Anda di halaman 1dari 5

PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP WAKTU PENGURAIAN

PLASTIK BIODEGRADABLE DARI PATI SINGKONG KARET


DENGAN MENGGUNAKAN PLASTICIZER SORBITOL DAN
GLISEROL

Sofiah1), Martha Aznury2), Astri Handayani3)


1)
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang, Indonesia
E-mail: sofiahzainal_sofie@yahoo.com

2)
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya, Jalan Srijaya Negara, Palembang 30139, Indonesia
E-mail: martha_aznury@yahoo.com

2)
Teknik Kimia, Politeknik Negeri Sriwijaya, Jalan Srijaya Negara, Palembang 30139, Indonesia
E-mail: astrihandayani11@yahoo.com

Abstrak. Singkong karet merupakan tanaman yang kurang dimanfaatkan dikarenakan racun HCN yang terkandung
didalamnya, yang memiliki kandungan karbohidrat yang sangat tinggi yaitu 98,47% sehingga pati dari singkong karet
dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan plastik biodegradable.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh komposisi plasticizer sorbitol dan gliserol sehingga diperoleh komposisi yang optimum dengan menggunakan
bahan tambahan berupa kitosan, asam asetat dan aquadest. Penggunaan plasticizer sorbitol dan gliserol divariasikan
dengan perbandingan 40% dari berat pati dengan interval 5% tiap sampelnya. Hasil yang diperoleh berupa lembaran
plastik biodegradable diuji sifat mekanik dan uji biodegradasi selama 60 hari. Berdasarkan analisa uji kuat tarik, didapat
plastik biodegradable dari pati singkong karet yang optimum yaitu dengan komposisi 25% sorbitol dan15% gliserol
sebesar 0,00613 Mpa. Berdasarkan analisa uji elongasi, didapat plastik biodegradable dari pati singkong karet yang
optimum dengan komposisi 15% Sorbitol dan 25% gliserol sebesar 5%. Berdasarkan analisa uji biodegradasi dapat
diketahui bahwa plastik biodegradable dengan kondisi optimum yang diuji dengan media tanah telah terdegradasi
sempurna selama 60 hari sedangkan dengan media air sungai, air laut, air sumur, air hujan, air payau dan air steril dapat
terdegradasi hanya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Kata Kunci: Gliserol, Plastik Biodegradable, Singkong Karet, Sorbitol, Biodegradasi

