Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


The American Academy of Pediatrics (AAP) dan The American Academy of
family Physician (AAFP) mendefinisikan otitis media akut sebagai suatu infeksi
dari telinga tengah dengan onset akut dan terdapatnya efusi telinga tengah serta
terdapat tanda-tanda peradangan dari telinga tengah. Otitis media dengan efusi atau
disebut juga dengan otitis media serosa (OMS) adalah cairan di dalam telinga
bagian tengah tanpa disertai gejala dan tanda infeksi. OMS biasanya terjadi ketika
tuba eustachius tertutup dan cairan terperangkap di dalam telinga bagian tengah.
Tanda dan gejala dari Otitis Media Akut (OMA) muncul ketika cairan yang
terperangkap di dalam telinga tengah terinfeksi oleh bakteri patogen.1
Otitis media dengan efusi (OME) adalah suatu kondisi di mana ada cairan di
telinga tengah, tetapi tidak ada tanda-tanda infeksi akut. Ketika cairan menumpuk
di telinga tengah dan tuba Eustachius, cairan ini memberi tekanan pada membran
timpani. Tekanan mencegah membran timpani bergetar dengan baik, mengurangi
konduksi suara, dan karenanya menghasilkan penurunan pendengaran pasien.
OME kronis didefinisikan sebagai OME yang bertahan selama 3 bulan atau lebih
pada pemeriksaan atau tympanometry, meskipun beberapa dokter
merekomendasikan untuk menyimpan istilah, ‘otitis media kronis’ untuk pasien di
mana membran timpani telah mengalami perforasi.1
Bulging dari membrana timpani memiliki nilai prediktif yang paling tinggi saat
mengevaluasi ada tidaknya otitis media serosa. Selain itu dapat pula ditemukan
beberapa hal lain yang dapat mengindikasi terjadinya otitis media serosa, misalnya
terdapat gerakan membrane timpani yang terbatas pada saat diperiksa dengan
pneumatic otoscopy dan terlihat cairan dibelakang membran timpani ketika cairan
yang ada di dalam telinga tengah telah terinfeksi.1
Otitis media serosa, lebih dikenal sebagai cairan dalam telinga tengah (Middie
Ear Effusion), adalah kondisi yang paling sering menyebabkan hilangnya

1
pendengaran pada anak. Normalnya, ruang dibelakang gendang telinga yang terdiri
dari tulang-tulang pendengaran diisi oleh udara. Hal inilah yang memungkinkan
terjadinya transmisi suara normal. Ruangan ini dapat terisi oleh cairan selama
periode flu atau pada kondisi infeksi saluran nafas bagian atas. Ketika flu sembuh,
cairan ini secara keseluruhan akan dialirkan keluar dari telinga melalui sebuah
saluran yang menghubungkan telinga luar dengan hidung yaitu tuba eustachius.
Tuba eustachius tidak dapat kering dengan baik pada anak-anak. Cairan yang telah
terakumulasi didalam ruang di telinga tengah seringkali terblokir untuk keluar.1

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Telinga


Telinga dibagi menjadi 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan
telinga dalam.

Gambar 1. Anatomi Telinga

Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (daun telinga) dan canalis auditorius
eksternus (liang telinga). Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang
berupa dua setengah lingkaran dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis
semisirkularis.
Telinga tengah terdiri dari 3 bagian yaitu membran timpani, cavum timpani
dan tuba eustachius.
1. Membrana timpani
Membrana timpani memisahkan cavum timpani dari kanalis
akustikus eksternus. Letak membrana timpai pada anak lebih pendek, lebih
lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang dewasa. Bentuknya ellips,
sumbu panjangnya 9-10 mm dan sumbu pendeknya 8-9 mm, tebalnya kira-
kira 0,1 mm.

3
Membran timpani terdiri dari 2 bagian yaitu pars tensa (merupakan
bagian terbesar) yang terletak di bawah malleolar fold anterior dan posterior
dan pars flacida (membran sharpnell) yang terletak diatas malleolar fold dan
melekat langsung pada os petrosa. Pars tensa memiliki 3 lapisan yaitu
lapiasan luar terdiri dari epitel squamosa bertingkat, lapisan dalam dibentuk
oleh mukosa telinga tengah dan diantaranya terdapat lapisan fibrosa dengan
serabut berbentuk radier dan sirkuler. Pars placida hanya memiliki lapisan
luar dan dalam tanpa lapisan fibrosa.
Vaskularisasi membran timpani sangat kompleks. Membrana
timpani mendapat perdarahan dari kanalis akustikus eksternus dan dari
telinga tengah, dan beranastomosis pada lapisan jaringan ikat lamina propia
membrana timpani. Pada permukaan lateral, arteri aurikularis profunda
membentuk cincin vaskuler perifer dan berjalan secara radier menuju
membrana timpani. Di bagian superior dari cincin vaskuler ini muncul arteri
descendent eksterna menuju ke umbo, sejajar dengan manubrium. Pada
permukaan dalam dibentuk cincin vaskuler perifer yang kedua, yang berasal
dari cabang stilomastoid arteri aurikularis posterior dan cabang timpani
anterior arteri maksilaris. Dari cincin vaskuler kedua ini muncul arteri
descendent interna yang letaknya sejajar dengan arteri descendent eksterna.

