Anda di halaman 1dari 10

KONSEP ANTROPOLOGI SOSIAL DAN

ANTROPOLOGI KESEHATAN

DOSEN PENGAMPU:
Drs.H.M Nasir,A Hamid,M.Kes

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1
1. DESSY HERMAWATY
2. ELISA FITRIA R.
3. HEPPY ANGGRAINI
4. KHOIRIYAH
5. M. FAJRI

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


JURUSAN D3 KEPERAWATAN PALEMBANG
2018/2019

Antropologi Kesehatan
Antropologi sosial adalah salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang
budaya masyarakat suatu etnis tertentu. sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari
segi keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkan sehingga setiap manusia yang satu dengan yang lainnya
berbeda-beda. mempelajari seluk-beluk yang terjadi dalam kehidupan manusia. Yang
menghadirkan orang lain baik secara nyata maupun imajiner dalam etnis kebudayaan
tertentu. Antropologi sosial bidang ini mulai dikembangkan oleh James George Frazer
di Amerika serikat pada awal abad ke-20. Dalam kajiannya, antropologi sosial
mendeskripsikan proyek evolusionis yang bertujuan untuk merekontruksi masyarakat
primitif asli dan mencatat perkembangannya melalui berbagai tingkat peradaban.

Antropologi budaya mempelajari keseluruhan kebudayaan termasuk perubahan,


akulturasi dan difusi kebudayaan sebaliknya konsep kunci dalam antropologi sosial
adalah struktur sosial, bukan kebudayaan. Antropologi budaya memfokuskan diri pada
pelacakan sejarah dari unsur-unsur kebudayaan, sedangkan antropologi sosial memfokuskan
pada pencarian hukum-hukum dan generalisasi tentang lembaga-lembaga sosial. Dengan
ringkas dapat dikatakan bahwa antropologi budaya lebih bersifat deskriptif historik,
sedangkan antropologi sosial lebih bersifat eksplanatori.

Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila
kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa pula
ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk menjadikan
efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran dapat melihat
struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka kedokteran dapat
ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat dikatakan bahwa Vichrow
berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi Kesehatan tersebut., munculnya
bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan inspirasi yang cemerlang.

Sejarah pertama tentang timbulnya perhatian Antropologi Kesehatan terdapat pada tulisan
yang ditulis Caudill berjudul “Applied Anthropology in Medicine”. Tulisan ini
merupakan tour the force yang cemerlang , tetapi meskipun telah menimbulkan antusiasme,
tulisan itu tidaklah menciptakan suatu subdisiplin baru.

Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul
membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran dan
kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi ilmu
antropologi. Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah
dengan munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour
Science yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam
bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi
Antropologi.

Antropologi sosial dibagi beberapa macam. Pertama Antropologi fisik yang mampelajari
manusia sebagai organisme biologis yang melacak perkembangan manusia menurut
evolusinya dan menyelidiki variasi biologisnya dalam berbagai jenis (species). Keistimewaan
apapun yang dianggap melekat pada dirinya yang dimiliki manusia, mereka digolongkan
pada binatang menyusui, khususnya primata.

Kedua, Antropologi budaya yang memfokuskan perhatiannya pada kebudayaan


manusia ataupun cara hidupnya dalam masyarakat. Menurut Havilan cabang
antropologi budaya ini dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian, yakni arkeologi,
antropologi linguistik, dan etologi. Untuk memahami pekrjaan para ahli antropologi
budaya, kita harus tahu tentang hakikat kabudayaan, menyangkut konsep kabudayaan,
dan karakteristiknya serta kebudayaan dan kepribadian.

Ketiga, Antropologis medis yang merupakan subdisiplin yang sekarang paling populer
di Amerika serikat, bahkan tumbuh pesat dimana-mana. Antropologis medis ini
banyak membahas hubungan antara penyakit dan kebudayaan yang tampak
mempengaruhi evolusi manusia, terutama berdasarkan hasil-hasil penemuan
paleopatologi. Beberapa dokter yang menjadi ahli antropologi medis pada masa-masa
awal adalah W.H.R. Rivers yang merasa tertarik pada reaksi penduduk pribumi
terhadap penyakit, dimana para penduduk berkeyakinan bahwa datangnya penyakit
sebagai kejadian alam yang tidak berhubungan dengan kebudayaan.