alami menjadi senyawa yang ramah lingkungan


I. PENDAHULUAN [4].
Plastik merupakan suatu bahan yang sering Plastik sintetik berbahan dasar petroleum, gas
digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Plastik yang alam, atau batu bara sementara plastik biodegradable
digunakan selama ini merupakan plastik sintetik. terbuat dari material yang dapat diperbaharui, yaitu
Plastik sintetik ini terbuat dari minyak bumi, gas alam dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam tanaman
dan batu bara. Plastik sintetik membutuhkan waktu misalnya selulosa, kolagen, kasein, protein atau lipid
puluhan bahkan ratusan tahun bagi bakteri pengurai yang terdapat dalam hewan [7].
untuk menguraikan sampah plastik sehingga Indonesia sebagai negara yang kaya
menyebabkan terjadinya penumpukan sampah plastik sumber daya alam (hasil pertanian) berpotensi
yang dapat memperburuk kondisi lingkungan seperti menghasilkan berbagai bahan biopolimer, sehingga
kebanjiran terutama di daerah perkotaan. Plastik teknologi kemasan plastik biodegradable mempunyai
biodegradable merupakan plastik yang dapat prospek yang baik [1].
diuraikan kembali oleh mikroorganisme secara
Pati merupakan jenis polimer yang secara alami B. Prosedur Penelitian
diproduksi oleh tumbuhan jenis umbi-umbian, jagung,
dan beras. Salah satu pati yang dapat menjadi bahan 1. Pembuatan Pati Singkong Karet
dasar pembuatan plastik biodegradable adalah
singkong karet(Manihot glazovii). Singkong karet Menyiapkan singkong karet sebanyak 4 kg dan
merupakan tanaman yang kurang dimanfaatkan dibersihkan. Singkong karet yang telah dibersihkan
dikarenakan racun HCN yang terdapat pada singkong diparut dan dipisahkan cairan singkong dari ampas
karet tersebut dan tanaman ini keberadaannya singkong. Cairan yang dipisahkan dari ampas
melimpah kemudian diendapkan selama sehari semalam.
Singkong karet sangat berpotensi untuk Endapan pati yang didapat dikeringkan dengan
dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan plastik menggunakan sinar matahari. Selanjutnya pati yang
biodegradable karena singkong karet memiliki didapat diayak untuk memperoleh ukuran yang
kandungan karbohidrat yang sangat tinggi yaitu homogen yaitu 60 mesh.
98,47% dibandingkan dengan jenis umbi-umbian lain 2. Pembuatan Plastik Biodegradable
[6].
Salah satu faktor yang berpengaruh dalam Menyediakan larutan pati, kitosan, asam asetat,
pembuatan plastik biodegradable ialah plasticizer. srobitol dan gliserol. Pembuatan larutan pati dilakukan
Plasticizer ini merupakan bahan nonvolatile yang dengan mencampurkan 5 gram pati singkong karet dan
ditambah kedalam formula plastik akan berpengaruh 50 ml aquadest. Masing masing komposisi yang
terhadap sifat mekanik dan fisik plastik yang terbentuk digunakan dilarutkan kedalam 50 ml aquadest.
karena akan mengurangi sifat intermolekul dan Kemudian diaduk sampai suspensi pati menjadi 50 ml.
menurunkan ikatan hidrogen internal. Plasticizer Pencampuran bahan untuk formula terdiri dari 50 ml
mempunyai titik didih tinggi dan penambahan suspemsi pati, kitosan 1 gram, asam asetat 1 ml dan
plasticizer diperlukan untuk mengatasi sifat rapuh rasio komposisi surbitol dan gliserol (0-40% dengan
plastik yang disebabkan oleh kekuatan intermolekul interval 5%). Selanjutnya bahan dicampurkan
ekstensif. [3] menyatakan bahwa plasticizer yang kemudian dipanaskan pada suhu 70-80 C dan diaduk
sering digunakan yakni gliserol dan sorbitol. dengan kecepatan 300 rpm. Pengadukan dilakukan
Adapun yang menjadi permasalahan dalam hingga menghasilkan larutan kental seperti lem dan
penelitian ini adalah pada penambahan plasticizer homogen.
sorbitol dan gliserol yang digunakan. Pada pembuatan
3. Pencetakan Plastik Biodegradable
plastik biodegradable ini belum diketahui bagaimana
pengaruh penambahan plasticizer sorbitol dan gliserol Larutan pati yang telah mengental (tergelatenisasi)
tersebut serta jumlah plasticizer sorbitol dan gliserol dicetak menggunakan pelat kaca. Cetakan terbuat dari
yang optimum untuk ditambahkan dalam pembuatan kaca yang berbentuk persegi panjang yang pada bagian
plastik biodegradable dari pati singkong karet serta tepinya telah diberi selotip atau perekat untuk menahan
