Proses pengolahan air limbah di IPAL Mojosongo meliputi beberapa tahap antara
lain:
1. Pengaliran Dari Bak Penampung
Air limbah rumah tangga yang berasal dari Perumnas Mojosongo, Nusukan,
Kadipiro dan Mojosongo non Perumnas akan ditampung terlebih dahulu di bak
penampung dan dipompa ke pengolahan. Pemompaan dilakukan karena kontur
tanah menuju ke IPAL lebih tinggi dari daerah pelayanan.
34
35
Air limbah yang terjun dari V notch memasuki ruang pengendapan, maka pada
ruang ini pasir yang terbawa aliran diharapkan mengendap. Sedangkan sampah
terapung dan bisa ditahan oleh penyekat yang kemudian diambil secara manual
setiap satu minggu sekali kemudian dibuang ke tempat sampah. Air limbah yang
melewati penyekat menuju pipa outlet dan masuk ke bak aerasi, hasil endapan dari
bak ini perlu dikuras setiap 3 bulan sekali.
4. Bak Aerasi 1
Dari bak pengendap awal air buangan secara gravitasi akan mengalir menuju bak
aerasi I, pada bak ini aerator dihidupkan untuk menambah oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik. Air limbah yang
masuk pada bak aerasi I perlu dibiarkan selama 1 sampai dengan 2 minggu untuk
dapat mengembangbiakkan mikroorganisme dan untuk percepatan perlu dilakukan
36
seeding dengan cara memasukkan lumpur aktif dari tangki septik ke dalam bak
aerasi.
5. Bak Aerasi II
Dari bak aerasi I air akan mengalir secara gravitasi ke aerasi II dan di sini aerator
juga harus dihidupkan untuk menambah oksigen. Lumpur yang mengendap di dua
aerasi tersebut diproses dengan cara memompa lumpur tersebut ke bak pengering
(sludge drying bed).
37
Untuk itu perlu dilakukan pengurasan secara periodik, untuk pengurasan lumpur
disediakan pompa lumpur dilengkapi dengan pontoon serta pipa fleksibel untuk
hisap maupun tekan.
Hasil rata-rata pengujian fisika dan kimia IPAL Mojosongo yang dilakukan oleh
laboratorium Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Surakarta di tahun 2015
dengan membandingkan parameter menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik dapat dapat dilihat
pada Tabel 4.1.
39
Dari data pengujian fisika dan kimia dengan membandingkan Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 dapat dibuat diagram. Diagram
Perbandingan parameter dengan baku mutu air limbah dapat dilihat pada Gambar
4.8.
100 100
100
80
56.67 Baku mutu air
60 limbah
jumlah
1. Parameter Fisika:
a. TSS (Total Suspended Solid)
Kandungan lumpur yang ada di kolam pengolahan dipengaruhi oleh nilai TSS dari
limbah cair yang masuk dalam kolam pengolahan. Semakin tinggi nilai TSS
semakin besar kandungan lumpurnya. Dari hasil uji laboratorium yang dilakukan
oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) kota Surakarta diperoleh hasil
bahwa sampel air di inlet 111,9 mg/L dan 9,53 mg/L di outlet. Berdasarkan syarat
maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5
tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/L sehingga
memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu
Sungai Kali Anyar.
2. Parameter Kimia:
a. pH
Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium didapatkan hasil bahwa sampel air di
inlet mempunyai pH 7,7 dan 8,05 di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang
dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu antara 6,9-9, sehingga memenuhi
persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali
Anyar.
b. BOD5
Berdasarkan hasil penelitian, BOD5 (Biologycal Oxygen Demand) inlet 197,5 mg/L
dan outlet 56,67 mg/L hal ini menunjukkan zat organik yang terdapat dalam air
limbah cair dapat teroksidasi dan terurai dengan suhu 26,85 °C. Berdasarkan syarat
maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5
tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100 mg/L sehingga
memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu
Sungai Kali Anyar.