Keempat, Antropologis psikologi bidang ini merupakan wilayah antropologi yang


mengkaji tentang hubungan antara individu dengan makna dan nilai dengan kebiasaan
sosial dari sistem budaya yang ada. Adapun ruang lingkup antropologi psikologi
tersebut sangat luas dan menggunakan berbagai pendekatan pada masalah kemunculan
dalam interaksi antara pikiran, nilai, dan kebiasaan sosial. Kajian ini dibntuk secara
khusus oleh percakapan interdisipliner antara antropologi dan ruang lingkup lain
dalam ilmu-ilmu sosial serta humaniora (Schawartz, 1992). Sedangkan fokus kajian
bidang ini terpusat pada individu dalam masyarakat makin mendekatkan hubungan
dengan psikologi dan psikistri dibanding dengan mainstream antropologi. Namun,
secara historis bidang antropologi psikologi tersebut lebih dekat pada psikoalanisasi
daripada psikologi eksperimental.

Antropologi kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap


penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Solita Sarwono,
1993). Definisi yang dibuat Solita ini masih sangat sempit karena antropologi sendiri
tidak terbatas hanya melihat penghayatan masyarakat dan pengaruh unsur budaya saja.
Koentjaraningrat mengatakan bahwa ilmu antropologi mempelajari manusia dari
aspek fisik, sosial, budaya. Pengertian Antropologi kesehatan yang diajukan
Foster/Anderson merupakan konsep yang tepat karena termaktub dalam pengertian
ilmu antropologi seperti disampaikan Koentjaraningrat di atas. Menurut
Foster/Anderson, Antropologi Kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan
penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

Penelitian oleh drg. Yulia Maria dari pascasarjana UI, misalnya yang di lakukan di
daerah manggala, kabupaten Tulang Bawang, provinsi lampung menunjukkan bahwa
terdapat konstribusi yang sangat menentukan antara seorang dukun beranak dan
seorang petugas puskesmas dalam menangani proses kelahiran seorang anak. Hal ini
berkaitan dengan kepercayaan masyarakat terhadap peran roh yang bersifat gaib di
satu pihak yang masih melekat dan telah di terimanya pemahaman penting kesehatan
dan gizi di lain pihak .

Antropologi juga dapat memberi kepada para dokter kesehatan masyarakat yang akan
bekerja dan hidup di berbagai daerah dengan aneka warna kebudayaan, metode-
metode, dan cara untuk mengerti serta menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat
istiadat setempat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Antropologi Kesehatan
adalah disiplin yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosio-budya
dari tingkahlaku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya
disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit
pada manusia (Foster/Anderson, 1986; 1-3).

Penyakit muncul tidak bersamaan dengan saat munculnya manusia, tetapi


sebagaimana dikemukakan oleh Sigerit (Landy 1977), penyakit adalah bagian dari
kehidupan yang ada di bawah kondisi yang berubah-ubah. Menurut Foster dan
Anderson kesehatan berhubungan dengan perilaku. Perilaku manusia cenderung
bersifat adaptif. Terdapat hubungan antara penyakit, obat-obatan, dan kebudayaan.
Menurut Landy antropologi kesehatan adalah suatu studi tentang konfrotasi manusia
dengan penyakit serta rasa sakit, dan rencana adaptif yaitu sistem pengobatan dan
obat-obat yang dibuat oleh kelompok manusia berkaitan dengan ancaman yang akan
datang.

Buku berjudul anthropology in Medicine menurut Foster dan Anderson belum


melahirkan disiplin baru dan hanya merupakan lapangan perhatian dari antropologi
terapan. Munculnya istilah Medicine Anthropology dari tulisan Scotch dan Paul dalam
artikel tentang pengobatan dan kesehatan masyarakat. Atas dasar ini kemudian di
Amerika lahirlah antropologi kesehatan. Ahli-ahli antropologi tertarik untuk
mempelajari faktor-faktor biologis, dan sosio-budaya yang mempengaruhi kesehatan
dan munculnya penyakit pada masa sekarang dan sepanjang sejarah kehidupan
manusia dipengaruhi oleh keinginan untuk memahami perilaku sehat manusia dalam
manifestasi yang luas dan berkaitan segi praktis. Tipe kajian antropologi budaya yang
menjadi akar antropologi kesehatan: Kajian tentang obat primitif, tukang sihir, dan
majik; Kajian tentang kepribadian dan kesehatan di berbagai seting budaya;
Keterlibatan ahli-ahli antropologi dalam program-program kesehatan internasional
dan perubahan komunitas yang terencana; Antropologi ekologi.

