Anda di halaman 1dari 67

EPIDEMIOLOGI

KEBIDANAN

Edisi 2

Johan Harlan

PENERBIT GUNADARMA ■ JAKARTA


2008
EPIDEMIOLOGI KEBIDANAN, Edisi 2

Penulis : Johan Harlan


Perwajahan sampul : Joko Slameto
ISBN : 979-1223-02-5

Diterbitkan oleh Penerbit Gunadarma


© Hak cipta dilindungi undang-undang
Jakarta 2008
KATA PENGANTAR
Buku ajar ‘Epidemiologi Kebidanan’ ini disusun terutama bagi
mahasiswa Program Studi Diploma III Kebidanan, sebagai materi
perkuliahan satu semester dengan bobot 2 SKS. Penyusunan isinya sedapat
mungkin telah disesuaikan dengan GBPP mata kuliah Epidemiologi untuk
Program Studi Diploma III Kebidanan yang diberlakukan oleh Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Sesuai dengan jenjang akademik mahasiswa yang menerima
perkuliahan, isi buku ini terutama ditekankan pada pembahasan mengenai
Epidemiologi Deskriptif, sedangkan pembahasan tentang Epidemiologi
Analitik hanya diberikan secara sepintas dengan mengutamakan pengenalan
dasar-dasarnya. Contoh-contoh data nyata dalam buku ini kebanyakan masih
diambil dari luar Indonesia, karena Epidemiologi merupakan ilmu yang
masih relatif muda di Indonesia, sehingga data yang ada dan telah terkumpul
di Indonesia pun masih jauh dari lengkap.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasihnya
kepada semua pihak yang membantu penyelesaian buku ini. Saran, kritik,
dan koreksi dari pembaca sangat diharapkan bagi perbaikan pada edisi
selanjutnya.

Johan Harlan

v
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR …………………………………................... v
DAFTAR ISI …………………………………………….................. vi
DAFTAR TABEL ……………………………………….................. viii
DAFTAR DIAGRAM …………………………………................... x
BAB 1 PENDAHULUAN
Definisi Epidemiologi ………………………………................... 1
Ruang Lingkup ……………………………………….................. 2
Studi Epidemiologi ………………………………….................... 3
Wabah dan KLB …………………………………….................... 6
Latihan 1 ………………………………………………….................. 8
Lampiran 1.1 Sejarah Epidemiologi ………………..................... 12
Lampiran 1.2 Transisi Demografi dan Transisi Epidemiologi ..... 16
Lampiran 1.3 Kesintasan Populasi: Perbandingan Dua Populasi . 21
BAB 2 KONSEP DASAR TIMBULNYA PENYAKIT
Segitiga Epidemiologi ………………………………................... 22
Inferensi Kausal ……………………………………..................... 24
Konsep Timbulnya Penyakit dalam Pandangan Epidemiologi
Modern ……………………………........................................... 25
Latihan 2 ………………………………………………….................. 28
Lampiran 2.1 Model Epidemiologi pada Trauma …..................... 32
Lampiran 2.2 Inferensi Kausal …………….................................. 35
BAB 3 EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
Definisi ……………………………………………….................. 37
Karakteristik Orang …………………………………................... 37
Karakteristik Tempat ………………………………..................... 46
Karakteristik Waktu ………………………………….................. 48
Latihan 3 ………………………………………………….................. 52
BAB 4 EPIDEMIOLOGI DALAM LAYANAN KEBIDANAN
Pengertian, Tujuan, dan Manfaat …………………… 56
Terjadinya Masalah Kesehatan dalam Pelayanan
Kebidanan ………………………………………… 59
Faktor-faktor Risiko dalam Pelayanan Kebidanan ….. 60
Ukuran Epidemiologi ……………………………….. 61
Surveilans epidemiologi …………………………… 68
Latihan 4 ….……………………………………………... 72
Lampiran 4.1 Kualitas Layanan Kebidanan di Asia
Tenggara …………………………… 83

vi
Lampiran 4.2 Indikator Indonesia Sehat 2010 ………. 85
Lampiran 4.3 Rancangan Studi Epidemiologi ………. 88
BAB 5 WABAH
Pengertian Wabah …………………………………... 95
Bentuk Wabah ………………………………………. 97
Penanggulangan Wabah …………………………….. 98
Karantina ……………………………………………. 100
Latihan 5 ………………………………………………… 102
Lampiran 5.1 Peraturan Kesehatan Internasional …… 107
Lampiran 5.2 Langkah-langkah pada Penyelidikan
Wabah ………………………………... 109
Lampiran 5.3 Modus Transmisi ……………………... 112
BAB 6 SKRINING
Pengertian Skrining …………………………………. 114
Tujuan Skrining ……………………………………... 114
Cara Melakukan Skrining …………………………… 115
Efek Skrining ………………………………………... 116
Uji Diagnostik ………………………………………. 118
Uji Ganda …………………………………………… 123
Latihan 6 ………………………………………………… 127
BAB 7 PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan Morbiditas dan Mortalitas ………………. 135
Penyajian Data Survei/Penyelidikan Epidemiologi … 136
Pelaporan Hasil Survei/Penyelidikan Epidemiologi ... 140
Latihan 7 ………………………………………………… 144
Lampiran 7.1 Perujukan …………………………….. 147
Lampiran 7.2 Sistem Referensi Harvard ……………. 149
KEPUSTAKAAN ……………………………………… 159

vii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas 2


Tabel 1.2 Pajanan dan penyakit yang berskala dikotomi dalam
studi epidemiologi ...................................................... 5
Tabel 1.3 Kebiasaan mencuci tangan dan kejadian diare ............ 5
Tabel II.1 Perbandingan ketiga tipe studi Epidemiologi............... 35
Tabel 3.1 Contoh data penderita tuberkulosis paru dan jumlah
penduduk menurut kelompok usia .............................. 38
Tabel 3.2 Contoh tingkat mortalitas menurut jenis kelamin dan
kelompok usia ............................................................. 41
Tabel 4.1 Jumlah penduduk, jumlah wanita usia subur, dan
jumlah bayi di Indonesia 1980-2005 ........................... 57
Tabel 4.2 Ukuran frekuensi untuk fertilitas, morbiditas, dan
mortalitas ..................................................................... 67
Tabel 4.3 Jumlah bulanan kasus penyakit campak yang dirawat
di sembilan rumah sakit di propinsi Bali, 1981-1984 . 70
Tabel IV.1 Angka kematian neonatal dan angka kematian ibu di
beberapa wilayah Asia ................................................ 83
Tabel IV.2 Cakupan layanan ante-natal di beberapa wilayah Asia 84
Tabel IV.3 Indikator kesehatan yang terkait dengan layanan
kebidanan dan target yang hendak dicapai menuju
‘Indonesia Sehat 2010’ ................................................ 85
Tabel IV.4 Paparan umum hasil studi cross-sectional …………... 88
Tabel IV.5 Paparan umum hasil studi kohort …………………… 90
Tabel IV.6 Paparan umum hasil studi kasus-kontrol ……………. 91
Tabel IV.7 Hasil studi kohort hubungan kegiatan fisik dengan
kejadian penyakit influenza ......................................... 92
Tabel IV.8 Hasil studi kasus-kontrol hubungan kadar kolesterol
serum dengan kejadian penyakit jantung koroner ....... 93
Tabel IV.9 Hasil studi cross-sectional hubungan kebiasaan
merokok dengan kasus bronkitis kronis ...................... 93
Tabel 5.1 Penyakit-penyakit tertentu yang dapat menimbulkan
wabah ……………………………………………… 96
Tabel 6.1 Hubungan antara hasil uji diagnostik dengan kejadian 118
penyakit .......................................................................
Tabel 6.2 Karakteristik dan definisi pada uji diagnostik ............. 119
Tabel 6.3 Akurasi diagnostik klinik faringitis streptokokus
dibandingkan dengan hasil kultur tenggorok .............. 121

viii
Tabel 6.4 Hasil pemeriksaan kreatin kinase pada penderita di
rumah sakit .................................................................. 122
Tabel 6.5 Nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, rasio
likelihood positif, dan rasio likelihood negatif untuk
pemeriksaan kreatin kinase sebagai uji diagnostik
bagi miokard infark ..................................................... 123
Tabel 6.6 Efek pengujian paralel dan serial terhadap
sensitivitas, spesifisitas, dan nilai prediksi uji ganda .. 124
Tabel 7.1 Contoh petikan pengkodean dan klasifikasi penyakit
dengan ICD-10 ............................................................ 136
Tabel 7.2 Distribusi frekuensi hipotetis hasil tes keterampilan
manual ………………………………………………. 137
Tabel 7.3 Penyebab utama kematian ibu hamil ........................... 140
Tabel VII.1 Beberapa sistem referensi penulis-waktu..................... 147
Tabel VII.2 Beberapa sistem referensi numerik.............................. 148
Tabel VII.3 Beberapa contoh format untuk buku............................ 152
Tabel VII.4 Beberapa contoh format untuk artikel jurnal................ 154
Tabel VII.5 Beberapa contoh format untuk publikasi elektronik.... 156
Tabel VII.6 Beberapa contoh format untuk publikasi khusus......... 157

ix
DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1.1 Ruang lingkup epidemiologi klinik …………… 3