2. Kavum timpani
Kavum timpani merupakan suatu ruangan yang berbentuk irreguler
diselaputi oleh mukosa. Kavum timpani terdiri dari 3 bagian yaitu
epitimpanium yang terletak di atas kanalis timpani nervus fascialis,
hipotimpananum yang terletak di bawah sulcus timpani, dan
mesotimpanum yang terletak diantaranya.
Batas cavum timpani;
 Atassegmen timpani
 Dasardinding vena jugularis dan promenensia styloid
 Posteriormastoid, m.stapedius, prominensia pyramidal

4
 Anteriordinding arteri karotis, tuba eustachius, m.tensor timpani
 Medialdinding labirin
 Lateralmembrana timpani

Kavum timpani berisi 3 tulang pendengaran yaitu maleus, inkus, dan


stapes. Ketiga tulang pendengaran ini saling berhubungan melalui
artikulatio dan dilapisi oleh mukosa telinga tengah. Ketiga tulang tersebut
menghubungkan membran timpani dengan foramen ovale, seingga suara
dapat ditransmisikan ke telinga dalam.
Maleus, merupakan tulang pendengaran yang letaknya paling lateral.
Malleus terdiri 3 bagian yaitu kapitulum mallei yang terletak di
epitimpanum, manubrium mallei yang melekat pada membran timpani dan
kollum mallei yang menghubungkan kapitullum mallei dengan manubrium
mallei. Inkus terdiri atas korpus, krus brevis dan krus longus. Sudut antara
krus brevis dan krus longus sekitar 100 derajat. Pada medial puncak krus
longus terdapat processus lentikularis. Stapes terletak paling medial, terdiri
dari kaput, kolum, krus anterior dan posterior, serta basis stapedius/foot
plate. Basis stapedius tepat menutup foramen ovale dan letaknya hampir
pada bidang horizontal.
Dalam cavum timpani terdapat 2 otot, yaitu :
1. M.tensor timpani, merupakan otot yang tipis, panjangnya sekitar 2 cm,
dan berasal dari kartilago tuba eustachius. Otot ini menyilang cavum
timpani ke lateral dan menempel pada manubrium mallei dekat kollum.
Fungsinya untuk menarik manubrium mallei ke medial sehingga
membran timpani menjadi lebih tegang.
2. M. Stapedius, membentang antara stapes dan manubrium mallei
dipersarafi oleh cabang nervus fascialis. Otot ini berfungsi sebagai
proteksi terhadap foramen ovale dari getaran yang terlalu kuat.

5
3. Tuba eustachius
Kavitas tuba eustachius adalah saluran yang meneghubungkan
kavum timpani dan nasofaring. Panjangnya sekitar 31-38 mm, mengarah
ke antero-inferomedial, membentuk sudut 30-40 dengan bidang horizontal,
dan 45 dengan bidang sagital. 1/3 bagian atas saluran ini adalah bagian
tulang yang terletak anterolateral terhadap kanalis karotikus dan 2/3 bagian
bawahnya merupakan kartilago. Muara tuba di faring terbuka dengan
ukuran 1-1,25 cm, terletak setinggi ujung posterior konka inferior. Pinggir
anteroposterior muara tuba membentuk plika yang disebut torus tubarius,
dan di belakang torus tubarius terdapat resesus faring yang disebut fossa
rosenmuller. Pada perbatasan bagian tulang dan kartilago, lumen tuba
menyempit dan disebut isthmus dengan diameter 1-2 mm. Isthmus ini
mudah tertutup oleh pembengkakan mukosa atau oleh infeksi yang
berlangsung lama, sehingga terbentuk jaringan sikatriks. Pada anak-anak,
tuba ini lebih pendek, lebih lebar dan lebih horizontal dibandingkan orang
dewasa, sehinggga infeksi dari nasofaring mudah masuk ke kavum timpani.

Gambar 2. Tuba Eustachius

6
2.2 Fisiologi Pendengaran
Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun
telinga dalam bentuk bunyi oleh daun telingan dalam bentuk gelombang yang
dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut menggetarkan
membrane timpani diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui daya ungkit tulang
pendengaran dan perkalian perbandinga luas membrane timpani dan tingkap
lonjong. Energi getar yang tekah diamplifikasikan ini akan diteruskan ke stapes
yang menggerakkan tingkap lonjong sehingga perlimfe pada skala vestibule
bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane Reissner yang mendorong
endolinfe, sehingga akan meimbulkan gerak relative antar membrane basilaris
dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik yang
menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion
terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini
menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada
saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukeluas auditorius sampai ke korteks
pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis.

Gambar 3. Fisiologi Pendegaran

7
2.3 Definisi
Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga
tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah,
otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif
(=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis
media efusi/OME, otitis media mucoid).2
Adanya cairan di telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa
tanda-tanda infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila
efusi tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut
kental seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).2
Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis
media serosa akut dan otitis media serosa kronis. Otitis media serosa akut
adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang
disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Batasan antara otitis media serosa akut
dan kronis hanya pada cara terbentuknya sekret. Pada otitis media serosa akut
sekret terjadi secara tiba-tiba di telinga tengah dengan disertai rasa nyeri pada
telinga, sedangkan pada keadaan kronik sekret terbentuknya secara bertahap
tanpa rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama.3

2.4 Etiologi
Faktor risiko untuk OME termasuk merokok pasif, dan atopi.4 Baik anak-
anak dan orang dewasa dapat mengembangkan OME. Namun, etiologi populasi
ini berbeda. Tuba Eustachius diposisikan lebih horizontal pada anak-anak yang
lebih muda. Ketika anak berkembang menjadi dewasa, tuba memanjang dan
sudut secara kaudal. Oleh karena itu, OME lebih sering terjadi pada anak-anak,
dan posisi kepala pada usia ini dapat mempengaruhi perkembangan OME.5
Anak-anak dengan anomali perkembangan termasuk palatum, otot palatum,
penurunan tonus otot untuk otot palatum, atau variasi perkembangan tulang
berada pada peningkatan risiko pengembangan OME, misalnya labioschisis,
Down Syndrome.5 Di luar variasi anatomi ini, pasien dengan sindrom Downs