pengaruh lingkungan pada penguraian plastik larutan keluar dan agar mudah dalam pelepasan plastik
biodegradable terhadap waktu penguraiannya. dari cetakan. Selanjutnya larutan dituang diatas plat
kaca dan diratakan dengan menggunakan plat plastik
II. METODE PENELITIAN sesuai dengan ketebalan yang diinginkan. Plastik yang
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 telah dicetak kemudian didiamkan disuhu ruang selama
tahapan, yaitu pembuatan plastik dan analisa hasil 1-2 hari hingga mengering.
plastik biodegradable.
C. Analisa Plastik Biodegradable
A. Alat dan Bahan
1. Uji Tarik
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini
adalah Pati singkong karet, sorbitol, gliserol, asam Kekuatan tarik menunjukan ukuran ketahanan
asetat, kitosan, aquadest, gelas ukur, hotplate, gelas plastik biodegradable, yaitu regangan maksimal yang
kimia, pengaduk, thermometer, plat kaca, neraca dapat diterima sampel, sedangkan persen pemanjangan
analitik, alat uji tarik, dan mortar. (elongsitas) merupakan perubahan panjang maksimum
yang dialami plastik pada saat uji kuat tarik, yang
berarti sampai sampel sobek [8].
2. Uji Biodegradasi 15 %
Sorbitol
Uji biodegradabilitas dilakukan untuk mengetahui + 25%
waktu yang dibutuhkan sampel film plastik sampai gliserol
mengalami degradasi. Uji bidegradabilitas yang dipilih
yaitu mengendalikan mikroorganisme tanah sebagai
pembantu proses degradasi atau yang disebut dengan
teknik soil burial test [7]. Gambar 1. Hasil uji Biodegradasi Plastik Biodegradable dengan media
tanah
Uji biodegradasi dilakukan dengan meletakkan
plastik berukuran 2 cm x 1 cm ke dalam wadah yang
berisi tanah bakar, air sungai, air steril, air payau, air Uji biodegradasi dengan menggunakan tanah
sumur, air hujan, dan air laut. Plastik yang diuji dilakukan 2 pengujian yaitu sample diletakkan di atas
biodegradasi menggunnakan media tanah bakar tanah dan ditanam di dalam tanah selama 60 hari.
dilakukan 2 kali pengujian yaitu pengujian dengan Sampel plastik yang ditanam di dalam tanah telah
meletakkan plastik diatas tanah bakar dan ditanam terdegradasi secara sempurna sedangkan sampel
didalam tanah bakar. Plastik yang diuji biodegradable plastik yang diletakkan diatas tanah hanya sedikit yang
menggunakan media air dilakukan 2 pengujian yaitu terdegradasi selama 60 hari dan cenderung mengalami
dalam wadah terbuka (aerob) dan didalam wadah penjamuran dikarenakan mikroba yang terkandung di
tertutup (anaerob). Kemudian dilakukan pengamatan dalam tanah lebih banyak daripada di bagian
terhadap plastik hingga plastik terdegradasi. permukaan tanah.
Plastik biodegradable diuji dengan menggunakan
media air yaitu air sungai, sumur, hujan, laut, payau,
III. HASIL dan PEMBAHASAN dan steril selama 60 hari dalam kondisi aerob dan
anaerob.
Berdasarkan analisa uji kuat tarik dapat diketahui
bahwa komposisi optimum yang didapatkan yaitu Sampel Sebelum Sesudah
dengan komposisi 25% sorbitol dan15% gliserol Aerob Anaerob
sebesar 0,00613 MPa sedangkan analisa uji elongasi 25 %
(persen pemanjangan) dapat diketahui bahwa Sorbitol
komposisi optimum yang didapatkan yaitu dengan + 15%
komposisi 15% sorbitol dan 25% gliserol sebesar 5%. gliserol
Kedua plastik tersebut dilakukan analisa uji
biodegradasi pada media tanah (di atas dan di dalam
tanah) dan media air (air sungai, sumur, hujan, laut,
payau, dan steril dalam kondisi aerob dan anaerob) 15 %
selama 60 hari. Sorbitol
+ 25%
A. Analisa Uji Biodegradasi
gliserol
Plastik biodegradable dengan komposisi optimum
pada uji kuat tarik yaitu dengan komposisi 25%
sorbitol dan15% gliserol dan komposisi optimum pada
uji elongasi yaitu dengan komposisi15% sorbitol dan Gambar 2. Hasil Uji Biodegradasi Plastik Biodegradable dengan Media Air
25% gliserol dilakukan uji biodegradasi dengan Sungai
menggunakan media tanah dan air.
Sampel Sebelum Sesudah
Aerob Anaerob
Sampel Sebelum Sesudah
Di atas Di dalam 25 %
Tanah Tanah Sorbitol
25 % + 15%
Sorbitol gliserol
+ 15%
gliserol
Sampel Sebelum Sesudah
15 % Aerob Anaerob
Sorbitol
+ 25% 25 %
gliserol Sorbitol
+ 15%
gliserol
Gambar 3. Hasil Uji Biodegradasi Plastik Biodegradable dengan Media Air
Sumur

Sampel plastik yang diuji menggunakan media air


sungai dan air sumur telah terdegradasi secara 15 %
sempurna selama 60 hari. Hal ini dapat terjadi Sorbitol
dikarenakan pada air sungai dan air sumur terdapat + 25%
banyak mikroba dibandingkan dengan media air yang gliserol
lain dan tidak terdapatnya kandungan senyawa
nitrogen pada air sungai dan air sumur sehingga proses Gambar 6. Hasil Uji Biodegradasi Plastik Biodegradable dengan Media Air
penguraian plastik berjalan lebih cepat [4]. Payau

Pada media air laut, air hujan dan air payau,


Sampel Sebelum Sesudah sampel plastik yang diuji hanya terurai sebagian,
Aerob Anaerob dikarenakan mikroba yang terkandung di dalam air
tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan air sungai
25 % dan air sumur. Selain itu, pada air laut dan air payau,
Sorbitol kadar salinitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan air
+ 15% yang lain. Salinitas mempengaruhi pertumbuhan
gliserol mikroba. Salinitas air payau yaitu 1-30% dan salinitas
air laut yaitu 30-35% [9]. Air laut dan air payau yang
biasanya bersuhu sekitar 25-30 C. Bakteri yang biasa
tumbuh pada suhu tersebut salah satunya ialah Bacillus
15 % sp [2]. Bakteri tersebut tidak dapat tahan pada kondisi
Sorbitol salinitas diatas 10% sehingga pada media air laut dan
+ 25% air payau, mikroba yang terkandung pada air tersbut
gliserol dan pada suhu tertentu tidak dapat bertahan hidup
sehingga proses penguraian plastik akan lebih lama.
Pada media air hujan, proses penguraian plastik
Gambar 4. Hasil Uji Biodegradasi Plastik Biodegradable dengan Media Air
Laut biodegradable lebih lama dibandingkan dengan air
sungai dan air sumur dikarenakan terdapat kandungan
Sampel Sebelum Sesudah kimia berbahaya yang terkandung di dalam air hujan
Aerob Anaerob akibat adanya polusi dari industri seperti asam sulfat,
asam nitrat, dan senyawa asam lainnya. Selain itu,
25 % terdapat karbon dalam bentuk abu ringan (fly ash) yang
Sorbitol berasal dari gunung berapi [5]. Kondisi tersebut dapat
+ 15% menyebabkan pertumbuhan bakteri menjadi lambat
gliserol sehingga penguraian plastik biodegradable lebih lama
dikarenakan jumlah mikroorganisme yang terkandung
dalam air tersebut semakin berkurang.