Diagram 1.2 Spektrum penyakit …………………………......... 4
Diagram 1.3 Polusi atmosfer dan jumlah kematian per hari,
London, 1952 ………………................................ 7
Diagram 2.1 Segitiga epidemiologi: pejamu, agen, dan
lingkungan ............................................................. 22
Diagram 2.2 Kausa cukup dan kausa perlu …….…………....... 25
Diagram 2.3 Konsep timbulnya penyakit menurut pandangan
Epidemiologi Modern …....................................... 25
Diagram 2.4 Dua model hipotetis karsinogenesis ….................. 26
Diagram 2.5 Penyebab tuberkulosis paru ……………............... 27
Gambar II.1 Model Epidemiologi yang diterapkan pada
trauma .................................................................... 28
Gambar II.2 Matriks Haddon...................................................... 29
Gambar II.3 Matriks Haddon untuk trauma kecelakaan
kendaraan bermotor................................................ 30
Gambar II.4 Matriks Haddon untuk pengeboman oleh teroris... 30
Diagram 3.1 Jumlah kasus dan tingkat morbiditas kanker
rektum menurut usia dan jenis kelamin di 10 area
metropolitan, Amerika Serikat, 1947 …................ 39
Diagram 3.2 Kasus penyakit Hodgkin menurut kelompok usia;
Brooklyn, ras putih, 1943-1952 ............................. 40
Diagram 3.3 Angka mortalitas tahunan khas-usia kanker
payudara di beberapa negara, sekitar tahun 1965 . 41
Diagram 3.4 Tingkat kematian bunuh diri menurut usia dan
jenis kelamin, Jepang dan ras putih Amerika
Serikat, 1954-1956 …............................................ 43
Diagram 3.5 Tingkat morbiditas penderita yang dirawat di RS
Jiwa per 100,000 populasi menurut usia, jenis
kelamin, dan status perkawinan, Amerika Serikat, 45
1950 .......................................................................
Diagram 3.6 Trend mortalitas dokter pria yang dibandingkan
dengan angka nasional pada usia yang sama
untuk kanker paru dan kanker lainnya, Inggris,
1951-1971 ………………...................................... 46
Diagram 3.7 Rerata hari istirahat di tempat tidur per orang per
tahun, menurut jenis kelamin dan penghasilan
keluarga, Amerika Serikat, 1965-1966 …….….... 47

x
Diagram 3.8 Peta jalan di area Golden Square, London, 1854 .. 48
Diagram 3.9 Distribusi kasus limfoma Burkitt yang ditemukan
di Afrika, 1962 ………………………………...... 49
Diagram 3.10 Jumlah kematian per minggu di 122 kota,
Amerika Serikat, 1968-1969 ………………......... 50
Diagram 3.11 Tingkat kematian tahunan beberapa jenis kanker
pada pria berusia 50-74, Inggris dan Wales, 1911-
1965 ……............................................................... 51
Diagram 3.12 Persentase kasus demam berdarah menurut
kelompok usia di Indonesia, 1993-2004 ………... 52
Diagram 4.1 Distribusi awitan gejala gangguan jiwa yang
berkaitan dengan kehamilan dan masa nifas ......... 58
Diagram 4.2 Tingkat kematian fetus menurut urutan kelahiran
pada berbagai kelompok usia ibu, Amerika
Serikat, 1963 …...................................................... 59
Diagram 4.3 Jumlah kasus sindroma Down per 1000 kelahiran
menurut kelompok usia ibu, Massachusetts, 1954-
1965 ....................................................................... 60
Diagram 4.4 Kasus insidens dan kasus prevalen …………….... 63
Diagram 4.5 Pengukuran frekuensi penyakit ............................. 63
Diagram 4.6 Person-time pada kelompok beranggotakan
delapan orang yang diamati selama enam tahun ... 65
Diagram 4.7 Jumlah kasus campak di sembilan rumah sakit di
propinsi Bali, 1981-1984 ……............................... 72
Diagram IV.1 Rancangan studi cross-sectional ............................ 79
Diagram IV.2 Rancangan studi kohort ………………………..... 80
Diagram IV.3 Rancangan studi kasus kontrol ……….................. 81
Diagram 5.1 Wabah kolera pada area Golden Square, London,
Agustus-September 1854 ……………………...... 98
Diagram 5.2 Penjalaran wabah oleh transmisi agen melalui
kontak antar individu ………………………......... 100
Diagram 6.1 Tingkatan prevensi penyakit …………………..... 116
Diagram 6.2 Fase subklinis kasus hipotetis karsinoma kolon … 118
Diagram 6.3 Ilustrasi aspek riwayat alamiah penyakit ……….. 119
Diagram 6.4 Uji serial dan parallel ………………………........ 126
Diagram 6.5 Uji diagnosis tunggal penyakit sifilis dengan
pemeriksaan TPHA …………………………....... 128
Diagram 6.6 Uji diagnosis ganda penyakit sifilis secara serial
dengan pemeriksaan VDRL dan TPHA ……….... 129
Diagram 7.1 Contoh diagram data hipotetis hasil tes
keterampilan manual ………………………......... 141

xi
Diagram 7.2 Kematian ibu hamil di Sri Lanka, 1940-1985:
Jumlah kematian ibu hamil per 100,000 kelahiran
hidup …….............................................................. 141
Diagram 7.3 Contoh peta statistik bergaris ………………….... 142
Diagram 7.4 Penyebab kematian utama kematian ibu hamil ..... 143

xii
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

BAB 1
PENDAHULUAN
 Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang distribusi
penyakit dan determinannya pada manusia (MacMahon & Pugh, 1970).
Distribusi penyakit dapat dideskripsikan menurut faktor orang (usia, jenis
kelamin, ras), tempat (penyebaran geografis), dan waktu, sedangkan
pengkajian determinan penyakit mencakup penjelasan pola distribusi
penyakit tersebut menurut faktor-faktor penyebab-nya.
Istilah epidemiologi berasal dari kata 'epi' (atas), 'demos' (rakyat;
penduduk), dan 'logos' (ilmu), sehingga epidemiologi dapat diartikan sebagai
'ilmu yang mempelajari tentang hal-hal yang terjadi/menimpa penduduk'.
Epidemiologi tidak terbatas hanya mempelajari tentang epidemi (wabah).
Menurut sejarah perkembangan, epidemiologi dibedakan atas:
1. Epidemiologi klasik: terutama mempelajari tentang penyakit menular
wabah serta terjadinya penyakit menurut konsep epidemiologi klasik.
2. Epidemiologi modern: merupakan sekumpulan konsep yang digunakan
dalam studi epidemiologi yang terutama bersifat analitik, selain untuk
penyakit menular wabah dapat diterapkan juga untuk penyakit menular
bukan wabah, penyakit tidak menular, serta masalah-masalah kesehatan
lainnya. Menurut bidang penerapannya, epidemiologi modern dibagi
atas:
(a) Epidemiologi lapangan
(b) Epidemiologi komunitas
(c) Epidemiologi klinik
Menurut metode investigasi yang digunakan, epidemiologi dibedakan
atas:
1. Epidemiologi deskriptif: mempelajari peristiwa dan distribusi penyakit
2. Epidemiologi analitik: mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi
distribusi penyakit ('determinan'-nya)

1
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

 Ruang Lingkup
Ruang lingkup kajian epidemiologi mencakup:
- Penyakit menular wabah
- Penyakit menular bukan wabah
- Penyakit tidak menular
- Masalah kesehatan lainnya
Secara praktis ruang lingkup epidemiologi lapangan dan komunitas
dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu studi mengenai fenomena dan
studi mengenai penduduk (tabel 1.1), sedangkan ruang lingkup epidemiologi
klinik yang mempelajari mengenai peristiwa klinik serta kaitannya dengan
riwayat alamiah penyakit diperlihatkan pada diagram 1.1.

Tabel 1.1. Ruang lingkup epidemiologi lapangan & komunitas*)

FENOMENA PENDUDUK
- Status kesehatan & fisiologi - Karakteristik kelompok, mis: usia,
- Penyakit & kematian jenis kelamin, kebudayaan
- Perilaku yg berhubungan dgn - Karakteristik perilaku
kesehatan - Faktor-faktor risiko dlm kelompok
- Determinan dari masing-masing penduduk
tersebut di atas - Keadaan lingkungan
- Program intervensi dari masing-
masing tersebut di atas

*) Omran, 1979

Keunikan Epidemiologi jika dibandingkan dengan cabang-cabang lain


Ilmu Kedokteran dan Ilmu Kesehatan ialah:
1. Epidemiologi tidak mempelajari individu, melainkan kelompok orang.
2. Epidemiologi memperbandingkan satu kelompok dengan kelompok
lainnya dalam masyarakat.
3. Epidemiologi mempelajari apakah kelompok dengan kondisi tertentu
lebih sering memiliki suatu karakteristik tertentu daripada kelompok
tanpa kondisi tersebut. Kelompok yang lebih sering memiliki
karakteristik tertentu tersebut dinamakan kelompok berisiko tinggi
(high risk group).

2
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Diagram 1.1. Ruang lingkup epidemiologi klinik

 Studi Epidemiologi
Dari spektrum penyakit, yaitu urutan peristiwa yang terjadi pada
manusia sejak saat pajanan (exposure) terhadap agen etiologi sampai dengan
kematian (diagram 1.2), hanya sebagian kecil yang umumnya disadari oleh
pengamat kesehatan, yaitu apabila kasus telah berkembang penuh. Walaupun
demikian, dalam Epidemiologi diupayakan untuk sedapat mungkin
mempelajari seluruh rentang spektrum penyakit.