Hasan dan Prasad (1959) menyusun daftar lapangan studi antropologi kesehatan yang
meliputi; Nutrisi dan pertumbuhan (korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang
luas dari penyakit-penyakit), misal radang pada persendian tulang (arthritis), tukak
lambung (ulcer), kurang darah (anemia) dan penyakit diabetes). Underwood
(pengaruh-pengaruh evolusi manusia serta jenis penyakit yang berbeda-beda pada
berbagai populasi yang terkena sebagai akibat dari faktor-faktorbudaya, misal:
migrasi, kolonisasi dan meluasnya urbanisasi). Fiennes (penyakit yang ditemukan
dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang khusus dari suatu cara hidup
yang beradab, dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbulnya dan
berkembangnya pemukiman penduduk yang padat).
Kedokteran forensik, (suatu bidang mengenai masalah-masalah
kedokteranhukum yang mencakup identifikasi misal: umur, jenis kelamin, dan
peninggalan ras manusia yang didugamati karena unsur kejahatan serta masalah
penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe darah, bila terjadi keraguan
mengenai siapa yang menjadi bapaknya). Dalam usaha pencegahan penyakit (
penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok penduduk yang memiliki risiko
tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit (sickle-cell) dan
pembawa penyakit kuning (hepatitis). Para ahli ini telah memanfaatkan pengetahuan
mereka mengenaivariasi manusia untuk membantu dalam bidang teknik
biomedikal(biomedical engineering). Ukuran, norma-norma dan standar yang berasal
dari sejumlah studi antropologi, digunakan dalam bidang-bidang kedokteran
anak serta kedokteran gigi, juga dalam berbagai survei tentangtingkatan
gizi serta etiologi penyakit dalam populasi yang berbeda-beda maupun dalam suatu
populasi.

Cabang dari etnobotani atau antropologi kesehatan yang mempelajari pengobatan


tradisional, tidak hanya yang berhubungan dengan sumber-sumber tertulis (contohnya
pengobatan tradisional cina) tetapi terutama pengetahuan dan praktek yang secara oral
diturunkan selama beberapa abad disebut dengan Etnomedisin. Dalam ilmu
pengetahuan, etnomedisin pada umumnya ditandai dengan pendekatan antropologi
yang kuat atau pendekatan biomedikal yang kuat, terutama dalam program penemuan
obat.

Kepercayaan dan praktek-praktek yang berkenaan dengan penyakit, yang merupakan


hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan yang eksplisit tidak berasal dari
kerangka kedokteran modern, merupakan urutan langsung dari kerangka konseptual
ahli-ahli antropologi mengenai sistem medis non-barat. Rivers, (Medicine, Magic, and
Religion). Sistem pengobatan asli adalah pranata-pranata sosial yang harus dipelajari
dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata-pranata sosial umumnya, dan
bahwa praktek-praktek pengobatan asli adalahrasional bila dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab-akibat. Setelah antropologi kesehatan
berkembang, terutama dalam bidang-bidang yang luas, konsep kesehatan
internasional dan psikiatri lintas budaya (psikiatri transkultural), kepentingan
pengetahuan praktis maupun teoritis mengenai sistem pengobatan non-Barat semakin
tampak. Pengakuan tersebut telah memperbaharui perhatian dalam penelitian
etnomedicine, dan mengangkatnya sebagai salah satu pokok penting dalam
antropologi kesehatan. Sejak pertengahan tahun 1930-an, para ahli antropologi,
psikiater dan ahli ilmu tingkah laku lainnya mulai mempertanyakan tentang
kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat dan lingkungan sosial budaya di mana
tingkah laku itu terjadi.

Pada WHO, Petugas-petugas kesehatan yang bekerja di lingkungan yang bersifat


lintas budaya, lebih cepat menemukan masalah daripada mereka yang bekerja dalam
kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka yang terlibat dalam klinik pengobatan
melihat bahwa kesehatan dan penyakit bukan merupakan gejala biologik saja,
melainkan juga gejala sosial-budaya. Kebutuhan kesehatan di negara berkembang
tidaklah dapat dipenuhi dengan sekedar memindahkan pelayanan kesehatan dari
negara-negara industri. Kumpulan data pokok mengenai kepercayaan dan praktek
pengobatan primitif dan petani yang telah diperoleh ahli antropologi kebudayaan pada
tahun-tahun sebelumnya, informasi mengenai nilai-nilai budaya dan bentuk-bentuk
sosial, serta pengetahuan mereka mengenai dinamika stabilitas sosial dan perubahan,
telah memberikan kunci yang dibutuhkan bagi masalah-masalah yang dijumpai dalam
program-program kesehatan masyarakat awal tersebut.