15 % Sampel Sebelum Sesudah


Sorbitol Aerob Anaerob
+ 25%
gliserol 25 %
Sorbitol
+ 15%
Gambar 5. Hasil Uji Biodegradasi Plastik Biodegradable dengan Media Air gliserol
Hujan
REFERENSI
15 % [1] Darni, Yuli dan Herti Utami. 2010. Studi Pembuatan dan
Sorbitol Karakteristik Siat Mekanik dan Hidrofobitas Bioplastik dari Pati
Sorgum. Universitas Lampung: Bandar Lampung.
+ 25% [2] Harahap, Lutfi. 2015. Pengaruh Suhu dan Salinitas Terhadap
gliserol Viabilitas Bakteri, (online),
(http://mikrobiologiluvay.blogspot.co.id/, diakses 30 Juni 2016).
[3] Kaplan, dkk. 1994. Fundamnetal of Biodegradable Polymer.
Technomic Publishing Company, Inc. Pensylvania. USA
[4] Martaningtyas, D. 2004. Potensi Plastik Biodegradable, (online),
Gambar 7. Hasil Uji Biodegradasi Plastik Biodegradable dengan Media Air (http://www.pikiranrakyat.com/cetak/0904/02/cakrawala/lainnya06.h
Steril tml, diakses 2 Mei 2016).
[5] Nova.2015. Kandungan Kimia Air Hujan, (online),
(http://laboratoriumsainsnfbs.blogspot.co.id, diakses 2 Juni 2016)
Pada media air steril, plastik biodegradable belum [6] Park, H.M dkk. 2003. Environmentally Friendly Polymer Hybrids
terurai dan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi Part I Mechanical, Thermal, and Barrier Properties of Thermoplastic
agar plastik biodegradable dapat terurai sempurna Starch/Clay Nanocomposites. Jurnal Material Science, N0.38, Hal
909-915.
dikarenakan pada air steril sangat sedikit mikroba yang [7] Pranamuda, Hardaning. 2001. Pengembangan Bahan Plastik
terkandung didalamnya. Biodegradable Berbahan Baku Pati Tropis. Badan Pengkajian dan
Kondisi aerob dan anaerob juga berpengaruh penerapan Teknologi: Jakarta.
[8] Sinaga, Rinaldi Febrianto. 2011. Pengaruh Penambahan Gliserol
terhadap penguraian plastik biodegradable. Pada terhadap Sifat Kekuatan Tarik dan Pemanjangan Saat Putus
kondisi aerob, proses biodegradasi berjalan lebih cepat Bioplastik dari Pati Umbi Talas. Departemen Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Sumatera Utara. Vol.3, No.2, Hal 19-24.
ditandai dengan plastik biodegradable yang diuji lebih [9] Sukmana, Wahyu. 2009. Salinitas, (online),
cepat terurai dibandingkan pada kondisi anaerob. Hal (http://wahyusukmana.blogspot.co.id, diakses 23 Mei 2016).
tersebut dapat terjadi karena pada kondisi aerob,
mikroba yang terkandung di udara terbuka lebih
banyak dibandingkan dengan kondisi anaerob (sedikit
udara).

IV. KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa variasi konsentrasi plasticizer
sorbitol dan gliserol mempengaruhi sifat mekanik
plastik biodegradable yaitu kuat tarik, persen
pemanjangan dan sifat kimia berupa biodegrabilitas.
Kondisi optimum nilai kuat tarik plastik biodegradable
dari pati singkong karet yaitu sebesar 0,00613 Mpa
(25% sorbitol dan 15% gliserol) sedangkan kondisi
optimum nilai persen pemanjangan yaitu sebesar 5%
(15% Sorbitol dan 25% gliserol).
Lingkungan (air dan tanah) berpengaruh terhadap
waktu penguraian plastik biodegradable. Penguraian
plastik biodegradable dengan media tanah lebih cepat
terurai dibandingkan dengan media air. Media air
sungai dan air sumur lebih cepat terurai dibandingkan
dengan media air lainnya dan penguraian plastik
biodegradable pada kondisi aerob lebih cepat terurai
dibandingkan pada kondisi anaerob.

SAMBUTAN

Para penulis memberikan terima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu dalam penelitian ini.
Ucapan syukur juga untuk teknisi laboratorium yang
telah membantu memberikan kontribusi dalam
penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat
kedepannya.

Anda mungkin juga menyukai