi perubahan dari ekspansi dada sebelum dan sesudah
melakukan nafas dalam
2. Pada klien yang mempunyai resiko bronkospasme,lakukan
inhalasi bronkodilator 30 menit sebelum di lakukannya latihan
nafas dalam
Pengkajian:
1. Identifikasi tanda dan gejala yang mengindikasikan bahwa klien
membutuhkan terapi latihan nafas dalam seperti adanya sekret,
2. Kelemahan yang di akibatkan masalah otot pernafasan, suara
nafas yang abnormal, ketidakmampuan melakukan nafas dalam.
3. Identifikasi alasan mengapa klien tidak mampu melakukan latihan
nadas dalam
4. Kaji kemampuan dan pengetahuan klien tentang latihan nafas
dalam dan batuk efektif
Masalah keperawatan yang terkait:
1. Bersihkan jalan nafas yang tidak efektif
2. Pola nafas tidak efektif
3. Kurang pengetahuan tentang cara nafas dalam

12
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan fisiologis yang merupakan dasar
manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Tidak
adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu,
kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital
bagi tubuh. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak telepas dari kondisi
sistem pernapasan secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ
sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan.

3.2 Saran
Semoga, apa yang kita pelajari dalam makalah ini dapat kita pelajari
dengan sungguh-sungguh, dan dapat kita terapkan dengan baik.

13
DAFTAR PUSTAKA

Aryani, Ratna dkk. 2009. Prosedur Klinik Keperawatan. Jakarta : Trans Info
Media
Hidayat, Alimul A. Aziz dan Musrifatul Uliyah. 2014. Kebutuhan Dasar Manusia
Buku Saku Praktikum. Jakarta : EGC
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika
Tisnawati. 2017. SOP Pengambilan Sputum BTA. Di akses dari http://tisnawati-
tis.blogspot.com/2017/03/sop-pengambilan-sampel-sputum-bta.html pada 30
Januari 2019

iii

Anda mungkin juga menyukai