8
dapat memiliki gangguan fungsi mukosiliar yang meningkatkan risiko
mengembangkan OME.3,6
Otitis juga dapat disebabkan oleh peradangan yang disebabkan oleh virus
atau alergi. Sementara alergi adalah faktor risiko yang signifikan untuk otitis
media, pedoman praktik klinis (2004) menyimpulkan bahwa ada sedikit bukti
untuk mendukung strategi manajemen spesifik untuk OME yang diinduksi
alergi. Namun, logis untuk menyimpulkan bahwa pengobatan agresif rinitis
alergi dapat membantu pasien yang mengembangkan OME bersamaan dengan
alergi.4
Etiologi OME bersifat multi-faktorial; tetapi fungsi imatur sistem imun dan
disfungsi tuba Eustachius adalah faktor etiologis yang paling penting.5 Banyak
faktor predisposisi telah diidentifikasi pada pasien dengan OME kronis.
Usia adalah salah satu yang paling penting.4 Ini memiliki prevalensi yang
relatif rendah selama minggu-minggu pertama kehidupan, mulai meningkat
sekitar 10 bulan dan mencapai puncaknya antara usia 2 dan 5 tahun.7 Kondisi
dan situasi yang juga berperan dalam etiologi penyakit anak ini meliputi: infeksi
saluran napas atas; infeksi telinga tengah bakteri dan virus; diskinesia silia
primer; kehadiran penitipan anak dan saudara yang lebih tua; bayi prematur
dengan berat badan lahir sangat rendah; jenis kelamin laki-laki; paparan asap
tembakau (terutama terkait dengan atopi); rinosinusitis kronis; hipertrofi
adenoid (menyebabkan obstruksi mekanik pada nasofaring dan lingkungan
inflamasi); dan kelainan kraniofasial (mis. langit-langit mulut sumbing).4,5 Pada
anak-anak kecil (di bawah 3 tahun), rinitis infektif dianggap sebagai penyebab
predisposisi OME yang paling umum.1

2.5 Epidemiologi
OME adalah salah satu penyakit menular yang paling sering pada anak-
anak dan merupakan penyebab paling umum gangguan pendengaran pada masa
kanak-kanak.8 Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak antara usia 1 tahun
dan 6 tahun. Ada prevalensi yang menyebutkan bahwa lebih tinggi pada usia 2

9
tahun, dan turun setelah usia 5 tahun. OME lebih umum selama bulan musim
dingin, sesuai dengan tingkat pasien yang beresiko mengalami infeksi saluran
pernapasan atas.8
Otitis media dengan efusi (OME) dapat terjadi selama resolusi otitis media
akut (AOM) setelah peradangan akut telah diselesaikan. Di antara anak-anak
yang memiliki episode otitis media akut, sebanyak 45% memiliki efusi
persisten setelah 1 bulan, tetapi jumlah ini menurun hingga 10% setelah 3
bulan.7

2.6 Patofisiologi
Setelah mengalami otitis media akut pada anak-anak, cairan menumpuk di
telinga tengah dan menghambat getaran membran timpani dan transmisi suara
selanjutnya ke telinga bagian dalam. Dengan defisit ini, anak-anak mungkin
mengalami penurunan kemampuan untuk berkomunikasi di lingkungan yang
bising sehingga anak tersebut mungkin menunjukkan tanda-tanda kurang
perhatian atau menurunnya prestasi akademik.9
Terlepas dari penyebab otitis media akut, disfungsi tuba eustachius hampir
universal pada otitis media dengan efusi. Sebagai bukti lebih lanjut, ligasi tuba
eustachius pada hewan selalu mengarah pada pembentukan efusi telinga tengah
persisten (MEE).9
Setelah peradangan akut dan infeksi bakteri telah diselesaikan, kegagalan
mekanisme pembersihan telinga tengah memungkinkan efusi telinga tengah
untuk bertahan. Banyak faktor yang terlibat dalam kegagalan mekanisme
pembersihan, termasuk disfungsi ciliary; edema mukosa; hiperviskositas efusi;
dan, mungkin, gradien tekanan yang tidak menguntungkan.9
Otitis media dengan efusi tidak selalu mengikuti otitis media akut. Teori
yang menjelaskan perkembangan efusi telinga tengah dalam hal ini termasuk
sekresi cairan dari mukosa telinga tengah yang meradang. Teori ini
mengusulkan bahwa mukosa telinga tengah peka oleh paparan bakteri
sebelumnya, dan tantangan antigenik terus menerus dari refluks sesekali

10
menginduksi produksi efusi. Sekali lagi, banyak penelitian telah
mengungkapkan bahwa flora bakteri yang sama ada pada otitis media dengan
efusi seperti pada otitis media akut; Temuan ini menunjukkan bahwa efusi ini
tidak steril, seperti yang pernah diyakini.9
Pada pasien dengan tumor adenoid, tumor tersebut dapat menyumbat tuba
Eustachius sehingga telinga tengah berventilasi buruk. Jenis penyumbatan ini
dapat menyebabkan OME. Karena kelenjar gondok adalah struktur limfatik,
ada kemungkinan bahwa mereka dapat menularkan bakteri ke dalam tuba
Eustachius dan memungkinkan pertumbuhan biofilm. Pertumbuhan bakteri
seperti itu dapat menyebabkan peradangan yang juga akan menyebabkan
penyumbatan dan penumpukan cairan di dalam telinga tengah.9
Sistem pertahanan pertama di telinga tengah dianggap sebagai sistem
pertahanan mukosiliar dalam tuba Eustachius. Imunoglobulin yang diproduksi
oleh mukosa berkontribusi pada sistem pertahanan ini. Karena peningkatan
yang signifikan dari imunoglobulin ini dalam efusi, sistem pertahanan ini
mungkin terlalu aktif dalam OME.9