Para ahli antropologi dapat menjelaskan pada petugas kesehatan mengenai bagaimana
kepercayaan tradisional serta prakteknya bertentangan dengan asumsi pengobatan
Barat, bagaimana faktor sosial mempengaruhi keputusan perawatan kesehatan, dan
bagaimana kesehatan dan penyakit semata-mata merupakan aspek dari keseluruhan
pola kebudayaan, yang berubah bila ada perubahan sosial budayanya yang mencakup
banyak hal.

Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengkombinasikan dalam satu disiplin


ilmu pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam menstudi
manusia, dalam proses perkembanganya merupakan perpaduan antara aspek biologi
dan aspek sosio-budaya.

Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu disiplin


biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan dengan
perilaku manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga
berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit. Selain itu Mc Elroy dan Townsend juga
mendefinisikan antropologi kesehatan merupakan studi bagaimana faktor-faktor sosial
dan lingkungan mempengaruhi kesehatan dan mengetahui tentang cara-cara alternatif
untuk mengerti dan merawat penyakit.

Definisi kerja secara singkat bahwa antropologi kesehatan adalah istilah yang dipakai
oleh ahli-ahli antropologi yang mendeskripsikan: Secara luas dan interprestasi
mengenai hubungan bio-budaya, antara perilaku manusia di masa lalu dan di masa
kini, dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada
penggunaan praktis dan pengetahuan tersebut. Partisipasi profesional dalam program-
program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang
mendalam mengenai hubungan antara gejala biososiobudaya dan kesehatan, dan
melalui perubahan perilaku sehat dalam arah yang dipercaya dapat memperbaiki
kesehatan dalam arah yang lebih baik.

Menurut foster dan Anderson lapangan kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi
dua: Kutub biologis, perhatinya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia,
peranan penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan
lingkungan alam, dan pola penyakit di kalangan manusia purba. Kutub sosio-budaya
perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup aspek-aspek etiologis,
terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan praktisi medis tradisional,
masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku kesehatan, peranan pasien, perilaku
sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah inovasi kesehatan.
Menurut Foster dan Anderson ada empat hal utama yang dapat disumbangkan oleh
antropologi terhadap ilmu kesehatan yaitu: Perspektif Antropologi. Terdapat dua
konsep dalam perspektif antropologi bagi ilmu kesehatan (a) Pendekatan Holistik,
pendekatan ini memahami gejala sebagai suatu sistem. Pendekatan ini dimana suatu
pranata tidak dapat dipelajari sendiri-sendiri lepas dari hubungannya dengan pranata
lain dalam keseluruhan sistem. (b) Relativisme Budaya, Standar penilaian budaya itu
relative, suatu aktivitas budaya yang oleh pendukungnya dinilai baik, pantas dilakukan
mungkin saja nilainya tidak baik dan tidak pantas bagi masyarakat lainnya.
Perubahan: Proses dan Persepsi (Perubahan Terencana) Suatu perubahan terencana
akan berhasil apabila perencanan program bertolak dari konsep budaya. Bertolak dari
itu, perencanaan program pembaharuan kesehatan dalam upaya mengubah perilaku
kesehatan tidak hanya memfokuskan diri pada hal yang tampak, tetapi seharusnya
pada aspek psiko-budaya. Metodologi Penelitian, Ahli antropologi menawarkan suatu
metose penelitian yang longgar tetapi efektif untuk menggali serangkaian masalah
teoretik dan praktis yang dihadapi dalam berbagai program kesehatan. Premis atau
asumsi atau dalil yang mendasari atau dijadikan pedoman individu atau kelompok
dalam memilih alternatif tindakan. Premis-premis tersebut memainkan peranan dalam
menentukan tindakan individu dan kelompok.

Anthropologi berkaitan dengan kebudayaan dan biologi, dimana keduanya sama-sama


meneliti berbagai obyek fisik kebudayaan yang tercipta baik di masa sekarang
maupun di masa lampau sebagai sebuah sarana pemahaman nilai-nilai budaya.
Sejumlah sub bidang terletak multi bidang (interface) dalam berbagi divisi di atas,
sebagai contoh medical anthropology sering dipandang sebagai sub bidang
anthropologi social budaya ; namun banyak anthropolog yang mempelajari topic
kesehatan sering harus mengambil materi keragaman biologis disamping harus
memperhatikan berbagai interaksi antara budaya dan biologi.