3
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Diagram 1.2. Spektrum penyakit

Tujuan studi epidemiologi adalah:


1. Mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat.
2. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.
3. Menilai dan merencanakan pelayanan kesehatan.
Ketiga tujuan tersebut dicapai dengan melakukan surveilans
epidemiologi dan penelitian epidemiologi. Surveilans epidemiologi meliputi
kegiatan-kegiatan:
1. Pengumpulan data secara sistematis dan kontinu.
2. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data sehingga menghasilkan
informasi.
3. Penyebarluasan informasi tersebut kepada instansi yang berkepentingan.
4. Penggunaan informasi tersebut untuk pemantauan, penilaian, dan
perencanaan program kesehatan.
Penelitian epidemiologi mencakup kegiatan yang sama dengan
surveilans epidemiologi, tetapi pengumpulan datanya tidak dilakukan secara
kontinu. Penelitian epidemiologi terutama bersifat observasional (pada
epidemiologi lapangan), yang mempelajari hubungan antara pajanan dengan
terjadinya penyakit (disease). Untuk menyederhanakan penilaian, dalam
kebanyakan studi digunakan pengukuran pajanan dan penyakit yang berskala
dikotomi (ada vs tidak ada pajanan, ada vs tidak ada penyakit; tabel 1.2).

4
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Tabel 1.2. Pajanan dan penyakit yang berskala dikotomi


dalam studi epidemiologi

Penyakit
Pajanan
Ada Tidak ada
Ada a b a+b
Tidak ada c d c+d
a+c b+d n

Pajanan dapat berasal dari luar diri subjek yang dipelajari (kebisingan
lingkungan, zat toksik dalam makanan, dan sebagainya), perilaku subjek
(penggunaan sabuk pengaman saat berkendara, perokok, dan sebagainya),
maupun faktor internal pada subjek (usia, jenis kelamin, dan sebagainya).
Faktor risiko adalah pajanan yang meningkatkan risiko terjadinya penyakit,
sedangkan faktor preventif adalah pajanan yang menurunkan risiko
terjadinya penyakit.

Contoh 1.1:
Misalkan akan dipelajari kebiasaan mencuci tangan sebelum makan
dan kejadian diare dalam satu bulan terakhir pada 100 orang penduduk
sebuah desa. Hasil pengamatan disajikan dalam bentuk tabel 2×2 berikut.

Tabel 1.3. Kebiasaan mencuci tangan dan kejadian diare

Kebiasaan Diare
Jumlah
mencuci tangan Ada Tidak ada
Ya 2 18 20
Tidak 16 64 80
Jumlah 18 82 100

Di sini kebiasaan mencuci tangan sebelum makan merupakan pajanan,


sedangkan penyakitnya adalah kejadian diare. Kebiasaan dapat dianggap
sebagi faktor preventif yang menurunkan risiko kejadian diare.

5
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

 Wabah dan KLB


Istilah epidemi (wabah) di waktu lampau digunakan khusus untuk
mendeskripsikan peristiwa berjangkitnya penyakit menular secara akut.
Pengertiannya pada saat ini lebih ditekankan pada konsep prevalensi yang
berlebihan dan dapat digunakan pula untuk penyakit tidak menular.
Dalam UU Republik Indonesia No. 4 tahun 1984 tentang Wabah
Penyakit Menular dan PP Republik Indonesia No. 40 tahun 1991 tentang
Penanggulangan Wabah Penyakit Menular dinyatakan:
- Wabah (wabah penyakit menular) adalah kejadian berjangkitnya suatu
penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata melebihi keadaan yang lazim pada wilayah dan periode
tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.
- KLB (kejadian luar biasa) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian
morbiditas/mortalitas yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
wilayah dan periode tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat
menjurus pada terjadinya wabah.

Contoh 1.2:
Wabah akut sering kali berlalu tanpa disadari. Selama kabut tebal di
kota London pada tahun 1952, efek polusi atmosfer oleh SO2 baru diketahui
setelah jumlah kematian pada periode tersebut dihitung dan dibandingkan
dengan angka-angka pada periode sebelum dan sesudahnya (diagram 1.3).

6
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Diagram 1.3 Polusi atmosfer dan jumlah kematian per hari,


London, 1952

7
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

LATIHAN 1
Pilihlah satu jawaban yang paling benar!
1. Epidemiologi adalah:
A. Ilmu yang mempelajari tentang epidemi.
B. Ilmu yang mempelajari tentang distribusi penyakit.
C. Ilmu yang mempelajari tentang determinan penyakit.
D. Ilmu yang mempelajari tentang distribusi dan determinan penyakit.

2. Tokoh yang dianggap sebagai bapak / pendiri Epidemiologi adalah:


A. Hippocrates
B. John Graunt
C. John Snow
D. Filippo Pacini

3. Definisi 'sehat' menurut WHO mencakup keadaan sejahtera (well-being)


yang sempurna secara:
A. Fisik
B. Mental
C. Sosial
D. Semuanya benar

4. Dalam definisi epidemiologi, istilah 'distribusi' dan 'determinan' merujuk


pada:
A. Frekuensi, pola, dan penyebab penyakit
B. Diseminasi informasi kepada pihak yang berkepentingan
C. Pengetahuan, sikap, dan praktek yang terkait dengan kesehatan
D. Layanan dan sumber daya kesehatan masyarakat

5. Epidemiologi deskriptif mencakup jawaban bagi kata tanya berikut,


kecuali:
A. Siapa
B. Dimana
C. Bilamana
D. Mengapa

8
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

6. Distribusi penyakit dalam epidemiologi umumnya dideskripsikan


menurut:
A. Faktor usia, jenis kelamin, dan ras.
B. Faktor orang, tempat, dan waktu.
C. Faktor pekerjaan, status perkawinan, dan status sosial-ekonomi.
D. Semuanya salah.

7. Penyakit tidak menular merupakan salah satu topik kajian dalam:


A. Epidemiologi klasik.
B. Epidemiologi modern.
C. A) dan B) benar.
D. A) dan B) salah.

8. Ruang lingkup kajian epidemiologi pada saat ini mencakup hal-hal


berikut, kecuali:
A. Penyakit menular bukan wabah.
B. Penyakit tidak menular.
C. Masalah kesehatan bukan penyakit.
D. Semua di atas termasuk ruang lingkup kajian Epidemiologi.

9. Cabang epidemiologi yang terutama mempelajari faktor-faktor yang


mempengaruhi distribusi penyakit ialah:
A. Epidemiologi klasik.
B. Epidemiologi deskriptif.
C. Epidemiologi analitik.
D. Semuanya benar

10. Cabang epidemiologi yang terutama mempelajari faktor-faktor yang


merupakan determinan penyakit ialah:
A. Epidemiologi klasik.
B. Epidemiologi deskriptif.
C. Epidemiologi analitik.
D. Semuanya benar

9
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

11. Keunikan epidemiologi dibandingkan dengan cabang Ilmu Kesehatan


lainnya ialah:
A. Epidemiologi mempelajari kelompok manusia.
B. Epidemiologi mengkaji perbandingan antar-kelompok dalam
masyarakat.
C. Epidemiologi memperbandingkan kondisi kelompok berisiko tinggi
dengan kelompok berisiko rendah.
D. Semuanya benar.

12. Tujuan studi epidemiologi adalah sebagai berikut, kecuali:


A. Mendiagnosis masalah kesehatan masyarakat.
B. Menentukan riwayat alamiah dan etiologi penyakit.
C. Menilai dan merencanakan pelayanan kesehatan.
D. Semua di atas termasuk dalam tujuan studi epidemiologi.

13. Penyelidikan klasik John Snow yang terkenal dalam sejarah


Epidemiologi ialah:
A. Penyelidikan terhadap register kematian (bills of mortality)
B. Penyelidikan terhadap wabah kolera di kota London
C. Penyelidikan terhadap teori miasma
D. Semuanya salah

14. Kegiatan surveilans epidemiologi antara lain adalah:


A. Mengumpulkan data secara sistematis dan kontinu.
B. Mengkaji hubungan antara pajanan yang ada dengan peristiwa
terjadinya penyakit.
C. A) dan B) benar.
D. A) dan C) salah.

15. Pajanan dalam penelitian epidemiologi dapat berupa:


A. Kebiasaan minum kopi.
B. Kebiasaan untuk tidak berolah raga.
C. Kebiasaan berganti-ganti mitra seksual.
D. Semuanya benar.

10
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

16. Peningkatan kejadian morbiditas/mortalitas yang bermakna secara


epidemiologis merupakan salah satu kriteria yang harus dipenuhi untuk
dapat menyatakan adanya:
A. Wabah
B. KLB
C. A) dan B) benar.
D. A) dan B) salah.

17. Data kematian karena trauma di seluruh dunia menunjukkan bahwa:


A. Kematian karena peperangan lebih banyak daripada kematian
karena kecelakaan kendaraan bermotor
B. Kematian karena peperangan hampir sama banyak dengan kematian
karena kecelakaan kendaraan bermotor
C. Kematian karena peperangan lebih sedikit daripada kematian karena
kecelakaan kendaraan bermotor
D. Semuanya salah

18. Jumlah penduduk dunia sebanyak 6 milyar tercapai/diperkirakan


tercapai pada tahun:
A. 1950
B. 1975
C. 2000
D. 2100

19. Pada transisi demografi, dalam tahap dini dan lanjut didapatkan:
A. Angka kelahiran kasar < angka kematian kasar
B. Angka kelahiran kasar = angka kematian kasar
C. Angka kelahiran kasar > angka kematian kasar
D. Semuanya salah

20. Bentuk piramida penduduk pada populasi yang statis yaitu:


A. Lebar di bagian dasar, menyempit di bagian puncak
B. Sempit di bagian dasar, melebar di bagian puncak
C. Bagian dasar dan puncak hampir sama lebarnya
D. Semuanya salah

11
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Lampiran 1.1

SEJARAH EPIDEMIOLOGI
Periode I: Zaman Mesir Kuno

Pada zaman Mesir Kuno, para ahli pengobatan


telah mulai mencoba mengenali penyakit secara klinis
dengan upaya untuk melakukan deskripsi, diferensiasi,
dan kategorisasi gejala penyakit.
Dalam zaman ini telah dikenal pula bahaya
penyakit menular, antara lain kusta, dan telah ada upaya
isolasi dan karantina untuk menghambat dan mencegah
penularannya.
Salah satu tokoh ilmu pengobatan yang terkenal
pada masa ini adalah Imhotep (2600 SM), yang selain
sebagai ahli pengobatan juga terkenal sebagai arsitek dan
pematung.