2.7 Manifestasi Klinis


Kehilangan pendengaran, meskipun tidak selalu ada, adalah keluhan paling
umum pada pasien OME. Pasien atau orang tua pasien mungkin mengeluh
kesulitan komunikasi, penarikan, dan kurangnya perhatian. Selama ujian,
seorang dokter mungkin melihat gangguan bicara dan perkembangan bahasa.
Otalgia, sakit telinga, dapat terjadi intermiten pada pasien-pasien ini. Dalam
banyak kasus, mereka akan memiliki gejala kepenuhan aural atau sensasi
bahwa telinga bermunculan. Pada orang dewasa, OME lebih sering unilateral.
Pasien dewasa dapat melaporkan tinitus dan sensasi benda asing di saluran
pendengaran eksternal. Baik pada anak-anak atau orang dewasa, OME
umumnya terjadi bersamaan dengan infeksi saluran pernapasan atas. Oleh
karena itu, ada baiknya untuk bertanya kepada pasien tentang infeksi telinga
sebelum atau berulang, sumbatan hidung, dan infeksi saluran pernapasan atas.

11
Selama pemeriksaan fisik, tanda-tanda OME termasuk kekeruhan membran
timpani dan hilangnya refleks cahaya. Mungkin juga ada retraksi membran
timpani dengan mobilitas menurun. Jika retraksi kotor dari membran timpani
diamati, intervensi mungkin diperlukan untuk mencegah pembentukan kantong
retraksi, seperti tympanoplasty augmentasi kartilago yang dimodifikasi.1,3

2.8 Diagnosis
1. Anamnesis
OME pada anak tidak mudah dan terdapat perbedaan yang bermakna sesuai
dengan kecakapan klinisi, khususnya di tingkat pelayanan primer atau dokter
anak yang mendiagnosisnya. Gejala tidak ada sensitif maupun spesifik, banyak
anak justru tanpa gejala. Pemeriksaan fisik pada anak penderita OME
berpotensi tidak akurat kerena kesan subjektif gambaran membran timpani sulit
dinilai. Belum lagi anak-anak yang tidak kooperatif saat dilakukan
pemeriksaan. Namun anamnesis dan pemeriksaan fisik tetap sangat berperan
dalam mendiagnosis OME.10
Dalam mendiagnosis OME diperlukan kejelian dari pemeriksa. Ini
disebabkan keluhan yang tidak khas terutama pada anak-anak. Biasanya orang
tua mengeluh adanya gangguan pendengaran pada anaknya, guru melaporkan
bahwa anak mempunyai masalah pendengaran, kemunduran dalam pelajaran di
sekolah, bahkan dalam gangguan bicara dan bahasa. Sering kali OME
ditemukan secara tidak sengaja pada saat skrining pemeriksaan telinga dan
pendengaran di sekolah-sekolah.10
Pada anak-anak dengan OME dari anamnesis keluhan yang paling sering
adalah penurunan pendengaran dan kadang merasa telinga merasa penuh
sampai dengan merasa nyeri telinga. Dan pada anak-anak penderita OME
biasanya mereka juga sering didapati dengan riwayat batuk pilek dan nyeri
tenggorokan berulang. Pada anak-anak yang lebih besar biasanya mereka
mengeluhkan kesulitan menengarkan pelajaran di sekolah, atau harus
membesarkan volume saat menonton televisi di rumah. Orang tua juga sering

12
mendengarkan keluhan telinga anaknya terasa tidak nyaman atau sering melihat
anaknya menarik-narik daun telinganya.10

2. Pemeriksaan fisik
Untuk mendiagnosis OME pada pemeriksaan fisik perlu dilakukan
pemeriksaan otoskopi, timpanogram, audiogram dan kadang tindakan
miringotomi untuk memastikan adanya cairan dalam telinga tengah.
a. Otoskopi
Pemeriksaan otoskopi dilakukan untuk kondisi, warna, dan translusensi
membrana tempani. Macam-macam perubahan atau kelainan yang terjadi
pada membran timpani dapat dilihat sebagaimana berikut:
- Membrana timpani yang suram dan berwarna kekuningan yang
menggati gambaran tembus cahaya selain itu letak segitiga reflek
cahaya pada kuadran antero inferior memendek, mungkin saja
didapatkan pula peningkatan pembuluh darah kapier pada membran
timpani tersebut. Pada kasus dengan cairan mukoid atau mukupurulen
membrana timpani berwarna lebih muda (krem).
- Membrana timpani retraksi yaitu bila manubrium malei terlihat lebih
pendek dan lebih horizontal, membran kelihatan cekung dan reflex
cahaya memendek. Warna mungkin akan berubah agak kekuningan.
- Atelektasis, membrana timpani biasanya tipis, atropi dan mungkin
menempel pada inkus, stapes dan promontium, khusunya pada kasus-
kasus yang sudah lanjut, biasanya kasus yang seperti ini karena
disfungsi tuba Eustachius dan otitis media efusi yang sudah berjalan
lama.
- Membrana timpani dengan sikatrik, suram sampai retraksi berat
disertai bagian yang atropi didapatkan pada otitis media adesiva oleh
karena terjadi jaringan fibrosis ditelinga tengah sebagai akibat proses
peradangan sebelumnya yang berlangsung lama.

13
- Gambaran air fluid level atau bubles biasanya ditemukan pada OME
yang berisi cairan serus.
- Membrana timpani berwarna biru gelap atau ungu diperlihatkan pada
kasus hematotimpanum yang disebabkan oleh fraktur tulang temporal,
leukemia, tumor vaskuler telinga tengah. Sedangkan warna biru yang
lebih muda mungkin disebabkan oleh barotraumas.
- Gambaran lain adalah ditemukan sikatrik dan bercak kalisifikasi.

Pada pemeriksaan otoskopi menunjuk kecurigaan OME apabila


ditemukan tanda-tanda:
a. Tidak didapatkan tanda-tanda radang akut.
b. Terdapat perubahan warna membrana timpani akibat refleksi dari
adanya cairan didalam kavum timpani.
c. Membran timpani tampak lebih menonjol.
d. Membran timpani retraksi atau atelektasis.
e. Didapatkan air fluid levels atau buble, atau
f. Mobilitas membran berkurang atau fikasi.

b. Timpanometri
Timpanometer adalah suatu alat untuk mengetahui kondisi dari sistem
telinga tengah. Pengukuran ini memberikan gambaran tentang mobilitas
membrana timpani, keadaan persediaan tulang pendengaran, keadaan
dalam telinga tengah termasuk tekanan udara didalamnya, jadi berguna
dalam mengetahui gangguan konduksi dan fungsi tuba Eustachius.11
Grafik hasil pengukuran timpanometeri atau timpanogram dapat untuk
mengetahui gambaran kelainan di telinga tengah. Meskipun ditemukan
banyak variasi bentuk timpanogram akan tetapi pada prinsipnya hanya ada
tiga tipe, yakni tipe A, tipe B, dan tipe C.11
Pada penderita OME gambaran timpanogram yang sering didapati
adalah tipe B. Tipe B bentuknya relatif datar, hal ini menunjukan gerakan

14
membrana timpani terbatas karena adanya cairan atau pelekatan dalam
kavum timpani. Grafik yang sangat datar dapat terjadi akibat perforasi
membrana timpani, serumen yang banyak pada liang telinga luar atau
kesalahan pada alat yaitu saluran buntu.11
Pemerikasaan timpanometri dapat memperkirakan adanya cairan
didalam kavum timpani yang lebih baik dibanding dengan pemeriksaan
otoskopi saja.11

c. Audiogram
Dari pemeriksaan audiometrik nada murni didapatkan nilai ambang
tulang dan udara. Gangguan pendengaran lebih sering ditemukan pada
pasien OME dengan cairan yang kental (glue ear). Meskipun demikian
beberapa studi mengatakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara
cairan serus dan kental terhadap gangguan pendengaran, sedangkan
volume cairan yang ditemukan di dalam telinga tengah adalah lebih
berpengaruh.12
Pasien dengan OME ditemukan gangguan pendengaran dengan tuli
konduksi ringan sampai sedang sehingga tidak begitu berpengaruh dengan
kehidupan sehari-hari. Tuli bilateral persisten lebih dari 25 dB dapat
mengganggu perkembangan intelektual dan kemampuan berbicara anak.
Bila hal ini dibiarkan bisa saja ketulian bertambah berat yang berakibat
buruk bagi pasien. Akibat buruk ini dapat berupa gangguan local pada
telinga maupun gangguan yang lebih umum, seperti gangguan
perkembangan bahasa dan kemunduran dalam pelajaran sekolah. Pasien
dengan tuli konduksi yang lebih berat mungkin sudah didapatkan fiksasi
atau putusnya rantai osikel.12
Garis pedoman OME yang disusun bersama oleh AAFP, AAOHNS
dan AAP menyatakan bahwa audiologi merupakan salah satu komponen
pemeriksaan pasien OME. Pemeriksaan audiometrik direkomendasikan
pada pasien dengan OME selama 3 bulan atau lebih, kelambatan berbahasa,

15
gangguan belajar atau dicurigai terdapat penurunan pendengaran
bermakna. Berdasarkan beberapa penelitian, tuli konduksi sering
berhubungan dengan OME dan berpengaruh pada proses mendengar kedua
telinga, lokalisasi suara, persepsi bicara dalam kebisingan. Penurunan
pendengaran yang disebabkan oleh OME akan mengahalangi kemampuan
awal berbahasa yang didapat.12

2.9 Tatalaksana
Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin memegang peranan penting.
Keberhasilan dari penatalaksanaan ditentukan dengan mencari faktor penyebab
dan mengatasinya guna mencegah akibat lanjut penyakit tersebut. Sumbatan
tuba dan infeksi saluran nafas atas yang kronis serta berulang merupakan salah
satu faktor yang penting diperhatikan.13
Namun penatalaksanaan OME sendiri masih menjadi perdebatan, ini
disebabkan oleh karena baik pengobatan yang bersifat konservatif maupun
tindakan operatif, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Pengobatan OME secara konservatif ada yang belum terbukti menyembuhkan
penderita dengan OME, namun pada pokoknya dapat mengurangi morbiditas
ketika terapi konservatif dianggap gagal atau tidak memuaskan.13
OME paling sering disebabkan oleh faktor-faktor terkait virus atau alergi,
bukan infeksi bakteri. Karena itu, penggunaan antibiotik tidak dianjurkan. Juga,
kortikoid untuk pengobatan alergi belum terbukti secara signifikan berdampak
pada hasil OME pada pasien. Karena alasan ini, antibiotik dan kortikoid tidak
dianjurkan untuk mengobati OME. Praktik terbaik untuk pasien OME adalah
waspada menunggu selama tiga bulan sebagai tindakan lini pertama. Dalam
kasus di mana OME berlanjut, rujukan spesialis dapat dibuat untuk menilai opsi
perawatan bedah.13
Pengobatan pada OME meliputi pengobatan konservatif dan tindakan
operatif. Pengobatan konservatif secara local (obat tetes hidung atau spray) dan
sistemik antara lain antibiotika spektrum luas, antihistamin, dekongestan,