Biocultural anthropology adalah sebuah sub bidang yang digunakan untuk


mendeskripsikan sintesa antara perspektif cultural dan biologi. Masalah kesehatan
merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai masalah
lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, social budaya,
perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat
yang disebut sebagai psycho socio somatic health well being , merupakan resultante
dari 4 faktor (3) yaitu : Environment atau lingkungan; Behaviour atau perilaku, Antara
yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological balance; Heredity atau
keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya;
Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif,
kuratif, dan rehabilitative Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku
merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi
rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -
faktor seperti kelas social, perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman
kesehatan yang sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variable-
variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.Misalnya
dalam bidang biologi, antropologi kesehatan menggambarkan teknik dan penemuan
ilmu-ilmu kedokteran dan variasinya, termasuk mikrobiologi, biokimia, genetik,
parasitologi, patologi, nutrisi, dan epidemiologi. Hal ini memungkinkan untuk
menghubungkan antara perubahan biologi yang didapatkan dengan menggunakan
teknik tersebut terhadap faktor-faktor sosial dan budaya di masyarakat tertentu.
Contoh : penyakit keturunan albinism di suatu daerah di Nusa Tenggara Timur
ditransmisikan melalui gen resesif karena pernikahan diantara anggota keluarga.

Antropologi mempunyai pandangan tentang pentingnya pendekatan budaya. Budaya


merupakan pedoman individual sebagai anggota masyarakat dan bagaimana cara
memandang dunia, bagaimana mengungkapkan emosionalnya, dan bagaimana
berhubungan dengan orang lain, kekuatan supernatural atau Tuhan serta lingkungan
alamnya. Budaya itu sendiri diturunkan dari suatu generasi ke generasi selanjutnya
dengan cara menggunakan simbol, bahasa, seni, dan ritual yang dilakukan dalam
perwujudn kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, hal-hal tersebut tentunya akan
mempengaruhi status kesehatan masyarakat dan pola pelayanan kesehatan yang ada di
masyarakat.

Secara umum, antropologi kesehatan senantiasa memberikan sumbangan pada ilmu


kesehatan lain sebagai berikut : Memberikan suatu cara untuk memandang masyarakat
secara keseluruhan termasuk individunya. Memberikan suatu model yang secara
operasional berguna untuk menguraikan proses sosial budaya bidang kesehatan.
Sumbangan terhadap metode penelitian dan hasil penelitian.

Contoh kasus pada kesehatan masyarakat berdasarkan Antropologi Kesehatan :

Salah satu perilaku yang berakar pada sosial budaya dan berhubungan dengan
kesehatan adalah perilaku menyirih. Tradisi mengunyah sirih merupakan warisan
budaya silam, lebih dari 3.000 tahun yang lampau pada zaman neolitik. Diperkirakan
sekitar 200 juta orang di dunia mengkonsumsi sirih dan kebiasaan ini sekarang
tersebar luas di Asia Tenggara dan Asia Selatan (Natamiharja, 2002). Studi ini
meneliti mengenai perilaku menyirih di wilayah Sumatera Utara yaitu pada suku
Karo. Perilaku menyirih sangat sulit untuk dihilangkan karena dahulu perilaku ini
berhubungan dengan adat-istiadat yaitu pada acara pertunangan dan pernikahan.
Perilaku menyirih juga sangat erat hubungannya dengan kepercayaan suku Karo.
Perilaku menyirih pada masyarakat Karo sudah ada sejak zaman dahulu. Sirih
digunakan bila seseorang jatuh sakit atau lemah badannya, meninggal dunia untuk
meramal, untuk penghormatan, pada acara merdang, pada upacara berkeramas, untuk
mengusir roh, pada upacara ngkuruk emas (mengambil emas), dan upacara muat
kertah (mengamnil kertah). Kepercayaan bahwa mengunyah sirih dapat menghindari
penyakit mulut seperti mengobati gigi yang sakit dan nafas yang tak sedap
kemungkinan telah mendarah daging di antara para penggunanya. Padahal efek
negatif menyirih dapat mengakibatkan penyakit periodontal, adanya lesi-lesi pada
mukosa mulut, sepertisub mucous fibrosis, oralpremalignant, bahkan dapat
mengakibatkan kanker mulut.
Daftar Pustaka

Achmad Fedyani Saifuddin, P. (2006). Antropolodi Kontemporer. Jakarta: Kencana.


Bungin, B. (2008). Penelitiem Kualitatif. Jakarta: Kencana.
Marjali, A. (2005). Antropologi dan Pembangunan Indonesia. Jakarta: Kencana.
Supardan, D. (2009). Pengantar Ilmu Sosial. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai