ANTROPOLOGI KESEHATAN
DOSEN PENGAMPU:
Drs.H.M Nasir,A Hamid,M.Kes
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
1. DESSY HERMAWATY
2. ELISA FITRIA R.
3. HEPPY ANGGRAINI
4. KHOIRIYAH
5. M. FAJRI
Antropologi Kesehatan
Antropologi sosial adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari
segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia. Yang
menghadirkan orang lain baik secara nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan
tertentu. Antropologi sosial bidang ini mulai dikembangkan oleh James George Frazer
di Amerika serikat pada awal abad ke-20. Dalam kajiannya, antropologi sosial
mendeskripsikan proyek evolusionis yang bertujuan untuk merekontruksi masyarakat
primitif asli dan mencatat perkembangannya melalui berbagai tingkat peradaban.
Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila
kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa pula
ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan
efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat
struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat
ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow
berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan tersebut., munculnya
bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.
Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan
yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme,
tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul
membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan
kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu
antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah
dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour
Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam
bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi
Antropologi.
Antropologi sosial dibagi beberapa macam. Pertama Antropologi fisik yang mampelajari
manusia sebagai organisme biologis yang melacak perkembangan manusia menurut
evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis (species). Keistimewaan
apapun yang dianggap melekat pada dirinya yang dimiliki manusia, mereka digolongkan
pada binatang menyusui, khususnya primata.
Ketiga, Antropologis medis yang merupakan subdisiplin yang sekarang paling populer
di Amerika serikat, bahkan tumbuh pesat dimana-mana. Antropologis medis ini
banyak membahas hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak
mempengaruhi evolusi manusia, terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan
paleopatologi. Beberapa dokter yang menjadi ahli antropologi medis pada masa-masa
awal adalah W.H.R. Rivers yang merasa tertarik pada reaksi penduduk pribumi
terhadap penyakit, dimana para penduduk berkeyakinan bahwa datangnya penyakit
sebagai kejadian alam yang tidak berhubungan dengan kebudayaan.
Penelitian oleh drg. Yulia Maria dari pascasarjana UI, misalnya yang di lakukan di
daerah manggala, kabupaten Tulang Bawang, provinsi lampung menunjukkan bahwa
terdapat konstribusi yang sangat menentukan antara seorang dukun beranak dan
seorang petugas puskesmas dalam menangani proses kelahiran seorang anak. Hal ini
berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap peran roh yang bersifat gaib di
satu pihak yang masih melekat dan telah di terimanya pemahaman penting kesehatan
dan gizi di lain pihak .
Antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan masyarakat yang akan
bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan, metode-
metode, dan cara untuk mengerti serta menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat
istiadat setempat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan
adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya
dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit
pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).
Hasan dan Prasad (1959) menyusun daftar lapangan studi antropologi kesehatan yang
meliputi; Nutrisi dan pertumbuhan (korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang
luas dari penyakit-penyakit), misal radang pada persendian tulang (arthritis), tukak
lambung (ulcer), kurang darah (anemia) dan penyakit diabetes). Underwood
(pengaruh-pengaruh evolusi manusia serta jenis penyakit yang berbeda-beda pada
berbagai populasi yang terkena sebagai akibat dari faktor-faktorbudaya, misal:
migrasi, kolonisasi dan meluasnya urbanisasi). Fiennes (penyakit yang ditemukan
dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang khusus dari suatu cara hidup
yang beradab, dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan
berkembangnya pemukiman penduduk yang padat).
Kedokteran forensik, (suatu bidang mengenai masalah-masalah
kedokteranhukum yang mencakup identifikasi misal: umur, jenis kelamin, dan
peninggalan ras manusia yang didugamati karena unsur kejahatan serta masalah
penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe darah, bila terjadi keraguan
mengenai siapa yang menjadi bapaknya). Dalam usaha pencegahan penyakit (
penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok penduduk yang memiliki risiko
tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit (sickle-cell) dan
pembawa penyakit kuning (hepatitis). Para ahli ini telah memanfaatkan pengetahuan
mereka mengenaivariasi manusia untuk membantu dalam bidang teknik
biomedikal(biomedical engineering). Ukuran, norma-norma dan standar yang berasal
dari sejumlah studi antropologi, digunakan dalam bidang-bidang kedokteran
anak serta kedokteran gigi, juga dalam berbagai survei tentangtingkatan
gizi serta etiologi penyakit dalam populasi yang berbeda-beda maupun dalam suatu
populasi.