3. Perhitungan Efisiensi
Nilai efisiensi pengolahan COD, BOD5 dan TSS IPAL Mojosongo dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagi berikut:
41
E = × 100%
Dengan:
` E = Efisiensi (%)
C = Konsentrasi efluen (mg/l)
Co = Konsentrasi influen (mg/l)
Perhitungan:
a. Efisiensi COD
E = × 100%
= × 100%
= 60,7 %
b. Efisiensi BOD5
E = × 100%
= × 100%
= 71,3 %
c. Efisiensi TSS
E = × 100%
= × 100%
= 91,5 %
Nilai efisiensi dari perhitungan data yang diperoleh, efisiensi pengolahan COD
adalah 60,7 % dan untuk BOD5 adalah 71,3 %. Sedangkan nilai untuk TSS adalah
91,5 %, lebih dari 50 % karena untuk kolam pengolahan merupakan pengolahan
lanjutan dari pengolahan pendahuluan sehingga menunjukkan bahwa sistem
pengolahan dan pengendapan lumpur juga berlangsung baik. Efisiensi diatas 50%
menunjukkan bahwa sistem pengolahan telah berlangsung dengan baik.
42
2. Bak Aerasi I
Dari bak pengendap awal air buangan secara gravitasi akan mengalir menuju bak
aerasi I, pada bak ini aerator dihidupkan untuk menambah oksigen yang
diperlukan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik. Air limbah yang
masuk pada aerasi I perlu dibiarkan selama 1 sampai dengan 2 minggu untuk
dapat mengembangbiakkan mikroorganisme. Bak aerasi I dilengkapi dengan 2
buah aerator. Bak aerasi I dapat dilihat pada Gambar 4.10 di bawah ini:
3. Bak Aerasi II
Dari bak aerasi I air akan mengalir secara gravitasi pula ke bak aerasi II dan disini
aerator juga harus dihidupkan untuk menambah oksigen. Lumpur yang
mengendap di bak aerasi akan diproses dengan cara memompa lumpur tersebut ke
bak pengering (sludge drying bed). Untuk itu perlu dilakukan pengurasan secara
periodik, untuk pengurasan lumpur disediakan pompa lumpur dilengkapi dengan
pontoon serta pipa fleksibel untuk hisap maupun tekan. Bak aerasi II dapat dilihat
pada Gambar 4.11.
44
4. Bak Sedimentasi
Air buangan dari bak aerasi II secara gravitasi akan mengalir ke bak sedimentasi.
Air limbah yang telah diaerasi pada bak aerasi I dan bak aerasi II sebagian besar
partikel-partikelnya akan mengendap di dalam bak sedimentasi ini, dari bak ini air
limbah sudah bisa dibuang ke badan air penerima, kadar BOD sudah mulai turun.
Bak sedimentasi dapat dilihat pada Gambar 4.12.
Dari data jumlah pelanggan IPAL Mojosongo, dapat dilihat diagram pertumbuhan
penduduk pada Gambar 4.13.
140000 137981
133632
Jumlah Penduduk 135000 133456
130000 126379
123559
125000 120846
119726
120000 jumlah
115000 penduduk
110000
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
Data jumlah pelanggan IPAL Mojosongo pada setiap kelurahan dapat dilihat pada
Tabel 4.3, dengan jumlah total pada tahun 2015 yaitu 5.425 SR.