16
dengan atau tanpa kortikosteroid. Pengobatan dan kontrol terhadap alergi dapat
mengurangi atau menyembuhkan otitis media efusi.
Manajemen farmakologis dari otitis media dengan efusi (OME) meliputi
pemberian agen antimikroba, steroid, antihistamin dan dekongestan, dan
mukolitik. Namun, konferensi konsensus internasional Kongres Federasi Oto-
rhino-laryngological Federasi Internasional 2017 merekomendasikan terhadap
pengobatan otitis media dengan efusi (OME) dengan steroid, antibiotik,
dekongestan, atau antihistamin, dengan menyebutkan kekhawatiran mengenai
efek samping dan biaya, seperti serta kurangnya bukti untuk efektivitas terapi
jangka panjang.14
1. Agen antimikroba
Karena otitis media dengan efusi menunjukkan bakteri patogen yang
layak, pengobatan dengan antibiotik yang tepat telah dianggap masuk akal,
meskipun dengan bukti yang hanya menunjukkan manfaat jangka pendek.15
Studi eritromisin, sulfisoksazol, amoksisilin, amoksisilin-klavulanat,
dan trimetoprim-sulfametoksazol telah menunjukkan tingkat pembersihan
lebih cepat daripada plasebo, walaupun perbedaannya hampir tidak
signifikan secara statistik dalam sebagian besar uji coba ini.15
Sebuah meta-analisis besar dari temuan dari 10 blinded, uji coba
terkontrol secara acak yang melibatkan 1.041 anak-anak dengan otitis media
dengan efusi mengungkapkan bahwa resolusi efusi telinga tengah (MEE)
secara signifikan lebih mungkin pada pasien yang diobati dengan
antimikroba daripada pada mereka yang diobati dengan plasebo atau yang
tidak menerima perawatan. Perbedaannya dicatat pada follow-up jangka
pendek (2-5 minggu). Temuan dari 2 meta-analisis lainnya tidak
menunjukkan perbedaan antara antimikroba dan plasebo dengan periode
tindak lanjut 6-11 minggu.
Ketika otitis media dengan efusi menjadi kronis (3 bulan), efektivitas
antimikroba berkurang, meskipun temuan ini kontroversial.

17
Studi yang diterbitkan antara 2002 dan 2004 dan dikutip oleh pedoman
praktik klinis untuk otitis media dengan efusi juga menunjukkan
pembersihan efusi telinga tengah dengan antibiotik; Namun, mereka juga
menunjukkan kekambuhan yang cepat dan sering.15
Sebuah studi oleh Roditi et al menunjukkan bahwa di Amerika Serikat,
32% kunjungan rawat jalan anak untuk otitis media dengan efusi
menghasilkan pemberian antibiotik oral, bahkan ketika pasien tidak
memiliki infeksi akut, dengan antibiotik yang paling sering diberikan di unit
gawat darurat.16
2. Steroid
Dalam 3 uji klinis acak terkontrol plasebo, steroid oral saja tidak
meningkatkan otitis media dengan pembersihan efusi dalam waktu 2
minggu pengobatan. Ketika steroid oral dikombinasikan dengan antibiotik,
laju pembersihan efusi telinga tengah tidak membaik dibandingkan dengan
laju dengan antibiotik saja.
Beberapa penelitian kecil mengenai semprotan steroid nasal topikal (vs
plasebo) menunjukkan lebih sedikit efusi pada 4 dan 8 minggu, serta
peningkatan tekanan telinga tengah pada 12 minggu. Bukti empiris
menunjukkan bahwa obat-obatan ini menunjukkan harapan.
Pada satu studi acak yang telah diterbitkan yang membandingkan
steroid intranasal (beclomethasone) dan antibiotik dengan antibiotik saja.17
Penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik antara kedua kelompok. Sebuah meta-analisis 2011
mengkonfirmasi temuan ini.18
Studi lain menemukan bahwa steroid intranasal topikal, sendiri atau
dalam kombinasi dengan antibiotik, tidak memiliki manfaat jangka panjang
atau pendek dalam pengelolaan anak-anak dengan otitis media dengan
efusi.19

18
3. Antihistamin dan dekongestan
Dalam penelitian terbesar hingga saat ini, Cantekin dan lainnya secara
acak menugaskan 553 anak-anak dengan otitis media kronis dengan efusi
(COME) untuk menerima antihistamin / dekongestan atau plasebo dan tidak
menemukan perbedaan dalam tingkat pembersihan efusi.20 Meta-analisis
2011 mengkonfirmasi temuan ini.20 Bahwa antihistamin meningkatkan
viskositas sekresi dapat menjelaskan temuan ini. Viskositas otitis media
kronis dengan efusi seringkali substansial; dengan demikian, ini disebut lem
telinga dalam kasus ini. Kondisi ini juga dapat bermanifestasi sebagai efusi
serosa. Namun, sumbatan hidung, rinore, dan sinusitis sering menyertai
otitis media, dan antihistamin dan dekongestan dapat dipertimbangkan
untuk menghilangkan gejala-gejala terkait ini. Ini terutama benar jika
penyebabnya adalah alergi. Antihistamin, seperti namanya, mencegah
degranulasi sel mast dan pelepasan histamin selanjutnya, yang dapat
menyebabkan pembengkakan mukosa dengan peningkatan yang terjadi
pada sumbatan hidung dan peningkatan produksi lendir.20

4. Mucolytics
Sebuah studi besar, acak, terkontrol dari 430 anak-anak
mengungkapkan bahwa tingkat pembersihan untuk otitis media dengan
efusi tidak meningkat secara signifikan dengan mukolitik dibandingkan
plasebo. Temuan dari 2 percobaan kecil mukolitik lainnya mengkonfirmasi
hasil ini.