Periode II: Zaman Yunani Kuno


Tokoh ilmu pengobatan pada zaman Yunani
Kuno ialah Hippokrates (abad 4 SM), yang dikenal
sebagai ‘Bapak Ilmu Kedokteran’.
Hippokrates mengembangkan metode
pengamatan, pencatatan, dan refleksi hasil
pengamatan sesuai ide dan konsep pikir pengamat.
Penyebab epidemi dicari dengan mempelajari riwayat
alamiah penyakit serta menghubungkan kejadian
penyakit dengan waktu dan tempat kejadian. Konsep-
konsep pemikiran Hippokrates ini dituangkannya
dalam buku “On Airs, Waters, and Places”.

12
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Masa Transisi
Setelah era Hippokrates, terdapat masa transisi panjang yang ditandai
dengan sangat lambatnya perkembangan Epidemiologi. Periode-periode
terpenting selama masa transisi antara lain adalah:
 Zaman Romawi Kuno: Tokoh ilmu pengobatan utama pada zaman ini
ialah Galen (abad ke-2), yang berupaya menghidupkan kembali doktrin
Hippokrates, namun lebih menonjolkan aspek filosofisnya, sehingga
alirannya dikenal sebagai “arm chair epidemiology”.
 Zaman Reneisans (Reneisance): Fracostorius (abad ke-16), seorang ahli
Biologi, mencetuskan konsep bahwa penyakit disebabkan oleh benih
yang dinamakannya semenaria, yang pada masa kini dapat dianggap
kurang lebih sama dengan mikroorganisme.

Periode III
Periode dimulai pada abad ke-17 dengan berkembangnya teori
miasma (miasmatic theory), yang menyatakan bahwa selain faktor hospes
dan lingkungan (Hippokrates), ada faktor ketiga yang menimbulkan penyakit
yang dinamakan miasma, yaitu benda-benda yang kotor dan tidak sehat. Atas
dasar teori ini telah dikembangkan berbagai upaya kesehatan dalam bentuk
perbaikan hygiene dan sanitasi yang antara lain dipelopori oleh Edwin
Chadwick di Inggris serta Max von Pattenkofer di Jerman.
Perkembangan epidemiologi selanjutnya
dalam periode ini ditandai dengan upaya untuk
melakukan kuantifikasi kejadian
epidemiologi. John Graunt mencoba
menginterpretasikan mortalitas sebagai fungsi
umur dan tempat, sedangkan William Farr
mengembangkan prosedur matematik untuk
meneliti epidemi pes pada ternak serta metode
statistik untuk peramalan waktu epidemi
penyakit menular. John Graunt dikenal sebagai
‘Bapak Epidemiologi dan Demografi’.

Pada abad ke-19, mulai dikembangkan patologi geografi dan


historik, yaitu identifikasi kelompok-kelompok faktor waktu, tempat, dan
orang yang mempengaruhi kejadian penyakit.

13
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Penyelidikan lapangan yang terkenal antara


lain dilakukan oleh John Snow (1813-1858), yang
melihat sangat tingginya frekuensi kematian
karena penyakit muntaber (kolera) pada distrik-
distrik di London yang sumber airnya dikotori oleh
limbah. Penyelidikan John Snow berhasil
membuktikan bahwa wabah kolera tersebut berasal
dari salah satu pompa air, walaupun pada masa itu
bakteria belum dikenal.

Selama periode ini juga tercapai kemajuan


penting di bidang mikrobiologi, antara lain oleh
Jacob Henle yang menulis makalah “On Miasmata
and Contagia”. Dalam makalah tersebut
dikemukakannya teori berdasarkan pemikiran
deduktif dan argumentasi logis, bahwa
mikroorganisme yang diramalkannya akan
ditemukan kemudian dengan menggunakan
mikroskop merupakan penyebab penyakit infeksi.
Robert Koch (1843-1910) selanjutnya berhasil
menemukan basil tuberkulosis penyebab Koch
Pulmonum.

Periode IV
Dalam periode ini berkembang paradigma bahwa kesehatan dan
penyakit merupakan proses biologis yang dinamis antara manusia dan
lingkungan. Konsekuensi paradigma ini ialah pendapat bahwa semua
penyakit yang menyerang manusia mempunyai hukum yang sama, yang
berlaku bagi penyakit infeksi maupun penyakit non-infeksi.

14
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Prestasi di Bidang Epidemiologi


Beberapa prestasi terpenting di bidang Epidemiologi antara lain yaitu:
 Identifikasi air sebagai reservoir dan media (vehicle) utama penyakit
menular seperti kolera dan demam tifoid (1849-1856).
 Identifikasi vektor arthropoda pada berbagai penyakit – malaria, demam
kuning, penyakit tidur, dan tifus (1895-1909).
 Identifikasi carrier asimptomatik sebagai vektor utama pada tifoid,
difteri, dan polio (1893-1905).
 Penemuan rokok sebagai penyebab utama kanker paru, emfisema, dan
penyakit kardio-vaskular (1951-1963).
 Eradikasi penyakit cacar (1978).
 Penemuan infeksi hepatitis B perinatal sebagai penyebab perlu
(necessary cause) bagi karsinoma hepato-selular, kanker yang
terbanyak ditemukan di China dan Afrika Selatan (1970-80-an).
 Identifikasi sindroma AIDS, dengan prediksi bahwa penyebabnya
adalah virus yang ditularkan secara seksual (1981-83), serta
pengembangan tindakan preventifnya SEBELUM virusnya ditemukan.

15
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

TRANSISI DEMOGRAFI DAN TRANSISI EPIDEMIOLOGI


Lampiran 1.2

16
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

17
Transisi Demografi
Kerangka transisi demografi menggambarkan pertumbuhan populasi dalam perbedaan dan
perubahan dua angka vital kasar – kematian dan fertilitas (mengabaikan komponen ketiga
pertumbuhan, yaitu migrasi).

18
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Tahap-tahap Transisi Demografi


 Tahap 1:
Baik angka kematian maupun angka kelahiran keduanya tinggi. Angka
kelahiran konstan, sedangkan angka kematian berfluktuasi sebagai
akibat bencana yang alamiah maupun yang diciptakan oleh manusia,
seperti kelaparan, banjir, wabah penyakit, serta peperangan.
 Tahap 2:
Angka kematian menurun dengan tajam sebagai akibat perbaikan
standar kehidupan yang dihasilkan oleh industrialisasi. Penurunan angka
kelahiran baru terjadi menjelang akhir tahap ini. Celah yang besar antar
angka kelahiran dan angka kematian menyebabkan terjadinya ledakan
populasi.
 Tahap 3:
Angka kelahiran turun mendekati angka kematian karena setelah
menyadari bahwa hampir semua anak mereka akan dapat mencapai usia
dewasa dan biaya untuk membesarkan anak membengkak akibat
tuntutan pendidikan oleh proses industrialisasi, penduduk mulai
berupaya untuk mengendalikan fertilitas dan membatasi jumlah anggota
keluarga. Berkurangnya kebutuhan tenaga kasar di lapangan pertanian
serta kebutuhan tunjangan di hari tua juga ikut meredam tingkat
fertilitas.
 Tahap 4:
Pada tahap akhir transisi ini, baik angka kelahiran maupun angka
kematian keduanya rendah. Berbeda dengan tahap 1, angka kelahiran di
sini berfluktuasi, mengindikasikan efek pengendalian fertilitas yang
berubah-ubah karena penduduk menyesuaikan tingkat reproduksi
mereka sesuai dengan perubahan tingkat sosial-ekonomi.
Negara pertama menyelesaikan proses transisi demografinya ialah
Inggris, yang menyelesaikannya dalam waktu kurang lebih 200 tahun.
Beberapa negara lain yang memulai proses transisinya belakangan, misalnya
Jepang menyelesaikan transisi ini dalam rentang waktu separuhnya.

19
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

20
Epidemiologi Kebidanan_______________________________Pendahuluan

Lampiran 1.3

KESINTASAN POPULASI:
PERBANDINGAN DUA POPULASI

London, Inggris Amerika Serikat


Usia
Abad ke-17 2002
0 100 100

6 64 99

16 40 99

26 25 98

36 16 97

46 10 95

56 6 91

66 3 81

76 1 63

21
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

BAB 2
KONSEP DASAR TIMBULNYA
PENYAKIT
 Segitiga Epidemiologi
Dalam pandangan Epidemiologi Klasik dikenal segitiga epidemiologi
(epidemiologic triangle) yang digunakan untuk menganalisis terjadinya
penyakit. Segitiga ini terdiri atas pejamu (host), agen (agent), dan
lingkungan (environment).

Diagram 2.1. Segitiga epidemiologi: pejamu, agen, dan lingkungan

Konsep ini bermula dari upaya untuk menjelaskan proses timbulnya


penyakit menular dengan unsur-unsur mikrobiologi yang infeksius sebagai
agen, namun selanjutnya dapat pula digunakan untuk menjelaskan proses
timbulnya penyakit tidak menular dengan memperluas pengertian ‘agen’.
Dalam konsep ini faktor-faktor yang menentukan terjadinya penyakit
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Agen penyakit (faktor etiologi)
(a) Zat nutrisi: ekses (kolesterol) / defisiensi (protein)
(b) Agen kimiawi: zat toksik (CO) / alergen (obat)
(c) Agen fisik (radiasi, trauma)
(d) Agen infeksius:

22
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

- parasit (skistosomiasis)
- protozoa (amuba)
- bakteri (tuberkulosis)
- jamur (kandidiasis)
- riketsia (tifus)
- virus (poliomielitis)
(e) Agen psikis: trauma psikologis
2. Faktor pejamu (faktor intrinsik): mempengaruhi pajanan, kerentanan,
respons terhadap agen.
(a) Genetik (buta warna)
(b) Usia
(c) Jenis kelamin
(d) Ras
(e) Status fisiologis (kehamilan)
(f) Status imunologis (hipersensitivitas)
(g) Penyakit lain yang sudah ada sebelumnya
(h) Perilaku manusia (diet)
3. Faktor lingkungan (faktor ekstrinsik): mempengaruhi keberadaan
agen, pajanan, atau kerentanan terhadap agen
(a) Lingkungan fisik (iklim)
(b) Lingkungan biologis:
- Populasi manusia (kepadatan penduduk)
- Flora (sumber makanan)
- Fauna (vektor artropoda)
(c) Lingkungan sosial-ekonomi:
- Pekerjaan (pajanan terhadap zat kimia)
- Urbanisasi dan perkembangan ekonomi (kehidupan perkotaan,
atmosfer, crowding)
- Bencana dan musibah (banjir)
(d) Modus komunikasi: fenomena dalam lingkungan yang
mempertemukan pejamu dengan agen, seperti vektor, media, dan
reservoir.
- Vektor adalah organisme hidup yang berperan pada penyakit
menular, seperti nyamuk dan arthropoda lainnya.
- Media (vehicle) adalah benda mati yang berperan pada penyakit
menular, seperti air minum yang mengandung mikroba, kain lap
yang kotor, dan sebagainya.

23
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

- Reservoir adalah lokasi yang berperan sebagai sumber penyakit


secara berkelanjutan, seperti menara air (sumber penularan
infeksi legionella), tanah sebagai sumber penyebaran tetanus, dan
sebagainya.

 Inferensi Kausal
Hubungan kausal dalam epidemiologi memiliki pengertian yang lebih
mendasar daripada yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya gaya
gravitasi selalu akan menyebabkan benda-benda yang dilepaskan jatuh ke
tanah, namun hanya sebagian kecil di antara mereka yang merokok seumur
hidupnya akan menderita kanker paru, walaupun dikatakan bahwa merokok
menyebabkan kanker paru.
Hubungan antara dua faktor A dan B dapat diklasifikasikan sebagai:
1. Ada hubungan deterministik: Jika A, pasti B
2. Ada hubungan statistik
- Ada asosiasi kausal
- Tidak ada asosiasi kausal
3. Tidak ada hubungan statistik antara A dan B
Inferensi kausal dalam epidemiologi adalah hubungan statistik
dengan asosiasi kausal, yang harus dijelaskan dalam pengertian
probabilistik, yaitu bahwa keberadaan faktor A (pajanan) akan
meningkatkan peluang terjadinya faktor B (timbulnya penyakit).
Sebuah pajanan harus memenuhi berbagai persyaratan untuk dapat
dinyatakan sebagai faktor kausal bagi suatu penyakit, di antaranya yang
terpenting adalah asosiasi temporal, yaitu pajanan harus ada mendahului
terjadinya penyakit.
Sifat kausal dibedakan lagi atas kausa cukup (sufficient cause) dan
kausa perlu (necessary cause). Kausa cukup tidak selalu harus ada untuk
menimbulkan penyakit, namun jika kausa cukup ada penyakit pasti akan
timbul. Kausa perlu harus ada untuk menimbulkan penyakit, namun jika
kausa perlu ada pun penyakit tidak selalu timbul. Agar dapat dinyatakan
sebagai faktor kausal sebuah penyakit, sebuah pajanan harus merupakan
kausa cukup maupun kausa perlu bagi penyakit tersebut.

24
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

Diagram 2.2. Kausa cukup dan kausa perlu


E1 : kausa cukup E1 ada; E1 : kausa cukup E1 tidak ada
E2 : kausa perlu E2 ada; E2 : kausa perlu E2 tidak ada
D : penyakit D timbul; D : penyakit D tidak timbul

Diagram 2.3. Konsep timbulnya penyakit menurut


pandangan Epidemiologi Modern

 Konsep Timbulnya Penyakit dalam


Pandangan Epidemiologi Modern
Kejadian timbulnya penyakit dalam pandangan Epidemiologi Modern
merupakan sebuah proses yang bersifat multikausal, yaitu sebagai pengaruh
sejumlah faktor risiko dan faktor preventif beserta interaksi antar masing-
masing faktor tersebut.

Contoh 2.1:
Sebelum era pembuktian hubungan antara kebiasaan merokok dengan
kejadian kanker paru, sudah ada dugaan kemungkinan hubungan antara

25
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

keduanya, namun ada pula yang menduga bahwa proses karsinogenesis di


sini berawal pada peristiwa infeksi paru pada masa anak (diagram 2.4).

Diagram 2.4. Dua model hipotetis karsinogenesis

Contoh 2.2:
Contoh penyebab yang multikausal pada penyakit tuberkulosis paru
diperlihatkan pada diagram 2.5. Di sini faktor penyebab dapat dibedakan
lebih lanjut menjadi faktor risiko distal (jauh dari kejadian tuberkulosis paru)
yaitu crowding, malnutrisi, vaksinasi, dan genetik, serta faktor proksimal
(dekat dengan kejadian tuberkulosis paru) yaitu pajanan terhadap
Mikobakterium tuberkulosis sendiri. Dalam Epidemiologi, faktor risiko
distal yang dapat diacu sebagai ‘asal mula’ penyakit inilah yang lebih
mendapat perhatian untuk dipelajari.

26
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

Diagram 2.5. Penyebab tuberkulosis paru

27
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

LATIHAN 2
Pilihlah satu jawaban yang paling benar!

1. 'Segitiga epidemiologi' dalam pandangan Epidemiologi Klasik


mencakup unsur-unsur berikut, kecuali:
A. Pejamu.
B. Agen.
C. Pajanan.
D. Lingkungan.
2. Contoh agen penyakit dalam paradigma triad Epidemiologi yaitu:
A. Kehamilan.
B. Usia lanjut.
C. Ekses (kelebihan) kolesterol.
D. Kepadatan penduduk (lingkungan hidup crowded).
3. Faktor ko-morbiditas (penyakit lain yang sudah ada sebelumnya) dalam
paradigma triad Epidemiologi digolongkan dalam:
A. Faktor agen.
B. Faktor pejamu.
C. Faktor lingkungan.
D. Semuanya salah.

4. Contoh agen penyakit dalam pandangan Epidemiologi Klasik adalah:


A. Perilaku manusia.
B. Kehidupan perkotaan.
C. Musibah banjir.
D. Defisiensi protein.

5. Status fisiologis kehamilan dalam pandangan Epidemiologi Klasik


digolongkan dalam:
A. Faktor agen.
B. Faktor pejamu.
C. Faktor lingkungan.
D. Semuanya salah.

28
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

6. Tindakan yang dilakukan untuk meminimalkan kerusakan yang timbul


pada saat terjadinya penyakit atau trauma tergolong dalam:
A. Prevensi primer
B. Prevensi sekunder
C. Prevensi tersier
D. Semuanya salah

7. Matriks Haddon merupakan penggabungan antara konsep segitiga


Epidemiologi dengan:
A. Prevensi primer
B. Prevensi sekunder
C. Prevensi tersier
D. Semuanya benar

8. Tindakan prevensi pasca-kejadian terhadap faktor agen menurut matriks


Haddon yang diterapkan pada trauma kecelakaan kendaraan bermotor
adalah:
A. Promosi penggunaan sabuk pengaman
B. Barier luncuran pada lokasi parkir gedung bertingkat
C. Rancangan tangki bahan bakar yang aman terhadap ruptur
D. Semuanya salah

9. Contoh hubungan deterministik yaitu:


A. Makanan tinggi lemak menyebabkan penyakit jantung koroner.
B. Kurang tidur menyebabkan nyeri kepala.
C. Merokok menyebabkan kanker paru.
D. Semuanya salah.

10. Contoh hubungan statistik yaitu:


A. Makanan tinggi lemak menyebabkan penyakit jantung koroner.
B. Kurang tidur menyebabkan nyeri kepala.
C. Merokok menyebabkan kanker paru.
D. Semuanya benar.

11. Seorang peneliti yang mempelajari hubungan antara frekuensi


kedatangan burung bangau di sebuah kota dalam perjalanan migrasinya
pada musim dingin dengan angka kelahiran bayi di kota tersebut,
menemukan asosiasi statistik yang bermakna di antara keduanya.
Hubungan antara frekuensi kedatangan burung bangau dengan angka
kelahiran bayi di sini adalah:

29
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

A. Hubungan deterministik.
B. Hubungan statistik dengan asosiasi kausal.
C. Hubungan statistik tanpa asosiasi kausal.
D. Tidak ada hubungan deterministik ataupun statistik di antara
keduanya.
12. Prinsip asosiasi temporal untuk dapat menyatakan adanya hubungan
kausal antara suatu pajanan dengan penyakit adalah:
A. Pajanan harus mendahului terjadinya penyakit.
B. Pajanan harus ada pada saat terjadinya penyakit.
C. Pajanan harus ada menyusul terjadinya penyakit.
D. Semuanya salah
13. Apabila diketahui pajanan E adalah kausa cukup bagi penyakit D,
pernyataan yang benar ialah:
A. Jika kausa cukup E tidak ada, maka penyakit D pasti tidak ada.
B. Jika kausa cukup E ada, maka penyakit D pasti ada.
C. Kejadian penyakit D pasti didahului oleh kausa cukup E.
D. Yang benar lebih daripada satu.
14. Apabila diketahui pajanan E adalah kausa perlu bagi penyakit D,
pernyataan yang benar ialah:
A. Jika kausa perlu E tidak ada, maka penyakit D pasti tidak ada.
B. Jika kausa perlu E ada, maka penyakit D pasti ada.
C. Kejadian penyakit D pasti didahului oleh kausa perlu E.
D. Yang benar lebih daripada satu.
15. Dalam pandangan Epidemiologi Modern, proses terjadinya penyakit
berada di bawah pengaruh:
A. Himpunan faktor risiko.
B. Himpunan faktor preventif.
C. Himpunan faktor risiko, himpunan faktor preventif, serta interaksi
antar masing-masing faktor tersebut.
D. Semuanya salah.