Para ahli antropologi dapat menjelaskan pada petugas kesehatan mengenai bagaimana
kepercayaan tradisional serta prakteknya bertentangan dengan asumsi pengobatan
Barat, bagaimana faktor sosial mempengaruhi keputusan perawatan kesehatan, dan
bagaimana kesehatan dan penyakit semata-mata merupakan aspek dari keseluruhan
pola kebudayaan, yang berubah bila ada perubahan sosial budayanya yang mencakup
banyak hal.
Definisi kerja secara singkat bahwa antropologi kesehatan adalah istilah yang dipakai
oleh ahli-ahli antropologi yang mendeskripsikan: Secara luas dan interprestasi
mengenai hubungan bio-budaya, antara perilaku manusia di masa lalu dan di masa
kini, dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dan pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional dalam program-
program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang
mendalam mengenai hubungan antara gejala biososiobudaya dan kesehatan, dan
melalui perubahan perilaku sehat dalam arah yang dipercaya dapat memperbaiki
kesehatan dalam arah yang lebih baik.
Menurut foster dan Anderson lapangan kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi
dua: Kutub biologis, perhatinya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia,
peranan penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan
lingkungan alam, dan pola penyakit di kalangan manusia purba. Kutub sosio-budaya
perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup aspek-aspek etiologis,
terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan praktisi medis tradisional,
masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku kesehatan, peranan pasien, perilaku
sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah inovasi kesehatan.
Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh
antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu: Perspektif Antropologi. Terdapat dua
konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan (a) Pendekatan Holistik,
pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem. Pendekatan ini dimana suatu
pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata
lain dalam keseluruhan sistem. (b) Relativisme Budaya, Standar penilaian budaya itu
relative, suatu aktivitas budaya yang oleh pendukungnya dinilai baik, pantas dilakukan
mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak pantas bagi masyarakat lainnya.
Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana) Suatu perubahan terencana
akan berhasil apabila perencanan program bertolak dari konsep budaya. Bertolak dari
itu, perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam upaya mengubah perilaku
kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada hal yang tampak, tetapi seharusnya
pada aspek psiko-budaya. Metodologi Penelitian, Ahli antropologi menawarkan suatu
metose penelitian yang longgar tetapi efektif untuk menggali serangkaian masalah
teoretik dan praktis yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan. Premis atau
asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman individu atau kelompok
dalam memilih alternatif tindakan. Premis-premis tersebut memainkan peranan dalam
menentukan tindakan individu dan kelompok.
Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -
faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman
kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-
variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.Misalnya
dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan
ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik,
parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi. Hal ini memungkinkan untuk
menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan
teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu.
Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur
ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.
Salah satu perilaku yang berakar pada sosial budaya dan berhubungan dengan
kesehatan adalah perilaku menyirih. Tradisi mengunyah sirih merupakan warisan
budaya silam, lebih dari 3.000 tahun yang lampau pada zaman neolitik. Diperkirakan
sekitar 200 juta orang di dunia mengkonsumsi sirih dan kebiasaan ini sekarang
tersebar luas di Asia Tenggara dan Asia Selatan (Natamiharja, 2002). Studi ini
meneliti mengenai perilaku menyirih di wilayah Sumatera Utara yaitu pada suku
Karo. Perilaku menyirih sangat sulit untuk dihilangkan karena dahulu perilaku ini
berhubungan dengan adat-istiadat yaitu pada acara pertunangan dan pernikahan.
Perilaku menyirih juga sangat erat hubungannya dengan kepercayaan suku Karo.
Perilaku menyirih pada masyarakat Karo sudah ada sejak zaman dahulu. Sirih
digunakan bila seseorang jatuh sakit atau lemah badannya, meninggal dunia untuk
meramal, untuk penghormatan, pada acara merdang, pada upacara berkeramas, untuk
mengusir roh, pada upacara ngkuruk emas (mengambil emas), dan upacara muat
kertah (mengamnil kertah). Kepercayaan bahwa mengunyah sirih dapat menghindari
penyakit mulut seperti mengobati gigi yang sakit dan nafas yang tak sedap
kemungkinan telah mendarah daging di antara para penggunanya. Padahal efek
negatif menyirih dapat mengakibatkan penyakit periodontal, adanya lesi-lesi pada
mukosa mulut, sepertisub mucous fibrosis, oralpremalignant, bahkan dapat
mengakibatkan kanker mulut.
Daftar Pustaka