Menumbuhkembangkan Generasi Literat Melalui Pemberdayaan Paguyuban Orang Tua Siswa

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 4

Cimahi, 2 Maret 2019

Kepada Yth.
Pimpinan Majalah Guneman
Di
Bandung

Assalamu’alaikum Wr, Wb

Bersama surat ini saya sampaikan artikel dengan judul “Menumbuhkembangkan Generasi Literat
Melalui Pemberdayaan Paguyuban Orang Tua Siswa” agar bisa dimuat di Majalah Guneman yang
Bpk/Ibu Pimpin.
Atas perhatian dan kerjasamanya, saya ucapkan banyak terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Dra. Rika Rachmayanti, M.Pd.


NIP. 196805051994122003
Guru Biologi dan Wali Kelas XI MIPA-3 SMAN 3 Cimahi
Menumbuhkembangkan Generasi Literat Melalui Pemberdayaan
Paguyuban Orang Tua Siswa di SMA

Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015, di sekolah kini diwajibkan menggalakkan budaya
literasi. Menurut kamus online Merriam-Webster, Literasi berasal dari istilah latin ‘literature‘ dan
bahasa inggris ‘letter‘. Literasi merupakan kualitas atau kemampuan melek huruf/aksara yang di
dalamnya meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun lebih dari itu, makna literasi juga
mencakup melek visual yang artinya “kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang
disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).” Di abad 21 ini, kemampuan ini disebut sebagai
literasi informasi. Ferguson (www.bibliotech.us/pdfs/InfoLit.pdf) menjabarkan bahwa komponen
literasi informasi terdiri atas literasi dasar, literasi perpustakaan, literasi media, literasi teknologi, dan
literasi visual. Dalam uji literasi peserta didik, Indonesia berada pada peringkat ke-64 dengan skor 396
(skor rata-rata OECD 496) (OECD, 2013). Sebanyak 65 negara berpartisipasi dalam PISA 2009 dan 2012.
Berdasarkan hal tersebut maka di awal tahun baru ini perlu lebih diupayakan peningkatan kualitas
literasi Indonesia untuk generasi yang literat sekaligus berkarakter.
Generasi yang literat adalah hasil dari aktivitasnya dalam bidang literasi. Dengan kata lain,
generasi yang literat akan bijak dalam menyikapi informasi dan tidak reaktif terhadap informasi yang
belum jelas kebenarannya (HOAX). Untuk mewujudkan generasi yang literat di sekolah diperlukan
kerjasama dan kesungguhan dari pihak sekolah, siswa dan orang tua siswa.
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga
sekolah (guru, peserta didik, orang tua/wali murid) dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem
pendidikan. Pelibatan orang tua siswa dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam GLS.
Siswa SMA di Indonesia berkemungkinan mempunyai potensi dan kemampuan untuk bersaing dengan
siswa dari negara yang lebih maju, namun sangat disayangkan paguyuban orang tua di SMA saat ini
belum optimal pemberdayaannya dibandingkan dengan tingkat sekolah dasar dengan pertimbangan
siswa SMA sudah bisa lebih mandiri. Padahal pemberdayaan paguyuban orang tua siswa di SMA bisa
lebih mendongkrak generasi yang literat.
Dalam buku panduan GLS di SMA dinyatakan bawa tujuan pelibatan peran orang tua adalah
untuk: 1. meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya upaya terpadu dalam mengembangkan
pembiasaan literasi putra/putri mereka; 2. menularkan praktik program literasi di sekolah dan
memastikan keberlangsungan dan konsistensi antara kegiatan literasi di sekolah dan di rumah; 3.
menciptakan sebanyak mungkin model teladan literasi, yang terdiri dari guru, orang tua, anggota
keluarga dan orang dewasa lain dalam kehidupan peserta didik yang gemar membaca; 4. membantu
pelaksanaan program literasi di sekolah; 5. membuat peserta didik nyaman belajar di sekolah karena
terjalin komunikasi dan hubungan baik antara orang tua dan sekolah; 6. contoh program pelibatan