16. Pada tabel di bawah ini, apabila diketahui pajanan E merupakan kausa
cukup bagi penyakit D, pernyataan yang benar adalah:

E E
D a b
D c d

30
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

A. a selalu sama dengan nol.


B. b selalu sama dengan nol.
C. c selalu sama dengan nol.
D. b dan c selalu sama dengan nol.

17. Pada tabel di bawah ini, apabila diketahui pajanan E merupakan kausa
perlu bagi penyakit D, pernyataan yang benar adalah:

E E
D a b
D c d

A. a selalu sama dengan nol.


B. b selalu sama dengan nol.
C. c selalu sama dengan nol.
D. b dan c selalu sama dengan nol

18. Faktor ‘proksimal’ pada teori penyebab multikausal untuk penyakit


tuberkulosis paru adalah:
A. Malnutrisi.
B. Vaksinasi BCG.
C. Faktor genetik.
D. Pajanan terhadap Mikobakterium tuberkulosis.

19. Faktor ‘distal’ pada teori penyebab multikausal untuk penyakit


tuberkulosis paru adalah:
A. Pajanan terhadap Mikobakterium tuberkulosis.
B. Vaksinasi BCG.
C. A) dan B) benar.
D. A) dan B) salah.

31
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

Lampiran 2.1

MODEL EPIDEMIOLOGI PADA


TRAUMA

Model ini dikembangkan sebagai penerapan Triad Epidemiologi di


bidang studi mengenai trauma. Pada trauma, agen dapat berupa salah satu di
antara lima bentuk energi fisik: energi kinetik atau mekanik, energi kimia,
energi thermal (panas), listrik, dan radiasi. Energi ini disalurkan ke pejamu
melalui vektor seperti gigitan anjing atau ular, ataupun melalui benda mati
yaitu media. Contoh media trauma secara potensial ialah tabrakan mobil atau
tertembus peluru.

Gambar II.1 Model Epidemiologi yang diterapkan pada trauma

Dalam ranah Kesehatan Masyarakat, dikenal tiga tingkatan prevensi,


yaitu prevensi primer untuk mencegah terjadinya penyakit atau trauma,
prevensi sekunder untuk meminimumkan kerusakan apabila penyakit atau
32
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

trauma terjadi, serta prevensi tersier untuk tindak lanjut medik dan
rehabilitasi. Matriks Haddon adalah kerangka kerja yang dikembangkan
dengan mengkombinasikan ketiga tingkatan prevensi dan Triad
Epidemiologi.

Gambar II.2 Matriks Haddon

Pada gambar II.3 dan II.4 diperlihatkan dua contoh pengembangan


matriks Haddon untuk studi tentang trauma, masing-masing yaitu untuk
trauma pada kecelakaan kendaraan bermotor dan trauma pada peristiwa
pengeboman oleh teroris.

33
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

Gambar II.3 Matriks Haddon untuk trauma kecelakaan


kendaraan bermotor

Gambar II.4 Matriks Haddon untuk pengeboman oleh teroris

34
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

Lampiran 2.2

INFERENSI KAUSAL
Studi Epidemiologi
Tipe studi yang digunakan dalam penelitian Epidemiologi umumnya
adalah:
- Epidemiologi lapangan: studi observasional
- Epidemiologi komunitas: studi kuasi-eksperimental
- Epidemiologi klinik: studi eksperimental
Perbedaan antara ketiga tipe studi ini secara skematis diperlihatkan
pada tabel II.1 berikut.

Tabel II.1 Perbandingan ketiga tipe studi Epidemiologi

Perlakuan Randomisasi
(treatment) (pengacakan)
Ada
Studi eksperimental Ada
(tingkat individual)
Studi kuasi- Tidak ada / ada pada
Ada
eksperimental tingkat kelompok
Studi observasional Tidak ada Tidak ada

Tipe studi yang terbaik untuk membuktikan adanya hubungan kausal


adalah studi eksperimental. Pada studi observasional, lazimnya digunakan
kriteria inferensi kausal Hill (1965) untuk memperkuat dugaan kemungkinan
adanya hubungan kausal antara pajanan dengan penyakit:
1. Kuat asosiasi
Merokok berat diasosiasikan dengan kenaikan angka kanker paru 20 kali
lipat, serta kenaikan angka penyakit jantung koroner dua kali lipat.
Dikatakan bahwa asosiasi antara kebiasaan merokok dengan kanker paru
lebih kuat daripada asosiasinya dengan penyakit jantung koroner.

35
Epidemiologi Kebidanan_____________Konsep Dasar Timbulnya Penyakit

Semakin kuat asosiasi, semakin besar kemungkinan adanya hubungan


kausal.
2. Konsistensi
Asosiasi yang sama harus ditemukan pada berbagai studi. Ratusan studi
menunjukkan adanya asosiasi antara kebiasaan merokok dengan kanker
paru dan tidak ada studi yang gagal menunjukkan asosiasi ini jika
dilakukan sebagaimana mestinya. Sebaliknya, asosiasi antara
kontrasepsi oral dengan kanker payudara tidak meyakinkan, karena
sejumlah studi menunjukkan adanya asosiasi sedangkan pada sejumlah
studi lain asosiasi tidak ditemukan.
3. Spesifisitas
Kemungkinan hubungan kausal akan diperkuat oleh adanya asosiasi
antara pajanan dengan satu penyakit spesifik, bukan dengan berbagai
macam penyakit. Kausalitas juga akan diperkuat oleh adanya asosiasi
penyakit dengan satu pajanan spesifik, bukan dengan berbagai macam
pajanan.
4. Temporalitas
Harus diketahui dengan pasti bahwa penyebab sudah terlebih dahulu ada
sebelum efek. Adakalanya hal ini sukar diketahui, terutama pada
rancangan studi potong-lintang.
5. Gradien biologi (hubungan dosis-respons)
Jika ditemukan kenaikan risiko penyakit secara gradien sejalan dengan
gradien pajanan, misalnya angka kanker paru pada perokok ringan
terletak di antara angka kanker paru untuk bukan perokok dan perokok
berat, maka hal ini memperkuat kemungkinan adanya hubungan kausal.
6. Koherensi
Dengan koherensi dimaksudkan bahwa asosiasi sesuai dengan
pengetahuan Biologi yang ada. Dukungan untuk persyaratan ini harus
dicari di laboratorium atau dari aspek kondisi biologis lainnya.

36
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

BAB 3
EPIDEMIOLOGI DESKRIPTIF
 Definisi
Epidemiologi deskriptif adalah cabang epidemiologi yang mempelajari
tentang kejadian dan distribusi penyakit. Umumnya distribusi penyakit
dikelompokkan menurut faktor orang, tempat, dan waktu.

 Karakteristik Orang
 Usia
Usia merupakan variabel yang selalu harus diperhitungkan dalam studi
epidemiologi. Perbedaan angka penyakit yang ada antar kelompok dalam
populasi belum dapat diinterpretasikan sebelum memperhitungkan relevansi
kemungkinan adanya perbedaan usia antar kelompok-kelompok tersebut.
Dengan menghitung jumlah kasus penyakit yang ada pada suatu
kelompok usia tertentu, lalu membaginya jumlah anggota populasi pada
kelompok usia yang sama, akan diperoleh persentase penyakit khas-usia
(age-specific) untuk kelompok usia tersebut.

Contoh 3.1:
Misalkan dimiliki data hipotetis jumlah penderita tuberkulosis paru dan
jumlah penduduk di kota A menurut kelompok usia (tabel 3.1).
Tampak bahwa persentase penderita tuberkulosis paru di kota A adalah
2.43%. Dari angka ini saja belum dapat dibuat kesimpulan tanpa
membandingkannya dengan angka pada tempat dan waktu yang berbeda.
Tampak pula bahwa jumlah (absolut) penderita terbanyak adalah pada
kelompok usia 45-64 tahun, yaitu sebanyak 9,097 kasus, namun setelah
memperhitungkan jumlah anggota populasi (penduduk) untuk tiap kelompok
usia, angka relatif (persentase) tertinggi penderita ada pada kelompok usia >
65 tahun, yaitu 21.77%.

37
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Tabel 3.1. Contoh data penderita tuberkulosis paru


dan jumlah penduduk menurut kelompok usia

Usia
Penderita Tb paru Penduduk % khas-usia
(tahun)
0-4 1,035 174,687 0.59
5-14 901 301,211 0.30
15-24 2,485 176,960 1.40
25-44 6,794 282,595 2.40
45-64 9,097 119,597 7.61
> 65 5,937 27,275 21.77
Jumlah 26,249 1,082,325 2.43

Diagram 3.1. Jumlah kasus dan tingkat morbiditas kanker rectum


menurut usia dan jenis kelamin di 10 area metropolitan,
Amerika Serikat, 1947

38
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Contoh 3.2:
Penyakit yang risikonya meningkat sejalan dengan pertambahan usia
akan menunjukkan penurunan jumlah kasus pada kelompok usia tertinggi,
karena anggota populasi itu sendiri menyusut dengan cepat sejalan dengan
pertambahan usia di atas usia 55 tahun (diagram 3.1).