Pengobatan secara operatif dilakukan pada kasus dimana setelah dilakukan


pengobatan konservatif selam lebih dari 3 bulan tidak sembuh. Untuk
memberikan hasil yang baik terhadap drainase dilakukan miringotomi dan
pemasangan pipa ventilasi. Pipa ventilasi dipasang pada daerah kuadran antero
inferior atau antero superior. Pipa ventilasi akan dipertahankan sampai fungsi
tuba ini paten. Penatalaksanaan secara operatif meliputi mirigotomi dengan

19
atau tanpa pemasangan pipa ventilasi dan adenoidektomi dengan atau tanpa
tonsilektomi.
Tujuan pemasangan pipa ventilasi adalah menghilangkan cairan pada telinga
tengah, mengatasi gangguan pendengaran yang terjadi, mencegah kekambuhan,
mencegah gangguan perkembangan kognitif, bicara, bahasa dan psikososial

2.10 Komplikasi
Perubahan yang terjadi pada telinga tengah dapat mengakibatkan penyakit
berlanjut menjadi otitis media adesiva dan otitis media kronis maligna.
Perubahan jangka panjang pada telinga tengah dan membran timpani dapat
terjadi dengan OME persisten, yang mengakibatkan gangguan pendengaran
permanen. Tabung ventilasi digunakan untuk mencoba dan mencegah
komplikasi jangka panjang ini. Namun, bahkan pada pasien yang dirawat,
komplikasi seperti tympanosclerosis dapat terjadi.2

2.11 Prognosis
Otitis media dengan efusi (OME) adalah penyebab utama gangguan
pendengaran pada anak-anak. Kondisi ini terkait dengan keterlambatan
perkembangan bahasa pada anak-anak di bawah usia 10 tahun, dan kehilangan
biasanya konduktif, dengan ambang konduksi udara rata-rata 27,5 desibel (dB),
tetapi otitis media dengan efusi juga dikaitkan dengan gangguan pendengaran
sensorineural. Baik prostaglandin dan leukotrien telah ditemukan dalam
konsentrasi tinggi dalam efusi telinga tengah (MEE), dan kemampuan mereka
untuk melintasi membran jendela bundar telah ditunjukkan. Paparan kronis
pada metabolit asam arakidonat ini dapat menyebabkan gangguan pendengaran
sensorineural sementara dan kadang-kadang permanen.21
Secara umum, prognosis untuk otitis media dengan efusi adalah baik.
Sebagian besar episode sembuh secara spontan tanpa intervensi, dan banyak
yang menyelesaikan tidak terdiagnosis. Namun, 5% anak-anak yang tidak
dirawat dengan pembedahan memiliki otitis media persisten dengan efusi pada

20
1 tahun. Intervensi bedah secara signifikan meningkatkan pembersihan efusi
telinga tengah pada populasi ini, tetapi manfaat untuk perkembangan bicara dan
bahasa serta kualitas hidup masih kontroversial.21
Setelah ekstrusi tabung spontan, 20-50% pasien akan mengalami
kekambuhan otitis media dengan efusi, berpotensi membutuhkan penggantian
tabung pemerataan tekanan (PET) dan, dalam kebanyakan kasus,
adenoidektomi simultan.21

21
BAB III
KESIMPULAN

1. Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah,
tuba Eustachius, antrum mastoid, dan sel-sel mastoid. Secara mudah, otitis
media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis
media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media
efusi/OME, otitis media mucoid). Otitis media serosa, lebih dikenal sebagai
cairan dalam telinga tengah (Middie Ear Effusion), adalah kondisi yang paling
sering menyebabkan hilangnya pendengaran pada anak.Adanya cairan di
telinga tengah tanpa dengan membran timpani utuh tanpa tanda-tanda
infeksi disebut juga sebagai otitis media dengan efusi. Apabila efusi
tersebut encer disebut otitis media serosa dan apabila efusi tersebut kental
seperti lem disebut otitis media mukoid (glue ear).
2. Pada dasarnya otitis media serosa dapat dibagi atas dua jenis yaitu otitis media
serosa akut dan otitis media serosa kronis. Otitis media serosa akut adalah
keadaan terbentuknya sekret di telinga tengah secara tiba-tiba yang disebabkan
oleh gangguan fungsi tuba. Batasan antara otitis media serosa akut dan kronis
hanya pada cara terbentuknya sekret.
3. Kebanyakan pasien dengan otitis media efusi, tidak membutuhkan terapi,
terutama jika gangguan pendengarannya ringan, oleh karena resolusi spontan
sering terjadi.
4. Tatalaksana otitis media efusi secara medikamentosa dapat berupa
decongestan, antihistamin, antibiotik, perasat valsava (bila tidak ada tanda-
tanda infeksi jalan napas atas), dan hiposensitisasi alergi. Keputusan untuk
melakukan intervensi bedah tidak hanya berdasarkan lamanya penyakit, namun
perlu turut dipertimbangkan derajat gangguan dan frekuensi parahnya
gangguan pendahulu. Beberapa pilihan untuk tatalaksana bedah antara lain:
miringitomi, pemasangan tuba timpanostomi, adenoidektomi.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Emmett SD, Kokesh J, Kaylie D. Chronic Ear Disease. Med. Clin. North
Am. 2018 Nov;102(6):1063-1079. [PubMed] [Reference list]
2. Cannel SS, Balkany TJ. Infection of the ear. In: Lee KJ ed. Essential
otolaryngology head and neck surgery. Ninth edition. New York: Mc graw hill;
2008. p.304-41
3. Pai S, Sanjay R, Parikh SR. Otitis media. In: Lawlani AK ed. Current diagnosis
and treatment in otolaryngology head and neck surgery. Third edition. New
York: Mc graw hill; 2012. p.674-81
4. Zernotti ME, Pawankar R, Ansotegui I, Badellino H, Croce JS, Hossny E,
Ebisawa M, Rosario N, Sanchez Borges M, Zhang Y, Zhang L. Otitis media
with effusion and atopy: is there a causal relationship? World Allergy Organ
J. 2017;10(1):37. [PMC free article] [PubMed] [Reference list]
5. Nemade SV, Shinde KJ, Rangankar VP, Bhole P. Evaluation and significance
of Eustachian tube angles and pretympanic diameter in HRCT temporal bone
of patients with chronic otitis media. World J Otorhinolaryngol Head Neck
Surg. 2018 Dec;4(4):240-245. [PMC free article] [PubMed] [Reference list]
6. Ghadersohi S, Ida JB, Bhushan B, Billings KR. Outcomes of tympanoplasty in
children with down syndrome. Int. J. Pediatr. Otorhinolaryngol. 2017
Dec;103:36-40. [PubMed][Reference list]
7. Kucur C, Şimşek E, Kuduban O, Özbay İ. Prevalence of and risk factors for
otitis media with effusion in primary school children: case control study in
Erzurum, Turkey. Turk. J. Pediatr. 2015 May-Jun;57(3):230-
5. [PubMed] [Reference list]
8. Coleman A, Cervin A. Probiotics in the treatment of otitis media. The past, the
present and the future. Int. J. Pediatr. Otorhinolaryngol. 2019 Jan;116:135-
140. [PubMed] [Reference list]
9. Miller BJ, Gupta G. StatPearls [Internet]. StatPearls Publishing; Treasure
Island (FL): Dec 13, 2018. Adenoidectomy. [PubMed]

23
10. O'Connor SS, Coggins R, Gagnon L, Rosenfeld RM, Shin JJ, Walsh SA. Plain
Language Summary: Otitis Media with Effusion. Otolaryngol Head Neck Surg.
2016 Feb. 154 (2):215-25. [Medline]. [Full Text].
11. National Institute for Health and Care Excellence. Otitis media with effusion in
under 12s: surgery. February 2008. Available
at https://www.nice.org.uk/guidance/cg60/chapter/1-Guidance.
12. [Guideline] Rosenfeld RM, Schwartz SR, Pynnonen MA, et al. Clinical practice
guideline: tympanostomy tubes in children. Otolaryngol Head Neck Surg. 2013
Jul. 149 (1 Suppl):S1-35. [Medline]. [Full Text].
13. Núñez-Batalla F, Jáudenes-Casaubón C, Sequí-Canet JM, Vivanco-Allende A,
Zubicaray-Ugarteche J. Diagnosis and treatment of otitis media with effusion:
CODEPEH recommendations. Acta Otorrinolaringol Esp. 2019 Jan -
Feb;70(1):36-46. [PubMed][Reference list]
14. [Guideline] Simon F, Haggard M, Rosenfeld RM, et al. International consensus
(ICON) on management of otitis media with effusion in children. Eur Ann
Otorhinolaryngol Head Neck Dis. 2018 Feb. 135 (1S):S33-9. [Medline].
15. Williams RL, Chalmers TC, Stange KC, et al. Use of antibiotics in preventing
recurrent acute otitis media and in treating otitis media with effusion. A meta-
analytic attempt to resolve the brouhaha. JAMA. 1993 Sep 15. 270(11):1344-
51. [Medline].
16. Roditi RE, Liu CC, Bellmunt AM, Rosenfeld RM, Shin JJ. Oral Antibiotic Use
for Otitis Media with Effusion: Ongoing Opportunities for Quality
Improvement. Otolaryngol Head Neck Surg. 2016 May. 154 (5):797-
803. [Medline]. [Full Text].
17. Tracy JM, Demain JG, Hoffman KM, Goetz DW. Intranasal beclomethasone
as an adjunct to treatment of chronic middle ear effusion. Ann Allergy Asthma
Immunol. 1998 Feb. 80(2):198-206. [Medline].
18. Simpson SA, Lewis R, van der Voort J, Butler CC. Oral or topical nasal steroids
for hearing loss associated with otitis media with effusion in
children. Cochrane Database Syst Rev. 2011 May 11. CD001935. [Medline].

24
19. Simpson SA, Lewis R, van der Voort J, Butler CC. Oral or topical nasal steroids
for hearing loss associated with otitis media with effusion in
children. Cochrane Database Syst Rev. 2011 May 11.
5:CD001935. [Medline].
20. Griffin G, Flynn CA. Antihistamines and/or decongestants for otitis media with
effusion (OME) in children. Cochrane Database Syst Rev. 2011 Sep 7.
9:CD003423. [Medline].
21. Butler CC, MacMillan H. Does early detection of otitis media with effusion
prevent delayed language development? Arch. Dis. Child. 2001 Aug;85(2):96-
103. [PMC free article] [PubMed] [Reference list]

25

Anda mungkin juga menyukai