Tabel 4.3 Pelanggan SR IPAL Mojosongo
Tahun
Nama Kelurahan
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Mojosongo 422 431 433 433 456 459 537 681 682
Nusukan 682 692 702 706 712 714 881 1123 1128
Kadipiro 123 123 124 126 127 128 322 363 365
Perumnas
3247 3248 3248 3249 3249 3249 3249 3249 3250
Mojosongo
Jumlah 4474 4494 4507 4514 4544 4550 4989 5416 5425
Sumber: PDAM Kota Surakarta
3000
Series1
2000
1000
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Tahun
r =
r =
r = 2,2 % = 0,02
Rata-rata pertambahan jumlah pelanggan dari tahun 2007-2015 adalah:
Ka = (Pa – P1) / (Tn - To)
Ka = (5425 - 4474) / (2015 – 2007)
Ka = 118,87 119
1. Metode Aritmatika
a. Prediksi jumlah pelanggan 10 tahun (2025)
P2025 = Po + Ka (Tn − To)
P2025 = 5425+ 119 (2025 – 2015)
P2025 = 5425 + 119 (10)
P2025 = 6615 SR
2. Metode Geometrik
a. Prediksi jumlah pelanggan 10 tahun (2025)
Pn = Po × ( 1 + r )n
P2025 = 5425 × (1 + 0,02)10
P2025 = 6613 SR
40 liter/detik =
t =
t (jam)
Debit
No Jenis Bak Volume
(liter/detik)
Jam
Hari
2 40 Aerasi I
4322500 30,02 1,3
3 40 Aerasi II
4105500 28,51 1,2
Dari data perhitungan waktu tinggal, dapat diplotkan menjadi grafik. Grafik waktu
tinggal pada IPAL Mojosongo dapat dilihat pada Gambar 4.15.
52
45 Bak
40 Bak Aerasi I
Pengendap
35 awal
Debit(liter/detik)
30
25
20
15
10
5
0
30.02 28.51
Waktu Tinggal (jam)
Dari hasil perhitungan diketahui waktu tinggal sebesar (28-30) jam. Dilihat dari
hasil waktu tinggal, IPAL Mojosongo lebih mengacu pada proses pengolahan air
limbah secara biologi pada kondisi aerobik. IPAL Mojosongo tidak mampu
melayani masyarAkat Mojosongo untuk 20 tahun kedepan. Salah satu cara agar
IPAL Mojosongo mampu melayani masyarakat adalah dengan memperpendek
waktu tinggal pada proses pengolahan.
152
Aerasi I
150
Debit (liter/detik) 148
146
144
Debit (liter/detik)
142 Aerasi II
140
138
8.00 8.00
Waktu tinggal
71
Aerasi II
71
Debit (liter/detik)
71
71
Aerasi I
Debit (liter/detik)
71
70
70
17.00 16.00
Waktu tinggal
4.4 Pembahasan
4.4.1 Kinerja Instalasi Pengolahan Air Limbah
Dari data laboratorium yang diperoleh nilai TSS pada sampel air di inlet 111,9
mg/L dan 9,53 mg/L di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air
Limbah Domestik yaitu 100 mg/L sehingga memenuhi persyaratan dan layak
untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali Anyar.
Dari data laboratorium yang diperoleh nilai pH hasil bahwa sampel air di inlet
mempunyai pH 7,7 dan 8,05 di outlet. Berdasarkan syarat maksimum yang
dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang
Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu antara 6,9-9 sehingga memenuhi
persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air penerima yaitu Sungai Kali
Anyar.
Dari data laboratorium yang diperoleh nilai BOD5 (Biologycal Oxygen Demand)
di inlet 197,5 mg/L dan outlet 56,67 mg/L hal ini menunjukkan zat organik yang
terdapat dalam air limbah cair dapat teroksidasi dan terurai dengan suhu 26,85 °C.
Berdasarkan syarat maksimum yang dijinkan oleh Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup nomor 5 tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu 100
mg/L sehingga memenuhi persyaratan dan layak untuk di buang ke badan air
penerima yaitu Sungai Kali Anyar.
Nilai efisiensi dari perhitungan data yang diperoleh, efisiensi pengolahan COD
adalah 60,7 % dan untuk BOD5 adalah 71,3 %. Sedangkan nilai untuk TSS adalah
91,5 %, lebih dari 50 % karena untuk kolam pengolahan merupakan pengolahan
lanjutan dari pengolahan pendahuluan sehingga menunjukkan bahwa sistem
pengolahan dan pengendapan lumpur juga berlangsung baik. Efisiensi diatas 60%
menunjukkan bahwa sistem pengolahan telah berlangsung dengan baik.
55