Contoh 3.3:
Pada diagram 3.2 diperlihatkan jumlah kasus baru penyakit Hodgkin
per jutaan penduduk pada ras kulit putih di Brooklyn selama periode 1943-
1952 (MacMahon & Pugh, 1970).
Dengan membuat grafik menurut kelompok usia dapat dikenali adanya
dua kelompok penderita penyakit Hodgkin, yaitu pada kelompok usia
dewasa dini dan kelompok usia lanjut. Penelusuran lebih jauh ternyata
menunjukkan bahwa kedua kelompok penderita ini memang memiliki
karakteristik yang berbeda.

Diagram 3.2. Kasus penyakit Hodgkin menurut kelompok usia;


Brooklyn, ras putih, 1943-1952

39
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Contoh 3.4:
Pada diagram 3.3 diperlihatkan angka mortalitas tahunan khas-usia
kanker payudara di beberapa negara di sekitar tahun 1965. Tampak adanya
peningkatan angka mortalitas yang tajam sejalan dengan peningkatan usia
50-an, setelah itu kecenderungan peningkatan angka mortalitas berkurang,
bahkan untuk Jepang angka mortalitas tampak agak menurun.

Diagram 3.3. Angka mortalitas tahunan khas-usia kanker payudara


di beberapa negara, sekitar tahun 1965

 Jenis kelamin
Seperti halnya usia, jenis kelamin pun juga merupakan variabel yang
selalu harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi. Dalam kombinasi
dengan faktor usia, harus diingat bahwa distribusi anggota populasi pria dan
wanita di berbagai kelompok usia dan populasi tidak selalu sama.

40
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Contoh 3.5:
Jumlah bayi pria yang dilahirkan sedikit lebih banyak daripada bayi
wanita (51% : 49%), namun dalam kehidupan selanjutnya pada berbagai
kelompok usia tingkat mortalitas hampir selalu lebih tinggi pada jenis
kelamin pria dewasa karena faktor pekerjaan dan lingkungan. Rasio tertinggi
tingkat mortalitas pria : wanita didapatkan pada kelompok usia 15-44 tahun,
karena pada usia 15-44 tahun lingkungan kerja pria umumnya memiliki
risiko kematian lebih tinggi dibandingkan dengan lingkungan kerja wanita.

Tabel 3.2. Contoh tingkat mortalitas*)


menurut jenis kelamin dan kelompok usia

Usia
Lk Pr Rasio Lk : Pr
(tahun)
<1 162.9 137.1 1.2
1-4 28.3 24.0 1.2
5-14 3.8 3.7 1.0
15-44 9.0 6.1 1.5
45-64 25.4 18.9 1.3
> 65 116.5 114.6 1.0
*) Jumlah kematian per 1000 penduduk

 Ras
Banyak studi epidemiologi di tingkat internasional yang telah
dilakukan untuk membandingkan angka-angka morbiditas antar ras
Kaukasia, Negroid, dan Mongoloid. Data statistik vital di Amerika Serikat
pada tahun 1967 misalnya, yang hanya membandingkan tingkat mortalitas
antara kulit putih dengan bukan kulit putih, menunjukkan tingkat kematian
yang lebih tinggi pada populasi bukan kulit putih untuk hampir semua
penyebab kematian, kecuali untuk kematian yang disebabkan oleh penyakit
jantung arteriosklerotik, leukemia, dan bunuh diri (MacMahon & Pugh,
1970).
Di Indonesia terdapat banyak suku yang mungkin memiliki berbagai
kebiasaan yang berpengaruh terhadap status kesehatan, sehingga faktor suku
sering kali juga harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi.

41
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Contoh 3.6:
Angka bunuh diri di Jepang lebih tinggi daripada di Amerika Serikat,
baik untuk kelompok pria mapun wanita (diagram 3.4).

Diagram 3.4. Tingkat kematian bunuh diri menurut usia dan jenis
kelamin, Jepang dan ras putih Amerika Serikat, 1954-1956

 Status pernikahan
Status pernikahan seringkali menunjukkan keterkaitannya dengan
tingkat morbiditas maupun mortalitas. Dengan mengklasifikasikan status
pernikahan sebagai: (a) Tidak menikah; (b) Menikah; (c) Janda/duda (karena
kematian); dan (d) Bercerai; umumnya didapatkan tingkat kematian yang
lebih rendah baik untuk pria maupun wanita yang menikah dibandingkan
dengan pria dan wanita yang tidak menikah. Untuk semua kategori,
didapatkan tingkat kematian yang lebih tinggi pada pria dibandingkan
dengan wanita, dengan tingkat kematian tertinggi didapatkan pada kategori
pria dan wanita yang bercerai (MacMahon & Pugh, 1970).

42
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Contoh 3.7:
Dengan klasifikasi yang sama seperti di atas, data kesehatan jiwa
menunjukkan adanya tingkat gangguan jiwa tertinggi pada kelompok yang
tidak menikah. Tingkat gangguan jiwa juga menunjukkan kecenderungan
peningkatan sejalan dengan meningkatnya usia, kecuali pada kelompok
janda/duda karena kematian. Pada kelompok terakhir ini kecenderungan
peningkatan gangguan jiwa sejalan dengan peningkatan usia tidak terlihat
jelas (diagram 3.5).

 Pekerjaan
Pekerjaan merupakan variabel epidemiologi deskriptif yang penting
karena:
1. Menunjukkan status sosial-ekonomi subjek yang dipelajari.
2. Mengidentifikasi kemungkinan adanya risiko spesifik karena pajanan
terhadap agen yang mengganggu kesehatan pada jenis-jenis pekerjaan
tertentu.
3. Mengindikasikan kondisi umum yang ada pada jenis-jenis pekerjaan
tertentu.

Contoh 3.8:
Persentase mortalitas dokter pria untuk kanker paru di Inggris selama
periode 1951-1971 menunjukkan penurunan, sedangkan untuk kanker
lainnya relatif tetap. Ini terjadi karena dokter lebih cepat menyadari bahaya
merokok dibandingkan dengan anggota populasi lainnya, sehingga relatif
lebih banyak dokter pria yang berhenti merokok dibandingkan dengan
anggota populasi pria lainnya yang seusia.

43
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Diagram 3.5. Tingkat morbiditas penderita yang dirawat di


RS Jiwa per 100,000 populasi menurut usia, jenis kelamin, dan
status pernikahan, Amerika Serikat, 1950

44
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Diagram 3.6. Trend mortalitas dokter pria yang dibandingkan


dengan angka nasional pada usia yang sama untuk
kanker paru dan kanker lainnya, Inggris, 1951-1971

 Status sosial-ekonomi
Walaupun status sosial-ekonomi jelas akan berpengaruh terhadap
tingkat morbiditas dan mortalitas, dalam kenyataannya status sosial-ekonomi
merupakan konsep yang tidak memiliki definisi yang jelas. Definisi yang
digunakan dapat berbeda dari satu ke lain penelitian, sesuai dengan konsep
yang dianut oleh peneliti. Besar penghasilan (income) sering digunakan
sebagai dasar penentuan tingkat sosial-ekonomi, namun parameter ini
terbukti menunjukkan berbagai kelemahan. Dalam hal ini, besar pengeluaran
(expenditure) acapkali dianggap merupakan parameter yang lebih baik untuk
mengukur tingkat sosial-ekonomi.

Contoh 3.9:
Pada diagram 3.7 tampak bahwa rerata hari istirahat di tempat tidur per
tahun berbanding terbalik dengan tingkat penghasilan keluarga, baik untuk
kelompok pria maupun wanita. Dalam hal ini, tingkat penghasilan yang
rendah mungkin menyebabkan rendahnya pula kualitas pemeliharaan

45
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

kesehatan yang diterima, sehingga menyebabkan tingkat morbiditas dan


rerata hari istirahat di tempat tidur per tahun yang lebih tinggi.

Diagram 3.7. Rerata hari istirahat di tempat tidur per orang per tahun,
menurut jenis kelamin dan penghasilan keluarga,
Amerika Serikat, 1965-1966

 Karakteristik Tempat
Frekuensi penyakit di berbagai wilayah di dunia menunjukkan variasi
yang besar dalam distribusi geografinya, walaupun begitu pembandingan
tingkat morbiditas dan mortalitas dengan menggunakan data pelaporan rutin
untuk berbagai wilayah di dunia masih terkendala antara lain oleh adanya
perbedaan dalam standar pelayanan kesehatan, diagnosis, dan pelaporan
penyakit atau kematian yang digunakan.
Data penyebab kematian dan laporan penyakit menular di berbagai
negara dikumpulkan dan diterbitkan secara teratur oleh Organisasi Kesehatan
Sedunia (WHO), walaupun demikian kelengkapan dan validitas data yang
diterbitkan ini sangat tergantung dari kelengkapan dan validitas data yang
disampaikan oleh masing-masing negara pelapor.
Beberapa penyakit mungkin didapatkan dalam frekuensi yang jauh
lebih tinggi hanya untuk wilayah tertentu, bahkan ada penyakit yang hanya

46
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

didapatkan di suatu wilayah tertentu. Di Indonesia misalnya, goiter, malaria,


skistosomiasis, dan filariasis merupakan penyakit-penyakit yang terutama
ataupun hanya didapatkan di beberapa wilayah tertentu.
Dikotomi wilayah perkotaan dan pedesaan juga merupakan variabel
yang sering harus diperhitungkan dalam studi epidemiologi, karena pengaruh
lingkungan dengan karakteristik yang sangat berbeda antara perkotaan dan
pedesaan.