partisipasi orang tua dalam program gerakan literasi; 7. seminar, bincang-bincang/ talk show tentang
pembimbingan remaja bersiap menjadi dewasa, pembimbingan peserta didik menyiapkan dunia
perkuliahan, dsb; 8. melibatkan peran orang tua dalam mengembangkan sudut buku, area baca, dan
perpustakaan, misalnya melalui: a. menyumbang buku baru/bekas, majalah bekas, materi kaya teks,
dan bahan kaya cetak lain untuk sudut buku kelas dan perpustakaan. b. bekerjasama dengan guru
untuk membimbing peserta didik melakukan kegiatan literasi di rumah. c. orang tua menjadi relawan
untuk memilih buku yang tepat bagi usia remaja.
Kerjasama dengan orang tua siswa bisa melalui paguyuban orang tua siswa yang
dikoordinasikan oleh wali kelas pada masing-masing kelas di sekolah. Kerjasama ini diawali dengan
pembentukan pengurus paguyuban orang tua siswa yang selanjutnya merancang program aktivitas
yang bisa dilakukan, misalnya berupa pengembangan sudut buku kelas, antara lain: menyiapkan sudut
buku dimulai dengan menyiapkan rak buku. Rak buku dapat terbuat dari kayu, rak plastik, atau hasil
karya peserta didik yang dapat dijadikan pengganti rak buku di sudut kelas. Perlu juga dibuat peraturan
sudut buku kelas terkait penggunaan buku sebagai bagian pembelajaran literasi yang disepakati antara
wali kelas, siswa dan orang tua. Selanjutnya penataan sudut baca kelas ini disinambungkan dengan
kebersihan dan keindahan kelas sehingga siswa merasa nyaman belajar di kelas. Misalnya saja
paguyuban orang tua bisa memenuhi apa saja kebutuhan yang diajukan oleh siswa yaitu tersedianya
buku perpustakaan kelas, spanduk dan quotes, kipas angin, karpet/alas duduk, bantal dan meja kecil
untuk membaca juga tempat air minum yang dapat dimanfaatkan bersama di kelas. Untuk aktivitas
lainnya dalam skala besar misalnya bedah buku dan seminar pembimbingan siswa harus ada
kerjasama dengan pihak sekolah maupun masyarakat.
Aktivitas paguyuban orang tua di sekolah tentu saja harus ada kesinambungan dengan
keteladanan di rumah untuk menjadi model insan yang literat misalnya dengan aktivitas
membaca/mengaji bersama di rumah. Pembimbingan orang tua terhadap siswa di rumah bisa
dikomunikasikan kepada wali kelas kelebihan maupun kekurangannya. Tentunya dengan aktivitas
tersebut akan terjalin kedekatan antara wali kelas, siswa dan paguyuban orang tua yang selanjutnya
bisa saling mengerti dan menghargai serta mengaplikasikan program agar tujuan mewujudkan
generasi yang literat dapat tercapai.
Berikut ini adalah sepenggal kalimat yang disampaikan kepada wali kelas oleh paguyuban
kelas: “ Jangan pernah lelah menebar cinta buat anak-anak kita, kami siap mengawal mereka bersama
wali kelas”. Ini adalah wujud kerjasama antara paguyuban orang tua dengan wali kelas yang saling
menguatkan sebagai agen perubahan siswa. Sementara setelah mengikuti lomba sudut baca kelas dan
mendapat juara ke-1, juara kebersihan dan penataan kelas mendapat juara ke-1 dan kegiatan
pergelaran literasi visual mendapat juara ke-3 di sekolah dari paguyuban kepada siswa disampaikan
ucapan seperti ini: “ Kekuatan dan penyemangat kami itu adalah kalian…. Kalian yang dianggap
sebelah mata tapi hari ini dengan kekompakkan dan semangat, kalian bisa membuktikan bahwa kalian
bisa menjadi juara yang dibanggakan. Tetap solid anak-anakku, kami yakin kalian bisa membuktikan
menjadi yang terbaik lagi. Sebuah kemenangan ini semoga menjadi cambuk untuk bisa sukses bagi
kalian semua”. Ini adalah sepenggalan bukti bahwa pemberdayaan paguyuban orang tua dapat
menumbuhkembangkan generasi literat di SMA. Semoga pemberdayaan paguyuban orang tua siswa
SMA di Indonesia tercinta ini bisa terus lebih dioptimalkan. Aamiin.

Dra. Rika Rachmayanti, M.Pd.


Guru Biologi dan Wali Kelas XI MIPA-3 SMAN 3 Cimahi

Anda mungkin juga menyukai