Diagram 3.8. Peta jalan di area Golden Square, London, 1854

Contoh 3.10:
Diagram 3.8 menunjukkan peta jalan pada area Golden Square,
London, 1854 yang digunakan oleh John Snow dalam penyelidikan
epidemiologinya untuk mencari pompa air yang menjadi sumber penularan
wabah kolera. Penelitian John Snow ini terkenal dalam kepustakaan
Epidemiologi sebagai salah satu langkah awal untuk menerapkan prinsip
penyelidikan epidemiologi dalam praktik.

47
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Contoh 3.11:
Limfoma Burkitt adalah jenis kanker pertama yang ditemukan
keterkaitannya dengan infeksi virus, yaitu virus Epstein-Barr. Diagram 3.9
menunjukkan distribusi penyebaran kasus limfoma Burkitt yang ditemukan
di benua Afrika pada tahun 1962.

Diagram 3.9. Distribusi kasus limfoma Burkitt yang


ditemukan di Afrika, 1962

 Karakteristik Waktu
Data runtun-waktu (time-series) dapat menunjukkan adanya
kecenderungan tertentu (peningkatan atau penurunan tingkat morbiditas atau
mortalitas) untuk berbagai penyakit ataupun kematian oleh sebab tertentu.
Kecenderungan demikian sering terjadi dalam rentang waktu puluhan tahun,
sehingga tidak disadari oleh populasi yang bersangkutan. Data runtun- waktu
juga sangat berguna untuk menentukan kemungkinan adanya wabah.
Data runtun-waktu waktu dapat diperoleh untuk satu kelompok tertentu
(dengan anggota yang sama), yang dipantau dan diikuti perkembangan status

48
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

kesehatannya dalam perjalanan waktu. Sebaliknya, data dapat pula diperoleh


dari berbagai kelompok yang masih memiliki persamaan karakteristik
tertentu (misalnya kelompok usia yang sama, menderita satu penyakit
tertentu, dan sebagainya), yang diambil pada waktu-waktu yang berbeda dari
populasi yang sama.

Diagram 3.10. Jumlah kematian per minggu di 122 kota,


Amerika Serikat, 1968-1969

Contoh 3.12:
Diagram 3.10 menunjukkan jumlah kematian per minggu di 122 kota di
Amerika Serikat selama periode 1968-1969. Tampak adanya peningkatan
jumlah kematian yang nyata selama bulan Januari 1969, yang disebabkan
oleh adanya wabah influenza (flu ‘Hong Kong’).

Contoh 3.13:
Penyajian grafik perbandingan tingkat kematian untuk beberapa jenis
kanker di Inggris dan Wales selama kurang-lebing 50 tahun untuk paruh
pertama abad ke-20 menunjukkan adanya peningkatan yang menyolok untuk

49
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

kematian oleh kanker paru dibandingkan dengan kematian oleh jenis-jenis


kanker lainnya.

Diagram 3.11. Tingkat kematian tahunan beberapa jenis kanker


pada pria berusia 50-74, Inggris dan Wales, 1911-1965

Contoh 3.14:
Pada diagram 3.12 diperlihatkan data tahunan persentase kasus demam
berdarah menurut kelompok usia di Indonesia selama periode 1993-2004.
Tampak bahwa sebelum tahun 1999 persentase terbesar penderita didapatkan
pada kelompok usia anak (5-14 tahun), namun sejak tahun 1999 terjadi
perubahan, yaitu beralihnya persentase terbesar penderita demam berdarah
ke kelompok usia dewasa (15 tahun atau lebih).

50
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

Diagram 3.12. Persentase kasus demam berdarah menurut


kelompok usia di Indonesia, 1993-2004

51
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

LATIHAN 3
Pilihlah satu jawaban yang paling benar!

1. Faktor orang yang selalu harus diperhitungkan dalam setiap studi


epidemiologi adalah:
A. Ras
B. Usia dan jenis kelamin
C. Status perkawinan.
D. Pekerjaan dan status sosial-ekonomi.

2. Untuk merencanakan pelayanan kesehatan menurut kelompok usia bagi


suatu penyakit dalam populasi, yang perlu diperhatikan adalah:
A. Jumlah kasus absolut dalam tiap kelompok usia.
B. Jumlah kasus relatif dalam tiap kelompok usia.
C. A) dan B) benar.
D. A) dan B) salah.

3. Untuk menginterpretasikan risiko penyebaran penyakit menurut


kelompok usia dalam suatu populasi, yang perlu diperhatikan adalah:
A. Jumlah kasus absolut dalam tiap kelompok usia.
B. Jumlah kasus relatif dalam tiap kelompok usia.
C. A) dan B) benar.
D. A) dan B) salah.

4. Dalam analisis data menurut usia, kategori yang harus dibuat:


A. Sama untuk semua penyakit.
B. < 1 tahun, 1-4 tahun, 5-9 tahun, 10-14 tahun, 15-19 tahun, dan > 20
tahun untuk penyakit menular, tetapi tidak perlu bagi penyakit
kronis
C. Relevan sesuai dengan kondisi dan cukup sempit untuk mendeteksi
pola terkait dengan usia yang ada pada data.
D. Interval usia 5-tahunan untuk semua penyakit, kecuali jika
dibutuhkan kategori yang lebih sempit untuk mendeteksi pola atau
penyimpangan pada data.

52
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

5. Rasio tingkat mortalitas pria : wanita pada kelompok usia 15 - 44 tahun


umumnya adalah:
A. Lebih kecil daripada satu.
B. Sama dengan satu.
C. Lebih besar daripada satu.
D. Semuanya salah.

6. Bagi penyakit yang jumlah kasus absolutnya menunjukkan penurunan


pada kelompok usia tertua dalam populasi dapat diinterpretasi sebagai:
A. Adanya penurunan risiko bagi penyakit tersebut pada kelompok usia
tua.
B. Adanya penyusutan anggota populasi yang lebih besar daripada
peningkatan risiko bagi penyakit tersebut pada kelompok usia tua.
C. Salah satu di antara A) dan B) mungkin benar.
D. A) dan B) keduanya tidak mungkin benar.

7. Pengaruh faktor ras terhadap sebaran penyakit dapat terjadi melalui:


A. Kaitan dengan faktor genetik.
B. Kaitan dengan faktor budaya.
C. Kaitan dengan faktor religi.
D. Semuanya benar.

8. Tingkat mortalitas pria menikah yang lebih rendah daripada tingkat


mortalitas pria tidak menikah dapat dijelaskan karena:
A. Wanita cenderung menghindari pernikahan dengan pria yang status
kesehatannya buruk.
B. Wanita cenderung menghindari pernikahan dengan pria yang
pekerjaannya berisiko tinggi.
C. Perbedaan kebiasaan hidup antara pria menikah dengan pria tidak
menikah.
D. Semuanya mungkin benar.

9. Faktor pekerjaan dapat berpengaruh terhadap sebaran penyakit melalui:


A. Kaitannya dengan status sosial-ekonomi untuk jenis pekerjaan
tertentu.
B. Kaitannya dengan pajanan spesifik pada jenis pekerjaan tertentu.
C. A) dan B) mungkin benar.
D. A) dan B) salah.

53
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

10. Karena status sosial-ekonomi sukar untuk dikuantifikasikan, umumnya


digunakan ukuran substitusi berikut, kecuali:
A. Tingkat pendidikan
B. Penghasilan
C. Pekerjaan
D. Kedudukan sosial

11. Parameter terbaik untuk menentukan status sosial-ekonomi ialah:


A. Tingkat penghasilan responden.
B. Tingkat pengeluaran responden.
C. Tingkat kepemilikan responden.
D. Lingkungan hidup responden.

12. Penyakit-penyakit berikut terutama atau hanya didapatkan di beberapa


wilayah tertentu di Indonesia, kecuali:
A. Malaria.
B. Demam berdarah dengue.
C. Skistosomiasis.
D. Goiter.

13. Di antara penyakit-penyakit berikut, yang terutama spesifik untuk daerah


perkotaan adalah:
A. AIDS.
B. ISPA.
C. Skabies.
D. Tinea versikolor.

14. Jenis kanker pertama yang ditemukan keterkaitannya dengan infeksi


virus ialah:
A. Karsinoma mammae.
B. Karsinoma serviks.
C. Limfoma Burkitt.
D. Korio-karsinoma.

54
Epidemiologi Kebidanan______________________Epidemiologi Deskriptif

15. Jenis kanker yang menunjukkan peningkatan paling drastis angka


mortalitasnya pada data runtun waktu untuk paruh pertama abad ke-20
adalah:
A. Kanker lambung.
B. Kanker paru.
C. Kanker usus besar.
D. Kanker prostat.

16. Data runtun waktu tahunan Indonesia menunjukkan bahwa proporsi


terbanyak kasus demam berdarah untuk periode 1993-1998 didapatkan
pada kelompok usia:
A. Kurang daripada 1 tahun.
B. 1-4 tahun.
C. 5-14 tahun.
D. 15 tahun atau lebih.

17. Untuk periode 1999-2004, proporsi terbanyak kasus demam berdarah


menurut data runtun waktu tahunan Indonesia terdapat pada kelompok
usia:
A. Kurang daripada 1 tahun.
B. 1-4 tahun.
C. 5-14 tahun.
D. 15 tahun atau lebih.

55

Anda mungkin juga menyukai